pak putra
-
Upload
gdeastinaa -
Category
Documents
-
view
79 -
download
12
Transcript of pak putra
MAKALAH PENGANTAR TEKNOLOGI SEMIKONDUKTOR
KARAKTERISTIK DIODA SAMBUNGAN P-N
Oleh :
I Gede Astina
0908205008
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dioda merupakan suatu piranti dua elektroda dengan arah arus yang tertentu,
dapat juga dikatakan dioda bekerja sebagai penghantar bila tegangan listrik
diberikan dalam arah tertentu tetapi dioda akan bekerja sebagai isolator bila
tegangan yang diberikan dalam arah berlawanan dari pergerakan elektron
pembentuknya. Dioda adalah piranti semikonduktor dengan bahan tipe-n yang
menyediakan elektron-elektron bebas dan bahan tipe-p yang disatukan (p-n
junction).
Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang
berada di antara insulator dan konduktor. Semikonduktor disebut juga sebagai
bahan setengah penghantar listrik. Sebuah semikonduktor bersifat
sebagai insulator pada temperatur yang sangat rendah, namun pada temperatur
ruangan besifat sebagai konduktor. Bahan semikonduksi yang sering digunakan
adalah silikon, germanium, dan gallium arsenide. Semikonduktor sangat berguna
dalam bidang elektronik, karena konduktansinya yang dapat diubah-ubah dengan
menyuntikkan materi lain yang disebut pendonor elektron.
Berdasarkan tingkat kemurnian atom penyusunnya, terdapat dua kelompok
semikonduktor yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Untuk kelompok ekstrinsik
terdapat dua jenis/tipe semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p dan
semikonduktor tipe-n. Bahan semikonduktor yang banyak dipelajari dan secara
luas telah dipakai adalah bahan silikon (Si).
Semikonduktor instrinsik (murni) adalah semi konduktor yang tidak ataupun
belum terkotori oleh atom-atom asing. Pada 0 oK pita valensi penuh, pita
konduksi kosong sehingga bersifat sebagai isolator. Pada suhu yang lebih tinggi
misal pada suhu kamar ada lektron pada pita valensi yang energinya melebihi
energi gap sehingga dapat meloncat dari pita valensi ke pita konduksi menjadi
elektron bebas dengan meninggalkan kekosongan pada pita valensi. Kekosongan
ini disebut hole (lubang) dan dianggap bermuatan positif sebesar muatan
elektron.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini :
1. Bagaimana arus yang terjadi pada daerah persambungan p-n?
2. Bagaimana arah arus yang dapat dilewatkan sebuah diode?
1.3 BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penulisan makalah ini pada karakteristik sebuah
diode sambungan p-n.
1.4 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui karakteristik
dari pada diode sambungan p-n.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dioda merupakan suatu piranti dua elektroda dengan arah arus yang tertentu,
dapat juga dikatakan dioda bekerja sebagai penghantar bila tegangan listrik
diberikan dalam arah tertentu tetapi dioda akan bekerja sebagai isolator bila
tegangan yang diberikan dalam arah berlawanan dari pergerakan elektron
pembentuknya. Dioda adalah piranti semikonduktor dengan bahan tipe-n yang
menyediakan elektron-elektron bebas dan bahan tipe-p yang disatukan (p-n
junction).
2.1 SEMIKONDUKTOR
Semikonduktor merupakan bahan dengan konduktivitas listrik yang berada
diantara isolator dan konduktor. Disebut semi atau setengah konduktor, karena
bahan ini memang bukan konduktor murni. Semikonduktor, umumnya
diklasifikasikan berdasarkan harga resistivitas listriknya pada suhu kamar, yakni
dalam rentang 10-2-109 Ωcm. Sebuah semikonduktor akan bersifat sebagai
isolator pada temperatur yang sangat rendah, namun pada temperatur ruang akan
bersifat sebagai konduktor.
