PBL Blok 18 Asma Bronkiale

21
Asma Bronkial pada Anak dan Penatalaksanaannya Oktaviani Dewi Ratih 102013046 [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak napas dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan luas inflamasi, menyebabkan obstruksi saluran napas yang bervariasi derajatnya dan bersifat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Asma merupakan penyakit familier, diturunkan secara poligenik dan multifaktorial. Telah ditemukan hubungan antara asma dan lokus histokompatibilitas (HLA) dan tanda genetik pada molekul imunoglobulin E (IgE). Serangan asma dapat berupa sesak nafas ekspiratori yang paroksismal, berulang-ulang dengan mengi ( wheezing ) dan batuk yang disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus dan produksi lendir kental yang berlebihan. 1 Gejala ini sering memburuk selama tidur. Serangan asma adalah suatu perburukan akut dari gejala tersebut dan pada kasus berat, serangan bisa mengancam jiwa sebab onset sering tiba-tiba dan tanpa peringatan. 2 1

description

Kedokteran

Transcript of PBL Blok 18 Asma Bronkiale

Page 1: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

Asma Bronkial pada Anak dan Penatalaksanaannya

Oktaviani Dewi Ratih

102013046

[email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang berhubungan dengan

peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak napas

dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan luas inflamasi,

menyebabkan obstruksi saluran napas yang bervariasi derajatnya dan bersifat reversibel

secara spontan maupun dengan pengobatan. Asma merupakan penyakit familier, diturunkan

secara poligenik dan multifaktorial. Telah ditemukan hubungan antara asma dan lokus

histokompatibilitas (HLA) dan tanda genetik pada molekul imunoglobulin E (IgE). Serangan

asma dapat berupa sesak nafas ekspiratori yang paroksismal, berulang-ulang dengan mengi

(wheezing) dan batuk yang disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi

mukosa bronkus dan produksi lendir kental yang berlebihan.1 Gejala ini sering memburuk

selama tidur. Serangan asma adalah suatu perburukan akut dari gejala tersebut dan pada kasus

berat, serangan bisa mengancam jiwa sebab onset sering tiba-tiba dan tanpa peringatan.2

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis pada penderita asma sangatlah penting. Tujuannya, selain untuk

menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding, anamnesis juga berguna untuk

menyususn srategi pengobatan pada penderita asma. Anamnesis pada penyakit asma meliputi

adanya gejala yang episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan

variabilitas yang berkaitan dengan cuaca. Faktor – faktor yang mempengaruhi asma, riwayat

keluarga dan adanya riwayat alergi.3

1

Page 2: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

Keluhan utama ketika datang ke dokter: wheezing (ketika serangan) dan atau batuk

kronik berulang (BKB). BKB dapat merupakan manifestasi awal dari perjalanan asma. Ada

beberapa hal yang berkaitan dengan asma bronkial:

Dilihat apakah pasien tampak sakit ringan atau berat?

Apakah sebelumnya memiliki kelainan pernapasan? Asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)? TB atau terpajan TB? Apakah ada wheezing?

Apakah pernah masuk rumah sakit karena sesak napas?

Obat apa yang sudah di konsumsi? Apakah baru-baru ini ada perubahan penggunaan obat?

Adakah alergi obat/antigen lingkungan?

Pernahkah pasien terpajan asbes, debu, atau toksin lain?

Adakah riwayat masalah pernapasan dalam keluarga?

Apakah pasien memelihara hewan, termasuk burung?

Pemeriksaan fisik

- Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih

nyaman dalam posisi duduk.

- Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi > 120 x/menit.

- Paru :

1. Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke

bawah. Frekuensi nafas > 30 kali per menit.

2. Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.

3. Perkusi : hipersonor.

4. Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri.3

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah

- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

2

Page 3: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada

waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

2. Pemeriksaan radiologi

Asma merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan penyempitan dari

bronkus/bronkiolus yang bersifat kadang-kadang dan reversibel. Pada gambaran

rontgen kadang-kadang tidak ditemukan kelainan yang mencolok.

3. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes

tempel.

4. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling

cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan

bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah

pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.

Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis

asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan

spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting

untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa

keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.4

Working Diagnosis

Asma bronkial adalah penyakit saluran nafas yang ditandai oleh serangan mendadak

dyspnea, batuk, serta mengi (bunyi patologis). Serangan asma ini dapat berlangsung singkat

dan ringan atau berat dan berlangsung selama berhari-hari. Penyakit ini dapat diklasifikasikan

dalam dua kelompok besar, yaitu asma alergik dan non alergik.

