Osteomielitis LP

download Osteomielitis LP

of 25

Transcript of Osteomielitis LP

BAB I1. DefinisiOsteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan definisi terhadap osteomilitis sebagai berikut:1. Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat di sebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (m. Tuberkulosa, jamur)2. Osteomielitis sadalah infeksi pada tulang. infeksi pada tulang Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflmasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling tulang mati). Osteomilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualiatas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Brunner dan Suddarth, 2001)3. Osteomielitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus. (Rosyidi, 2013)Pembagian osteomealitis yang lazim di pakai :1. Osteomealitis primer yang di sebabkan penyebaran secara hematogen dari fokus lain. Osteomielitis dapat di bagi menjadi osteomielitis akut dan kronik.a. Osteomielitis akut adalah infeksi tulang panjang dan sendi lutut yang disebabkan oleh infeksi local akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, Staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes, kondisi ini mungkin asimtomatik selama beberapa bulan, tetapi bila terdiagnosis, tindakan agresif diperlukan disertai rehabilitasi yang lama untuk mencegah kekambuhan infeksi; intervensi bedah mungkin diperlukan untuk mendrainase area infeksi. (Tucker, 2007)b. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis sangat resisten terhadap pengobatan dengan antibiotika. Menurut teori, hal ini disebakan oleh karena sifat korteks tulang yang tidak memiliki pembuluh darah. Tidak cukup banyak anti body yang dapat mencapai daerah terinfeksi tersebut. Infeksi tulang sangat sulit untuk dibasmi, bahkan tindakan drainase dan debridemen, serta pemberian antibiotika yang tepat sering tidak cukup untuk menghilangkan penyakit. (Price, 2006)2. osteomielitis sekunder atau osteomielitis per kontinuitatum yang di sebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya, seperti bisul dan luka.

Osteomielitis selalu di mulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut peredaran darahnya lambat dan banyak mengandung sinusoid. Penyebaran osteomielitis dapat terjadi :a. penyebaran ke arah korteks, membentuk abses subperiosteal dan selulitis pada jaringan sekitarnya.b. Penyebaran menembus periosteum membentuk abses jaringan lunak. Abses dapat menembus kulit melalui suatu sinus dan menimbulkan fistel. Abses dapat menyumbat atau menekan aliran darah ke tulang dan mengakibatkan kematian jaringan tulang (sekuester)c. Penyebaran ke arah medulad. Penyebaran ke persendian, terutama bila lempeng pertumbuhannya intraartikuler misalnya sendi panggul pada anak-anak. Penetrasi ke epifisis jarang terjadi.EtiologiInfeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari focus infeksi di tempat lain (misalnya: tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran pernapasan atas). Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya: ulkus decubitus yang terinfeksi atau ulkus vesikuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya: fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya: fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang. Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomyelitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. (Rosyidi, 2013)Penyebabnya biogenic bisa meliputi: 1. Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh staphylococcus hemolitikus.2. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.3. Esteria colli.4. Proteus 5. Salmonella, brucella (1-2%).6. Streptococcus 4-7%7. Trauma. (Rosyidi, 2013)Perluasan infeksi atau inokulasi bakteri akibat trauma sering disertai dengan infeksi campuran termasuk kuman-kuman anaerob. Pada dasarnya, reaksi supuratif akan disertai dengan nekrosis iskemik, fibrosis dan perbaikan tulang.1. Nekrosis pada suatu segmen tulang dapat membentuk sekulestrum2. Tulang subperiosteum yang baru akan membentuk infolukrum yang menyelimuti dan membungkus focus inflamasi.3. Kasus-kasus kronik dapat menimbulkan deformitas tulang dan saluran sinus. Abses intrakorteks yang kecil dan tidak memiliki dinding dikenal dengan nama abses Brodie ( kadang-kadang steril). (Mitchell, 2008)