Bahan semikonduktor yang banyak dikenal contohnya adalah silikon (Si),
germanium (Ge) dan Galium Arsenida (GaAs). Germanium dahulu adalah bahan
satu-satunya yang dikenal untuk membuat komponen semikonduktor. Namun
belakangan, Silikon menjadi popular setelah ditemukan cara mengekstrak bahan
ini dari alam. Silikon merupakan bahan terbanyak ke-dua yang ada dibumi
setelah oksigen (O2). Pasir, kaca dan batu-batuan lain adalah bahan alam yang
banyak mengandung unsur silikon.
Berdasarkan murni atau tidak murninya bahan, semikonduktor dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu semikonduktor intrinsik dan ekstrinsik.
2.1.1 Semikonduktor Intrinsik
3
Semikonduktor intrinsik merupakan semikonduktor yang terdiri atas satu
unsur saja, misalnya Si saja atau Ge saja. Pada Kristal semikonduktor Si, 1 atom
Si yang memiliki 4 elektron valensi berikatan dengan 4 atom Si lainnya.
Gambar 1. Struktur kristal 2 dimensi kristal Si
Pada kristal semikonduktor instrinsik Si, sel primitifnya berbentuk kubus. Ikatan
yang terjadi antar atom Si yang berdekatan adalah ikatan kovalen. Hal ini
disebabkan karena adanya pemakaian 1 buah elektron bersama (kovalen) oleh
dua atom Si yang berdekatan. Menurut tori pita energi, pada T = 0 K pita valensi
semikonduktor terisi penuh elektron, sedangkan pita konduksi kosong. Kedua
pita tersebut dipisahkan oleh celah energi kecil, yakni dalam rentang 0,18
sampai 3,7 eV. Pada suhu kamar Si dan Ge masing-masing memiliki celah
energi 1,11 eV dan 0,66 eV.
Bila mendapat cukup energi, misalnya berasal dari energi panas, elektron
dapat melepaskan diri dari ikatan kovalen dan tereksitasi menyebrangi celah
energi. Elektron valensi pada atom Ge lebih mudah tereksitasi menjadi elektron
bebas dari pada elektron valensi pada atom Si, karena celah energi Si lebih besar
dari pada celah energi Ge.
Gambar 2. Elektron dapat menyebrangi celah energi menuju pita konduksi
sehingga menimbulkan hole pada pita valensi
4
Besarya energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari pita valensi
ke pita konduksi ini disebut energi terlarang (energy gap). Jika sebuah ikatan
kovalen terputus, maka akan terjadi kekosongan atau lubang (hole). Pada daerah
dimana terjadi kekosongan akan terdapat kelebihan muatan positif, dan daerah
yang ditempati elektron bebas mempunyai kelebihan muatan negatif. Kedua
muatan inilah yang memberikan kontribusi adanya aliran listrik pada
semikonduktor murni. Jika elektron valensi dari ikatan kovalen yang lain
mengisi hole tersebut, maka akan terjadi lubang baru di tempat yang lain dan
seolah-olah sebuah muatan positif bergerak dari hole yang lama ke hole baru.
Proses aliran muatan ini, yang biasa disebut sebagai arus drift. Peristiwa
hantaran listrik pada semikonduktor adalah akibat adanya dua partikel masing-
masing bermuatan positif dan negatif yang bergerak dengan arah yang
berlawanan akibat adanya pengaruh medan listrik.
2.1.2 Semikonduktor Ekstrinsik
Semikonduktor yang telah terkotori atau tidak murni lagi oleh atom dari jenis
lainnya dinamakan semikonduktor ekstrinsik. Proses penambahan atom pengotor
pada semikonduktor murni disebut pengotoran (doping). Dengan menambahkan
atom pengotor (impurities), struktur pita dan resistivitasnya akan berubah.
Ketidakmurnian dalam semikonduktor dapat menyumbangkan elektron
maupun hole dalam pita energi. Dengan demikian, konsentrasi elektron dapat
menjadi tidak sama dengan konsentrasi hole, namun masing-masing bergantung
pada konsentrasi dan jenis bahan ketidakmurnian.
