FRAKTUR TIBIA.doc

23
BAGIAN ILMU BEDAH LONGCASE FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS Maret 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN FRACTURE TIBIA 1/3 MEDIA Oleh : Wawan Susilo Muh. Hadi Kusuma Kifly Supervisor Dr. Jufri Latief, Sp.B, Sp.OT DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Transcript of FRAKTUR TIBIA.doc

Page 1: FRAKTUR TIBIA.doc

BAGIAN ILMU BEDAH LONGCASE

FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS Maret 2013

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FRACTURE TIBIA 1/3 MEDIA

Oleh :

Wawan Susilo

Muh. Hadi Kusuma

Kifly

Supervisor

Dr. Jufri Latief, Sp.B, Sp.OT

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: FRAKTUR TIBIA.doc

LONG CASE BEDAH ORTOPEDI

FRACTURE TIBIA 1/3 MEDIA

PERIODE 17 - 22 MARET 2013

IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Tn. Satriadi

2. Umur : 20 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Nomor RM : 151806

5. Alamat : Tanah Karaeng, Manuju, Gowa

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Bengkak pada betis kanan.

Anamnesis terpimpin : Dialami sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu

akibat kecelakaan lalu lintas (ditabrak oleh motor). Nyeri dirasakan pada

1/3 kaki bawah, nyeri terutama dirasakan jika digerakkan, dan berkurang

saat istirahat, bengkak (+), terdapat kelainan bentuk kaki pada bagian kaki

sebelah kanan jika dibandingkan dengan kaki kiri yang normal.

Mekanisme Trauma : Pasien naik motor tiba-tiba ditabrak oleh motor dari arah

sebelah kanan kemudian pasien terjatuh miring dan membentur aspal.

PEMERIKSAAN FISIS

Status generalis : SS/GC/CM

Status Vitalis :

TD :110/80 mmHgc

N : 88 x/mnt

P : 20 X/mnt

S : 36,8oc

Status Lokalis

Regio Cruris

Inspeksi : Tampak edema (+), bekas luka robek (+)

Palpasi : Nyeri tekan (+), krepitasi (-)

Page 3: FRAKTUR TIBIA.doc

RESUME

Pasien masuk dengan keluhan bengkak pada betis kanan Dialami sejak kurang

lebih 2 bulan yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas (ditabrak oleh motor). Nyeri

dirasakan pada 1/3 kaki bawah, nyeri terutama dirasakan jika digerakkan, dan

berkurang saat istirahat, bengkak (+), terdapat kelainan bentuk kaki pada bagian

kaki sebelah kanan jika dibandingkan dengan kaki kiri yang normal. Dari

pemeriksaan fisik, didapatkan:

Regio Cruris

Inspeksi : Tampak edema (+), bekas luka robek (+)

Palpasi : Nyeri tekan (+), krepitasi (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lab 28 Nov 2012

GDS : 116 WBC : 8.0

Creatinine : 0.9 RBC : 4.98

Ureum : 11 HGB : 14.2

Ct : 9’ HCT : 41.3

BT : 2’30” PLT : 258

PT : 17 LED I : 14 mm/jam

APTT : 35.5 LED II : 25 mm/jam

Foto Thoraks PA 15 - 3 - 2013

- Bronchovaskular normal

- Cor : bentuk dan ukuran normal

- Kedua sinus dan diafragma baik

- Tulang-tulang intak

Kesan : tidak tampak kelainan radiologik pada foto

thorks ini

Page 4: FRAKTUR TIBIA.doc

Foto Cruris dextra AP/lateral

DIAGNOSIS

Closed Fraktur 1/3 Median Tibia Dextra

RENCANA TINDAKAN

Page 5: FRAKTUR TIBIA.doc

FRAKTUR TIBIA

I. PENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan

tulang patah dapat berupa trauma langsung, Akibat trauma pada tulang tergantung pada

jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul

yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang

disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat

menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi,

sedangkan trauma tumpul dapat menyebabkan fraktur tertutup yaitu apabila tidak ada

luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.1

Fraktur tibia adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan

epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Fraktur tulang panjang yang paling

sering terjadi adalah fraktur pada tibia. Pusat Nasional Kesehatan di luar negeri

melaporkan bahwa fraktur ini berjumlah ±77.000 orang, dan ada di 569.000 rumah sakit

tiap hari /tahunnya. Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena

gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan

sangat tipis pada bagian anterior dan medial dari tulang tibia dan sebagai akibat dari hal

ini, sejumlah besar fraktur tulang terbuka sering terjadi.

