Osteoporosis

download Osteoporosis

of 13

description

tutorial

Transcript of Osteoporosis

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang PermasalahanOsteoporosis dan penyakit jantung adalah gangguan kesehatan yang kerap muncul di usia 35+. Cara terbaik untuk menyiasatinya adalah dengan mencegah gangguan itu sejak dini. Salah satu cara efektif yang bisa dilakukan, adalah rajin mengkonsumsi vitamin dan mineral yang tepatProses menurunkan kepadatan tulang secara perlahan ini seringkali tidak menimbulkan gejala. Itu sebabnya osteoporosis disebut the silent disease. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi sangat rapuh bahkan hancur, akan timbul nyeri dan kelainan bentuk tulang.Osteoporosis tersebar diseluruh dunia dan prevalensinya terdapat pada 200 juta wanita diseluruh dunia dan sekitar 1/3 diantaranya berusia antara 60-70 tahun serta 2/3 berusia diatas 80 tahun. Di Amerika serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, satu diantara 2-3 wanita postmenopause dan lebih dari 50% penduduk diatas 75-80 tahun menderita osteoporosis. Pada pasien tersebut 1,5 juta mengalami fraktur tulang femur bagian proksimal sebanyak 250.000 pasien dan fraktur vertebra sebanyak 500.000 pasien. Sedangkan terbanyak adalah fraktur panggul menimbulkan kematian sebanyak 10-15%.Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan mengikuti pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian korteks serta pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak normal. Titik kritis proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang tersebut sudah sedemikian berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka terhadap trauma mekanis dan akan mengakibatkan terjadinya fraktur. Saat-saat inilah merupakan masalah bagi para klinisi. Bagian-bagian tubuh yang sering mengalami fraktur pada kasus osteoporosis adalah : vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal

B. Rumusan Permasalahan1. Bagaimana definisi dari osteoporosis?2. Apa etiologi osteoporosis?3. Bagaimana klasifikasi osteoporosis?4. Bagaimana manifestasi klinis osteoporosis?5. Bagaimana diagnosis banding dan diagnosis osteoporosis?6. Bagaimana penatalaksanaan osteoporosis?C. Tujuan Permasalahan1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dari osteoporosis.2. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi osteoporosis.3. Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi osteoporosis.4. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis osteoporosis.5. Mahasiswa dapat menjelaskan diagnosis banding dan diagnosis osteoporosis.6. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan osteoporosis.D. Manfaat PermasalahanDalam skenario 3 dalam blok sistem muskuloskeletal menjelaskan tentang terjadinya osteoporosis dengan itu untuk diambil manfaat yaitu :1. Mengetahui definisi dan etiologi osteoporosis.2. Mengetahui manifestasi dan gambaran klinis osteoporosis.3. Mengetahui diagnosis dan cara penatalaksanaan osteoporosis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKADefinisiOsteoporosis didefinisikan sebagai penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan penurunan massa tulang dan perubahan mikroarsitektural jaringan tulang yang mengakibatkan peningkatan fragilitas dan risiko terjadinya fraktur (Dorland,W.A,dkk. 2002), osteoporosis tersebut juga sebagai penyakit metabolik tulang yang ditandai dengan penurunan kekuatan tulang pada orang tertentu yang akan meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Kekuatan tulang ini mencakup kesatuan dari densitas dan kualitas tulang.EtiologiKecepatan pembentukan tulang berkurang secara progresif seiring degan penuaan seseorang, yang dimulaipada usia sekitar 30 atau 40. Apabila tulang semakin padat sebelum usia tersebut, semakin kecil kemungkinan timbul osteoporosis. Pada usia 70-an atau 80-an tahun osteoporosis adalah penyakit yang sering ditemukan. Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. (Corwin, E. 2000)Faktor faktor resiko yang mempengaruhi :1. Jenis kelamin : wanita lebih resiko mengalami osteoporosis karena wanita memiliki jaringan tulang yang kurang dan kehilangan tulang lebih cepat dibandingkan pria oleh karena perubahan yang terjadi terkait menopause.2. Usia : semakin tua usia, resiko terkena osteoporosis semakin besar. Tulang menjadi lebih tipis dan lemah seperti bertambahnya usia.3. Ukuran tubuh : wanita dengan tulang yang tipis dan kecil memiliki resiko yang lebih besar4. Ras : wanita Asia dan Kaukasia memiliki resiko yang paling tinggi. Wanita Afro - Amerika dan Hispanik memiliki resiko yang lebih rendah akan tetapi resiko yang signifikan.5. Sejarah keluarga : resiko fraktur dapat terjadi karena bagian dari keturunan, yang memiliki orang tua dengan sejarah terjadinya fraktur, kemungkinan juga akan terjadi penurunan massa tulang dan beresiko terjadi fraktur(Mansjoer A. 2000)Klasifikasi Osteoporosis dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :1. Osteoporosis primer (osteoporosis post menopause)Didapatkan pada wanita yang sudah menopause, Setelah menopause maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada dekade awal setelah menopause2. Osteoporosis sekundera. Osteoporosis senile.kemungkinan terjadi akibat berkurangnya kalsium dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang barub. Osteoporosis idiopatikOsteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui.(Sudoyo, A,W. dkk. 2006)Manifestasi klinisOsteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Beberapa penderita tidak memiliki gejala, hal ini disebabkan karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa fraktur osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada punggung dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut dan sering menyebar kesekitar pinggang hingga kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit gerakan misalnya berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidaur dapat meringankan nyeri untuk sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus. (Robbins, S.L, dkk. 2007)Diagnosis bandingDiagnosis banding untuk osteoporosis :1. Osteomalasia : mungkin asimtomatik sampai terjadi fraktur. Sering terjadi kolaps vertebrae.2. Rakhitis : ditandai oleh deformasi tulang permanen termasuk tungkai yang melengkung.(Sudoyo, A,W. dkk. 2006)DiagnosisDiagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada rasa nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut. Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang, nyeri spinal. Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan.Khususnya pada wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di daerah tulang dan sendi dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi estrogen.Sebagai thief in the night--pencuri malam hari, osteoporosis tidak memiliki keluhan spesifik. Keluhan akan dirasakan bila tulang sudah mengalami fraktur yang akan menyebabkan rasa nyeri, deformitas, serta gangguan fungsi. Anamnesis terperinci tentang faktor risiko yang mungkin dimiliki pasien sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Analisis faktor risiko ini penting untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan pemeriksaan densitas mineral tulang (BMD) yang merupakan modalitas diagnosis yang utama dalam menegakkan diagnosis. (Corwin, E. 2000)Untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Pemeriksaan yang paling akurat adalah DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini aman dan tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat berguna untuk:1. wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis2. penderita yang diagnosisnya belum pasti3. penderita yang hasil pengobatannya harus dinilai secara akurat.Penilaian langsung densitas tulang untuk mengetahui ada/tidaknya osteoporosis dapat dilakukan secara:1. Radiologik2. Radioisotop3. QCT (Quantitative Computerised Tomography)4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)5. QUS (Quantitative Ultrasound)6. Densitometer (X-ray absorpmetry)(Sudoyo, A,W. dkk. 2006)PenatalaksanaanTujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung.Tambahan fluorida bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan.Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik. (Mansjoer A. 2000.)Pencegahan Pencegahan osteoporosis meliputi:1. Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup2. Melakukan olah raga dengan beban, akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang3. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu).4. Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium.