Patofisiologi Pada hakekatnya osteomyelitis dapat terjadi karena infeksi yaitu masuknya kuman pathogen kedalam tulang bisa juga melalui penyebaran oleh darah. Infeksi pertama dimulai pada metaphisi (bagian tulang disebelah lempengan tulang rawan epifisis). Penyebarannya dapat disepanjang cavum medularis dan melalui korteks untuk menimbulkan abses subperiosorum. Akibatnya infeksi tersebut dapat menimbulkan inflamasi jaringan dan peningkatan vaskularisasi sehingga terbentuk edema menyebabkan kematian jaringan tulang dan menimbulkan abses pada tulang. Pada perjalanan alamiah, abses dapat keluar spontan, namun yang lebih jarang harus dilakukan insisi dan drainase oleh para ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk jaringan mati namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang hati (sequestrum), tidak mudah mencair dan mengalir keluar, yang terjadi pada jaringan lunak, terjadi pertumbuhan tulang baru. Patofisiologi meliputi sebagian berikut:1. Osteomielitis hematogen akut.a. Kuman masuk kedalam melium menyebar keseluruh tulangb. Kuman menuju korteks menembus lapisa korteks timbul abses supreteal keluar melalui ulkus menoris lalu meluas keseluruh bagian dan bisa menjadi petrel permukaan kulit. (Rosyidi, 2013)2. Osteomielitis kronik.Selanjutnya tergantung pada askemi yang terjadi pada masa akut bila peredaran darah berkurang masa osteobala akan meletakkan osteod sehingga peredaran darah tidak terjadi dan tulang mati mengandung kuman sekuesterum yang akan dibungkus oleh involokrom yang ditembus oleh saluran untuk keluarnya pus, daerah terselubung ini dapat menjadi tenang tetapi sewaktu dapat aktif lagi. (Rosyidi, 2013

PathwayFaktor predisposisi(usia, verulensi kuman, riwayat trauma, nutrisi, dan luka infeksi)

Invasi mikro organisme dari tempat lain yang beredar melalui sirkulasi darah

Masuk ke jukstanepifisis tulang panjang

Osteomilitis

Fagositosis

Proses inflamasi hyperemia, pembengkakan, gangguan fungsi, pembentukan pus, dan kerusakan integritas jaringan

Peningkatan tekanan jaringan tulang dan nedula

Hipertermi

Pembentukan pus dan nekrosis jaringan

Demam

Perubahan pola nutrisi

Nafsu makan menurun

Iskemia dan nekrosis tulang

Penyebaran infeksi ke organ penting

Kemampuan tonus otot

Nyeri

Pembentukan abses tulang

Risiko penyebaran infeksi

Kelemahan fisik

gangguan mobilitas fisikPertumbuhan tulang baru pengeluaran pus

Deformitas dan bau dari adanya luka

Gangguan citra diri

Manifestasi Klinika. Fase akut, fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari. Pada fase ini anak tampak panas tinggi, dan sakit keras, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh bersangkutan, pembengkakan lokal dan nyeri tekan.b. Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak atau di sertai terjadinya fistel.

Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaaan laboratoriumPada fase akut ditemukan CPR yang meninggi, laju endapan darah yang meninggi dan leukosit.2. Pemeriksaan radiologik.a. Pada fase akut gambaran radiologik tidak menunjukan kelainan.b. Pada fase kronik ditemukan suatu involukrum dan sekuester.3. Pemeriksaan darah.Sel darah putih meningkat sampai 30.000 l gr/dl disertai dengan peningkatan laju endap darah.4. Pemeriksaan feses.Pemeriksaan feses untuk kultur, dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi bacteri oleh salmonella.5. Bone scan.Pada pemeriksaan sidik tulang dengan menggunakan tehcnetum-99 maka akan terlihat gambaran abnormal dari tulang berupa peningkatan uptake pada daerah yang aliran darahnya meningkat dan daerah pembentukan tulang yang cepat. Dengan sidik tulang ini juga dapat ditemukan atau ditentukan lokasi terjadinya infeksi atau dapat juga dengan menggunakan gallium.6. X-ray.Pada fase akut belum terlihat kelainan-kelainan patologis pada tulang dan hanya dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak saja, setelah lebih dari 10 hari baru ada perubahan pada gambar x-ray yaitu gambaran Brodis abscess. (Rosyidi, 2013)Penatalaksanaan1. Imobilisasi daerah yang terkena osteomilietis untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.2. Kultur dan swab abses untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik.3. Bila pasien tidak menunjukan respons terhadap terapi antibiotika, maka harus dilakukan pembedahan.4. Pada osteomyelitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involokrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat questrum). (Rosyidi, 2013)

