Makalah PAK

47
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM, PELAPORAN EMITEN BEPROSES IPO, LAPORAN YANG HARUS DISIAPKAN UNTUK IPO DAN RIGHT ISSUES I. PSAK NO. 3 LAPORAN KEUANGAN INTERIM 1. Pengertian Laporan keuangan interim merupakan laporan keuangan yang berisi baik laporan keuangan lengkap (seperti yang dijelaskan di PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian LaporanKeuangan) atau laporan keuangan ringkas (seperti yang dijelaskan di Pernyataan ini) untuk suatu periode interim. Periode interim adalah suatu periode laporan keuangan yang lebih pendek dari satu tahun buku penuh. 2. Tujuan Tujuan PSAK adalah menentukan isi minimum laporan keuangan interim serta prinsip pengakuan dan pengukuran dalam laporan keuangan lengkap atau ringkas untuk periode interim. Pelaporan keuangan interim yang tepat waktu dan andal meningkatkan kemampuan investor, kreditor, dan pihak lain untuk memahami kapasitas entitas menghasilkan laba dan arus kas serta kondisi dan likuiditas keuangannya. 3. Ruang Lingkup Pernyataan ini tidak mengatur entitas mana yang disyaratkan untuk menerbitkan laporan keuangan interim,seberapa sering, atau berapa lama setelah akhir suatu Kelompok 4 Page 1

description

Pengungkapan laopran keuangan

Transcript of Makalah PAK

Pelaporan Akuntansi Keuangan

PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM,

PELAPORAN EMITEN BEPROSES IPO,

LAPORAN YANG HARUS DISIAPKAN UNTUK IPO DAN RIGHT ISSUESI. PSAK NO. 3 LAPORAN KEUANGAN INTERIM1. Pengertian

Laporan keuangan interim merupakan laporan keuangan yang berisi baik laporan keuangan lengkap (seperti yang dijelaskan di PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian LaporanKeuangan) atau laporan keuangan ringkas (seperti yang dijelaskan di Pernyataan ini) untuk suatu periode interim.Periode interim adalah suatu periode laporan keuangan yang lebih pendek dari satu tahun buku penuh.

2. TujuanTujuan PSAK adalah menentukan isi minimum laporan keuangan interim serta prinsip pengakuan dan pengukuran dalam laporan keuangan lengkap atau ringkas untuk periode interim. Pelaporan keuangan interim yang tepat waktu dan andal meningkatkan kemampuan investor, kreditor, dan pihak lain untuk memahami kapasitas entitas menghasilkan laba dan arus kas serta kondisi dan likuiditas keuangannya.

3. Ruang LingkupPernyataan ini tidak mengatur entitas mana yang disyaratkan untuk menerbitkan laporan keuangan interim,seberapa sering, atau berapa lama setelah akhir suatu periodeinterim.Namun, pemerintah, regulator pasar modal, bursaefek seringkali mensyaratkan entitas yang efek utang atau efekekuitasnya diperdagangkan di bursa efek untuk menerbitkanlaporan keuangan interim.Pernyataan ini diterapkan jikaentitas disyaratkan atau memilih untuk menerbitkan laporankeuangan interim sesuai dengan SAK.

Setiap laporan keuangan, baik tahunan atau interim,dievaluasi kepatuhannya terhadap SAK. Fakta bahwa entitasmungkin tidak menyediakan laporan keuangan interim selamasatu tahun buku tertentu atau menyediakan laporan keuanganinterim yang tidak sesuai dengan Pernyataan ini, tidakmenghalangi kepatuhan laporan keuangan tahunan terhadapSAK jika laporan keuangan tersebut mematuhi SAK.4. Yang Menyusun Laporan Keuangan Interim

PSAK 3 tidak mengatur entitas mana yang harus menyusun laporan keuangan interim.Jika suatu entitas memilih untuk menyampaikan laporan keuangan interim sesuai dengan SAK, maka manajemen entitas tersebut harus tunduk pada pengaturan mengenai penyampaian laporan keuangan interim dalam PSAK 3.Namun BAPEPAM-LK melalui peraturan Bapepam dan LK No.X.K.2 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, menetapkan bahwa setiap emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan Laporan Keuangan Tengah Tahunan (LKTT) atau Laporan Keuangan Interim ke Bapepam.5. Format dan Isi Laporan Keuangan Interim

Jika entitas menerbitkan laporan keuangan lengkap dalam laporan keuangan interimnya, maka format dan isi laporan keuangan interim tersebut sesuai dengan persyaratan PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan.Peraturan Bapepam dan LK X.K.2 menetapkan bahwa dalam menyajikan LKTT emiten wajib menyajikan laporan keuangan interim secara lengkap.Dengan demikian format dan isi laporan keuangan interim tersebut harus sesuai dengan pengaturan dalam dalam PSAK 1, kecuali terkait dengan periode perbandingan mengikuti pengaturan dalam PSAK 3.Jika entitas menerbitkan laporan keuangan ringkas dalam laporan keuangan interimnya, maka laporan keuangan ringkas tersebut mencakup, minimum,setiap judul dan sub jumlah yang termasuk dalam laporan keuangan tahunan terkini dan catatan penjelasan tertentu sebagaimana disyaratkan oleh Pernyataan ini. Pos atau catatan atas laporan keuangan tambahan tercakup dalam laporan keuangan tersebut jika kelalaian untuk mencantumkannya akan menyebabkan laporan keuangan ringkas menjadi menyesatkan.PSAK 3 mengatur komponen minimum laporan keuangan interim sebagai berikuta. Laporan posisi keuangan (neraca) ringkas

b. Laporan laba rugi komprehensif ringkasyang disajikan:

-dalam satu laporan laba rugi komprehensif ringkas,atau

-dalam satu laporan laba rugi ringkas terpisah dan satu laporan laba rugi komprehensif ringkas6. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Interim

Jika estimasi atas jumlah yang dilaporkan dalam periode interim berubah secara signifikan selama periode interim terakhir dari tahun buku tetapi laporan keuangan terpisah tidak diterbitkan untuk periode interim terakhir tersebut, maka sifat dan jumlah dari perubahan estimasi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tahunan untuk tahun buku tersebut.

Sesuai PSAK 25 : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan mensyaratkanpengungkapan sifat dan (jika praktis) jumlah perubahan estimasi yang memiliki baik dampak materialdalam periode berjalan maupun diperkirakan memiliki dampak material dalam periode selanjutnya. 7. Pengakuan dan PengukuranEntitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dalam laporan keuangan interim sebagaimana yang diterapkan dalam laporan keuangan tahunan, kecuali untuk perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan setelah tanggal laporan keuangan tahunan terkini yang akan tercermin dalam laporan keuangan tahunan berikutnya. Namun, frekuensi pelaporan entitas (tahunan, semesteran, atau kuartalan) tidak mempengaruhi pengukuran hasil tahunannya.Untuk mencapai tujuan tersebut, pengukuran untuk tujuan pelaporan interim dibuat atas dasar awal tahun buku sampai tanggal pelaporan.