II. ETIOLOGI

Pada umumnya fraktur pada kaki disebabkan oleh :

1. Trauma

Fraktur akibat trauma adalah jenis fraktur yang sering terjadi, misalnya jatuh,

kecelakaan lalu lintas, kecelakaan dalam berolahraga atau olahraga yang berlebihan.

2. Fraktur patologis

Fraktur yang terjadi pada tuang karena adanya kelainan/penyakit yang menyebabkan

kelemahan pada tulang. Fraktur patologis dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma

ringan.

3. Fraktur stress

Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu,

misalnya pada pelari jarak jauh, penari ballet, dan sebagainya.

Page 6: FRAKTUR TIBIA.doc

III. KLASIFIKASI KLINIS FRAKTUR

• Fraktur tertutup (simple fracture) adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai

hubungan dengan dunia luar.

• Fraktur terbuka (compound fracture) adalah fraktur yang mempunyai hubungan

dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak

• Fraktur komplikasi (comlplicated fracture) adalah fraktur dengan komplikasi

adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi (malunion,delayed union,non union

& infeksi tulang)

IV. TIPE-TIPE FRAKTUR

1. Fraktur transversal

Suatu fraktur komplit yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu tulang.

2. Fraktur oblik

Fraktur komplit yang melalui korteks secara diagonal.

3. Fraktur spiral

Bila garis patah terdapat mengelilingi sepanjang korteks.

4. Fraktur komunitif

Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

5. Fraktur segmental

Garis patah lebih dari satu, tetapi tidak berhubungan

V. ANATOMI

Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi

menyanggah berat badan. Tibia bersendi di atas dengan condylus femoris dan

caputfibulae, di bawah dengan talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai ujung atas

yang melebar dan ujung bawah yang lebih kecil, serta sebuah corpus. Pada ujung atas

terdapat condyli lateralis dan medialis (kadang-kadang disebutplateau tibia lateral dan

Page 7: FRAKTUR TIBIA.doc

medial), yang bersendi dengan condyli lateralis dan medialis femoris, dan dipisahkan

oleh menisci lateralis dan medialis. Permukaan atas facies articulares condylorum tibiae

terbagi atas area intercondylus anterior dan posterior; di antara kedua area ini terdapat

eminentia intercondylus.

Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis fibularis circularis

yang kecil, dan bersendi dengan caput fibulae. Pada aspek posterior condylus medialis

terdapat insertio m.semimembranosus.

Corpus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan mempunyai tiga

margines dan tiga facies. Margines anterior dan medial, serta facies medialis diantaranya

terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan membentuk tulang kering. Pada

pertemuan antara margo anterior dan ujung atas tibia terdapat tuberositas, yang

merupakan tempat lekat ligamentum patellae. Margo anterior di bawah membulat, dan

melanjutkan diri sebagai malleolus medialis. Margo lateral atau margo interosseus

memberikan tempat perlekatan untuk membrane interossea.

Gambar 1 : Anatomi Tibia Fibula

Aliran darah berasal dari arteri poplitea yang bercabang dan membentuk arteri

tibialis anterior dan arteri tibialis posterior setelah keduanya keluar melalui fossa poplitea.

Arteri tibialis anterior masuk melalui ruang anterior yang berada di bawah level dari

caput fibula dan berjalan menurun sepanjang membran interosseous. Arteri ini mudah

terkena cedera pada kasus fraktur tibial proksimal.

Page 8: FRAKTUR TIBIA.doc

VI. DIAGNOSIS

Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondiler), diafisis atau

persendian pergelangan kaki.

a. Fraktur Kondiler Tibia

Fraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis daripada medialis

serta fraktur kedua kondiler. Banyak fraktur kondiler tibia terjadi akibat kecelakaan

antara mobil dan pejalan kaki di mana bemper mobil menabrak kaki bagial lateral dengan

gaya kearah medial (valgus). Ini menghasilkan fraktur depresi atau fraktur split dari

kondiler lateralis tibia apabila kondiler femur didorong kearah tersebut. Kondiler medial

memiliki kekuatan yang lebih besar,jadi fraktur pada daerah ini biasanya terjadi akibat

gaya dengan tenaga yang lebih besar(varus). Jatuh dari ketinggian akan menimbulkan

kompresi aksial sehingga bisa menyebabkan fraktur pada proksimal tibia. Pada golongan

lanjut usia, pasien dengan osteoporosis lebih mudah terkena fraktur kondiler tibia

berbanding robekan ligamen atau meniscus setelah cedera keseleo di lutut. Eminentia

intrakondiler dapat fraktur bersama robekan ligamen krusiatum sebagai akibat

hiperekstensi atau gaya memutar.

