Open Fraktur

24
A. PENDAHULUAN Trauma merupakan suatu cedera atau rupadaksa yang dapat mencederai fisik maupun psikis. Trauma jaringan lunak muskuloskeletal dapat berupa vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio), regangan atau robekan parsial (sprain), putus atau robekan (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah dan gangguan saraf. 1 Cedera pada tulang menimbulkan patah tulang (fraktur) dan dislokasi. Fraktur juga dapat terjadi di ujung tulang dan sendi (intra-artikuler) yang sekaligus menimbulkan dislokasi sendi. Fraktur ini juga disebut fraktur dislokasi. 1 Insiden fraktur secara keseluruhan adalah 11,3 dalam 1.000 per tahun. Insiden fraktur pada laki-laki adalah 11.67 dalam 1.000 per tahun, sedangkan pada perempuan 10,65 dalam 1.000 per tahun.2 Insiden di beberapa belahan dunia akan berbeda. Hal ini mungkin disebabkan salah 1

Transcript of Open Fraktur

Page 1: Open Fraktur

A. PENDAHULUAN

Trauma merupakan suatu cedera atau rupadaksa yang dapat mencederai fisik

maupun psikis. Trauma jaringan lunak muskuloskeletal dapat berupa vulnus (luka),

perdarahan, memar (kontusio), regangan atau robekan parsial (sprain), putus atau

robekan (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah dan gangguan saraf. 1

Cedera pada tulang menimbulkan patah tulang (fraktur) dan dislokasi. Fraktur

juga dapat terjadi di ujung tulang dan sendi (intra-artikuler) yang sekaligus

menimbulkan dislokasi sendi. Fraktur ini juga disebut fraktur dislokasi.1

Insiden fraktur secara keseluruhan adalah 11,3 dalam 1.000 per tahun. Insiden

fraktur pada laki-laki adalah 11.67 dalam 1.000 per tahun, sedangkan pada

perempuan 10,65 dalam 1.000 per tahun.2 Insiden di beberapa belahan dunia akan

berbeda. Hal ini mungkin disebabkan salah satunya karena adanya perbedaan status

sosioekonomi dan metodologi yang digunakan di area penelitian.1,2

Prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah rekognisi (mengenali),

reduksi (mengembalikan), retaining (mempertahankan), dan rehabilitasi.1

Agar penanganannya baik, perlu diketahui kerusakan apa saja yang terjadi,

baik pada jaringan lunaknya maupun tulangnya. Mekanisme trauma juga harus

diketahui, apakah akibat trauma tumpul atau tajam, langsung atau tak langsung.1

Reduksi berarti mengembalikan jaringan atau fragmen ke posisi semula

(reposisi). Dengan kembali ke bentuk semula, diharapkan bagian yang sakit dapat

1

Page 2: Open Fraktur

berfungsi kembali dengan maksimal. Retaining adalah tindakan mempertahankan

hasil reposisi dengan fiksasi (imobilisasi). Hal ini akan menghilangkan spasme otot

pada ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih nyaman dan sembuh lebih cepat.

Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak yang sakit agar dapat

berfungsi kembali.1,2

B. GAMBARAN UMUM FRAKTUR

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat

total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Terjadinya suatu fraktur

lengkap atau tidak lengkap ditentukan oleh kekuatan, sudut dan tenaga, keadaan

tulang, serta jaringan lunak di sekitar tulang.3

Secara umum, keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan

sebagai fraktur terbuka, fraktur tertutup dan fraktur dengan komplikasi. Fraktur

tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga

tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan/dunia luar. Fraktur terbuka adalah

fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan

jaringan lunak, dapat terbentuk dari dalam maupun luar. Fraktur dengan komplikasi

adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi seperti malunion, delayed union,

nounion dan infeksi tulang.4

2

Page 3: Open Fraktur

3

Page 4: Open Fraktur

Patah tulang terbuka menurut Gustillo dibagi menjadi tiga derajat, yang

ditentukan oleh berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi. Tipe I: luka kecil

kurang dari 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak terdapat tanda-tanda

trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat simpel,

tranversal, oblik pendek atau komunitif. Tipe II: laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi

tidak terdapat kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan

yang sedang dan jaringan. Tipe III: terdapat kerusakan yang hebat pada jaringan

lunak termasuk otot, kulit dan struktur neovaskuler dengan kontaminasi yang hebat.