Penerapkan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan interim sama dengan laporan tahunannya hal ini menunjukkan bahwa pengukuran periode interim dibuat seolah-olah setiap periode interim berdiri sendiri sebagai suatu periode pelaporan independen. Akan tetapi, dengan menyediakan laporan tersebut, frekuensi pelaporan entitas tidak mempengaruhi pengukuran hasil tahunannya dan periode interim juga merupakan bagian dari tahun keuangan yang lebih luas.Pengukuran awal tahun buku sampai tanggal pelaporan dapat meliputi perubahan dalam estimasi jumlah yang dilaporkan dalam periode interim sebelum tahun keuangan berjalan. Tetapi prinsip untuk mengakui aset, liabilitas, pendapatan dan beban untuk periode interim sama dengan laporan keuangan tahunan.Sebagai gambaran:a) prinsip untuk mengakui dan mengukur kerugian dari penurunan persediaan, restrukturisasi, atau penurunan nilai dalam periode interim adalah sama dengan prinsip yang digunakan entitas jika entitas hanya menyusun laporan keuangan tahunan. Namun, jika pos-pos tersebut diakui dan diukur dalam satu periode interim dan estimasi berubah dalam periode interim berikutnya dalam tahun buku tersebut, maka estimasi awal diubah dalam periode interim berikutnya baik menggunakan akrual dari jumlah kerugian tambahan atau dengan membalikkan jumlah yang telah diakui sebelumnya;

b) biaya yang tidak memenuhi definisi aset pada akhir periode interim tidak ditangguhkan dalam laporan posisi keuangan baik untuk menunggu informasi masa depan apakah biaya tersebut telah memenuhi defi nisi aset atau untuk pemerataan laba selama periode interim dalam suatu tahun buku; dan

c) beban pajak penghasilan diakui dalam setiap periode interim berdasarkan pada estimasi terbaik dari perkiraan rata-rata tertimbang tarif pajak yang diharapkan untuk tahun buku penuh. Jumlah yang diakru untuk beban pajak penghasilan dalam satu periode interim harus disesuaikan di periode interim berikutnya dari tahun buku jika estimasi tarif pajak penghasilan tahunan berubah.

Dalam mengukur aset, liabilitas, penghasilan, beban, dan arus kas yang dilaporkan dalam laporan keuangan, entitas yang hanya melaporkan secara tahunan mampu mempertanggungjawabkan informasi yang akan tersedia sepanjang tahun buku. Dampaknya, pengukuran tersebut menggunakan dasar awal tahun buku sampai tanggal pelaporan.

Entitas yang melaporkan secara semesteran menggunakan informasi yang tersedia pada pertengahan tahun atau tidak lama setelahnya dalam melakukan pengukuran dalam laporan keuangan untuk periode semester pertama, serta informasi yang tersedia pada akhir tahun atau tidak lama setelahnya untuk periode dua belas bulan. Pengukuran periode dua belas bulan akan mencerminkan kemungkinan perubahan estimasi jumlah yang dilaporkan untuk periode enam bulan pertama dan mengukur penghasilan dan beban dengan dasar awal tahun buku ke tanggal pelaporan untuk setiap periode interim dengan menggunakan informasi yang tersedia ketika penyusunan setiap laporan keuangan. Jumlah penghasilan dan beban yang dilaporkan dalam periode interim berjalan akan mencerminkan setiap perubahan estimasi jumlah yang dilaporkan dalam periode interim sebelumnya dari tahun buku.

II. PELAPORAN EMITEN BERPROSES IPO1. Pengertian Initial Public Offering (IPO)Penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) merupakan salah satu tahapan terpenting dalam proses perusahaan untuk menuju pasar modal atau go public. IPO merupakan Pasar Perdana bagi suatu perusahaan untuk menawarkan efeknya (saham, obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) kepada publik.Bagi suatu perusahaan (Eminten) IPO secara financial merupakan saran untuk memproleh modal untuk pengembangan bisnis perusahaan dan sarana lainnya sebagai parameter bahwa perusahaan tersebut telah menjalankan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan perusahaan yang dampaknya dapat memperoleh citra perusahaan. Pengaturan IPO sendiri diatur dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2007 mengenai Penanaman Modal yang ditetapkan pada tanggal 26 April 2007 (Sebagai pengganti Undang-Undang No. 8 tahun 1985 tentang Pasar Modal) dan Keputusan Menteri Keuangan serta peraturan-peraturan yang di keluarkan oleh BAPEPAM dan Bursa Efek.

2. Proses IPO (Penawaran Umum Perdana)Dalam proses IPO (Proses Emisi), Emiten harus menempuj serangkaian tahap yang cukup panjang. Secara garis bedar peruses IPO dapat dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: sebelum emisi, selama emisi dan sesudah emisi

1) Sebelum Emisi

a. Persiapan emisi efek

Sebelum emisi, rencana manajemen perusahaan mencari dana melalui go public mesti dibawa ke rapat umum pemegang saham (RUPS) atau rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPS-LB) untuk dimintakan persetujuan. Setelah persetujuan diperoleh, emiten kemudian harus mencari dan menunjuk pihak-pihak tertentu untuk menjamin emisi dan membantu menyiapkan kelengkapan dokumen emisi.

Pihak-pihak yang terlibat tersebut meliputi perusahaan efek, profesi penunjang dan lembaga penunjang.Perusahaan efek dapat pula berfungsi sebagai penjamin pelaksana emisi, penjamin emisi, sekaligus agen penjual.

Profesi penunjang yang diperlukan mencakup Akuntan publik (Auditor Independen) untuk melakukan audit atas laporan keuangan 2 tahun terakhir

Notaris untuk melakukan perubahan atas Anggaran Dasar, membuat akta-akta perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat

Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum

Lembaga-lembaga penunjang yang berperan antara lain

Wali amanat sebagai wali dari kepentingan investor (untuk emisi obligasi)

Penanggung (Guarator)

Biro Administrasi efek

Kustodian untuk tempat penitipan harta.

Persiapan dokumen emisi sendiri teridiri dari surat pengantar pernyataan terdaftar; prospektus lengkap, iklan, brosur, edaran; dokumen lain yang diwajibkan; rencana jadwal emisi; konsep surat efek; laporan keuangan; rencana penggunaan dana yang dirinci per tahun; proyeksi jika dicantumkan dalam prospektus; legal audit; legal opinion; riwayat hidup komisaris dan direksi; perjanjian penjamin emisi; perjanjian agen penjualan; perjanjian penanggungan (untuk emisi obligasi); perjanjian perwaliamanatan (untuk emisi obligasi); perjanjian dengan bursa efek; kontrak pengelolaan saham; kesanggupan emiten untuk menyerahkan semua laporan yang diwajibkan perundang-undangan pasar modal, dan informasi lainnya yang bukan bagian dari pernyataan pendaftaran yang diminta BAPEPAM.

b. Pendaftaran Pernyataan Emisi

Setelah semua dokumen yang diperlukan untuk emisi telah lengkap, emiten mengadakan kontrak pendahuluan dengan bursa efek dan menandatangani perjanjian-perjanjian emisi.Khusus penawaran obligasi atau efek hutang lainnya emiten harus mendapatkan terlebih dahulu peringkat dari lembaga pemeringkat efek.Barulah kemudian emiten bersama penjamin emisi menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta dokumen-dokumen kepada Bapepam, sekaligus melakukan ekspose terbatas di Bapepam.

Di Bapepam semua dokumen emisi yang telah diterima diperiksa kelengkapannya dan juga dievaluasi, baik dari segi kelengkapannya, kecukupan, kejelasan informasi, keterbukaan, maupun aspek hukum, akuntansi, keuangan dan manajemen. Dalam waktu maksimum 45 hari kerja jika Bapepam tidak menyampaikan komentar, permintaan perubahan/tambahan informasi maka pernyataan pendaftaran emiten dianggap efektif2) Selama Emisi

a. Selama masa penawaran efek

Pada tahap ini, emiten melakukan aktivitas penawaran efek pada pasar perdana yang sering disebut IPO (Initial Public Offering), melaksanakan penjualan saham perdana, sampai mencatat efek yang di lepas ke public ke Bursa Efek sehingga Investor dapat memperjualbelikan efek yang dimilikinya. Selama masa periode emisi dibedakan menjadi periode pasar perdana dan pasar sekunder

b. Penawaran umum efek

Periode pasar perdana, mencakup periode mulai dari efek ditawarkan kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk, penjatahan oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten, hingga penyerahan efek kepada investor. Jadi sesudah Bapepam menyatakan pernyataan pendaftaran efektif, emiten mulai menyediakan prospectus lengkap untuk publik dan calon pembeli dan memuat prospectus ringkas tersebut dalam sebuah surat kabar harian atau lebih yang berbahasa Indonesia dan tersebar secara nasional. Pemasangan prospectus ringkas tersebut dilakukan tiga hari kerja sebelum masa penawaran umum agar calon pembeli dapat mempelajari terlebih dahulu penawaran emiten.

