NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

22
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dari dulu sampai sekarang, rumah sakit selain sebagai tempat berobat untuk peyakit yang diklasifikasikan berat, rumah sakit juga menjadi tempat bersarangnya bibit penyakit, bibit penyakit di rumah sakit bukan jenis bibit penyakit biasa, melainkan bibit penyakit yang sudah resisten terhadap antibiotika, jenis kuman resisten seperti ini yang bercokol di pelosok ruangan rumah sakit, bisa saja melekat di alat-alat pemeriksaan medis, alat-alat bantu medis, alat-alat bedah, serta perlengkapan rumah sakit lainnya yang mungkin lolos dari prosedur sanitasi dan sterilisasi (Anis, 2006) Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang berisiko mendapat infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien (Alan, 2013). Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat penderita ketika penderita tersebut dirawat di rumah sakit, atau pernah dirawat di rumah sakit. Nosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium yang berarti rumah sakit. Jadi kata nosokomial artinya "yang berasal dari rumah sakit”, sementara kata infeksi artinya terkena hama penyakit (Anies, 2006). Infeksi ini baru timbul sekurang-kurangnya dalam waktu 3 x 24 jam sejak mulai dirawat, dan bukan infeksi kelanjutan perawatan sebelumnya. Rumah sakit merupakan tempat yang memudahkan penularan berbagai penyakit infeksi (Kasuarina, 2006). Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk mahasiswa kesehatan yang nantinya akan menjadi petugas di Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang rawan untuk terjadi infeksi (Alan,2013). Cara penanggulangan dalam penularan infeksi di Rumah Sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah hal yang harus diperhatikan dalam mengatasi infeksi nosokomial. Namun selain itu, alat medis yang menjadi salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam penularan infeksi tersebut. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya. Jika infeksi disebabkan oleh mikroorganisme, maka perlu dilakukan pengujian mengenai bakteri tersebut. Umumnya kuman penyebab infeksi nosokomial adalah kuman yang sudah resisten terhadap banyak antibiotik. Golongan Beta lactam antara lain cefalosporin, cefoperazone baik digunakan meskipun ada gangguan ginjal dan neutropenia (Guris,2010).

description

,JVHJMVHNUJV BJMJVMJNJMVMJNVJMV NHJ JFYJVJMVJMJKVUKFUFNJK NJK NMJK NMJUFI UYG U JG IFIU JIUG ,JI UI UIDIUN KIUFUY,IU7F J YJ HYIGBNM I UIUF JOOO

Transcript of NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

Page 1: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dari dulu sampai sekarang, rumah sakit selain sebagai tempat berobat

untuk peyakit yang diklasifikasikan berat, rumah sakit juga menjadi tempat

bersarangnya bibit penyakit, bibit penyakit di rumah sakit bukan jenis bibit

penyakit biasa, melainkan bibit penyakit yang sudah resisten terhadap antibiotika,

jenis kuman resisten seperti ini yang bercokol di pelosok ruangan rumah sakit,

bisa saja melekat di alat-alat pemeriksaan medis, alat-alat bantu medis, alat-alat

bedah, serta perlengkapan rumah sakit lainnya yang mungkin lolos dari prosedur

sanitasi dan sterilisasi (Anis, 2006)

Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien

merupakan kelompok yang berisiko mendapat infeksi nosokomial. Infeksi ini

dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien

lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada

pasien (Alan, 2013). Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat

penderita ketika penderita tersebut dirawat di rumah sakit, atau pernah dirawat di

rumah sakit. Nosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium yang berarti

rumah sakit. Jadi kata nosokomial artinya "yang berasal dari rumah sakit”,

sementara kata infeksi artinya terkena hama penyakit (Anies, 2006). Infeksi ini

baru timbul sekurang-kurangnya dalam waktu 3 x 24 jam sejak mulai dirawat, dan

bukan infeksi kelanjutan perawatan sebelumnya. Rumah sakit merupakan tempat

yang memudahkan penularan berbagai penyakit infeksi (Kasuarina, 2006).

Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk

mahasiswa kesehatan yang nantinya akan menjadi petugas di Rumah Sakit dan

sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang rawan untuk terjadi

infeksi (Alan,2013). Cara penanggulangan dalam penularan infeksi di Rumah

Sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah hal yang harus diperhatikan dalam

mengatasi infeksi nosokomial. Namun selain itu, alat medis yang menjadi salah

satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam penularan infeksi tersebut.

Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar

tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang

sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan

self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)

disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu

pasien ke pasien lainnya. Jika infeksi disebabkan oleh mikroorganisme, maka

perlu dilakukan pengujian mengenai bakteri tersebut. Umumnya kuman penyebab

infeksi nosokomial adalah kuman yang sudah resisten terhadap banyak antibiotik.

Golongan Beta lactam antara lain cefalosporin, cefoperazone baik digunakan

meskipun ada gangguan ginjal dan neutropenia (Guris,2010).

Page 2: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

2

Pengujian ini belum pernah sama sekali dilakukan di RSUP Kota

Kendari, sehingga dalam usulan ini akan dilakukan isolasi dan uji resistensi

antibiotik terhadap bakteri penyebab infeksi nosokomial di RSUP Abunawas

Kendari.

I.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis bakteri apa saja penyebab infeksi nosokomial nosokomial di RSUD

Abunawas Kendari?

2. Antibiotik apakaha yang resisten terhadap bakteri penyebab infeksi

nosokomial?

3. Antibiotik apakah yang cocok sensitif terhadap bakteri penyebab infeksi

nosokomial ?

I.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi nosokomial di RSUD

Abunawas Kendari.

2. Untuk mengetahui antibiotik yang resisten terhadap bakteri penyebab

infeksi nosokomial.

3. Untuk mengetahui antibiotik yang sensitif terhadap bakteri penyebab

infeksi nosokomial.

I.4 Luaran yang Diharapkan

Adapun luar yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan sebuah pengetahuan mengenai infeksi nosokomial yang

terjadi di rumah sakit.

2. Publikasi ilmiah pada jurnal mengenai isolasi dan uji resistensi antibiotik

terhadap bakteri penyebab infeksi nosokomial di RSUP Abunawas

Kendari.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uji resistensi

Uji resistensi merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

kepekaan bakteri terhadap suatu antibiotik. Penggunaan antibiotik yang berlebih

atau tidak terkendali menyebabkan efek samping yang berbahaya, yang

menyebabkan bakteri-bakteri tertentu resisten (tahan) terhadap antibiotik

(Syahrurrahman dkk, 2013).

Resistensi terhadap antibiotika adalah fenomena yang alami. Bila suatu

antibiotika digunakan, bakteri yang mengalami resistensi terhadap antibiotika

tersebut memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dapat terus hidup

daripada bakteri lain yang lebih “rentan.” Bakteri yang rentan akan dapat

Page 3: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

3

dibasmi atau dihambat pertumbuhannya oleh suatu antibiotika, menghasilkan

suatu tekanan selektif terhadap bakteri lain yang masih bertahan hidup untuk

menciptakan turunan yang resisten terhadap antibiotika. Namun demikian,

bakteri yang mengalami resistensi terhadap antibiotika dalam jumlah yang

sangat tinggi sekarang ini disebabkan karena adanya penyalahgunaan dan

penggunaan antibiotika secara berlebihan. Di beberapa negara dan melalui

internet, antibiotik dapat dibeli tanpa adanya resep dokter. Pasien kadang-

kadang minum antibiotik meskipun ia tidak membutuhkannya, untuk

mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus (Rostinawati, 2009).

Ada tiga metode umum yang biasa dilakukan untuk menentukan kepekaan

suatu bakteri terhadap antibiotika, yaitu (Pelczar dkk,2005):

Cara penipisan kaldu pepton (serial broth dilution method).

Membuat penipisan antibiotika pada sederetan tabung reaksi yang

berisi perbenihan cair. Ke dalam tabung-tabung tersebut dimasukkan

kuman yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan kemudian dieram.

Dengan cara ini akan diketahui konsentrasi terendah antibiotika yang

menghambat pertumbuhan kuman yang disebut Konsentrasi Hambat

Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC).

Cara difusi agar/kertas cakram (the agar difussion method/medicated paper

disc method).

Menggunakan cakram kertas saring yang mengandung

antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar tertentu yang diletakkan di atas

lempeng agar yang ditanami kuman yang akan diperiksa, kemudian di

inkubasi. Apabila tampak adanya zona hambatan pertumbuhan kuman

disekeliling cakram antibiotika, maka kuman yang diperiksa sensitif

terhadap antibiotika tersebut, Cara ini disebut juga cara difusi agar, yang

lazim dilakukan adalah cara Kirby-Bauer.