Jika konsentrasi doping tidak merata (nonuniform) maka akan didapat
konsentrasi partikel yang bermuatan yang tidak merata juga, sehingga
kemungkinan terjadi mekanisme gerakan muatan tersebut melalui difusi. Dalam
hal ini gerakan partikel harus random dan terdapat gradien konsentrasi. Misalnya
konsentrasi elektron pada salah satu sisi bidang lebih besar dibandingkan sisi
yang lain, sedangkan elektron bergerak secara random, maka akan terjadi
gerakan elektron dari sisi yang lebih padat ke sisi yang kurang padat. Gerakan
muatan ini menghasilkan arus difusi.
Perlu dicatat bahwa masing-masing partikel yang bermuatan bergerak
menjauhi bagian yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi, namun gerakan
5
tersebut bukan karena adanya gaya tolak. Seperti halnya pada mobilitas, difusi
merupakan penomena statistik.
Dalam aplikasi terkadang hanya diperlukan bahan dengan pembawa muatan
elektron saja, atau hole saja. Hal ini dilakukan dengan doping ketidakmurnian ke
dalam semikonduktor. Terdapat tiga jenis semikonduktor ekstrinsik yaitu
semikonduktor tipe-n, semikonduktor tipe-p, dan semikonduktor paduan.
1. Semikonduktor Ekstrinsik Tipe-n
Semikonduktor dengan konsentrasi elektron lebih besar dibandingkan
konsentrasi hole disebut semikonduktor ekstrinsik tipe-n. Semikonduktor tipe-n
menggunakan semikoduktor intrinsik dengan menambahkan atom donor yang
berasal dari kelompok VA pada susunan berkala, misalnya Ar (arsenic), Sb
(Antimony), phosphorus (P). Atom campuran ini akan menempati lokasi atom
intrinsik didalam kisi Kristal semikonduktor.
Gambar 3. Atom pengotor untuk menghasilkan semikonduktor ekstrinsik tipe-n
Konsentrasi elektron pada Si dan Ge dapat dinaikkan dengan proses doping
unsur valensi 5. Sisa satu elektron akan menjadi elektron bebas, jika
mendapatkan energi yang relatif kecil saja yang disebut sebagai energi ionisasi.
Elektron ini akan menambah konsentrasi elektron pada pita konduksi. Elektron
yang meninggalkan atom pengotor yang menjadi ion disebut dengan elektron
ekstrinsik. Keberadan impuriti donor digambarkan dengan keadaan diskrit pada
energi gap pada posisi didekat pita konduksi.
6
Gambar 4. (a) Kristal semikonduktor ekstrinsik tipe-n dua dimensi
(b) Pita energi semikonduktor ekatrinsik tipe-n
Penambahan atom donor telah menambah level energi pada pita konduksi yang
berada diatas energi gap sehingga mempermudah elektron untuk menyebrang ke
pita konduksi.
Pada suhu kamar sebagian besar atom donor terionisasi dan elektronnya
tereksitasi ke dalam pita konduksi. Sehingga jumlah elektron bebas (elektron
intrinsik dan elektron ekstrinsik) pada semikonduktor tipe-n jauh lebih besar dari
pada jumlah hole (hole intrinsik). Oleh sebab itu, elektron di dalam semikonduktor
tipe-n disebut pembawa muatan mayoritas, dan hole disebut sebagai pembawa
muatan minoritas.
2. Semikonduktor Ekstrinsik Tipe-p
Semikonduktor tipe-p, dimana konsentrasi lubang lebih tinggi dibandingkan
elektron, dapat diperoleh dengan menambahkan atom akseptor. Pada Si dan Ge,
atomnya aseptor adalah unsur bervalensi tiga (kelompok III pada susunan
berkala) misalnya B (boron), Al (alumunium), atau Ga (galium).
Gambar 5. Atom pengotor untuk menghasilkan semikonduktor ekstrinsik tipe-p
7
Karena unsur tersebut hanya memiliki tiga elektron valensi, maka terdapat
satu kekosongan untuk membentuk ikatan kovalen dengan atom induknya. Atom
tersebut akan mengikat elektron dari pita velensi yang berpindah ke pita
konduksi. Dengan penangkapan sebuah elektron tersebut, atom akseptor akan
menjadi ion negatip. Atom akseptor akan menempati keadaan energi dalam
energi gap di dekat pita valensi.