Pengobatan osteomilitis yaitu:a. Tindakan spesifik: antibiotik harus dimulai secara intravena segera setelah diagnosis osteomielitis dibuat. Dianjurkan pemakaian metisilin, penisilin seminisinetik lainnya, atau sefalosporin yang mencakup S aureus penghasil penisilinase. Gentamisin dapat juga digunakan untuk memerangi organisme gram negatif sampai hasil kultur didapat dan Salmonella harus tercakup untuk anak dengan penyakit sel sabit. Antibiotik harus diteruskan sampai pembengkakan, nyeri tekan, dan pengeluaran sekret lokal berhenti dan jumlah leukosit dan laju endap darah menjadi normal, biasanya selama paling sedikit 1 bulan. Foto rontgen serial juga dapat digunakan untuk mengikuti penyembuhan tulang. Terapi antibiotika melalui rute intravena harus diteruskan sampai semua tanda-tanda klinis membaik, termasuk laju endap darah. Untuk keluarga yang dapat dipercaya, obat-obatan oral dapat dimulai pada saat itu (sekitar 10 hari), dosis disesuaikan dengan kemampuan mematikan dalam serum dan pemantauan laju endap darah kontinu selama paling sedikit 1 bulan sesudah laju endap darah kembali normal.b. Tindakan umum: pembidaian ekstermitas meminimalkan nyeri dan mengurangi penyebaran infeksi melalui saluran limfatik melintasi jaringan lunak. Pembidaian harus dilepas secara periodik untuk memungkinkan penggunaan aktif sendi yang berdekatan dan mencegah kekakuan dan atrofi otot. Pada osteomilitis kronik, penbidaian mungkin diperlukan untuk melindungi tulang yang melemah itu terhadap kemungkinan terjadinya fraktur.c. Tindakan bedah: aspirasi metafisis adalah tindakan diagnostik yang bermanfaat dalam setiap kasus yang dicurigai osteomielitis. Osteomielitis menggambarkan pengumpulan pus dibawah tekanan didalam tubuh. Dalam 24-72 jam pertama, masih memungkinkan untuk melenyapkan osteomilitis dengan memakai antibiotik saja. Namun jika pus yang jelas teraspirasi dari tulang, drainase bedah diindikasikan. Apabila infeksi belum memperlihatkan respon dramatik terhadap terapi antibiotika dalam 24 jam pada kasus-kasus yang meragukan, drainase bedah juga diindikasikan. Adalah penting untuk mengangkat semua jaringan lunak yang mati dan mengusahakan pemaparan tulang yang adekuat sehingga memungkinkan drinase bebas. Jangan melakukan pengangkatan tulang secara berlebihan pada tindakan drainase asteomilitis akut, karena tulang-tulang ini mungkin tidak tergantikan secara lengkap pada proses penyembuhan yang normal.Pada kasus-kasus yang meragukan, kerusakan kecil dibuat pada tindakan drainase pembedahan, tetapi kegagalan dalam mendrainase pus pada kasus-kasus akut dapat menimbulkan kerusakan yang lebih hebat. (Marenstein, 2001)Komplikasi1. Keterbatasan gerak, kontraktur, deformitas tulang, kehilangan fungsi.2. Ankilosis sendi.3. Perubahan sendi degenerative.4. Kekambuhan infeksi.5. Osteomyelitis kronis.6. Amputasi sendi, ekstremitas yang sakit. (Tucker, 2007)

PencegahanPencegahan osteomilitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomyelitis pasca operasi.Antibiotic propilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pasca operasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya ostiomielitis. (Smelzer, 2001)

BAB IIASUHAN KEPERAWATAN1. PengkajianI. PENGKAJIAN1. Tanggal Pengkajian: 2. Jam: 3. Oleh: A. IDENTITASa) Pasien1. Nama: 2. TT Lahir/Usia: 3. Jenis Kelamin: 4. Agama: 5. Status Perkawinan: 6. Pendidikan: 7. Pekerjaan: 8. Suku/Bangsa: 9. Alamat: 10. Tgl Masuk RS: 11. Nomor RM/CM:12. Ruangan: 13. Diagnosa Medis: b) Keluarga/Penanggung Jawab1. Nama: 2. Umur: 3. Pendidikan: 4. Pekerjaan: 5. Hub. Dengan Pasien: 6. Alamat: B. RIWAYAT KESEHATANa) Kesehatan Pasien1. Riwayat Kesehatan Sekaranga. Keluhan Utama: b. Riwayat Penyakit Sekarang P: pada saat apa klien merasa sakit Q: seperti di remas-remas / nyut-nyutan R: daerah bagian yang sakit S: berada di skala berapa rasa nyeri klien T: pada waktu kapan klien merasa sakit2. Riwayat Kesehatan Yang Lalua. Penyakit yang pernah diderita: apakah klien pernah di rawatb. Dirawat karena: penyakit apaa

c. Kecelakaan: pernah / tidakd. Operasi: pernah / tidake. Alergi:1. Tipe: ada / tidak2. Reaksi: ada / tidak3. Tindakan: ada / tidakf. Imunisasi: pernah / tidakg. Ketergantungan : ada / tidakb) Kesehatan Keluarga1. Genogram Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa : ibu / ayah / nenek / kakek Penyakit keturunan : ada / tidakc) Riwayat Lingkungan1. Kebersihan: lingkungan tempat tinggal klien bersih / tidak2. Polusi: baik / tidak

