BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fraktur 2.1.1. Pengertian Fraktur
PP Fraktur
-
Upload
tafta-na-ei -
Category
Documents
-
view
81 -
download
26
Transcript of PP Fraktur
FRAKTUR
Oleh: Umil Choiriyah
Pembimbing dr. Erni Zainuddin, Sp.Rad
Kepaniteraan Klinik SeniorBagian Radiologi RSUD Raden Mattaher
Fakultas Kedokteran Jambi2013
Pendahuluan
Tulang merupakan jaringan ikat khusus yang berfungsi sebagai alat penyokong, pelekatan, perlindungan, dan penyimpanan mineral. Konsekuensinya, jaringan ini dilengkapi dengan rigiditas, kekuatan yang sangat besar, serta elastisitas yang sangat terbatas.
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur.
Pentingnya diagnosis terhadap fraktur sangat menentukkan terapi atau tindakan yang akan diberikan. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologi sangat dibutuhkan untuk menentukkan jenis dan lokasi fraktur, adanya komplikasi dan menilai penyembuhan pada fraktur.
Tinjauan Pustaka
Definisi
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi.
Anatomi Tulang tersusun atas tiga jenis sel utama yaitu
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Terdapat tiga tipe utama tulang yaitu woven bone,
cortical bone, dan cancellous bone.
Dilihat dari proses perkembangannya, tulang dibedakan menjadi dua pola:
Pada osifikasi intramembranoustulang langsung berkembang dari jaringan ikat, dimulai dari tengah mesenkim yang disebut “pusat pertulangan”.
Mesenkim ; peningkatan vaskularisasi dan proliferasi. Selanjutnya sel osteogenik dan osteoblas. Osteoblas (aktif) matriks dan serabut kolagen (osteoid). Osteoid mengalami kalsifikasi oleh garam Ca berupa kristal hidroksiapatit.
Pada osifikasi intrakartilagenous, jaringan ikat mula-mula menumbuhkan “tulang rawan miniatur”. Tulang rawan ini digantikan dengan tulang. Osifikasi dimulai dari tengah tulang rawan dan meluas keseluruh arah sesuai dengan pertumbuhan tulang rawan.
Proses Modeling dan Remodeling Tulang Modeling tulang adalah suatu kondisi saat proses
resorpsi dan pembentukan tulang terjadi pada permukaan tulang yang berlainan (pembentukan dan resorpsi tidak berpasangan).
Modeling tulang terjadi sejak kelahiran hingga dewasa dan proses ini berperan dalam penambahan massa dan perubahan bentuk kerangka.
Remodeling tulang
- pergantian jaringan tulang tua dengan jaringan tulang muda, mencakup pembentukan dan resorpsi tulang secara bersamaan (berpasangan).
- terjadi penggantian dan pengisian kembali baik tulang kompak maupun trabekular.
- Proses ini terus-menerus terjadi untuk mempertahankan massa tulang serta integritas dan fungsi kerangka.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut : Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk
tubuh. Melindungi organ tubuh dan jaringan lunak. Pergerakan Hematopoiesis. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor
Klasifikasi
Berdasarkan :
1. Komplit atau tidak komplit2. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma3. Jumlah garis patah4. Bergeser - tidak bergeser5. Terbuka dan tertutup6. lokasi pada tulang fisis
2
Kompresi Avulsi
1
3
5
4
Komunitif segmentalKet;1. Dislokasi searah sumbu2. Dislokasi yg membentuk
sudut3. Dislokasi saling menjauhi
fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter – Harris
Tipe 1. fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhanTipe 2. Fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui tulang metafisisTipe 3. Fraktur melalui permukaan artikularis dan epifisis, kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhanTipe 4. fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui tulang metafisisTipe 5. cedera remuk dari lempeng pertumbuhan.
Etiologi
trauma (kekerasan)
- Kekerasan langsung.