Gambar 6. (a) Kristal semikonduktor ekstrinsik tipe-p dalam dua dimensi
(b) Pita energi semikonduktor ekstrinsik tipe-p
Pada semikonduktor tipe-p, atom dari golongan III dalam sistem periodik unsur
misalnya Ga, dibubuhkan kedalam kristal semikonduktor intrinsik. Oleh karena
galium termasuk golangan III dalam sistem periodik unsur, atom Ga memiliki
tiga buah elektron valensi. Akibatnya, dalam berikatan dengan atom silikon di
dalam kristal, Ga memerlukan satu elektron lagi untuk berpasangan dengan atom
Si. Oleh sebab itu atom Ga dengan mudah menangkap elektron, sehingga disebut
akseptor. Jika ini terjadi atom akseptor menjadi kelebihan elektron sehingga
menjadi bermuatan negatif. Dalam hal ini dikatakan atom akseptor terionkan.
Ion akseptor ini mempunyai muatan tak bebas, oleh karena tak bergerak dibawah
medan listrik luar. Ion Si yang elektronnya ditangkap oleh atom akseptor
terbentuk menjadi lubang, yang disebut lubang ekstrinsik.
Jelaslah bahwa pada semikonduktor tipe-p, lubang merupakan pembawa
muatan yang utama, sehingga disebut pembawa muatan mayoritas. Disini
elektron bebas merupakan pembawa muatan minoritas.
3. Semikonduktor Campuran
Semikonduktor campuran (compound semiconductor) dapat diperoleh dari
unsur valensi tiga dan valensi lima (paduan III-V, misalnya GaAs atau GaSb)
atau dari unsur valensi dua dan valensi enam (paduan II-VI, misalnya ZnS).
8
Ikatan kimia terbentuk dengan peminjaman elektron oleh unsur dengan velensi
lebih tinggi kepada unsur dengan valensi lebih rendah Atom donor pada
semikonduktor paduan adalah unsur dengan valensi lebih tinggi dibandingkan
dengan unsur yang diganti. Atom akseptor adalah unsur dengan valensi lebih
rendah dibandingkan dengan unsur yang diganti atau ditempati.
Gambar 7. (a) Kristal semikonduktor paduan GaAs dalam dua
dimensi
(b) Kristal semikonduktor paduan GaAs tipe-n dua dimensi
2.2 DIODE SAMBUNGAN p-n
Diode sambungan p-n dibentuk dengan cara menyambungkan
semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Pada saat terjadinya sambungan (junction) p
dan n, hole-hole pada bahan p dan elektron-elektron pada bahan n disekitar
sambungan cenderung untuk berkombinasi.
Gambar 8. Struktur Dioda Semikonduktor pembentukan sambungan
dan daerah pengosongan
Pada sambungan sisi p terdapat hole bebas dan (-) atom pengotor akseptor
yang diionisasi dengan konsentrasi sama dan secara keseluruhan bersifat netral.
9
Pada sambungan sisi n terdapat elektron bebas dan sejumlah atom pengotor
donor yang diionisasi. Pembawa mayoritas pada sisi p adalah hole dan pada sisi
n adalah elektron.
Oleh karena itu pada sisi p tinggal ion-ion akseptor yang bermuatan negatif
dan pada sisi n tinggal ion-ion donor yang bermuatan positif. Namun proses ini
tidak berlangsung terus, karena potensial dari ion-ion positif dan negatif ini
akan menghalanginya. Potenssial ini dikenal dengan potensial barrier yaitu beda
potensial pada persambungan. Beda potensial ini menjadi cukup besar untuk
menghalangi proses penyebaran difusi selanjutnya dari elektron-elektron bebas.
