Patofisiologi Placenta Previa

8
PATOFISIOLOGI PLACENTA PREVIA Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim. Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta pada tempat perlekatannya (Cunningham et al, 2005). Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003). 2.2. Seksio Sesarea

description

placenta previa

Transcript of Patofisiologi Placenta Previa

Page 1: Patofisiologi Placenta Previa

PATOFISIOLOGI PLACENTA PREVIA

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan

ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan

semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai

membuka. Perdarahan ini terjadi apabila plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di

bagian bawah segmen rahim.

Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan

plasenta pada tempat perlekatannya (Cunningham et al, 2005).

Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah sinus uterus

yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis

dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot

segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama

dengan serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya

normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh

karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak

rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003).

2.2. Seksio Sesarea

2.2.1. Definisi Seksio Sesarea

Istilah seksio sesarea berasal dari bahasa latin “caedere” yang artinya “memotong”. Pengertian

ini dapat dijumpai dalam hukum roma yaitu lex regia atau lex caesarea yang merupakan hukum

yang menjelaskan bahwa prosedur tersebut dilakukan di akhir kehamilan pada seorang wanita

yang dalam keadaan sekarat demi menyelamatkan calon bayinya (Cunningham et al, 2005).

Seksio sesarea merupakan suatu proses insisi dinding abdomen dan uterus untuk mengeluarkan

janin (Dorland, 2002).

Seksio sesarea merupakan prosedur operasi yang dilakukan pada fetus pada akhir minggu ke-28

melalui penyayatan atau pengirisan pada dinding perut dan dinding rahim (Dutta, 2004). Seksio

Page 2: Patofisiologi Placenta Previa

sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin yang dilahirkan melalui insisi atau

penyayatan pada dinding perut

dan dinding rahim dengan syarat rahim ibu dalam keadaan baik dan berat janin diatas 500 gram

(Wiknjosastro, 2005)

2.2.2. Indikasi Seksio Sesarea

Menurut Scott (2002) dalam Sinaga (2009), melahirkan dengan seksio sesarea sebaiknya

dilakukan atas pertimbangan medis dengan memperhatikan kesehatan ibu maupun bayinya.

Dengan maksud bahwa janin atau ibu dalam kadaan gawat darurat sehingga hanya dapat

diselamatkan dengan persalinan seksio sesarea dengan tujuan untuk memperkecil timbulnya

resiko pada ibu maupun bayinya.

Menurut Cunningham, et al (2005), lebih dari 85 % persalinan seksio sesarea disebabkan oleh:

1. Riwayat seksio sesarea

2. Distosia persalinan dan kemacetan persalinan

3. Gawat janin

4. Letak sungsang

Menurut Ricci (2001) indikasi persalinan seksio sesarea dibedakan berdasarkan beberapa faktor

yaitu :

a. Faktor ibu

Indikasi yang paling sering terjadi yaitu, disproporsi Sefalo-pelvik yang merupakan

ketidakseimbangan antara ukuran kepala bayi dengan ukuran panggul ibu (Decherney, Nathan,

Goodwin, Laufer, 2007). Selain itu dapat juga disebabkan oleh disfungsi uterus, ruptura uteri,

partus tak maju yang merupakan, persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara,

dan lebih dari 18 jam pada multipara yang terjadi meskipun terdapat kontraksi uterus yang kuat,

janin tidak dapat turun karena faktor mekanis (Mochtar,1998).

b. Faktor janin

Page 3: Patofisiologi Placenta Previa

b.1. Gawat janin

Keadaan gawat janin yang disertai dengan kondisi ibu yang kurang baik dianjurkan untuk

dilakukan persalinan seksio sesarea. Jika ibu mengalami tekanan darah tinggi, kejang ataupun

gangguan pada ari-ari maupun tali pusar dapat mengakibatkan gangguan aliran oksigen kepada

bayi sehingga dapat

menyebabkan kerusakan otak yang bahkan dapat menimbulkan kematian janin dalam rahim

(Oxorn, 2003).

b.2. Prolaps tali pusat

Kejadian ini lebih sering terjadi jika tali pusar panjang dan jika plasenta letaknya rendah.

