Lp Fraktur

26
FRAKTUR A. DEFINSI Fraktur adalah hilangnya continuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang. Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur Cruris merupakan suatu isilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis. Atau persendian permukaaan kaki. (Buku Ajar Askep klien dengan gangguan musculoskeletal, Arif Muttaqin) B. ETIOLOGI Penyebab fraktur / patah tulang menurut (Long, 1996 : 367) adalah : 1. Benturan dan cedera (jatuh pada kecelakaan) 2. Fraktur patologik (kelemahan hilang akibat penyakit kanker,osteophorosis) 3. Patah karena letih 4. Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karenaberjalan terlalu jauh Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Cedera traumatic Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh : Laporan Pendahuluan Page 1

description

weerttyy

Transcript of Lp Fraktur

Page 1: Lp Fraktur

FRAKTUR

A. DEFINSI

Fraktur adalah hilangnya continuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun

sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang. Biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik.

Fraktur Cruris merupakan suatu isilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang biasanya

terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis. Atau persendian permukaaan kaki. (Buku Ajar

Askep klien dengan gangguan musculoskeletal, Arif Muttaqin)

B. ETIOLOGI

Penyebab fraktur / patah tulang menurut (Long, 1996 : 367) adalah :

1. Benturan dan cedera (jatuh pada kecelakaan)

2. Fraktur patologik (kelemahan hilang akibat penyakit kanker,osteophorosis)

3. Patah karena letih

4. Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karenaberjalan terlalu jauh

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Cedera traumatic

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulangsehingga tulang pata secara

spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada

kulit diatasnya.

b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya

jatuh dengan tangan berjulur danmenyebabkan fraktur klavikula.

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dariotot yang kuat.

2. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor

dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

Laporan Pendahuluan Page 1

Page 2: Lp Fraktur

a. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baruyang tidak terkendali dan

progresif.

b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai

salah satu proses yangprogresif, lambat dan sakit nyeri.

c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi

semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang

dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau

fosfat yang rendah.

3. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terusmenerus misalnya pada penyakit polio dan

orang yang bertugasdikemiliteran.

Etiologi Fraktur ada dua jenis, yaitu :

1. Trauma langsung: fraktur yang terjadi karena mendapat ruda paksa, kisalnya

benturan atau pukulan yang mengakibatkan patah tulang.

2. Trauma tidak langsung: bila fraktur terjadi, bagian tulang mendapat ruda

paksa dan mengakibatkan fraktur lain disekitar bagian yang mendapat ruda

paksa tersebut dan juga karena penyakit primer seperti osteoporosis dan

osteosarkoma.

Dari etiologi yang dapat menyebabkan fraktur dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan

fraktur terbuka. Pada fraktur tertutup akan terjadi kerusakan pada kanalis havers dan jaringan

lunak di area fraktur, akibat kerusakan jaringan tersebut akan terbentuk bekuan darah dan

benang-benang fibrin serta hematoma yang akan membentuk jaringan nekrosis. Maka terjadilan

respon informasi-informasi fibroblast dan kapiler-kapiler baru tumbuh dan membentuk jaringan

granulasi. Pada bagian ujung periosteum-periosteum, endosteum, dan sumsum tulang akan

mensuplai osteoblast, kemudian osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago, kartilago

hialin dan jaringan penunjang fibrosa. Selanjutnya akan dibentuk fiber-fiber kartilago dan

matriks tulang yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak, sehingga terjadi

osteogenesis dengan cepat sampai terbentuknya jaringan granulasi.

Sedangkan pada fraktur terbuka terjadi robekan pada kulit dan pembuluh darah, maka

terjadilah perdarahan, darah akan banyak keluar dari ekstravaskular dan terjadilah syok

hipovolemik, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah atau hipotensi. Syok hipovolemik

Laporan Pendahuluan Page 2

Page 3: Lp Fraktur

juga dapat menyebabakan cardiac output menurun dan terjadilah hipoksia. Karena hipoksia

inilah respon tubuh akan membentuk metabolisme anaerob adalah asam laktat, maka bila terjadi

metabolisme anaerob asam laktat dalam tubuh akan meningkat.

C. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala dari fraktur adalah sebagai berikut

1. Nyeri disebabkan patahan tulang yang merusak jaringan dan merangsang reseptor nyeri.

2. Kehiangan fungsi disebabkan karena otot rangka yang melekat pada tulang bergantung

pada integritas tulang.

3. Pemendekan tulang karena adanya kontraksi otot yang terletak diatas dan dibawah tempat

fraktur.

4. Pembengkakan karena adanya pendarahan dalam ataupun trauma disekitar lokasi fraktur.

5. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus

yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

6. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung bergerak

secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya.

Pergerseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat

maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas

normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot

bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.

D. KLASIFIKASI

(Menurut Brunner & Suddart)

1. Fraktur komplet, patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran (bergeer dari posisi normal). Frktur tidak komplet, patah hanya terjadi pada

sebagian dari garis tengah tulang.

2. Fraktur tertutup( fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit.

Laporan Pendahuluan Page 3

Page 4: Lp Fraktur

3. Fraktur terbuka ( fraktur komplikata atau kompleks) merupakan fraktur dengan luka pada

kulit atau membrane mukosa sampai dengan ke patah tulang. Fraktur terbuka digradasi

menjadi :

a. Grade I : dengan luka bersih kurang dari 1cm panjangya

b. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaingan lunak yang ekstrensif

c. Grade III : yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak

ekstensif, merupakan yang paling berat.

Fraktur juga digolongkon sesuai pergeseran anatomis fragen tulang adalah merupakan fraktur

bergesaer atau tidak bergeser.

1. Greenstick : fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainya membengkak

2. Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang

3. Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil

disbanding transversal)

4. Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang

5. Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

6. Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam ( sering terjadi pada tulang

tengkorak dan tulang wajah )

7. Kompresi : fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang)

8. Patologik : fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit

paget, metastasis tulang dan tumor)

9. Avulsi : tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya.

10. Epifiseal : Fraktur melalui epifisis

11. Impaksi : fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).

2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :

Laporan Pendahuluan Page 4

Page 5: Lp Fraktur

a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

korteks tulang).

b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).

3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).

b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).

c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan

tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).

4. Berdasarkan posisi fragmen :

a. Undisplaced (tidak bergeser)/ garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak

bergeser.

b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur

5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :

a. Tertutup

b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).

6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma

a. Garis patah melintang.

b. Oblik / miring

c. Spiral / melingkari tulang

d. Kompresi

e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.

7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :

a. Tidak adanya dislokasi.

b. Adanya dislokasi

8. Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :

Laporan Pendahuluan Page 5

Page 6: Lp Fraktur

a. Tipe Ekstensi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah

dalam posisi supinasi.

b. Tipe Fleksi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam

posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)

F. PENATALAKSANAAN FRAKTUR

1. Farmako

a. Metronidazol (Golongan antibakteria)

Sediaan :

1) Injeksi : 500 mg dalam vial 100 ml ,

2) Cairan oral : 200 mg/ 5 ml,

3) Supositoria : 500 mg; 1 g,

4) Tablet : 200- 500 mg

G. KOMPLIKASI

1. Komplikasi Awal

a. Syok. Syok hipovolemik atau traumatik, akibat perdarahan (baik kehilangan darah

eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan

yang rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, torak, pelvis, dan vertebra. Karena

tulang merupakan organ yang sangat vaskuler maka dapat terjadi kehilangan darah

dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma, khususnya pada fraktur femur dan

pelvis. Penanganan meliputi mempertahankan volume darah, mengurangi nyeri yang

di derita pasien, memasang pembebatan yang memadai dan melindungi pasien dari

cedera yang lebih lanjut.

b. Sindrom Emboli Lemak. Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis, fraktur multiple

atau cedera remuk, dapat terjadi emboli lemak khususnya pada dewasa muda (20 – 30

tahun). Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk ke dalam darah karena

tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin

yang dilepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan

memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

Laporan Pendahuluan Page 6

Page 7: Lp Fraktur

Dengan adanya emboli sistemik pasien nampak pucat, nampak ptekie pada membran

pipi dan kantung konjungtiva. Pada palatum durum, pada fundus okuli, dan diatas

dada atau lipatan ketiak depan. Lemak bebas dapat ditemukan dalam urin bila emboli

mencapai ginjal.

c. Sindrom Kompartemen. Sindrom kompratemen merupakan masalah yang terjadi saat

perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan.