Pada suhu ruangan potensial barrier bekerja sekitar 0,7 Volt untuk Silikon dan
0,3 Volt untuk German
1. Arus Difusi
Karena sambungan tipe-n dan tipe-p maka adanya kelebihan hole pada tipe-
p dan elektron pada tipe-n akan mengakibatkan terjadinya arus difusi, yakni
arus difusi hole dari tipe-p menuju tipe-n dan arus difusi elektron dari tipe-
n menuju tipe-p. Adanya arus difusi ini akan mengakibatkan munculnya daerah
pengosongan muatan disekitar daerah batas tipe-p dan tipe-n. Daerah ini
kemudian disebut juga sebagai daerah deplesi. Kemudian pada daerah deplesi
ini akan terjadi penumpukan muatan positif (hole) di sekitar daerah batas tipe-n
dan penumpukan muatan negatif pada batas tipe-p. Penumpukan muatan ini
tidak lain disebabkan oleh pergerakan arus difusi yang terjadi bersamaan.
Adanya penumpukan muatan ini kemudian akan menyebabkan munculnya
medan listrik pada daerah deplesi.
2. Arus Drift
Medan listrik ini mampu menggerakkan hole-hole minoritas pada tipe-n
menuju tipe-p dan elektron minoritas dari tipe-p menuju tipe-n. Arus yang
berlawanan dengan arus difusi ini kemudian dinamakan dengan arus drift. Pada
keadaan kesetimbangan arus drift ini memiliki nilai yang sama besar dengan
arus difusi sehingga secara keseluruhan tidak ada arus yang mengalir pada
divais ini.
10
Gambar 9. Diagram aliran arus difusi dan drift pada sambungan p-n
2.3 SAMBUNGAN p-n YANG DI CATU
Jika terminal positif dari catu daya disambungkan ke tipe-p dan terminal
negatif ke tipe-n dari sambungan p-n, sambungan tersebut melewati arus besar
yang mengalir lewat sambungan tersebut. Dalam hal ini, sambungan p-n
dikatakan dicatu maju (forward biased) jika terminal-terminal dari sumber
tegangan dibalik, yakni terminal positif disambungkan ke tipe-n, dan terminal
negatif di tipe-p, sambungan akan mengalirkan arus kecil. Dalam keadaan ini
sambungan p-n dikatakan dicatu balik (reverse biased).
Gambar 10. Diode sambungan p-n sebelum di catu
1. Bias Maju (Foward Bias)
Tegangan catu maju VD mengakibatkan gaya pada hole di sisi tipe-p dan
pada elektron di sisi tipe-n. Gaya ini mengakibatkan hole dan elektron bergerak
menuju hubungan. Akibatnya, lebar muatan tidak tercakup berkurang dan
halangan berkurang, yakni energi halangannya. Besarnya pengurangan energi
halangan diberikan oleh eV, di mana VD adalah tegangan yang diberikan. Akibat
berkurangnya tinggi halangan, maka arus mengalir terutama akibat pembawa
mayoritas, yakni hole dari tipe-p ke tipe-n dan elektron dari tipe-n ke tipe-p naik.
11
Gambar 11. Diode sambungan p-n yang di bias maju
Sebaliknya, arus pembawa minoritas yang mengalir dalam arah sebaliknya
dari arus pembawa mayoritas tidak dipengaruhi oleh catu maju. Hal ini
disebabkan arus pembawa minoritas hanya tergantung pada temperatur.
2. Bias Mundur (Reverse Bias)
Dalam hal ini tegangan yang diberikan sambungan mengakibatkan lobang
dalam sisi jenis p dan elektron dalam sisi jenis n bergerak menjauhi hubungan.
Hal ini menaikkan lebar muatan tidak tercakup sekeliling hubungan dan
menaikkan tinggi halangan. Besarnya kenaikan energi halangan sama dengan
eV, di mana VD besarnya tegangan yang diberikan. Akibat kenaikan tinggi
halangan, sejumlah pembawa mayoritas yang dapat diabaikan akan dapat
melewati hubungan dan arus akan sama dengan nol. Namun, pembawa
minoritas yang melalui halangan potensial tetap tidak berubah dan memberikan
arus yang kecil. Arus ini dinamakan arus jenuh balik (IS). Arus jenuh balik
membesar dengan kenaikan temperatur dioda, tetapi sebagian besar tidak
tergantung pada tegangan balik yang diberikan. Kenaikan temperatur
mempercepat membesarnya konsentrasi pembawa minoritas yang mengarah ke
kenaikan arus jauh balik.
