Lp Askep Fraktur

24
BAB I KONSEP MEDIS A. Pendahuluan 1. Pengertian Fraktur a. Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Sjamsuhidajat R., 1997) b. Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.(Price and Wilson, 2006). c. Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas tulang dan tulang rawan (Mansjoer,dkk, 2000) 2. Penyebab patah tulang (Barbara, 1999) a.Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar daripada daya tahan tulang, seperti benturan dan cedera. b.Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur patologi yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis. 3. Jenis-jenis fraktur (Smeltzer and Bare, 2003)

Transcript of Lp Askep Fraktur

Page 1: Lp Askep Fraktur

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Pendahuluan

1. Pengertian Fraktur

a. Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Sjamsuhidajat R.,

1997)

b. Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik.(Price and Wilson, 2006).

c. Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas tulang dan tulang rawan

(Mansjoer,dkk, 2000)

2. Penyebab patah tulang (Barbara, 1999)

a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar

daripada daya tahan tulang, seperti benturan dan cedera.

b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur patologi

yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis.

3. Jenis-jenis fraktur (Smeltzer and Bare, 2003)

a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan

biasanya megalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).

b. Fraktur Tidak komplit (inkomplit) adalah patah yang hanya terjadi

pada sebagian dari garis tengah tulang.

c. Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit

d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur

dengan luka pada kulit atau mebran mukosa sampai ke patahan kaki.

1) Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu :

Derajat I :

Luka < 1 cm

Page 2: Lp Askep Fraktur

Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka

remuk

Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif

ringan

Kontaminasi minimal

Derajat II :

laserasi > 1 cm

Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse

Fraktur kominutif sedang

Kontaminasi sedang

Derajat III :

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi

struktur kulit, otot. dan neurovascular serta kontaminasi

derajat tinggi. Fraktur derajat tiga terbagi atas :

Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,

meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulse atau fraktur

segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma

berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.

Kehilangann jaringan lunak dengan fraktur tulang yang

terpapar atau kontaminasi massif.Luka pada pembuluh

arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat

kerusakan jaringan lunak.

e. Sesuai pergerseran anatomisnya fraktur dibedakan menjadi tulang

bergeser/tidak bergeser. Jenis khusus fraktur dibagi menjadi:

1) Greensick, fraktur dimana salah satu sisi tulang

patah sedang sisi lainnya membengkok.

2) Transversal, fraktur sepanjang garis tengah

tulang.

Page 3: Lp Askep Fraktur

3) Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis

tengah tulang (lebih tidak stabil dibanding

transversal).

4) Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.

5) Kominutif, fraktur dengan tulang pecah menjadi

beberapa fragmen.

6) Depresi, fraktur dengan fragmen patahan

terdorng ke dalam (sering terjadi pada tulang

tengkorak dan tulang wajah).

7) Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami

kompresi (terjadi pada tulang belakang).

8) Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah

tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit Paget,

metastasi tulang, tumor).

9) Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen

atau tendo pada perlengkatannya.

10) Epfiseal, fraktur melalui epifisis

11) Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang

terdorong ke fragmen tulang lainnya.

B. Definisi Fraktur Femur

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang

dapat disebabkan oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari

ketinggian), kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi

tulang/osteoporosis. Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul

dan kapsula.

a. Melalui kepala femur (capital fraktur)

b. Hanya di bawah kepala femur

c. Melalui leher dari femur

Page 4: Lp Askep Fraktur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;

a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih

besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci

di bawah trokhanter kecil.

C. Etiologi

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga,

yaitu:

1. Cedera traumatic

a) cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang

patah secara spontan

b) cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari

benturan, misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan

fraktur klavikula.

c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.

2. Fraktur patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan

trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada

keadaan :

a) Tumor tulang (jinak atau ganas)

b) Infeksi seperti osteomielitis

c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi

vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain.

3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus

misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.

D. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya

pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila

Page 5: Lp Askep Fraktur

tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,

maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau

terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi

fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,

dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena

kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.

Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang

mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang

ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel

darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang (Black, J.M, et al,

1993).

E. Manifestasi Klinik (Mansjoer,dkk, 2000)

Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan

tanda functio laesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas

angulasi ke lateral atau angulasi ke anterior. Ditemukan adanya perpendekan

tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat pemeriksaan harus

diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya

ligamentum didaerah lutut. Selain itu periksa juga nervus siatika dan arteri

dorsalis pedis

F. Komplikasi (Mansjoer,dkk, 2000)

Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan emboli

lemak. Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non-

union, malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan saraf perifer

akibat traksi yang berlebihan.

G. Penatalaksanaan

Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis

Page 6: Lp Askep Fraktur

Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen

tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.

Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan

imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot

yang terjadi.

Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang

direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup,

plat, paku atau batangan logam yang dapat digunakan untuk

mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai

penyembuhan tulang yang solid terjadi.

imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi

penyembuhan. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus

diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang

benar sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi

pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau

fiksator eksterna. Sedangkan fiksasi interna dapat digunakan implant

logam yang dapat berperan sebagai bidai interna untuk

mengimobilisasi fraktur.

Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah

dilakukan reduksi dan imobilisasi.

H. Pemeriksaan penunjang

1. X.Ray

2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

4. CCT kalau banyak kerusakan otot.

BAB II

Page 7: Lp Askep Fraktur

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

1. Data Biografi

Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, agama, penaggung jawab,

status perkawinan.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat medis dan kejadian yang lalu

b. Riwayat kejadian cedera kepala, seperti kapan terjadi dan penyebab

terjadinya

c. Penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang lainnya.

3. Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas/istirahat

Tanda: Keterbatasab/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin

segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari

pembengkakan jaringan, nyeri).

b. Sikulasi

Tanda: Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap

nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah).

Takikardia (respon stres, hipovolemia).

Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian

kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena.

Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.

c. Neurosensori

Gejala: hilang gerakan/sensasi, spasme otot, kebas/kesemutan (parestesis).

Tanda: deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi

(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.

Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma

lain).

d. Nyeri/kenyamanan

Page 8: Lp Askep Fraktur

Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada

area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi),

tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf.

Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)

e. Keamanan

Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.

Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-

tiba).

4. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan Ronsen : menentukan lokasi/luasnya fraktur femur/trauma.

b. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga

dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal

setelah trauma.

e. Kreatinin : trauma otot mungkin meningkatkan beban kreatininuntuk

klirens ginjal.

f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi

multipel, atau cedera hati.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen

tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress,

ansietas.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status

metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat

luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat

jaringan nekrotik.

Page 9: Lp Askep Fraktur

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan,

kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan

kekuatan/tahanan.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi

tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi

pembedahan.

5. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah

interpretasi informasi.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan

post op frakture meliputi :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen

tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress,

ansietas.

Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil : Nyeri berkurang atau hilang, Klien tampak tenang.

Intervensi dan Implementasi:

a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga

R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif

b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri

R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri

c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri

R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang

nyeri.

d. Observasi tanda-tanda vital.

R/ untuk mengetahui perkembangan klien

e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik

Page 10: Lp Askep Fraktur

R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi

untuk memblok stimulasi nyeri.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status

metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh

terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit

buruk, terdapat jaringan nekrotik.

Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus., luka bersih tidak

lembab dan tidak kotor, Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat

ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi

a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.

R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam

melakukan tindakan yang tepat.

b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka

R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah

intervensi.

c. Pantau peningkatan suhu tubuh.

R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya

proses peradangan.

d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa

kering dan steril, gunakan plester kertas.

R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan

mencegah terjadinya infeksi.

e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya

debridement.

R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas

pada area kulit normal lainnya.

f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.

Page 11: Lp Askep Fraktur

R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi

parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.

g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada

daerah yang berisiko terjadi infeksi.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan,

kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan

kekuatan/tahanan.

Tujuan : Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil : penampilan yang seimbang, melakukan pergerakkan dan

perpindahan., mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi,

dengan karakteristik :

0 : mandiri penuh

1 : memerlukan alat bantu

2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan,

pengawasan, dan pengajaran

3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu

4 : ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi dan Implementasi :

a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena

ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

Page 12: Lp Askep Fraktur

e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan

mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi

tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi

pembedahan.

Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.

Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. Luka bersih tidak

lembab dan tidak kotor. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat

ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi :

a. Pantau tanda-tanda vital.

R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh

meningkat.

b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik

R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.

c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter,

drainase luka, dll.

R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti

Hb dan leukosit.

R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi

akibat terjadinya proses infeksi.

e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

f. R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

5. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah

interpretasi informasi.

Page 13: Lp Askep Fraktur

Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur

dan proses pengobatan.

Kriteria Hasil :

Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu

tindakan.

memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam

regimen perawatan.

Intervensi dan Implementasi:

a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan

keluarga tentang penyakitnya.

b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya

sekarang.

R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan

keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.

R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.

d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah

diberikan.

e. R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai

keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: Lp Askep Fraktur

Barbara, C. B., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume I, EGC: Jakarta.

Doenges, dkk, (2005). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta

Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi 6. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta

Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC: Jakarta

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 15: Lp Askep Fraktur

FRAKTUR FEMUR

FERY RAHMAN ARSYADC 121 07 041

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2011