“PAK OGAH”

84
“PAK OGAH” (Studi etnografi kehadiran “Pak Ogah” di persimpangan Jalan Bhayangkara,Kelurahan Indra Kasih,Kota Medan) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Antropologi Disusun Oleh: YOSUA RIZKY SIREGAR 130905093 DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 Universitas Sumatera Utara

Transcript of “PAK OGAH”

Page 1: “PAK OGAH”

“PAK OGAH”

(Studi etnografi kehadiran “Pak Ogah” di persimpangan Jalan Bhayangkara,Kelurahan Indra Kasih,Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat

mendapat gelar Sarjana Ilmu Sosial

dalam bidang Antropologi

Disusun Oleh:

YOSUA RIZKY SIREGAR

130905093

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 2: “PAK OGAH”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

“PAK OGAH”

(Studi etnografi kehadiran “PAK OGAH” di persimpangan Jalan Bhayangkara, Kelurahan

Indra Kasih,Kota Medan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya jugga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebut dalam

daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau ttidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya

bersedia di proses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Desember 2017

Penulis

YOSUA RIZKY SIREGAR

Universitas Sumatera Utara

Page 3: “PAK OGAH”

ABSTRAK

Yosua Rizky Siregar, NIM 130905093,2017. Skripsi ini berjudul “PAK OGAH”(Studi etnografi kehadiran “Pak Ogah” di persimpangan Jalan Bhayangkara,Kelurahan Indra Kasih,Kota Medan).Skripsi ini terdiri dari 5 bab 72 halaman dan 7 gambar

Penelitian ini dilaksanakan di Persimpangan Jalan Bhayangkara dengan Jalan Pancing di Kota Medan. Kemacetan di Kota Medan timbul karena adanya ketidaksabaran dalam pengendara kendaraan sehingga dalam kemacetan menjadi kesseempatan “Pak Ogah” dalam mencari uang. Adapun tujuan penelitian mengetahui dan memahami awal kehadiran “Pak Ogah” di Jalan Bhayangkara. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat etnografi dan menggunakan analisis pengumpulan data dengan observasi dan wawancara mendalam(depth interview) terhadap beberapa informan yang bekerja sebagai “Pak Ogah” di persimpangan Jalan Bhayangkara. Hasil dari penelitian adalah (1) “Pak Ogah” lebih mengutamakan kendaraan jenis beroda lebih dari empat karena lebih sulit menyelinap ditengah kemacetan (2) Adanya ketidakaadilan sosial dalam mengatur yang mengutamakan pengendara yang mau membayar jasa karena sudah diberi jalan (3) Adanya saling menguntungkan antara “Pak Ogah” dengan kepolisian serta pengendara kendaraan (4) tidak seimbangnya polisi yang bertugas dengan kemacetan yang ramai membuat adanya kerjasama antar “Pak Ogah”

Kata-kata kunci: Pak Ogah, mengutamakan,menguntungkan,kerjasama

Universitas Sumatera Utara

Page 4: “PAK OGAH”

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat

serta kasih dan rahmatNya yang tiada batasnya kepada penulis,oleh kemurahan Tuhan yang

selalu membimbing penulis dalam pengerjaan skripsi dari awal sampai selesai yang berjudul :

“PAK OGAH”(Studi etnografi kehadiran “Pak Ogah” di persimpangan Jalan

Bhayangkara,Kelurahan Indra Kasih,Kota Medan). Skripsi ini disusun untuk memenuhi

syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Departemen Antropologi Sosial,Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orangtua penulis yaitu bapak I.Siregar

dan Ibu MR.Damanik yang saya cintai dan selalu mendukung selama dalam perkuliahan

saya, karena doa kalian juga saya bisa melangkah sejauh ini. penulis sanggat bangga dan

bersyukur dibesarkan oleh kalian,dan memberikan kepercayaan penuh selama kuliah bahwa

akan menyelesaikan dengan baik. Dan saya tidak akan mengecewakan apa yang sudah kalian

percayakan kepada saya selama ini.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Dekan

FISIP USU bapak Dr.Muryanto Amin,S.Sos,M.Si atas semua fasilitas dan kemudahan yang

diperoleh selama menjadi mahasiswa FISIP USU. Kepada Bapak Dr.Fikarwin Zuska,M.Ant

selaku ketua Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara, juga saya ucapkan terimakasih kepada bapak

Drs.Agustrisno,MSP selaku sekretaris Departemen Antropologi Sosial. Juga kepada ibu

Dra.Tjut Syahriani,M.Soc selaku dosen pembimbing akademik peneliti yang telah

memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

Saya juga mengucapkan terimakasih yang sangat besar kepada dosen pembimbing

skripsi saya, bapak Drs.Yance,Msi yang selalu memberikan dorongan postif dan memotivasi

Universitas Sumatera Utara

Page 5: “PAK OGAH”

saya selalu yang tiada henti-henti nya kepada saya, sehingga skripsi ini dapat selesai. Kepada

staf pegawai dan dosen di lingkungan Departemen Antropologi Sosial yang tidak bisa saya

sebutkan satu per satu yang telah membantu dan mendidik dalam perkuliahan di Departemen

Antropologi Sosial. Terimakasih juga saya ucapkan kepada kedua adik-adik saya Meilina

Siregar dan Kevin Koreshy Siregar yang selalu mendukung dan memotivasi saya untuk

segera selesaikan. Semoga kita bertiga bisa membuat kedua orangtua kita bangga di masa

depan kita. Tidak lupa juga saya ucapkan kepada kerabat-kerabat angkatan 2013 Antropologi

Sosial yang tak bisa juga saya sebutkan semua namanya menjadi teman suka-duka menjalani

perkuliahan. Saya tetap ingat perjalanan awal kita masuk bersama di jurusan kita sampai kita

harus berpisah meninggalkan kampus dengan sendiri-sendiri. Terimakasih kepada teman saya

Saud Damanik yang selalu menjadi tamu tetap di kos baik pagi,siang maupun malam. Abang

dan kakak senior di Antropologi Sosial yang sudah memberikan arahan positif dalam

perkuliahan. Saya sangat berterimakasih kepada Tim Pagelaran Drama Musikal keluarga

besar GBI Medan Plaza sangat bangga bisa bergabung di tim ini karena saya memiliki

semangat dalam hidup dan terus melayani Tuhan di pagelaran selanjutnya dan kita tetap satu

dalam Kristus. Terimakasih kepada kelompok kecil saya di FA 005 cabang GBI Hermes

Place selalu mendoakan saya dalam skripsi ini. dan juga saya ucapkan terimakasih kepada

Bang Budi,Bang Dece,Bang Rahman,Bang Morris,Bang Vide,Bang Udin,dan Bang Iwan

selaku informan yang bekerja sebagai “Nyemprit” senang bisa masuk dan kenalan dalam

wawancara selama penelitian saya. Semoga sehat-sehat selalu. Dan juga kepada teman-teman

yang membantu dalam proses penelitian Ricky Sumbayak, sudah mengizinkan tidur di kos

nya selama penelitian,Otniel Sihombing menemani wawancara,Erwin Silalahi yang

meminjamkan buku antropologi perkotaan juga kepada ulul azmi anak antro unimed yang

bisa teman berdiskusi dengan “Pak Ogah” ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: “PAK OGAH”

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua orang yang membantu dalam

mengerjakan skripsi ini hingga selesai, dan semoga Tuhan membalas kebaikan yang

diberikan oleh semua pihak kepada penulis.

Medan, Desember 2017

Penulis

YOSUA RIZKY SIREGAR

Universitas Sumatera Utara

Page 7: “PAK OGAH”

RIWAYAT SINGKAT PENULIS

Yosua Rizky Siregar, lahir pada tangggal 19

Oktober 1994 di Medan. Anak pertama dari

tiga bersaudara dari pasangan I.Siregar dan

MR.Damanik. Telah menyelesaikan SD

Swasta R.A KARTINI Kota Tebing Tinggi,

SMPN 4 Tebing Tinggi, SMAN 2 Tebing

Tinggi dan tahun 2013 melanjutkan

pendidikan S1 Program Studi Antropologi

Sosial di Universitas Sumatera Utara.

Penulis dapat dihubungi alamat Facebook

Yosua Rizky Siregar dan ID Line

yos_edogawa

Beberapa kegiatan yang pernah di ikuti selama perkuliahan:

1. Sebagai peserta dalam kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru(PMB) Universitas

Sumatera Utara tahun 2013

2. Sebagai peserta kegiatan INISIASI Antropologi Sosial FISIP USU 18-20 oktober di

Mess PTPN Prapat

3. Anggota Ikatan Dongan Sabutuha(INSAN) Antropologi Sosial FISIP USU

4. Sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Simalungun Universitas Sumatera Utara(IMAS-

USU)

5. Sebagai wakil ketua Panitia INISIASI Antropologi Sosial FISIP USU 2015

6. Sebagai Ketua Panitia Penerimaan Anggota Baru IMAS-USU tahun 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 8: “PAK OGAH”

7. Peserta Training of Fasilitators(TOF) angkatan ke-VI oleh Departemen Antropologi

Sosial di Taman Armaya Pancur Batu tahun 2015

8. Sebagai tim survei dalam Survei Permasalahan Publik di Provinsi Nanggroe Aceh

Darusalam yang dilaksanakan oleh Media Research Center(MRC) tahun 2016

9. Sebagai tim survei dalam Survei Permasalahan Publik di Kabupaten Dairi,Sumatera

Utara yang dilaksanakan oleh Media Research Center(MRC) tahun 2017

10. Mengikuti PKL Tinggal Bersama Masyarakat(TBM) di pinggiran sungai di kota

medan, bulan September-Oktober tahun 2016

Pengalaman lainnya:

1. 2016-2017 Staf Pengajar Bimbel BT/BS Medica

2. 2017-sekarang Staf Pengajar Bimbel SSC

Universitas Sumatera Utara

Page 9: “PAK OGAH”

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini yang berjudul “PAK OGAH” (Studi

etnografi kehadiran “Pak Ogah” di persimpangan Jalan Bhayangkara)

Adapun ketertarikan untuk menulis tentang “Pak Ogah” di persimpangan Jalan

Bhayangkara, karena penulis melihat bahwa kehadiran “Pak Ogah” ini mulai marak terjadi di

Kota Medan. Dengan ada nya “Pak Ogah” di tengah kemacetan membuat sebuah fenomena

sosial baru. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapangan bersama informan

sebagai “Pak Ogah” yang menjadi sumber informasi dalam skripsi ini.

Skripsi ini mengkaji tentang apa yang melatarbelakangi menjadi “Pak Ogah” di

persimpangan Jalan Bhayangkara Kota Medan. Penelita juga melihat faktor-faktor yang

mendorong bisa terjadi nya “Pak Ogah” kehidupan awal muncul nya sebelum ramai nya “Pak

Ogah” di lokasi ini.

Untuk kesempatan ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan krtik ataupun nasihat yang bersifat

membangun guna perbaikan skripsi ini kedepannya.

Atas perhatian,penulis ucapkan terimakasih.

Medan, Desember 2017

Penulis

YOSUA RIZKY SIREGAR

Universitas Sumatera Utara

Page 10: “PAK OGAH”

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORIGINALITAS ............................................................................. i

ABSTRAK ..................................................................................................................... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ......................................................................................... iii

RIWAYAT SINGKAT PENULIS ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 8

1.2.1 Kemiskinan ................................................................................. 9

1.2.2 Pengangguran .............................................................................. 9

1.2.3 Konflik ........................................................................................ 11

1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 13

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 13

1.4.1 Tujuan Penelitian ........................................................................ 13

1.4.2 Manfaat Penelitian ...................................................................... 14

1.5 Metode Penelitian ......................................................................................... 14

1.5.1 Observasi..................................................................................... 14

1.5.2 Wawancara .................................................................................. 15

1.6 Analisis Data ................................................................................................. 16

1.7 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 17

BAB II GAMBARAN KOTA MEDAN ...................................................................... 20

2.1 Sejarah Kota Medan ...................................................................................... 20

2.2 Letak Geografis Kelurahan Indra Kasih ....................................................... 21

2.2.1 Keadaan Umum Wilayah.............................. ............................ 21

2.2.2 Kependudukan........................................ .............................. 22

2.2.3 Pendidikan Masyarakat........................... ............................. 25

Universitas Sumatera Utara

Page 11: “PAK OGAH”

2.2.4 Kesehatan Masyarakat ........................... .............................. 25

2.2.5 Ekonomi Masyarakat.............................. .............................. 27

2.2.6 Keamanan dan Ketertiban.......................................... ............................. 28

2.2.7 Tertib Administrasi Kelurahan.................................. ............................. 28

2.2.8 Pajak Bumi dan Bangunan........................................ .............................. 28

2.2.9 Tingkat Pencapaian Swadaya/Partisipasi................. ............................... 29

2.2.10 Kelembagaan Masyarakat.......................................... ............................. 30

2.2.11 Kebersihan Wilayah.................................................... ............................ 30

BAB III GAMBARAN UMUM “PAK OGAH”.............................. ........................... 31

3.1 Pengganti Polisi............................................................................... ......................... 33

3.2 Pengetahuan Mengatur Lalu Lintas.................................................. ........................ 36

3.3 Alat yang digunakan.......................................................................... ....................... 38

3.4 Aturan yang berlaku........................................................................... ....................... 38

3.5 Waktu Bekerja Informan................................................................... ........................ 40

3.6 Pendapatan jadi “Pak Ogah”.............................................................. ....................... 40

3.7 Faktor Pendorong bekerja sebagai “Pak Ogah”.................................. ...................... 42

3.7.1 Tanggungjawab Keluarga.................................................... ...................... 42

3.7.2 Menolong Pengendara dalam Kemacetan............................ ...................... 43

3.7.3 Pekerjaan Sebelumnya.......................................................... ..................... 44

3.8 Cuaca......................................................................................................................... 45

3.9 Kurang Displin Pengendara Kendaraan............................................... ..................... 45

3.10 Isu Surlantas........................................................................................ .................... 47

3.11 Tempat Istirahat................................................................................ ...................... 48

BAB IV TANGGAPAN PIHAK YANG TERLIBAT................................................ 50

4.1 Interaksi ke Pihak lain........................................................................... .................... 50

Universitas Sumatera Utara

Page 12: “PAK OGAH”

4.1.1 Interaksi “Pak Ogah” dengan Kepolisian........................................... ................... 50

4.1.2 Interaksi dengan Keluarga.................................................................. ................... 52

4.1.3 Interaksi dengan sesama “Pak Ogah”................................................ .................... 54

4.1.4 Interaksi dengan Pengendara Kendaraan............................................ ................... 56

4.1.5 Interaksi dengan Masyarakat Setempat............................................... .................. 57

4.2 Faktor Kemunculan “Pak Ogah”........................................................... ................... 58

4.2.1 Tingkat Kedisplinan Pengendara dan Pengguna Jalan........................... ............... 58

4.2.2 Laju Pertumbuhan Kendaraan.............................................................. .................. 60

4.2.3 Masalah Ekonomi................................................................................. ................. 62

4.2.4 Freelance................................................................................................ ............... 63

4.2.5 Kurangnya Keahlian Khusus yang Dimiliki ....................................................... 64

4.2.6 Rambu Lalu Lintas.................................................................................. ............... 65

BAB V PENUTUP......................................................................................................... 67

5.1 Kesimpulan........................................................................................... .................... 67

5.1 Saran.................................................................................................... ..................... 69

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ ........................ 71

Universitas Sumatera Utara

Page 13: “PAK OGAH”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Istilah ‘’Kota’’ dapat di defenisikan secara berbeda-beda tergantung sudut

pandang yang digunakan. Dalam menggunakan kata ‘’kota’’ perlu dicermati karena

dalam bahasa Indonesia, kata ‘’kota’’ bisa berarti dua hal yang berbeda. Kota dalam

pengertian umum adalah suatu daerah terbangun yang didominasi jenis penggunaan

tanah nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang

cukup tinggi. Dibandingkan perdesaan,penggunaan tanah perkotaan mempunyai

intensitas yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukakan dalam pemakaian modal yang

besar,jumlah orang yang terlibat lebih banyak,nilai tambah penggunaan ruang yang

dihasilkan lebih besar,dan keterkaitan dengan penggunaan tanah yang lain lebih erat.

Dikarenakan intensitas penggunaan tanahnya yang lebih tinggi tersebut maka kota

senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi daerah sekitarnya. Intensitas penggunaan

tanah yang tinggi juga ditunjukkan oleh ukuran setiap unit penggunaan tanah yang

umumnya lebih kecil dibandingkan dengan unit penggunaan tanah perdesaan.

Misalnya ,rumah,toko,pasar,dan kantor luasnya relatif kecil jika dibandingkan dengan

sawah,hutan,dan perkebunan. Disamping itu,intensitas penggunaan perkotaan yang

tinggi juga telah berkembang ke penggunaan ruang ke arah vertikal dengan bangunan-

bangunan bertingkat.

Menurut ahli Christaller dengan ‘central place theory; nya menunjukkan

fungsi kota sebagai penyelenggaraan dan penyediaan jasa-jasa bagi sekitarnya;kota itu

pusat pelayanan . jadi kota pertama-tama bukannya tempat permukiman,melainkan

pusat pelayanan. Sejauh manakah kota menjadi pusat pelayanan bergantung kepada

Universitas Sumatera Utara

Page 14: “PAK OGAH”

sejauh mana pedesaan sekitarnya memanfaatkan jasa-jasa kota. Kota mempunyai daya

tarik yang relatif(sangat) kuat bagi penduduk yang berdomisili di luar kota yang

bersangkutan,baik yang tersebar di daerah pedesaan ataupun di kota-kota yang lebih

kecil. Perpindahan penduduk dari desa untuk menetap di kota selalu kita jumpai di

seluruh dunia dan sepanjang sejarah. Peprindahan atau urbanisasi baru menjadi

masalah ketika perpindahan itu menimbulkan masalah sosial baik bagi penduduk kota

yang didatangi, maupun bagi si pendatang atau secara makro bagi negara.