Gambar 2 : Fraktur Kondiler Tibia

Klasifikasi

Klasifikasi yang sering dan meluas dipakai sekarang adalah klasifikasi Schatzker.

Page 9: FRAKTUR TIBIA.doc

I. Fraktur split kondiler lateral

II. Fraktur split/depresi lateral

III. Depresi kondiler lateral

IV. Fraktur split kondiler medial

V. Fraktur bikondiler

VI. Fraktur kominutif

Tipe IV-VI biasanya terjadi akibat trauma dengan tekanan yang kuat. Fraktur tidak

bergeser apabila depresi kurang dari 4 mm, sedangkan yang bergeser apabila depresi

melebihi 4 mm.

b. Fraktur Diafisis Tibia

Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan

fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan

fraktur tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara 1/3 bagian tengah dan

1/3 bagian distal. Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit ditutupi otot sehingga

fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka. Penyebab utama terjadinya fraktur

adalah kecelakaan lalu lintas.

Gambar 3 : Fraktur diafisis Tibia

- Klasifikasi fraktur

Klasifikasi dari fraktur diafisis tibia bermanfaat untuk kepentingan para dokter

yang menggunakannya untuk memperkirakan kemungkinan penyembuhan dari fraktur

dalam menjalankan penatalaksanaannya.

Orthopaedic Trauma Association (OTA) membagi fraktur diafisis tibia berdasarkan

pemeriksaan radiografi, terbagi 3 grup, yaitu: simple, wedge dan kompleks. Masing–

masing grup terbagi lagi menjadi 3 yaitu:

Page 10: FRAKTUR TIBIA.doc

A. Tipe simple, terbagi 3: spiral, oblik, tranversal.

B. Tipe wedge, terbagi 3: spiral, bending, dan fragmen.

C. Tipe kompleks, terbagi 3: spiral, segmen, dan iregular.

Sistem klasifikasi yang sering digunakan pada fraktur terbuka adalah sistem Gustilo

sebagai berikut:

Tipe I: lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm.

Tipe II: panjang luka lebih dari 1 cm dan tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas.

Tipe IIIa: luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih dari 10 cm dan

mengenai periosteum. Fraktur tipe ini dapat disertai kemungkinan komplikasi, contohnya:

luka tembak.

Tipe IIIb: luka dengan tulang yang periosteumnya terangkat.

Tipe IIIc: fraktur dengan gangguan vaskular dan memerlukan penanganan terhadap

vaskularnya agar vaskularisasi tungkai dapat normal kembali.

c. Fraktur Distal Tibia

Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang badan dimana

talus duduk dan dilindungi oleh maleolus lateralis dan medialis yang diikat dengan

ligamen.Dahulu,fraktur disekitar pergelangan kaki disebut fraktur Pott.

Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam

beberapa macam trauma.

1. Trauma abduksi

Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifat

oblik, fraktur pada maleolus medialis bersifat avulsi atau robekan pada ligamen bagian

medial.

2. Trauma adduksi

Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik

atau avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga bisa hanya

menyebabkan strain atau robekan pada ligamen lateral, tergantung dari beratnya trauma.

3. Trauma rotasi eksterna

Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi fraktur

pada fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen medial atau fraktur

Page 11: FRAKTUR TIBIA.doc

avulsi pada maleolus medialis. Apabila trauma lebih hebat dapat disertai dengan dislokasi

talus.

4. Trauma kompresi vertical

Pada kompresi vertical dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai

dengan dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur kominutif disertai dengan robekan

diastesis

Gambar 4 : Fraktur Distal Tibia

- Klasifikasi

Lauge-Hansen(1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya

pergeseran dari fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan pengobatan

atau manipulasi yang dilakukan. Klasifikasi lain yang lebih sederhana, menurut Danis &

Weber (1991), dimana fibula merupakan tulang yang penting dalam stabilitas dari

kedudukan sendi berdasarkan atas lokalisasi fraktur terhadap sindesmosis tibiofibular.

Klasifikasi terdiri :

a. Tipe A; fraktur maleolus di bawah sindesmosis

b. Tipe B; fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulsi maleolus medialis

dimana sering disertai dengan robekan dari ligamen tibiofibular bagian depan

c. Tipe C; fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulsi dari tibia disertai

fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Pada tipe C terjadi robekan pada

sindesmosis. Jenis tipe C ini juga dikenal sebagai fraktur Duyuptren.

