Osteomielitis Akut

17
Osteomielitis Akut dan Penanganannya Jessy maria Joltuwu (102013348) Alamat email: [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012, Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510, Telp : 021-56942061, Fax : 021-563173 Pendahuluan Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi, dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Tulang yang sering terkena ialah femur bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, serta vertebra. osteomielitis merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana penyakit osteomielitis ini dapat menginfeksi kita serta terapinya baik menggunakan medika mentosa maupun non medika mentosa. 1

description

Osteomielitis akut sering terjadi pada anak-anak

Transcript of Osteomielitis Akut

Osteomielitis Akut dan PenanganannyaJessy maria Joltuwu (102013348)Alamat email: [email protected] Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012, Jl. Arjuna Utara No.6Jakarta 11510, Telp : 021-56942061, Fax : 021-563173PendahuluanSistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi, dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa.Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Tulang yang sering terkena ialah femur bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, serta vertebra. osteomielitis merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana penyakit osteomielitis ini dapat menginfeksi kita serta terapinya baik menggunakan medika mentosa maupun non medika mentosa.

Anamnesis Identitas penderitaNama, alamat, umur, pekerjaan dan usia. Penyakit muskuloskeletal dapat menyerang semua umur dan jenis kelamin, tetapi frekuensi setiap penyakit terdapat pada kelompok umur dan jenis kelamin tertentu. Misalnya Osteoartritis lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut dibandingkan dengan usia muda. Sebaliknya SLE lebih sering ditemukan pada wanita usia muda dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.1 Keluhan UtamaPasien dengan gangguan muskuloskeletal biasanya datang dengan keluhan nyeri sendi. Penting untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan mekanis dengan nyeri yang disebabkan inflamasi. Nyeri yang timbul setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul pada pagi hari merupakan tanda nyeri mekanis. Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan berkurang setelah melakukan aktivitas. Pada artritis reumatoid nyeri yang paling berat biasanya pada pagi hari, membaik pada siang hari dan sedikit lebih berat pada malam hari. Sedangkan, pada osteoartritis nyeri paling berat pada malam hari dan pada artritis gout nyeri yang terjadi biasanya berupa serangan yang hebat pada waktu bangunn pagi hari, sedangkan pada malam hari sebelumnya pasien tidak merasakan apa-apa.1Pertanyaan yang dapat diajukan, yaitu :1. Identitas pasien (nama,usia)?2. Apa saja keluhan yang dialami?3. Di mana nyeri terasa?4. Sudah berapa lama merasakan nyeri?5. Apakah nyeri menyebar ke tempat lain?6. Tunjukkan titik yang paling nyeri7. Apakah nyeri menjalar ke lengan atau tungkai ?2 Riwayat Penyakit DahuluDari skenario diketahui pasien sebelumnya pernah mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengakibatkan patah dan luka pada kaki kanannya. Pasien telah menjalani 2 kali operasi dan selama ini hanya kontrol di mantri untuk mengganti perban. Luka tersebut mengeluarkan nanah dan darah.

Pemeriksaan Fisik Pada kasus didapati seorang laki-laki 20 tahun datang dengan keluhan luka dikaki kanan sejak 5 bulan yang lalu kemudian pada pemeriksaan fisik terdapat pus dan dan darah yang keluar dari luka derta didapatkan sehu 37,9 C, tinggi dan berat badan normal, tekanan darah 120/80 mmHg, nyeri tekan(+), edema(+), jar.granulasi(+) pada regio cruris dextra. Didapatkan keterbatasn gerak karena nyeri. 1. Inspeksi (Look): - compos mentis - pada luka mengeluarkan pus dan darah 2. Palpasi (Feel) : teraba edema, terdapat rasa nyeri 3. Pergerakan (Move): keterbatasn gerak karena nyeri 4. Suhu tubuh: 37,9C

Pemeriksaan Penunjang3Dari skenario diketahui yaitu belum dilakukan pemeriksaan penunjang. Sebaiknya untuk kasus osteomielytis, diagnosis didasarkan pada gejala-gejala yang ada dan hasil pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu memastian diagnosa yaitu: Pemeriksaan darah. Tidak ada pemeriksaan yang dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki osteomyelitis atau tidak. Tetapi, pemeriksaan ini bisa menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel-sel darah putih dan faktor lainnya yang menandakan bahwa tubuh sedang melawan infeksi. Pemeriksaan pencitraan, seperti:1. Foto sinar-X. Pemeriksaan ini bisa menunjukkan adanya gangguan pada tulang yang mungkin baru terdeteksi saat osteomyelitis telah terjadi selama beberapa minggu.2. CT-scan. Pemeriksaan ini menghasilkan gambaran yang lebih mendetail dari struktur dalam tubuh.3. MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan ini bisa menghasilkan gambaran tulang dan jaringan lunak disekitarnya yang lebih jelas. Biopsi tulang. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan jenis kuman yang menyebabkan infeksi pada tulang.