Perkembangan Kota Medan menunjukkan daerah terbangun (urban area)

makin bertambah luas sebagai akibat dari jumlah penduduknya bertambah besar

sehingga arus urbanisasi ke daerah perkotaan semakin kuat. Dalam masa

pembangunan (Daldjoeni,2003). Pertumbuhan yang tak seimbang secara demografis

ekonomis bertalian erat dengan apa yang disebut overurbanisasi. Gejala ini distudi

oleh geograf Belanda De Bruijne(1976). Menurut ia,overurbanisasi hanya karena tak

seimbangnya jumlah penduduk dengan lapangan kerja di kota,tetapi menyangkut

langsung atau tak langsung kehidupan di pedesaan sekitarnya. Tidakkah mengalirnya

penduduk desa masuk kota itu pada umumnya dipaksa oleh tak tersedianya mata

pencaharian yang layak baginya di kawasan agraris. Salah satu faktor pendorong itu

ialah kemiskinan di daerah pedesaan yang disebabkan oleh cepatnya pertambhan

penduduk di deesa sehingga menimbulkan ketimpangan dalam perimbangan antara

jumlah penduduk dan luas lahan pertanian;terdesaknya pengolahan pertanian secara

manual oleh alat-alat mekanikal;dan terdesaknya kerajinan rumah tangga oleh produk

industri moderen.

Di negara-negara yang sedang berkembang,umumnya urbanisasi itu

disebabkan oleh ‘’overruralization’’ ,yakni jumlah penduduk yang terdapat di desa

lebih banyak daripada yang dapat dijamin dan didukung oleh kondisi dan potensi

Universitas Sumatera Utara

Page 15: “PAK OGAH”

ekonominya. Adapun faktor penarik kota itu meliputi daya tarik ekonomi kota berupa

kesempatan kerja,fasilitas-fasilitas pendidikan dan pengembangan bakat rekreasi,serta

besarnya kesempatan untuk beremansipasi,karena renggangnya atau longgarnya

kontrol masyarakat dan adat istiadat atas individu. Di perkotaan tingkat kemudahan

tinggi maka orang akan datang ke kota membawa pengalaman serta modalnya.

Dengan bertambahnya kegiatan usaha di kota, maka tingkat kemudahan pun

meningkat dan daya tariknya juga makin bertambah kuat. Tingkat kemudahan

dicerminkan oleh tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan.

Jumlah penduduk perkotaan yang relatif padat itu membutuhkan ketersediaan

prasarana dan sarana perkotaan dan berbagai fasilitas pelayan ekonomi dan sosial

dalam jumlah besar dan kwalitas pelayanan umum yang cukup memadai. Jumlah

penduduk di daerah perkotaan menunjukkan kecenderungan pertumbuhan yang makin

meningkat dan cepat,karena daerah perkotaan mempunai daya tarik yang kuat,yaitu

menjanjikan kesempatan kerjaa yang lebih luas,memberikan pendapatan yang lebih

tinggi,memberikan peluang pengembangan karir dan kemampuan profesional,serta

penyediaan berbagai kemudahan lainnya,misalnya melanjutkan studi ke strata yang

lebih tinggi,mengembangkan kegiatan usaha baru,menikmati kehidupan yang lebih

mewah dan megah dan lain sebagainya. Jumlah penduduk pedesaan memperlihatkan

pula pengembangan,tetapi relatif lamban dibandingkan pertumbuhan perkotaan.

Pemusatan penduduk di daerah pedesaan terjadi di ibukota kecamatan dan ibukota

desa. Selain peranannya yang penting dalam pembangunan,kota-kota juga memliki

fungsi yang penting dalam kehidupan masyarakat perkotaan dewasa ini seperti;fungsi

tempat tinggal,tempat pekerjaan,lalu lintas(transportasi) dan rekreasi. Permintaan

pelayanan prasarana dan sarana yang dibutuhkan di daerah perkotaan pada umumnya

dirasakan dibandingkan dengan ketersediaan prasaranan dan sarana yang dibangun.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: “PAK OGAH”

Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan tahun 2012-2015

Tahun

Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

Penduduk(jiwa/Km2)

2015 265.00 2.110.624 8.342

2014 2.65 2.191.140 8.268

2013 2.65,1 2.122.804 8008

2012 265,1 2.122.804 8008 Sumber: Badan Pusat Statistik Medan

Suplai sarana dan prasaranan perkotaan ternyata tidak mampu mengimbangi

yang dibutuhkan,karena lahan perkotaan untuk pembangunan prasarana

jalan(arteri,kolektor dan lokal) itu relatif terbatas dan anggaran pembangunan yang

tersedia juga sangat terbatas,sedangkan perkembangan perkotaan berlangsung terus

dan cenderung semakin pesat.Tidak seimbangnya prasarana dan sarana perkotaan

dibandingkan dengan kebutuhan akan menimbulkan ketidakefektifan dan

ketidakefisien dalam penggunaan atau pemakaian prasarana dan sarana yang

tersedia,misalnya terjadinya kemacetan dan kepadatan lalu lintas atau ketidaklancaran

pelayanan angkutan umum,hal ini jelas merugikan masyarakat luas. Perencanaan yang

masih bersifat dasar berupa penempatan bangunan dan ruang untuk pergerakkan

manusia dan kendaraan. Tanpa adanya perencanaan dasar tersebut,bangunan dan

ruang tidak akan dapat berfungsi. Jika pemerintahan yang sedang berkuasa

menghendaki,maka sistem jaringan jalan lengkap direncanakan dan proyek-proyek

besar dirancang dan dilaksanakan pembangunannya.

Peranan transportasi semakin vital sejalan dengan tingkat kemajuan ekonomi

dan kemakmuran negara. Hal ikhwal yang bersangkut paut dengan transportasi

Universitas Sumatera Utara

Page 17: “PAK OGAH”

menyinggung langsung kebutuhan pribadi warga kota dan berkaitan langsung dengan

keidupan ekonomi kota. Transportasi ternyata telah menjadi ciri kemajuan

kebudayaan dan sekaligus menjadi beban kebudayaan itu sendiri. Masalah lanjutan

yang disebabkan oleh buruknya penyediaan prasaran,khususnya prasarana jalan

adalah terjadinya kondisi transportasi yang buruk. Kondisi itu(Sadyohutomo2008)

seperti kemacetan lalu lintas(traffic jams) dan lalu lintas merambat (traffic

congestion),kesemrawutan lalu lintas campur aduk antara transportasi lokal dengan

transportasi antarregional,kendaraan lambat dengan kendaraan cepat,kendaraan tidak

bermesin dengan kendaraan bermesin dan pedagang kaki lima di trotoar dengan

pejalan kaki,di mana terjadi perampasan hak pejalan kaki oleh pedagang kaki lima.

Kemajuan teknologi di bidang transportasi warga kota yang ingin memiliki

kendaraan sendiri seperti sepeda motor,pick-up,mobil atau pun kendaraan lainnya di

ikuti harga kendaraan yang bisa dijangkau dengan di cicil sehingga warga kota bisa

memlikinya.

Tidak mengherankan,bahwa akibatnya kesempatan untuk memiliki kendaraan

makin meluas. Pemilikan kendaraan pribadi setingkat demi setingkat menyaingi

kedudukan alat transportasi umum sepeti kereta api,angkutan umum,bis.

Perkembangan pola pemilikan kendaraan begitu cepat sehingga akhirnya berada

diluar pengendalian pemerintahan pusat dan pemerintah kota.konsentrasi penduduk

dan bangunan dalam jumlah yang besar secara kuantitatif lebih rentan terhadap

bencana alam dan gangguan kemasyarakatan,dibandingkan dengan masyarakat-

masyarakat berukuran kecil. Kualitas lingkungan akan semakin menurun dengan

semakin berkurangnya ruang-ruang terbuka,semakin tingginya tingkat

kebisingan,serta polusi dan air. Mobil merupakan alat transportasi yang selama ini

dan akan terus berlanjut memiliki dampak yang sangat luas terhadap kota-kota di

Universitas Sumatera Utara

Page 18: “PAK OGAH”

negara berkembang dan maju. Sejalan dengan pertumbuhan komunitasnya dan

semakin tingginya tingkat pendapatan sehingga memungkinkan meluasnya pemilikan

mobil. Dampak pemakaian mobil dapat di jumpai diberbagai tempat

parkir,pengendalian lalu lintas,kemacetan lalu lintas,pencemaran udara,kecelakaan

lalu lintas,mobilitas,biaya kontruksi,biaya transportasi,citra dan gengsi dan Akibat ,

dari pola pemilikan mobil yang tak terkendali tersebut menjadi sangat terasa dan

menimbulkan masalah kronis mulai dari kemacetan lalu lintas,sampai masalah polusi.

Kemacetan lalulintas menyebabkan semakin lamanya seseorang harus menunggu dan

menyebabkan tertundanya perjalanan,sehingga membuat semakin tegangnya para

pengemudi kendaraan. Sejauh ini kemacetan lalulintas secara total hanya terjadi di

kota-kota besar. Bahkan dijumpai kenyataan bahwa rata-rata kecepatan jalan kaki

semakin tinggi dengan semakin besarnya ukuran kota(Branch,1995). Jalur-jalur

transportasi dan utilitas kota merupakan pembentuk pola penggunaan lahan di kota.

Sejak awal pertumbuhan komunitas,berbagai kegiatan usaha memilih lokasi di

sepanjang jalur-jalur lalu lintas primer dan di tempat-tempat yang merupakan

konsentrasi para pelanggan potensial. Jaringan jalan dalam kota dapat didasarkan atas

fungsi lahan,kualitas jalan maupun jumlah jalur,namun kajian yang lebih penting

adalah sebaran wilayah yang dapat dilayani secara langsung oleh jaringan

jalan,sehubungan dengan sarana transportasi dan aksesbilitas menuju lokasi-lokasi

tertentu di dalam kota,karena transportasi adalah suatu faktor kunci yang

menstimulasi akses ke jasa (Koestoer,1997). Transportasi dan guna tanah oleh para

perencana kota sering diibaratkan sebagai ‘’dua sisi pada satu uang logam’’ karena

tempat masuk dan keluarnya transportasi diperlukan agar sebidang tanah memiliki

funsi produktif,dan jalur lalu lintas tidak akan bermanfaat kecuali bila jalur tersebut

melayani kegiatan baru ataupun yang telah ada pada kedua ujungnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: “PAK OGAH”

Perkembangan pertumbuhan penduduk dan kegiatan ekonomi dan sosial yang

sangat cepat merupakan alasan utama munculnya kebutuhan yang sangat mendesak

terhadap pembangunan sistem angkutan kota yang baik. Sasaran utama adalah untuk

dapat menyediakan fasilitas angkutan untuk melayani pergerakan orang dan

penumpang dalam rangka menunjang pembangunan ekonomi dan sosial wilayah

perkotaan bersangkutan. Secara umum permasalahan yang dihadapi sistem

transportasi di Indonesia dewasa ini (Sjafrizal,2012) jauh lebih kecilnya pertambahan

jaringan jalan serta fasilitas lalu lintas dan angkutan dengan pertambahan penduduk

dan kegiatan ekonomi sehingga fasilitas transportasi kendaraan di kota menjadi sangat

kurang. Jumlah dan kualitas sarana angkutan umum masih sangat terbatas karena

keterbatasan kemampuan keuangan pemerintahan kota dan pihak swasta.

Perkembangan kota yang tidak diikuti dengan struktur tata guna lahan yang serasi

sehingga penataan arus barang dan penumpang menjadi kurang baik.

Kepadatan di jalan raya yang disebabkan banyaknya jumlah kendaraan baik

bermotor dan tidak bermotor ,pejalan kaki,dan pedagang kaki lima membuat kondisi

psikologi tidak nyaman bagi pengguna kendaraan di jalan. Kondisi kepadatan di jalan

raya yang tidak teratur membuat meningkatnya tingkat agresi pengguna jalan

raya,kelelahan secara emosional,dan ketidaknyamanan psikologi yang lain. Kepadatan

di jalan raya memang tidak dapat dihindarkan karena jumlah penduduk dan kendaraan

yang makin meningkat disertai pertumbuhan sarana dan prasarana yang tidak

sebanding dengan peningkatan tersebut. Luas jalan yang tidak berimbang dengan

jumlah kendaraan dan pengguna jalan raya. Begitulah yang terjadi di kota-kota besar

di Indonesia,terkesan macet,kumuhdan semrawut. Salah satu penyebabnya adalah

pola perilaku pengguna jalan raya di Indonesoa yang tidak displin. Salah satunya di

Kota Medan. Kemacetan yang terjadi di perparah lagi dengan kedisplinan pengguna

Universitas Sumatera Utara

Page 20: “PAK OGAH”

jalan kendaraan yang sangat rendah. Di kota-kota besar seperti Kota Medan meskipun

menyebrang di traffic light yang menunjukkan kendaraan harus berhenti,penyebrang

tidak dapat menyebrrang secara nyaman di zebra cross karena area zebra cross

dipenuhi dengan kendaraan yang tidak berhenti di stop line. Belum lagi kendaraan

yang menyerobot tidak berhenti. Lebih parah ketika menyebrang di zebra cross yang

disertai dengan traffic light ,belum tentu pengendara mau berhenti dan memberikan

kesempatan penyebrang.

Rambu lalu lintas berfungsi mengatur lalu lintas sehingga kenyaman dalam

berlalu lintas dapat terwujud Pengguna jalan banyak yang melanggar rambu-rambu

lalu lintas sehingga menyebabkan kemacetan yang semakin parah. Dan juga

penegakan hukum oleh aparat terhadap pelanggar lalu lintas yang lemah dalam

mengatasi ini. Kemacetan yang terjadi ada petugas,pengendara jalan,jadi petugas itu

sering kali juga kehadirannya tidak setiap saat. Ketidakhadiran petugas setiap di

lokasi rawan kemacetan membuat pengguna jalan frustasi. Kondisi ini ini dibaca dan

ditangkap oleh pemuda atau beberapa orang yang tidak memiliki pekerjaan menetap.

Maka ,kondisi seperti ini dianggap sebuah peluang yang bisa dimanfaatkan untuk

mendapatkan uang sekadarnya sebagai jasa lalu lintas amatiran kehadiran mereka.

Oleh karena itu sebagian orang menganggap ini mengganggu tapi orang lain yang

berhubungan langsung yakni pengguna kendaraan pribadi dengan merasa mereka

sangat terbantu,akan tetapi aparat petugas menganggap tindakan mereka liar. Tapi

,sebagian lagi menganggap berjaasa dalam melancarkan bagi yang mau bayar kepada

‘’Pak Ogah’’

1.2 Tinjauan Pustaka

1.2.1 Kemiskinan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: “PAK OGAH”

Kemiskinan adalah salah satu dampak sosial pembangunan karena pembangunan

dapat menyebabkan ketmpangan penduduk. Masalah ini dialami banyak negara,terutama

negara-negara berkembang dan negara-negara miskin di dunia. Selain disebabkan

ketimpangan pendapatan karena pendapatan yang tidak merata(Martono,2011). World bank

mendefenisikan kemiskinan sebagai sebuah kondisi yang dialami penduduk ketika mereka

hidup dalam kondisi serba kekurangan yang mengakibatkan mereka tidak mampu mencapi

derajat hidup yang layak (well-being). Secara umum kemiskinan dapat dikategorikan menjadi

dua jenis,yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut ukurannya

sudah ditentukan secara absolut dan diterapkan di setiap tempat atau wilayah,sedangkan

kemiskinan relatif ditentukan berdasarkan perbandingan relatif tingkat kesejahteraan

antarpenduduk setempat. Selain dua jenis kemiskinan tersebut, adapula kemiskinan

struktural. Menno(1991) mengatakan kemiskinan bukan karena struktur sosial adanya bersifat

kondisional,yaknni karena kondisi yang relatif sementara. Mereka tetap bercita-cita dan tetap

berusaha agar pada suatu kelak,bila telah berhasil mengumpulkan cukup modal,akan beralih

ke rumah atau lokasi pemukiman yang lebih memenuhi persyaratan hidup yang layak,daan

mebentuk usaha yang meberikan penghasilan yang lebih tinggi.

1.2.2 Pengangguran

Defenisi pengangguran dalam arti luas adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi

sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang

tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi mulai bekerja. Pengangguran

adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan

yang paling berat. Kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standart

kehidupan dan tekana psikologis. Pengangguran merupakan yang dihadapi tidak saja oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 22: “PAK OGAH”

negara-negara sedang berkembang,akan tetapi juga negara-negara yang sudah maju. Secara

umum,pengangguran didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong

dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan secara aktif sedang mencari

pekerjaan(Nanga,2001) seseorang yang tidak bekerja tetapi secara aktif mencari pekerjaan

tidak dapat digolongkan sebagai penganggur. Menurut case(2004) dalam bukunya prinsip-

prinsip ekonomi makro,pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis yaitu sebagai

berikut;

a. Pengangguran Friksional adalah bagian pengangguran yang disebabkan oleh kerja

normalnya pasar tenaga kerja. Jenis pengangguran ini dapat pula terjadi karena

berpindah orang-orang dari suatu daerah ke daerah lain,atau dari satu pekerjaan ke

pekerjaan lain,dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai

penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang baru.

b. Pengangguran Musiman ini berkaitan dengan erat fluktuasi kegiatan ekonomi jangka

pendek,terutama terjadi di sektor pertanian yang hany bersifat sementara saja.

c. Pengangguran Siklis atau Konjongtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh

perubahan-perubahan dalam kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi

mengalami kemunduran,perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan

memproduksinya.

d. Pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari kerjaa tidak mampu

memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal

ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya

proses produksi atau teknologi produksi yang digunakan menuntut persyaratan tenaga

kerja yang juga makin tinggi. Dilihat dari sifatnya,pengangguran struktural lebih sulit

diatasi dibanding pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang

besar,juga waktu yang laama. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: “PAK OGAH”

pengangguran struktural yaitu sebagai akibat dari kemerosotan permintaan atau

sebagai akibat dari semakin canggihnya teknik memproduksi. Faktor yang kedua

memungkinkan suatu perusahaan menaikan produksi dan pada waktu yang sama

mengurangi pekerja.

Bentuk-bentuk pengangguran adalah:

1. Pengangguran terbuka adalah mereka yang mampu dan seringkali sangat ingin

bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang cocok untuk mereka.

2. Setengah pengangguran adalah mereka yang secara nominal bekerja penuh namun

produktivitasnyya rendah sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak

mempunyai arti atas produksi secara keseluruhan,

3. Tenaga kerja yang lemaahadalah mereka yang mungkin bekerja tetapi

intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.

4. Tenaga kerja yang tidak produktif adalah mereka yang bekerja secara produktif

tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.

1.2.3 Konflik

Konflik adalah suatu hal yang alamiah terjadi di dalam kehidupan manusia. Konflik

bisa ditimbulkan oleh dua hal berikut(Sadyohutomo,2008);

1. Adanya perbedaan tujuan atau paham sehingga menimbulkan benturan atau

permusuhan.

