Askep Anak Dengan Pneumoni

download Askep Anak Dengan Pneumoni

of 23

Transcript of Askep Anak Dengan Pneumoni

ASKEP ANAK DENGAN PNEUMONIA Posted on Mei 2, 2009 by nursecerdas

4 Votes PENGERTIAN PNEUMONIA 1. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan padanan istilah : Acute Respiratory Infections (ARI). 2. ISPA mengandung 3 unsur, yaitu : 1. Infeksi. 2. Saluran pernafasan. 3. Akut. Batasan-batasan masing-masing unsur : a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak, sehingga menimbulkan gejala penyakit. b. Saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura ISPS secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari (batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun ISPA dapat lebih 14 hari). Pneumonia : 1. Pneumonia pada anak seringkali bersamaan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus dan disebut bronchopneumonia. 2. Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus (bronchopneumonia). Dalam pelaksanaan program P2 ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun bronchopneumonia) disebut Pneumonia. Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru. Pneumonia Berdasarkan Penyebab : 1. Pneumonia bakteri.

2. Pneumonia virus. 3. Pneumonia Jamur. 4. Pneumonia aspirasi. 5. Pneumonia hipostatik. Pneumonia berdasarkan anatomic : 1. Pneumonia lobaris radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paruparu. 2. Pneumonia lobularis (bronchopneumonia) radang pada paru-paru yang mengenai satu/beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate. 3. Pneumonia interstitialis (bronkhiolitis) radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkhial dan jaringan interlobular. Patofisiologi Bronkhopneumonia : 1. Bronkhopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder. 2. Keadaan yang dapat menyebabkan bronchopneumonia adalah pertusis, morbili, penyakit lain yang disertai dengan infeksi saluran pernafasan atas, gizi buruk, paska bedah atau kondisi terminal. Etiologi : 1. Streptokokus. 2. Stapilokokus. 3. Pneumokokus. 4. Hemovirus Influenza. 5. Pseudomonas. 6. Fungus. 7. Basil colli. Sehingga menimbulkan : 1. Reaksi radang pada bronchus dan alveolus dan sekitarnya. 2. Lumen bronkhiolus terisi eksudat dan sel epitel yang rusak. 3. Dinding bronkhiolus yang rusak mengalami fibrosis dan pelebaran. 4. Sebagian jaringan paru-paru mengalami etelektasis/kolaps alveoli, emfisema hal ini disebabkan karena menurunnya kapasitas fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan. Gejala Klinis : 1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38 40 C), dapat disertai kejang (karena demam tinggi). 2. Gejala khas :

1. Sianosis pada mulut dan hidung. 2. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung. 3. Gelisah, cepat lelah. 3. Batuk mula-mula kering produktif. 4. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia. 5. Pemeriksaan laboratorium = lekositosis. 6. Foto thorak = bercak infiltrate pada satu lobus/beberapa lobus. Komplikasi : Bila tidak ditangani secara tepat 1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi. 2. Efusi pleura. 3. Emfisema. 4. Meningitis. 5. Abses otak. 6. Endokarditis. 7. Osteomielitis. Penatalaksanaan : 1. Oksigen. 2. Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse. 3. Obat-obatan : 1. Antibiotika berdasarkan etiologi. 2. Kortikosteroid bila banyak lender. Prognosa : dengan pemberian antibiotic yang tepat, mortalitas dapat menurun. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian 1. Riwayat Kesehatan : 1) 2) 3) Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya/batuk, pilek, takhipnea, demam. Anoreksia, sukar menelan, muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas, seperti ; morbili, pertusis, malnutrisi, imunosupresi.

4) 5)

Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernafasan. Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis.

2. Pemeriksaan Fisik : 1) 2) 3) 4) Demam, takhipnea, sianosis, cuping hidung. Auskultasi paru ronchi basah, stridor. Laboratorium lekositosis, AGD abnormal, LED meningkat. Roentgen dada abnormal (bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru).

3. Faktor Psikososial/Perkembangan : 1) 2) 3) 4) 5) Usia, tingkat perkembangan. Toleransi/kemampuan memahami tindakan. Koping. Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua. Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya.

