FRAKTUR FOREARM.docx

19
FRAKTUR FOREARM 1. Fraktur Kaput Radius Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampir tidak pernah ditemukan pada anak- anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri saat lengan bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi petunjuk untuk mendiagnosisnya. 2. Fraktur Leher Radius Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgus dan mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius dapat retak atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkin mengalami fraktur pada leher radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri pada siku. Pada fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius dan nyeri bila lengan berotasi. 3. Fraktur Galeazzi Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke arah dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaan pronasi, atau

Transcript of FRAKTUR FOREARM.docx

Page 1: FRAKTUR FOREARM.docx

FRAKTUR FOREARM

1. Fraktur Kaput Radius

Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampir

tidak pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri

saat lengan bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi

petunjuk untuk mendiagnosisnya.

2. Fraktur Leher Radius

Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgus dan

mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius dapat

retak atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkin mengalami

fraktur pada leher radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri pada siku. Pada

fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius dan nyeri bila

lengan berotasi.

3. Fraktur Galeazzi

Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi

radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke arah

dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini akibat

terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaan pronasi, atau

terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan tangan bagian dorsolateral.

Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung

bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu

dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi.

Page 2: FRAKTUR FOREARM.docx

Gambar 1. Fraktur Galeazzi

4. Fraktur Colles

Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi di

korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal

bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas

“garpu-makan malam” (dinner-fork). Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur

pada prosesus styloideus ulna.

Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan angulasi

ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke radial. Dapat

bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna. Fraktur collees

dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga dapat menyebabkan fraktur pada ujung

bawah radius dengan pergeseran posterior dari fragmen distal.

Undisplaced Colles fracture (jarang) hanya membutuhkan imobilisasi di

bawah elbow cast selama 4 minggu. Displaced fracture biasanya dapat direduksi

dengan baik dengan reduksi tertutup, tetapi masalah utamanya adalah

mempertahankan reduksinya, terutama pada tipe unstable dari fraktur colles. Pada

tipe ini dengan cominutif pada cortex dorsal dan hancurnya cancellous bone maka

reduksinya cenderung dengan slip back mengarah ke posisi prereduksi dari

deformitasnya. Untuk fraktur colles dengan fraktur yang cominutif dan unstable

yang ekstrim, terutama pada pasien dengan usia kurang dari 60 tahun, metode

extrenal fixation cukup bernilai dalam mempertahankan reduksinya.

Page 3: FRAKTUR FOREARM.docx

Untuk perawatan selanjutnya dengan meninggikan posisi forearm untuk

meminimalkan pembengkakan sangat penting dilakukan setelah dilakukan

reduksi. Jari- jari tangan, sendi siku dan bahu harus secara aktif digerakan setiap

jam setiap hari sejak setelah direduksi

5. Fraktur Smith

Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara

langsung pada punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan tangan,

tetapi tidak terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau

dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan diviasi radius tangan yang

memberikan gambaran deformitas “sekop kebun” (garden spade).

Reduksi dilakukan dengan posisi supinasi yang adekuat pada pergelangan

akan tetapi open reduction and internal fixation biasanya dibutuhkan. Elbow cast

biasanya dibutuhkan waktu 6 minggu imobilisasi untuk mempertahankan posisi

supinasinya.

Modifikasi Klasifikasi Thomas :

Tipe I : Extra artikular

Tipe II : Garis fraktur melintas pada permukaan artikular dorsal

Tipe III : Garis fraktur masuk sampai pada carpal joint (volar barton)

Page 4: FRAKTUR FOREARM.docx

Gambar 2. Klasifikasi Thomas pada fraktur Smith

Gambar 3. Fraktur Colles dan fraktur Smith

Page 5: FRAKTUR FOREARM.docx

Gambar 4. Gambaran radiologi fraktur Smith

Gambar 5. Gambaran radiologi fraktur Colles

6. Fraktur Lempeng Epifisis

Fraktur Lempeng Epifisis merupakan fraktur pada tulang panjang di daerah

ujung tulang pada dislokasi sendi serta robekan ligamen.

Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan klasifikasi yang dianut dan

dibagi dalam 5 tipe :

Page 6: FRAKTUR FOREARM.docx

Gambar 6. Klasifikasi Salter Harris

Paling umum adalah tipe II, dengan fragmen metafisis triangular terlihat di dorsal.

- Tipe I

Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang,

sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur

ini terjadi oleh karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi

baru lahir dan pada anak-anak yang lebih muda. Pengobatan dengan

reduksi tertutup mudah oleh karena masih ada perlekatan periosteum yang

utuh dan intak. Prognosis biasanya baik bila direposisisdengan cepat.