VII. GAMBARAN KLINIS

a. Fraktur Kondiler Tibia

Page 12: FRAKTUR TIBIA.doc

Pada anamnesis terdapat riwayat trauma pada lutut, pembengkakan dan nyeri serta

hemartrosis.Terdapat gangguan dalam pergerakan sendi lutut. Biasanya pasien tidak

dapat menahan beban. Sewaktu pemeriksaan, mereka merasakan nyeri pada proksimal

tibia dan gerakan flesi dan ekstensi yang terbatas.Dokter perlu menentukan adanya

penyebab cedera itu akibat tenaga yang kuat atau lemah karena cedera neovaskular,

ligamen sindroma kompartmen lebih sering terjadi pada cedera akibat tenaga kuat.

Pulsasi distal dan fungsi saraf peroneal perlu diperiksa. Kulit perlu diperiksa secara

seksama untuk mencari tanda-tanda abrasi atau laserasi yang dapat menjadi tanda fraktur

terbuka.

Penilaian stabilitas lutut adalah penting dalam mengevaluasi kondiler tibia. Aspirasi dari

hemartrosis pada lutut dan anestasi lokal mungkin diperlukan untuk

Gambar 5 : (A) Fraktur kondiler tibia dengan split dan terpisah di lateral. (B) Fraktur

kondiler tibia direduksi dengan menggunakan buttress plate dan screw untuk mengembalikan

kongruensi sendi

pemeriksaan yang akurat. Jika dibandingkan dengan bagian yang tidak cedera,

pelebaran sudut sendi pada lutut yang stabil mestilah tidak lebih dari 10o dengan stress

varus atau valgus pada mana-mana titik dalam aksis gerakan dari ekstensi penuh hingga

fleksi 90o. Integritas ligamen crusiatum anterior perlu dinilai melalui tes Lachman.

Page 13: FRAKTUR TIBIA.doc

Fraktur kondiler sering disertai cedera jaringan lunak disekeliling lutut. Robekan ligamen

kollateral medial dan meniscus medial sering menyertai fraktur kondiler lateral. Fraktur

kondiler medial disertai robekan ligamen kollateral lateral dan meniscus medial.Ligamen

crusiatum anterior dapat cedera pada fraktur salah satu kondiler. Fraktur kondiler tibia,

terutama yang ekstensi frakturnya sampai ke diafisis, dapat meyebabkan kepada sindroma

kompartmen akut akibat perdarahan dan edema.

b. Fraktur Diafisis Tibia

Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering ditemukan

deformitas misalnya penonjolan tulang keluar kulit. Sindroma kompartemen bisa

muncul di awal cedera maupun kemudian. Sehingga perlu pemeriksaan serial dan

perhatian pada ekstremitas yang mengalami cidera.Sindroma kompartemen terdiri

dari: pain, pallor, paralysis, paresthesia, pulselessness.

Gambar 6 : (A)Fraktur OTA tipe B.Ini adalah fraktur terbuka Gustilo tipe IIIb. (B) Fraktur

ini dipasang dengan locked intramedullary nail. Foto lateral menunjukkan OTA tipe II dengan

hilangnya tulang. Fraktur tidak menyatu, dan pertukaran nailing dilakukan 5 bulan setelah

kecederaan.(C) 4 bulan setelah pertukanran nailing, fraktur menyatu dan area yang hilang tulang

telah terisi tanpa bone grafting.

Page 14: FRAKTUR TIBIA.doc

c. Fraktur Distal Tibia

Ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruaan atau

deformitas. Yang penting diperhatikan adalah lokalisasi dari nyeri tekan apakah pada

daerah tulang atau pada ligamen.

Gambar 7 : Gambaran radiologic fraktur dan dislokasi pergelangan kaki sesuai klasifikasi

Danis-Weber

VIII. PENATALAKSANAAN

a. Fraktur Kondiler Tibia

1. Konservatif

Pada fraktur yang tidak bergeser dimana depresi kurang dari 4 mm dapat

dilakukan beberapa pilihan pengobatan, antara lain verban elastik, traksi, atau gips

sirkuler. Prinsip pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi, tidak menahan

beban dan segera mobilisasi pada sendi lutut agar tidak segera terjadi kekakuan sendi.

2. Operatif

Depresi yang lebih dari 4 mm dilakukan operasi dengan mengangkat bagian

depresi dan ditopang dengan bone graft.Pada fraktur split dapat dilakukan

pemasangan screw atau kombinasi screw dan plate untuk menahan bagian fragmen

terhadap tibia.