Pada masa penawaran umum, calon investor yang tertarik dapat mulai mengajukan pesanan kepada penjamin emisi melalui agen penjualan yang ditunjuknya.Masa ini berlangsung tiga hari kerja dan selesai 60 hari setelah efektifnya pernyataan pendaftaran.Berakhirnya masa penawaran disusul dengan penjatahan efek.Penjatahan efek adalah pengalokasian efek para investor sesuai dengan jumlah yang tersedia.Jika kemudian ternyata jumlah permintaan efek selama masa penawaran umum melebihi jumlah efek yang ditawarkan, diadakan penjatahan khusus oleh manajer penjatahan.

Masa penjatahan berjalan hingga 6 hari kerja setelah berakhirnya masa penawaran. Efek yang sudah dialokasikan kemudian diserahkan kepada investor dala bentuk surat saham kolektif. Dimana sertifikat tersebut sudah harus tersedia paling lambat 3 hari kerja sebelum pencatatan.

c. Pencatatan efek di bursa

Periode pasar sekunder yaitu periode pencatatan efek di bursa sampai perdagangan sekunder dimulai. Bapepam mensyaratkan bahwa pencatatan harus dilaksanakan selambat-lambatnya 90 hari sesudah dimulainya masa penawaran umum atau 30 hari sesudah ditutupnya masa penawaran umum tersebut, tergantung mana yang lebih dahulu.Persyaratan pencatatan saham

Laporan keuangan diaudit akuntan terdaftar di Bapepam dengan pendapat Wajar Tanpa Kualifikasi (WTK) untuk tahun buku terakhir.

Minimal jumlah saham yang dicatatkan sebanyak 1 juta saham

Jumlah pemegang saham minimal 200 pemodal

Emiten wajib mencatatkan seluruh sahamnya yang telah ditempatkan dan distor penuh sepanjang tidak bertentangan dengan kepemilikan asing (maksimal 49% dari jumlah saham yang tercatat di bursa)

3) Sesudah Emisi

a. Pelaporan emisi efek

Sesudah efek diperdagangkan di pasar sekunder, emiten diwajibkan memberikan pelaporan kepada BEI dan BAPEPAM. Pelaporan kepada kedua Institusi ini terdiri dari tiga jenis

Laporan rutin yaitu berupa laporan keuangan tahunan, laporan keuangan tengah tahunan atau laporan triwulanan (laporan keuangan interim). Laporan rutin kepda BAPEPAM tidak hanya meliputi laporan keuangan saja tetapi juga mencakup beberapa laporan lainnya, seperti laporan penggunaan dana hasil emisi Laporan berkala yaitu laporan mengenai terjadinya setiap kejadian penting dan relevan Laporan lainnya, yaitu mencakup laporan mengenai perubahan anggaran dasar, rencana RUPS/RUPSLB, perubahan susunan direksi dan komisaris, dan mengenai penyimpangan proyeksi yang dipublikasikan lebih dari 10%. Seluruh laporan yang disampaikan emiten kepada bursa akan dipublikasikan kepada para investor melalui pengumuman di lantai bursa maupun melalui papan informasi. Dengan demikian investor, terutama investor publik, sebagai pihak yang tidak memiliki akses langsung kepada emiten, dapat mengetahui perkembangan performa emiten sehingga dapat mengambil tindakan yang menguntungkan bagi kegiata investasinya.3. Peraturan Bapepam LK Untuk IPOPeraturan-Peraturan Bapepam LK yang Mengatur Mengenai IPO yaitu IX. A. 1-14 dan IX.C.1-11a. Peraturan Nomor IX.A.1 mengenai ketentuan umum pengajuan pernyataan pendaftaran persyaratan penyampaian pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum (IPO) oleh Emiten atau Perusahaan Publikb. Peraturan Nomor IX.A.2 mengenai tata cara pendaftaran dalam rangka penawaran umum (IPO)c. Peraturan Nomor IX.A.3 mengenai Tata cara untuk meminta perubahan dan atau tambahan informasi atas pernyataan pendaftaran (IPO)d. Peraturan Nomor IX.A.4 mengenai Prosedur penangguhan penawaran umume. Peraturan Nomor IX.A.5 mengenai Penawaran yang bukan merupakan penawaran umumf. Peraturan Nomor IX.A.6 mengenai Pembatasan atas saham yang diterbitkan sebelum penawaran umumg. Peraturan Nomor IX.A.7 mengenai Tanggung jawab manajer penjatahan dalam rangka pemesanan dan penjatahan efek dalam penawaran umumh. Peraturan Nomor IX. A.8 mengenai Prospektus awal dan info memoi. Peraturan Nomor IX.A.9 mengenai Promosi pemasaran efek termasuk iklan, brosur, atau komunikasi lainnya kepada public

j. Peraturan Nomor IX. A.10 mengenai Penawaran umum sertifikat penitipan efek Indonesia (Indonesian Depositary Receipt).k. Peraturan Nomor IX. A. 11 mengenai Penawaran umum efek bersifat utang dalam denominasi mata uang selain rupiahl. Peraturan Nomor IX.A.12 mengenai penawaran umum oleh pemegang saham

m. Peraturan Nomor IX.A.13 mengenai penerbitan efek syariahn. Peraturan Nomor IX.A.14 mengenai akad-akad yang digunakan dalam penerbitan efek syariah di pasar modalo. Peraturan Nomor IX.C.1 merupakan pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umump. Peraturan Nomor IX.C. 2 merupakan pedoman mengenai bentuk dan isi prospectus ringkas dalam penawaran umumq. Peraturan Nomor IX.C. 3 merupakan pedoman mengenai bentuk dan isi prospectus ringkas dalam penawaran umum (peraturan revisi tahun 2000)r. Peraturan Nomor IX.C. 4 mengenai pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum reksa dana berbentuk perseros. Peraturan Nomor IX.C. 5 mengenai pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektift. Peraturan Nomor IX.C. 6 merupakan pedoman bentuk dan isi prospektus dalam rangka penawaran umum reksa danau. Peraturan Nomor IX.C. 7 merupakan pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum oleh perusahaan menengah atau kecilv. Peraturan Nomor IX.C. 8 merupakan pedoman bentuk dan isi prospektus dalam rangka penawaran umum oleh perusahaan menengah atau kecilw. Peraturan Nomor IX.C. 9 merupakan pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum efek beragun asset (Asset Backed Securities)x. Peraturan Nomor IX.C. 10 merupakan pedoman bentuk dan isi prospektus dalam rangka penawaran umum efek beragun asset (Asset Backed Securities)y. Peraturan Nomor IX.C. 11 mengenai pemeringkatan efek bersifat utang dan

III. LAPORAN YANG HARUS DISIAPKAN UNTUK IPOLaporan yang harus disiapkan untuk IPO mengenai ketentuan umum pengajuan pernyataan pendaftaran Nomor kep-111/PM/1996 keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan pendoman mengenai bentuk dan isi prospektus dalam rangka penawaran umum menurut keputusan ketua Badan pengawas Pasar modal nomor Kep- 51/PM/1996. Sebagai berikut:

a) Pernyataan Pendaftaran serta semua dokumen pendukungnya harus diajukan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) secara lengkap, walaupun informasi tertentu seperti harga penawaran dan tanggal Efektif belum dapat ditentukan pada saat penyampaian Pernyataan Pendaftaran.