Differential diagnosisBiasanya gambaran radiografi osteomyelitis sangat karakteristik dann diagnosis mudah dibuat sesuai dengan riwayat klinis dan pemeriksaan radiologis tambahan seperti CT-scan dan MRI jarang dilakukan. Namun demikian, osteomyelitis dapat juga meniru kondisi lainnya. Misalnya saja penyakit artritis bakterial. Pasien dengan atritis septis akut ditandai nyeri sendi hebat, bengkak sendi, kaku dan gangguan fungsi, disamping itu ditemukan berbagai gejala sistemik yang lain seperti demam dan kelemahan umum.1 Bakteri yang masuk langsung kedalam rongga sendi, akan berkembang didalam cairan sendi, sebagian akan mati akibat difagositosis oleh sinovial lining cells dan sebagian membentuk abses di dalam membran sinovial. Bila bakteri mencapai sinovium melalui aliran darah, maka kuman akan berkembang biak dan membentuk abses subsinovial yang akhirnya pecah dan bakteri masuk kedalam rongga sendi. Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang sering menyebabkan artritis bakterialis dan osteomielitis pada manusia. Diduga kemampuan Staphylococcus aureus untuk menginfeksi sendi berhubungan dengan interaksi antara bakteri tersebut dengan komponen matriks ekstraseluler.