4. Pengetahuan Keluarga, Psikososial : 1) 2) 3) 4) 5) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia. Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan. Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya. Koping keluarga. Tingkat kecemasan.

2. Diagnosa Keperawatan 1. 1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus. 3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah. 5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada. 6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi. 7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit. 8. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi. 1. Intervensi a. Dx. : Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.

Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret. Rencana tindakan : 1) Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan dan bunyi nafas abnormal. 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap 4 6 jam. Beri therapy oksigen sesuai program. Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lender. Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas. Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur tenang. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernafasan. Beri minum yang cukup. Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.

10) Kelolaa pemberian antibiotic dan obat lain sesuai program. b. Dx. : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus. Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan oksigenasi jaringan secara adekuat. Rencana Tindakan : 1) 2) 3) 4) 5) 6) Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda sianosis setiap 2 jam. Beri posisi fowler/semi fowler. Beri oksigen sesuai program. Monitor analisa gas darah. Ciptakan lingkungan yang tenang dan kenyamanan pasien. Cegah terjadinya kelelahan pada pasien.

c. Dx. : Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea. Tujuan : Pasien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal. Rencana Tindakan : 1) Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral hindari milk yang kental/minum yang dingin merangsang batuk. 2) Monitor keseimbangan cairan membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran menurun, tanda-tyanda vital. 3) 4) Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program. Lakukan oral hygiene.

d. Dx. : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.

Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kondisi. Rencana Tindakan : 1) 2) 3) Kaji toleransi fisik pasien. Bantu pasien dalam aktifitas dari kegiatan sehari-hari. Sediakan permainan yang sesuai usia pasien dengan aktivitas yang tidak mengeluarkan energi banyak sesuaikan aktifitas dengan kondisinya. 4) 5) Beri O2 sesuai program. Beri pemenuhan kebutuhan energi.

e. Dx. : Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada. Tujuan : Pasien akan memperlihatkan sesak dan keluhan nyeri berkurang, dapat batuk efektif dan suhu normal. Rencana Tindakan : 1) 2) 3) 4) 5) Cek suhu setiap 4 jam, jika suhu naik beri kompres dingin. Kelola pemberian antipiretik dan anlgesik serta antibiotic sesuai program. Bantu pasien pada posisi yang nyaman baginya. Bantu menekan dada pakai bantal saat batuk. Usahakan pasien dapat istirahat/tidur yang cukup.

f. Dx. : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi. Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal. Rencana Tindakan : 1) 2) 3) 4) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam. Beri kompres dingin. Kelola pemberian antipiretik dan antibiotic. Beri minum peroral secara hati-hati, monitor keakuratan tetesan infuse.

g. Dx. : Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit. Tujuan : Anak dapat beraktifitas secara normal dan orang tua tahu tahap-tahap yang harus diambil bila infeksi terjadi lagi. Rencana Tindakan : 1) 2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan anak dengan bronchopneumonia. Bantu orang tua untuk mengembangkan rencana asuhan di rumah ; keseimbangan diit, istirahat dan aktifitas yang sesuai. 3) Tekankan perlunya melindungi anak kontak dengan anak lain sampai dengan status RR kembali normal. 4) Ajarkan pemberian antibiotic sesuai program.

5) 6) 7)

Ajarkan cara mendeteksi kambuhnya penyakit. Beritahu tempat yang harus dihubungi bila kambuh. Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.