2. Adanya kesamaan kepentingan terhadap sesuatu sehingga menimbulkan

persaingan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: “PAK OGAH”

Dalam lingkup kota,konflik yang terjadi di masyarakat perlu dikelola agar tidak

merugikan semua pihak. Konflik dapat dibedakan antara konflik horizontal daan

konflik vertikal. Konflik horizontal adalah konflik antarpihak atau kelompok

masyarakat dalam posisi yang sejajar. Konflik vertikal adalah konflik antar pihak

yang berbeda kelas kedudukan atau kekuasaannya.

Menurut Robbins(1979), ada tiga pandangan mengenai keberadaan konflik yaitu pandangan

tradisional,pandangan behavioral,pandangan interactionist. Pandangan tradisional

menganggap bahwa konflik adalah jelek atau merugikan sehingga harus dicegah dan

dihindari. Pandangan kedua yang bersifat moderat menganggap bahwa konflik adalah

alami(behavioral),apabila tidak bisa dihindari maka harus diterima sebagai suatu kenyataan

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pandangan ketiga yang bersifat interactionist

menganggap bahwa konflik itu bisa baik dan bisa buruk konflik yang baik adalah apabila

konflik mendorong pencapaian tujuan organisasi. Pandangan ini justru mengahrapkan

terjadinya konflik apabila keharmonisan organisasi membuat organisasi menajdi statis.

Berdasarkan intensitasnya,konflik dibedakan menajdi tida dengan cara pengelolaan nya yang

berbeda,yaitu;

1. Konflik tingkat rendah,timbul dalam kehidupan sehari-hari,tidak menimbulkan

dampak yang buruk bagi para pihak. Konflik tingkat rendah bisa diterima sebagai

hal biasa,bisa dihindari,atau didiabaikan dan tidak pelu dibesar-besarkan karena

konflik tingkat ini akan berlalu dan selesai dengan sendirinya.

2. Konflik tingkat sedang,yaitu konflik timbul karena ada unsur kompetisi,targetnya

adalah menang atau kalah.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: “PAK OGAH”

3. Konflik tingkat tinggi,yaitu konflik yang dapat mencederai atau mengancam jiwa

para pihak.

Kehadiran ‘’Pak Ogah’’ di jalan-jalan yang rawan kemacetan ini membuat adanya peran

aparat kepolisian selaku petugas di jalan raya untuk mengurangi kemacetan. Sehingga

membuat pemuda setempat yang berada disekitar jalan kemacetan mengambil alih peran dari

polisi tersebut dengan mengharapkan imbalan dari pengguna jalan yang seikhlas hatinya.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian yang

diangkat adalah;

1. Apa yang mendorong muncul ‘’Pak Ogah’’ di tengah kemacetan?

2. Siapa yang menggunakan jasa ‘’Pak Ogah’’ di tengah kemacetan

3. Bagaimana solusi nya atas situasi ini menurut aparat negara(Polisi,Dinas

Perhubungan,Masyarakat sekitar)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami

fenomena sosial yang mulai muncul belakangan tahun terakhir ini dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya. Kemudian menjelaskan peranan ‘’Pak Ogah’’ di persimpangan jalan yang

menjadi lokasi untuk mengatur lalu lintas

Universitas Sumatera Utara

Page 26: “PAK OGAH”

1.4.2 Manfaat Penelitian

Secara aplikatif,hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil

kebijakan mengenai permasalahan kemacetan di Kota Medan guna mencari solusi yang tepat.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatis yang bersifat etnografis.

Penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar

melihat,mendengar,berbicara berpikir dan bertindak denga cara-cara yang berbeda. Tidak

hanya mempelajari masyarakat,lebih dari itu etnografis berarti belajar dari masyarakat

(Spredley,1997:3) penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder

maupun data primes melalui observasi dan wawancara.

1.5.1 Observasi

Observasi dalam hal ini merupakan teknik penelitian yang dilakukan langsung di

lapangan. Observasi dilakukan diawal penelitian untuk mengamati dan mencermati guna

mendapatkan gambaran lokasi dan infomasi awal. Pada saat observasi atau pengamatan ini

juga peneliti mendapatkan informan pangkal yang akan mengarahkan peneliti kepada

informan-informan lainnya guna memperoleh data-data yang dibutuhkan.

Ada beberapa alsan mengapa dalam penelitian kualitatif,pengamatan dimanfaatkan

sebesar-besarnya seperti dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moeloeng(1989:137)

sebagai berikut;

Universitas Sumatera Utara

Page 27: “PAK OGAH”

1. Pertama ,teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung.

Bukan kah pengalaman adalah guru terbaik atau setelah melihat baru percaya

2. Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan peneliti melihhat dan mengamati

sendiri,kemudian mencatat perilaku dan kejaddia sebagaimana yang terjadi pada

keadaan sebenarnya.

3. Ketiga , pengamatan memungkinkan peneliti mencata peristiwa dala situasi yang

berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung

diperoleh dari data

4. Keempat, sering terjadi keraguan pada peneliti,jangan-jangan pada data yang

diaringnya ada yang ‘’menceng’’ atau bias

Adapun jarak waktu mengamati di lapangan:

I. 07.00-09.00

II. 09.00-12.00

III. 12.00-15.00

IV. 15.00-18.00

1.5.2 Wawancara

Wawancara dilakukan guna memperoleh data secara langsung dari informan baik

informan biasa maupun informan kunci seperti pengguna jalan yang mengggunakan jasa ‘Pak

Ogah’’,masyarakat sekitar tempat berada lokasi ‘’Pak Ogah’’ , dan aparat kepolisian.

Wawancara secara mendalam dilakukan kepada informan-informan kunci yang mengetahui

dan memahami pokok permasalahan yang sedang diteliti.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: “PAK OGAH”

Proses pecarian data dilapangan didukung alat pendukung dilapangan yakni alat

rekam dan kamera foto. Alat perekam membantu peneliti ketika melakukan wawancara

sehingga data yang diperoleh ketika melakukan wawancara tersimpan dengan baik dimana

informasi-informasi tidak akan hilang. Peneliti menyadari keterbatasan untuk dapat

mengingat semua informasi yang diperoleh. Alat rekam ini tentu Sangat membantu terutama

ketika melengkapi catatan lapangan (fieldnote) sebagai dasar dalam pengolahan data yang

dilakukan. Kamera foto/video bermanfaat untuk merekam peristiwa di lapangan guna

mendukung datang dan bukti lapangan dan dapatt juga memberikan gambaran penelitian ini

secara visual.

Melakukan rapport merupakan suatu hal yang mutlak di lapangan. Rapport bertujuan

untuk memperoleh data yang akurat di lapangan. Terjalinnya rapportmemudahkan peneliti

dalam menggali data terutama dengan informan-informan. Sehingga hubungan yang baik

dilakukan terlebih dahulu agar peneliti tidak menmukan kesulitan karena tidak terjalinnya

hubungan secara baik yang membuat informan tidak dngan mudah memberikan informasi.

Rapport yang terjalin membuat informan tidak sungkan dan merasa curiga kepada penliti

yang dapat menghambat dalam perolehan data.

1.6 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah proses pencarian data dilapangandianggap cukup.

Proses pencarian data dilapangan dilakukan dengan sistem bola salju(snowball). Sedangkan

pencarian data dianggap selesai ketika informasi yang diperoleh di lapangan telah berulang-

ulang. Untuk keakurat data juga dilakukan crosscheek(triangulasi) kepada informan untuk

emmastikan kebenaran data-data yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: “PAK OGAH”

Analisis data dilakukan terhadap data hasil observasi,wawancara dan dari

dokumentasi dengan mengklasifikasdikan/mengkategorikan data yang diperoleh sesuai

dengan perumusan masalah dalam penelitian ini dan menyingkirkan data yang tidak relevan.

Sehingga memudahkan untuk di pahami dengan baik.

1.7 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Medan tepat nya di jalan yang rawan kemacetan

sehingga muncul nya ‘’Pak Ogah’’ di persimpangan Jalan Bhayangkara.

1.8 Pengalaman Pribadi

Penelitian ini saya lakukan setelah mendapat ACC proposal untuk penelitian lapangan

di bulan akhir juni. Sebenarnya saya telah ACC proposal bulan mei tapi karena beberapa

alasan dan kendala maka saya penelitian di bulan juni. Awalnya saya sempat takut melakukan

penelitian ini. saya harus memasuki kelompok masyarakat yang baru dan belum pernah saya

kenal. Dari yang yang saya biasa bergabung, ngumpul dengan teman-teman dan keluarga. Ini

saya harus memasuki dunia tempat kerja nya Pak Ogah. Memang sih saya tidak menjadi Pak

Ogah nya, saya lebih interaksi langsung dengan Pak Ogah. Sebelum saya memulai ke

lapangan maka saya terlebih dahulu melihat ke lokasi penelitian yang tiap hari nya banyak

Pak Ogah supaya saya mulai membiasakan diri dan mengamati secara jauh apa yang

dilakukan mereka. Empat hari saya sering duduk agak jauh tepatnya di indomaret yang pas di

simpang Jalan Bhayangkara. Awalnya saya takut melihat mereka, karena dari segi pakaian

mereka kurang rapi dan tentunya bau keringat(dalam pikiran saya) karena mereka harus kerja

dibawah terik matahari. Dari segi muka seram membuat saya semakin jantungan, apakah saya

bisa mendekat dan ngobrol sama mereka. Karena saya takut di palaki dan yang ada malah

saya di usir pula nanti. Namun kalau pun tidak mencoba tentunya skripsi saya ini tidak

selesai. Sebelumnya saya selama penelitian tinggal di rumah Paman(tulang) saya di jalan

Universitas Sumatera Utara

Page 30: “PAK OGAH”

pardamean di simpang Unimed saya pun bingung melihat muka-muka Pak Ogah nya seram

maka Paman saya mengusulkan untuk menemui teman gereja nya Tulang Sarmidin yang juga

sebagai sekretaris Pemuda Pancasila dan dia juga tinggal tak jauh dari lokasi jalan

bhayangkara. Lalu besoknya saya bersama tulang sarmidin ini ke Jalan Bhayangkara dan dia

kenal denga seorang Pak Ogah disitu, namanya Bang Edi. Postur tubuh dia pendek dengan

memakai kaos,sepatu yang koyak dan ada semprit juga di lehernya. Tulang sarmidin pun

meminta izin agar saya dibantu dalam peneltian ke Bang Edi maka Bang Edi pun mengiakan

permintaan Tulang Sarmidin. Itulah menjadi awal berkomunikasi untuk memasuki dunia

pekerjaan mereka. Keesokan sore harinya saya pun menemui Bang Edi ini sekedar untuk

ngobrol tetapi ketika baru jumpa, Bang Edi meminta rokok kepada saya dan saya pun

membelikannya rokok. Saya tidak mau langsung mewawancarai Bang Edi karena saya harus

membangun Rapport yang diajarkan dari perkuliahan saya. Besok hari nya saya pun

menemuinya tetap juga dia meminta rokok kepada saya, saya belikan kembali rokok

kepadanya karena baru kenal sudah dimintai rokok sama Bang Edi maka saya pun

memutuskan untuk tidak menemuinya lagi. Ketika saya di lokasi penelitian dan tidak ada

Bang Edi maka saya mendekati ke Pak Ogah yang lain. Ketika itu Pak Ogah yang lain saya

dekati kebetulan sedang ada Pak Ogah yang sedang duduk istirahat di pinggir jalan lalu saya

mendekatinya. Namanya bang rahman, baju nya tampak lusuh,rambut nya sedikit

gondrong,dengan memakai celana yang sedikit longgar dan kebesaran di pakai. Saya tahu

Bang Rahman ini adalah Pak Ogah karena pernah saya lihat dia sedang mengatur lalu lintas.

Ketika saya duduk diseblahnya makanya disitu lah awal saya mulai berkomunikasi dengan

dia. Saya pun mulai bertanya basa-basi dengan nya, saat itu saya bertanya “capek

bang,istirahat sekarang abang ini?” lalu abang itu pun berkata “iya” sedikit cuek menurut ku

tapi ku coba lagi bangun komunikasi perlahan-lahan denga menanyai pertanyaan yang tidak

penting menurut ku. Lalu yang membuat ku terkejut ketika Bang Rahman bertanya kepadaku

Universitas Sumatera Utara

Page 31: “PAK OGAH”

“ngapai disini dek, sering abang lihat kau duduk di indomaret itu lihatin kesini(bilang ke

simpang jalan bhayangkara) lalu aku pun menjawab “ iya bang, maaf ganggu suasana abang”

aku lagi penelitian skripsi bang dari kampus, aku mau teliti pekerjaan abang ini sekarang”

maka respon Bang Rahman juga respect dan bersedia diwawancarai tapi saya belum

mewawancarai masih ingin melakukan pengamatan terlebih dahulu. Kenalan dengan Bang

Rahman yang menjadi orang pertama yang membawa ku dan memperkenalkan aku dengan

Pak Ogah lain nya. Pada saat wawancara juga sambil saya sediakan gorengan, minuman

dingin disaat mereka sedang istirahat. Malah mereka semua heran kenapa mau aku bergabung

Universitas Sumatera Utara

Page 32: “PAK OGAH”

BAB II

GAMBARAN KOTA MEDAN

2.1. Sejarah Kota Medan

Kampung Meidan yang pada awalnya masih merupakan hutan belantara yang relatif

sepi,dimana kampung hanya terdapat di kawasan Benteng dan Babura,dan masyarakatnya

tidak lebih dari 400 jiwa,seakan berlari dengan cepat menuju perkembangan yang telah

direncanakan oleh pemerintah kolonial di Medan. Sejalan dengan penetapan Medan sebagai

ibukota (hoofdplaats) residen Sumatra Timur, maka dibentuk Negorijaad yakkni badan yang

bertugas untuk mengawasi dan mengatur pembangunan ataupun perkembangan sarana dan

prasarana di Medan. Badan ini bertugas kurang lebih selama 20 tahun hingga tahun 1906

yakni munculnya peta rencana wilayah Kota Besar (Gemeente). Selanjutnya, proses menuju

Gemeente) berakhir sehubungan dengan ditetapkammya Medan sebagai Gemeente pada

tanggal 1 April 1909. Pembentukan Gemeente Medan ini diawali dengan pembentukan

Afdeelingsraad van Deli yang dibentuk pada tahun 1906. Pembentukan Gemeente Medan ini

dilakukan pada tanggal 1 April 1909 yang dikeluarkan di Bogor (Buitenzog) pada tanggal 5

April 1909 dan ditandatangani oleh Gubernur Jenderal J.B Van Heutz,dengan Besluit Nomor

180 yang disebut azas Desentrasatie . Dengan demikian sejak 1 April 1909, maka

Negorijaraad diganti menjadi Gemeenteraad yang mengambil ahli tugas-tugas Negorijraad

sehubungan dengan penetapan Medan sebagai Gemeente. Selanjutnya, Gemeenteraad ini

bertugas untuk menata wilayah maupun menata pemerintahan hingga ditunjuknya walikota

Medan. Tugas-tugas Gemeentraad ini mencapai puncaknya pada tahun 1918, pada saat

Medan dipimpin oleh seorang Walikota. Pada saat itu , Daniel Baron Mackay ditunjuk

sebagai walikota Medan yang pertama. Singkatnya ,pembentukan Gemeente Medan dapat

dipandang sebagai cara untuk memisahkan secara tegas antara kekuasaan Zelfbestuur Deli

Universitas Sumatera Utara

Page 33: “PAK OGAH”

(Kesultanan Deli) dengan Gouvernement Hindia Belanda. Hal ini merupakan konsekuensi

dari ‘Pemberian Hak yang Lebih Nyata’ bagi pemerintahan Hindia Belanda untuk

menjalankan kekuasaan, guna kepentingan perkebunan sesuai dengan perjanjian yang telah

dituangkan pada Acte van Verband (pengaturan tanah diwilayah kesultanan Deli) maupun

Politiek Contract ataupun perjanjian yang lainnya.

Letak Geografis Medan

Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan

Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah Timur dari

provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut.

Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat

Malaka.

Secara geografis, Medan terletak pada 3,300-3,430 LU dan 98,350-98,440 BT dengan

topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan

Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang

strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan

barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah

dengan curah hjan rata-rata 2000-5000 mm per tahun.

2.2. Letak Geografis Kelurahan Indra Kasih

2.2.1 Keadaan Umum Wilayah

Kelurahan Sei Kera Hilir II merupakan salah satu Kelurahan yang berada di wilayah

Kecamatan Medan Tembung dengan luas wilayah 44,4 Ha, dengan batas-batas wilayah

Kelurahan Indra Kasih adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 34: “PAK OGAH”

- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sidorame Timur dan Kelurahan Sei Kera

Hilir I.

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sidodadi, Kelurahan Sei Kera Hulu,

Kelurahan, Kelurahan Pahlawan.

- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Perintis.

- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sei Kera Hilir I.

Kondisi Geografis Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung berada pada

ketinggian 12 meter di atas permukaan air laut dengan suhu rata-rata 34⁰ C, sedangkan letak

topografinya berada pada dataran rendah dan jarak dari pusat Pemerintahan Kelurahan ke

Pusat Pemerintahan Kecamatan sejauh lebih kurang 3 Km. Untuk jarak ke pusat

pemerintahan Kota Medan dapat ditempuh sejauh 3,5 Km.

