muntah dan gumoh
-
Upload
isha-shofiyya -
Category
Documents
-
view
488 -
download
24
description
Transcript of muntah dan gumoh
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000
jiwa pertahun dan kematian bayi pada khususnya neonatus sebesar 10 juta jiwa pertahun.
Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99%
(Manuaba, 1998).
Seperti yang terjadi di hampir semua negara di dunia, kesehatan bayi cenderung kurang
mendapat perhatian di bandingkan umur-umur lainnya. Padahal data WHO (2002) menunjukkan
angka yang sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan “fenomena 2/3”, yaitu 2/3 kematian
bayi (umur 0-1 tahun) terjadi pada masa neonatal (bayi baru lahir umur 0-28 hari), 2/3 kematian
pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama. Maka 1 minggu pertama dari kelahiran adalah
masa paling kritis bagi seorang bayi (Komalasari, 2007).
Menurut Agus Hamonangan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tertinggi
di bandingkan Negara-negara tetangga. Di Malaysia 10 per 1000 kelahiran hidup, Thailand 20
per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 per 1000 kelahiran hidup, Brunai Darusalam 8 per 1000
kelahiran hidup. Sedangkan Indonesia sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup (Azrul, 2005).
Di indonesia, program kesehatan bayi baru lahir tercakup di dalam program kesehatan
ibu. Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer, target untuk kesehatan bayi baru
lahir adalah menurunkan angka kematian neonatal dari 25 per 1000 kelahiran hidup (tahun 1997)
menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (Depkes R.I, 2006).
1.2 Tujuan
Tujuan umum
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui neonatus dan bayi
dengan masalah muntah dan gumoh serta penatalaksanaannya.
Tujuan khusus
Adapun tujuan khuss dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui macam neoanatus dan bayi dengan muntah dan gumoh seperti:
1. Mengetahui Anatomi saluran pencernaan
2. Mengetahui pengertian gumoh dan muntah pada bayi
3. Mengetahui penyebab gumoh dan muntah pada bayi
4. Mengetahui penatalaksanaan gumoh dan muntah pada bayi
5. Mengetahui komplikasi gumoh dan muntah pada bayi
6. Mengetahui diagnosa banding gumoh dan muntah pada bayi
7. Mengetahui perbedaan muntah dan gumoh pada bayi
1.3. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penyusunan mempergunakan
metode pustaka dan penalaran luar (internet).
Adapun teknik yang dipergunakan pada peninjauan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Teknik Pustaka
Pada metode ini penyusun membaca buku dan literatur-literatur yang berhubungan
dengan isi atau pembahasan masalah.
1.3.2. Pranaluar Luar (Internet)
Metode kedua dan terakhir yang digunakan untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai masalah yang penyusun bahas pada makalah ini, adalah cara
searching dan browsing internet (mencari dan menjelajahi internet).
BAB II
ISI
2.1 Anatomi Sistem Pencernaan
2.2 Muntah dan Gumoh
2.2.1 Definisi Gumoh
Gumoh merupakan pengeluaran cairan kurang dari 10 cc. Berupa ASI yang sudah
ditelan, dan mengalir melalui mulut serta tidak disertai kontraksi otot perut. terjadi pada bayi
berumur beberapa minggu, 2-4 bulan atau 6 bulan dan akan hilang dengan sendirinya.
Proses alami dan wajar untuk mengeluarkan udara yang tertelan bayi saat minum ASI.
Gumoh merupakan dikeluarkannya isi lambung lewat mulut si kecil, namun bukan
muntah. Muntah merupakan pengeluaran isi lambung lewat mulut dengan kekuatan aktif dan
diikuti kontraksi isi perut. Kadang, karena sering terjadi, gumoh sering dianggap sepele,
padahal bisa berpotensi berbahaya bagi anak.
2.2.2 Penyebab Gumoh
Gumoh disebabkan karena bayi terlalu banyak minum ASI. Saat minum atau makan ada
udara yang ikut tertelan. Bayi gagal menelan, karena otot-otot penghubung mulut dan
kerongkongan belum matang, biasanya terjadi pada bayi prematur.
Penyebab Gumoh
1. Katup penutup lambung belum sempurna
Setelah masuk lewat mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, kemudian ke
lambung. Di antara organ tersebut terdapat katup penutup lambung yang ada di antara
lambung dan kerongkongan. Karena itulah, jika ia baru saja diberikan susu, lalu dibaringkan,
ketika katupnya belum sempurna, susu bisa keluar lagi dari mulutnya.