C. POLA KEBIASAAN PASIENa) Aspek Fisik, Biologi1. Pola Nutrisia) Sebelum Sakit1. Frekuensi makan : banyak / sedikit / sangat sedikit2. Makanan pokok : nasi / makanan lain3. Nafsu makan : baik / tidakk4. Makanan yang disukai/tidak disukai : ada / tidak5. Makanan pantangan : ada / tidak6. Alergi makanan/minuman : ada / tidak7. BB dan TB 3 Bulan terakhir : kg / cmb) Selama Sakit1) Frekuensi makan : banyak / sedikit / sangat sedikit2) Nafsu makan : baik / tidak3) Ada gangguan menelan : ada / tidak4) Ada gangguan mengunyah : ada / tidak5) Sonde terpasang : ada / tidak6) Diet yang diberikan : ada / tidak2. Pola Eliminasia) Sebelum Sakit Buang Air Besar (BAB)1. Frekuensi : normal / tidak3. Warna : normal / tidak4. Konsistensi : normal / tidak Buang Air Kecil (BAK)1. Frekuensi : normal / tidak2. Warna : normal / tidak3. Bau : normal / tidakb) Selama Sakit Buang Air Besar1. Frekuensi : normal / tidak2. Warna : normal / tidak3. Konsistensi : normal / tidak4. Kesulitan : normal / tidak5. Alat bantu eliminasi : ada / tidak Buang Air Kecil1. Frekuensi : normal / tidak2. Warna : normal / tidak3. Bau : bau / tidak4. Kesulitan : ada / tidak5. Alat bantu BAK : ada / tidak3. Pola Istirahat Tidura) Sebelum Sakit1. Saat tidur : berapa lama klien tidur2. Lama tidur : ... sampai ...3. Kebiasaan pengantar tidur : mendengarkan musik / dongeng4. Kesulitan tidur : ada atau tidak Menjelang tidur : ada / tidak Saat tidur : ada / tidak5. Penggunaan obat tidur : ada / tidakb) Selama Sakit1. Saat tidur : berapa lama klien tidur2. Lama tidur : ... ssampai ...3. Kebiasaan pengantar tidur : mendengarkan musik / dongeng4. Kesulitan tidur : ada / tidak Menjelang tidur : ada / tidak Saat tidur : ada / tidak5. Penggunaan obat tidur : ada / tidak4. Pola Aktivitas dan Latihan1. Sebelum sakitPola aktivitas Jenis : sekolah / bekerja Lamanya belajar: berapa lama klien belajar Waktu belajar: ... sampai...Olah raga Jenis: jenis kegiatan olah raga Frekuensi: berapa kali dalam semingguKegiatan di waktu luang: bermain/belajar/tidur2. Selama sakitPola aktivitas Jenis : sekolah / bekerja Lamanya belajar: berapa lama klien belajar Waktu kerja: ... sampai ...Olah raga Jenis: jenis kegiatan olah raga Frekuensi: berapa kali dalam semingguKegiatan di waktu luang: belajar/bermain/tidur

5. Pola Personal Hygiene1. Mandi : berapa kali klien mandi2. Kuku : bersih / tidak3. Genitalia : Bersih / tidak4. Rambut : Bersih / tidak5. Sikat gigi : berapa kali klien sikat gigib) Aspek Psikososial1. Ekspresi wajah : ekspresi wajah klien2. Sikap : gelisah / bingung / cemas3. Komunikasi : jelas/ tidak4. Hal yang saat ini difikirkan : apa yg di fikirkan klien5. Harapan setelah menjalani perawatan : harapan klien6. Perubahan yang dirasakan setelah sakit : perbedaan klien selama sebelum sakit dan selama sakit7. Tempat tinggal : bersama siapa klien tinggal8. Pola komunikasi dalam keluarga : baik / tidak9. Keuangan dalam keluarga : memadai / tidak c) Aspek Konsep Diri1. Harga diri : baik / tidak2. Ideal diri : baik / tidak3. Citra tubuh : baik / tidak4. Identitas diri: baik / tidak5. Peran diri : terganggu / tidak

d) Aspek Spiritual1. Apa/siapa sumber kekuatan : tuhan/ orangtua / teman2. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk anda : iya / bukan3. Kegiatan agama/kepercayaan yang dilakukan : kegiatan yg di lakukan klien4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama dirumah : kegiatan yang di lakukan di rumah