Cara penipisan seri agar lempeng (plate dilution method).

Pada umumnya cara ini hampir sama dengan cara tabung atau

penipisan kaldu pepton, perbedaannya terletak pada media yang digunakan

yaitu pada cara ini menggunakan media padat. Kelemahan cara ini adalah

tidak dapat di gunakan untuk semua jenis bakteri. Untuk beberapa bakteri

tertentu seperti bakteri yang membentuk koloni yang sangat halus dalam

media agar kaldu pepton (contoh:Streptococcus) atau bakteri yan gakan

menyebar pertumbuhannya dalam media padat (contoh : Proteus)cara ini

tidak dapat digunakan.

II.2 Antibiotik

Penemuan antibiotik diinisiasi oleh Paul Ehrlich yang pertama kali

menemukan apa yang disebut “magic bullet’, yang dirancang untuk

menangani infeksi mikroba. Pada tahun 1910, Ehrlich menemukan antibiotika

Page 4: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

4

pertama, Salvarsan yang digunakan untuk melawan syphilis. Ehrlich

kemudian diikuti oleh Alexander Fleming yang secara tidak sengaja

menemukan penicillin pada tahun 1928.Tujuh tahun kemudian, Gerhard

Domagk menemukan sulfa, yang membuka jalan penemuan obat anti TB,

isoniazid. Pada 1943, anti TB pertama ,streptomycin, ditemukan oleh Selkman

Wakzman dan Albert Schatz. Wakzman juga orang pertama yang

memperkenalkan terminologi antibiotik. Sejak saat itu antibiotika ramai

digunakan klinisi untuk menangani berbagai penyakit infeksi (Zhang, 2007).

Antibiotika, yang pertama kali ditemukan oleh Paul Ehlrich pada 1910,

sampai saat ini masih menjadi obat andalan dalam penanganan kasus-kasus

penyakit infeksi. Pemakaiannya selama 5 dekade terakhir mengalami

peningkatan yang luar biasa, hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga

menjadi masalah di negara maju seperti Amerika Serikat. The Center for

Disease Control and Prevention in USA menyebutkan terdapat 50 juta

peresepan antibiotik yang tidak diperlukan (unnescecery prescribing) dari 150

juta peresepan setiap tahun (Akalin,2002).

Terdapat pembagian lain dalam klasifikasi antibiotika, yaitu berdasar cara

kerja maupun spektrum kerjanya. Penggunaan pembagian ini secara klinis

masih kurang bermanfaat. Dalam prakteknya, klasifikasi yang paling sering

dipakai klinisi adalah berdasar susunan senyawa kimia. Lebih sering dipakai

karena sifatnya yang praktis, nama obat yang dipakai langsung terkait dengan

golongan senyawa kimia masing-masing. Antibiotika yang dibagi berdasar

senyawa kimianya antara lain golongan penicillin, cephalosporin, amfenikol,

aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida, linkosamid, polipeptida, dan

antimikobakterium (kucers,use of antibiotic). Di samping antibiotika yang

telah disebutkan di atas, akhir-akhir ini juga mulai diperkenalkan jenis-jenis

baru dari golongan beta laktam misalnya kelompok monosiklik beta laktam

yakni aztreonam, yang terutama aktif terhadap kuman Gram negatif, termasuk

pseudomonas. Juga antibiotika karbapenem (misalnya imipenem) yang

dikatakan tahan terhadap penisilinase dan aktif terhadap kuman-kuman Gram

positif dan Gram negatif (Utami, 2011).

Antibiotika dapat ditemukan dalam berbagai sediaan, dan penggunaanya

dapat melalui jalur topical, oral, maupun intravena. Banyaknya jenis

pembagian, klasifikasi, pola kepekaan kuman, dan penemuan antibiotika baru

seringkali menyulitkan klinisi dalam menentukan pilihan antibiotika yang

tepat ketika menangani suatu kasus penyakit. Hal ini juga merupakan

salahsatu faktor pemicu terjadinya resistensi (Utami, 2011).