2. Komplikasi Awal Lainnya. Tromboemboli, infeksi ( semua fraktur terbuka dianggap

mengalami kontaminasi ), dan koagulopati intravaskuler diseminata ( KID ) merupaka

kemungkinan komplikasi akibat fraktur

3. Komplikasi Lambat.

a. Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan. Penyatuan terlambat terjadi bila

penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan normal untuk jenis dan tempat fraktur

tertentu. Penyatuan terlambat mungkin berhubungan dengan infeksi sistemik dan

distraksi ( tarikan jauh ) framen tulang

b. Nekrosis Avaskuler Tulang. Nekrosis avaskuler terjadi bila tulang kehilangan

asupan darah dan mati. Dapat terjadi setelah fraktur ( khususnya pada kolum

femoris ), dislokasi, terapi kortikosteroid dosis-tinggi berkepanjangan, penyakit ginjal

kronik, anemia sel sabit, dan penyakit lain. Tulang yang mati mengalami kolaps atau

diabsorpsi dan diganti dengan tulang baru.

c. Reaksi Terhadap Alat Fiksasi Interna. Alat fiksasi interna biasanya diambil setelah

penyatuan tulang terlah terjadi, namun pada kebanyakan pasien alat tersebut tidak

diangkat sampai menimbulkan gejala. Nyeri dan penurunan fungsi merupakan

indikator utama telah terjadinya masalah.

Laporan Pendahuluan Page 7

Page 8: Lp Fraktur

H. PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR

1. Inflamasi ( sampai hari ke-5)

Pada fase ini area fraktur akan mengalami kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak,

pada 24 jam pertama akan membentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur

sehingga suplai darah ke area fraktur meningkat, kemudian akan membentuk hematoma sampai

berkembang menjadi jaringan granulasi.

2. Proliferasi Sel (hari ke-12)

3. Pembentukan Kalus (6-12 hari setelah cedera)

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain

sampai celah sudah terhubungkan

4. Osifikasi (sampai dengan minggu ke-12)

Pada fase ini prakalius mengalami pemadatan (ossificasi) sehingga terbentuk kalius-kalius

eksterna, interna dan intermedialis selain itu osteoblast terus diproduksi untuk pembentukan

kalius.

5. Remodelling (6-8 bulan) dan remodeling (6-12 bulan)

Pengkokohan atau persatuan tulang proporsional tulang ini akan menjalani transformasi

metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi.

Laporan Pendahuluan Page 8

Page 9: Lp Fraktur

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR CRURIS

A. PENGKAJIAN PASIEN

1. AKTIVITAS /ISTIRAHAT

Tanda : keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera

fraktur itu sendiri)

2. SIRKULASI

Tanda : hipertensi (kadang kadang terlihat sebagai respon terhadapnyeri atau ansietas)

atau hipotensi (kehilangan darah), Takikardia, dan pembengkakan jaringan atau massa

hematoma pada sisi cidera

3. NEUROSENSORI

Gejala : hilang gerakan/sensasi, spasme otot

Tanda : deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi

berderit), spasme otot, terlihat kelemahan dan agitasi

4. NYERI/KENYAMANAN

Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera , spasme atau kram otot

5. KEAMANAN

Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan warna dan pembengkakan

lokal

6. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

Gejala: lingkungan cedera

Pertimbangan rancana pemulangan : memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas

perawatan diri, dan tugas pemeliharaan perawatan rumah

Laporan Pendahuluan Page 9

Page 10: Lp Fraktur

B. BDIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi saraf,

cedera neuromuskular, trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder.