D. PEMERIKSAAN FISIKa. Keadaan Umum1. Kesadaran : baik / tidak2. Status gizi : TB / BB

3. Tanda-tanda Vital Suhu : derajatNadi : x/mntPernafasan : x/mntTD : mmHg

b. Pemeriksaan Sistematis (per sistem)1. Sistem persepsi sensori GCS: berapa nilai GCS klien Alfaktorius: normal / tidak Optikus: normal / tidak Okulamotorius: normal / tidak Troklearis: normal / tidak Trigeminal: normal / tidak Abducens: normal / tidak Facialis: normal / tidak Vestibulocochear: normal / tidak Glosopharingngeal: normal / tidak Vagus: normal / tidak Accessorius: normal / tidak Hypoglossus: normal / tidak

2. Sistem pernafasan Inspeksi: terdapat lesi / tidak, pengembangan dada Auskultasi: suara paru Perkusi: sonor / hipersonor Palpasi: terdapat nyeri tekan / tidak3. Sistem kardiovaskular Inspeksi: terdapat lesi di bagian dada / tidak Auskultasi: S1 S2 / atau ada S3 Perkusi: dalnes / sonor Nadi: x/mnt Irama: teratur / tidak4. Sistem gastrointestinal Nafsu makan: meningkat / menurun Mulut dan tenggorokan: mukosa lembab / basah / keering Kemampuan mengunyah: baik / tidak Kemampuan menelan: baik / tidak Perut: terdapat suara bising usus / tidak Colon dan rectum: berapa kali klien BAB5. Sistem muskuloskeletal Rentang gerak: mengalami gangguan / tidak Keseimbangan berjalan: baik / tidak Kemampuan memenuhi aktivitas sehari-hari : mandiri / di bantu sebagian / di bantu sepenuhnya Genggaman tangan: baik / tidak Otot kaki: baik / tidak6. Sistem integumen Warna kulit: normal / tidak Turgor: baik / tidak Memar : ada / tidak Kemerahan: ada / tidak7. sistem reproduksi infertil: ada / tidak masalah menstruasi : ada / tidak

Diagnosa1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi; kontaminasi bakteri.3. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan abses tulang.4. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan; nyeri.5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri; kelemahan fisik.6. Gangguan citra diri berhubungan dengan deformitas; bau dari adanya luka. (Ningsih, 2012)Intervensi1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam nyeri klien berkurang/hilang.Kriteria hasil:a) Klien mengatakan nyerinya berkurang/hilang.b) Klien mampu menunjukan penggunaan metode yang menghilangkan nyeri.NONTERVENSIRASIONAL

OBSERVASIUntuk mengertahui seberapa berat nyeri klien.

Kaji skala nyeri klien dari 0-10.

1

2

3

4MANDIRIMenghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang.Dapat menurunkan nyeri.

Untuk menghindari terjadinya infeksi.Dapat menurunkan nyeri.

Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring.Letakan sendi dibagian atas dan bawah yang sakit sedemikian rupa dan anjurkan klien untuk menggerakan sesuai rentang gerak yang dapat ditoleransi.Menangani luka dengan perlahan dan hati-hati.

Tinggikan area yang sakit.

KOLABORASIUntuk menurunkan nyeri.

Berikan analgetik sesuai indikasi.

EDUKASIMemfokuskan perhatian klien, dan membantu menurunkan nyeri klien.

Ajarkan teknik relaksasi seperti napas dalam.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi; kontaminasi bakteri.Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam suhu tubuh klien menurun.Kriteria Hasil:a. TTV klien dalam rentan normal terutama suhu tubuh.b. Klien mengatakan merasa lebih enak badan.c. Membrane mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler baik.NOINTERVENSIRASIONAL

1

2

3OBSERVASIIndicator keadekuat volume sirkulasi.Mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.

Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membrane mukosa, turgor kulit.Awasi jumlah dan tipe masukan cairan. Ukur haluaran urine dengan adekuat.

Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan penggunaan linen tempat tidur sesuai indikasi.

1

2MANDIRIDapat membantu mengurangi demam.

Sebagai sirkulasi udara.

