BAB Pneumoni Nosokomial

download BAB Pneumoni Nosokomial

of 23

Transcript of BAB Pneumoni Nosokomial

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    1/23

    1

    BAB

    PENDAHULUAN

    1. DEFINISI

    Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract

    (LRT)) akut, biasanya disebabkan oleh infeksi, Jamur (Jeremy, 2007). Sebenarnya

    pneumonia bukan penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan

    diketahui ada sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma,

    jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada

    semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah muncul pada anak, orang tua dan

    penderita penyakit kronis (Elin, 2008).

    2. ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU-PARU

    Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.

    pembentukan paru dimulai dari sebuah groove yang berasal dari foregut. Selanjutnya

    pada groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebut

    primary lung bud. Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi dua, yaitu

    esophagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung dengan

    primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronki dan cabang-

    cabangnya. Bronchial tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu, sedangkan

    alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus meningkat hingga

    anak berumur 8 tahun. Ukuran alveoli bertambah besar sesuai dengan perkembangan

    dinding toraks. Jadi, pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus

    tanpa terputus sampai pertumbuhan somatic berhenti.

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    2/23

    2

    a. Pengertian Pernafasan

    Pernafasan atau respirasi adalah menghirup udara dari luar yang mengandung

    oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak

    mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.

    Sisa respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru-paru.

    Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam pernafasan

    otot sehingga trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan dan

    melembabkan udara yang masuk, juga melindungi organ lembut. penghisapan ini

    disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.

    b. Saluran Pernafasan

    Secara fungsional (faal) saluran pernafasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

    1. Zona Konduksi

    Zona konduksi berperan sebagai saluran tempat lewatnya udara pernapasan,

    serta membersihkan, melembabkan dan menyamakan suhu udara pernapasan

    dengan suhu tubuh. Disamping itu zona konduksi juga berperan pada proses

    pembentukan suara. Zona konduksi terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus,

    serta bronkioli terminalis.

    Hidung

    Rambut, zat mucus serta silia yang bergerak kearah faring berperan

    sebagai system pembersih pada hidung. Fungsi pembersih udara ini

    juga ditunjang oleh konka nasalis yang menimbulkan turbulensi aliran

    udara sehingga dapat mengendapkan partikel-partikel dari udara yang

    seterusnya akan diikat oleh zat mucus. System turbulensi udara ini

    dapat mengendapkan partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari

    4 mikron.

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    3/23

    3

    Faring

    Faring merupakan bagian kedua dan terakhir dari saluran pernapasan

    bagian atas. Faring terbagi atas tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring,

    serta laringofaring.

    Trakea

    Trakea berarti pipa udara. Trakea dapat juga dijuluki sebagai eskalator-

    muko-siliaris karena silia pada trakea dapat mendorong benda asing

    yang terikat zat mucus kearah faring yang kemudian dapat ditelan atau

    dikeluarkan. Silia dapat dirusak oleh bahan-bahan beracun yang

    terkandung dalam asap rokok.

    Bronki atau bronkioli

    Struktur bronki primer masih serupa dengan struktur trakea. Akan tetapi

    mulai bronki sekunder, perubahan struktur mulai terjadi. Pada bagian akhir

    dari bronki, cincin tulang rawan yang utuh berubah menjadi lempengan-

    lempengan. Pada bronkioli terminalis struktur tulang rawan menghilang dan

    saluran udara pada daerah ini hanya dilingkari oleh otot polos. Struktur

    semacam ini menyebabkan bronkioli lebih rentan terhadap penyimpatan yang

    dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Bronkioli mempunyai silia dan zat

    mucus sehingga berfungsi sebagai pembersih udara. Bahan-bahan debris di

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    4/23

    4

    alveoli ditangkap oleh sel makrofag yang terdapat pada alveoli, kemudian

    dibawa oleh lapisan mukosa dan selanjutnya dibuang.

    2. Zona Respiratorik

    Zona respiratorik terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan.

    Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas

    terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting

    untuk menyaring partikel-partikel yang masuk. Sistem pernafasan memiliki sistem

    pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan yang masuk yang dapat

    merusak.

    c. Fungsi Pernapasan

    Adapun fungsi pernapasan, yaitu :

    1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-

    selnya) untuk mengadakan pembakaran

    2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,

    kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak

    berguna lagi oleh tubuh).

    3. Melembabkan udara

    Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dan udara berlangsung di

    alveolus paru-paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan di dalamnya

    aliran udara timbal balik (pernapasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari

    alveoli ke dalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku

    untuk gas dan uap yang dihirup. Paru-paru merupakan jalur masuk terpenting

    dari bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja.(12) Proses dari

    sistem pernapasan atau sistem respirasi berlangsung beberapa tahap, yaitu :

    Ventilasi, yaitu pergerakan udara ke dalam dan keluar paru

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    5/23

    5

    Pertukaran gas di dalam alveoli dan darah. Proses ini disebut

    pernapasan luar

    Transportasi gas melalui darah

    Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan. Proses ini disebut

    pernapasan dalam

    Metabolisme penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang

    disebut juga pernapasan seluler.

    d. Mekanika Pernapasan

    Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 bagian, yaitu :

    1. Menarik napas (inspirasi)

    2. Menghembus napas (ekspirasi)

    Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekskresi secara bergantian, teratur,

    berirama dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak reflek yang terjadi pada

    otot-otot pernapasan. Reflek bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang

    terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena

    seseorang dapat menahan, memperlambat atau mempercepat napasnya, ini berarti

    bahwa reflex napas juga di bawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan

    sangat peka terhadap kelebihan kadar karbon dioksida dalam darah dan

    kekurangan oksigen dalam darah.

    Inspirasi merupakan proses aktif, disini kontraksi otot-otot inspirasi akan

    meningkatkan tekanan di dalam ruang antara paru-paru dan dinding dada (tekanan

    intraktorakal). Inspirasi terjadi bila mulkulus diafragma telah dapat rangsangan

    dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Muskulus interkostalis yang letaknya

    miring, setelah dapat dapat rangsangan kemudian mengkerut datar. Dengan

    demikian jarak antara stenum (tulang dada) dan vertebrata semakin luas dan lebar.

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    6/23

    6

    Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, dengan demikian menarik

    paru-paru maka tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari

    luar. Ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan konstraksi otot

    untuk menurunkan intratorakal. Ekspirasi terjadi apabila pada suatu saat otot-otot

    akan kendur lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkoatalis miring

    lagi) dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara

    didorong keluar. Jadi proses respirasi.

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    7/23

    7

    3. ETIOLOGI

    Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu

    bakteri, virus, jamur, dan protozoa. (Jeremy, 2007).

    Daftar mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia

    Infeksi Bakteri Infeksi Atipikal Infeksi Jamur

    Streptococcus pneumoniae Mycoplasma pneumoniae Aspergillus

    Haemophillus influenza Legionella pneumophillia Histoplasmosis

    Klebsiella pneumoniae Coxiella burnetii Candida

    Pseudomonas aeruginosa Chlamydia psittaci Nocardia

    Gram-negatif ( E. Coli )

    Infeksi Virus Infeksi Protozoa Penyebab Lain

    Influenza Pneumocytis carinii Aspirasi

    Coxsackie Toksoplasmosis Pneumonia lipoid

    Adenovirus Amebiasis Bronkiektasis

    Sinsitial respiratori Fibrosis kistik

    4. KLASIFIKASI

    1. Berdasarkan klinis dan epideologis :

    a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

    b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial

    pneumonia)

    c. Pneumonia aspirasi

    d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting

    untuk memudahkan penatalaksanaan

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    8/23

    8

    2. Berdasarkan bakteri penyebab

    a. Pneumonia bakterial / tipikal.Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa

    bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya

    Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca

    infeksi influenza

    b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia

    c. Pneumonia virus

    d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama

    pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

    3. Berdasarkan predileksi infeksi

    a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan

    orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen pada

    aspirasi benda asing atau proses keganasan

    b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan

    paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan

    orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.

    c. Pneumonia intertitial.