- Kekerasan tidak langsung
- Kekerasan akibat tarikan otot peristiwa patologis
- Kelelahan atau stres fraktur
- Kelemahan tulang
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
Fraktur dapat berupa fraktur terbuka dimana ujung tulang yang patah menembus keluar dari kulit sehingga berhubungan dengan dunia luar atau dapat berupa fraktur tertutup dimana ujung tulang yang patah masih berada didalam kulit.
Patogenesis
Ujung tulang yang patah sangat tajam dan berbahaya bagi jaringan disekitarnya, karena saraf dan pembuluh darah berada didekat tulang sehingga sering kali terkena jika terjadi fraktur. Lesi neurovaskuler ini dapat terjadi karena laserasi oleh ujung atau karena peningkatan tekanan akibat pembengkakan atau hematoma.
Fraktur tertutup dapat sama berbahayanya dengan fraktur terbuka karena jaringan lunak yang cidera sering kali mengeluarkan darah cukup banyak
Fraktur terbuka memiliki resiko terjadinya kontaminasi disamping hilangnya darah. Jika fragmen tulang yang keluar atau menembus kulit dimasukan lagi, maka ujung tulang yang telah terkontaminasi bakteri akan menyebabkan bakteri ikut masuk kedalam jaringan sehingga dapat menyebabkan infeksi. Infeksi ini akan menyebabkan sulitnya penyembuhan tulang dan dapat menyebabkan komplikasi sepsis
Gambaran klinis
Tanda-tanda fraktur klasik adalah: Deformitas Dapat berupa penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, atau
pemendekan. fungsio laesa (hilangnya fungsi) Krepitasi Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tetapi ini bukan cara yang
baik dan kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung/ fragmen tulang kortikal.
Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif. Gerakan yang tidak normal
Diagnosa fraktur ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis:
ada trauma, Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis. trauma harus diperinci jenisnya, besar-ringannya trauma, arah trauma dan posisi penderita atau ekstremitas yang bersangkutan.
Dari anamnesa dapat diduga: Kemungkinan politrauma, fraktur multipel, fraktur-fraktur tertentu, misalnya fraktur colles, fraktur suprakondilair humerus, fraktur kolum femur, nyeri tetapi bisa tidak jelas pada fraktur inkomplit, gangguan fungsi
Diagnosis
2. Pemeriksaan Umum
Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya: syok pada fraktur multipel, fraktur pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka terinfeksi.
3. Pemeriksaan status lokalis Tanda-tanda fraktur yang klasik adalah untuk tulang
panjang. Fraktur tulang-tulang kecil, Fraktur tulang-tulang yang dalam
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Bila secara klinis ada atau diduga ada fraktur, maka harus dibuat 2 foto tulang yang bersangkutan. Sebaiknya dibuat foto Anteroposterior (AP) dan lateral. Bila kedua proyeksi ini tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang tidak mengizinkan, maka dibuat 2 proyeksi yang tegak lurus satu sama lain.
Hal yang perlu diingat dalam pemeriksaan roentgen adalah hasilnya harus meliputi dua sendi, dua sisi, dan dua tulang (kanan dan kiri). Rontgen juga berguna untuk mengevaluasi hasil dari terapi yang diberikan.
2. Scan tulang, tomogram, CT-scan / MRI: Memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Pemeriksaan darah lengkap
4. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
Penatalaksanaan
Empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu
1. Rekognisi (Pengenalan) Riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, harus
jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya 2.Reduksi (manipulasi/reposisi) Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen- fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya
3. Retensi (Immobilisasi) Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen
tulang sehingga kembali seperti semula secara optimum
4. Rehabilitasi Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin untuk menghindari atropi dan kontraktur
Fraktur Terbuka Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi
kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period).
Penatalaksanaan antara lain
1) Pembersihan luka
2) Eksisi
3) Hecting situasi
4) Antibiotik
5) Pemberian Toksoid atau ATS
Penyembuhan Fraktur
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang
Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase, sebagai berikut :
Fase Reaktif
- Fase hematom dan inflamasi.