h. Dx. : Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi. Tujuan : Kecemasan teratasi. Rencana Tindakan : 1) 2) 3) 4) Kaji tingkat kecemasan anak. Fasilitasi rasa aman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya. Dorong ibu untuk selalu mensupport anaknya dengan cara ibu selalu berada di dekat anaknya. Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang tindakan yang dilakukan tujuan, manfaat, bagaimana dia merasakannya. 5) Beri reinforcement untuk perilaku yang positif. 1. Implementasi Prinsip implementasi : 1. Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2 jam, lakukan fisioterapi dada setiap 4 6 jam dan lakukan pengeluaran secret melalui batuk atau

pengisapan, beri O2 sesuai program. 2. Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out put. 3. Monitor suhu tubuh. 4. Tingkatkan istirahat pasien dan aktifitas disesuaikan dengan kondisi pasien. 5. Perlu partisipasi orang tua dalam merawat anaknya di RS. 6. Beri pengetahuan pada orang tua tentang bagaimana merawat anaknya dengan bronchopneumonia. 1. Evaluasi. Hasil evaluasi yang ingin dicaapai : 1. Jalan nafas efektif, fungsi pernafasan baik. 2. Analisa gas darah normal. http://nursecerdas.wordpress.com/2009/05/02/askep-anak-dengan-pneumonia/

Rahimul s Weblog September 11, 2008 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA Filed under: ASKEP PNEUMONIA 1. Definisi Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh Dahlan. 2006). rahimul @ 1:31 am

Pneumonia adalah suatu infeksi pada paru-paru, dimana paru-paru terisi oleh cairan sehingga terjadi gangguan pernafasan. (www.medicastore.com).

Pneumonia adalah infeksi akut jaringan (parenkim) paru yang ditandai dengan demam, batuk dan sesak napas. Selain gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium). (Masmoki. 2007). Daya tahan traktus respiratorius

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi a. b. Susunan Jaringan dan anatomis limfoid di terdiri rongga dari hidung naso-oro-faring

c. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek ret fiat yang dikeluarkan d. e. f. Refleks Drainase epiglotis sistem yang oleh set Refleks mencegah dan terjadinya fungsi aspirasi sekret kelenjar yang limfe epitel tersebut. batuk terinfeksi. regional.

limfatik

menyaring

g. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu noglobulin A (IgA). Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun, misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, faktor iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.

2.

Klasifikasi Pembagian pneumonia tidak ada yang memuaskan. Pada umumnya diadakan pembagian atas dasar anatomis dan etiologis.

Pembagian anatomis : (1) pneumonia lobaris, (2) pneumonia lobularis (bronkopneumonia) dan (3) pneumonia interstitialis (bronkiolitis).

Pembagian etiologis : (1) bakteria : Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus hemolyticus, Streptococcus aureus. Hemophilus influenzae, Bacillus Friedlander,

Mycobacterium tuberculosis. (2) virus: Respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus, virus sitomegalik. (3) Mycoplasma pneumoniae (4)jamur : Histoplasma capsulatum,

Cryptococcus neoformans, Blastomyces dermatitides, Coccidioides immitis, Aspergillus species, Candida albicans. (5) aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing. (6) pneumonia hipostatik. (7) sindrom Loeffler. Secara klinis biasa, berbagai etiologi ini sukar dibedakan. Untuk pengobatan te-pat, pengetahuan tentang penyebab pneumonia perlu sekali, sehingga pembagian etiologis lebih rasional daripada pembagian anatomis. A. Pneumonia pneumokokus. a. Epidemiologi, Pneumococcus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumococcus dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh Pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronkopneumonia b. lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.

Patogenesis

Pneumococcus masuk ke dalam paru melalui jalan pernafasan secara percikan ( droplet ). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadia, yaitu: (1) Stadium kongesti: kepiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag. (2) Stadium hepatisasi merah: lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek. (3) Stadium hepatisasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongestif. (4) Stadium resolusi: eksudat berkurang. Dalam

alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneutpaonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan stadiumn khas ini tidak terlihat. c. Gambaran klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari, mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisis, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung, harus dipikirkan kemungkinan pneumonia. Pada bronkop-neumonia, hasil pemeriksaan tisis tergantung daripada luas daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang

bronkopneumonia menjadi satu (kontluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronki terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya penyembuhan dapat terjadi sesudah 2 3 minggu. B. Pneumonia lobaris