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    9/23

    9

    BAB

    PNEUMONIA NOSOKOMIAL

    A. Definisi

    Pneumonia nosokomial atau yang sering disebut juga hospital acquired

    pneumonia (HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di

    rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk rumah

    sakit Istilah ventilator terkait pneumonia atau ventilator acquired pneumonia

    (VAP) sering digunakan secara sinonim namun pada kenyataannya hal tersebut

    berbeda. VAP merupakan bagian dari HAP. VAP secara khusus mengacu pada

    pneumonia yang terjadi pada pasien lebih dari 48 jam setelah endotracheal

    intubation dan inisiasi dari ventilasi mekanis, tetapi sebelum 72 jam setelah

    penggunaan ventilator. Bila pneumonia tersebut terjadi sebelum 48 jam sebelum

    atau 72 jam setelah pemasangan ventilator, penyebab pneumonia tersebut dapat

    diasumsikan tidak berhubungan dengan ventilator mekanik. 4 HAP digolongkan

    kedalam dua kelompok berdasarkan onset waktu, yaitu early onset dan late onset ,

    yang sangat berguna dalam memprediksi penyebab dan meresepkan antibiotik

    tepat untuk terapi pneumonia nosokomial. Pneumonia Nosokomial early onset

    merupakan patogen endogen yang diperoleh dari masyarakat ( endogenous

    community-acquired pathogens ) seperti Staphylococcus aureus, Pneumococcus

    dan Haemophilus influenzae . Sebaliknya pada pneumonia late onset diikuti oleh

    patogen yang resisten obat seperti Pseudomonas sp. dan methicillin resistant

    Staphylococcus aureus (MRSA). Risiko mikroorganisme yang resisten terhadap

    obat pada pneumonia late onset semakin meningkat jika pasien telah mendapatkan

    pengobatan antibiotik spektrum luas atau pada pasien yang telah dipasang

    ventilator mekanik selama lebih dari tujuh hari sebelum terjadinya pneumonia.

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    10/23

    10

    Namun definisi onset cepat dan lambat untuk VAP tidak distandarisasi. Jika waktu

    masuk ke rumah sakit dipilih sebagai titik awal, maka panduan America Thoracic

    Society (ATS) menyarankan menggunakan 5 hari sebagai cut-point untuk

    membedakan early onset dan late onset VAP

    B. Etiologi

    Patogen penyebab HAP sangat berbeda dengan patogen penyebab community-

    acquired pneumonia (CAP). Pneumonia nosokomial dapat disebabkan oleh

    kuman bukan multi drug resistance (MDR) misalnya S.pneumoniae, H.

    Influenzae, Methicillin Sensitive Staphylococcus aureus (MSSA) dan kuman

    MDR misalnya Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella

    pneumoniae, Acinetobacter spp dan Gram positif seperti Methicillin Resistance

    Staphylococcus aureus (MRSA). Patogen penyebab HAP seperti jamur, kuman

    anaerob dan virus sangat jarang terjadi. Bahan pemeriksaan untuk menentukan

    bakteri penyebab dapat diambil dari dahak, darah, cara invasif misalnya bilasan

    bronkus, sikatan bronkus, biopsi aspirasi transtorakal dan biopsi aspirasi

    transtrakea.

    C. Faktor Resiko

    Faktor risiko pada pneumonia sangat banyak dibagi menjadi 2 bagian :

    1. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh

    Penyakit kronik (misalnya penyakit jantung, PPOK, diabetes, alkoholisme,

    azotemia), perawatan di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur,

    perokok, intubasi endotrakeal, malnutrisi, umur lanjut, pengobatan steroid,

    pengobatan antibiotik, waktu operasi yang lama, sepsis, syok hemoragik,

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    11/23

    11

    infeksi berat di luar paru dan cidera paru akut (acute lung injury) serta

    bronkiektasis.

