Fraktur Pak

40
Manajemen kasus Hutomo Prawirohardjo dr. Agus Sari Budaya, Sp.OT

description

HOHOHO

Transcript of Fraktur Pak

Slide 1

Manajemen kasusHutomo Prawirohardjo

dr. Agus Sari Budaya, Sp.OTIDENTITAS

Nama : Tn. MUmur: 49 thnJenis kelamin: Laki-lakiAlamat : Paron,NgawiPekerjaan : TaniTgl. Diperiksa: 09-06-2015

ANAMNESIS

Autoanamnesis: Pasien

DiagnosisFraktur Metacarpal manus dextra + Vascular injuryTatalaksana Infus Ringer Laktat 20 tpmInj Ceftriakson 1 g 2x1Inj Ranitidin 2x1Inj Ketorolac 3x1Pre Op Amputasi + ORIFPuasa 6 jam, pasang DC

PEMBAHASAN

DefinisiApendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001 dalam Docstoc, 2010)EpidemologiHasil survey tahun 2008 Angka kejadian appendiksitis di Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, 7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang (Depkes, RI 2008) hasil survey Jawa Tengah tahun 2009, jumlah kasus appendiksitis dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177 diantaranya menyababkan kematian.

Jumlah penderita appendiksitis tertinggi ada di Kota Semarang, yakni 970 orang.(Dinkes Jateng,2009Hasil survey data di Rumah sakit Roemani Semarang khususnya diruang umar yang dilakukan pada bulan januari sampai bulan april 2012 terdapat 5 pasien apendisitis, dari kelima pasien tersebut dilakukan oprasi apendiksKlasifikasi ApendisitisApendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis purulenta difusi yaitu sudah bertumpuk nanah (Docstoc, 2010).Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu apendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua (Docstoc, 2010)

EtiologiApendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Sumbatan lumen apendiks sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004)

PatofisiologiApendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa apendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah (Burkitt, Quick, Reed, 2007) Pada stadium awal dari apendisitis, terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk permukaan serosa, berlanjut beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, Quick, Reed, 2007) Dalam stadium ini mukosa glandular nekrosis terkelupas ke dalam lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi (Burkitt, Quick, Reed, 2007)Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal.Gejala Klasik Apendisitisnyeri samar-samar dan tumpul, merupakan nyeri viseral area epigastrium di umbilikusdisertai mual dan kadang ada muntahnafsu makan menurunNyeri berpindah beberapa jam dan terasa tajam (nyeri somatik)

Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya terlindung oleh sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak tanda rangsangan peritonealTanda Yang MunculRasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004)Apendiks yang terletak di rongga pelvisGejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing karena rangsangan dindingnya (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).DiagnosisAnamnesismengeluhkan nyeri atau sakit perutMuntahObstipasiDemam (37,5-38,5 C ), suhu lebih tinggi, diduga sudah terjadi perforasi

Pemeriksaan FisikInspeksiPenderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakitKembung bila terjadi perforasiPenonjolan perut bagian kanan bawah terlihat pada apendikuler abses

PalpasiAbdomen biasanya tampak datar atau sedikit kembungPalpasi dinding abdomen dengan ringan dan hati-hati dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi nyeri.

Status lokalis abdomen kuadran kanan bawahNyeri lepas (+) (Rebound tenderness) Nyeri tekan (+) Mc. Burney Defens muskuler (+) Rovsing sign (+) Psoas sign (+)Obturator sign (+)

Skor Alvarado

Pemeriksaan Penunjangpemeriksaan laboratorium darahUrinalisaPada pasien wanitaPemeriksaan dokter kebidanan dan kandungan diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis kelainan peradangan saluran telur/kista indung telur kanan atau KET (kehamilan diluar kandungan) (Sanyoto, 2007)Pemeriksaan radiologifoto barium usus buntu (Appendicogram)Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)CT scanFoto Barium usus buntu (Appendicogram)

TerapiPengobatan tunggal untuk peradangan/apendisitis akut adalah eliminasi causatif (operasi appendektomi). Pasien telah dipersiapkan puasa antara 4 - 6 jam sebelum operasi dan pemasangan cairan infus agar tidak terjadi dehidrasi. Pembiusan dilakukan dr. Sp. An dengan GA atau spinal/lumbal. Pada umumnya, teknik konvensional operasi pengangkatan usus buntu dengan cara irisan pada kulit perut kanan bawah di atas daerah apendiks (Sanyoto, 2007)Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotik untuk kuman gram negatif dan positif serta kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum pembedahan (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).Alternatif lain operasi pengangkatan usus buntu yaitu dengan cara bedah laparoskopi Komplikasi Perforasiperforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan letak usus halus Komplikasi usus buntu juga dapat meliputi infeksi luka, perlengketan, obstruksi usus, abses abdomen/pelvis, dan jarang sekali dapat menimbulkan kematian (Craig, 2011) komplikasi yang mengikuti apendisektomi adalah komplikasi prosedur intra-abdomen dan ditemukan di tempat-tempat yang sesuai, seperti: infeksi luka, abses residual, sumbatan usus akut, ileus paralitik, dan perdarahan dari mesenterium apendiks Prognosis Pasien setelah operasi appendektomi sembuh spontan tanpa penyulit, komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah terjadi peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya penyembuhan setelah operasi usus buntu tergantung dari usia pasien, kondisi, keadaan umum pasien, penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan keadaan lainya yang biasanya sembuh antara 10 sampai 28 hari (Sanyoto, 2007)