PBL 18 Pneumonia

download PBL 18 Pneumonia

of 22

Transcript of PBL 18 Pneumonia

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    1/22

    Pneumonia

    Ida Bagus Indrayana

    10.2009.119

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    [email protected]

    Pendahuluan

    Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri;

    merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling seringmenyebabkan kematian pada bayi dan anak balita. Bakteri penyebab pneumonia yang paling

    sering adalah streptococcus pneumonia (pneumokokus), Hemophilus influenza tipe b (Hib)

    dan Staphylococcus aureus (S.aureus). Diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita Negara

    berkembang termasuk Indonesia disebabkan pneumokokus dan Hib.1

    Diseluruh dunia diperkirakan terjadi lebih dari 2 juta kematian balita akibat

    pneumonia. Di Indonesia menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 2001 kematian bayi

    akibat pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan

    kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun.1

    Merujuk pada angka-angka diatas bias dimengerti bahwa para ahli menyebutnya

    pneumonia sebagai The forgotten pandemic atauwabah yang terlupakan karena begitu

    banyak korban meninggal akibat pneumonia tetapi sangat dikit perhatian yang diberikan

    kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila kontribusinya yang besar terhadap kematian

    balita pneumonia dikenal sebagai pembunuh balita nomor satu.1

    Skenario

    Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa kepuskesmas dengan keluhan sesak

    nafas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun dan batuk pilek sejak

    1 minggu yang llau. Batuk disertai dahak berwana kuning. Nafsu makan pasien juga

    menurun. Pada PF didapati kesadaran compos mentis, tampak sesak dan rewel, sianosis (-).

    BB 12 Kg, frekuensi nafas 55x/menit, denyut nadi 110x/menit, suhu 38,5C, pernafasan

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    2/22

    cuping hidung (+), retraksi intercostal (+), faring hiperemis, dan (+) ronkhi basah halus dan

    wheezing pada kedua lapang paru.

    Pembahasan

    Anamnesis

    Karena pasien masih anak-anak maka anamesis akan dilakukan antara dokter dan ibu

    atau orang terdekat pasien. Pada pasien yamg dicurigai menderita pneumonia yang akan kita

    tanyakan adalah sebagai berikut: 2

    Umur Pasien ? 2 tahun Lama Sakit ? 2 hari yang lalu Adanya Demam ? ada demam, suhu bayi sampai 38,5C Adanya Batuk ? ada batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu. Apakah batuknya ada dahak ? batuk berdahak Dahaknya berwarna apa ? berwarna kuning Adanya Susah Bernapas pada anak ? pasien mengalami sesak nafas

    Pasien Rewel ? pasien rewel saat akan diperiksa Nafsu Makan Turun ? pasien juga mengalami penurunan nafsu makan Pasien Lesu ? Apakah ada riwayat alergi atau penyakit serupa pada anggota keluarga yg lain ? Status Sosial ? Lingkungan. ?

    Pemeriksaan fisik

    A. Tanda-Tanda Vital Nadi :

    Bayi : 120-130 x/mnt

    Anak : 80-90 x/mnt

    Pada kasus didapatkan tekanan nadi anak 110x/menit, berarti anak tersebut mengalami

    Takikardia

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    3/22

    Tekanan Darah :Bayi : 70-90/50 mmHg

    Anak : 80-100/60 mmHg

    Pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan tekanan darah,

    Catatan :

    Hipotensi : Kurang dari 90/60 mmHg

    Normal : 90-120/60-80 mmHg

    Pre Hipertensi : 120-140/80-90 mmHg

    Hipertensi Stadium 1 : 140-160/90-100 mmHg

    Hipertensi Stadium 2 : Lebih dari 160/100 mmHg

    Suhu Tubuh :Normal : 36,6oC - 37,2 oC

    Sub Febris : 37 oC - 38 oC

    Febris : 38 oC - 40 oC

    Hiperpireksis : 40 oC - 42 oC

    Hipotermi : Kurang dari 36 oC

    Hipertermi : Lebih dari 40 oC

    Pada kasus didapatkan Suhu anak 38,5C

    Catatan :