Berikan kompres mandi hangat. Anjurkan klien untuk banyak minum. Anjurkan klien untuk memakai baju tipis dan menyerap keringat.Berikan ruangan yang terdapat ventilasi.

KOLABORASIPemberian terapi yang tepat untuk menurunkan suhu tubuh.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi yang tepat.

1

2EDUKASIUntuk meminimalisir terjadinya dehidrasi.Memberikan sirkulasi udara.

Anjurkan klien untuk banyak minum.

Anjurkan klien untuk memakai baju tipis dan menyerap keringat.

3. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan abses tulang.Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi penyebaran infeksi.Kriteria hasil:a) Suhu tubuh normal.b) Tidak ada pembengkakan.c) Tidak ada pus.d) Angka leukosit dan laju endap darah normal.NOINTERVENSIRASIONAL

1

2

3OBSERVASIUntuk mengetahui kemungkinan flebitis.Untuk mengetahui keefektifan terapi.

Untuk memantau hasil pemeriksaan leukosit dan laju endap darah.

Observasi tempat pemasangan infus.

Pantau respon klien terhadap terapi antibiotic.

Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.

1

2

MANDIRI

Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menurunkan nyeri.

Perawatan luka dilakukan untuk meminimalisir resiko infeksi.

Tinggikan ekstemitas yang terkena.

Lakukan perawatan luka dengan teknik steril.

KOLABORASI

Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus.

Berikan obat sesuai indikasi, contoh: antibiotik.

EDUKASIMeminimalkan kontaminasi bakteri.

Intruksikan klien untuk minum obat.

4. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksia; nyeri.Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam pola nutrisi klien kembali normal.Kriteria Hasil:a) Pola nutrisi kembali normal.b) Tidak ada penurunan BB.NOINTERVENSIRASIONAL

OBSERVASIMemberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan/defisiensi.

Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.

1

2MANDIRIMakan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi, maka di berikan makan sedikit tapi sering.

Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.

Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan sajikan dalam keadaan hangat.

Berikan perawatan mulut sebelum makan.

KOLABORASIKolaborasi untuk mengurangi nyeri dan pemberian suplemen.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi yang tepat.

EDUKASIUntuk memenuhi asupan nutrisi secara adekuat.

Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri; kelemahan fisik.Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam mobilitas klien dapat meningkat.Kriteria Hasil:a) Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri.b) Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.c) Menunjukan teknik yang memampukan melakukan aktivitas.NOINTERVENSIRASIONAL

1

2OBSERVASIKlien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diti tentang keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi atau intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.

Hipotensi postural adalah masalah umum yang menyertai tirah baring yang lama dan dapat memerlukan intervensi khusus (kemiringan meja dengan peninggian secara bertahap sampai posisi tegak).

Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cidera/pengobatan dan perhatikan persepsi klien terhadap imobilisasi.

Kaji TD dengan melakukan aktivitas perhatikan keluhan pusing.

1

2MANDIRIMemudah klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring meningkatkan penyembuhan serta mobilisasi fungsi organ.

Bantu aktivitas sehari-hari klien sesuai kebutuhan.

Berikan/bantu dalam mobilisasi denga kursi roda/kruk/tongkat sesegera mungkin.

KOLABORASIBerguna dalam membuat aktivitas individual atau program latihan.

Konsul dengan ahli terapi fisik.

EDUKASIPenggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dapat mempertahankan mobilisasi optimal dan keamanan klien.

Anjurkan dan anjurkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman.

6. Gangguan citra diri berhubungan dengan deformitas; bau dari adanya luka.Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam klien menunjukan penerimaan terhadap perubahan.Kriteria Hasil:a. mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminyab. mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada.

NOINTERVENSIRASIONAL

OBSERVASIUntuk mendapatkan nilai dasar pada pengukuran kemajuan psikologisnya.Keterlibatan dapat memberikan rasa control dan meningkatkan harga diri.

Observasi pola koping dan tingkat harga dirinya.

Observasi kesiapan pasien; kemudian libatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang perawatan, bila memungkinkan.

MANDIRIAgar klien dapat mengungkapkan keluhannya dan memperbaiki kesalah pahaman.Untuk membantu pasien mengatasi perilaku yang tidak produktif.

Berikan kesempatan kepada pasien untuk menyatakan perasaan tentang citra dirinya dan hospitalisasi.Ajarkan strategi koping yang sehat.

EDUKASIUntuk meningkatkan rasa kemandirian dan control.

Dorong pasien melakukan perawatan diri sesuai kemampuan.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan OsteomilitisPage 25