Biasanya gejala penyakit datang mendadak, tetapi kadang-kadang didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada anak besar bisa disertai badan menggigil dan pada bayi disertai kejang. Suhu naik cepat sampai 39-40C dan suhu ini biasanya menunjukkan tipe febris kontinua. Nafas menjadi sesak, disertai nafas cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dan nyeri pada dada. Anak lebih suka tiduran pada sebelah dada yang terkena. Batuk mula-mula kering, kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisis, gejala khas tampak setelah 1-2 hari. Pada permulaan suara pernafasan melemah sedangkan pada perkusi tidak jelas ada kelainan. Setelah terjadi kongesti, ronki basah nyaring akan terdengar yang segera menghilang setelah terjadi konsolidasi. Kemudian pada perkusi jelas terdengar keredupan dengan suara pernafasan sub-bronkial sampai bronkial. Pada stadium resolusi ronki terdengar lebih jelas. Pada inspeksi dan palpasi tampak pergeseran toraks yang terkena berkurang. Tanpa pengobatan a. bisa terjadi penyembuhan dengan krisis sesudah 5-9 hari. toraks

Pemeriksaan

Rgntgen

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan secara

pemeriksaan fisis. Pada bronkopneumonia bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto Rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses b. paru, pneumatokel, pneumotoraks, Pemeriksaan pneumomediastinum atau perikarditis. laboratorium

Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 40.000/mm3 dengan pergesaran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit c. torak Diagnosis hialin. banding

Pneumonia pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain atau virus, tanpa pemeriksaan mikrobiologis. Keadaan yang menyerupai pneumonia ialah: bronkiolitis, gagal jantung, aspirasi benda asing, atelektasis, abses paru, tuberkulosis. d. Komplikasi

Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang dapat dijumpai ialah: empiema, otitis media akut. Komplikasi lain seperti meningitis, perikarditis, e. osteomielitis, peritonitis lebih jarang dilihat. Prognosis

Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukkan f. mortalitas Pengobatan yang dan lebih tinggi. penatalaksanaan

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi berhubung hal ini tidak selalu dapat dikerjakan dan makan waktu maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi. Penisilin diberikan 50.000 U/kgbb/hari dan ditambah dengan kloramfeniko150 75 mg/kgbb/hari atau diberikan antibiotika yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4- 5 hari. Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan ialah campuran glukose 5% danNaC10,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KC110 mEq/500 ml botol infus. Banyaknya cairan yang diperlukan sebaiknya dihitung dengan menggunakan rumus Darrow. Karena temyata sebagian besar penderita jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan koreksi dengan perhitungan kekurangan basa sebanyak 5 mEq.

C.

Pneumonia

stafilokokus

Pneumonia stafilokokus disebabkan oleh Staphylococcus aureus, tergolong pneumonia yang berat karena cepat menjadi progresif dan resisten terhadap pengobatan. Pada umumnya pneumonia ini diderita bayi, yaitu 30% di bawah umur 3 bulan dan 70% sebelum 1 tahun. Seringkali terjadi abses paru (abses multipel), pneumatokel, tension pneumothorax atau empiema. Pengobatan diberikan berdasarkan uji resistensi, tetapi mengingat cepatnya perjalanan penyakit, perlu diberikan antibiotika yang mempunyai spektrum luas yang kiranya belum resisten. Untuk infeksi Staphylococcus yang membuat penisilinase, dapat diberikan kloksasilin atau linkomisin. Pengobatan diteruskan sampai ada perbaikan klinis dan menurut pengalaman rata-rata 3 minggu. D. Pneumonia streptokokus

Grup A Streptococcus hemolyticus biasanya menyebabkan infeksi traktus respiratorius bagian atas, tetapi kadang-kadang dapat juga menimbulkan pneumonia. Pneumonia streptokokus sering merupakan komplikasi penyakit virus seperti influenza, campak, cacar air dan infeksi bakteri lain seperti pertusis, pneumania pneumokokus. Pengobatannya ialah dengan penisilin. E. Pneumonia bakteria gram negatif