2.2.2 Kependudukan

Kelurahan Indra Kasih terbagi dalam 15(lima belas) Lingkungan dengan jumlah

penduduk sebanyak 12.701 jiwa (2.475 KK) yakni Laki-laki sebanyak 5.496 jiwa dan

Perempuan sebanyak 7.205

Tabel 1. Jumlah Lingkungan Kelurahan Indra Kasih

No Lingkungan Jumlah Penduduk Total Penduduk

LK PR

1 I 405 530 935

2 II 213 258 471

3 III 329 424 753

4 IV 402 538 940

5 V 422 594 1016

Universitas Sumatera Utara

Page 35: “PAK OGAH”

6 VI 196 235 431

7 VII 223 294 517

8 VIII 545 619 1164

9 IX 412 479 891

10 X 229 248 477

11 XI 455 835 1290

12 XII 882 734 1416

13 XIII 434 447 881

14 XIV 223 455 678

15 XV 326 515 841

Jumlah 5.496 7.205 12.701

Jumlah Penduduk Menurut Etnis(Suku) :

Aceh : 403 jiwa

Jawa : 2.457 jiwa

Melayu : 635 jiwa

Batak : 775 jiwa

Mandailing : 3.660 jiwa

Padang : 3.395 jiwa

WNI Keturunan :857 jiwa

Lainnya : 515 jiwa

Jumlah Penduduk Menurut Agama yang dianut :

Islam : 9.848 jiwa

Kristen Protestan : 543 jiwa

Katholik : 648 jiwa

Universitas Sumatera Utara

Page 36: “PAK OGAH”

Budha : 766 jiwa

Hindu : 191 jiwa

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian :

TNI : 98 jiwa

POLRI : 19 jiwa

PNS : 335 jiwa

Kary. BUMN : -

Kary.Swasta : 1.632 jiwa

Wiraswasta : 736 jiwa

Pertanian/Perkebunan :-

Pedagang : 378 jiwa

Pensiuanan : 163 jiwa

Tabel 2. Jumlah Penduduk menurut usia :

No Gol.Umur(Tahun) Jumlah

1 0-15 5.147 jiwa

2 15-65 7.131 jiwa

3 Usia 65 keatas 423 jiwa

Jumlah 12.701 jiwa

2.2.3 Pendidikan Masyarakat

Untuk menunjang pendidikan masyarakat, terdapat beberapa lembaga pendidikan di

wilayah Kelurahan Sei Kera Hilir II, sebagaimana tercantum pada tabel berikut :

Tabel 3. Lembaga Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Nama Lembaga

Pendidikan

Alamat

Universitas Sumatera Utara

Page 37: “PAK OGAH”

1 Pra-Sekolah Dasar/ PAUD PAUD JUWITA Jl.HM.Yamin

gg.Bidan No.24

TK Taman Harapan Jl.Ibrahin Umar

No.11 lk.VI

4 Sekolah Dasar(SD) SD Alwasliyah Jl.Mabar

SDN 060417 Jl.Madong Lubis

No.1

SDN 060853 Jl. Madong Lubis

No.1

SDN 060852 Jl. Madong Lubis

No. 1

SDN 060851 Jl. Madong Lubis

No. 1

SD Taman Harapan Jl.Ibrahim Umar

No.11 lk.VI

6 Sekolah Menegah Pertama(SMP) SMP Alwasliyah Jl.Mabar

SMP Taman Harapan Jl.Ibrahim Umar

no.11 lk.VI

2.2.4 Kesehatan Masyarakat

Di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Kelurahan Indra Kasih sudah

tergolong baik. Hal tersebut dikarenakan koordinasi yang baik antara Pemerintahan

Kelurahan dengan SKPD(Puskesmas) dan unit kerja terkait, khususnya mengenai

pelaksanaan progam Jaminan Kesehatan Masyarakat(Jamkesmas), maupun Jaminan

Universitas Sumatera Utara

Page 38: “PAK OGAH”

Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat(JPK-MS). Selain itu,salah satu faktor utama untuk

mendukung terciptanya kesehatan masyarakat di Kelurahan Indra Kasih adalah adanya

kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.

Untuk menunjang pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah Kelurahan Indra Kasih

terdapat tenaga dan sarana kesehatan sebagai berikut:

Tabel 4. Jumlah Tenaga dan Sarana Kesehatan Masyarakat

No Tenaga dan Sarana Kesehatan Jumlah

1 Dokter Praktek 6

2 Apotek 3

3 Posyandu 8

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya Balita dan

Lansia, terdapat 8(delapan) buah Pos Pelayanan Terpadu(Posyandu) di wilayah Kelurahan

Indra Kasih, sebagai berikut :

Tabel 5. Posyandu di Kelurahan Indra Kasih

No Nama Posyandu Alamat

1 AMALIA Jl. M.Yakub Gg.Salamah No.10

2 ANGGREK Jl.HM.Yamin Gg.Pisang No.2

3 ANYELIR Jl.Gurilla Gg.Mandor Suro No.21

4 MAWAR Jl.M.Yakub No.80

5 KENANGA Jl.M.Yakub Gg.Hasibah No.1

6 CEMPAKA Jl.HM.Yamin Gg.Bidan No.24

Universitas Sumatera Utara

Page 39: “PAK OGAH”

7 NUSA INDAH Jl.Gurilla Gg.Amat No.5

8 LANSIA CERIA Jl.HM.Yamin Gg.Bidan No.24

2.2.5 Ekonomi Masyarakat

Proses kegiatan ekonomi di tengah-tengah masyarakat berjalan dengan baik dengan

segala aktifitas yang dilakukan masyarakat selama ini dengan pendapat yang bervariasi. Juga

terdapat beberapa macam usaha mulai dari mikro/kecil, menengah, maupun skala besar, yang

juga turut menggerakan perekonomian dan turut membantu pemenuhan kebutuhan

masyarakat umumnya.

Kewirausahaan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan ekonomi masyarakat

sekaligus dalam rangka memperkuat perekonomian rakyat. Di Kelurahan Indra Kasih

terdapat beberapa Kelompok kewirausahaan yang dilakukan oleh warga yang di bina oleh

P2KP dengan cara Penerima Manfaat Pinjaman Ekonomi Bergulir,antara lain :

Tabel 6. Jenis Kewirausahaan Masyarakat

No Kelompok/Jenis Wirausaha Jumlah

1 Melon I / Berdagang 5 orang

2 Melon II / Berdagang 5 orang

3 Mawar / Berdagang 5 orang

4 Timun / Berdagang 5 orang

5 Kamboja I / Berdagang 5 orang

6 Kamboja II / Berdagang 5 orang

7 Melur / Berdagang 5 orang

8 Usaha Catering 1 orang

Universitas Sumatera Utara

Page 40: “PAK OGAH”

9 Usaha Pembuat Kue / Snack 6 orang

2.2.6 Keamanan Dan Ketertiban

Tingkat keamanan dan ketertiban di wilayah Kelurahan Indra Kasih tergolong cukup

baik, dengan adanya kemitraan yang baik antara pihak Kelurahaan dengan POLMAS

Kelurahan,dimana Kantor Polresta Medan berada tidak jauh ± 5 Km dari wilayah Kelurahan

Indra Kasih sehingga pemantauan keamanan dan ketertiban wilayah bisa di

maksimalkan,ditambah keberadaan Posko di Kelurahan setiap malam dan Pos Keamanan

Lingkungan(Poskamling) di beberapa lingkungan di wilayah Kelurahan Sei Kera Hilir II,

sebagai berikut :

Tabel 7. Poskamling di Wilayah Kelurahan Indra Kasih

No Lingkungan Alamat Poskamling Penanggungjawab

1 I Jl. Madong Lubis Samiun Nasution

2 II Jl. Ketoprak Khairul Aksar

3 III Jl. HM. Yamin gg.Bidan No.17 M.Asrya

2.2.7 Tertib Administrasi Kelurahan

Adapun Tertib Administrasi di Kelurahan Indra Kasih sudah mulai berpedoman pada

Permendagri No. 34 Tahun 2007, dengan mencatatkan segala bentuk administrasi pada buku

administrasi Kelurahan Indra Kasih mulai tahun 2015

2.2.8 Pajak Bumi dan Bangunan

Universitas Sumatera Utara

Page 41: “PAK OGAH”

Di sepanjang Tahun 2015, telah diintesifkan pengutipan pembayaran Pajak Bumu dan

Bangunan(PBB) di wilayah Kelurahan Indra Kasih baik dengan sosialisasi di Kantor Lurah

maupun penyisiran ke lapangan dengan bekerjasama dengan pihak UPT(Unit Pelaksana

Teknis) Dispenda Kota Medan yang bertugas di Kecamatan Medan Perjuangan. Juga dengan

memaksimalkan penerimaan pembayaran PBB pada progam Pekan Panutan PBB setiap hari

jum’at setiap minggunya, dalam rangka pencapaian target penerimaan PBB Kelurahan Tahun

2015. Selain itu, PBB yang tertunggak untuk periode tahun-tahun sebelumnya,diupayakan

pengutipannya dengan mengirimkan peringatan tertulis kepada Wajib Pajak yang

bersangkutan.

2.2.9 Tingkat Pencapaian Swadaya/Partisipasi Masyarakat

a. Kegiatan Gotong Royong

Kegiatan gotong royong di wilayah Kelurahan Indra Kasih dilaksanakan secara rutin

setiap hari sabtu ,setiap minggunya (± 4 kali sebulan) yang lokasinya ditetapkan secara

bergilir di seluruh lingkungan di wilayah Kelurahan Indra Kasih dimana partisipasi dan peran

serta masyarakat cukup baik dengan ikut membantu dalam pelaksanaan gotong royong,serta

menjaga kebersihan di lingkungannya masing-masing.

b. Musyawarah Rencana Pembangunan(Musrenbang)

Musrenbang Tingkat Kelurahan Indra Kasih dilaksanakan pada awal tahun, dengan

menghadirkan unsur masyarakat dari seluruh lingkungan di Kelurahan Indra Kasih dimana

semua aspirasi dari masyarakat ditampung untuk diteruskan ke Musrenbang tingkat

Kecamatan Medan Tembung sampai pada akhirnya ke tingkat Kota Medan.

c. PNPM Mandiri (P2KP)

Universitas Sumatera Utara

Page 42: “PAK OGAH”

Salah satu kegiatan yang juga mendukung dalam pelaksanaan progam pemerintah

yaitu PNPM Mandiri (P2KP) yang anggotanya berasal dari warga masyarakat, juga

menunjukan peran serta dari masyarakat dalam mendukung pemerintah untuk membangun

wilayah/lingkungan di Kelurahan Indra Kasih.

2.2.10 Kelembagaan Masyarakat

Beberapa kelembagaan masyarakat di Kelurahan Indra Kasih yakni LPM (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat) dan Karang Taruna. LPM terbentuk tahun 2011 dan Karang

Taruna di Kelurahan Indra Kasih terbentuk di tahun 2012 dan belum banyak memiliki

kegiatan di Kelurahan Indra Kasih. Beberapa kegiatan yang mengikutsertakan LPM dan

Karang Taruna antara lain : Gotong Royong Bersama,Senam/Olahraga Bersama dan kegiatan

Keagamaan seperti MTQ tingkat Kecamatan dan tingkat Kota Medan.

2.2.11 Kebersihan Wilayah

Tingkat kebersihan di wilayah Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung

tergolong baik dimana setiap Kepala Lingkungan bertanggungjawab untuk mengontrol

kebersihan wilayahnya masing-masing ditambah dengan kegiatan gotong royong yang rutin

dilakukan setiap minggunya secara bergantian ke setiap lingkungan. Selain itu pihak

Kelurahan juga berkoordinasi dengan Pihak Dinas Kebersihan untuk mengontrol Motor

Sampah,Bestari dan Melati yang bertugas membersihkan sampah di wilayah Kelurahan Indra

Kasih setiap harinya. Kelurahan Indra Kasih sudah mulai berpedoman pada Peraturan Daerah

Kota Medan Nomor 10 Tahun 2012, Tentang Retribusi Pelayan Kebersihan dan Kebersihan

dan Peraturan Walikota Medan No.56 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Daerah Kota Medan

No.10 Tahun 2012 tentang Retrisbusi Pelayanan Kebersihan.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: “PAK OGAH”

BAB III

GAMBARAN UMUM PAK OGAH

Dalam kehidupan manusia pasti memerlukan kebutuhan yang harus dipenuhi demi

kelangsungan hidup seseorang. Terlebih lagi dengan kondisi lapangan pekerjaan yang kurang

memadai untuk mencari penghasilan. Kesulitan dalam ekonomi membuat setiap orang untuk

berpikir menghasilkan uang di tengah-tengah kondisi perekonomian yang sulit untuk di

prediksi. Ditambah lagi persaingan yang sangat banyak dengan tingkat pengangguran yang

tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang ada. Tekanan sosial membuat harus muncul

suatu ide agar bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Apapun pekerjaan yang

dilakukan membuat setiap orang berupaya mencari jalan keluar atau solusi yang sedang

dialami. Misalnya PAK OGAH atau bisa disebut juga dengan Polisi Cepek yang biasa

dijumpai di tengah kemacetan.

Pak Ogah adalah seseorang yang mengatur lalu lintas yang dapat ditemui di setiap

persimpangan-persimpangan jalan yang tingkat kemacetannya cukup tinggi dengan harapan

diberi uang dari pengguna jalan sepeda motor atau mobil dan merupakan pekerjaan yang

tidak resmi (ilegal) dan biasanya dijumpai pada jam jam tertentu. Kemacetan yang sering

terjadi di persimpangan-persimpangan membuat para pengguna jalan mengalami hambatan

dalam aktivitas, sehingga dalam kemacetan ini menjadi kesempatan bagi para pak ogah untuk

membantu yang terjebak dalam kemacetan. Nominal uang yang dipatok dari pak ogah tidak

menetap melainkan berdasarkan seikhlas hati atau sukarela pengguna jalan memberikan yang

sesuai keinginan pengguna jalan.Sebutan pak ogah adalah julukan kepada orang yang

melakukan pengatur lalu lintas di persimpangan jalan rawan kemacetan dengan status berasal

dari warga di lingkungan tersebut. Para pengguna jalan biasa menyebut dengan pak ogah’’

karena dianggap seperti dalam acara hiburan televisi Laptop Si Unyil yang menampilkan

Universitas Sumatera Utara

Page 44: “PAK OGAH”

sosok Pak Ogah yang kerab meminta uang gopek untuk melakukan sesuatu sebelum

dikerjakan terlebih dahulu.

Muncul nya pak ogah ini dikarenakan kurang nya displin tata tertib pengguna jalan

yang ingin cepat jalan tanpa memperhatikan rambu lalu lintas yang ada dan kurang maksimal

nya petugas lalu lintas dari pihak kepolisian dan juga Dinas Perhubungan. Petugas lalu lintas

dari pihak kepolisian dan petugas dari Dinas Perhubungan hanya mengatur lalu lintas disaat

jam tertentu saja seperti di pagi hari pukul 07.00-08.30 dan sore hari pukul 16.30-18.00 siap

mengatur dari jam tersebut maka kembali ke instansi nya masing-masing. Ditambah lagi

kurang nya rambu lalu lintas yang berada di persimpangan jalan membuat pengguna jalan

tidak sabar dan berhati-hati dalam berlalu lintas.

Karena hal ini jugalah para pak ogah mencoba untuk mengatur lalu lintas

persimpangan jalan yang rawan kemacetan dan juga peran petugas lalu lintas juga yang

belum memadai dalam mengatur lalu lintas. Awal mula dari pak ogah ini karena ingin rasa

nya menolong orang yang terjebak dalam kemacetan, maka muncul pak ogah untuk

mengatasi hal tersebut. Pengguna jalan merasa terbantu karena peran pak ogah yangg

menolong pengguna jalan maka memberikan sebagai imbalan dengan sukarela akan tetapi

karena banyak nya memberi karena banyak yangg merasa terbantu maka bermunculan lah

pak ogah. Kebiasaan menolong pada awalnya menjadi sumber penghasilan yang cukup

menguntungkan. Menurut pendapat seluruh informan di lokasi penelitian, sebutan atau

panggilan untuk pekerjaan seperti ini tidak setuju dengan sebutan Pak Ogah akan tetapi

pekerjaan ini lebih sering mereka sebut sesama pekerjaan ini dan lebih enak di dengar dengan

sebutan ‘’Nyemprit’’ . Hal itu disebabkan karena mereka tidak ada meminta kepada

pengendara kendaraan dengan jargon ‘’Pak Ogah’’ . ‘’Nyemprit’’ sesuai dengan alat yang

mereka gunakan ketika mengatur lalu lintas yakni menggunakan ‘’Semprit’’ .

Universitas Sumatera Utara

Page 45: “PAK OGAH”

Foto 1(Dokumen Pribadi)

Bang Moris sedang mengatur lalu lintas di persimpangan Jalan Bhayangkara

3.1 Pengganti Polisi

Polri merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman,

dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri

(Pasal 5 ayat [1] UU 2/2002). Sehubungan dengan lalu lintas jalan, dalam Pasal 14 ayat

(1)huruf b UU 2/2002 ditegaskan bahwa Polri bertugas menyelenggarakan segala kegiatan

dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan. Adapun temuan di

lapangan ketika pada saat itu petugas kepolisian digantikan dengan kehadiran Pak Ogah yang

sedang mengatur lalu lintas lalu penulis melakukan wawancara kepada seorang Pak Ogah

yang sedang beristirahat. ‘’Apakah menjadi Pak Ogah, abang tidak merasa fungsi kepolisian

Universitas Sumatera Utara

Page 46: “PAK OGAH”

abang ambil?’’. Hal ini diungkapkan oleh Rahman(wawancara dengan Rahman,01 Agustus

2017):

‘’kami membantu polisi bertugas mencegah kemacetan karena disini rawan macet dek, dan juga polisi tidak setiap saat bertugas mengatur lalu lintas hanya jam-jam macet aja, malah polisi nya pun senang saling membantu juga. polisi yang bertugas disini paling Cuma satu orang aja itu pun kurang sebenarnya dengan kondisi jalan yang besar dan juga banyak pengendara. Makanya kami kadang diminta langsung polisi yang jaga pun’’

Lalu peneliti pun kembali bertanya, ‘’Apakah ada polisi yang meminta setoran kepada polisi

dari imbalan yang diberi pengendara?’’

‘’gak ada dek, polisi nya gak minta apapun malah mereka maklum aja kalau kami dikasih uang ya itu lah rezeki kami. Kata polisi nya itu rezeki kalian jadi ambil aja selagi tidak meminta dan tidak memaksa’’

Peneliti pun melihat langsung dan mendokumentasikan ternyata ada kerjasama ketika

saling menjaga di persimpangan Jalan Bhayangkara ini untuk mengatur lalu lintas. Polisi dan

seorang Pak Ogah tampak saling mengatur di tiap sisi guna menghindari kemacetan yang

terjadi di persimpangan Jalan Bhayangkara. Kondisi Jalan Bhayangkara dengan

persimpangan dengan Jalan Metrologi dan Jalan William Iskandar(Pancing).