    Oral : 0,2 oC0,5 oC lebih rendah dari suhu rektal

    Axilla : 0,5 oC lebih rendah dari suhu oral

    Pernapasan / Respirasi :Bayi : 30-40 x/mnt

    Anak : 20-30 x/mnt

    Pada kasus didapatkan frekuensi pernapasan 55x/menit, berarti anak tersebut mengalami

    Tadipnea

    Catatan :

    Dispnea : Pernapasan yang sulit

    Tadipnea : Pernapasan lebih dari normal ( lebih dari 20 x/menit)

    Bradipnea : Pernapasan kurang dari normal ( kurang dari 20 x/menit)

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    4/22

    Apnea : Pernapasan terhenti

    Ipnea : Pernapasan normal

    Berat BadanPada pemeriksaan Berat badan didapatkan berat pasien 12 kg. Menurut Kartu Menuju Sehat

    (KMS), balita umur 2 tahun dengan berat 12 kg merupakan dalam keadaan normal, tidak

    kekurangan gizi.

    Tabel 1 : Kartu Menuju Sehat.3

    B. InspeksiPerlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping

    hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada

    pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan5 tahun adalah 40

    kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase

    inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.4

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    5/22

    C. PalpasiSuara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin

    meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.4

    D. PerkusiSuara redup pada sisi yang sakit.4

    E. AuskultasiAuskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung / mulut

    bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan

    terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada

    masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek

    pleura.4

    Pemeriksaan penunjang

    Gambaran radiologisFoto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

    diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air

    broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja

    tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke

    arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

    Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

    atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

    konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.4

    Pemeriksaan mikrobiologisPada pneumonia anak, pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin dilakukan, kecuali pada

    pneumonia berat yang rawat inap. Spesimen pemeriksaan ini berasal dari usap tenggorok,

    sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru . Spesimen dari

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    6/22

    saluran napas atas kurang bermanfaat untuk kultur dan uji serologis karena tingginya

    prevalens kolonisasi bakteri.

    Kultur sputum umumnya memerlukan kurang lebih dua sampai tiga hari, jadi sebagian besar

    dari sputum digunakan untuk konfirmasi antibiotika yang sudah diberikan dan sensitif

    terhadap infeksi itu. Pada contoh darah dapat dikultur dengan cara yang sama untuk mencari

    infeksi dalam darah(kultur darah). Setiap bakteri yang teridentifikasi kemudian di uji untuk

    melihat antibiotik mana yang paling efektif. 4

    Pemeriksaan darahPada pneumonia virus atau mikoplasma, umunya leukosit normal atau sedikit

    meningkat, tidak lebih dari 20.000/mm3 dengan predominan limfosit. Pada pneumonia

    bakteri didapatkan leukositosis antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan sel

    polimorfonuklear khususnya granulosit. Leukositosis hebat (30.000/mm3) hampir selalu

    menunjukkan pneumonia bakteri. Adanya leukopenia (

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    7/22

    Gambar 1. 1 Rontgen Anteroposterior Thorax Pada Penderita Pneumonia 5

    Struktur Makroskopik Organ Respirasi

    Gambar 1. 2 Struktur Alat Pernafasan Secara Makroskopik6

    Didalam suatu mekanisme respirasi atau bernafas setiap manusia menarik nafas dan

    memasukan udara. Udara yang masuk tentunya tidak langsung mencapai kedaerah tujuan

    utamanya melainkan melalui beberapa tempat. Beberapa tempat yang dilalui oleh udara

    tersebut adalah sebagai berikut:

    7,8,9

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    8/22

    1) Rongga Hidung (Cavum Nasalis)Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung

    berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak(kelenjar sebasea) dan kelenjar

    keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk

    lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi

    menyaring partikel kotoran dalam ukuran lebih kecil yang masuk bersama udara. Juga

    terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara

    yang masuk.

    2) Faring (Tenggorokan)Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,

    yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan

    (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring

    (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan

    menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.