3. Komplikasi

a. Genu valgum; terjadi oleh karena depresi yang tidak direduksi dengan baik

b. Kekakuan lutut; terjadi karena tidak dilakukan latihan yang lebih awal

Page 15: FRAKTUR TIBIA.doc

c. Osteoartritis; terjadi karena adanya kerusakan pada permukaan sendi sehingga

bersifat irrreguler yang menyebabkan inkonkruensi sendi lutut.

d. Malunion

e. Cedera ligamen dan meniskus (misal: ligamen medial kollateral)

f. Cedera saraf peroneal

b. Fraktur Diafisis Tibia

1. Konservatif

Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur dengan

manipulasi tertutup dengan pembiusan umum. Pemasangan gips sirkuler untuk

immobilisasi, dipasang sampai diatas lutut.

Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup, ada kontak 70% atau lebih, tidak ada

angulasi dan tidak ada rotasi. Apabila ada angulasi, dapat dilakukan koreksi setelah 3

minggu (union secara fibrosa). Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasi dengan gips

biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan operasi.

Cast bracing adalah teknik pemasangan gips sirkuler dengan tumpuan pada tendo

patella (gips Sarmiento) yang biasanya dipergunakan setelah pembengkakan mereda

atau terjadi union secara fibrosa.

2. Operatif

Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan dalam terapi

konservatif, fraktur tidak stabil dan adanya nonunion.Metode pengobatan operatif

adalah sama ada pemasangan plate dan screw, atau nail intrameduler, atau

pemasangan screw semata-mata atau pemasangan fiksasi eksterna. Indikasi

pemasangan fiksasi eksterna pada fraktur tibia:

Fraktur tibia terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan jaringan

yang hebat atau hilangnya fragmen tulang

Pseudoartrosis yang mengalami infeksi (infected pseudoarthrosis)

c. Fraktur Distal Tibia

1. Konservatif

Dilakukan pada fraktur yang tidak bergeser, berupa pemasangan gips sirkuler di

bawah lutut.

Page 16: FRAKTUR TIBIA.doc

2. Operatif

Terapi operatif dilakukan berdasarkan kelainan-kelainan yang ditemukan apakah

hanya fraktur semata-mata, apakah ada robekan pada ligamen atau diastasis pada

tibiofibula serta adanya dislokasi talus( gambar 14.123).

Beberapa hal yang penting diperhatikan pada reduksi, yaitu:

• Panjang fibula harus direstorasi sesuai panjang anatomis

• Talus harus duduk sesuai sendi dimana talus dan permukaan tibia duduk paralel

• Ruang sendi bagian medial harus terkoreksi sampai normal(4 mm)

• Pada foto oblik tidak nampak adanya diastasis tibiofibula

Tindakan operasi terdiri atas:

• Pemasangan screw( maleolar)

• Pemasangan tension band wiring

• Pemasangan plate dan screw

Prinsip Penanganan Fraktur

Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan defenitif, prinsip

pengobatan ada 4 (4R) yaitu :

1. Recognition ; diagnosis dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan

anamnesis, pemeriksaan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu

diperhatikan :

- Lokalisasi fraktur

- Bentuk fraktur

- Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan

- Komplikasi yang mungkin terjadi

2. Reduction ; reduksi fraktur apabila perlu

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat

diterima.

Posisi yang baik adalah :

Page 17: FRAKTUR TIBIA.doc

- Aligment yang sempurna

- Aposisi yang sempurna

3. Retention ; immobilisasi fraktur

4. Rehabilitation ; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Tahap-tahap penyembuhan tulang

1. Stadium pembentukan hematom

Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah

yang robek. Hematom ini dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot)Dan

terjadi sekitar 1-2 x 24 jam

2. Stadium proliferasi sel/inflamasi

Kira-kira 5 hari hematom, sel-sel akan berproliferasi dari lapisan dalam periosteum,

sekitar lokasi fraktur sel-sel ini yang akan menjadi precursor osteoblast, sel-sel ini

aktif tumbuh kea rah fragmen tulang

3. Tahap pembentukan kallus

Setelah pemebntukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar

yang berasal dari osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan

polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang immature.

Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone

4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologic

Waven Bone akan membentuk kallus primer dan secara perlahan-lahan diubah

menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblastyang menjadi struktur

lamellar dan kelebihan kallus akan diresorpsi secara bertahap. Pada fase ke 3 dan 4

ini dimulai pada minggu ke 4-8 dan berakhir pada minggu ke 8-12 setelah terjadinya

fraktur

5. Fase Remodelling

Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorbsi secara osteoklastik dan tetap

terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalluseksterna perlahan-lahan menghilang.

Pada fase ini dimulai dari minggu ke 8-12 dan berakhir beberapa tahun setelah

terjadinya fraktur

Page 18: FRAKTUR TIBIA.doc