Gambar 12. Diode sambungan p-n yang di bias mundur
12
2.4 KARAKTERISTIK VOLT-AMPER DARI SAMBUNGAN p-n
Perlu ditekankan bahwa batas arus yang biasanya berlaku untuk dioda yang
bekerja pada arah maju jauh lebih besar daripada arus jenuh balik. Misalnya,
jika arus maju berada pada batas sekitar mA (nilai amper), arus jenuh balik
dalam batas µA (mikro amper) akan kurang.
Dari karakteristik Gambar 13. terlihat, bahwa pada tegangan balik yang
ditunjukkan oleh titik B pada karakteristik arus balik mendadak naik. Dioda
sambungan p-n jika bekerja di daerah garis putus-putus dinamakan dioda
breakdown (patahan).
Gambar 13. Karakteristik arus tegangan khas dari dioda sambungan p-n.
Jika dioda sambungan p-n bekerja dalam daerah garis putus-putus dari
karakteristik tegangan balik gambar 13, dioda-dioda tersebut dinamakan dioda
patah (breakdown). Dua mekanisme berikut merupakan pernyebab patahan
dalam dioda hubungan p-n :
1. Patahan Avalans :
Pada saat catu-balik yang diberikan dalam sambungan p-n naik, medan lewat
hubungan akan naik pula. Pada suatu harga catu, medan menjadi sedemikian
besar sehingga pembawa yang dibangkitkan secara panas pada saat melintasi
hubungan memperoleh sejumlah energi dari medan. Kemudian pembawa ini
dapat melepaskan ikatan kovalen dan membentuk pasangan hole baru pada saat
membentuk ion tidak bergerak. Pembawa baru ini mengambil lagi energi yang
cukup dari medan yang diberikan dan membentuk ion tidak bergerak sambil
membangkitkan pasangan hole-elektron hole berikutnya. Proses ini sifatnya
akumulatif dan menghasilakan avalans atau longsoran pembawa dalam waktu
13
yang sangat singkat. Mekanisme pembangkitan pembawa ini dinamakan
penggadaan avalans.
2. Patahan Zener
Patahan zener terjadi jika medan catu balik lewat hubungan p-n sedemikian
rupa sehingga medan dapat memberikan gaya pada elektron terikat dan
melepaskannya dari ikatan kovalen. Jadi, sejumlah besar pasangan elektron-hole
akan dibangkitkan lewat putusnya langsung ikatan kovalen. Pasangan elektron
hole demikian memperbesar arus balik. Dalam patahan zener pembangkitan
pembawa tidak disebabkan oleh tumbukan pembawa dengan ion-ion diam
seperti halnya dalam peristiwa penggandaan avalans.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah
1. Sambungan p-n akan menyebabkan terjadinya arus difusi. Ini disebabkan
oleh perbedaan kosentrasi pembawa pada sambungan tipe-p dan sambungan
tipe-n. Akibat dari arus difusi akan menyebabkan pengosongan muatan pada
daerah persambungan, sehingga mengakibatkan penumpukan muatan.
Penumpukan muatan ini akan memberikan sebuah medan listrik, sehingga
akan terjadi arus drift.
2. Dioda sambungan p-n hanya dapat melewatkan satu arah arus saja jika
diberikan prategang maju dan tidak melewatkan arus yang dengan arah yang
sebaliknya jika diberikan prategang mundur.
15
DAFTAR PUSTAKA
Bucha, David. 1993. Applied Electronic and Instrumentation dan Mesurement .
Maxwell Press. Sydney.
http://id.wikipedia.org/wiki/Semikonduktor diakses tanggal 14 april 2012
Rio, Reka S. 1982. Fisika Dan Teknologi Semikonduktor. P.T Pradnya Paramitha :
Jakarta.
16