    3) Kerongkongan (Trakea)Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan

    sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin

    tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring

    benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.

    4) Cabang-cabang Kerongkongan (Bronkus)Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan

    bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    9/22

    bronkus bentuknya tidak teratur. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Stelah

    keluar dari daerah bronki inilah mulai terjadinya pertukaran udara.

    5) BronkiolusBronkiolus, yaitu jalan nafas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang, tidak

    memiliki tualng rawan atau kelenjar dalam mukosanya/hanya terdapat sebaran sel goblet di

    dalam epitel segmen awal. Pada bronkiolus yang besar, epitelnya adalah epitel bertingkat

    silindris bersilia, yang masik memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel epitel

    selapis silindris bersilia atau selapun kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil.

    Epitel bronkiolus terminalis juga mengandung sel clara. Sel-sel ini, yan tidak memiliki silia,

    memiliki granul sekretori di dalam aspeknya dan diketahui menyekresi protein yang

    melindungi lapisan bronkiolus terhadap polutan oksidatif dan implamasi. Bronkiolus

    terminalis becabang menjadi 2 atau lebih bronkiolus respiratorius yang berfungsi sebagai

    daerah peralihan antara bagian konduksi dan bagian respirasi dari system pernapasan.

    Mukosa bronkiolus repiratorius secara structural identik dengan mukosa bronkiolus

    terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus tempat terjadinya

    pertukaran gas. Bagaia bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel

    clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus

    gepeng (sel alveolus tipe 1). Makin ke distal di sepanjang bronkiolus ini, jumlah alveolusnya

    makin banyakdan jarak di antaranya makin pendek.

    6) AlveolusAlveolus merupakan penonjolan (evaginasi) mirip kantong di bronkiolus

    respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus alveolaris. Alveoli bertanggung jawab atas

    terbentunya struktur brongga di paru. Setiap dinding terletak diantara 2 alveolu yang

    bersebelahan dan karenya di sebut sebagai septum atau dinding interalveolar. Satu septum

    terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis, dengan kapiler, fibroblast, serat elastin dan retikulin,

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    10/22

    matriks dan sel jaringan ikat di antara kedua lapisan tersebut.

    7) Paru-paru (Pulmo)Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh

    otot-otot intercostalis externus dan internus pada rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh

    diafragma yang berotot kuat. Vena, arteri, dan nervus intercostalis juga ikut memparsarafi

    bagian rongga dada ini. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang

    terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru

    dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung

    menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi

    rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).

    Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi

    sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara

    eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru

    tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru

    berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk

    pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1

    mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus tidak mempunyi

    tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai

    epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia.

    Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).Alveolus terdapat pada ujung akhir

    bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa

    atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara

    kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    11/22

    Diagnosis Banding

    Bronkitis Akut

    Walaupun diagnosis bronkitis akut sering dibuat, namun pada anak-anak keadaan ini m

    ungkin tidak dijumpai sebagai wujud klinis tersendiri. Bronkitis merupakan akibat beberapa k

    eadaan lain saluran pernapasan atas dan bawah, dan trakea biasanya terlibat. Bronkitis akut bi

    asanya didahukui oleh infeksi pernapasan atas. Infeksi sekunder biasanya diakibatkan oleh St

    reptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis, H. influenzae dapat terjadi. Hasnya pada an

    ak ialah datang dengan batus sering, tidak produkktif dan timbuknya relatif bertahap, mulai 2

    -3 hari setelah rhinitis.

    Pada saat penyakit memburuk penderita biasanya dapat terganggu oleh suara siulan sela

    ma rspirasi, nyeri dada, dan kadang-kadang oleh napas pendek. Batuk proksimal atau rasa me

    ncekik pada saat sekresi tekadang disertai muntah. Dalam beberapahari batuk menjadi produk

    tif dan sputum berubah warnadari jernih menjadi purulen. Dalam 5-10 hari batuk mulai meng

    hilang dan mukus mulai encer dan badan mulai sangat malaise. Tanda-tanda fisik bervariasi

    menurut umur dan stadium penyakit. Pada anak yang gizinya baik komplikasinya sedikit, sed

    angkan pada anak yang malnutrisi komplikasinya bisa berupa, otitis, sinusitis dan pneumonia.