    2. Faktor eksogen adalah :

    Pembedahan : Besar risiko kejadian pneumonia nosokomial

    tergantung pada jenis pembedahan, yaitu torakotomi (40%), operasi

    abdomen atas (17%) dan operasi abdomen bawah (%).

    Penggunaan antibiotik : Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian

    kolonisasi, terutama antibiotik yang aktif terhadap Streptococcus di

    orofaring dan bakteri anaerob di saluran pencernaan. Sebagai contoh,

    pemberian antibiotik golongan penisilin mempengaruhi flora normal di

    orofaring dan saluran pencernaan. Sebagaimana diketahui

    Streptococcus merupakan flora normal di orofaring melepaskan

    bacterocins yang menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif.Pemberian penisilin dosis tinggi akan menurunkan sejumlah bakteri

    gram positif dan meningkatkan kolonisasi bakteri gram negatif di

    orofaring.

    Peralatan terapi pernapasan : Kontaminasi pada peralatan ini,

    terutama oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram

    negatif lainnya sering terjadi.

    Pemasangan pipa/selang nasogastrik , pemberian antasid dan

    alimentasi enteral: Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram

    negatif di lambung karena asam lambung dengan pH < 3 mampu

    dengan cepat membunuh bakteri yang tertelan. Pemberian antasid /

    penyekat H 2 yang mempertahankan pH > 4 menyebabkan peningkatan

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    12/23

    12

    kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di lambung, sedangkan larutan

    enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.

    L ingkungan rumah sakit

    Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan

    prosedur

    Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai

    prosedur , seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus,

    kateter dll

    Pasien dengan kuman M DR ti dak di rawat di r uang isolasi

    Faktor risiko kuman MDR

    Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir

    Dirawat di rumah sakit 5 hari

    Frekuensi resisten antibiotik di masyarakat atau di rumah sakit

    tersebut

    Penyakit immunosupresi dan atau pemberian imunoterap.

    Pasien yang mempunyai faktor predisposisi terjadi aspirasi mempunyai

    risiko mengalami pneumonia nosokomial. Apabila sejumlah bakteri dalam jumlah

    besar berhasil masuk ke dalam saluran napas bagian bawah yang steril, maka

    pertahanan pejamu yang gagal membersihkan inokulum dapat menimbulkan

    proliferasi dan inflamasi sehingga terjadi pneumonia. Interaksi antara faktor

    pejamu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan menyebabkan

    kolonisasi bakteri patogen di saluran napas bagian atas atau pencernaan makanan.

    Patogen penyebab pneumonia nosokomial ialah bakteri gram negatif dan

    Staphylococcus aureus yang merupakan flora normal sebanyak < 5%. Kolonisasi

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    13/23

    13

    di saluran napas bagian atas karena bakteri-bakteri tersebut merupakan titik awal

    yang penting untuk terjadi pneumonia.

    D. PATOGENESIS

    Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan pneumonia

    komuniti. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian

    bawah. Ada empat rute masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas bagian

    bawah yaitu :

    1. Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus

    neurologis dan usia lanjut

    2. Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan

    pasien

    3. Hematogenik

    4. Penyebaran langsung

    Pasien yang mempunyai faktor predisposisi terjadi aspirasi mempunyai risiko

    mengalami pneumonia nosokomial. Apabila sejumlah bakteri dalam jumlah besar

    berhasil masuk ke dalam saluran napas bagian bawah yang steril, maka pertahanan

    pejamu yang gagal membersihkan inokulum dapat menimbulkan proliferasi dan

    inflamasi sehingga terjadi pneumonia. Interaksi antara faktor pejamu (endogen)

    dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan menyebabkan kolonisasi bakteri patogen

    di saluran napas bagian atas atau pencernaan makanan. Patogen penyebab

    pneumonia nosokomial ialah bakteri gram negatif dan Staphylococcus aureus

    yang merupakan flora normal sebanyak < 5%. Kolonisasi di saluran napas bagian

    atas karena bakteri-bakteri tersebut merupakan titik awal yang penting untuk

    terjadi pneumonia.