Tidak mengherankan apabila bakteri dapat dengan mudah beradaptasi

dengan paparan antibiotika, mengingat keberadaan dan perkembanganya telah

dimulai sejak kurang lebih 3,8 milyar tahun yang lalu. Resistensi pasti

Page 5: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

5

diawali adanya paparan antibiotika, dan meskipun hanya ada satu atau dua

bakteri yang mampu bertahan hidup, mereka punya peluang untuk

menciptakan satu galur baru yang resisten. Sayangnya, satu galur baru yang

resisten ini bisa menyebar dari satu orang ke orang lain, memperbesar

potensinya dalam proporsi epidemik. Penyebaran ini dipermudah oleh

lemahnya kontrol infeksi dan penggunaan antibiotika yang luas (Peterson,

2005).

II.3 Infeksi nosokomial

Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat penderita ketika

penderita tersebut dirawat di rumah sakit, atau pernah dirawat di rumah sakit.

Nosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium yang berarti rumah sakit.

Jadi kata nosokomial artinya "yang berasal dari rumah sakit”, sementara kata

infeksi artinya terkena hama penyakit (Anies, 2006). Infeksi ini baru timbul

sekurang-kurangnya dalam waktu 3 x 24 jam sejak mulai dirawat, dan bukan

infeksi kelanjutan perawatan sebelumnya. Rumah sakit merupakan tempat

yang memudahkan penularan berbagai penyakit infeksi (Kasuarina, 2006).

Infeksi nosokomial tidak hanya terjadi pada penderita tetapi juga setiap

orang

yang kontak dengan rumah sakit, termasuk petugas kesehatan, sukarelawan,

pengunjung, dan pengantar makanan. Infeksi nosokomial yang sering terjadi

antara lain infeksi saluran kencing, terutama pada pasien yang harus

menggunakan kateter, infeksi di bagian tubuh yang harus dilukai ketika

operasi, infeksi saluran pernafasan (pneumonia), dan infeksi saluran cerna

(Cahtim & Suharto, 1993).

Di Amerika Serikat, dua juta pasien/tahun terserang infeksi nosokomial

dengan mengeluarkan dana sebesar $ 4,1 miliar - $11 miliar (Klein, et a.l.,

2007). Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di sebelas rumah sakit di DKI

Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasien rawat inap mendapat

infeksi yang baru selama dirawat. Dila porkan pula bahwa infeksi nosokomial

mengakibatkan 88.000 pasien di dunia meninggal setiap tahunnya (Wahid,

2007).

Organisme penyebab infeksi nosokomial dapat berupa bakteri, virus,

jamur atau parasit. Kebanyakan masalah infeksi nosokomial disebabkan oleh

bakteri dan virus. Beberapa bakteri yang diketahui sebagai penyebab infeksi

nosokomial antara lain Pseudomonas aeruginosa (33%), Staphylococcus

aureus (21,7%), Klebsiella sp. (16,7%), Esherichia coli (11,7%), Atypical

coliform (6,7%), Proteus sp. (6,7%), Streptococcus pyogenes (1,7%), dan

Enterococcus faecalis (1,7%) ( Oguntibeju & Nwobu, 2004).

Page 6: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

6

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 DESAIN PENELITIAN

Metodologi yang diuraikan dibawah ini meliputi pendekatan dan

proses tata kerja dari rangkaian kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

Kegiatan ini meliputi dua tahapan, yaitu kegiatan lapangan dan

laboratorium. Tahapan kerja lapangan dilakukan padi salah satu rumah sakit

di Kota Kendari, untuk mendapatkan sampel bakteri. Sedangkan untuk

tahapan kerja laboratorium dilakukan untuk melakukan uji resistensi

antibiotik terhdap bakteri yang telah di peroleh dari rumah sakit. Berikut ini

rancangan penelitian yang akan dilakukan:

Post Only Control Group

Gambar 1. Bagan Desain Penelitian

III.2 TAHAPAN PENELITIAN

Gambar 1. Bagan Tahapan Penelitian

3.2.1. Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri

Media pertumbuhan bakteri merupakan suatu bahan yang

terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan

Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri

Isolasi Bakteri

Identifikasian Bakteri

Uji Resistensi Antibiotik

Sampel

bakteri

Uji dengan

Antibiotik

Identifikasi

Bakteri

Resisten

Bakteri

Sensitif

Page 7: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

7

bakteri untuk pertumbuhannya. Pembuatan media dilakukan untuk

mempermudah pencarian sampel bakteri yang akan kita lakukan

pada tahap berikutnya, media yang digunakan pada penelitian ini

adalah media NA (Nutrient Agar), media ini digunakan karena

merupakan media umum untuk pertumbuhan bakteri. NA yang

digunakan adalah Sintetik NA. Sintetik NA di timbang sebanyak 28

gram kemudian dilarutkan dengan aquades steril sebnyak 1000 mL.