Universitas Sumatera Utara

Page 47: “PAK OGAH”

Foto 2 (Dokumentasi Pribadi)

Tampak seorang polisi bertugas dan seorang Pak ogah yang sedang mengatur lalu lintas

Tidak hanya dari kepolisian saja yang turut membantu untuk mengatur lalu lintas tapi

dari Dinas Perhubungan juga ikut serta berdasarkan wawancara dengan Bapak IPTU Tri Eko

selaku Khantibbimas Polsek Percut Sei Tuan,27 Juli 2017. Menurut Bapak IPTU.Tri Eko,

pihak kepolisian belum bisa berbuat banyak dikarenakan personil polisi juga kurang maka

dibantu Dinas Perhubungan,Kanwil,Shabara yang bertugas di pagi hari pukul 06.30-08.30

dan sore hari pukul 16.30-18.00 sehingga siang hari timbul Pak Ogah mencari makan disaat

petugas pengatur lalu lintas tidak bertugas di lokasi titik kemacetan maka kesempatan ini

diambil untuk bisa menghasilkan uang selagi polisi tidak mengatur lalu lintas. Menurutnya

muncul Pak Ogah karena di daerah pinggiran banyak preman-preman sesuai dengan lokasi

peenelitian di Jalan Bhayangkara yang lebih di dominasi oleh pemuda settempat yang berasal

yang lahir dan besar di jalan tersebut. Dan juga lokasi jalan tersebut adalah perbatasan

menuju daerah Percut dan juga Batangkuis. Polisi juga sudah melarang dan sudah berapa kali

ditangkap karena termasuk premanisme. Apabila ditangkap maka sifatnya pembinaan

Universitas Sumatera Utara

Page 48: “PAK OGAH”

saja,tidak bisa ditahan 1x24 jam,dikarenakan karena mereka itu illegal , lebih mementingkan

ke pengendara yang memberi imbalan tidak memperhatikan keadilan atau posisi mana yag

duluan di utamakan. Kadang itu pula yang membuat jalanan macet sehingga dengan

kehadiran Pak Ogah pula lah menjadi memperparah kemacetan dengan skill dalam Peraturan

Lalu Lintas yang kurang memahami dan Undang-undang Lalu Lintas yang tidak diketahui.

Ketakutan polisi ketika menangkap Pak Ogah adalah kabur dan lari tanpa lihat kiri-kanan

yang dikhawatirkan terjadi kecelakaan yang membuat tertabrak oleh pengendara kendaraan.

Apabila hal itu terjadi maka masyarakat mempersalahkan pihak kepolisian.

Ada juga masyarakat yang merasa terbantu karena kehadiran Pak Ogah karena jasa

mereka diperlukan disaat kemacetan parah. Tetapi , ada juga masyarakat yang menganggap

kehadiran Pak Ogah membuat kemacetan dan pungutan liar(pungli).

3.2 Pengetahuan Mengatur Lalu Lintas

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti kepada seluruh informan yang

sebagai Pak Ogah adalah mereka yang mengetahui dalam hal mengatur lalu lintas dengan

belajar sendiri atau Otodidak. Mereka belajar menjadi Pak Ogah dengan melihat ketika polisi

atau petugas dari Dinas Perhubungan yang sedang mengatur lalu lintas. Dengan cara

mengamati petugas itu lah sebagai dasar awal untuk mengatur lalu lintas. Gerakan tangan

yang harus digunakan misalnya tanda untuk menahan pengendara dari satu sisi agar sisi lain

bisa teratur bergantian berjalan. Fungsi Pak Ogah sendiri adalah bisa dikatakan sebagai

pengganti dari rambu-rambu lalu lintas di simpang Jalan Bhayangkara yang tidak ada rambu

lalu lintas nya. Hal ini juga membuat kemacetan yang cukup parah di jalan tersebut

diperparah lagi kurang tertib nya pengendara kendaraan dalam berlalu lintas di jalanan.

Pengetahuan mengatur lalu lintas muncul ketika disaat sedang mengatur lalu lintas di lokasi

untuk beraksi menjadi Pak Ogah hal ini harus disesuaikan ketika saat mengatur. Apabila

Universitas Sumatera Utara

Page 49: “PAK OGAH”

pengendara jalan merasa senang dengan kehadiran mereka maka diberi imbalan yang sesuai

dengan keikhlasan pengendara. Sebelumnya sering terjebak macet karena tidak ada rambu

lalu lintas disini(wawancara dengan Bu Nur,pengendara sepeda motor). Ada lagi berdasarkan

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ketika Bang Moris mengatur lalu lintas ketika

giliran mengatur maka Bang Moris membuat gerakan-gerakan unik. Lalu peneliti pun

bertanya kepada informan Bang Moris dan katanya

‘’agar mereka(pengedara kendaraan) itu terhibur dek, kan macet pasti gak bisa jalan mereka selagi nunggu giliran jalan ya ngatur nya gitu lah. Kalau mereka senang pasti mau ngasih uang. Bisa di lihat dari kaca mobil kok mereka senang atau tidak’’

Dalam pengaturan lalu lintas selalu dibutuhkan kemampuan dalam mengatur lalu

lintas. Kemampuan dalam berlalu lintas harus lah diimbangi dalam dasar-dasar yang

digunakan untuk dilakukan di jalan-jalan. Misalnya , dalam instansi pemerintahan seperti

Kepolisian dan Dinas Perhubungan diberi pengetahuan dan cara-cara yang benar dalam hal

mengatur lalu lintas sebelum di tugas kan. Akan tetapi seluruh informan peneliti memiliki

cara-cara tersendiri. Seperti informan Bang Moris, apabila giliran mengatur di Jalan

Bhayangkara maka salah satu sisi persimpangan jalan harus menahan satu sisi jalan guna

untuk melancarkan jalan di sisi lain. Cara ini dilakukan harus bisa saling berkoordinasi

dengan ‘’Pak Ogah’’ juga. untuk kondisi persimpangan jalan rawan kemacetan seperti lokasi

penelitian si peneliti maka harus dua orang yang mengatur di persimpangan. Cara-cara

melewatkan kendaraan pun beragam-ragam. Seperti Bang Dece yang melewatkan 5 mobil

terlebih dahulu lalu membuka jalan di sisi lain nya yang sebelum nya mengantri untuk

memperkirakan 20-30 detik tiap sisi jalan untuk melewatkan kendaraan yang ingin lewat.

Pengamatan yang dilakukan peneliti menilai kemampuan tiap informan melihat kemampuan

mengatur tampak ketika informan mulai berada di dalam posisi jalan. Tidak seperti petugas

dari kepolisian atau pun Dinas Perhubungan yang sudah dibekali khusus peraturan lalu lintas.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: “PAK OGAH”

3.3 Alat yang digunakan

Alat kelengkapan dalam mengatur lalu lintas juga dibutuhkan guna mendukung

pengaturan lalu lintas. Dalam pengamatan peneliti di Persimpangan Jalan Bhayangkara

kurang nya kelengkapan yang mendukung. Alat yang digunakan pada umumnya adalah

‘’Semprit’’ yang dibeli di sebuah toko alat-alat kelengkapan Polri dekat Sekolah Polisi

Negara(SPN) Sampali yang berlokasi di Jalan Bhayangkara. ‘’Semprit’’ yang dibeli dengan

harga Rp.5.000,- fungsi kegunaan nya agar pengendara bisa mendengar jelas suara tanda

peringatan kepada pengendara. Tetapi ternyata tidak semua informan yang menjadi ‘’Pak

Ogah’’ misal nya Bang Budi menurutnya susah memakai semprit lebih nyaman dengan

menggunakan suara langsung dalam mengatur lalu lintas. Para Pak Ogah tidak menggunakan

pakaian khusus untuk mengatur lalu lintas. Mereka memakai pakaian sehari-hari yang

dikenakan untuk mengatur lalu lintas. Disaat mengatur ada juga beberapa yang memakai topi

guna menghindari terik matahari dan tanpa menggunakan masker untuk menghindari asap

atau debu di jalanan. Tampaknya mereka sudah terbiasa dengan asap dan debu yang menjadi

‘’makanan’’ mereka tiap mengatur lalu lintas. Alas kaki yang digunakan pun sendal atau pun

sepatu guna menghindari panas nya jalanan yang dipijak. Dalam mengatur lalu lintas lebih

dominan yang sering digunakan adalah bagian tubuh,kedua tangan lebih efektif. Cukup

mengarahkan satu tangan mengarahkan telapak ke sisi bagian jalan untuk menahan supaya

berhenti sebentar. Dan, tangan yang satu lagi berfungsi untuk memanggil pengendara agar

berjalan dengan tertib. Ini dilakukan secara bergantian tiap sisi nya selama tiga puluh menit

untuk bergantian dengan teman-teman yang sudah menunggu giliran.

3.4 Aturan yang berlaku

Universitas Sumatera Utara

Page 51: “PAK OGAH”

Dalam kelompok Pak Ogah di Jalan Bhayangkara yang kebanyakan adalah Pemuda

Setempat(PS) dari lahir dan besar di daerah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara peneliti

ke Bang Iwan adalah lebih baik memberikan tenaga buat kampung sendiri daripada tempat

lain yang bukan asal kita. Orang –orang Kelurahan Indra Kasih rata-rata mengenal kami

semua disini. Adapun aturan yang diikuti secara tidak tertulis untuk mengatur lalu lintas

adalah; a) harus lah berasal lahir dan besar di lingkungan Jalan Bhayangkara,apabila ada

orang yang bukan berasal dari tempat itu maka konsekuensinya akan diusir. Dianggap

mengambil rezeki di kampung orang. b) setiap yang ingin melakukan Nyemprit maka harus

lah mengantri giliran dengan yang lain ingin Nyemprit. Ini dilakukan agar semua dapat giliran

masing-masing dapat keadilan yang sesuai dengan kedatangan. c) waktu yang ditentukan pun

tidak ada yang pasti, namun berdasarkan wawancara ke semua informan rata-rata berdurasi

±30 menit/trip.

Foto 3 (Dokumentasi Pribadi)

Keterangan: tampak dua orang yang menunggu giliran untuk Nyemprit

Universitas Sumatera Utara

Page 52: “PAK OGAH”

3.5 Waktu bekerja informan

Dalam waktu untuk melakukan Nyemprit tidak ada waktu yang di sepakati. Ini

dilakukan sesuai keinginginan tiap orang pribadi yang ingin Nyemprit. Masalah waktu itu

urusan masing-masing kapan dan jam berapa mau datang ke lokasi. Berdasarkan pengamatan

peneliti, tidak bisa ditentukan jam berapa datang nya pasti Pak Ogah ke lokasi Nyemprit.

Akan tetapi biasanya selalu datang di saat pagi hari karena anak sekolah dan pergi kerja serta

sore hari karena jam rawan macet dan juga jam pulang kerja disitu lah semua Pak Ogah

muncul karena ramai dan banyak yang mau memberi imbalan. Apabila ada Pak Ogah yang

sebelumnya cukup lama lebih dari 30 menit maka untuk Pak Ogah selanjutnya akan

mengatur sesuai dengan sebelumnya. Tak jarang hal seperti ini yang membuat konflik cek-

cok mulut untuk gantian. Kata-kata yang sering keluar pada saat wawancara apabila hal itu

terjadi;

‘’lama kali main nya, cepat lah gantian...bukan cuma kau aja yang mau cari makan...’’(kata Bang Dece)

3.6 Pendapatan jadi ‘’pak ogah’’

Setiap pekerjaan untuk keperluan sehari-hari dibutuhkan pemasukan. Sama hal nya

pekerjaan Nyemprit ada imbalan yang di dapat dari pengendara kendaraan. Jumlah yang

diperoleh dari pemberian pengendara berbeda-beda nominalnya. Ada yang memberikan

Rp.100,- , Rp.200,- , Rp.500,- , Rp.1000,- ,Rp.2000,-. Pernah juga mendapatkan dari

pengendara diatas nominal Rp.5000,- tapi itu jarang terjadi. Hal yang membuat kesal atau

dongkol adalah ketika pengendara memberikan Rp.100,- . Pada saat itu membuat perasaan

Pak Ogah kesal seperti penghinaan atau ejekan kepada mereka yang mengatur lalu lintas.

Lebih baik tidak memberi uang daripada memberi dengan nominal Rp.100,- . Mereka hanya

bisa memendam dalam hati apabila terjadi karena mereka tidak meminta dan berharap

Universitas Sumatera Utara

Page 53: “PAK OGAH”

pemberian dari pengendara kendaraan saja. Penghasilan yang di peroleh sekali trip nya pun

tidak tentu juga. Pendapatan bisa dapat ± Rp.15.000,- hingga Rp.25.000,- sekali trip nya. Per

trip kisaran durasi waktu untuk mengatur lalu lintas adalah ± 30 menit dan bergantian dengan

Pak Ogah lainnya. Peneliti pun bertanya kepada tiap informan yang melakukan Nyemprit per

hari nya mereka dapat jika di total kan keseluruhan mampu membawa pulang Rp.150.000 –

Rp.200.000,- per hari. Pendapatan yang diperoleh untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari

nya. Peneliti pun melakukan wawancara digunakan untuk apa saja hasil dari Nyemprit .

‘’Untuk keperluan keluarga sehari-hari lah dek, untuk biaya ke dapur,jajan anak ku,dan juga untuk uang rokok ku mau juga untuk makan kalau tidak sempat pulang ke rumah’’(wawancara dengan Bang Dece)

Selain untuk keperluan rumah tangga ternyata hasil dari Nyemprit digunakan untuk

membeli barang-barang terlarang seperti Sabu. Mereka melakukan itu untuk melegakan dan

menambah stamina disaat istirahat di sebuah gang kecil yang dekat dengan persimpangan.

Biasa nya mereka akan membeli sabu dari teman mereka yang akan mengantar barang

langsung ke persimpangan Jalan Bhayangkara. Pengamatan ini diperoleh ketika peneliti

sedang duduk di simpang lokasi sambil berbincang-bincang untuk menjalin Rapport dengan

Bang Iwan yang perintis mula menjadi Nyemprit . Bang Iwan sendiri yang memberitahu

kepada peneliti kalau mau datang teman nya mengantar ‘’barang’’ kepada Bang Iwan,Bang

Dece,dan Bang Rahman. Karena alasan untuk keamanan peneliti maka peneliti pun tidak

mengikuti ke tempat mereka memakai barang terlarang tersebut. Kebiasaan seperti sudah hal

biasa di kalangan sesama Pak Ogah ketika disaat istirahat.

Ketika mereka sudah siap nyabu maka mereka kembali lagi ke lokasi simpang jalan

untuk menunggu giliran mengatur lagi. Kegiatan Nyabu ini sudah biasa dilakukan tanpa

khawatir resiko apabila ketahuan pihak kepolisian. Tidak hanya sabu juga, dan pendapatan

Universitas Sumatera Utara

Page 54: “PAK OGAH”

Nyemprit digunakan untuk ke diskotik atau cafe sebagai hiburan dalam beberapa kali dalam

sebulan.

3.7 Faktor Pendorong bekerja sebagai “Pak Ogah’’

Ada pun hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang Faktor Pendorong bekerja

sebagai Pak Ogah adalah sebagai berikut ini;

3.7.1 Tanggung Jawab Keluarga

Dalam keluarga peranan seorang suami adalah sebagai kepala keluarga yang

harus memenuhi kebutuhan keluarga setiap hari nya. Sama hal nya seperti semua para

informan peneliti yang adalah kepala keluarga. Karena tanggungjawab sebagai kepala

keluarga maka menjadi keterbeban untuk bisa bekerja mencari uang untuk keluarga

masing-masing. Banyak nya biaya yang perlu disiapkan seperti kebutuhan

dapur,biaya sekolah,dan lain sebagainya. Kondisi seperti ini yang membuat para

kepala keluarga mencari nafkah menjadi Pak Ogah. Dalam proses melakukan

pekerjaan tersebut tidak lah mudah bagi yang setiap orang. Rasa malu pun harus

dihadapi untuk menjalani pekerjaan ini. Seperti hasil wawancara peneliti ke Bang

Tofa yang sebagai kepala keluarga;

“Rasa malu dari kerja disini sebenarnya ada, awal-awal kerja disini saya juga merasa minder, malu lah smaa kerja kayak gini,kan kerjaan ini dibilang mita minta sama sopir gitu tapi kami disini memang bantu aja kalo lah kami dikasih uang itukan sebagai ubgkapan terimah kasih aja dikasih pun kami senang tak dikasih gak marah, namun mau bagaimana lagi kerjaan kayak gini yang enak rasaku gak ada jadwal masuk dan bebas mau kerja apa enggak, jadi kita-kita ini enjoy (santai) saja me jalani nya dan uang masuk nya juga banyak disini. kalau aku dek bekerja kayak gini gak masalah lah buat ku, ujung-ujungnya juga untuk anak ku juga nya ku kasih uang nya, mau bagaimana lagi gak ada lagi uag pemasukan jadi mau gak maul ah kerja kayak gini dan terkadang orang sepeleh lihat kerja seperti ini padahal banyak uang satu harin kami kami dapat dari sini bisalah mencukupi biaya anak anak abang.”

Universitas Sumatera Utara

Page 55: “PAK OGAH”

Hal yang di hadapi Bang Tofa juga di alami oleh Bang Moris, yang sudah

berkeluarga beranak satu. Berikut hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Bang

Moris;

“ kalau dikatakan gengsi abang gak ada kata kata gengsi atau malu, karena dasarnya mencari uang nya kita disini, tapi sempat abang saat mengatur lalu lintas lewat lah itu mobil mamak abang, karena gak terlalu lihat dengan detail kali mobilnya jadi tidak tau abang itu mobil mamak abang, jadi dibuka mamak abang lah kaca mobilnya terus terkejut lah abang rupanya mamak abang yang dimobil itu setelah itu kena marahi abang sama mamak abang, terus abang kasih masukan biar mereka mengerti abang bilang lebih baik aku kerja kayak gini daripada aku kerja jadi maling, ini aku gak ngambil uang orang ini dari keringat ku sendiri setelah itu sudah mengerti lah mamak abang tapi tetap juga malu anaknya kerja seperti ini namun abang gak masalah”

Dari hasil wawancara kepada Bang Moris yang dapat disimpulkan, ternyata Bang Moris

berasal dari keluarga yang mapan dan orang tua nya di kenal di sekitaran Jalan Bhayangkara.

Pendidikan terakhir Bang Moris adalah Diploma III dari Universitas Trisakti,Jakarta.

Berdasarkan penuturan Bang Moris,dia adalah anak terakhir dari enam bersaudara dan anak

kesayangan ibu nya. Karena anak kesayangan maka sejak kecil Bang Moris di manjakan oleh

kedua orangtua yang membuat dia tidak mandiri. Sehingga ketika sudah besar Bang Moris

ingin mencari penghasilan sendiri. Walaupun banyak yang mengejek pekerjaan ini tapi halal

asal tidak mencuri atau merampok saja. Dan istri Bang Moris pun mendukung nya meskipun

banyak yang meremehkan akan pekerjaan Bang Moris.