b) Pengajuan Pernyataan Pendaftaran tersebut pada butir 1 Peraturan ini wajib dilaksanakan oleh Emiten atau Perusahaan Publik.c) Emiten atau Perusahaan Publik bertanggung jawab sepenuhnya atas ketelitian, kecukupan, dan kebenaran serta kejujuran pendapat dari semua informasi yang ada dalam Pernyataan Pendaftaran serta semua dokumen lainnya yang diajukan kepada Bapepam. Apabila ketentuan mengenai keterbukaan dalam peraturan atau formulir Bapepam tidak relevan bagi Emiten, Perusahaan Publik, atau Penawaran Umum tertentu, maka hal tersebut tidak perlu diungkapkan dalam Pernyataan Pendaftaran.d) Di samping keterangan dan dokumen yang secara khusus wajib disertakan dalam Pernyataan Pendaftaran, Pihak yang mengajukan Pernyataan Pendaftaran harus pula menyertakan informasi yang material lainnya yang diperlukan untuk memastikan bahwa para pemodal telah memperoleh informasi yang cukup tentang keadaan keuangan dan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dan bahwa pengungkapan yang diwajibkan tersebut tidak menyesatkan.e) Penjamin Pelaksana Emisi Efek, Profesi Penunjang Pasar Modal serta Pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam Pernyataan Pendaftaran, bertanggung jawab atas pernyataan dan pendapat yang diberikannya sebagaimana tercantum dalam dokumen yang disampaikan kepada Bapepam.PSAK NO.56 Laba Per Saham

1. TujuanTujuan PSAK ini yaitu untuk menetapkan prinsip penentuan dan penyajian laba per saham, sehingga meningkatkan daya banding kinerja antar entitas berbeda pada periode pelaporan sama, dan antar periode pelaporan berbeda untuk entitas sama. Meskipun data laba per saham mempunyai keterbatasan karena adanya kebijakan akuntansi berbeda yang mungkin digunakan untuk menentukan laba, penentuan penyebut secara konsisten akan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan. Fokus Pernyataan ini adalah pada penyebut yang digunakan dalam penghitungan laba per saham.

2. Ruang LingkupPernyataan ini harus diterapkan pada:a) laporan keuangan individual entitas yang:i. memiliki saham biasa atau efek berpotensi saham biasa yang diperdagangkan kepada publik (bursa saham dalam negeri atau luar negeri, atau pasar over-the counter, termasuk pasar lokal dan regional) atauii. menyampaikan, atau dalam proses penyampaian, laporan keuangannya kepada regulator pasar modal atau regulator lainnya dalam rangka penerbitan saham kepada publik; danb) laporan keuangan konsolidasian suatu grup dengan entitas induk yang:i. memiliki saham biasa atau efek berpotensi saham biasa yang diperdagangkan kepada publik (bursa saham dalam negeri atau luar negeri, atau pasar over-the counter, termasuk pasar lokal dan regional) atauii. menyampaikan, atau dalam proses penyampaian, laporan keuangannya kepada regulator pasar modal atau regulator lainnya dalam rangka penerbitan saham kepada publik. 3. Pengertiana) Antidilusi adalah kenaikan laba per saham atau penurunan rugi per saham sebagai akibat dari adanya asumsi bahwa instrumen yang dapat dikonversikan (convertible instrument) telah dikonversi, opsi atau waran telah dilaksanakan, atau saham biasa telah ditempatkan berdasarkan pemenuhan syarat tertentu.b) Dilusi adalah penurunan laba per saham atau peningkatan rugi per saham sebagai akibat dari adanya asumsi bahwa instrumen yang dapat dikonversikan telah dikonversi, opsi atau waran telah dilaksanakan, atau saham biasa ditempatkan berdasarkan pemenuhan syarat tertentu.c) Efek berpotensi saham biasa adalah instrumen keuangan atau kontrak lain yang memungkinkan pemegangnya memperoleh saham biasa.d) Opsi jual atas saham biasa adalah kontrak yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjual saham biasa pada harga tertentu dan jangka waktu tertentu.e) Opsi, waran, dan instrumen keuangan sejenis adalah instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham biasa.f) Perjanjian saham kontinjen adalah perjanjian untuk menerbitkan saham yang bergantung pada pemenuhan syarat tertentu.g) Saham biasa adalah instrumen ekuitas yang merupakan subordinat dari semua kelompok instrumen ekuitas lain.h) Saham biasa yang dapat ditempatkan secara kontinjen adalah saham biasa yang dapat ditempatkan berdasarkan pemenuhan syarat tertentu dalam suatu perjanjian saham kontinjen tanpa atau dengan sedikit pembayaran baik dalam bentuk kas maupun alat pembayaran lain.4. Pengukurana) Entitas menghitung jumlah laba per saham dasar atas laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dan, jika disajikan, laba atau rugi dari operasi normal berkelanjutan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa tersebut. b) Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk (pembilang) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar (penyebut) dalam suatu periode. c) Tujuan informasi laba per saham dasar adalah menyediakan ukuran mengenai hak setiap saham biasa entitas induk atas kinerja entitas selama periode pelaporan. LabaUntuk tujuan penghitungan laba per saham dasar, jumlah laba yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk terkait dengan:a. laba atau rugi dari operasi normal berkelanjutan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk; danb. laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk merupakan jumlah pada huruf (a) dan (b) yang disesuaikan dengan jumlah dividen preferen setelah pajak, selisih yang berasal dari penyelesaian saham preferen, dan akibat lain yang sejenis dari saham preferen yang diklasifikasikan sebagai ekuitas.

SahamUntuk tujuan penghitungan laba per saham dasar, jumlah saham biasa merupakan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar selama suatu periode.

Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar selama periode tersebut dan untuk semua periode penyajian harus disesuaikan untuk peristiwa, selain konversi efek berpotensi saham biasa, yang telah mengubah jumlah saham biasa yang beredar tanpa disertai perubahan sumber daya.

Laba Per Saham DilusianEntitas menghitung laba per saham dilusian untuk jumlah laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dan, jika disajikan, laba atau rugi dari operasi normal berkelanjutan yang diatribusikan kepada pemegang saham tersebut.

Untuk tujuan perhitungan laba per saham dilusian, entitas melakukan penyesuaian terhadap laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar, atas dampak dari semua efek yang mempunyai potensi saham biasa yang bersifat dilutif.

Opsi jual yang diterbitkan (Written put options) Kontrak yang mengharuskan entitas untuk membeli kembali sahamnya sendiri, seperti opsi jual yang diterbitkan (written put option) dan forward purchase contract, tercermin dalam perhitungan laba per saham dilusian jika berdampak dilutif. Jika kontrak-kontrak ini dalam kondisi in the money selama periode tersebut (yaitu ketika harga pelaksanaan atau harga penyelesaian di atas rata-rata harga pasar selama periode tersebut), maka dampak dilutif potensial terhadap laba per saham dihitung sebagai berikut:

a. harus diasumsikan bahwa pada awal periode pelaporan sejumlah saham biasa akan ditempatkan (pada rata-rata harga pasar selama periode tersebut) untuk mendapatkan dana untuk memenuhi kontrak ;

b. harus diasumsikan bahwa dana hasil penerbitan saham tersebut digunakan untuk memenuhi kontrak (yaitu pembelian kembali saham); dan

c. tambahan saham biasa (selisih antara jumlah saham yang diasumsikan ditempatkan dan jumlah saham biasa yang diterima dari pemenuhan kontrak) harus dimasukkan dalam perhitungan laba per saham dilusian.

5. Penyusunan RetrospektifJika jumlah saham biasa atau instrumen keuangan berpotensi saham biasa yang beredar meningkat sebagai akibat dari kapitalisasi, penerbitan saham bonus atau pemecahan saham, atau menurun sebagai akibat dari penggabungan saham, perhitungan laba per saham dasar dan dilusian untuk seluruh periode yang disajikan harus disesuaikan secararetrospektif.Jika perubahan-perubahan tersebut terjadi setelah periode pelaporan tetapi sebelum laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, maka perhitungan per saham untuk periode berjalan dan periode sajian awal laporan keuangan disajikan berdasarkan jumlah saham yang baru.Fakta bahwa perhitungan per saham mencerminkan adanya perubahan jumlah saham tersebut harus diungkapkan.Selain itu, laba per saham dasar dan dilusian untuk seluruh periode yang disajikan harus disesuaikan terhadap dampak kesalahan serta penyesuaian yang berasal dari perubahan kebijakan akuntansi yang diperhitungkan secara retrospektif.