- Pembentukan jaringan granulasi Fase Reparatif
- Fase Pembentukan callus
- Pembentukan tulang lamellar Fase Remodelling
Proses penyembuhan Fraktur Primer
Penyembuhan cara ini terjadi internal remodelling yang meliputi upaya langsung oleh korteks untuk membangun kembali dirinya ketika kontinuitas terganggu
Ada 3 persyaratan untuk remodeling Haversian pada tempat fraktur adalah:
Pelaksanaan reduksi yang tepat Fiksasi yang stabil Eksistensi suplai darah yang cukup
Proses Penyembuhan Fraktur Sekunder. Penyembuhan sekunder meliputi respon dalam
periostium dan jaringan-jaringan lunak eksternal. Proses penyembuhan fraktur ini secara garis besar dibedakan atas 5 fase, yakni fase hematom (inflamasi), fase proliferasi, fase kalus, osifikasi dan remodelling
Fase inflamasi
- Terjadi perdarahan dan pembentukan hematom
Fase Proliferasi - terbentuk jaringan ikat dan tulang rawan (osteoid)
Fase Pembentukan kalus
- mulai terbentuk jaringan tulang kondrosit.
- fragmen tulang yang patah digabungkan oleh jaringan fibrous, tulang rawan dan tulang serat matur
• Fase konsolidasi
tulang imatur (woven bone)
tulang matur.
Fase remodelling
fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat
Komplikasi
Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera, dini, dan lanjut. Komplikasi segera terjadi pada saat terjadinya patah tulang atau segera setelahnya, komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari setelah kejadian, dan komplikasi lanjut terjadi lama setelah patah tulang
Komplikasi segera
abrasi, laserasi, penetrasi kulit, Pembuluh darah robek, Organ dalam pada fraktur kosta,atau pelvis, syok
Komplikasi Dini
sindrom kompartemen, trombosis vena, infeksi sendi, Emboli lemak, tetanus
Komplikasi lanjut
kontraktur,atrofi otot-otot, malunion, nonunion, gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis),Osteoporosis post trauma, Osteomielitis
1. Osteomielitis
- kuman bersarang pada spongiosa metafisis dan membentuk
pus.
- nekrosis tulang dapat timbul luas, sklerosis (tulang lebih opak)
- reaksi periosteal
Nekrosis Avaskular
Hilangnya atau terputusnya supply darah pada suatu bagian tulang sehingga menyebabkan kematian tulang tersebut
Non-union
- Akibat kegagalan fraktur berkonsolidasi dan membuat sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil.
- pembentukan kalus dapat terjadi, tetapi
garis fraktur menetap
Delayed Union Faktor yang menyebabkan penyatuan tulang tertunda
antara lain karena infeksi, terdapat benda asing, fragmen tulang mati, imobilisasi yang tidak adekuat, distraksi, avaskularitas, fraktur patologik, gangguan gizi dan metabolik
Malunion
kelainan penyatuan yang tulang karena penyerasian yang buruk
Atrofi Sudeck Suatu komplikasi yang relatif jarang pada fraktur ekstremitas,
yaitu adanya disuse osteoporosis yang berat pada tulang distal dan fraktur yang disertai pembengkakan jaringan lunak dan nyeri
Kesimpulan
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi.
Penyebab fraktur adalah trauma, dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Fraktur yang diakibatkan trauma yang minimal atau tanpa trauma adalah fraktur patologis
Fraktur tertutup dapat sama berbahayanya dengan fraktur terbuka karena jaringan lunak yang cidera sering kali mengeluarkan darah cukup banyak. Fraktur terbuka memiliki resiko terjadinya kontaminasi disamping hilangnya darah.
Diagnosa fraktur selain ditegakkan berdasarkan pada adanya riwayat trauma atau non trauma pada fraktur patologis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang lain juga sangat membantu dalam menegakkan diagnosis fraktur