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    14/23

    14

    Skema patogenesis pneumonia nosokomial

    E. DIAGNOSIS

    Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC-Atlanta), diagnosis

    pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut :

    Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit dan

    menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk

    rumah sakit.

    Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :

    Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif

    Ditambah 2 diantara kriteria berikut:

    suhu tubuh > 38oC

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    15/23

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    16/23

    16

    o 10 3 colony-forming units /ml dari sikatan bronkus dan paling

    sedikit 10 2 colony-forming units /ml dari vena kateter sentral .

    o Dua set kultur darah aerobik dan anaerobik dari tempat yang

    berbeda (lengan kiri dan kanan) sebanyak 7 ml. Kultur darah dapat

    mengisolasi bakteri patogen pada > 20% pasien. Jika hasil kultur

    darah (+) maka sangat penting untuk menyingkirkan infeksi di

    tempat lain. Pada semua pasien pneumonia nosokomial harus

    dilakukan pemeriksaan kultur darah.

    Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung

    dan biakan yaitu bila ditemukan sel PMN > 25 / lapangan pandang kecil

    (lpk) dan sel epitel < 10 / lpk.

    o Analisis gas darah untuk membantu menentukan berat penyakit

    o Jika keadaan memburuk atau tidak ada respons terhadap

    pengobatan maka dilakukan pemeriksaan secara invasif. Bahan

    kultur dapat diambil melalui tindakan bronkoskopi dengan cara

    bilasan, sikatan bronkus dengan kateter ganda terlindung dan

    bronchoalveolar lavage (BAL). Tindakan lain adalah aspirasi

    transtorakal.

    F. PENGOBATAN

    Hasil penelitian American Thoracic Society (ATS) dan Infectious Disease

    Society of America (IDSA) didapatkan kebanyakan pasien dengan HAP telah

    terinfeksi dengan bakteri patogen MDR yang telah diberikan pengobatan

    antibiotik yang adekuat. Dari hasil studi, penggunaan antibiotik yang berlebihan

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    17/23

    17

    meningkatkan frekuensi dari patogen MDR. Beberapa pedoman dalam

    pengobatan pneumonia nosokomial ialah :

    Semua terapi awal antibiotik adalah empirik dengan pilihan antibiotik

    yang harus mampu mencakup sekurang-kurangnya 90% dari patogen yang

    mungkin sebagai penyebab, perhitungkan pola resistensi setempat.

    Terapi awal antibiotik secara empiris pada kasus yang berat dibutuhkan

    dosis dan cara pemberian yang adekuat untuk menjamin efektiviti yang

    maksimal. Pemberian terapi emperis harus intravena dengan sulih terapi

    pada pasien yang terseleksi, dengan respons klinis dan fungsi saluran cerna

    yang baik.

    Pemberian antibiotik secara de-eskalasi harus dipertimbangkan setelah ada

    hasil kultur yang berasal dari saluran napas bawah dan ada perbaikan

    respons klinis.

    Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien dengan kemungkinan

    terinfeksi kuman MDR. Jangan mengganti antibiotik sebelum 72 jam,

    kecuali jika keadaan klinis memburuk

    Data mikroba dan sensitiviti dapat digunakan untuk mengubah pilihan

    empirik apabila respons klinis awal tidak memuaskan. Modifikasi

    pemberian antibiotik berdasarkan data mikrobial dan uji kepekaan tidak

    akan mengubah mortaliti apabila terapi empirik telah memberikan hasil

    yang memuaskan.