Bakteri gram negatif yang biasanya menyebabkan pneumonia ialah Hemophilus influenzae, basil Friedlander (Klebsiella pneumoniae) dan Pseudomonas aeruginosa. Angka kejadian pneumonia ini sangat rendah (kurang dari 1%), akan tetapi mulai meningkat selama beberapa tahun ini karena penggunaan antibiotika yang sangat luas dan kontaminasi alat rumah sakit seperti humidifier , alat oksigen dan sebagainya. Secara klinis, pneumonia ini sukar dibedakan dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteria lain dan hanya dapat ditentukan dengan biakan. Pneumonia yang disebabkan Hemophilus influenzae pada bayi dan anak kecil merupakan penyakit yang berat dan sering menimbulkan komplikasi seperti bakteremia, empiema, perikarditis, selulitis dan meningitis. Obat yang terpilih ialah ampisilin dengan dosis 150 mg/kgbb/hari dengan kloramfenikol. F. Pneumonia klebsiela

Biasanya dijumpai pada orang tua dan pada penderita diabetes melitus, bronkiektasis dan tuberkulosis. Bayi dapat Menderita penyakit ini karena kontaminasi alat di rumah sakit. Penyakit ini dapat menjadi progresif dan menimbulkan abses dan kavitas. Komplikasi seperti empiema, bakteremia biasanya juga dijumpai. Obat terpilih untuk mengatasi infeksi ini ialah kanamisin G. 7,5 mg/kgbb/12 Pneumonia jam untuk 10-12 hari atau gentamisin. aeroginosa

psendomonas

Merupakan bronkopneumonia berat, progresif disertai dengan nekrosis dan biasanya

menimbulkan kematian. Biasanya ditemukan sebagai infeksi sekunder penyakit seperti fibrosis kistik, penyakit keganasan, kelainan imunologis dan karena pemberian antibiotika yang lama. Bayi prematur mendapat infeksi ini karena kontaminasi alat di rumah sakit. Obat terpilih untuk mengatasi infeksi ini ialah karbenisilin yang dikombinasikan dengan gentamisin. H. Bronkiolitis akut

Penyakit ini merupakan suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita bayi dan anak kecil yang berumur kurang dari 2 tahun. Angka kejadian tertinggi rata-rata ditemukan pada usia a. 6 bulan. Etiologi

Bronkiolitis akut sebagian besar disebabkan oleh Respiratory syncytial virus (50%). Penyebab lainnya ialah parainfluenza virus, Eaton agent (Mycoplasma pneumoniae), adenovirus dan beberapa b. virus lain. Patologi

Pada bronkiolus ditemukan obstruksi parsial atau total karena edema dan akumulasi mukus dan eksudat yang liat. Di dinding bronkus dan bronkiolus terdapat infiltrasi sel radang. Radang juga dijumpai peribronkial dan dijaringan interstitial. Obstruksi parsial bronkiolus menimbulkan emfisema c. dan obstruksi total Gambaran menimbulkan atelektasis. klinis

Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas, disertai dengan batuk pilek untuk beberapa hari, biasanya tanpa disertai kenaikan suhu atau hanya subfebril. Anak mulai mengalami sesak nafas, makin lama makin hebat, pernafasan dangkal dan cepat dan disertai dengan serangan batuk. Terlihat juga pernafasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan supra sternal, anak gelisah dan sianotik. Pada pemeriksaan terdapat suara perkusi hipersonor, ekspirium memanjang disertai dengan mengi ( wheezing ). Ronki nyaring halus kadang-kadang terdengar pada akhir ekspirium atau pada permulaan ekspirium. Pada keadaan yang berat sekali, suara pernafasan hampir tidak terdengar karena kemungkinan obstruksi hampir total. Foto Rontgen toraks menunjukkan paru-paru dalam keadaan hipererasi dan diameter antero-ro-sterior membesar pada foto lateral. Pada sepertiga dari penderita ditemukan bercak-bercak kohsolidasi tersebar disebabkan atelektasis atau radang. Pada. pemeriksaan laboratorium ditemukan gambaran darah tepi dalam batas normal, kimia darah menunjukkan gambaran asidosis respiratorik maupun metabolik. Usapan nasofaring menunjukkan d. Diagnosis flora dan bakteri diagnosis normal. banding

Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis yang khas seperti tersebut di atas. Keadaan ini

harus dibedakan dengan asma yang kadang-kadang juga timbul pada usia muda. Anak dengan asma akan memberikan respons terhadap pengobatan dengan bronkodilator, sedangkan anak dengan bronkiolitis tidak. Bronkiotitis juga harus dibedakan dengan bronkopneumonia yang disertai e. Anak biasanya dapat mengatasi serangan tersebut sesudah 48 emfisema obstruktif dan gagal jantung. Prognosis 72 jam. Mortalitas kurang dari

1%. Anak biasanya meninggal karena jatuh dalam keaaan apnu yang lama, asidosis respiratorik yang tidak terkoreksi atau karena dehidrasi yang disebabkan oleh takipnea dan kurang makanminum. Komplikasi seperti otitis media akut, pneumonia bakterial dan gagal jantung jarang dijumpai. f. Pengobatan din penataiaksanasn

Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi, sebaiknya dengan uap dingin ( mist-tenf). Keadaan ini dapat mencairkan sekret bronkus yang liat. Untuk tujuan ini dapat juga diberikan pengobatan inhalasi. Oksigen perlu diberikan walaupun anak belum dalam keadaan sianosis. Cairan intravena dengan elektrolit yang diperlukan diberikan untuk mengoreksi asidosis respiratorik dan metabolik yang mungkin timbul dan juga untuk mengotetcsi kemungkinan dehidrasi. Antibiotika diberikan apabila tersangka ada infeksi bakterial dan sebaiknya dipilih yang mempunyai spektrum luas. Bila dicurigai Mycoplasma pneumoniae sebagai penyebabnya, obat yang terpilih ialah eritromisin. Tentang pemberian steroid masih belum ada keseragaman. Pemberian sedativum tidak diperkenankan, karena dapat menimbulkan depresi pernafasan. Bila dianggap perlu dapat diberikan kloralhidrat. Bronkodilator juga tidak dianjurkan dan sebetulnya merupakan indikasi kontra, karena dapat memperberat keadaan anak. Penderita dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen akan meningkat. I. Pneumonia aspirasi

Pneumonia Aspirasi adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan-bahan ke dalam a. saluran pernafasan. Penyebab

Partikel kecil dari mulut sering masuk ke dalam saluran pernafasan, tetapi biasanya sebelum masuk ke dalam paru-paru, akan dikeluarkan oleh mekanisme pertahanan normal atau menyebabkan peradangan maupun infeksi. Jika partikel tersebut tidak dapat dikeluarkan, bisa menyebabkan pneumonia.

Orang yang lemah, keracunan alkohol atau obat atau dalam keadaan tidak sadar karena pengaruh obat bius atau karena kondisi kesehatannya, memiliki resiko untuk menderita

pneumonia jenis ini. Bahkan orang normal yang menghirup sejumlah besar bahan makanan yang b. a) Pneumonitis dimuntahkannya, , bisa menderita pneumonia aspirasi. Gejala Kimia

Pneumonitis kimia terjadi bila zat yang terhirup bersifat racun terhadap paru-paru, dan masalah yang akan timbul lebih bersifat iritasi daripada infeksi. Zat yang terhirup biasanya adalah asam lambung. Yang terjadi dengan segera adalah sesak nafas dan peningkatan denyut jantung. Gejala lainnya berupa demam, dahak kemerahan dan kulit yang kebiruan karena darah yang kurang teroksigenisasi (sianosis).

Untuk menegakkan diagnosis dilakukan foto dada serta pengukuran konsentrasi oksigen dan karbondioksida dalam darah arteri.