Dibagi dalam 3 sub tipe lagi tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang

patah, tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan janingan lunak, tulang tidak dapat

di tutup jaringan lunak dan tipe IIIC : disertai cedera arteri yang memerlukan repair

segera.4,5

Menurut Apley Solomon fraktur diklasifikasikan berdasarkan garis patah

tulang dan berdasarkan bentuk patah tulang. Berdasarkan garis patah tulangnya:

greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok,

transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang, spiral, yaitu fraktur yang

mengelilingi tungkai/lengan tulang, obliq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring

membentuk sudut melintasi tulang. Berdasarkan bentuk patah tulangnya, komplet,

yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan fragmen tulang

biasanya tergeser, inkomplet, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi

tulang, fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana tulang terdorong ke arah permukaan

tulang lain avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligament, communited

4

Page 5: Open Fraktur

(segmental), fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa bagian. simple, fraktur

dimana tulang patah dan kulit utuh, fraktur dengan perubahan posisi, yaitu ujung

tulang yang patah berjauhan dari tempat yang patah, fraktur tanpa perubahan posisi,

yaitu tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal, fraktur komplikata, yaitu

tulang yang patah menusuk kulit dan tulang terlihat. 4,5

Berdasarkan lokasinya fraktur dapat mengenai bagian proksimal (plateau), diaphyseal

(shaft), maupun distal. Berdasarkan proses osifikasinya, tulang panjang tediri dari

diafisis (corpul/shaft) yang berasal dari pusat penulangan sekunder. Epifisis, terletak

di ujung tulang panjang. Bagian dari diafisis yang terletak paling dekat dengan

epifisis disebut metafisis, yaitu bagian dari korpus yang melebar. Fraktur dapat terjadi

pada bagian-bagian tersebut.4,5

FRAKTUR TERBUKA

Defenisi Fraktur terbuka

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan

atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma

yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak

langsung. Dimana trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan

terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma

dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan

tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya

jaringan lunak tetap utuh.2

5

Page 6: Open Fraktur

Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan

lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul

komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam

keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau

trauma langsung.6

Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan

penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah

infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota

gerak. beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur

terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman

yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini

serta pemberian antibiotik yang adekuat.6

Patah tulang terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang yang

bersangkutan sedang atau pernah berhubungan dunia luar.2

Penyebab dari Fraktur terbuka adalah Trauma langsung: benturan pada tulang

dan mengakibatkan fraktur pada tempat itu Trauma tidak langsung: bilamana titik

tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.2,6

Etiologi dan patofisiologi

Penyebab dari Fraktur terbuka adalah Trauma langsung: benturan pada tulang dan

mengakibatkan fraktur pada tempat itu Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul

benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.6

Sedangkan Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena :

6

Page 7: Open Fraktur

penyebab rudapaksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang.

Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.

Klasifikasi Fraktur Terbuka

Klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990) :6

Tipe I

Luka kecil kurang dr 1cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen

tulang yang menembus kulit. terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat

tanda2 trauma yang hebat pada jaringan lunak. fraktur yang terjadi biasanya bersifat

simple, transversal, oblik pendek atau sedikit komunitif.

Tipe II

Laserasi kulit melebihi 1cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau

avulsi kulit. terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikit kontaminasi

fraktur.

Tipe III

Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur

neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. tipe ini biasanya di sebabkan oleh

karena trauma dengan kecepatan tinggi.

Tipe IIIa

7

Page 8: Open Fraktur

Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang

hebat ataupun adanya flap. fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat

Tipe IIIb

Fraktur di sertai dengan trauma yang hebat dengan kerusakan dan kehilangan

jaringan, terdapat pendorongan periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebatserta

fraktur komunitif yang hebat.

Tipe IIIc

Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan

tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.

8

Page 9: Open Fraktur

DIAGNOSIS

Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian

tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi

muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan

neurovaskuler. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnose fraktur dapat

ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya belum dapat ditentukan.3,4,5

Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian)

dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat cedera atau

fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia

konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.

Pada pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal penting, yakni inspeksi / look:

deformitas (angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan), bengkak. Palpasi / feel

(nyeri tekan, krepitasi). Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu

diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi

persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan

krepitasi. Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi arteri, warna

kulit, pengembalian cairan kapiler, sensasi. Pemeriksaan gerakan / moving dinilai

apakah adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang berdekatan dengan lokasi

fraktur. Pemeriksaan trauma di tempat lain meliputi kepala, toraks, abdomen, pelvis.

Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut

protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation.4

9

Page 10: Open Fraktur

Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat

disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis.4

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain laboratorium meliputi

darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa 1,3

Pemeriksaan radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two: dua

gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral, memuat dua sendi di proksimal dan distal

fraktur, memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan

yang tidak terkena cedera (pada anak) dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan

sesudah tindakan.2,3

Penanganan Fraktur Terbuka

Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur tebuka:2,6

1. obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan.

2. adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat

menyebabkan kematian.

3. berikan antibiotic dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah

operasi.

4. segera dilakukan debrideman dan irigasi yang baik

5. ulangi debrideman 24-72 jam berikutnya

6. stabilisasi fraktur.

7. biarkan luka tebuka antara 5-7 hari

8. lakukan bone graft autogenous secepatnya

10

Page 11: Open Fraktur

9. rehabilitasi anggota gerak yang terkena

TAHAP-TAHAP PENGOBATAN FRAKTUR TERBUKA 6

1. pembersihan luka

pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara

mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat.

2. eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)

semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat

pembenihan bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan

subkutaneus, lemak, fascia, otot dan fragmen2 yang lepas

3. pengobatan fraktur itu sendiri

fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu fraksi skeletal atau reduksi terbuka

dengan fiksasi eksterna tulang. fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan

fiksasi eksterna.

4. penutupan kulit

apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari

terjadinya kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. hal ini dilakukan apabila

penutupan membuat kulit sangat tegang. dapat dilakukan split thickness skin-graft

11

Page 12: Open Fraktur

serta pemasangan drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada

luka yang dalam. luka dapat dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih

dari 10 hari. kulit dapat ditutup kembali disebut delayed primary closure. yang perlu

mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak dipaksakan yang mengakibatkan

sehingga kulit menjadi tegang.

5. pemberian antibiotic

pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. antibiotik diberikan dalam

dosis yang adekuat sebelum, pada saat dan sesuadah tindakan operasi

6. pencegahan tetanus

semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. pada

penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi

bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin (manusia)

Komplikasi Fraktur Terbuka

1. perdarahan, syok septik sampai kematian

2. septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik

3. tetanus

4. gangrene

5. perdarahan sekunder

12

Page 13: Open Fraktur

6. osteomielitis kronik

7. delayed union

8. non union dan malunion

9. kekakuan sendi

10. Komplikasi lain oleh karena perawatan yang lama

Prognosis Fraktur Terbuka

            Semua patah  tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Dengan terbukanya

barier jaringan lunak, maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya infeksi.

Seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka, luka yang terjadi

masih dalam stadium kontaminasi (golden periode) dan setelah waktu tersebut, luka

berubah menjadi luka infeksi.

Oleh karena itu penanganan patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden

periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang terbuka tercapai

walaupun ditinjau dari segi prioritas penanganannya, tulang secara primer menempati

urutan prioritas ke 6.4

KESIMPULAN

Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan

lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul

komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam

13

Page 14: Open Fraktur

keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau

trauma langsung.

Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan

penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah

infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota

gerak. beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur

terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman

yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini

serta pemberian antibiotik yang adekuat.

Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena penyebab rudapaksa

merusak kulit, jaringan lunak dan tulang atau Fragmen tulang merusak jaringan lunak

dan menembus kulit. Klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan

Templeman (1990).

Semua patah  tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Karena itu

penanganan patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui

agar sasaran akhir penanganan patah tulang terbuka tercapai.

14

Page 15: Open Fraktur

DAFTAR PUSTAKA

1. Helmi ZN. Buku Ajar GANGGUAN MUSKULOSKELETAL. Jakarta: Salemba

Medika. 2011. p411-55

2. Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM. Rockwood & Green's Fractures in

Adults, 6th Edition. USA: Maryland Composition. 2006. p80-331

3. Sjamsuhidayat, de Jong. BUKU AJAR ILMU BEDAH EDISI 3. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran ECG. 2011. p959-1083

4. Salter RB. Textbook Disorders and Injuries of The Muskuloskeletal System Third

Edition. USA: Lippincott Williams and Wilkins. 1999. p417-498

5. Nayagam S. Principles of Fractures. Dalam: Solomon L, Warwick D, Nayagam S.

Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition. London: Hodder

Education. 2010. p687-732

6. Rasjad, Ch. Pengantar ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yasrif Watampone.2012.

p 332-345.

15