Gambar 7. Cedera Salter Harris tipe I

- Tipe II

Page 7: FRAKTUR FOREARM.docx

Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui

sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan

membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut

tanda Thurson-Holland. Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga

masih melekat. Trauma yang menghasilkan jenis fraktur ini biasanya

terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum mengalami robekan

pada daerah konveks tetapi tetap utuh pada daerah konkaf. Pengobatan

dengan reposisi secepatnya tidak begitu sulit kecuali bila reposisi

terlambat harus dilakukan tindakan operasi. Prognosis biasanya baik,

tergantung kerusakan pembuluh darah.(21)

Gambar 8. Cedera Salter Harris tipe II pada tulang radius ulna

- Tipe III

Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis

fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian

sepanjang garis lempeng epifisis. Jenis fraktur ini bersifat intra-artikuler

dan biasanya ditemukan pada epifisis tibia distal. Oleh karena fraktur ini

bersifat intra-artikuler dan diperlukan reduksi yang akurat maka sebaiknya

dilakukan operasi terbuka dan fiksasi interna dengan mempergunakan pin

yang halus.

Page 8: FRAKTUR FOREARM.docx

Gambar 9. Cedera Salter Harris tipe III atau Tillaux fracture

- Tipe IV

Fraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui

permukaan sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan epifisis dan

berlanjut pada sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur

kondilus lateralis humeri pada anak-anak. Pengobatan dengan operasi

terbuka dan fiksasi interna dilakukan karena fraktur tidak stabil akibat

tarikan otot. Prognosis jelek bila reduksi tidak dilakuakn.

Gambar 10. Cedera Salter Harris tipe IV

Page 9: FRAKTUR FOREARM.docx

- Tipe V

Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang

diteruskan pada lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi

penopang badan yaitu sendi pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosa

sulit karena secara radiologik tidak dapat dilihat. Prognosis jelek karena

dapat terjadi kerusakan sebagian atau seluruh lempeng pertumbuhan.

Gambar 11. Cedera Salter Harris tipe V

7. Fraktur Monteggia

Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan

saat jatuh atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal

dengan angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi anterior kaput radius.

Klasifikasi Bado :

Tipe I : Dislokasi anterior dari caput radial dengan fraktur dari diafisis

ulnar dengan angulasi anterior.

Tipe II : Dislokasi posterior/posterolateral dari caput radial dengan fraktur

pada diafisis ulna dengan angulasi posterior

Tipe III : Dislokasi pateral/anterolateral dari caput radial dengan fraktur pada

metafisis ulnar

Page 10: FRAKTUR FOREARM.docx

Tipe IV : Dislokasi anterior dari caput radial dengan fraktur dari kedua radius

dan ulna pada 1/3 proximal di level yang sama.

Gambar 12. Fraktur Monteggia

CT scan di gunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang

kompleks dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi,

burst fraktur atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan

lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligament dan adanya

pendarahan.

Page 11: FRAKTUR FOREARM.docx

Gambar 13. Gambaran CT Scan Fraktur Radius Ulna

VI. PENATALAKSANAAN

Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.

Fraktur radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil

sehingga umumnya membutuhkan terapi operatif. Fraktur yang tidak disertai

perubahan posisi ekstraartikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulna

dapat diatasi secara efektif dengan primary care provider. Fraktur distal radius

umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada

kebanyakan kasus.

Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi,

reduksi/reposisi, terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.

1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang

benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan

terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.

Page 12: FRAKTUR FOREARM.docx

2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen

fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan

letak normal.

3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau

menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.

4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita

fraktur tersebut dapat kembali normal.

Gambar 14. Proses penyembuhan fraktur

Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa

tahap sebagai berikut :

1. Fase hematoma

Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan

lunak, kemudian terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam

daerah radang) dan hematoma akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai

putusnya pembuluh darah sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar fraktur.

Pada ujung tulang yang patah terjadi ischemia sampai beberapa milimeter dari

garis patahan yang mengakibatkan matinya osteocyt pada daerah fraktur tersebut.

Page 13: FRAKTUR FOREARM.docx

2. Fase proliferatif

Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah

proliferasi sel-sel lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma

terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan

aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis medularis

dari lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing fragmen. Proses

dari periosteum dan kanalis medularis dari masing-masing fragmen bertemu

dalam satu preses yang sama, proses terus berlangsung kedalam dan keluar dari

tulang tersebut sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain. Pada

saat ini mungkin tampak di beberapa tempat pulau-pulau kartilago, yang mungkin

banyak sekali,walaupun adanya kartilago ini tidak mutlak dalam penyembuhan

tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.

3. Fase pembentukan callus

Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi

osteoporotik akibat resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas

mengeluarkan matriks intra selluler yang terdiri dari kolagen dan polisakarida,

yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium, membentuk tulang immature

atau young callus, karena proses pembauran tersebut, maka pada akhir stadium ter

dapat dua macam callus yaitu didalam disebut internal callus dan diluar disebut

external callus.

4. Fase konsolidasi

Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh

aktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan

pembentukan lamela-lamela). Pada stadium ini sebenarnya proses penyembuhan

sedah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian fibrous callus menjadi primary

callus. Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah tampak jaringan yang

radioopaque. Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun pada umur-umur

lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi

dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang

yang normal.

Page 14: FRAKTUR FOREARM.docx

5. Fase remodeling

Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang

banyak dan tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan

kembali dari medula tulang. Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang

terbentuk pada umumnya berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di luar maupun

didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis. Dengan mengikuti

stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot dan

sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali

dengan kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan

aslinya.