6. Penyajiana) Pada laporan laba rugi komprehensif, entitas menyajikan laba per saham dasar dan dilusian untuk laba atau rugi dari operasi normal berkelanjutan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dan untuk laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk selama periode tersebut untuk setiap kelas saham biasa yang mempunyai hak berbeda dalam pembagian laba pada periode tersebut (jika ada). Entitas menyajikan laba per saham dasar dan dilusian dengan derajat ketersajian yang setara untuk seluruh periode yang disajikan.

b) Entitas yang melaporkan operasi yang dihentikan mengungkapkan laba per saham dasar dan dilusian untuk operasi yang dihentikan tersebut

7. PengungkapanEntitas mengungkapkan hal berikut:

a) jumlah yang digunakan sebagai pembilang dalam penghitungan laba per saham dasar dan dilusian, dan rekonsiliasi jumlah tersebut terhadap laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk untuk periode dimaksud. Rekonsiliasi tersebut mencakup dampak individual dari setiap jenis instrumen yang mempengaruhi laba per saham.

b) jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang digunakan sebagai penyebut dalam perhitungan laba per sahamdasar dan dilusian, dan rekonsiliasi penyebut tersebut. Rekonsiliasi tersebut mencakup dampak individual dari setiap jenis instrumen yang mempengaruhi laba per saham.

c) instrumen (termasuk saham yang dapat ditempatkan secara kontinjen) yang berpotensi mendilusi laba per saham dasar di masa depan, namun tidak dimasukkan dalam penghitungan laba per saham dilusian karena instrumen tersebut bersifat antidilutif selama periode penyajian.

d) penjelasan transaksi saham biasa atau transaksi instrumen keuangan berpotensi saham biasa, selain yang dihitung sesuai dengan paragraf 65, yang terjadi setelah periode pelaporan dan akan secara signifikan mengubah jumlah saham biasa atau instrumen keuangan berpotensi saham biasa yang beredar pada akhir periode tersebut seandainya transaksi dimaksud terjadi sebelum akhir periode pelaporan.

Jika entitas mengungkapkan, sebagai tambahan pengungkapan atas laba per saham dasar dan dilusian, jumlah per saham dengan menggunakan komponen laporan laba rugi komprehensif yang dilaporkan selain yang diatur dalam Pernyataan ini, maka jumlah tersebut dihitung menggunakan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang ditentukan berdasarkan Pernyataan ini. Jumlah per saham dasar atau dilusian yang terkait dengan komponen tersebut diungkapkan dengan derajat ketersajian yang setara dan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.Entitas menyatakan dasar penentuan pembilang, termasuk apakah jumlah per saham tersebut merupakan jumlah sebelum atau setelah pajak.Jika suatu komponen dari laporan laba rugi komprehensif digunakan yang tidak dilaporkan sebagai pos tertentu pada laporan laba rugi komprehensif, maka rekonsiliasi dilakukan antara komponen yang digunakan dan pos tertentu yang dilaporkan dalam laporan laba rugi komprehensif.

Paragraf 76 berlaku juga bagi entitas yang mengungkapkan, sebagai tambahan pengungkapan atas laba per saham dasar dan dilusian, jumlah per saham dengan menggunakan komponen yang dilaporkan dalam laporan laba rugi terpisah (sebagaimana yang dijelaskan pada PSAK1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan paragraf 78), selain yang diatur oleh Pernyataan ini.

Contoh Saham Bonus:

PT.C dikelola pada tahun 2005 dengan modal saham sebanyak 100.000.000 saham biasa yang dibayar penuh, yang masing-masing bernilai Rp.1000. Akhir tahun akuntansinya 31 Desember setiap tahunnya. Anggaplah PT. Mendeklarasikan dan menerbitkan saham bonus sebesar 1 untuk 10 (yaitu. 10.000.000 saham bonus) pada 1 Oktober 2008

Demi kepentingan perhitungan LPS tahun 2008, penerbitan saham bonus sebanyak 10.000.000 dianggap telah diterbitkan 1 Januari 2008.Selain itu, demi kepentingan penyajian LPS tahun 2007 sebagai angka pebanding, saham bonus telah dianggap telah diterbitkan pada 1 Januari 2007.

Jumlah saham biasa yang beredar untuk tahun 2008 (dan tahun 2007 jika LPS tahun 2007 akan disajikan sebagai angka pembanding) =100.000.000 saham yang beredar selama 12 bulan plus 10.000.000 saham bonus = 110.000.000 saham

Jika saham bonus diterbitkan berkenaan dengan saham baru yang diterbitkan selama tahun bersangkutan, maka saham bonus tersebut akan dianggap di terbitkan pada tanggal penerbitan saham baru tersebut selama tahun yang bersangkutan. Jika saham bonus diterbitkan setelah tanggal pelaporan keuangan tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan, perhitungan LPS untuk periode tersebut dan periode-periode sebelumnya harus berdasarkan saham yang baru.Right Issues1. Pengertian Right IssuesRight issue merupakan hak untuk memesan saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten. Rights ini diberikan cuma-cuma dan diprioritaskan kepada pemegang saham biasa untuk memesan saham baru.

Istilah yang perlu diketahui seputar rights issue:

a. Persetujuan pemegang saham.Rights issue dilakukan atas dasar persetujuan rapat umum pemegang saham. Setelah mendapatkan persetujuan, emiten harus menawarkan saham barunya tersebut kepada kepada pemilik saham lama terlebih dahulu, sesuai dengan proporsi kepemilikannya (preemptive rights).

b. Tujuan. Pada umumnya tujuan rights issue adalah untuk menghimpun dana segar yang akan digunakan untuk ekspansi usaha, membayar pinjaman, atau untuk modal kerja. Beberapa tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham, atau untuk meningkatkan jumlah saham beredar sehingga lebih likuid perdagangannya.

c. Penjamin emisi, menjamin dana hasil rights issue diterima oleh emiten.

d. Standby buyer, adalah investor yang siap membeli saham baru yang tidak terjual. Standby buyer bisa berasal dari pemegang saham lama ataupun investor lain.

e. Harga. Umumnya harga rights issue lebih rendah dari harga pasar, hal ini sebagai insentif bagi pemegang saham lama. Namun sebetulnya, harga per-saham dari total saham yang dimiliki investor, tidak menjadi serendah harga rights issue. Pemilik saham harus melakukan penyesuaian harga dengan menambahkan nilai saham lamanya dengan nilai saham baru, dan kemudian dibagi dengan total jumlah saham. Harga penyesuaian akan menunjukkan harga pasar yang terdilusi. Itulah sebabnya mengapa rights issue ditawarkan kepada pemegang saham lama terlebih dahulu.

f. Cum dan Ex-date. Rights issueakan ditawarkan kepada investor yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada waktu yang telah ditentukan. Artinya investor yang membeli saham pada waktu tersebut, berhak untuk membeli saham (cum rights). Sementara itu, investor yang memiliki saham diluar waktu tersebut, tidak akan mendapatkan hak membeli saham (ex-rights), dan hak atas rights menjadi milik penjual.

g. Bentuk lain rights issue:

Saham bonus, saham yang dibagikan secara cuma-cuma kepada pemilik saham lama.

Stock Dividend. Pembagian keuntungan emiten kepada investor dalam bentuk saham.

Stock split, memecah jumlah saham yang berakibat juga pada pemecahan harga per-saham.

Waran: suatu hak bagi investor yang memilkinya, untuk membeli saham pada harga dan pada waktu yang telah ditentukan, umumnya 3-5 tahun ke depan.

Pada umumnya right issue menawarkan harga yang lebih rendah dari harga pasar, sehingga dapat menarik investor untuk membelinya (Rusdi dkk., 2009). Hak beli tersebut akan ditawarkan kepada pihak lain jika investor enggan untuk memngunakannya Brigham, 1996 (dalam Widaryanti, 2006).