Diagnosis kerjaBerdasarkan skenario dan hasil dari anamnesis serta pemeriksaan fisik yang dilakukan, terlihat bahwa gejala klinis yang ditemukan mirip dengan penyakit osteomyelitis kronik.OsteomyelitisOsteomyelitis adalah proses infeksi yang terutama melibatkan tulang. Osteomeylitis adalah infeksi pada tulang yang menyerang metafisis tulang panjang dan banyak terdapat pada anak-anak. Bakteri mencapai tulang dapat secara langsung (perkontinuitatum) atau melalui aliran darah (hematogen). Streptococcus dan staphylococcus aureus terutama menyerang anak dan dewasa.4 Pada saat ini yang menjadi problem adalah infeksi yang berasal dari prostesis sendi.Osteomyelitis dapat diklasifikasikan menurut menurut patogenesisnya direct/ eksogen dan hematogen, dan menurut perjalanan penyakitnya sebagai akut, subakut, dan kronis. Osteomielitis akut biasanya menyerang anak-anak sampai usia pubertas. Tiap tipe didasarkan pada lamanya waktu dari onset timbulnya penyakit (terjadinya infeksi atau luka). Osteomyelitis akut berkembang antara dua minggu setelah onset penyakit, osteomyelitis subakut antara satu sampai beberapa bulan dan osteomyelitis kronik setelah beberapa bulan. Osteomyelitis hematogen merupakan infeksi yang disebabkan oleh penyebaran bakteri melalui darah. Osteomyelitis direct/ eksogen disebabkan oleh kontak langsung jaringan dan bakteri selama trauma atau pembedahan.5Osteomielitis akut terutama ditemukan pada ank-anak. Umumnya infeksi pada tulang panjang dimulai pada metafisis. Tulang yang sering terkena ialah femur bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, serta vertebra. Infeksi akut tulang terutama terjadi pada tulang yang sedang tumbuh, tersering pada usia 2-10 tahun. Anak laki-laki 3 kali lebih sering daripada anak perempuan,mungkin karena lebih sering kena trauma.6 Osteomelitis subakut atau kronik biasanya dialami oleh orang dewasa.2Patologi dan patogenesisOsteomyelitis klinis terjadi bila cukup banyak organisme virulen mengatasi pertahanann hospes untuk membentuk infeksi setempat ditulang, dengan penanahan dan nekrosisi iskemik, disertai dengan fibrosisi dan perbaikan tulang. Seluruh tulang (sumsum tulang, korteks, dan periosteum) secara khas terlibat.Osteomielitis hematogen akut terjadi sebagai akibat lokalisasi bakteri yang dibawa darah dalam tulang. Bakteri seperti Staphylococcus aureus memiliki kemampuan melekat pada elemen jaringan ikat ditulang (kolagen, dentin, sialoprotein,dan glikoprotein) melalui perluasan polisakarida ekstraseluler. Trombosis yang terjadi sebagai akibat trauma lokal dapat memberi kecenderungan terhadap lokalisasi infeksi akibat bakteremia. Sumber bakteremia mungkin infeksi bernanah setempat atau secara klinis tidak tampak, kolonisasi atau infeksi tidak diketahui.7Infeksi biasanya dimulai didaerah metafisis tulang panjang. Mungkin karena daerah ini berisi anyaman ujung arteriol dan kapiler yang secara potensial menggenang serta kekurangan sel fagosit yang efektif. Infeksi bakteri secara khas menyebabkan pembentukan eksudat radang, yang berkumpul dibawah tekanan pada sumsum tulang dan korteks. Hasil akhir trombosis septik pembuluh darah dan pasokan vaskuler terganggu menyebabkan infark iskemik tulang dengan nyeri lokal. Nanah yang cukup dapat berkumpul pada sela subperiosteum. Mengangkat periosteum yang utuh. Menyebabkan kekacauan pasokan darah komponen periosteum dan infark korteks tulang. Hasil akhirnya adalah pembentukan daerah tulang nekrotik disebut sequestrum, yang terlepas dari tulang hidup yang mendasari selama stadium akhir untuk membentuk benda asing bebas atau mengalami penyerapan perahan-lahan. Selama fase perbaikan osteomielitis akut, sel pendahulu osteogenik periosteum yang terangkat membentuk tulang baru (disebut involukrum) pada daerah subperiosteum, membungkus tempat infeksi.Respon radang pada jaringan lunak yang menutupi menimbulkan tanda-tanda akut dekat tempat osteomielitis. Robekan periosteum dapat menyertai pengaliran bahan purulen kedalam jaringan lunak dan kulit melalui satu atau banyak saluran sinus. Proses radang juga meluas ke kedua arah dalam ruang sumsum tulang dan kedalam epifisis. Infeksi epifisis dapat menimbulkan infeksi dalam ruang sendi, sehingga menyebabkan piartrosis atau artritis septik.Osteomielitis kronis didukung oleh iskemia dan tidak adanya pertahanan hospes yang efektif. Terutama bila ada benda asing atau tulang yang nekrotik. Mikroorganisme secara relatif tetap tidak dapat dimasuki daya antibiotik sistemi dan pertahanan seluler hospes.Abses subakut atau kronik yang terlokalisasi dibatasi oleh tepi jaringan sklerotik yang disebut abses brodie dan ditemukan paling sering pada tibia distal. Seringkali manifestasi klinis abses ini merupakan satu-satunya nyeri tumpul dan nyeri lokal. Radiografi sederhana dapat menampakkan daerah jernih. Dapat terjadi sterilisasi spontan atau dapat menetap sebagai sarang infesi kronis, yang memerlukan pembedahan dan terapi medik jangka lama.Infeksi tulang pipih kaki pada anak yang sebagian menulang atau tidak menulang, sering disebabkan oleh jejas tembus. Menyebabkan penanahan kartilago (termasuk permukaan artikuler dan lempeng pertumbuhan) dan tulang yang berdekatan, disebut osteomielitis-osteokondritis. Penyebaran infeksi pada ruang sendi yang berdekatan menyebabkan pyartrosis. Yang terakhir ini dapat juga akibat dari penembusan langsung pada luka tusuk.7

EtiologiPatogen bakteri yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, meliputi 40-80% kasus. Haemophylus influenzae tipe b merupakan patogen penting yang menyebabkan osteomielitis, terutama pada anak sebelum umur 3 tahun. Namun, insidennya mungkin sangat menurun dengan imunisasi rutin dan luas. Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan osteomielitis pada remaja yang atif secara seksual.Pseudomonas aeruginosa mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi struktur kartilago kaki, pascaluka tusuk. Pseudomonas juga menyebabkan osteomielitis pada pengguna obat intravena.Salmonella dan Brucella cenderung menyebabkan osteomielitis nonsupuratif, dengan kecenderungan melibatkan tulang vertebra. Osteomielitis salmonella cenderung terjadi lebih sering pada anak dengan hemoglobinopati, walaupun pada kelompok ini staphylococcus aureus tetap merupakan patogen yang dominan. Osteomielitis anaerob mengkomplikasi infeksi pascatrauma, gigitan manusia dan ulkus decubitus. Patogen yang menyebabkan osteomielitis disertai dengan sinusitis, mastoiditis, atau infeksi gigi adalah gambaran flora mikrobiologis permukaan mukosa berdekatan yang terinfeksi (sinus paranasal, mastoid, gingiva). Aktinomisetes dapat menyebabkan osteomielitis spina dan mandibula dengan mulainya tidak nyata.7