Larutan NA kemudian dipanaskan sambil diaduk hingga larut

sempurna, lalu di sterilkan menggunakan autoclave pada suhu 1210C

selama 15 menit. Media yang telah steril, ditempatkan kedalam

cawan petri untuk dibekukan kemudian di pindahkan ke lokasi

pengambilan sampel bakteri untuk dilakukan tahap berikutnya.

3.2.2. Pencarian Sampel Bakteri

Pencarian sampel bakteri dilakukan pada ruang operasi

rumah sakit. Pencarian sampel pada penelitian ini dilakukan pada 2

rumah sakit yang berbeda di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara untuk

membandingkan tingkat resistensi antibiotik dari kedua rumah sakit

tersebut. Cawan petri yang telah terisi media NA yang telah beku di

simpan di ruang operasi yang kemudian didiamkan selama 1×24 jam.

Penyimpanan media diruang operasi dikarenakan kebanyakan pasien

yang terkena infeksi nosokomial adalah pasien pasca operasi. Setelah

24 jam,diharapkan bakteri telah tumbuh pada media, lalu media

pertumbuhan bakteri dipindahkan kembali ke laboratorium untuk

dilakukan tahapan selanjutnya.

3.2.3. Pengidentifikasian bakteri

Indentifikasi bakteri pada penelitian ini dilakukan 3 cara,

yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan gram, dan uji katalase.

Pewarnaan sederhana dilakukan untuk mengidentifikasi

keberadaan bakteri pada media serta menunjukkan bentuk, ukuran

dan pemetaan bakteri.

Pewarnaan gram dilakukan untuk memisahkan bakteri yang

tumbuh menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan

bakteri gram negatif, bakteri gram positif akan berwarna ungu

kebiruan sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah.

Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase

pada bakteri yang diuji. Pada saat dilakukan uji katalase, bakteri

dengan uji katalase positif akan mengeluarkan gelembung-

gelembung oksigen. Sedangkan bakteri dengan uji katalase negatif

tidak mengeluarkan gelembung. Dengan diperolehnya data pada

indentifikasi bakteri ini, maka akan memudahkan dalam penetuan

Page 8: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

8

antibiotik yang akan kita uji resistensiinya yang akan dilakukan pada

tahap berikutnya.

3.2.4. Pengujian Resistensi Antibiotik

Pengujian resistensi antibiotik dilakukan dengan metode

Kirby-Bauer. Metode Kirby-Bauer merupakan metode untuk

menujukkan sensitivitas suatu bakteri terhadap suatu antibiotik.

Sehingga dalam pengolahan data akan diasumsikan bakteri yang

tidak sensitif terhadap antibiotik yang diujikan telah resisten

terhadap bakteri tersebut. Sensitivitas antibiotic dalam metode ini

ditunjukkan dengan besarnya zona hambat yang terbentuk. Semkain

besar diameter zona hambat maka semakin terhambat pertumbuhan

bakterinya, artinya semkin sensitif antibiotic yang digunakan.

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

IV.1 Anggaran Biaya

Rekapitulasi anggaran biaya penelitian:

No. Jenis Pengeluaran Jumlah (Rp)

1. Bahan Habis Pakai 4.450.000,-

2. Peralatan Penunjang 3.350.000,-

3. Biaya Perjalanan 2.500.000,-

4. Biaya Pengeluaran lain-lain 1.940.000,-

Total 12.240.000,-

IV.2 Jadwal Kegiatan

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo, Kendari. Penelitian direncanakan

berlangsung 5 bulan. Perincian jadwal penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5

1. Persiapan

2. Penyiapan alat/bahan

3. Pelaksanaan Eksperimen

4. Analisis

5. Pengolahan data

6. Interpretasi/referensi

7. Pembuatan laporan

Page 9: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

9

DAFTAR PUSTAKA

Akalin, E. H. 2002. The Evolution of Guidelines In An Era of Cost Containment.

Surgical Prophylaxis. J Hosp infect.

Anies. Manajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta, Gramedia, 2006.

Cahtim, A., dan Suharto. 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Bina

Aksara Rupa. hal.39-52.