2. Bapepam LK menerbitkan lima peraturan untuk right issues yaitu peraturan nomor IX.D.1-IXD5a. Peraturan Bapepam LK No. IX.D.1Dalam peraturan ini dijelaskan pengertian Right Issues (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) yaitu hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli Efek baru, termasuk saham, Efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada Pihak lain. Hak tersebut wajib dapat dialihkan. Selain itu pengertian Waran yaitu Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang Efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih sejak diterbitkannya Waran tersebut

Apabila suatu perusahaan yang telah melakukan Penawaran Umum saham atau Perusahaan Publik bermaksud untuk menambah modal sahamnya, termasuk melalui penerbitan Waran atau Efek konversi, maka setiap pemegang saham wajib diberi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atas Efek baru dimaksud sebanding dengan persentase pemilikan mereka.

Jika perusahaan tersebut mempunyai lebih dari satu jenis saham, dan jika jumlah saham dalam setiap jenis ditambah secara proporsional, maka para pemegang saham yang ada wajib mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding dengan persentase pemilikan mereka dalam masing-masing jenis saham.

Jika perusahaan tersebut mempunyai lebih dari satu jenis saham tetapi penambahan hanya terjadi pada satu jenis saham saja, atau jumlah penambahan dari setiap jenis saham tidak sebanding, atau jika Penawaran Umum terdiri dari Efek yang dapat ditukar dengan saham, maka semua pemegang saham wajib mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding dengan persentase pemilikan dalam perusahaan. Penawaran Umum dimaksud wajib disetujui oleh pemegang saham yang mewakili sebagian besar saham dalam setiap jenis saham.

Dalam yang menerbitkan Waran, maka jumlah Waran yang diterbitkan dan Waran yang telah beredar tidak melebihi 35% (tiga puluh lima perseratus) dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh pada saat Pernyataan Pendaftaran disampaikan. Dalam hal ini perusahaan tersebut jika bermaksud untuk menambah modal sahamnya melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau melalui Penawaran Umum Waran atau Efek konversi wajib mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk mempertimbangkan dan menyetujui rencana penawaran dimaksud dan menyediakan Prospektus bagi pemegang saham, selambat-lambatnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham dilaksanakan. Setiap perubahan atau penambahan informasi mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu wajib tersedia bagi pemegang saham paling lambat pada saat Rapat Umum Pemegang Saham dilaksanakan.

Untuk dapat melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham dalam rangka Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek, perusahaan atau emiten wajib mengajukan Pernyataan Pendaftaran dan dokumen pendukungnya kepada Bapepam dalam bentuk serta mencakup informasi yang ditetapkan untuk Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

Persyaratan untuk memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu ini tidak berlaku jika perusahaan mengeluarkan saham sebagai hasil kapitalisasi dari laba yang ditahan dan atau modal disetor lainnya seperti dividen saham atau saham bonus.

b. Peraturan Bapepam LK No. IX.D.2

Peraturan ini berisi pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (Right Issues)

Dokumen-dokumen yang harus disiapkan untuk Right Issues sekurang-kurangnya terdiri dari

a. surat pengantar Pernyataan Pendaftaran;

b. Prospektus; dan

c. dokumen lain yang diperlukan sebagai bagian dari Pernyataan Pendaftaran dalam rangka penerbitan hak memesan saham terlebih dahulu.

Dokumen lain tersebut terdiri dari

Rencana jadwal Penawaran Umum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu;

Perjanjian yang menetapkan pembelian Efek yang tidak dipesan melalui penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (jika ada);

Perjanjian perwaliamanatan (jika ada);

Perjanjian penanggungan (jika ada);

Informasi penggunaan dana dari hasil Penawaran Umum sebelumnya;

Laporan Keuangan

Laporan Akuntan berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan;

Menyajikan laporan keuangan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir terdiri dari:

neraca;

laporan laba rugi;

laporan perubahan Ekuitas;

laporan arus kas;

catatan atas laporan keuangan; dan

laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan jika dipersyaratkan, seperti laporan komitmen dan kontinjensi untuk Emiten atau Perusahaan Publik yang bergerak dalam bidang perbankan

Dalam hal efektifnya Pernyataan Pendaftaran melebihi 180 (seratus delapan puluh) hari dari laporan keuangan terakhir, maka laporan keuangan tahunan terakhir harus dilengkapi dengan laporan keuangan interim yang telah diaudit, sehingga jangka waktu antara tanggal efektif Pernyataan Pendaftaran dan tanggal laporan keuangan interim tidak melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari;

d. surat dari Akuntan (comfort letter) sehubungan dengan perubahan keadaan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan;e. surat pernyataan dari Emiten atau Perusahaan Publik di bidang akuntansi;f. keterangan lebih lanjut tentang prakiraan dan atau proyeksi, jika dicantumkan dalam Prospektus;g. kebijakan dividen serta riwayat pembayaran dividen;h. laporan pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum (sehubungan dengan perubahan yang terjadi setelah tanggal dikeluarkannya pendapat hukum sebelumnya dan hal yang berkaitan dengan penggunaan dana hasil Penawaran Umum);i. surat pencabutan pembatasan-pembatasan (negative covenant) yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham publik dari kreditur. Dll

c. Peraturan Bapepam LK No. IX.D.3

Peraturan ini berisi pedoman mengenai bentuk dan isi prospectus dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih

a. Suatu Prospektus harus mencakup semua rincian dan Informasi atau Fakta Material mengenai Penawaran Umum dari Emiten atau Perusahaan Publik, yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal, yang diketahui atau layak diketahui oleh Emiten atau Perusahaan Publik. Prospektus harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan komunikatif. Fakta-fakta dan pertimbanganpertimbangan yang paling penting harus dibuat ringkasannya dan diungkapkan pada bagian awal Prospektus. Urutan penyampaian fakta pada Prospektus ditentukan oleh relevansi fakta tersebut terhadap masalah tertentu, bukan urutan sebagaimana dinyatakan pada peraturan ini.b. Emiten atau Perusahaan Publik harus berhati-hati apabila menggunakan foto, diagram, atau tabel pada Prospektus, karena bahan-bahan tersebut dapat memberikan kesan yang menyesatkan kepada masyarakat. Emiten atau Perusahaan Publik juga harus menjaga agar penyampaian informasi penting tidak dikaburkan dengan informasi yang kurang penting yang mengakibatkan informasi penting tersebut terlepas dari perhatian pembaca.c. Emiten atau Perusahaan Publik dapat melakukan penyesuaian atas pengungkapan Informasi atau Fakta Material tidak terbatas hanya pada Informasi atau Fakta Material yang telah diatur dalam ketentuan ini. Pengungkapan atas Informasi atau Fakta Material tersebut harus dilakukan secara jelas dengan penekanan yang sesuai dengan bidang usaha atau sektor industrinya, sehingga Prospektus tidak menyesatkan. Emiten atau Perusahaan Publik serta Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal bertanggung jawab untuk menentukan dan mengungkapkan fakta tersebut secara jelas dan mudah dibaca.

d. Peraturan Bapepam LK No. IX.D.4

Peraturan ini mengatur mengenai penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih

a. Emiten atau Perusahaan Publik dapat menambah modal tanpa memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada pemegang saham, sepanjang ditentukan dalam anggaran dasar,dengan ketentuan sebagai berikut:

a) jika dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun, penambahan modal tersebut sebanyak-banyaknya 5 % (lima perseratus) dari modal disetor; ataub) jika tujuan utama penambahan modal adalah untuk memperbaiki posisi keuangan perusahaan yang mengalami salah satu kondisi sebagai berikut:

Bank yang menerima pinjaman dari Bank Indonesia atau lembaga pemerintah lain yang jumlahnya lebih dari 200% (dua ratus perseratus) dari modal disetor atau kondisi lain yang dapat mengakibatkan restrukturisasi bank oleh instansi Pemerintah yang berwenang; Perusahaan selain bank yang mempunyai modal kerja bersih negatif dan mempunyai kewajiban melebihi 80% (delapan puluh perseratus) dari aset perusahaan tersebut pada saat RUPS yang menyetujui penambahan modal; atau perusahaan yang gagal atau tidak mampu untuk menghindari kegagalan atas kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi dan jika pemberi pinjaman tersebut atau pemodal tidak terafiliasi menyetujui untuk menerima saham atau obligasi konversi perusahaan untuk menyelesaikan pinjaman tersebut.