2. Menangis kencang
Bayi yang menangis sesenggukkan akan membuat udara tertelan berlebihan. Ketika
mendapat tekanan berlebihan dari luar, sebagian isi perut bayi bisa keluar. Ada pula
kemungkinan si bayi menangis karena tak bisa menelan susu dengan sempurna.
3. Lambung yang masih terlalu kecil
Bayi memiliki lambung yang kecil. Ketika susu yang ia telan melebihi kapasitas
lambung. Ketika bayi menggeliat, tekanan dalam perut menjadi tinggi, alhasil terjadilah
gumoh. Gumoh masih terbilang normal ketika cairan yang masuk dan keluar masih
seimbang.
2.2.3 Penatalaksanaan Gumoh
Cara mengatasi gumoh pada bayi adalah dengan menyendawakan bayi, yaitu dengan
menepuk-nepuk punggung bayi dalam keadaan tegak, agar udara yang tertelan dapat
dikeluarkan sehingga tidak mendorong keluar susu yang telah diberikan.
2.3. Muntah
2.3.1 Definisi Muntah
Muntah merupakan pengeluaran cairan berupa ASI atau susu formula lebih dari 10 cc
dan makanan jika bayi berusia di atas 6 bulan, biasanya Menyembur seperti disemprotkan
dari dalam perut dan disertai kontraksi otot perut. Kadang kala juga keluar dari lubang
hidung. Tidak terjadi pada bayi baru lahir. Tapi bisa terjadi pada bayi berumur 2 bulan dan
dapat berlangsung sepanjang usia. Bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan atau
gangguan fungsi pada organ pencernaan bayi.
Muntah difenisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan paksa atau
dengan kekuatan. Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung. Muntah pada
bayi merupakan gejala yang sering sekali dijumpai dan dapat terjadi pada berbagai
gangguan.
2.3.2 Sifat Muntah
Keluar cairan terus menerus (kemungkinan obstruksi esofagus).
Muntah proyektif (kemungkinan stenosis pilorus)
Muntah hijau kekuningan (kemungkinan obstruksi di bawah ampula vateri)
Muntah segera lahir dan menetap (kemungkinan obstruksi usus)
2.3.4 Penyebab Muntah
Penyebab Muntah
Muntah sebenarnya merupakan keadaan yang relative jarang terjadi selama masa
neonatal. Sebagian besar biasanya hanyalah karena regurgitasi sebagai akibat kebanyakan
makan atau kegagalan mengeluarkan udara yang tertelan(lihat juga refluks
gastroesophageal). Bila muntah terjadi beberapa saat setelah lahir harus di pikirkan
kemungkinan adanya tekanan intracranial yang meninggi atau obstruksi usus halus. Apabila
selama hamil terdapat hydraamnion perlu di pikirkan kemungkinaan adanya atresia usus
bagian atas.
Ganguan obstruksi saluran cerna kebanyakan terjadi di daerah esophagus dan usus
halus. Muntah sebagai akibat obstruksi esophagus terjadi pada pemberian makan pertama.
Diagnosis atresia esophagus dapat di duga jika terdapat hidramnion pada ibu, gumoh yang
berlebihan, dan terdapat tahanan ketika kateter di coba di masukkan ke dalam lambung.
Diagnosis harus segera di buat sebelum anak terdesak sewaktu makan dengan kemungkinan
terjadinya aspirasi pneumonia. Akalasia infilasi(kardiospasme), suatu keadaan yang jarang
terjadi pada bayi baru lahir, dapat di tegakkan diagnosisinya secara radiology, yaitu dengan
di dapatnya obsrtksi di daerah kardia esophagus tanpa di temukannya kelianan organic.
Regurgitasi makanan karena relaksasi sfingter esophagus-lambung(kalasia) yang melanjut
merupakan penyebab muntah; keadaan ini dapat di atasi dengan membuat posisi bayi
setengah duduk.
Muntah sebagai akibat obstruksi usus halus umumnya terjadi pada beberapa hari
pertama kelahiran bayi dan sering menetap, biasanya tidak proyektil, jumlahnya banyak, dan
warnanya hijau(empedu), kecuali bila obstruksi terjadi di atas ampula vater. Selain itu
tampak pula pemebesaran perut(buncit) dengan gambaran gelombang peristaltic yang dalam
dan kurangnya atau tidak ada pergerakan usus. Malrotasi di sertai adanya obstruksi karena
volvulus, merupakan kegawatan perut yang harus di pertimbangkan. Foto perut berdiri akan
memperlihatkan adanya uadara di dalam usus dana dapat menunjukan letak obstruksi;
penggunaan barium kontras biasabya tidak di perlukan.