Manifestasi klinis Penderita mungkin demam atau tidak bergejala selama fase bakteremi. Tanda-tanda radang dan nyeri lokal terjadi sebagai akibat radang dan kenaikan tekanan intraossea. Anak yang lebih tua dapat menggambarkan dan melokalisasi nyeri. Nyeri periosteum dan spasme otot menyebabkan kisaran gerakan aktif terbatas, kisaran gerakan pasif sekitar sendi yang berdampingan tidak terkena, kecuali pada pembentukan abses atau piartrosis. Panas lokal, nyeri dan pembengkakan jaringan lunak terjadi pada arah bagian pembedahan nanah melalui periosteum dan jaringan lunak dalam. Pemeriksaan fisi mencakup evaluasi untuk setiap sumber infeksi primer yang dapat menyebabkan bakterimia. Osteomielitis kronis datang dengan gejala-gejala terlokalisasi dan tanda-tanda radang, sering dengan saluran sinus. Terjadi eksaserbasi akut, dengan tanda-tanda radang akut dan drainase saluran sinus. 6,7

PenatalaksanaAntibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalami patah tulang atau luka tusuk pada jaringa lunak yang mengelilingi suatu tulang sebelum tanda-tanda infeksi timbul. Apabila infeksi tulang terjadi, diperlukan terapi antibiotik agresif. 8Osteomyelitis kronikpada umumnya tidak dapat dieradikasi tanpa operasi. Operasi untuk osteomyeritis termasuk sequestrektomi dan reseksi tulang dan jaringan lunak yang terinfeksi. Tujuan dari operasi adalah menyingkirkan infeksi dengan membentuk lingkungan tulang yang viable dan bervaskuler. Debridement radikal dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini. Debridement yang kurang cukup dapat menjadi alasan tingginya angka rekurensi pada osteomyelitis kronik dan kejadian abses otak padaosteomyelitistulang tengkorak. Debridement adekuat seringkali meninggalkan ruang kosong besar yang harus ditangani untuk mencegah rekurensi dan kerusakan tulang bermakna yang dapat mengakibatkan instabilitas tulang. Rekonstruksi yang tepat baik untuk defek jaringan lunak maupun tulang perlu dilakukan,begitu pula identifikasi menyeluruh dari bakteri penginfeksi dan terapi antibiotik yang tepat. Rekonstruksi sebaiknya dilakukan setelah perencanaan yang baik dan identifikasi sequestra dan abses intraosseus dengan radiography polos, sinography, CT dan MRI. Prosedur ini sebaiknya dilakukan dengan konsultasi ahli infeksi dan untuk fase rekonstruksi, diperlukan konsultasi ahli bedah plastik mengenai skin graft, flap muskuler dan myocutaneus. Durasi pemberian antibiotik post-operasi masih kontroversi. Pada umumnya, pemberian antibiotik intravena selama 6 minggu dilakukan setelah debridement osteomyelitis kronik. Swiontkowski et al melaporkan angka kesuksesan sebesar 91% dengan hanya 1 minggu pemberian antibiotik intravena dilanjutkan dengan terapi antibiotik oral selama 6 minggu.Semua jaringan nekrotik harus dibuang untuk mencegah residu bakteri yang dapat menginfeksi ulang. Pengangkatan semua jaringan parut yang melekat dan skin graft sebaiknya dilakukan. Sebagai tambahan dapat digunakan bur kecepatan tinggi untuk membersihkan untuk mendebridemen tepi kortikal tulang sampai titik titik perdarahan didapatkan. Irrigasi berkelanjutan perlu dilakukan untuk mencegah nekrosis tulang karena bur. Kultur dari materi yang didebridement sebaiknya dilakukan sebelum memulai terapi antibiotik. Pasien membutuhkan beberapa kali debridement, hingga luka cukup bersih untuk penutupan jaringan lunak. Soft tissue dibentuk kembali dengan simpel skin graft, tetapi sering kali membutuhkan transposisi lokal jaringan muskuler atau transfer jaringan bebas yang tervaskularisasi untuk menutup segment tulang yang didebridemen secara efektif Muscle flaps ini memberikan vascularisasi jaringan yang baru untuk membantu penyembuhan tulang dan distribusi antibiotik. Pada akhirnya stabilitas tulang harus di capai dengan bone graft untuk menutup gaps osseus. Autograft kortikal dan cancellous dengan transfer tulang yang bervaskularisasi biasanya perlu dilakukan. Walaupun secara tehnis dibutuhkan bone graft tervaskularisasi memberikan sumber aliran darah baru pada daerah tulang yang sebelumnya tidak memiliki vaskularisasi.Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen. Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan. Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.7Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