Kasuarina, Rusdiana. Implementasi Fungsi Manajemen Pengendalian Infeksi

Nosokomial di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. FKM

UNDIP, 2006

Klein, E., D. L. Smith, and Laxminarayan. 2007. Hospitalizations and deaths

caused by methicillin-Resistant Staphylococcus aureus, United States,

1999–2005. Emerg Infect Dis. 13(12): 1840–6.

Oguntibeju, O. O. and R. A. U. Nwobu. 2004. Occurence of Pseudomonas

aeruginosa in post operate wound infection. Park J Med Sci;20(3):187-

191.

Pelczar, M., E.C.S. Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta.

Peterson, L. R. 2005. Squeezing TheAntibiotic Balloon: The Impact of

Antimicrobial Classes On Ermerging Resistance. European Society of

Clinical Microbiology and Infectious Deseases. The Feinberg School of

Medicine, North Western University, USA.

Rostinawati, Tina, 2009, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella

Terhadap E. Coli, S.Aureus Dengan Metode Difusi Agar, UNPAD,

Bandung.

Syahrurrahman, A.,dkk. 2013. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Fakultas

Kedokteran UI. Jakarta.

Utami, Eka R. 2011. Antibiotika, Resistensi dan Rasionalitas Terapi. El-Hayah.

Volume 1 Nomor 4.

Wahid, M. H. 2007. MRSA Update: Diagnosis dan tatalaksana. 4th Symposium of

Indonesia Antimicrobial Resistence Watch (IARW). Dalam: Andra. Jakarta,

29 Juni-1 Juli. Jakarta: Farmacia. hal 64.

Page 10: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

10

Page 11: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

11

Page 12: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

12

Page 13: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

13

Page 14: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

14

Page 15: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

15

6. Biodata Dosen Pendamping

Nama lengkap Rini Hamsidi, S.Farm., M.Farm., Apt

Jabatan Fungsional Asisten Ahli

NIP 198107052008122002

NIDN 0005078105

Tempat dan Tanggal Lahir Ambon, 5 Juli 1981

Alamat Rumah BTN Wahana Blok I No. 5 Kel.

Mokoau, Kec. Kambu Kendari 93231

No.Telp/HP 081332013161

Alamat Kantor Universitas Halu Oleo

Fakultas Farmasi

Jln. H.E.A Mokodompit

Kampus Hijau Bumi Tridharma,

Kendari

Alamat e-mail [email protected]

Lulusan yang telah dihasilkan S1 = 2 orang

Mata Kuliah yang diampu Farmakognosi I & II

Praktikum Farmakognosi

Mikrobiologi Farmasi

Praktikum Mikrobiologi Farmasi

Standarisasi Bahan Obat Alam

Prak. Standarisasi Bahan Obat Alam

Kosmetologi

Riwayat Pendidikan Tinggi

S-1 S-2

Nama Perguruan Tinggi Universitas Surabaya Universitas Airlangga

Bidang Ilmu Ilmu Farmasi Ilmu Farmasi minat

Bahan Alam

Judul Skripsi/Thesis Uji Alat Evasion Box

Digital Counter terhadap

Efek Antidepresan

Potensi Antimalaria

Fraksi Etil Asetat

Terstandar Daun Johar

Page 16: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

16

Page 17: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

17

Lampiran 2

Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penunjang

Material Justifikasi

pemakaian

Kuantitas Harga

satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

Autoclave Alat sterilisasi 1 kali

penelitian

250.000,- 250.000,-

Laminar Air

Flow (LAF)