Dalam keadaan normal, udara biasanya dapat di demonstrasikan secara radiologis di
yeyunum dalam waktu 15-60 menit, di ileum 2-3 jam, dan kolon 3 jam setelah lair. Muntah
yang menetap mungkin terjadi pada hernia diafragmatika bawaan. Muntah pada stenosis
pylorus dapat terjadi setiap saat setelah lahir walaupun gejala yang jelas baru terlihat setelah
berusia 2-3 minggu. Muntah pula terjadi bukan karena obstruksi saluran cerna, misalnya
pada alergi susu, hipertrofi adrenal, sepsis, meningitis, infeksi saluran kelmih dan penyakit
infeksi lainnya.
Muntah disebabkan oleh adanya kelainan pada sistem pencernaan bayi, misalnya
kelainan katup pemisah lambung dan usus 12 jari. Cairan muntah biasanya berwarna hijau.
Adanya infeksi atau luka, misalnya infeksi tenggorokan yang kadang-kadang dapat memicu
bayi muntah. Cairan muntah biasanya disertai bercak darah.
Penyebab lainnya adalah:
Keluhan Kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia desafagus,
atresia/stenosis, Hirschspruni tek. Intrakranial yang tingi, cara memberi makan/minum salah,
Dan lain-lain.
Pada masa neonatus semakin banyak misalnya :
Faktor infeksi : (Trak. Urinarus akut, Hep, peritonitis)
Faktor lain : Invaginasi, Kel. intrakranial, intoksikasi dll.
Refleks Menelan Belum Bagus
Bila karena refleks menelannya memang belum bagus, terang Kishore lebih lanjut,
ketika makanan ditaruh di bagian depan lidahnya, si bayi berusaha menelannya dengan
menjulurkan lidahnya. Namun bukannya bisa masuk, malah makanannya jadi keluar lagi.
Seperti halnya bayi mau belajar merangkak, kadang jalannya bukannya maju malah mundur
karena koordinasi motoriknya belum bagus. Sementara kalau dia mengisap ASI, tak jadi
masalah, karena puting ada di belakang lidahnya.
Refleks menelan ini, akan membaik dengan sendirinya. Tergantung kemampuan
masing-masing bayi dalam menelan. Umumnya di atas usia 6 bulan. Jika refleks menelannya
belum baik dan bayi belum bisa menelan makanan padat, kita bisa mengatasinya dengan
mengencerkan lagi makanannya dengan cara memblender hingga mudah baginya untuk
menelan.
Tak Kenal Dengan Makanannya
Jika bayi tidak kenal atau tidak suka dengan makanannya, baik yang semi padat ataupun
padat, tentu akan ditolaknya. “Selama ini makanan yang diterima bayi selalu dalam bentuk
cair. Sementara kini dia mulai mendapatkan makanan yang agak kental, semisal bubur susu,
atau makanan agak padat, semisal nasi tim.
Bila demikian kejadiannya, pemberiannya harus dimundurkan dengan cara agak
diencerkan lagi. “Jangan memaksakan bayi dengan kemauan kita karena akan membuatnya
trauma. Bisa jadi setiap kali melihat mangkuk makanan, dia jadi menangis karena takut
dijejalkan.”
Rasanya Berbeda
Ada pula bayi yang menolak nasi tim karena rasanya yang berbeda. Jangan lupa, selama
6 bulan pertama, bayi kenalnya hanya rasa manis. Muntah juga bisa terjadi, misalnya, karena
bayi kekenyangan makan atau minum ataupun karena bayinya mengulet hingga tekanan di
perutnya tinggi, akibatnya susunya keluar lagi.
Gangguan Sfingter
Sementara bila karena ada gangguan di saluran cernanya, kita tahu bahwa pada saluran
pencernaan itu ada saluran makan (esopnagus), yang berawal dari tenggorokan sampai
lambung. pada saluran yang menuju lambung ini ada semacam klep atau katup yang
dinamakan sfingter. Fungsinya untuk mencegah keluarnya kembali makanan yang sudah
masuk ke lambung.
Umumnya sfingter pada bayi belum bagus dan akan membaik dengan sendirinya sejalan
bertambahnya usia. Umumnya di atas usia 6 bulan. Namun, adakalanya di usia itu pun si
bayi masih mengalami gangguan. Jadi, sifatnya sangat bervariasi. Tentunya, kalau sfingter
tak bagus, maka makanan yang masuk ke lambung bisa keluar lagi. Gejalanya biasanya
kalau pada bayi akan lebih sering gumoh, terutama sehabis disusui. Apalagi bila ia
ditidurkan dengan posisi telentang. Begitupun bila setiap kali diberi makanan padat muntah,
harus dicurigai sfingter-nya tak bagus. Apalagi bila berat badan bayinya tak naik-naik, misal
selama 1-2 bulan.