Asma alergik adalah suatu penyakit alergi seperti rhinitis, urtikaria, dan eczema. Pasien yang

berusia muda umumnya cenderung memiliki komponen alergi yang kuat yang biasanya

didasari dengan adanya riwayat atopik pada keluarga. Diferensiasi sel-T pada pasien penyakit

ini memacu produksi berlebihan dari sel tipe TH2 serta IgE dan respon imun yang didominasi

eosinofil. Sedangkan asma non alergik tidak memperlihatkan riwayat alergi. Pasien yang

berusia tua umunya cenderung menderita penyakit ini atau memiliki etiologi campuran.

Biasanya adanya infeksi saluran nafas yang mencetus aktifnya peran IgE. Asma alergik

3

Page 4: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

merupakan suatu penyakit yang paling sering ditemukan, biasanya dicetus oleh debu serbuk

sari dan makanan. Sedangkan asma non alergik biasanya ini biasanya suatu penyakit

berkelanjutan atau sekunder karena pernah diderita saat masih berusia muda dan mengalami

relaps atau lebih dipengaruhi oleh genetik.5

Differential Diagnosis

Bronkitis Akut

Penyakit ini merupakan suatu penyakit radang pada bronkus yang biasanya mengenai

trakea dan laring, sehingga sering disebut sebagia laringotracheobronchitis . Radang ini dapat

timbul sebagai kelainan jalan nafas atau sebagai bagian dari penyakit sistemik seperti morbili,

pertussis, difteri, dan tifus abdominal. Penyakit ini biasanya didahului oleh infeksi saluran

nafas bagian atas. Infeksi bakteri sekunder dengan Streptococcus pneumoniae, Moraxella

catarrhalis dan H. influenza dapat terjadi. Khasnya, pasien datang dengan batuk kering, tidak

produktif dan timbulnya relatif bertahap, mulai 3-4 hari sesudah munculnya rhinitis.

Ketidakenakan substernal bawah atau nyeri dengan dada terasa panas dan pemeriksaan

dengan auskultasi sering terdengan ronki yang positif. Biasanya pada penyakit ini tidak ada

terapi yang spesifik, pasien dalam beberapa minggu akan sembuh sendiri.4

Bronkitis kronis

Peradangan dan hipersekresi bronkus yang kronik dan sering berjalan progresif lambat

yang ditandai dengan batuk kronik mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun paling

sedikit terjadi dua tahun. Gejalanya berupa batuk di pagi hari, lama-lama disertai mengi,

menurunya kemampuan kegiatan jasmani pada stadium lanjut ditemukan sianosis dan tanda-

tanda kor pumonal.4

Pneumonia

Peradangan paru yang disebabkan oleh bakteri selain M. tuberculosis, virus, jamur dan

parasit. Demam mengigil, suhu tubuh meningkat, batuk berdahak mukoid atau purulen, sesak

nafas, kadang nyeri dada, batuk darah. Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru

yang berupa alveoli dapat dipenuhi ciran ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai

tempat pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel

akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik,

4

Page 5: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti;

selaput paru terisi cairan atau nanah ( efusi pleura atau empiyema). Jaringan paru bernanah

(abses paru), jaringan paru kempis (penumotoraks) dan lain-lain. Bahkan bila terus berlanjut

dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat

menyebabkan kematian.4

Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan

asma bronkhial.

a. Faktor predisposisi

• Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana

cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai

keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita

sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain

itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi

Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut

ex: makanan dan obat-obatan

3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.

Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim

kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

Stress

5

Page 6: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa

memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus

segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat

untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala

asmanya belum bisa diobati.

Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini

berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,

industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas

jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.6

Epidemiologi

Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis kelamin, umur pasien,

status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Pada masa kanak-kanak ditemukan

prevalensi anak laki berbanding anak perempuan 1,5:1, tetapi menjelang dewasa

perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak

daripada laki-laki. Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dari dewasa, tetapi adapula

yang melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi dari anak. Angka ini juga berbeda-beda

antara satu kota dengan kota yang lain di negara yang sama. Di Indonesia prevalensi asma

berkisar antara 5-7%.4

Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan

sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-

benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara

sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah

antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila

reaksi dengan antigen spesifikasinya.

6

Page 7: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial

paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang

menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan

antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan

berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang

merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari

semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil

maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos

bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama

inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar

bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah

akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.

Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi

sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional

dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran

mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

7

Page 8: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

Gambar 1. Patofisiologi Asma.4

Penyempitan saluran nafas ternyata tidak merata pada seluruh lapangan paru, ada

daerah paru yang hipoventilasi sehingga mengalami hipoksia. Ditandai dengan penurunan

PaO2 merupakan kelainan yang bersifat subklinis pada asma. Untuk mengatasi kejadian ini

tubuh berusaha mengkompensasi dengan meningkatkan ventilasi sehingga terjadi

hiperventilasi. Akibat dari hiperventilasi terjadi pengeluaran CO2 yang berlebihan sehingga

PaCO2 menurun akhirnya terjadilah apa yang disebut dengan alkalosis respiratorik.