Alat sterilisasi 1 kali

penelitian

500.000,- 500.000,-

Oven Alat sterilisasi 1 kali

penelitian

350.000,- 350.000,-

Inkubator Alat

penyimpanan

media kultur

1 kali

penelitian

500.000,- 500.000,-

Mikroskop Alat

identifikasi

kultur

1 kali

penelitian

450.000,0 450.000,0

Alat-alat

gelas

Peralatan

penunjang

1 kali

penelitian

1.000.000,- 1.000.000,-

Hotplate Pemanas 1 kali

penelitian

72.000,- 72.000,-

Lemari Es Penyimpanan

media

1 kali

penelitian

250.000,- 250.000,-

Lampu

Spritus

Alat Sterilisasi 2 buah 50.000,- 100.000,-

Timbangan

Analitik

Penimbangan

bahan

1 kali

penelitian

200.000,- 200.000,-

SUBTOTAL (Rp) 3.350.000,-

Page 18: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

18

2. Bahan Habis Pakai

Material Justifikasi

pemakaian

Kuantitas Harga satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

Sintetik NA Sampel 1 kg 660.000,- 660.000,-

Spritus Bahan bakar

lampu spritus

5 liter 20.000,- 100.000,-

Aseton

Pelarut 2 liter 100.000,- 200.000,-

Etanol 96% Pelarut 10 liter 80.000,- 800.000,-

NaCl Pensuspensi 500 gram 75.000,- 375.000,-

H2O2 Cair Penguji 5 liter 1.110.000,- 1.110.000,-

Safranin

Pewarna 500 gram 400.000,- 400.000,-

Lugol

Pelarut 500 mL 300.000,- 300.000,-

Gentian violet

Pewarna 100 mL 200.000,- 200.000,-

Minyak emersi pelarut 1 liter 400.000,- 400.000,-

Kertas pengering Pengering

preparat

2 meter 25.000,- 50.000,-

Aquades Pelarut 10 liter 15.000,- 150.000,-

Alkohol 70% Antiseptik 5 liter 75.000,- 375.000,-

Spoit Alat

pemindah

media

50 buah 3.000,- 150.000,-

Aluminium Foil Penimbangan

dan pencegah

penguapan

3 buah 50.000,- 150.000,-

Kapas Penutup

erlenmayer

4 buah 40.000,- 160.000,-

Paper disk

(kertas serap)

Penguji 1 meter 100.000,- 100.000,-

Page 19: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

19

Kertas Label Penanda

untuk

pendataan

1 pack 40.000,- 40.000,-

Masker Pelindung 1 dus 100.000,- 100.000,-

Handscoon Pelindung 1 dus 200.000,- 200.000,-

Headcap Pelindung 1 dus 100.000,- 100.000,-

SUBTOTAL (Rp) 4.450.000,-

3. Biaya Perjalanan

Material Justifikasi

pemakaian

Harga

satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Biaya perjalanan

ke Rumah Sakit

Pengurusan izin

dan

pengambilan

sampel

1000.000,- 1000.000,-

Transport local Pembelian

bahan-bahan

habis pakai

1.500.000,- 1.500.000,-

SUBTOTAL (Rp) 2.500.000,-

4. Biaya Pengeluaran Lain-lain

Material Justifikasi

pemakaian

Kuantitas Harga

satuan (Rp)

Jumlah

(Rp)

Proposal,

laporan,

penggandaan,

dan penjilidan

Pembuatan

proposal,

laporan,

penggandaan,

dan penjilidan

400.000,- 400.000,-

Biaya

administrasi

laboratorium

Administrasi

pemakaian

laboratorium

1000.000,- 1.000.000,-

Page 20: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

20

Biaya

penelusuran

pustaka, surat

menyurat dan

perizinan

540.000,- 540.000,-

SUBTOTAL (Rp) 1.940.000,-

TOTAL 12.240.000

,-

Page 21: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

21

Lampiran 3

Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No Nama/NIM Program

Studi

Bidang

Ilmu

Alokasi

Waktu

(jam/minggu)

Uraian Tugas

1

Mila Armila

Sari/ F1F1 12

052

Farmasi Farmasi 28

Pembuatan media,

pencarian sampel,

pengidentifikasian

bakteri, dan

pengujian

resistensi

antibiotic

2

Zakiyatul

Mahmudah /

F1F1 12 064

Farmasi Farmasi 28

Pembuatan media,

pencarian sampel,

pengidentifikasian

bakteri, dan

pengujian

resistensi

antibiotic

3 Ramlah / F1F1

12 071 Farmasi Farmasi 28

Pembuatan media,

pencarian sampel,

pengidentifikasian

bakteri, dan

pengujian

resistensi

antibiotic

4 Nisrina Muslihin Farmasi Farmasi 28

Pembuatan media,

pencarian sampel,

pengidentifikasian

bakteri, dan

pengujian

resistensi

antibiotic

5 M.Idris Ibnu

Ikhsan Kedokteran

Pendidikan

Dokter 28

Pembuatan media,

pencarian sampel,

pengidentifikasian

bakteri, dan

pengujian

resistensi

antibiotic

Page 22: NOSOKOMIAL BAB I-LAMPIRAN 1.pdf

22