3.7.2 Menolong pengendara dalam kemacetan

Hasil wawancara dengan Bang Iwan;

“Bekerja kayak gini 2 nya tujuan kita , yang satu kita menolong orang yang kedua kita dapat uang, dari kerja ini menghasilkan, bisa dapat uang , dapur pun jadi berasap makan anak binik awak, itu nya sebenarnya tujuan utama kita itu ya cari duit.kalau emosi, emosi juga dek apalagi biasanya itu kita kena maki sama orang itu, pernah juga abang disini berantam sama yang naik kereta“

Universitas Sumatera Utara

Page 56: “PAK OGAH”

Berdasarkan wawancara dapat diketahui awal muncul nya Pak Ogah dasar nya ingin

menolong orang disaat macet. Karena itu muncul inisiatif bagaimana bisa menolong orang

disaat macet. Yakni dengan mengatur lalu lintas di persimpangan Jalan Bhayangkara. Tidak

rugi menolong orang karena disatu sisi membantu agar orang-orang dapat menjalani aktivitas

nya tanpa hambatan dan juga disatu sisi mendapat pahala. Namun karena disaat mengatur lalu

lintas membuat para pengendara merasa terbantu akan kehadiran mereka di tengah

kemacetan. Hal ini pun diapresiasikan dalam bentuk imbalan yang diberikan oleh

pengendara. Nominal yang di berikan pun sesuai keikhlasan diberikan oleh pengendara

kendaraan. Namun berdasarkan pengamatan dan pendalaman wawancara karena dasar

menolong ini lah awal muncul nya Pak Ogah. Dari hasil pemberian pengendara kendaraan

yang cukup lumayan bagi mereka untuk kebutuhan sehari-hari. Maka mereka melihat ini

sebuah peluang pekerjaan yang menguntungkan untuk di kerjakan. Mereka kerja tanpa ikatan

dinas, tanpa ada jam kerja yang ditetapkan,dan bebas mau dilakukan kapan saja. Pekerjaan ini

dilakukan mereka berdasarkan sesuka hati melakukan nya, tanpa terbebani seperti kerja di

perkantoran.

3.7.3 Pekerjaan Sebelumnya

Tidak bisa di pungkiri muncul nya pekerjaan Pak Ogah ini memiliki sebab-akibat ini

bisa terjadi. Maka peneliti menelusuri pekerjaan yang dilakukan sebelum menjadi Pak Ogah .

Sebelum menjadi Pak Ogah maka para informan peneliti memiliki pekerjaan . Dari

wawancara dengan Bang Iwan yang dulu pernah bekerja sebagai Bongkar Muat barang;

“ aku dulu kerjanya bongkar muat aja dek , bongkar muat aja dulu kerja ku tapi gitulah kerja kek gitu berat kali rasanya, banyak kali tenaga keluar, gitu-gitu pun dikitnya penghasilan nya ya kan, beda kayak ini (polisi gopek) disini kita selow aja kerja nya, bangun kita gak ada yang mau di kejar, beda kek dulu kerja bongkar muat itu kalo telat, kita kena repeti sama bos kalo ini kan kita nya bos nya mau dapat duit kerja di pasar itu (menunjuk jalan) kalau kiranya uda agak banyak dapat kita stop istirahat dulu jadi lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 57: “PAK OGAH”

enak lah dek gak ada tekanan bebas kapan aja bisa kerja(wawancara 5 juli 2017)

Namun ternyata tiap informan memiliki latar belakang seperti Bang Tofa. Bang Tofa adalah

satu diantara sekelompok orang yang bekerja sebagai Pak Ogah di Jalan Bhayangkara. Dia

berumur 39 tahun,duda dua orang anak dan juga sebagai pegawai honorer di kantor Dinas

Pemuda dan Olahraga Kota Medan. Karena merasa kurang penghasilan sebagai pegawai

honorer maka Bang Tofa pun mencari pekerjaan sampingan menjadi Pak Ogah. Hal ini dia

lakukan agar ada pemasukan tambahan untuk biaya anak-anak nya yang mulai masuk

sekolah. Dalam membagi waktu nya bekerja sebagai Pegawai honorer dia menjadi Pak Ogah

disaat pagi hari karena jam-jam rawan macet karena anak sekolah yang mau ke sekolah dan

orang yang mau berangkat kerja ke kantornya. Juga sore hingga malam hari Bang ikut

mengatur lalu lintas. Ternyata hasil dari menjadi Pak Ogah digunakan juga untuk memakai

narkoba atau sabu.

3.8 Cuaca

Cuaca adalah seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi atau sebuah planet

lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena dalam beberapa

waktu beberapa hari. Dalam melakukan pekerjaan Pak Ogah tentunya keadaan cuaca

juga diperhatikan berhubung pekerjaan ini dilakukan di persimpangan jalan. Selama

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Melihat para Pak Ogah mengatur lalu

lintas tanpa memperhatikan kondisi cuaca apapun. Baik itu cuaca panas terik

matahari ataupun sedang hujan, mereka tetap berada di posisi simpang jalan

bhayangkara. Hal ini dilakukan untuk mengharapkan imbalan dari pengendara

kendaraan. Ketika hujan tampaknya mereka tidak memperhatikan kesehatan karena

sudah biasa disaat hujan mengatur lalu lintas.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: “PAK OGAH”

“hujan pun tetapnya macet disini dek makanya kami tetap ngatur jalan. Kan mereka ngasih duit juga sama kami. Tengoklah sendiri lagi hujan sekarang (menunjuk ke bang tofa) tetap jaga nya dia kan. Hujan-hujan pun ada juga yang kasi”

Foto 4: Bang Iwan sedang mengatur lalu lintas disaat hujan (dokumentasi pribadi)

3.9 Kurang Displin Pengendara Kendaraan Perjalanan yang lancar dan menyenangkan tentu sebuah dambaan yang indah.

Namun dalam kenyataan ketika sedang mengendarai kendaraan maka sering yang dialami

pengendara adalah terjebak dalam kemacetan. Dalam pengamatan peneliti ketika berada di

lokasi penelitian. Kurangnya kedisplinan pengendara kendaraan inilah yang menjadi resiko

dalam menjadi Pak Ogah. Karena bisa menimbulkan kemacetan parah dan kecelakaan

apabila tidak saling sabar menunggu giliran untuk melaju. Ini lah yang dikhawatirkan, apalagi

pengendara sepeda motor yang sering menerobos meskipun sudah di atur. Sepeda motor ini

bisa cepat dan menyelinap diantara pengendara kendaraan yang lain nya. Cukup sering juga

ketika mengatur lalu lintas Pak Ogah kena bersinggungan dengan pengendara sepeda motor

yang ingin duluan jalan.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: “PAK OGAH”

Foto 5: penngendara yang berusaha menerobos

3.10 Isu Surlantas

Karena marak nya di kota-kota besar seperti Kota Jakarta,Medan,Bandung,dan lain

lainnya. Maka muncul isu dari pemerintah seperti di Kota Jakarta yang akan merekrut Pak

Ogah ini menjadi Sukarelawan LaluLintas(SURLANTAS). Isu ini pun ditanggapi positif bagi

Pak Ogah sendiri. Maka peneliti pun menemui Pak Eko sebagai Khantibbimas Polsek Percut

Tuai yang di mana Jalan Bhayangkara adalah bagian wilayah dari Polsek Percut Tuai.

“untuk hal itu tentu nya harus ada koordinasi dari pemerintah sendiri dek. Kalau pemerintah siap

mengeluarkan anggaran untuk Surlantas itu maka bisa bekerjasama dengan kepolisian. Dan kami pun siap

membimbing mereka,mengajarkan peraturan lalu lintas. Mana aja yang harus di dulu kan lewat. Kalau pun

mereka di rekrut yang dikhawatirkan mereka minja gaji,pakaian seragam,dan tetap juga mereka minta-minta

juga di jalan entar’’

Ketika peneliti melakukan wawancara dengan Bang Dece yang sebagai Pak Ogah di

Jalan Bhayangkara dia juga memberikan respon yang positif akan hal itu;

Universitas Sumatera Utara

Page 60: “PAK OGAH”

“ bagus lah dek, jadi kerja kami ini dianggap penting juga dan gak diremehkan orang lagi kami-kami

ini. ya harapan abang sih kalau di rekrut abang juga mau fasilitas seperti baju dinas, gaji ya biar dianggap ada

kami ini, dan juga motor dinas juga kan butuh juga untuk orang rumah(keluarga bang dece) butuh juga biar

jalan-jalan refershing jadi abang gak lagi minjam dari saudara abang”

3.11 Tempat Istirahat

Disaat para informan sedang istirahat maupun menunggu giliran selanjutnya untuk

“nyemprit” adalah:

3.11.1 Warkop Wak No

Di warkop ini lah menjadi salah satu tempat berkumpulnya seluruh Pak Ogah dalam

menunggu giliran maupun sedang istirahat. Lokasi warkop Wak No ini pun persis di simpang

Jalan Bhayangkara. Mereka juga menjadi rezeki tersendiri dan pelanggan tetap di warung

wak No yang berjualan minuman dingin maupun panas serta menjual rokok. Ketika mereka

istirahat di warung wak No ini juga menjadi tempat penghitungan yang di dapat sekali ngetrip

dan lalu membeli kan minuman dingin berupa es cincau,air mineral,kopi,teh manis. Sering

sekali Wak No menerima pembayaran dari mereka berupa uang recehan hasil Nyyemprit .

Universitas Sumatera Utara

Page 61: “PAK OGAH”

Foto 6

( Bang Dece sedang menghitung uang yang di dapat dari Nyemprit )

Foto 7

( Pak Ogah sedang beristirahat di warung wak no)

Universitas Sumatera Utara

Page 62: “PAK OGAH”

BAB IV

TANGGAPAN PIHAK YANG TERLIBAT

4.1 INTERAKSI KE PIHAK LAIN

4.1.1 INTERAKSI “PAK OGAH” DENGAN KEPOLISIAN

Kepolisian adalah suatu pranata umum sipil yang menjaga ketertiban, keamanan dan

penegakan hukum di seluruh wilayah negara. Kepolisian merupakan pekerjaan yang resmi

dari negara dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya dan tugas dan kewajibannya

sudah diatur dalam Undang-undang yang berlaku. Akan tetapi pada saat melakukan

penelitian dan berusaha untuk mewawancarai polisi yang sedang bertugas. Peneliti mendapat

penolakan untuk dilakukan wawancara ini dikarenakan. Adanya secara resmi dalam

melakukan wawancara di kantor polisi yang diketahui oleh bagian Kantibbimas Polsek Percut

Sei Tuai. Meskipun sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan ini, para Pak Ogah juga sering

diamankan atau ditertibkan oleh para aparat kepolisian. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Pak Eko selaku Kantibbimas yang mengatakan pekerjaan ini termasuk premanisme karena

illegal atau tidak resmi. Mereka lebih mementingkan pengendara yang mau membayar jasa

mereka saja, tanpa melihat sisi jalan lain nya. Makanya adanya ketidakadilan dalam berlalu

lintas. Apabila sedang ada razia maka mereka itu juga ikut diamankan di kantor Polsek.

Penertiban ini dilakukan untuk penyuluhan dan masukan aparat kepolisian terhadap mereka

yang bekerja disini agar bekerja lebih baik dan mengutamakan kepentingan publik daripada

kepentingan pribadi. Dengan pemberhentian oleh aparat kepolisian membuat penghasilan

mereka yang didapat hari itu juga akan berkurang. Seperti wawancara peneliti kepada salah

satu informan Bang Iwan

“pernah nya abang di tangkap dek sampek tiga kali pun di tangkap, tapi abang santai aja karena mereka menahan kita tidak sampek malam, di suruh duduk-duduk saja di halaman kantor itu, nanti juga

Universitas Sumatera Utara

Page 63: “PAK OGAH”

kalau ditanyai palingan kenapa kerja seperti itu, carilah pekerjaan yang lebih baik lagi, jangan utamakan mobil yang mau ngasih, utamakan kepentingan publik agar semuanya lancar”

Dari pernyataan Bang Iwan disimpulkan bahwa penangkapan oleh polisi untuk memberi

masukan kepada pekerja ini sangat baik polisi mengarahkan untuk kerja lebih prioritas

kepentingan masyarakat bukan memprioritaskan uang, tetapi dengan adanya penangkapan

oleh aparat membuat terganggunya pekerjaan mereka dimana pada saat bekerja mereka

biasanya ditangkap. Dengan alasan ini lah mereka menyebutkan bahwa penertiban oleh pihak

kepolisian adalah salah satu hambatan mereka bekerja disini. Namun selama penelitian

berlangsung ada nya keganjalan dalam benak peneliti. Bahwa adanya ketidaksamaan

pendapat Pak Eko dengan polisi yang bertugas di Jalan Bhayangkara. Ketika Pak Eko

mengatakan pekerjaan Pak Ogah ini adalah illegal akan tetapi di lapangan justru adanya

kerjasama yang baik antar Pak Ogah dengan polisi yang bertugas. Ini karena

ketidaksanggupan polisi yang sendirian yang mengatur lalu lintas di jalan tersebut. Maka

dibutuhkan peran yang dapat membantu polisi. Adanya ketidakberanian dalam

mengungkapkan pendapat sebenarnya menurut polisi yang bertugas karena sudah diatur

dalam hal mengungkapkan sesuatu. Dan Pak Eko sendiri juga mengakui ini juga diakibatkan

kurangnya personil anggota kepolisian lalu lintas dan juga tidak tiap jam harus mengatur lalu

lintas. Jam tugas mengatur lalu lintas pun juga sudah diatur mengatur lalu lintas dalam

instansi yakni pagi hari 06.30-08.30 WIB dan sore hari 16.30-18.00 WIB karena kurangnya

personil , maka kepolisian turut dibantu oleh Dinas Perhubungan dan Sabhara juga. Bahkan

pengamatan peneliti disaat istirahat pun polisi dan Pak Ogah nya pun juga duduk bersama di

warung Wak No sambil merokok dan minum-minuman dingin yang di jual Wak No. Hal

seperti ini setiap hari sudah di perhatikan oleh peneliti. Kesulitan peneliti adalah tidak

bisanya mewawancarai polisi yang sedang bertugas dan justru dialihkan ke kantor untuk

wawancara nya. Bahkan ketika peneliti mengambil dokumentasi disaat polisi dan Pak Ogah

Universitas Sumatera Utara

Page 64: “PAK OGAH”

mengatur lalu lintas sempat dikira wartawan oleh polisi karena mengambil foto tidak

memperkenalkan diri terlebih dahulu.

4.1.2 INTERAKSI DENGAN KELUARGA

Dalam melakukan pekerjaan tentunya ada tekanan dalam batin bagi setiap Pak Ogah

di jalan tersebut. Tekanan batin yang dirasakan adalah dalam keluarga sendiri. Semua Pak

Ogah di Jalan Bhayangkara sudah memiliki anak isteri. Tekanan yang dihadapi berupa jenis

pekerjaan yang banyak menganggap hina atau rendahan yang harus mengatur lalu lintas di

persimpangan guna mendapat uang dari pengendara. Tentunya banyak juga sanak keluarga

mereka yang kebetulan melintas di jalan tersebut. Seperti hasil wawancara kepada Bang

Moris yang merupakan berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ibu Bang Moris kecewa

dengan pekerjaan yang dilakukan anaknya. Ibu nya sudah menyekolahkan hingga perguruan

tinggi di Jakarta namun pekerjaan nya dianggap sia-sia yang selama ini di sekolahkan. Bang

Moris merupakan anak ke-6 dari enam bersaudara. Saudara pertama hingg kelima memiliki

pekerjaan yang terhormat dan memiliki perusahaan. Bahkan ketika Ibu Bang Moris kebetulan

melintas di persimpangan Jalan Bhayangkara melihat anak nya menjadi Pak Ogah sehingga

miris dan sedih hati Ibu nya. Dengan kondisi seperti Bang Moris terlihat pasrah dengan

keadaan yang dialaminya. Dulu bekerja di perusahaan KIM Medan namun akhir nya di pecat

oleh perusahaan dengan alasan yang tidak disebutkan Bang Moris. Kondisi seperti ini

membuat Bang Moris mencari akal untuk mendapatkan uang demi menghidupkan keluarga

nya sendiri yakni anak nya yang sudah mulai masuk Taman Kanak-kanak(TK) dan isterinya.

Muncul polemik dengan isteri Bang Moris dengan pekerjaaan yang dilakukan suaminya ini.

namun Bang Moris berusaha meyakinkan untuk sementara melakukan pekerjaan ini dan akan

mencari pekerjaan yang lebih baik lagi. Dan isterinya pun menerima pendapat dari Bang

Universitas Sumatera Utara

Page 65: “PAK OGAH”

Moris. Bang Moris tidak malu melakukan pekerjaan ini asal tidak mencuri,merampok,dan

juga meminta kepada orang lain. Lebih baik memberikan jasa kepada pengendara apabila

merasa terbantu tentunya dengan sukarela pengendara memberi imbalan kepada Bang Moris.

Bang Moris pun juga.

Hal serupa juga di alami Bang Dece yang sudah memiliki isteri dan anak yang

berumur lima tahun. Bang Dece harus dengan keadaan terpaksa harus menjadi Pak Ogah

karena kurang cukup nya penghasilan dari pekerjaan sebelumnya. Berdasarkan hasil

wawancara isteri dari Bang Dece ini sempat khawatir dengan pekerjaan nya yang dari segi

keamanan yang berbahaya, apabila tersenggol kendaraan dan juga dari segi kesehatan yang

harus kena debu dan asap knalpot kendaraan. Sering keluarga dari Bang Dece melintas di

Jalan Bhayangkara dan mengatakan pekerjaan yang dikerjakan nya tidak lah pantas dan

dianggap rendahan bagi keluarga Bang Dece. Namun Bang Dece tidak memikirkan apa yang

dikatakan orang karena Bang Dece pun tidak lah mengemis dan ada jasa nya digunakan bagi

pengendara. Hal itu lah Bang Dece tidak lah merasa malu dengan pekerjaan ini. Bang Dece

pun bingung untuk mencari pekerjaan yang lain. Di satu sisi umur Bang Dece sudah

mencapai tiga puluhan dan tidak ada pekerjaan yang menerima dengan umur segitu.

Bang Iwan yang sebagai orang pertama menjadi Pak Ogah juga merasa kan hal

demikian yang dialami teman-teman nya. Bang Iwan telah memiliki dua orang anak yang

masih kecil. Karena sudah di pecat dari perusahaan sebelum nya maka Bang Iwan tidak tahu

harus bagaimana untuk menafkahi keluarga nya. Bang Iwan terlebih berasal dari keluarga

yang kaya. Bapak nya mantan Kapolsek namun nasib Bang Iwan sendiri yang beda dari

abang dan adik nya. Tapi Bang Iwan tidak merasa malu semua dilakukan demi yang halal.