Pengobatan terdiri dari terapi oksigen dan jika perlu bisa diberikan ventilator mekanis. Bisa dilakukan pengisapan trakea untuk membersihkan saluran pernafasan dan mengeluarkan benda yang terhirup. Untuk mencegah infeksi, kadang-kadang diberikan antibiotik. Biasanya penderita pneumonitis kimia bisa segera sembuh atau akan semakin memburuk menjadi suatu sindroma gawat pernafasan akut atau menjadi suatu infeksi bakteri. Sekitar 3050 b) % Aspirasi pernderita meninggal. Bakteri

Aspirasi bakteri adalah bentuk pneumonia aspirasi yang paling sering terjadi. Hal ini biasanya terjadi c) karena bakteri tertelan dan masuk ke dalam paru-paru. Mekanik

Obstruksi

Penyumbatan mekanik saluran pernafasan bisa disebabkan oleh terhirupnya partikel atau benda asing. Anak kecil beresiko tinggi karena sering memasukkan benda ke dalam mulutnya dan menelan mainan kecil atau bagian-bagian dari mainan.

Obstruksi juga dapat terjadi pada orang dewasa, terutama jika daging terhirup pada saat makan. Jika benda menyumbat trakea, pasien tidak dapat bernafas atau bicara. Jika benda tersebut tidak dikeluarkan dengan segera penderita akan segera meninggal. Dilakukan Manuver Heimlich, untuk mengeluarkan benda asing dan tindakan ini biasanya dapat menyelamatkan nyawa penderita. Jika benda asing tertahan di bagian yang lebih bawah dari saluran pernafasan, bisa terjadi batuk iritatif menahun dan infeksi yang berulang. Benda asing biasanya dikeluarkan dengan bronkoskopi (alat dimasukkan melalui saluran pernafasan dan benda asing dikeluarkan).

d)

Aspirasi

kerosen

(minyak

tanah)

Aspirasi ini dapat terjadi karena terminum minyak tanah atau bensin. Ada 2 pendapat tentang patogenesisnya yaitu: (1) kerosen dapat mencapai paru setelah diabsorbasi di traktus digestivus, (2) aspirasi terjadi pada waktu menelan kerosen, muntah atau saat membilas lambung. Suhu dapat meninggi dan kesadaran menurun. Pengobatan simtomatik dan antibiotika diberikan sebagai profilaksis. Pada umumnya bilasan lambung tidak dikerjakan untuk menghindarkan kemungkinan aspirasi sewaktu pembilasan. Dalam keadaan berat anak perlu dirawat. Dalam keadaan ringan dapat dipulangkan dengan penyuntikan penisilin setiap hari di poliklinik dan dilakukan pula pemeriksaan ulangan foto Rontgen toraks. Mengenai pneumonia aspirasi ini. Selanjutnya dapat dilihat juga pada Bab Perinatologi. J. Sindrom Loeffler

Foto toraks sindrom ini biasanya menunjukkan gambaran infiltrat besar dan kecil yang tersebar, ada yang menyerupai tuberkulosis miliaris. Batasnya kadang-kadang tidak tegas. Infiltrat ini dapat berpindah-pindah dari lobus yang satu ke lobus yang lain atau dari satu paru ke paru sisi lain. Infiltrat ini merupakan infiltrat eosinofil oleh karena terdapat banyak sel eosinofil. Pada umumnya inflltrat ini dianggap sebagai reaksi alergi terhadap protein asing yang di daerah tropis dihubungkan dengan migrasi larva cacing Ascaris lumbricoides atau lainnya, dari usus masuk ke peredaran darah dan paru. Darah menunjukkan eosinofilia sampai 40 -70%. Penyakit ini biasanya tidak berat dan sembuh setelah beberapa hari sampai beberapa bulan. Pengobatannya terdiri dari antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder dan antelmintika. 3. A. Untuk Antibiotic Antibiotic Umur beri Beri Tablet 480 120 240 per 2 mg mg mg Sirup/ Sirup 5 4 Tablet 5 125 2 3 atau kali kali sehari Standart Beri semua penatalaksanaan antibiotic klasifikasi yang Pneumonia oral membutuhkan kotrimoksazol Dari sesuai antibiotic yang DEPKES RI indikasi sesuai.

pilihan

pertama: pilihan

(trimetoprim+sulfametoksazol) kedua: amoksilin kotrimoksazol hari 5 Amoksisilin hari dewasa anak ml mg ml bulan

berat selama sehari

badan 5 selamam

(4 4 (6 12