e. Peraturan Bapepam LK No. IX.D.5Peraturan ini memuat mengenai saham bonus.Saham Bonus adalah saham yang dibagikan secara cuma-cuma kepada pemegang saham berdasarkan jumlah saham yang dimiliki, pembagian Saham Bonus harus proporsional dengan kepemilikan saham dari setiap pemegang saham.Pelaksanaan pembagian Saham Bonus harus telah selesai dilakukan selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari setelah pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham yang menyetujui pembagian Saham Bonus tersebut.Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan kepada Bapepam laporan penjatahan Saham Bonus yang telah diperiksa oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam sebanyak 2 (dua) eksemplar selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah pembagian Saham Bonus dilaksanakan.Saham Bonus yang merupakan Dividen Saham, berasal dari kapitalisasi Saldo Laba.Saham Bonus yang bukan merupakan Dividen Saham, berasal dari kapitalisasi:a. Agio Saham; dan ataub. unsur ekuitas lainnya.

Jumlah saham yang dibagikan dalam rangka Saham Bonus yang merupakan Dividen Saham ditentukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam hal harga pasar saham pada penutupan perdagangan 1 (satu) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham di bawah nilai nominal saham, maka jumlah saham yang dibagikan ditentukan berdasarkan sekurang-kurangnya pada nilai nominal saham.b. Dalam hal harga pasar saham sama atau lebih tinggi dari nilai nominal saham, maka jumlah saham yang dibagikan ditentukan berdasarkan harga pasar saham pada penutupan perdagangan 1 (satu) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham.

Pembagian Saham Bonus hanya dapat dilaksanakan apabila asal Saham Bonus tersebut telah dimuat dalam Laporan Keuangan Tahunan terakhir yang telah diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam.Dalam hal Saham Bonus berasal dari kapitalisasi Agio Saham maka nilai yang dapat dikapitalisasi adalah jumlah Agio Saham setelah dikurangi biaya emisi Efek ekuitas.

Emiten atau Perusahaan Publik atau pelaku Pasar Modal lainnya dalam hubungan dengan para pemodal dilarang memberikan informasi yang menyesatkan mengenai rencana pembagian Saham Bonus oleh Emiten atau Perusahaan Publik tertentu.Jumlah saham yang dibagikan dalam rangka Saham Bonus yang bukan merupakan Dividen Saham ditentukan berdasarkan nilai nominal saham.

Contoh Right Issues:PT. C memiliki 40.000.000 saham beredar dengan mengeluarkan hak beli saham pada harga Rp. 5.500/lbr, dengan ketentuan saham 1 untuk 4 (yaitu tambahan 10.000.000 saham) pada harga pelaksana sebesar Rp. 3000/saham.Dalam kasus ini harga tanpa hak saham secara teoritis dihitung:

Jumlah saham bonus nasional dalam hak beli saham dapat ditentukan sebagai berikut:

Contoh:

Saham bonus yang diakibatkan hak beli saham juga harus disesuaikan secara reoaktif

Berdasarkan contoh diatas, anggap bahwa PT. C menerbitkan hak beli saham pada 31 Maret 2008 maka, terbitan bonus harus disesuaikan secara reoaktif seolah-olah dilakukan pada tanggal 1 januari 2008 = 4000.000 x 3/12 = 1000.000.

Untuk menghitung jumlah saham yang beredar dapat dihitung dengan:

Jika LPS tahun - tahun sebelumnya disajikan sebagai angka pebanding dalam laporan keuangan tahun berjalan, LPS-LPS tersebut juga harus disesuaikan untuk unsure bonus dalam hak beli saham tahun berjalan.LPS-LPS tahun sebelumnya dapat disesuaikan dengan menghitung kembali jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar.

KASUS PENGUNGKAPAN INFORMASI MATERIAL PERUSAHAAN GAS NEGARA (PT.PGN)

PendahuluanKasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk di indikasi bermula dari jatuhnya penjualan saham perusahaan tersebut dibursa efek dimana terjadi penurunan secara signifikan harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Bursa Efek Jakarta, yaitu dari Rp 9.650,00 (harga penutupan pada tanggal 11 januari 2006) menjadi Rp 7.400,00 per lembar saham pada tanggal 12 januari 2007. Adanya dugaan insider trading pada kasus ini karena Jatuhnya harga saham tersebut dilihat tidak wajar, karena merujuk pada harga sebelumnya Rp 9.650,00 berarti telah jatuh sebanyak 23,316%. Melihat dengan jatuhnya harga saham dalam penjualan dibursa efek, patut diduga bahwa adanya kesalahan atau pun kesengajaan dalam hal transaksi yang dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Kala itu, saham PGN merosot hingga 23,316% atau Rp 2.250 menjadi Rp 7.400 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 9.650. sebanyak 186,2 juta saham ditransaksikan.

Selain itu pada masa periode tersebut, yaitu 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007 terdapat adanya perdagangan saham yang dilakukan oleh para pihak orang dalam perusahaan. Selain dugaan terjadinya praktek haram insider trading pada transaksi saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk, terdapat juga indikasi terjadinya pelanggaran prinsip keterbukaan informasi.PT. Gas Negara Tbk pada saat penjualan dibursa efek.Penurunan harga saham yang signifikan tersebut sangat erat hubungannya dengan siaran pers yang dilakukan manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sehari sebelum (11 januari 2007). Dalam siaran pers tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Dan terdapat Pernyataan bahwa tertundanya gas in yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007.

Penundaan proyek komersialisasi pemipaan gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat dan yang membuat informasi ini berhubungan erat dengan kasus anjloknya harga saham PGN, yaitu manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk baru menjelaskan penundaan komersialisasi gas pada 11 Januari 2007, padahal informasi tentang adanya penundaan tersebut sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sejak tanggal 12 September 2006 (informasi tentang penurunan volume gas) dan sejak tanggal 18 Desember 2006 (informasi tentang tertundanya gas). Ada dugaan bahwa beberapa pelaku pasar telah mengetahui informasi penting mengenai penundaan komersialisasi gas tersebut sebelum diumumkan secara resmi oleh manajemen PT Perusahaan Gas negara Tbk.

Dalam arti lain, tidak semua pelaku pasar mengetahui informasi penting tersebut. Sehingga bagi mereka yang mengetahui informasi penting tersebut, langsung mengambil langkah yang dapat menguntungkan mereka sendiri, dengan menjual saham PGN lebih dulu dibanding investor lainnya. Puncaknya pada tanggal 12 Januari 2007, para investor lainnya ikut-ikutan menjual saham PGN secara besar-besaran, yang mengakibatkan jatuhnya harga saham PGN 23,36% dari harga Rp 9.650,00 menjadi Rp 7.400,00.

Pembahasan Kasus

Atas kejadian tersebut, Bursa Efek Jakarta BEJ) mencurigai adanya sesuatu yang tidak benar dari transaksi tersebut sehingga BEJ men-suspendatau menghentikan sementara perdagangan saham tersebut pada tanggal 15 Januari 2007, suspense dilakukan karena melihat penurunan saham PGAS yang sangat tajam hingga 23,316% dan melaporkannya kepada Bapepam-LK selaku pengawas pasar modal.

Badan Pengawas Pasar Modal dan lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengumumkan hasil pemeriksaan terhadap pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang Pasar Modal yang di lakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk. (PT PGN), sebagai berikut:

1. Bapepam-LK telah melakukan pemeriksaan terhadap dokumen dan pihakpihak terkait dengan pelanggaran pasal 86 undang-undang pasar modal dan Peraturan Nomor X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang harus segera diumumkan kepada publik yang dilakukan oleh PT PGN dan tentang pemberian keterangan yang secara material tidak benar sebagaimana dimaksud dalam pasal 93 Undang-undang Pasar Modal.