Pada serangan asma yang akut terjadi hipersekresi mukus sehingga menutup alveolus

dan media pertukaran gas menjadi lebih sedikit. Hipoksia semakin berat dirasakan dan tubuh

berusaha mengkompensasi dengan menambah kapasitas hiperventilasinya yang terjadi adalah

peningkatan produksi CO2 tetapi terjadi keadaan hipoventilasi sehingga retensi CO2

menyebabkan kadar CO2 menjadi tinggi (hiperkapnia) dan kemudian asidosis respiratorik

menyusul kemudian. Hipoksia yang berlangsung lama akan menuju terjadinya asidosis

8

Page 9: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

metabolik dan terjadi shunting yaitu peredaran darah paru tanpa melalui sistem pertukaran

gas yang baik dan keadaan-keadaan ini memperburuk hiperkapnia yang telah ada.

Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk

membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga

pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang

menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama

pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernapasan ikut

aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan

penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi

kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta

meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi

sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat

respons hipoksemia.4

Gejala Klinis

Pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan

pada waktu serangan tampak penderita bernapas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan

tangan menyangga ke depan serta tampak otot-otot bantu pernapasan bekerja dengan

keras.Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi, dan sesak napas.

Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan pada asma alergik

mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret, tetapi

pada perkembangan selanjurnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih

kadang-kadang purulen. Ada sebagian kecil pasien asma yang gejalanya hanya batuk tanpa

disertai mengi, dikenal dengan istilah cough variant asthma. Bila hal yang terakhir ini

dicurigai, perlu dilakukan pemeriksaan spirometri sebelum dan sesudah bronkodilator atau uji

provokasi bronkus dengan metakolin.

Pada asma alergik, sering hubungan antara pemajanan alergen dengan gejala asma tidak

jelas. Terlebih lagi pasien asma alergik juga memberikan gejala terhadap faktor pencetus

non-alergik seperti asap rokok, asap yang merangsang, infeksi saluran napas ataupun

perubahan cuaca. Gejala asma memburuk pada malam hari , puncaknya antar jam 3-4 dini

hari.

9

Page 10: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

Lain halnya dengan asma akibat pekerjaan. Gejala biasanya memburuk pada awal

minggu dan membaik menjelang akhir minggu. Pada pasien yang gejalanya tetap memburuk

sepanjang minggu. gejalanya mungkin akan membaik bila pasien dijauhkan dari lingkungan

kerjanya, seperti sewaktu cuti misalnya. Pemantauan dengan alat peakflow meter atau uji

provokasi dengan bahan tersangka yang ada di lingkungan kerja mungkin diperlukan untuk

menegakkan diagnosis.7

Tabel.1 Klasifikasi Derajat Asma8

Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan

kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari.

 Tujuan penatalaksanaan asma:

Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma Mencegah eksaserbasi akut Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise Menghindari efek samping obat Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel Mencegah kematian karena asma

Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.

Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.7

10

Page 11: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

Non-medikamentosa

Penyuluhan

Menghindari faktor pencetus

Pengendali emosi

Pemakaian oksigen

Medika Mentosa

Target pengobatan pada penyakit ini biasanya meliputi beberapa hal, antara lain

menjaga saturasi oksigen arteri tetap adekuat dengan oksigenasi, membebaskan obstruksi

saluran nafas dengan memberikan bronkodilator inhalasi kerja cepat dan mengurangi

inflamasi saluran pernafasan serta mencegah kekambuhan dengan memberikan

kortikosteroid.

Ada dua macam obat anti asma : terapi simtomatik menggunakan relievers, yaitu bronkodilator (agonis β, teofilin) dan disease-modifying therapy atau

controller yang menggunakan obat antiinflamasi (kortikosteroid, kromolin, antileukotrein). Saat terjadi serangan asma, obat yang digunakan adalah relievers

dibantu dengan controller. Setelah serangan dapat diatasi dan periode asimtomatik telah tercapai, obat yang digunakan hanya controller atau bahkan tanpa obat

lagi, tetapi penerita dibekali peak flow meter untuk memantau arus puncak.7

Nama Obat Nama Dagang Dosis

Obat simpatomimetik:Terbutaline

Orciprenalin (metaproterenol)

Salbutamol (albuterol)

Adrenalin

Bricasma

Alupent

Ventolin

Oral : 0,075 mg/kg BB tiap 6 jam.Subkutan : 0,005 mg/kb BBAerosol : 1-2 semprotan (250-500 µ gr) tiap 4-6 jam.Larutan respirator : 0,02-0,03 ml/kg BB tiap 4-6 jam.Oral : 0,3 mg/kg BB tiap 6 jam.Larutan respirator (2%) : 0,01-0,02 ml/kg BB tiap 4-6 jam.Oral : 0,15 mg/kg BB tiap 6 jam.Aerosol: 2 semprotan (200 µ gr) tiap 4-6 jam.Larutan respirator : 0,02-0,03 ml/kg BB tiap 4-6 jam.Subkutan: larutan 1:1000, 0,01 ml/kg BB/kali, max 0,5 ml.