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    18/23

    18

    Pada pasien dengan early-onset pneumonia dan tanpa faktor risiko tambahan,

    terapi awal harus dibatasi. Yang menjadi pilihan terapi adalah :

    Cefalosporin generasi III

    Fluoroquinolone

    Penicillins yang menjangkau bakteri gram-negative tetapi tidak memiliki

    antipseudomonal activity

    Carbapenems yang menjangkau bakteri gram-negative tetapi tidak

    memiliki antipseudomonal activity

    Patogen Potensial Antibiotik yang Direkomendasikan

    Streptocoocus pneumoniae

    Haemophilus influenzae

    Metisilin-sensitif

    Staphylocoocus aureus

    Antibiotik sensitif basil Gram

    negatif enterik

    Escherichia coli

    Klebsiella pneumoniae

    Enterobacter spp

    Proteus spp

    Serratia marcescens

    Betalaktam +antibetalaktamase

    Sefalosporin G3 non-

    pseudomonal (Seftriakson,

    sefotaksim) atau

    Kuinolon respirasi

    (Levofloksasin,

    Moksifloksasin)

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    19/23

    19

    (Amoksisilin klavulanat) atau

    Pada pasien dengan late-onset pneumonia, atau yang memiliki faktor

    risiko multidrug-resistant bacteria (MDRS), terapi awal harus mencakup

    terapi kombinasi untuk non lactosefermenting bakteri gram-negatif basil.

    Terapi potensial termasuk juga agen antipseudomonal beta-lactam, seperti

    cefepime, piperacillin/tazobactam, atau meropenem; ditambah

    aminoglycoside atau antipseudomonal fluoroquinolone, seperti

    ciprofloxacin. Sebagai tambahan, pada pasien yang ditakutkan terkena

    MRSA pneumonia, dapat diberikan vancomycin atau linezolid. Spektrum

    antibiotik ini sebaiknya dipakai kemudian disesuaikan berdasarkan hasil

    kultur.

    Terapi antibiotik awal secara empirik untuk HAP atau VAP untuk semua

    derajat penyakit pada pasien dengan onset lanjut atau terdapat faktor risiko

    patogen MDR (mengacu ATS / IDSA 2004)

    Patogen Potensial Antibiotik ysng direkomendasikan

    Patogen MDR tanpa atau

    dengan patogen pada

    Tabel 1 Pseudomonas

    aeruginosa Klebsiella

    pneumoniae (ESBL)

    Acinetobacter sp

    Methicillin

    resistenStaphylococcus

    Sefalosporin antipseudomonal

    (Sefepim, seftasidim, sefpirom) atau

    Karbapenem antipseudomonal

    (Meropenem, imipenem)

    Atau

    -laktam / penghambat laktamase

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    20/23

    20

    aureus (MRSA) (Piperasilin tasobaktam)

    ditambah

    Fluorokuinolon antipseudomonal

    (Siprofloksasin atau levofloksasin)

    atau

    Aminoglikosida (Amikasin,

    gentamisin atau tobramisin)

    ditambah

    Linesolid atau vankomisin atau

    teikoplanin

    Dosis antibiotik intravena awal secara empirik untuk HAP dan VAP pada

    pasien dengan onset lanjut atau terdapat faktor risiko patogen MDR

    (mengacu pada ATS/IDSA 2004)

    Antibiotik Dosis pemberianSefalosporin antipseudomonal

    Sefepim] Seftasidim Sefpirom

    1-2 gr setiap 8 12 jam 2 gr setiap 8 jam 1 gr setiap 8 jam

    Karbapenem

    Meropenem Imipenem

    1 gr setiap 8 jam 500 mg setiap 6 jam / 1 gr setiap

    8 jam

    laktam / penghambat laktamase

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    21/23

    21

    Piperasilin-tasobaktam 4,5 gr setiap 6 jamAminoglikosida

    Gentamisin

    Tobramisin

    Amikasin

    7 mg/kg BB/hr

    7 mg/kg BB/hr

    20 mg/kg BB/hr

    Kuinolon antipseudomonal

    Levofloksasin

    Siprofloksasin

    750 mg setiap hari

    400 mg setiap 8 jam

    Vankomisin 15 mg/kg BB/12 jamLinesolid

    Teikoplanin

    600 setiap 12 jam

    400 / hari

    G. PENCEGAHAN

    a. Pencegahan pada orofaring dan koloni di lambung

    Hindari pemakaian antibiotik yang tidak tepat karena dapat menyebabkan

    berkembangnya koloni abnormal di orofaring, hal ini akan memudahkan

    terjadi multi drug resistant (MDR)