2. Atas pelanggaran Pasal 86 Undang-undang Pasar Modal dan Peraturan Nomor X.K.1 dan pelanggaran Pasal 93 Undang-undang Pasar Modal yang dilakukan oleh PT PGN ditemukan bukti-bukti sebagai berikut :

a. Terdapat keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi atas penundaan proyek pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN sebanyak 35 hari

b. Terdapat pemberian keterangan yang secara material tidak benar, yakni memberikan keterangan tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ yang tidak sesuai dengan fakta bahwa telah terjadi perubahan awal tersebut. Fakta tersebut telah diketahui atau sepatutnya diketahui oleh direksi yang seharusnya disampaikan saat keterangan itu diberikan kepada public

c. Terkait dengan keterlibatan insider trading (orang dalam) PT. PGN dalam kasus ini maka telah jelas bahwa orang dalam PT. PGN ini melanggar pasal 95 UU Pasar Modal yang menerangkan bahwa orang dalam dari perusahaan publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan transaksi atas Efek Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud hal ini diperjelas dalam penjelasan pasal 95, yaitu :

a) Komisaris, Direktur, atau pengawas perusahaan terbuka

b) Pemegang saham utama perusahan terbuka

c) Orang yang karena kedudukannya, profesinya atau karena hubungan usahanya dengan perusahaan terbuka memungkinkan memperoleh informasi orang dalam. Dengan kedudukan disini dimaksudkan sebagai lembaga, institusi atau badan pemerintahan. Sementara yang merupakan hubungan usaha adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usahanya, seperti, nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, kreditur, dan lain-lain.

d) Pihak yang tidak lagi menjadi pihak sebagaimana tersebut dalam point 1,2,3 tersebut sebelum lewat jangka waktu 6 bulan. Bahwa pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, 9 orang dalam PGAS melakukan transaksi saham PGAS, baik direksi maupun mantan direksi. Sehingga unsur-unsur di atas terpenuhi. Sanksi tersebut ditetapkan antara lain dengan mempertimbangkan pola transaksi dan akses yang bersangkutan terhadap informasi orang dalam

3. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Bapepam-LK menetapkan:

a. Sanksi denda sebesar Rp 35.000.000,00 kepada PT Perusahaan Gas Negara Tbk atas pelanggaran Pasal 86 Undang-undang Pasar Modal dan Peraturan Nomor X.K.1 ;

b. Sanksi denda sebesar Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) kepada Direksi PT PGN yang menjabat pada periode bulan juli 2006 atas pelanggaran pemberian keterangan yang secara material tidak benar sebagaimana dimaksud dalam pasal 93 Undang-undang Pasar Modal.

Selanjutnya Bapepam-LK telah menemukan titik terang terhadap kasus anjloknya harga saham PGAS, titik terang ini diperoleh, setelah Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Bapepam-LK memeriksa direksi PGAS dan beberapa staf PGAS.Hasilnya dugaan adanya insider trading dalam kasus anjloknya saham PGAS semakin menguat.Dugaan ini disampaikan Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK. Dalam menangani kasus PGAS ini, Bapepam-LK telah membentuk 2 (dua) tim pemeriksa. Tim pemeriksa pertama bertugas untuk memeriksa dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh direksi PGAS, khususnya mengenai keterbukaan informasi dan pelanggaran lainnya.Tim ini juga bertugas untuk mencari bukti adanya dugaan insider trading. Sedangkan tim pemeriksa kedua bertugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap adanya dugaan perdagangan saham yang dilakukan oleh orang dalam.Keterangan dari Kepala Biro Perundang-Undangan dan Bantuan Hukum Bapepam-LK, Bapak Robinson Simbolon, bahwa untuk mengungkapkan kasus insider trading tidak mudah apalagi kalau melibatkan investor dan sekuritas asing. Hal senada dikemukakan pula oleh Ketua Bapepam-LK bahwa system hukum Indonesia saat ini belum mengakui data elektronik sebagai bukti hukum di pengadilan sehingga untuk melakukan pembuktian tentang terjadinya praktek insider trading di pasar modal terbentur dengan system pembuktian yang ada saat ini.

Adapun informasi material yang terlambat disampaikan oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk kepada publikyang dapat mempengaruhi harga saham di bursa efek berdasarkan pemeriksaan Bapepam-LK adalah:a. Mengenai terjadinya koreksi atas rencana besarnya volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD, danb. Mengenai tertundanya gas in (dalam rangka komersialisasi) yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007.Informasi yang diberikan kepada public tersebut, sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PGAS sejak tanggal 12 September 2006 (informasi tentang penurunan volume gas) sejak tanggal 18 Desember 2006 (informasi tertundanya gas in).Kedua informasi tersebut di atas dikategorikan sebagai informasi yang material dan dapat mempengaruhi harga saham di bursa efek.Hal tersebut tercermin dari penurunan harga saham PGAS pada tanggal 12 Januari 2007.

Orang dalam perusahaan dari PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk yang melakukan transaksi saham PGAS pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, yaitu

a. Adil Abas (mantan direktur pengembangan) dengan denda sebesar Rp30.000.000,00b. Nursubagjo Prijonodengan denda sebesar Rp53.000.000,00c. WMP Simanjuntak (mantan Direktur Utama dan sekarang sebagai Komisaris) dengan denda sebesar Rp2.330.000.000,00d. Widyatmiko Bapang (mantan sekretaris perusahaan) dengan denda sebesar Rp25.000.000,00e. Iwan Heriawan dengan denda sebesar Rp76.000.000,00f. Djoko Saputro dengan denda sebesar Rp154.000.000,00g. Hari Pratoyo dengan denda sebesar Rp9.000.000,00h. Rosichin dengan denda sebesar Rp184.000.000,00i. Thohir Nur Ilhami dengan denda sebesar Rp317.000.000,00Di mana masing-masing dari orang dalam PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk tersebut telah dijatuhi sanksi administrative dari Bapepam-LK berupa sanksi denda yang besarnya berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya. Sanksi denda yang terendah adalah sebesar Rp9.000.000,00 (Sembilan juta rupiah) dan sanksi denda yang tertinggi adalah sebesar Rp2.330.000.000,00 (dua miliar tiga ratus tiga puluh juta rupiah), dengan total keseluruhan denda sebesar Rp2.800.000.000,00 (dua miliar delapan ratus juta rupiah). Sanksi denda tersebut ditetapkan oleh Bapepam-LK dengan mempertimbangkan pola transaksi dan akses yang bersangkutan terhadap informasi orang dalam.Daftar Referensi

Hans, Rosita, Merliyana dan Sylvia Veronica Siregar. Akuntansi Keuangan SAK Bersarkan Berbasis IFRS. Jakarta: Salemba Empat, 2012.

Ng Eng Juan dan Ersa Tri Wahyuni. Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS. Jakarta: Salemba Empat, 2012.

Setiawan, Jefri K. 2009. Tinjauan Yuridis Terhadap Pelanggaran Prinsip Keterbukaan

Informasi dan Praktek Insider Trading Dalam Transaksi Saham PT.Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Pada Pasar Modal Indonesia.Strata-1. Fakultas Hukum.

Universitas Indonesia.www.bapepam.go.id diakses 16 September 2014(Jumlah saham sebelum hak beli saham x harga dengan hak) + (jumlah saham yang diterbitkan berdasarkan hak beli saham x harga pelaksana)

jumlah saham setelah hak beli saham

(40.000.000 x Rp. 5500) + (10.000.000 x Rp. 3000)= Rp.5000(40.000.000 + 10.000.000)

{(jumlah saham sebelum hak beli x (harga dengan hak - harga tanpa hak)}

harga tanpa hak

4000.000 x (Rp.5500 Rp.5000)= 400.000

Rp. 5000

Harga dengan hak yang sebenarnya

Harga tanpa hak teoritis

Kelompok 4Page 29