Apapun pekerjaan yang halal dilakukan Bang Iwan. Dia tidak merasa rendah diri melihat

orang lain yang pekerjaan nya jauh lebih baik dari dia.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: “PAK OGAH”

4.1.3 INTERAKSI DENGAN SESAMA “PAK OGAH”

Dalam hal pekerjaan ini tentu ada nya seekelompok orang menjadi Pak Ogah. Di

lokasi penelitian terdapat enam orang yang menjadi Pak Ogah. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan di lokasi tersebut. pekerjaan yang dilakukan oleh Pak Ogah sebagai pemuda

setempat mereka mempunyai inisiatif agar simpang ini tidak macet namun dari sinilah hal ini

muncul banyak para pengendara tanpa sengaja memberi mereka uang karena telah membantu

mereka supaya tidak macet lambat laun yang bekerja di persimpangan ini semakin banyak

karena mereka anggap ini adalah peluang yang besar karena uang dihasilkan banyak dan

mampu memuhi kebutuhan keluarga dimana pekerja disini rata-rata sudah berumah tangga

dan mempunyai beban untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dikeluarga mereka hal ini juga

sama dikatakan oleh Snel dan Sterling(2009:3) dalam teori bertahan hidup ia menyatakan

bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagian rangkaian tindakan yang dipilih secara standar

oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi.Melalui strategi ini

seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber

lain.

Dalam kasus pekerjaan Pak Ogah mereka melihat peluang yang besar karena dari

pekerjaan ini mereka bisa memberi uang atau memenuhi kebutuhan keluarga nya yang

dimana sebagai kepala rumah tangga para pekerja ini mampu menambah penghasilan mereka

dari pemanfaatan kemacetan yang terjadi dikawasan ini supaya mereka atur dan para

pengendara akan memberi uang kepada Pak Ogah tersebut. Dan diperkuat adanya ikatan

jaringan diamana para pekerja yang ada disini hanyalah orang-orang yang tinggal di kawasan

ini dan mempunyai sisi solidaritas yang tinggi didalam kelompok mereka hal ini juga sama

seperti yang dinyatakan oleh Kusnadi ( 2000:146) dalam strategi jaringan terjadi akibat

adanya interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, jaringan sosial dapat membantu

keluarga miskin ketika membutuhkan uang secara mendesak. Strategi jaringan yang biasanya

Universitas Sumatera Utara

Page 67: “PAK OGAH”

dilakukan adalah memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dengan memanfaatkan

kepercayaan dari para kerabat. Dalam kasus para pekerja polisi gopek peneliti melihat

jaringan/ikatan sesama masyarakat yang tinggal sekampung adalah alasan mengapa para

pekerja polisi gopek disini hanya yang berhak bekerja diperismpangan ini, mereka

berasalasan kawasan ini adalah wilayah mereka dan mereka tumbuh besar di kawasan ini jadi

yang berhak bekerja untuk mengatur lalu lintas disini adalah orang-orang yang tinggal

dikawasan ini namun walaupun ada orang luar yang bekerja di persimpangan ini adalah

mereka yang pernah atau orang tua mereka pernah tinggal disini. Para informan mereka

bertempat tinggal tidak lah saling berjauhan dengan simpang Jalan Bhayangkara. Adapun

interaksi yang terjadi sering terlibat konflik dengan sesama Pak Ogah.

Konflik yang dialami mereka adalah ketidaksesuai dalam waktu mengatur. Ini

dikarenakan adanya diantara mereka yang serakah dalam mengatur lalu lintas. Terlalu

lamanya dalam mengatur membuat Pak Ogah yang selanjutnya mulai emosi dengan sikap

teman nya yang tidak memikirkan teman-teman yang lain. Pada hal waktu rata-rata dalam

sekali mengatur adalah kisaran 20-30 menit saja. Waktu yang ditentukan tidak menggunakan

jam sebagai penanda tapi dengan perkiraan saja. Ketika mereka sedang istirahat dan tidak

sedang bekerja maka sesama mereka sering duduk di warung Wak No sambil berkumpul dan

ada pula ketika istirahat mereka gunakan waktu nya untuk mengisap sabu yang mereka beli

dari teman mereka yang mengantar kepada mereka. Hal ini membuat selain kebutuhan

keluarga penghasilan menjadi Pak Ogah digunakan untuk konsumsi sabu. Mereka disini juga

berlatar belakang pekerjaan sebelumnya berbeda. Mereka ada yang dulu nya bekerja sebagai

buruh bangunan,tukang becak, karyawan swasta. Mereka disini memilik dasar yang sama

karena kebutuhan hidup yang semakin banyak ditambah sulitnya mencari pekerjaan. Mereka

juga ke cafe dekat daerah tersebut sebagai penghiburan saja untuk melepas rasa capek

bekerja.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: “PAK OGAH”

4.1.4 INTERAKSI DENGAN PENGENDARA KENDARAAN

Pekerjaan yang dilakukan Pak Ogah ini tentunya berhubungan dengan kemacetan.

Dimana setiap pengendara ingin melintas di Jalan Bhayangkara untuk melakukan aktivitas

nya. Setiap Pak Ogah harus lah mengatur kendaraan agar tidak menimbulkan kemacetan yang

sangat parah. Maka disini ada nya keseimbangan aturan agar berjalan dengan lancar. Maka

penulis melakukan wawancara terhadap pengendara sepeda motor yang mau keluar jalan

bhayangkara dan singgah ke warung wak no. Pengendara sepeda motor itu bernama ibu Ija.

Ibu Ija berkata(wawancara 07 Agustus 2017)

“ mereka bagus kok ada disini, jadi gak macet dulu disini macet kali dek kalau gak ada mereka, mereka mau tiap hari ngatur disini dari pagi sampek malam ibu lihat. Kalau ibu pas lewat mau nya ibu kasih kan uang juga lah. Orang-orang sini nya itu dek ibu tanda muka nya sama mereka”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu Ija kehadiran Pak Ogah sangat lah

membantu dalam kemacetan karena dengan adanya mereka meminimalisir kemacetan yang

ada.

Akan tetapi berbeda pendapat saat melakukan pengendara sepeda motor yang lain Pak

Sitinjak yang sedang berhenti di Indomaret persimpangan jalan bhayangkara. Pak Sitinjak

mengatakan (wawancara 08 Agustus 2017)

“ kalau menurut bapak sih mereka itu gak resmi preman sini nya itu, tengok lah dek macet juga nya ada mereka. Mereka pun pentingin yang mobil-mobil besar aja daripada yang naik kereta ini, cara ngatur mereka pun gak pandai bapak lihat. Tapi memang dari dulu jalan ini macet nya sebelum ada mereka pun, kalau untuk minta-minta uang ini mereka bapak perhatikan dekat-dekat sama mobil itu, bapak tiap hari lewat sini makanya tahu percis kebiasaan mereka” Berdasarkan wawancara dengan Pak Sitinjak, menurut nya tidak ada pengaruh dengan

hadir nya Pak Ogah disini. Karena dari dulu sudah macet ada nya, tidak ada peran atau tugas

dari Pak Ogah sendiri di kemacetan ini maka pengendara yang kontra Pak Ogah. Itu lah

sebabnya sebagian pengendara ada yang tidak suka dengan munculnya Pak Ogah karena

dianggap pungutan liar(pungli) dan meminta kepada pengendara.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: “PAK OGAH”

Ada pun penulis kembali melakukan wawancara kepada pengendara mobil, yakni Pak Agung

yang bekerja di Bank BNI jalan ahmad yani, dia mengatakan(wawancara 08 Agustus 2017)

“sangat lah berguna dengan kehadiran mereka, saya juga tidak kena macet. Bawa mobil kan gak bisa kencang-kencang pas jam-jam kerja gni dek. Apalagi kalau udah kereta yang jalan pasti mau cepat cepat gas , kalau di kasi mereka nya jalan kita kan ku kasih lah dua ribu sama yang ngatur jalan, aku pun bisa kerja gak telat jadi nya, apalagi dek kau lihat sendiri kan tidak ada rambu lalu lintas disimpang itu jadi orang gak tau kapan berhenti dan kapan berjalan” Ternyata menurut Bang Agung ini lah sangat lah penting ada nya Pak Ogah khusus

nya kendaraan mobil yang dari segi bentuk lebih besar dan bagian jalan yang diambil pun

banyak juga. Banyak nya jumlah mobil yang melintas ditambah dengan kendaraan bermotor

membuat semakin parah tingkat kemacetan. Maka untuk mempercepat jalan maka

pengendara mobil menggunakan jasa Pak Ogah agar di beri ruang jalan untuk melintas. Hal

ini lah membuat kecemburuan dengan pengendara kendaraan yang lain. Adanya

ketidakadilan dalam berlalu lintas. Lebih mementingkan pengendara yang memberi jalan

kepadanya.

4.1.5 INTERAKSI DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT

Pak Ogah di Jalan Bhayangkara juga melakukan interaksi dengan masyarakat

setempat sekitaran simpang Jalan Bhayangkara. Penulis mewawancarai kepada seorang

warga setempat yang persis rumah nya di simpang Jalan Bhayangkara. Wawancara kepada

Pak Jamal(wawancara 11 Agustus 2017)

“ gak apa-apanya mereka disini kerja dek, gak nya menganggu kali dengan mereka datang toh niat mereka baik nya untuk ngatur lalu lintas, namanya mereka cari rezeki nya disini dan juga banyak juga yang senang ada nya mereka, gak kena macet lagi orang mau lewat, mereka juga orang sini kok, rumah mereka dekat-dekat sini juga” Ada dukungan positif dari Pak Jamal ini karena ada nya kesamaan rasa dalam tinggal

di lokasi yang sama. Terlebih lagi mereka bisa dikatakan pengangguran yang tidak memiliki

pekerjaan yang tetap.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: “PAK OGAH”

4.2 FAKTOR KEMUNCULAN PAK OGAH

4.2.1 TINGKAT KEDISPLINAN PENGENDARA DAN PENGGUNA JALAN

Pada dasarnya, displin merupakan hal yang dapat dilatih. Pelatihan displin diharapkan

dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi. Displin

berhubungan dengan pengendalian diri supaya dapat membedakan mana hal yang benar dan

mana hal yang salah sehingga dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku

yang bertanggung jawab. Displin juga sebagai sikap mental individu atau masyarakat dalam

mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan

dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia Displin adalah: 1) latihan batin dan watak

yang maksimal supaya segala perbuatan selalu mentaati tat tertib, 2) ketaatan pada aturan dan

tat tertib(Purwodarminto,1996:254). Menurut (Hurlock:1978:84) displin mempunyai empat

unsur pokok yaitu: peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut

dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya, hukuman untuk

pelanggaran peraturan, dan penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan

peraturan yang berlaku.

Dalam hal ini Koentjaraningrat(1983:15) menyebutkan pada hakikatnya membangun

suatu bangsa atau masyarakat tidak hanya menyangkut pembangunan yang berupa fisik

melainkan juga non fisik. Hal inilah yang harus mendapatkan perhatian agar tercipta adanya

keselarasan dan kesimbangan yang saling mendukung. Menciptakan lingkungan yang

nyaman,tertib,bersih dan juga sesuai dengan kaidah-kaidah dan aturan yang berlaku di

masyarakat perlu adanya kesadaran dan kepedulian setiap anggota masyarakat terhadap

situasi dan kondisi lingkungan yang ada disekitar mereka karena lingkungan merupakan

tempat manusia untuk menjalankan berbagai aktivitas dan interaksi dengan yang lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: “PAK OGAH”

Kepadatan di jalan raya yang disebabkan banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan

tidak bermotor,pejalan kaki, dan pedagang kaki lima membuat psikologis pengguna jalan

tidak nyaman. Kepadatan seperti itu dapat menimbulkankan kemacetan di jalan raya juga

meningkatnya kelelahan secara emosional dan ketidaknyaman lainnya. Kemacetan di jalan

raya memang tidak dapat dihindarkan karena jumlahh penduduk dan kendaraan yang makin

meningkat disertai dengan pertumbuhan sarana dan prasarana yang tidak seimbang dengan

jumlah kendaraan dan pengguna jalan raya serta berkurangnya lahan untuk perlebaran jalan.

Bahkan pengendara kendaraan pun sering melewati trotoar yang seharusnya digunakan untuk

pejalan kaki untuk menghindari kemacetan.

Di kota-kota besar di Indonesia seperti Kota Medan, sudah hal biasa dalam

kemacetan itu sendiri. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya tenggang rasa antar

pengendara kendaraan. Sesama pengendara saling serobot dan tidak mau mengalah antara

satu dengan lainnya. Oleh sebab itu kurang pemahaman dalam berlalu lintas dan sekaligus

implementasinya di jalan raya membuat kemacetan terjadi. Seperti dalam Undang-undang

No.22 Tahun 2009 dikatakan tertib,lancar,aman dan terpadu apabila dalam berlalu lintas

berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban pengguna jalan serta bebas dari

hambtan dan kemacetan jalan. Tanpa adanya pengetahuan dasar maka pengendara kendaraan

seenaknya sendiri tanpa mempedulikan keselamatan orang lain,lalu lintas di jalan akan

semrawut, sehingga rawan terjadi kecelakaan,serta akan terjadi kemacetan parah.

Pengendara ingin menerobos kemacetan khusus nya penguna sepeda motor yang bisa

menyelinap diantara kendaraan lainnya. Sikap mementingkan diri sendiri lebih diutamakan

ketika kemacetan. Ini juga yang membuat pengendara lainnya merasa kesal dan juga ikut-

ikutan menyelinap sehingga bertambah kemacetan. Perilaku ketidakdisplinan pengendara

kendaraan dalam berlalu-lintas seperti mengendarai dengan kecepatan tinggi untuk

menerobos lampu lintas, melewati pembatas jalan serta tidak ada hal-hal yang mendukung

Universitas Sumatera Utara

Page 72: “PAK OGAH”

keselamatan pengendara tersebut yang dapat mengancam keselamatan orang. Pelanggaran

lalu lintas yang seringg terjadi juga melibatkan cara pengendara yang menerobos antrian

kendaraan, berkendara dengan zig-zag dengan kecepatan tinggi untuk tidak kena lampu

merah di jalan. Juga seringnya pengendara yang berkendara berlawanan

arah(Hendratno,2009:499).

Hal ini juga didukung oleh Bapak Tri Eko selaku KANTIBBIMAS Polsek Percut Sei

Tuan yang mengatakan hal serupa. Menurutnya, Di Kota Medan ini belum bisa dikatakan

kota macet hanya saja pengendara tersebut yang ingin berlaju cepat tanpa hambatan. Marak

nya pelanggaran lalu lintas berlandaskan keberanian untuk melanggar karena adanya

mentalitas bahwa setiap masalah dapat diselesaikan secara “damai” dengan Polantas. Dan

juga kurangnya budaya malu dalam melanggar lalu lintas dan dianggap sebuah hal yang biasa

terjadi sehari-hari dalam kemacetan serta kurangnya sanksi yang diberikan kepada

pengendara.

Hal ini lah menjadi salah satu kemunculan Pak Ogah di Jalan Bhayangkara.

Banyaknya pengendara yang berusaha menerobos jalan. Bahkan meskipun sudah diatur Pak

Ogah tetap juga ada yang berusaha menerobos. Ada juga pengendara yang suka dengan

kehadiran mereka di persimpangan jalan karena peran mereka sangat dibutuhkan. Tapi ada

juga pengendara yang tidak suka dan berpendapat kehadiran mereka dianggap pungli dan

juga meminta-minta.

4.2.2 LAJU PERTUMBUHAN KENDARAAN

Kota Medan saat ini berbenah menjadi kota metropolitan dan menjadi pusat

pemerintahan, perdagangan, pendidikan, jasa, dan lain-lain. Aktivitas di berbagai sektor

Universitas Sumatera Utara

Page 73: “PAK OGAH”

menarik mobilitas penduduk dari wilayah Kota Medan sendiri, wilayah pinggiran (suburban),

dan kota lainnya seperti Binjai dan Deli Serdang. Mobilitas penduduk yang tinggi membuat

sistem transportasi menjadi sangat penting, baik pengangkut barang maupun orang. Saat ini

pertumbuhan moda transportasi sedemikian pesat. Antara tahun 1999-2003 terjadi kenaikan

sebesar 22,21%, dari 469.157 unit menjadi 603.138 unit. Pertumbuhan jumlah mobil dalam

kurun waktu 5 tahun ini sebesar 34,06%: kendaraan barang 11,33%, bus 2,76%, dan sepeda

motor sebanyak 22,07%. Persoalan transportasi di Kota Medan hampir sama dengan yang

dihadapi kota besar lainnya di Indonesia. Masalah transportasi disebabkan karena tidak

seimbangnya jumlah kendaraan dengan kapasitas jalan, rendahnya sumber daya manusia

pengguna jalan raya, sarana pendukung transportasi seperti marka jalan, lampu pengatur lalu

lintas, jembatan penyeberangan, fasilitas pejalan kaki misalnya trotoar. Perubahan jumlah

penduduk di Kota Medan membuat banyaknya jumlah kendaraan yang digunakan sebagai

alat transportasi warga Kota Medan. Maka dapat dikatakan semakin banyak penduduk maka

semakin banyak juga kendaraan yang ada juga semakin banyak muncuk Pak Ogah di

persimpangan jalan.

Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan, pada tahun 2015 jumlah penduduk Kota

Medan sebanyak 2.110.624 jiwa, jumlah rumah tangga sebanyak 324.674 kepala keluarga,

dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 8.342 jiwa per km². Lapangan usaha yang

memberikan kontribusi terbesar bagi Kota Medan berdasarkan harga berlaku pada tahun 2000

adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni sebesar 35,03% dari PDRB Kota Medan,

disusul sektor industri (19,70%) dan pengangkutan dan komunikasi (14,26%). Sedangkan

sektor usaha yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor penggalian yaitu sebesar

0,01% dari total PDRB Kota Medan (BPS, 2015). Dari gambaran aktivitas Kota Medan dan

wilayah pendukungnya yang menyebabkan arus lalu lintas menuju Medan sangat lah penting.

Hal ini juga berkaitan dengan lokasi Jalan Bhayangkara yang terletak di wilayah timur Kota

Universitas Sumatera Utara

Page 74: “PAK OGAH”

Medan ini adalah daerah gerbang Kota Medan disebelah timur yang merupakan pintu masuk

dari daerah Kabupaten Deli Serdang atau daerah lainnya yang menggunakan transportasi

darat.

Kemacetan yang terjadi di Jalan Bhayangkara dengan kendaraan yang tidak hanya

berasal dari Kota Medan saja melainkan adanya juga transportasi darat melintas di jalan

tersebut yang berasal dari daerah sekitarnya berhubung dekat dengan perbatasan. Tinggi nya

daya tarik di Kota Medan seperti lapangan pekerjaan yang tersedia, sekolah-sekolah yang

mendukung pendidikan pelajar serta fasilitas-fasilitas lainnya. Karena hal itu lah penduduk

yang berada di sekitar Jalan Bhayangkara turut ambil bagian dalam kemacetan tersebut.