    Tidak ada terapi spesifik sebagian besar sembuh tanpa pengobatan apapun. Anak dengan sera

    ngan bronkitis akut berulang perlu dievaluasi dengan cermat untuk kemungkinan anomali sal

    uran pernapasan, benda asing, bronkiektasia, alergi, sinusitis, kistik fibrosis.10

    Bronkiolitis

    Bronkiolitis akut terjadi akibat obstruksi saluran pernapasan kecil penyakit ini terjadi pa

    da usia 2 tahun pertama dengan insiden memuncak pada usia 6 bulan. Penyakit ini paling seri

    ng mengakibatkan anak harus rawat inap. Bronkiolitis ditandai dengan adanya obstruksi bron

    kiolus yang disebabkan oleh edema dan kumpulan mucus serta kumpulan puin-puing seluler

    dan oleh invasi oleh bagian-bagian bronkus yang lebih kecil oleh virus sehingga terjadi peneb

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    12/22

    alan pada dinding bronkiolus. Penebalan sesedikit apapun pada pronkiolus pada bayi dapat sa

    ngat mempengaruhi aliran udara. Anak mula-mula menderita infeksi ringan saluran napas ata

    s disertai dengan ingus dan bersin. Gejala ini biasanya berakhir beberapa hari.dan dapat disert

    ai dengan penurunan nafsu makan. Dan demam 38,5-39oC. perkembangan kegawatan biasany

    a disertai dengan batuk proksimal, dispnea, dan iritabilitas.

    Perjalana fase yang paling kritis selama 48-72 jam pertama setelah batuk dan dispnea.

    Pada fase ini anak akan merasa sangat sakit, sedangkan pada bayi akan mengalami apnea. Ses

    udah periode kritis biasanya penyembuhan terjadi sangat cepat. Namun dapat juga menyebab

    kan kematian yang merupakan akibat dari serangan apnea yang lama, asidosis respiratorik ya

    ng berat yang tidak terkompensasi, atau dehidrasi akibat kehilangan penguapan air dan takipn

    ea serta ketidak mampuan minum cairan. Komplikasi bakteri seperti bronkopneumonia dan ot

    itis media tidak lazim terjadi. Untuk penanganan penderita biasanya diletakan atau ditempatk

    an pada ruangan yangb udaranya telah dilembabkan. Ribavirin (virazol), suatu agen antivirus

    yang tersedia untuk pengobatan akibat infeksi virus RSV. Antibiotic tidak mempunyai nilai te

    rapeutik kecuali penderita ada pneumonia bakteri. Kortikosteroid tidak bermanfaat dan dapat

    membahayakan pada keadaan tertentu. Biasanya obat-obatan bronkodilatator biasanya diguna

    kan pada terapi empiric. Karena obstruksi terjadi pada tingkat bronkiolus, trakeostomi tidak b

    ermanfaat dan menimbulkan resiko yang besar pada penderita yang akut. Beberapa penderita

    kondisinya dapat memburuk dapat dengan cepat menjadi kegagalan pernapasan, sehingga me

    merlukan bantuan ventilasi.10

    Diagnosis Kerja

    Pneumonia

    Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)

    biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,

    demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    13/22

    dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk

    pneumoniabaikpneumonia maupun bronchopneumonia disebutpneumonia.

    Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat.

    Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan napas cepat

    diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun

    sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan

    sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2 bulan

    tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit.

    Etiologi

    Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri,

    virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.11,16

    1. BakteriPneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia

    lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah

    Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu

    pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera

    memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi

    pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut

    jantungnya meningkat cepat.

    Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

    Lahir20 hari Bakteri Bakteri

    E. coll i Bakteri anaerob

    Streptoccus group B Streptoccous group D

    L isteria monocytogenes Haemophil ll us inf luenzae

    Streptococcus pneumoniae

    Ureaplasma urealyticum

    Virus

    Virus sitomegalo

    Virus Herpes simpleks

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    14/22

    3 minggu3 bulan Bakteri Bakteri

    Chlamydia trachomatis Bordetell a pertusis

    Streptococcus pneumoniae Haemophil us in f luenzae tipe

    B

    Virus Moraxell a catharali s

    Virus Adeno Staphylococcus aureus

    Virus Influenza Ureaplasma urealyticum

    Virus Parainfluenza 1,2,3 Virus

    Respir atory Syncytial Vi rusVirus sitomegalo

    4 bulan5 tahun Bakteri Bakteri

    Chlamydia pneumoniae Haemophil lus inf luenzae

    tipe B

    Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharali s

    Streptococcus pneumoniae Neisseria meningiti dis

    Virus Staphylococcus aureus

    Virus Adeno Virus

    Virus Influenza Virus Varisela-Zoster

    Virus Parainfluenza

    Virus Rino

    Respir atory Syncytial vir us

    5 tahunremaja Bakteri Bakteri

    Chlamydia pneumoniae Haemophil lus inf luenzae

    Mycoplasma pneumoniae Legionella sp

    Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus

    Virus

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    15/22

    Virus Adeno

    Virus Epstein-Barr

    Virus Influenza

    Virus Parainfluenza

    Virus Rino

    Respir atory Syncytial Vi rus

    Virus Varisela-Zoster

    2. VirusSetengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus

    yang tersering menyebabkanpneumonia adalahRespiratory Syncial Virus (RSV).

    Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas,

    pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya

    sebagian besarpneumoniajenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.

    Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat

    dan kadang menyebabkan kematian.3. MikoplasmaMikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada

    manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,

    meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya

    berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia,

    tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat

    rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.

    4. ProtozoaPneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia

    pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia

    (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur.

    Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa

    bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan

    jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari

    paru.

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    16/22

    Epidemologi

    Kejadian pneumonia pada balita di dunia terjadi di 15 negara dan Indonesia

    menduduki urutan keenam dengan insidensi per tahunnya sekitar 6 juta (UNICEF/WHO,

    2006). Pada tahun 2001, SKN menyebutkan 22,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita

    di Indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori terutama pneumonia.

    Propinsi NTB, menurut Depkes RI tahun 2008, menduduki urutan pertama kejadian

    pneumonia anak di Indonesia. Yaitu sekitar 56,6%. Di Propinsi NTB, Dinkes Propinsi NTB

    melaporkan bahwa jumlah kejadian pneumonia pada tahun 2007 sebanyak 55.752 kasus

    dimana lebih dari 70% tersebar di empat kabupaten/kota yaitu 14.247 kasus (25,5%) di

    Kabupaten Lombok Barat, 9.877 kasus (17,7%) di Kabupaten Lombok Timur, 9.828 kasus

    (17,6%) di Kota Mataram, dan 9.741 kasus (17,4%) di Kabupaten Lombok Tengah.12

    Patofisiologi

    Paru memiliki beberapa mekanisme pertahanan yang efektif yang diperlukan karena

    sistem respiratori selalu terpajan dengan udara lingkungan yang sering kali terpolusi serta

    mengandung iritan, patogen, dan alergen. Sistem pertahanan organ respiratorik terdiri dari

    tiga unsur, yaitu refleks batuk yang bergantung pada integritas saluran respiratori, otot-otot

    pernapasan, dan pusat kontrol pernapasan di sistem saraf pusat.

    Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan sehingga

    kuman patogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah. Agen-agen mikroba yang

    menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer: (1) aspirasi sekret yang

    berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada orofaring, (2) infeksi aerosol

    yang infeksius, dan (3) penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan

    inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan pneumonia,

    sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi.Setelah mencapai alveoli, maka

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    17/22

    mikroorganisme patogen akan menimbulkan respon khas yang terdiri dari empat tahap

    berurutan:13

    1.Stadium Kongesti (4 12 jam pertama): eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.

    2.Stadium Hepatisasi merah (48jam berikutnya):paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN

    mengisialveoli.