Pencegahan Osteomelitis hematogen akut dapat dihindari dengan pencegahan dari kontaminasi bakteri pada tulang dari tempat jauh. Ini meliputi diagnosis yang sesuai dan terapi primer infeksi bakteri. Osteomelitis direct/eksogen dapat dicegah dengan menajemen luka yang baik dan pemberian antibiotik profilaksi pada saat terjadinya luka.9

Komplikasi Pada osteomelitis akut komplokasi yang terjadi dapat berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, cacat berupa destruksi sendi, fraktur, abses tulagn, selulitis, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram epifisis, pelepasan implant buatan, timbulnya saluran sinus pada jaringan lunak. 9,10Pada osteomelitis kronik komplikasi tersering adalah terus berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut. Infeksi yang terus-menerus akan menyebabkan anemia, penurunan berat badan, kelemahan dan amiloidosis. Osteomyelitis kronik dapat menyebar ke organ-organ lain. Eksaserbasi akut dapat dipersulit oleh efusi hebat ke dalam sendi di dekatnya atau oleh arhtritis purulenta. Erosi terus-menerus dan kerusakan tulang yang progresif menyebabkan struktur tulang yang kadang-kadang menyebabkan fraktur patologis. Sebelum penutupan epifiseal, osteomyelitis dapat menimbulkan pertumbuhan berlebihan dari tulang panjang akibat hiperemia kronis pada lempeng pertumbuhan. Destruksi fokal dari suatu lempeng epifiseal dapat menimbulkan pertumbuhan yang asimetrik. Jarang-jarang setelah terjadi drainase selama bertahun-tahun pada jaringan yang terus-menerus terinfeksi timbul karsinoma sel skuamosa atau fibrosarkoma.9

PrognosisPrognosis bevariasi, tergantung pada kecepatan dalam mendiagnosa dan melakukan penanganan. Prognosis dari osteomyelitis beragam tergantung dari berbagai macam faktor seperti virulensi bakteri, imunitas host, dan penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien. Diagnosis yang dini dan penatalaksanaan yang agressif akan dapat memberikan prognosis yang memuaskan dan sesuai dengan apa yang diharapkan meskipun pada infeksi yang berat sekalipun. Sebaliknya, osteomyelitis yang ringan pun dapat berkembang menjadi infeksi yang berat dan meluas jika telat dideteksi dan antibiotik yang diberikan tidak dapat membunuh bakteri dan menjaga imunitas host. Pada keadaan tersebut maka prognosis osteomyelitis menjadi buruk.

KesimpulanOsteomielitis adalah infeksi pada tulang yang menyerang metafisis tulang panjang dan banyak terdapat pada anak-anak. Osteomielitis dapat menyerang orang pada semua usia. Pemeriksaan penunjang atau pencitraan yang dapat dilakukan adalah foto polos, CT scan, MRI, danRadioisotop bone scan, yang memiliki keunggulan masing-masing.penyakit ini dapat dihindari dengan mencegah pembibitan bakteri pada tulang dari jaringan yang jauh. Diagnosis yang dini dan penatalaksanaan yang agressif akan dapat memberikan prognosis yang memuaskan dan sesuai dengan apa yang diharapkan meskipun pada infeksi yang berat sekalipun.

Daftar pustaka1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing;2009.h.2705,2445-46.2. Dacre J, Kopelmen P. Buku saku keterampilan klinis. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;2004.hal.135-37.3. Diunduh dari http://medicastore.com/penyakit/554/Osteomielitis.html tanggal 16 maret 2014.4. Louis JS, bocanegra T. Rheumatologi. Mosby year book europe limited;2003.h.1077-90.5. Mansjoer S, Triyanti K, Savitri R. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius;2000.h.5356. Rasad S. Radiologi diagnostik. edisi ke-2. Jakarta:Fakultas Kedokteran UI;2005.hal.62-68. 7. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson ilmu kesehatan anak vol 2. Jakarta: EGC;2000.h.893-8.8. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC;2009.h.340-5.9. Samiaji E., 2003, Osteomyelitis, Bagian Ilmu Bedah BRSD Wonosobo, Fakultas Kedokteran UMY.10. Patologi. Jakarta:Fakultas Kedokteran UI bagian patologi;1996.hal 437.

1