Methylxantine:Aminophyline IV: 5 mg/kg BB tiap 6 jam atau 5 jam

mg/kg BB permulaan dan 0,9 mg/kg BB per jam dalam infus.

11

Page 12: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

Theophyllin ‘standard’ Oral : 5-6 mg/kg BB tiap 6 jam max 200 mg.

Steroid:Beclomethasone

Budesonid

Aldecin

Pulmicort

Aerosol : 2-4 semprotan (100-200 µ gr) 3-4 kali sehari.Puyer kering (rotacaps) 100-200 mg 3-4 kali sehari.Aerosol : 2-4 semprotan (100-200 µ gr) 3-4 kali sehari.

Tabel 2. Obat-obat yang dipakai untuk Asma pada Anak.1

Pencegahan

Menjaga Kesehatan

Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit

asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga

berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha

menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum

banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak

minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung

atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran

pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang

minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan. Pada serangan

penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh

pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan

dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.

Menjaga kebersihan lingkungan

Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya

serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah

sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus

lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya

kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah. Hewan

peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan

12

Page 13: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas

ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.

Menghindari Faktor Pencetus

Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-

cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung,

perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti

kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus saluran pernapasan sering

mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang

sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh

sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim,

berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga,

lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan

penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap

bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari. Perhatikan

obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung

(beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat

pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.

Menggunakan obat-obat antipenyakit asma

Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita boleh

memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila ingin agar

gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih

berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan

dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup

simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau

tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid. Pada penyakit asma kronis bila

keadaannya sudah terkendali dapat dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-

obat pencegah serangan penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan

penyakit asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan steroid sistemik

dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan.

Komplikasi

13

Page 14: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

Komplikasi yang paling sering ditimbulkan oleh penyakit ini adalah;8

Kelelahan dan dehidrasi, merupakan kurangnya cairan dalam tubuh yang dapat

menyebabkan hilangnya kesadaran.

lnfeksi jalan napas, merupakan suatu gejala yang ditandai dengan adanya penyumbatan

pada saluran nafas oleh bakteri, virus, dan sebagainya.

Cor pulmonale merupakan hipertrofi/dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal

yang disebabkan penyakit parenkim paru atau pembuluh darah paru yang tidak

berhubungan dengan kelainan jantung kiri.

Gagal napas adalah ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial

normal O2 dan atau CO2 didalam darah.

Pneumotoraks (jarang), merupakan penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar

paru yang menyebabkan paru untuk mengempis, dan yang terakhir adalah PPOK, yang

merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas dan biasanya disebabkan infeksi

saluran nafas serta bronkospasme.

Prognosis

Asma bronkial bila segera diketahui dan mendapatkan penanganan optimal, maka akan

mengurangi frekuensi serangan dan akan meningkatkan kualitas hidup, jadi prognosanya

akan lebih baik.

Kesimpulan

Asma bronkial merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan mengi,

sesak napas, sputum kental, dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Asma bronkial bila segera

diketahui dan mendapatkan penanganan optimal, maka prognosanya akan lebih baik.

Daftar Pustaka

1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-3. Jakarta:

Infomedika; 2007. h. 1203-1228.

2. Saranani R. Asma bronkial.. Edisi Februari 2014. Diunduh dari

www.academia.edu/5106624/asma_bronkial. 06 Juli 2015.

3. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009. h. 83-8.

14

Page 15: PBL Blok 18 Asma Bronkiale

4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit

dalam. Edisi ke-5. Jilid I. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 59-64, 405-6.

5. Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. BS Dasar patologis penyakit. Edisi ke-7. Jakarta:

EGC;2006. h. 435-7.

6. Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari

repository. usu .ac.id/bitstream/123456789/23277/4/Chapter%20II.pdf 06 Juli 2015.

7. Isselbacher, Kurt J. Harrison. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam edisi 13 volume 5.

Jakarta : EGC ; 2000.h.1557-82

8. Djojodibroto DR. Repiratologi.Jakarta: EGC;2009.h.110.

15