    Pemilihan dekontaminan saluran cerna secara selektif termasuk antibiotik

    parenteral dan topikal menurut beberapa penelitian sangat efektif untuk

    menurunkan infeksi pneumonia nosokomial, tetapi hal ini masih

    kontroversi. Mungkin efektif untuk sekelompok pasien misalnya pasien

    umur muda yang mengalami trauma, penerima donor organ tetapi hal ini

    masih membutuhkan survailans mikrobiologi

    Pemakaian sukralfat disamping penyekat H 2 direkomendasikan karena

    sangat melindungi tukak lambung tanpa mengganggu pH. Penyekat H 2

    dapat meningkatkan risiko pneumonia nosokomial tetapi hal ini masih

    merupakan perdebatan.

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    22/23

    22

    Penggunaan obat-obatan untuk meningkatkan gerakan duodenum misalnya

    metoklopramid dan sisaprid, dapat pula menurunkan bilirubin dan

    kolonisasi bakteri di lambung.

    Anjuran untuk berhenti merokok

    Meningkatkan program vaksinasi S.pneumoniae dan influenza

    o Letakkan pasien pada posisi kepala lebih ( 30-45 O ) tinggi untuk

    mencegah aspirasi isi lambung

    o Gunakan selang saluran napas yang ada suction subglotis

    o Gunakan selang lambung yang kecil untuk menurunkan kejadian

    refluks gastro esofagal

    o Hindari intubasi ulang untuk mencegah peningkatan bakteri yang

    masuk ke dalam saluran napas bawah

    o Pertimbangkan pemberian makanan secara kontinyu dengan jumlah

    sedikit melalui selang makanan ke usus halus Prosedur pencucian tangan harus dijalankan sesuai prosedur

    yang benar, untuk menghindari infeksi silang

    Penatalaksanaan yang baik dalam pemakaian alat-alat yang

    digunakan pasien misalnya alat-alat bantu napas, pipa

    makanan dll

    Disinfeksi adekuat pada waktu pencucian bronkoskop serat

    lentur

    Pasien dengan bakteri MDR harus diisolasi

    Alat-alat yang digunakan untuk pasien harus diganti secara

    berkala misalnya selang makanan , jarum infus dll

  • 8/13/2019 BAB Pneumoni Nosokomial

    23/23

    b. Pencegahan aspirasi saluran napas bawah

    c. Pencegahan inokulasi eksogen

    Drainase sekret saluran napas dengan cara fisioterapi

    Penggunaan tempat tidur yang dapat diubah-ubah posisinya

    Mobilisasi sedini mungkin.

    H. PROGNOSIS

    Prognosis akan lebih buruk jika dijumpai salah satu dari kriteria di bawah ini,

    yaitu:

    - Umur > 60 tahun

    - Koma waktu masuk

    - Perawatan di IPI

    - Syok

    - Pemakaian alat bantu napas yang lama

    - Pada foto toraks terlihat gambaran abnormal bilateral

    - Kreatinin serum > 1,5 mg/dl

    - Penyakit yang mendasarinya beratPengobatan awal yang tidak tepat

    - Infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten ( P.aeruginosa ,

    S.malthophilia , Acinetobacter spp. atau MRSA)

    - Infeksi onset lanjut dengan risiko kuman yang sangat virulen

    - Gagal multiorgan

    - Penggunaan obat penyekat H2 yang dapat meningkatkan pH pada

    pencegahan perdarahan usus