Keadaan ini tidak mempengaruhi keadaan ibu secara langsung tetapi dapat sangat

membahayakan janin karena tali pusat dapat tertekan antara bagian depan anak dan dinding

panggul yang akan timbul asfiksia (Bratakoesuma, 2004).

b.3. Malpresentasi janin

i. Letak sungsang

Bayi letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang letaknya

paling rendah (Bratakoesuma, 2004). Sekarang ini banyak kelainan letak bayi yang dilahirkan

melalui persalinan seksio sesarea. Hal ini karena risiko kematian dan kecacatan yang timbul

karena persalinan pervaginam jauh lebih tinggi. Secara teori penyebab kelainan ini dapat terjadi

karena faktor ibu seperti kelainan bentuk rahim, letak plasenta yang rendah ataupun tumor jinak

yang terdapat dalam rahim (Dewi, 2007).

ii. Letak Lintang

Bayi letak lintang yaitu apabila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu

secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat. Dalam kedaan normal yang cukup bulan bayi letak

lintang tidak mungkin untuk dilahirkan secara spontan. Janin hanya dapat dilahirkan secara

spontan jika janin prematur, sudah mati serta bila panggul ibu lebar (Bratakoesuma, 1998).

c. Faktor plasenta

Page 4: Patofisiologi Placenta Previa

c.1. Plasenta previa

Letak plasenta yang ada di depan jalan lahir atau implantasi plasenta yang tidak normal yang

dapat menutupi seluruhnya ataupun sebagian dari ostium internum sehingga dapat menghambat

keluarnya bayi melalui jalan lahir (Chalik, 2008).

c.2. Solusio plasenta

Solusio plasenta merupakan keadaan terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang letaknya

normal dari perlekatannya diatas 22 minggu dan sebelum anak lahir (Mose, 2004). Pelepasan

plasenta ini biasanya ditandai dengan perdarahan yang keluar melalui vagina, tetapi juga dapat

menetap di dalam rahim, yang dapat menimbulkan bahaya pada ibu maupun janin. Biasanya

dilakukan persalinan seksio sesarea untuk menolong agar janin segera lahir sebelum mengalami

kekurangan oksigen ataupun keracunan oleh air ketuban, serta dapat menghentikan perdarahan

yang dapat menyebabkan kematian ibu (Mochtar, 1998).

Menurut Dutta (2004), indikasi persalinan seksio sesarea dibagi atas dua kategori yaitu:

a. Indikasi absolut

Apabila terjadi plasenta previa sentral, adanya Cephalopelvic Disproportion/ CPD, adanya massa

pada pelvis sehingga menyebabkan terjadinya penyumbatan, adanya kanker serviks, dan adanya

obstruksi pada vaginal ( atresia, stenosis).

b. Indikasi relatif

Apabila ibu telah mengalami persalinan seksio sesarea sebelumnya, dijumpai adanya fetal

distress, distosia, perdarahan antepartum, malpresentasi, gangguan tekanan darah ibu, serta

adanya penyakit yang menyertai ibunya.

2.2.3. Jenis seksio sesarea

Menurut Mochtar (1998) jenis operasi seksio sesarea yaitu:

a. Seksio sesarea transperitonealis:

Page 5: Patofisiologi Placenta Previa

a.1. Seksio sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri kira-kira

sepanjang 10 cm. Jenis seksio sesarea ini memiliki kelebihan berupa pengeluaran janin lebih

cepat, tidak mengakibatkan kandung kemih tertarik, serta sayatan bisa diperpanjang proksimal

atau distal. Namun metode persalinan seksio sesare ini dapat menyebabkan penyebaran infeksi

intraabdominal yang lebih mudah karena tidak adanya reperitonealis yang baik.

Serta lebih mudah terjadi ruptur uteri spontan pada persalinan berikutnya (Mochtar, 1998).

a.2. Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah

rahim kira-kira 10 cm. Persalinan seksio sesarea jenis ini memiliki kelebihan yaitu, penjahitan

luka yang lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, dan perdarahan yang

lebih sedikit, serta kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan seksio

sesarea jenis klasik. Namun metode persalinan ini dapat menimbulkan luka yang dapat melebar

ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga menyebabkan arteri uterina putus sehingga dapat

mengakibabkan perdarahan yang lebih banyak, serta keluhan postoperasi yang terjadi pada

kandung kemih tinggi (Mochtar, 1998).

b. Seksio sesarea ekstraperitonealis, tindakan persalinan ini dilakukan dengan insisi peritoneum,

lipatan peritoneum didorong ke atas dan kandung kemih ke arah bawah atau ke garis tengah,

kemudian uterus dibuka dengan insisi pada segmen bawah (Dorland, 2002). Namun pembedahan

persalinan ini tidak banyak lagi dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal (Oxorn,

2003).

2.2.4. Komplikasi tindakan seksio sesarea

Komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan seksio sesarea menurut Mochtar (1998) yaitu:

a. Infeksi puerperal (nifas)

Ringan; dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

Sedang; dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit

kembung.

Page 6: Patofisiologi Placenta Previa

Berat; dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus

yang terlantar, dimana sebelumnya telah timbul infeksi intrapartum karena ketuban yang telah

pecah terlalu lama.

b. Perdarahan yang dapat disebabkan oleh:

Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

Atonia uteri

Perdarahan pada placental bed.

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu

tinggi.

d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.