Tujuan : Nyeri berkurang, hilang atau teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi.

b. Mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri.

c. Klien tidak gelisah.

d. Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi.

Intervensi Rasional

MANDIRI

1. Kaji nyeri dengan skala 0 – 4. Nyeri merupakan respons subjektif yang dapat

dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien

melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat

cedera.

2. Atur posisi imobilisasi pada tungkai

bawah.

Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi

pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur

utama penyebab nyeri pada tungkai bawah.

3. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor

pencetus.

Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan,

ketegangan, suhu, distensi kandung kemih dan

berbaring lama.

4. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan

tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan

noninvasif.

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi

dan nonfarmakologi lainnya efektif dalam

mengurangi nyeri.

5. Ajarkan relaksasi : Teknik – teknik

mengurangi ketegangan otot rangka yang

dapat mengurangi intensitas nyeri dan

meningkatkan relaksasi masase.

Teknik ini akan melancarkan peredaran darah

sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi

dan nyeri berkurang.

6. Ajarkan metode distraksi selama nyeri

akut.

Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke

hal – hal yang menyenangkan.

Laporan Pendahuluan Page 10

Page 11: Lp Fraktur

7. Berikan kesempatan waktu istirahat bila

terasa nyeri dan berikan posisi yang

nyaman, misalnya waktu tidur, belakang

tubuh klien dipasang bantal kecil.

Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga

meningkatkan kenyamanan.

8. Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-

sebab nyeri dan hubungkan dengan berapa

lama nyeri akan berlangsung.

Pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri

membantu mengurangi nyeri. Hal ini dapat

membantu meningkatkan kepatuhan klien

terhadap rencana terapeutik.

9. Observasi tingkat nyeri dan respons

motorik klien 30 menit setelah pemberian

obat analgesik untuk mengkaji

efektivitasnya dan setiap 1 – 2 jam setelah

tindakan perawatan selama 1 – 2 hari.

Setelah melaksanakan pengkajian yang

optimal, perawat akan memperoleh data yang

objektif untuk mencegah kemungkinan

komplikasi dan melakukan intervensi yang

tepat.

KOLABORASI

10. Pemberian analgesik. Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga

nyeri akan berkurang.

11. Pemasangan gips spalk atau sirkuler. Gips spalk dapat menjaga kestabilan kontur

tulang tibia-fibula yang lemah karena adanya

fraktur. Gips sirkuler dapat menjaga hasil

reposisi yang diinginkan agar imobilisasi patah

tulang dapat optimal. Pemasangan gips dapat

menjaga proses imobilisasi sehingga

mengurangi pergerakan fragmen tulang dan

mengurangi nyeri.

12. Pemasangan traksi kulit. Traksi yang efektif akan memberikan dampak

pada penurunan pergeseran fragmen tulang dan

memberikan posisi yang baik untuk penyatuan

tulang.

13. Operasi untuk pemasangan fiksasi internal

atau fiksasi eksternal.

fiksasi internal dan fiksasi eksternal dapat

membantu proses imobilisasi fraktur kruris

sehingga pergerakan fragmen berkurang.

Laporan Pendahuluan Page 11

Page 12: Lp Fraktur

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang,

nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang, pemasangan fiksasi eksternal.

Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria Hasil :

a. Klien dapat ikut serta dalam program latihan.

b. Tidak mengalami kontraktur sendi.

c. Kekuatan otot bertambah.

d. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatan mobilitas.

Intervensi Rasional

MANDIRI

1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi

adanya peningkatan kerusakan. Kaji

secara teratur fungsi motorik.

Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam

melakukan aktivitas.

2. Atur posisi imobilisasi pada tungkai

bawah.

Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi

pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur

utama penyebab nyeri pada tungkai bawah.

3. Ajarkan klien melakukan latihan gerak

aktif pada ekstremitas yang tidak sakit.

Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan

kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi

jantung dan pernapasan.

4. Bantu klien melakukan latihan ROM dan

perawatan diri sesuai toleransi.

Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi

sesuai kemampuan.

KOLABORASI

5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk

melatih fisik klien.

Kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat

ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim

fisioterapi.

3. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik, pemasangan

fiksasi eksternal, pemasangan gips spalk dengan bebat.

Tujuan : Resiko trauma tidak terjadi.

Kriteria Hasil : Klien mau berpartisipasi dalam pencegahan trauma.

Laporan Pendahuluan Page 12

Page 13: Lp Fraktur

Intervensi Rasional

MANDIRI

1. Pertahankan imobilisasi pada tungkai

bawah.

Meminimalkan rangsang nyeri akibat

gesekan antara fragmen tulang dengan

jaringan lunak disekitarnya.

2. Bila klien menggunakan gips, pantau

adanya penekanan setempat dan sirkulasi

perifer.

Mendeteksi adanya sindrom

kompartemen dan menilai secara dini

adanya gangguan sirkulasi pada bagian

distal tungkai bawah.

3. Bila terpasang bebat, sokong fraktur

dengan bantal atau gulungan selimut untuk

mempertahankan posisi yang netral.

Mencegah perubahan posisi dengan

tetap mempertahankan kenyamanan

dan keamanan.

4. Evaluasi bebat terhadap resolusi edema. Bila fase edema telah lewat,

kemungkinan bebat menjadi longgar

dapat terjadi.

5. Pantau fiksasi eksternal : Evaluasi adanya

bagian tajam dari fiksasi eksternal.

Adanya bagian tajam pada fiksasi

eksternal memungkinkan trauma pada

kulit klien. Adanya bagian tajam dapat

dimanipulasi dengan memberikan

penumpul pada ujung – ujung bagian

yang tajam.

6. Jangan tutup fiksasi eksternal dengan

selimut atau kain.

Menghindari ketidaktahuan orang lain

terhadap adanya pemasangan fiksasi

eksternal pada klien.

7. Beritahukan pada klien agar tidak

menginjakkan kaki yang telah dipasang

fiksasi eksternal.

Mencegah terjadinya perubahan posisi

akibat pergerakan fragmen tulang dari

menahan berat tubuh.

8. Observasi adanya perdarahan atau

keluarnya cairan dari sela – sela fiksasi

eksternal.

Adanya perdarahan atau keluarnya

cairan dari sela – sela fiksasi eksternal

merupakan tanda – tanda adanya

pergerakan fragmen tulang.

Laporan Pendahuluan Page 13

Page 14: Lp Fraktur

9. Lakukan perawatan luka secara steril. Fiksasi eksternal mempunyai resiko

tinggi terhadap infeksi tulang karena

adanya hubungan langsung dari luar

tulang. Peran perawat dalam

melakukan perawatan luka secara steril

sangat penting dengan mengompreskan

larutan antiseptik di sekitar fiksasi

eksternal.

10. Ajarkan klien dan keluarga mengenai

perawatan fiksasi eksternal apabila pulang

ke rumah.

Pengetahuan yang diberikan dapat

mengurangi resiko trauma akibat

pemasangan fiksasi eksternal.

KOLABORASI

11. Kolaborasi pemberian obat antibiotik. Antibiotik bersifat bakterisidal /

bakteriostatik untuk membunuh /

menghambat perkembangan kuman.

12. Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera

jaringan (peradangan lokal/sistemik,

seperti peningkatan nyeri, edema, dan

demam).

Menilai perkembangan masalah klien.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entree luka operasi atau

luka terbuka di tungkai bawah.

Tujuan : Dalam 3 x 24 jam pascaoperasi atau setelah patah tulang terbuka, infeksi tidak

terjadi.

Kriteria Hasil :

a. Klien mengenal faktor-faktor resiko

b. Klien mengenal tindakan pencegahan/mengurangi faktor resiko infeksi

c. Klien menunjukkan/mendemonstrasikan teknik – teknik untuk meningkatkan

lingkungan yang aman.

Laporan Pendahuluan Page 14

Page 15: Lp Fraktur

Intervensi Rasional

MANDIRI

1. Kaji dan pantau luka operasi setiap hari. Mendeteksi secara dini gejala-gejala inflamasi

yang mungkin timbul sekunder akibat adanya

luka pasca operasi.