Kepentingan-kepentingan pribadi yang menimbulkan kemacetan. Dengan keadaan di Jalan

Bhayangkara terdapat tiga sekolah dan satu universitas semakin banyak orang yang melintas

di jalan bhayangkara.

4.2.3 MASALAH EKONOMI

Kebutuhan hidup yang banyak membuat harus lebih giat dalam mencari penghasilan.

terlebih di kota Medan. Dalam hal itu para Pak Ogah di jalan bhayangkara harus menccari

nafkah bagii keluarganya. Di tengah kesulitan ekonomi di kota Medan membanting tulang

untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap harinya. Peran tanggung jawab sebagai sebagai

keluarga yang menjadi dasar utama. Tidak hanya suami saja, tetapi isteri dari sebagian Pak

Ogah juga membantu agar bisa memenuhi keperluan yang dibutuhkan. Ketika wawancara

kepada mereka “gak ada uang=mau makan apa” itu lah yang sering mereka ucapkan disaat

wawancara. Pekerjaan ini dirasa sah-sah saja mengingat dari polisi dan Pak Ogah sendiri

sama-sama diuntungkan. Polisi merasa terbantu meskipun ketika wawancara peneliti kepada

Pak Eko pekerjaan ini dianggap sah saja bagi beliau. Tetapi menurut Pak Ogah ini membantu

Universitas Sumatera Utara

Page 75: “PAK OGAH”

polisi. Di mana polisi yang bertugas di tengah kemacetan di jalan ini membutuhkan

kerjasama yang baik dengan polisi. Namun juga peneliti berusaha mengajak wawancara

polisi yang sedang bertugas akan tetapi polisi tersebut tidak bersedia diwawancarai dan harus

ke kantor polsek percut sei tuan untuk wawancara.

Dalam hal menjadi menjadi Pak Ogah melihat adanya peluang dalam mencari uang

ditengah kemacetan. Yang terbilah cukup mudah tanpa harus membawa ijazah atau

persyaratan-persayaratan yang biasa dalam melamar pekerjaan. Karena tanpa bekerja mereka

tidak dapat memperoleh uang. Mereka memilih jalan pintas untuk memilih pekerjaan ini.

pekerjaan ini dilakukan mereka memberikan jasa mereka dalam mengatur lalu lintas di

tengah kemacetan. Rela berdiri di tengah jalan dengan kondisi terik cuaca bahkan hujan

sekalipun tetap mengatur lalu lintas. Ini dilakukan agar pengendara yang merasa iba dan

terbantu dengan kehadiran mereka memberikan apresiasi dalam bentuk uang yang diberikan

sukarela tanpa meminta. Adapun pengendara yang memberikan tidak lah dipatok nominal

nya dan juga tidak ada keharusan dalam memberi uang kepada mereka yang menjadi Pak

Ogah. Berapapun nominal yang diberikan mereka tetap menerimanya dengan senang hati.

Pemberian yang diberikan pengendara kendaraan tidak hanya berupa uang, ada juga yang

memberikan berupa makanan dan minuman. Makanan dan minuman pun tetap diterima juga

sebagai apresiasi dari pengendara. Demi harapan mendapatkan uang ditengah jalan mereka

juga harus membuang rasa malu ketika tetangga,keluarga maupun orang lain. Mereka kerja

menjadi Pak Ogah tidak seperti orang pikirkan yang kerja meminta-minta uang kepada

pengendara lain nya.

4.2.4 FREELANCE

Universitas Sumatera Utara

Page 76: “PAK OGAH”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , Freelance adalah tenaga lepas atau pekerja

lepas yang bekerja sendiri dan tidak berkomitmen kepada majikan jangka panjang tertentu.

Adapun berdasarkan hasil dari penelitian, bahwa pekerjaan Pak Ogah ini bersifat nya tidak

ada ikatan dengan penguasa setempat. Berhubung lokasi di persimpangan Jalan Bhayangkara

ini yang mereka berasal sejak lahir hingga berkeluarga di Jalan Bhayangkara. Mereka

melakukan ini karena dekat dengan rumah sehingga kalau pun ingin istirahat tidur siang bisa

langsung ke rumah. Mereka juga bekerja tidak ada waktu yang mengikat datang harus jam

berapa, melainkan diri mereka sendiri yang mengatur. Ketika sedang bangun cepat maka di

pagi hari juga langsung menjaga. Apabila bangun kesiangan maka mulai bekerja siang hari.

Mereka bekerja tanpa tekanan atau aturan yang menuntut mereka harus berdisplin diri. Hal

ini lah membuat mereka merasa menjadi Pak Ogah tidak lah ambil pusing untuk bekerja.

Kapan pun dan jam berapa pun bisa sesuka hati untuk menyesuaikan keadaan. Pekerjaan Pak

Ogah yang dianggap sebagian orang merupakan pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat

yang kurang mampu. Bersaingan dengan pekerjaan yang formal dan hanya menghasilkan

pendapatan yang hanya cukup untuk mempertahankan hidup, nyatanya di lapangan

menunjukan bahwa kebanyakan dari mereka menjadi Pak Ogah dan bertahan ini diakenakan

faktor pendapatan yang diperoleh cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan penghasilan nya

rutin tiap hari di dapatkan. Bahkan berdasarkan wawancara tidak hanya kebutuhan sehari-hari

saja melainkan untuk mengkonsumsi narkoba bisa mereka lakukan serta hiburan ke cafe-cafe.

4.2.5 KURANGNYA KEAHLIAN KHUSUS YANG DIMILIKI

Susahnya mendapat lapangan pekerjaan di zaman sekarang dengan persaingan yang

sangat banyak membuat angka pengangguran semakin bertambah. Jumlah pengangguran

yang banyak ini tak jarang membuat masyarakat mencari pekerjaan lain. Dalam bekerja perlu

Universitas Sumatera Utara

Page 77: “PAK OGAH”

adanya keahlian yang dimiliki secara khusus agar bisa sesuai pekerjaan dengan keahlian

masing-masing. Tidak dengan Pak Ogah di Jalan Bhayangkara, mereka dominan adalah

dulunya bekerja sebagai kuli bangunan. Namun karena menjadi kuli bangunan tidak lah

setiap saat ada panggilan untuk menjadi kuli bangunan. Tergantung kapan saja dibutuhkan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Pak Ogah ini lah mereka berpikir harus

bisa mendapatkan uang ketika tidak ada pekerjaan. Karena menjadi Pak Ogah tidak lah susah

cukup dibutuhkan keberanian mengatur lalu lintas di tengah jalan. Dengan bermodal

keberanian dan juga melihat-lihat ketika polisi mengatur lalu lintas. Itu sudah cukup menjadi

Pak Ogah. Kurangnya keahlian juga dibarengi dengan umur yang sudah tua kira-kira tiga

puluh sampai empat puluh tahunan yang sulit mencari pekerjaan lain. Situasi yang mereka

alami bersifat kondisional, yakni karena kondisi yang relatif bersifat sementara. Mereka juga

memiliki cita-cita tetap berusaha agar kelak mereka memiliki cukup modal untuk memulai

membuat usaha. Mereka juga mengatakan tidak mungkin seterusnya dengan pekerjaan ini,

karena risiko yang besar seperti di tangkap polisi ketika razia karena pekerjaan yang illegal.

Kalau mereka ditangkap polisi maka perekonomian keluarga juga kesusahan serta kesedihan

dalam keluarga. Mereka sudah tahu apa dampaknya namun ini dilakukan semata-mata untuk

mendapatkan uang.

4.2.6 RAMBU LALU LINTAS

Berdasarkan pengamatan di Lokasi persingan Jalan Bhayangkara ke Jalan Pancing

tidak ada nya rambu lalu lintas yang ada. Sehingga pengendara kendaraan pun sesuka hati

nya mengendarai. Ini juga membuat kondisi di simpang jalan ini mengalami kemacetan.

Mereka harus memposisikan diri apakah ingin maju terlebih dahulu atau menunggu jalan

hingga sepi untuk bisa berjalan. Namun susahnya pengendara yang tidak sabaran dan

Universitas Sumatera Utara

Page 78: “PAK OGAH”

membuat sesama pengendara kendaraan juga merasa hati-hati. Hal ini juga mendukung

pengamatan dalam penelitian ini. Pada hal banyak nya kendaraan yang melintas di

persimpangan Jalan Bhayangkara ini membuat pengendara khususnya mobil dan truk besar

yang dari sisi jalan lain ingin membelok tentunya akan dibantu oleh Pak Ogah supaya bisa

melintas tanpa hambatan kena macet.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: “PAK OGAH”

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka di buat kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Banyak jumlah penduduk maka banyak juga dibutuhkan transpotasi yang digunakan

serta kesibukan setiap orang dalam menggunakan fasilitas jalan raya. Adanya kehadiran “Pak

Ogah” dalam kemacetan di persimpangan Jalan Bhayangkara dikarenakan kurang displin nya

pengendara kendaraan dalam berlalu lintas sehingga menimbulkan kemacetan. Kemacetan

terjadi karena meingkatnya volume jumlah kendaraan akan tetapi tidak ada nya penambahan

jalan maupun pelebaran jalan sehingga luas jalan yang ada tidak memiliki cakupan luas

dalam menampung kendaraan yang melintas. Di kemacetan ini lah sebagai peluang dalam

untuk mendapatkan uang bagi mereka. Kebutuhan yang semakin banyak diperlukan dengan

penghasilan yang tidak ada membuat kondisi semakin memperburuk kebutuhan di keluarga.

Peranan sebagai kepala keluarga juga menjadi tuntutan harus dalam memenuhi kebutuhan.

Adanya pergeseran nilai yang pada awal nya berdasarkan tolong menolong berubah menjadi

sumber pendapat yang menjanjikan sebagai Pak Ogah karena adanya penghasilan tetap dan

cukup untuk keperluan sehari-hari. Dengan melihat kesadaran diri seperti umur yang sudah

lanjut dan peluang dalam mendapatkan pekerjaan yang lain sangatlah minim ditambah

kurang nya skill dan pengalaman yang dimiliki membuat tidak tahu harus bekerja apa. Maka

dengan keadaan terdesak untuk menjadi “Pak Ogah” yang mengharapkan pemberian dari

pengendara yang melintas. Jenis kendaraan yang sering memberi adalah mobil. Kendaraan

yang cukup memakan banyak jalan tidak bisa menyelinap di kemacetan. Maka disaat itu pula

peranan Pak Ogah dibutuhkan agar mnampu memberi jalan. Tanda yang diberika jika ingin

belok dengan menghidupak lampu ke kiri atau kanan. Ini terlihat ketika ada ingin membelok

Universitas Sumatera Utara

Page 80: “PAK OGAH”

ke sisi jalan lain, secara inisiatif langsung mengatur jalan untuk kendaraan tersebut. Dan

apabila sudah diberi jalan Pak Ogah memposisikan diri di sebelah kanan mobil, guna

memudahkan dalam menerimaimbalan yang diberikan. Diberi imbalan maka pengendara

cukup membuka sebagian kaca samping dan sambil melintas diberi uang tanpa di tentukan.

Dalam semenit ada lima sampai sepuluh mobil yang melintas.

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan adanya kepentingan yang mucul disaat

kemacetan.pengendara ingin cepat melintas maka pengendara menggunakan jasa dari Pak

Ogah yang bertugas sebagai pengatur lalu lintas. Dan Pak Ogah memberikan jalan dengan

menutup dan menahan jalan dengan demikian kepentingan itu tampak di jalanan. Banyak nya

yang melintas di persimpangan itu juga membuat banyak nya orang-orang yang juga ingin

menjadi Pak Ogah. Adapun syarat mutlak untuk menjadi Pak Ogah di simpang Jalan

Bhayangkara yang sejak lahir dan tinggal bekeluarga sudah lama atau yang dikenal dengan

Pemuda Setempat(PS). Mereka melakukan itu karena ingin membantu di daerah mereka

sendiri. Karena alasan Pemuda Setempat itulah menjadi penguasa lokal di Jalan

Bhayangkara. Hal penting yang kurangnya pengetahuan Pak Ogah sendiri dalam mengatur

lalu lintas sehingga aturan ketika bertugas adalah sesuka hati bagian mana yang di beri jalan

duluan. Ada nya juga pilih memilih kendaraan, mobil dan truk yang menjadi peluang besar

diberi imbalan. Melihat kendaraan-kendaraan seperti itu berusaha memberinya jalan. Pak

Ogah melalaikan bahwa tidak hanya mobil dan truk saja yang melintas. Ada pun pengendara

sepeda motor,pengguna sepeda,becak dan angkutan umum juga ingin melintas. “Pak Ogah”

juga menjadi peran pengganti polisi karena membantu dalam mengatur lalu lintas. Disini

terlihat adanya saling kerjasama antara polisi dan Pak Ogah sendiri. Bisa meringankan

pekerjaan polisi, di kalangan polisi sendiri ini sudah hal biasa bahkan sudah ditangkap dan

diberi penyuluhan dari dalam diri sendiri ada nya uangkapan perasaan yang tidak bisa

disebutkan ini berkaitan dengan tugas dari polisi itu sendiri. Bagi polisi peranan Pak Ogah

Universitas Sumatera Utara

Page 81: “PAK OGAH”

bisa membantu dan juga bagi Pak Ogah adalah lahan untuk mendapat uang. Kurangnya

personil dari kepolisian dalam lalu lintas membuat Pak Ogah mengambil alih peran polisi

disini. Dengan tidak adanya rambu lalu lintas yang ada di persimpangan Jalan Bhayangkara

juga menjadi ambil bagian Pak Ogah sebagai pengganti rambu lalu lintas. Dengan keberanian

diri sendiri berdiri ditengah jalan tanpa melihat risiko yang dihadapi. Tidak adanya rambu

lalu lintas ini adalah kebijakan dari pemerintah sendiri yang harus siap membuat rambu lalu

lintas di Jalan Bhayangkara. Meskipun dampak dari kehadiran Pak Ogah tidak terlalu besar

namun kehadiran Pak Ogah nyata dirasakan apabila diabaikan keberadaannya mempengaruhi

sistem dalam masyarakat itu sendiri. Adanya ketidaksamaan sosial dalam berlalu lintas.

Lebih mementingkan kendaraan yang besar saja. Pekerjaan Pak Ogah ini juga telah membuka

jaringan baru bagi pemuda setempat lainnya yang juga tergiur akan pendapatan yang

diperoleh setiap harinya. Mereka menganggap bahwa pekerjaan ini bisa dilakukan diluar

pengalaman dan keterbatasan yang dimiliki untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, serta

mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh saran yang dapat membantu

menyelesaikan masalah kehadiran “Pak Ogah” adalah sebagai berikut:

1. Di buat nya rambu-rambu lalu lintas di persimpangan Jalan Bhayangkara guna

pengendalian diri dalam berlalu lintas ketika melewati jalan tersebut. Dengan

melihat kuantitas tiap hari nya kendaraan yang melihat dengan jarak waktu yang

disesuaikan ketika kemacetan terjadi.

2. Adanya penambahan personil polisi lalu lintas di tiap titik kemacetan. Di titik

Jalan Bhayangkara biasanya hanya seorang polisi yang bertugas maka kedepannya

Universitas Sumatera Utara

Page 82: “PAK OGAH”

ada dua orang yang bertugas ketika jam rawan kemacetan. Hal ini dilakukan agar

adanya keadilan sosial bagi seluruh pengendara tanpa harus melihat jenis

kendaraan apa saja yang ingin lewat. Dan juga sesuai Undang-undang yang

berlaku dalam mengatur lalu lintas adalah kepolisian dan juga dibantu dengan

Dinas Perhubungan yang secara formal sudah diatur.

3. Pemerintah juga memperhatikan situasi kemacetan sekarang ini. Melihat kondisi

kemacetan maka pemerintah juga harus mengambil keputusan agar tidak

terganggunya aktivitas masyarakat yang juga ketika bekerja tidak menganggu

pendapatan masyarakat. Melihat kondisi petugas formal yang kurang maka

pemerintah juga harus siap menganggarkan dana untuk bisa merekrut dan

bekerjasama dengan kepolisian agar di bimbing dan dibajarkan tentang

pengetahuan lalu lintas serta melegalkan pekerjaan Pak Ogah. Agar tidak ada lagi

keluhan-keluhan dari masyarakat dengan kehadiran Pak Ogah ini.

4. Melakukan peremajaan angkutan umum yang sudah tua berhubung banyaknya

angkutan umum yang sudah lama dan kecepatan nya berkurang.

5. Membuat palang dengan aturan jenis kendaraan yang bisa melintas di batasi

kapasitas berapa Ton agar disesuaikan dengan kondisi jalan.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: “PAK OGAH”

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita,Raharjdo.2006.Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan.Yogyakarta:Graha Ilmu

Ayuningtyas,D.S,Guritnaningsih, dan Santoso,A.2007.Hubungan antara lisensi untuk

mematuhi rambu-rambu lalu lintas dengan perilaku melanggar lalu lintas:Jakarta:JPS

Branch,Melvinne.1995.Perencanaan Kota Komprehensif. Yogyakarta:UGM Press

Daldjoeni,N.1986.Geografi Kota dan Desa.Salatiga:ED

Damanik, Erond.2016. Kisah dari deli.Medan:Simetri Publisher

Effendi,Tadjuddin Noer.1995.Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan:

Yogyakarta:Tiara Wicana

Hendro,Koestoer Raldi,dkk.2001.Dimensi Keruangan Kota.Jakarta:UI Press

Marbun,B.N.1994.Kota Indonesia Masa Depan:Jakarta:Penerbit Erlangga

Martono,Nanang.2011.Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada

Menno,N dan Mustamin Alwi.1991.Antropologi Perkotaan.Jakarta:CV.Rajawali

Sadyohutomo,Mulyono.2008.Manajemen Kota dan Wilayah:Jakarta:Bumi Akasara

Sjafrizal.2012.Ekonomi Wilayah dan Perkotaan.Jakarta:PT.Rajagrafindo

Suparlan,Supadi.1995.Kemiskinan di Perkotaan:Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Spradley,James P.1997.Metode Etnografi:Yogyakarta:PT.Tiara Wacana Yogya

Universitas Sumatera Utara

Page 84: “PAK OGAH”

Sumber lainnya

Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 Tentangg Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Yanthimaryathie.blogspot.com

www.ubaya.ac.id’’kenyamananpsikologidijalanraya

https://innekeputra.wordpress.com.etikaberlalulintas

Jurnal.uad.ac.id

Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Wahana Hijau vol.1 No.3 April 2006

Universitas Sumatera Utara