    3.Stadium Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari):paru tampak kelabu karenaleukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli

    yang terserang.

    4.Stadium Resolusi (7 sampai 11 hari):Eksudat mengalami lisis dandireabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada

    strukturnya semula.

    Manifestasi Klinis

    Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga

    sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam

    kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS.

    Gejala infeksi umum sepertidemam, sakit kepala, gelisah, malaise,penurunan napsu

    makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Gejala gangguan

    respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi dada,takipnea, napas cuping hidung, air hunger,

    merintih, sianosis

    Pneumonia pada neonatus dan bayi kecil

    Sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan prosespersalinan

    Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melaluiaspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari serviks ibu.

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    18/22

    Serangan apnea Sianosis Merintih Napas cuping hidung Takipnea Letargi, muntah Tidak mau minum Takikardi atau bradikardi Retraksi subkosta Demam Sepsis pada pneumonia neontus dan bayi kecil sering ditemukan sebelum 48 jam

    pertama

    Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50% Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi

    Pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar

    Takipnea Retraksi subkosta (chest indrawing) Napas cuping hidung Ronki Sianosis Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus kanan bawah

    yang menimbulkan infiltrasi diafragma

    Nyeri abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan menyerupai apendisitis.

    Penatalaksanaan

    Medika mentosa

    1. AntibiotikDiagnosis etiologi pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga pemberian antibiotik

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    19/22

    diberikan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu Streptococcus pneumonia

    dan H. influenza. Pemberian antibiotik sesuai kelompok umur. Untuk umur dibawah 3 bulan

    diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia > 3 bulan, pilihan utama adalah

    ampisilin dipadu dengan kloramfenikol. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema,

    antibiotik adalah golongan sefalosporin. Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam

    setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7 10 hari. Bila diduga

    penyebab pneumonia adalah S.aureus, kloksasilin dapat segera diberikan. Bila alergi terhadap

    penisilin dapat diberikan cefazolin, klindamisin, atau vancomycin. Lama pengobatan untuk

    Stafilokokus adalah 34 minggu. 13

    2. Tatalaksana rawat inapPenatalaksanaan bergantung pada usia anak dan keadaan klinis (klinis-beratnya pneumonia).

    Sebagian besar pneumonia pada anak usia 3 bulan-5 tahun disebabkan infeksi virus. Oleh

    karena itu pada anak usia tersebut apabila anak tampak sakit ringan, tidak demam, dapat

    diobati dengan rawat jalan. Namun apabila tidak perbaikan dalam 48 jam atau terdapat

    perburukan, anak harus segera dibawa ke rumah sakit. 13 Adapun indikasi rawat inap pada

    pneumonia adalah :

    1. Pneumonia sedang atau pneumonia berat2. Usia anak < 3 bulan3. Dehidrasi4. Muntah-muntah5. Sianosis6. Kejang, letargis atau tidak sadar7. Tidak dapat minum obat8. Tidak berespon dengan pengobatan rawat jalan 13

    Penanganan yang dilakukan di rumah sakit adalah sebagai berikut :13

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    20/22

    1. Pemberian oksigen (O2) bila saturasi oksigen

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    21/22

    energy, protein, lemak dan karbohidrat. Pasien pneumonia juga harus memenuhi

    kebutuhan vitamin serta mineralnya.

    Mencegah sebisa mungkin agar anak tidak terlalu kelelahan bermain dan menangis karena akan merangsang refleks batuk.

    Mencegah sebisa mungkin agar anak sementara waktu tidak langsung terpapar udarayang terkontaminasi seperti asap polusi.

    Memperhatikan kebersihan rumah dan lingkungan.

    Komplikasi

    Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta,

    pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis prulenta.Empiema torasis

    merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri, curiga ke arah ini

    apabila terdapat demam persisten meskipun sedang diberiantibiotik, ditemukan tanda klinis

    dan gambaran foto dada yang mendukung yaituadanya cairan pada satu atau kedua sisi dada.