2. Lakukan perawatan luka secara steril. Teknik perawatan luka secara steril dapat

mengurangi kontaminasi kuman.

3. Pantau dan batasi kunjungan. Mengurangi resiko kontak infeksi dari orang

lain.

4. Bantu perawatan diri dan keterbatasan

aktivitas sesuai toleransi. Bantu program

latihan.

Menunjukkan kemampuan secara umum dan

kekuatan otot serta merangsang pengembalian

sistem imun.

KOLABORASI

5. Berikan antibiotik sesuai indikasi. Satu atau beberapa agens diberikan yang

bergantung pada sifat patogen dan infeksi yang

terjadi.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular dan

penurunan kekuatan tungkai bawah.

Tujuan : Perawatan diri klien dapat terpenuhi.

Kriteria Hasil :

a. Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri.

b. Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.

c. Mengidentifikasi individu/masyarakat yang dapat membantu.

Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan

dalam skala 0-4 untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari.

Membantu dalam mengantisipasi dan

merencanakan pertemuan untuk kebutuhan

individual.

2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan

klien dan bantu bila perlu.

Hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan

menjaga harga diri klien karena klien dalam

Laporan Pendahuluan Page 15

Page 16: Lp Fraktur

keadaan cemas dan membutuhkan bantuan

orang lain.

3. Ajak klien untuk berpikir positif terhadap

kelemahan yang dimilikinya. Berikan

klien motivasi dan izinkan klien

melakukan tugas dan berikan umpan balik

positif atas usahanya.

Klien memerlukan empati. Perawat perlu

mengetahui perawatan yang konsisten dalam

menangani klien. Intervensi tersebut dapat

meningkatkan harga diri, memandirikan klien,

dan menganjurkan klien untuk terus mencoba.

4. Rencanakan tindakan untuk mengurangi

pergerakan pada sisi tungkai bawah yang

sakit, seperti tempatkan makanan dan

peralatan dalam suatu tempat yang

berlawanan dengan sisi yang sakit.

Klien akan lebih mudah mengambil peralatan

yang diperlukan karena lebih dekat dengan

lengan yang sehat.

5. Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan

minum dan meningkatkan latihan.

Meningkatkan latihan dapat membantu

mencegah konstipasi.

6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, akan menjalani operasi, status

ekonomi, dan perubahan fungsi peran.

Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

a. Klien mengenal perasaannya.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya.

c. Klien menyatakan ansietas berkurang atau hilang.

Intervensi Rasional

1. Kaji tanda verbal dan nonverbal ansietas,

dampingi klien, dan lakukan tindakan bila

klien menunjukkan perilaku merusak.

Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan

rasa agitasi, marah dan gelisah.

2. Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,

menurunkan kerjasama, dan mungkin

memperlambat penyembuhan.

3. Mulai lakukan tindakan untuk mengurangi Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak

Laporan Pendahuluan Page 16

Page 17: Lp Fraktur

ansietas. Beri lingkungan yang tenang dan

suasana penuh istirahat.

perlu.

4. Tingkatkan kontrol sensasi klien. Kontrol sensasi klien (dalam mengurangi

ketakutan) dengan cara memberikan informasi

tentang keadaan klien, menekankan

penghargaan terhadap sumber-sumber koping

(pertahanan diri) yang positif, membantu

latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan,

serta memberikan umpan balik yang positif.

5. Orientasikan klien terhadap tahap-tahap

prosedur operasi dan aktivitas yang

diharapkan.

Orientasi tahap-tahap prosedur operasi dapat

mengurangi ansietas.

6. Beri kesempatan klien untuk

mengungkapkan ansietasnya.

Dapat menghilangkan ketegangan terhadap

kekhawatiran yang tidak diekspresikan.

7. Beri privasi pada klien dan orang terdekat. Memberi waktu untuk mengekspresikan

perasaan serta menghilangkan ansietas dan

perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-

teman yang dipilih klien untuk melakukan

aktivitas dan pengalihan perhatian

(mis.membaca) akan mengurangi perasaan

terisolasi.

Laporan Pendahuluan Page 17