BAB IIIPEMBAHASANDalam skenario 3 ini membahas tentang Osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang. Sehingga penderita jika terkena trauma yang lemah dapat menyebabkan fraktur pada daerah trauma tersebut.Dalam skenario pasien seorang wanita bernama Eyang Neli, berumur 76 tahun yang mengalami masa menopause sejak umur 39 tahun. Menopause adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Di identifikasi beliau mengalami menopause dini, masa menopause normal 50 tahun. Eyang Neli mengalami menopause dini/perimenopause kemungkinan karena beberapa penyebab di bawah ini, yaitu :1. Penyakit seperti tuberkulosis pada ovarium atau kanker ovariumBila akibat penyakit, ovarium atau indung telur ini harus diangkat maka dapat menyebabkan gangguan hormonal. Karena, indung telur yang bertugas memproduksi estrogen.2. Gaya hidup yang salahBanyak kaum wanita yang ingin langsing secara instan, minum obat-obatan atau jamu-jamu pelangsing tanpa pengawasan dari dokter."Padahal, kandungan obat atau jamu itu tidak diketahui,'' sesalnya saat ditemui di Rumah Bersalin YPK Theresia, Jakarta Pusat. Dampak dari kebiasaan itu, bila tanpa pengawasan dokter, umumnya bersifat kronik. Setelah bertahun-tahun, dampaknya baru terasa, misalnya tiba-tiba saja menstruasinya terhenti.3. Adanya pergeseran pola makan pada sebagian wanitaContohnya, banyak wanita yang mulai meninggalkan makan tempe atau tahu dan lebih memilih makanan cepat saji yang gizinya tidak seimbang. Padahal tempe atau tahu tergolong makanan yang banyak mengandung fitoestrogen, yaitu estrogen nabati yang cukup tinggi.4. Malas berolahragaBanyak orang dengan dalih padatnya kesibukan, mulai enggan berolahraga. Padahal olahraga itu penting, karena dapat melancarkan peredaran darah, menyegarkan badan dan membantu produksi hormon dan menguatkan tulang. Dengan rajin berolahraga diharapkan hormon estrogen dapat tetap lancar diproduksi oleh tubuh.5. Olahraga yang berlebihanDikatakan berlebihan karena olahraga yang dilakukan tidak memperhatikan aturan main yang benar. Namun, menopause yang disebabkan olahraga yang berlebihan masih lebih mudah disembuhkan dibanding dengan yang disebabkan obat-obatan atau jamu. Dua yang terakhir ini besar kemungkinan telah merusak indung telur.Dari pernyataan diatas kemungkinan Eyang Neli mengalami menopause dini karena pola makan, dimana dalam skenario disebutkan beliau makan makanan seadanya dan gaya hidup yang salah, serta adanya aktifitas yang berlebihan karena dapat disimpulkan dari pekerjaannya sebagai pemulung.Dalam pembahasan ini akan membahas tentang hubungan menopause dengan osteoporosis. Osteoporosis dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah turunnya kadar Esterogen dalam tubuh, sedangkan yang mempunyai Esterogen adalah kaum perempuan maka frekuensi resiko terkena osteoporosis lebih besar pada perempuan dari pada laki-laki, meskipun pada laki-laki juga dapat terjadi osteoporosis karena penyebab lain.Esterogen dalam tubuh mempercepat proses osteoblas, dimana fungsi osteoblas adalah menyusun tulang. Proses osteoblas berbanding terbalik dengan proses osteoklas, dimana proses ini merearbsorbsi kandungan pada tulang terutama kalsium untuk digunakan oleh tubuh. Dengan menurunnya kadar estrogen karena menopause, maka proses osteoblas (pembentukan tulang) yang berfungsi membentuk tulang baru menjadi terhambat dan fungsi osteoklas (perusakan tulang) menjadi meningkat. Akibatnya, tulang yang sudah tua diserap dan dirusak osteoklas tetapi tidak dibentuk tulang baru oleh osteoblas sehingga tulang menjadi keropos.Pada skenario Eyang Neli mengalami menopause sejak umur 39 tahun, maka kadar Esterogen dalam tubuh beliau rendah bahkan tidak ada semenjak masih usia 39 tahun, sedangkan esterogen fungsinya sangat penting dalam pembentukan tulang. Maka proses pengkeroposan tulang sudah dimulai sejak usia 39 tahun tersebut. Karena proses osteoporosis ini perjalanannya lambat/tipenya kronik maka baru sangat terasa pada umur 76 tahun dan kejadian osteoporosis ini diperparah dengan adanya trauma berupa terpleset dan jatuh, sehingga beliau mengalami fraktur colles dan kompresi vertebae, keroposnya tulang Eyang Neli berdampak mudah patahnya tulang meski terkena trauma yang lemah.Selain dampak dari penurunan esterogen, faktor lain yang mempengaruhi yaitu berkurangnya asupan kalsium, hal ini dapat dilihat dari pemeriksaan serum darah Eyang Neli berupa Hipokalsemi. Kalsium merupakan unsur penting dalam pembentukan tulang, bila kadarnya kurang maka tulang terbentuk tidak sempurna sehingga mudah rapuh.Pada laki-laki cenderung mengalami osteoporosis skunder, terjadi kerena ada beberapa hal, antara lain yaitu : dipengaruhi oleh asupan kalsium, aktivitas, paparan ultraviolet atau sinar matahari, gaya hidup (merokok dan alkohol), serta obat-obatan yang bisa menurunkan massa tulang. Pada usia 70-75 tahun, kadar testosteron dan estrogen menurun sehingga kepadatan tulang pun mulai menurun pada masa andropause, selain itu juga dipengaruhi oleh kadar Kalsitonin dalam darah dimana fungsi dari kalsitonin adalah menghambat proses osteklas. Gaya hidup dengan mengkonsumsi rokok dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan. Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung tidak langsung. Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti.Selain rokok, minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr. Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari creighton University Osteoporosis Research Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan atau fraktur colles biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.

BAB IVKesimpulan dan SaranA. Simpulan1. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berkurang secara progresif seiring degan penuaan seseorang, faktor faktor resiko menderita osteoporosis yaitu usia tua, jenis kelamin, ukuran tubuh dan sejarah keluarga.2. Osteoporosis di klasifikasikan menjadi 2 yaitu primer dengan pengertian osteoporosis post menopause dan sekunder dengan pengertian osteoporosis senile, dan idiopatik.3. Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.Corwin, E. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGCDorland, W.A,dkk. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Ed 25. Jakarta : EGCHarrelson J.M. 1994. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Sabiston. Jakarta: EGC.Jergesen F. H. 1995. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery)Ortopedi. Jakarta: EGC.Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGCRobbins, S.L, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.Sherwood,L, 2001, Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem, Jakarta: EGCSudoyo, A,W. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid ke-3. Jakarta : EGC