    Dilaporkan juga mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik kanan meningkat,

    kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak

    berusia 2-24

    bulan. Oleh karena miokarditis merupakankeadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk

    melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan

    enzim.13

    Prognosis

    Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan

    sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang

    terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.15

  • 7/27/2019 PBL 18 Pneumonia

    22/22

    Daftar Pustaka

    1. Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak Balita, OrangDewasa, Usia Lanjut. Ed. 1. Jakarta: Pustaka Obor Populer ; 2008. h. 26-27

    2. Hardjodisastro D. Menuju seni ilmu Kedokteran. 1st ed. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama; 2006. h.217

    3. Kartu Menuju Sehat. Diunduh dari:http://www.medicalera.com/images/2420/Kartu%20Menuju%20Sehat.jpg, 7 Juli

    2013

    4. Staff Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta: BagianIlmu Kesehatan FKUI.h. 1228-1243

    5. Pneumonia Sang Pembunuh Berdarah DIngin. Diunduh dari :https://reader009.{domain}/reader009/html5/0404/5ac3d08291636/5ac3d08d846c5.jpg, 7 Juli2013

    6. Struktur Pernafasan Makroskopik. Diunduh dari :http://i689.photobucket.com/albums/vv256/zianxfly/hidung/NewPicture.png), 7

    Juli 2013

    7. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta. EGC. 2003.h.266-778. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed. 6. Jakarta: EGC; 2006.

    h.87-100

    9. Gunardi S. Anatomi Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007 :3-8610.Prober CB. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15: Jakarta: Penerbit Buku Kedokt

    eran; 2012.883-84, 1483-86

    11.Dahlan, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi. Pusat PenerbitanDepartemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.

    Jakarta

    12.Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat. 2008. Profil Kesehatan Propinsi nusa Tenggara Barat Tahun 2007. Diunduh darihttp://www.depkes.go.id/downloads

    /profil/propinsintb.pdf, 5 juli 2013.

    13.Asih , Retno, Landia, dan Makmuri. 2006. Pneumonia. Divisi Respirologi Ilmu Kesehatan Anak FK Unair. Diunduh dari http://www.pediatrik.com/pkb/06102202313

    2-f6vo140.pdf. 7 juli 2013.14.Theresia. 2009. Jangan Anggap Enteng Pneumonia. Diunduh dari http://kesehatan.kompas. com/read/2009/09/12/13191250/Jangan.Anggap.Enteng.Pneumonia, 4 juli

    2013

    15.UNICEF.WHO. Pneumonia The Forgotten Killer Of Children. New York: UNICEF; 2006. h. 30

    16.Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi12, Penerbit EGC, Jakarta, hal: 617-628.

    http://www.medicalera.com/images/2420/Kartu%20Menuju%20Sehat.jpghttp://www.medicalera.com/images/2420/Kartu%20Menuju%20Sehat.jpghttp://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/02/13605602161791823052.jpghttp://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/02/13605602161791823052.jpghttp://i689.photobucket.com/albums/vv256/zianxfly/hidung/NewPicture.pnghttp://i689.photobucket.com/albums/vv256/zianxfly/hidung/NewPicture.pnghttp://www.depkes.go.id/downloads/profil/propinsintb.pdfhttp://www.depkes.go.id/downloads/profil/propinsintb.pdfhttp://www.depkes.go.id/downloads/profil/propinsintb.pdfhttp://www.depkes.go.id/downloads/profil/propinsintb.pdfhttp://www.pediatrik.com/pkb/061022023132-f6vo140.pdfhttp://www.pediatrik.com/pkb/061022023132-f6vo140.pdfhttp://www.pediatrik.com/pkb/061022023132-f6vo140.pdfhttp://www.pediatrik.com/pkb/061022023132-f6vo140.pdfhttp://www.depkes.go.id/downloads/profil/propinsintb.pdfhttp://www.depkes.go.id/downloads/profil/propinsintb.pdfhttp://i689.photobucket.com/albums/vv256/zianxfly/hidung/NewPicture.pnghttp://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/02/13605602161791823052.jpghttp://www.medicalera.com/images/2420/Kartu%20Menuju%20Sehat.jpg