Kadang ada juga sfingter dengan gangguan, yang disebut hipertropi pylorus stenosis,
yaitu adanya otot pylorus yang menebal hingga makanan akan susah turun dari lambung ke
usus, akhirnya keluar muntah. Gejalanya, tiap kali diberikan makanan padat akan muntah.
Tapi kalau makanan cair tidak. Selain itu, berat badannya pun sulit naik. Jika gangguannya
berat, makanan cair pun biasanya tak bisa lewat, hingga menganggu pertumbuhan si bayi
karena tak ada penyerapan makanan. Biasanya kalau kejadiannya demikian, harus dilakukan
tindakan operasi secepatnya untuk memperbaiki klepnya hingga saluran makanan dari
lambung ke usus bisa jalan dengan lancar.
Namun kalau gangguannya ringan saja, misal, muntahnya jarang dan setelah dilakukan
pemeriksaan dengan rontgen atau USG ditemui hipertropi sfingter ringan, berat badan anak
tetap naik. Biasanya kalau kasusnya demikian, tindakan operasi bisa ditunda. Diharapkan
dengan bertambahnya usia, bayi mulai berdiri tegak hingga makanan lebih mudah turun.
2.3.5 Komplikasi Muntah
Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga menyebabkan dehidrasi dan alkalosis.
Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.
Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya menjadi shock.
Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut,
perdarahan conjungtiva, ruptur esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah, jahitan
lepas, timbul perdarahan.
Pendekatan diagnosis
Pendekatan muntah pada anak merupakan problem yang sulit, diagnosa banding bukan
hanya menyangkut masalah gastrointestinal tetapi juga masalah emergensi pada anak.
Muntah terus menerus dapat menyebabkan komplikasi dehidrasi, gangguan elektrolit,
aspirasi cairan lambung. Penyebab muntah pada anak sangat bervariasi dan tergantung usia.
Beberapa keadaan dapat sebagai pencetus terjadinya muntah seperti infeksi, iritasi makanan,
trauma, alergi, gangguan pada pendengaran seperti dizziness dan motin sickes, kelainan
pada saraf seperti trauma dan infeksi. (4)
2. 3.6 Diagnosis banding
1. Possetting
pengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan, biasanya meleleh keluar dari mulut.
Sering didahului oleh bersendawa, tidak berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya.
2. Ruminasi (Rumination, Merycism)
merupakan suatu kebiasaan abnormal, mengeluarkan isi lambung, mengunyahkan dan
kemudian menelannya kembali. Kadang-kadang dirangsang secara sadar dengan mengorek
faring dengan jari, tidak berbahaya. Kebiasaan ini sulit dihilangkan, memerlukan bimbingan
psikologis/psikoteratif yang intensif
3. Regurgitasi (Gumoh, Spitting)
disebabkan oleh inkompeten sfingter kardioesofageal dan/atau memanjangnya waktu
pengosongan isi lambung. Dapat mengganggu pertumbuhan dan menimbulkan infeksi
traktus respiratorus berulang akibat aspirasi, malahan diperkirakan dapat merupkan salah
satu penyebab sudden infant death syndrome. Sebagian besar akan menghilang sendiri
dengan bertambahnya umur bayi.
4. Refluks Gastroesofageal (RGe)
RGE adalah keluarnya isi lambung ke dalam esofagus. Keadaan ini mungkin normal
atau dapat juga abnormal. Setiap refluks tidak selalu disertai regurgitasi atau muntah, tetapi
setiap regurgitasi pasti disertai refluks.(1)
2.3.7 Penatalaksanaan dan Peran Bidan Terhadap Muntah
Jika bayi muntah, bidan dapat segera memiringkan tubuh bayi, atau diangkat ke
belakang seperti disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran
napas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
1. Menjaga/mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Diberi obat muntah (sesuai petunjuk dokter), misal:
a. Domperidon (0,2 - 0,4 mg/kg berat badan tiap 4-8 jam).
b. Metoklopramid.
c. Cisapride.
3. Bila terdapat esofagitis, berikanlah antagonis H2, misalnya: ranitidin (2-3
mg/kg berat badan/kali, 2 x sehari).
Jika terdapat dehidrasi, berikan cairan sesuai dengan yang keluar.
Tanda-tanda dehidrasi pada anak
1. Tanpa dehidrasi: sadar, mau minum normal, kelopak mata normal, air mata banyak,
mulut tidak kering, kulit tidak keriput. Urin normal. Berat badan turun<5%. Terapi
penggantian cairan rehidrasi oral (CRO) 10ml/kgBB/setiap diare; 2-5ml/kgBB setiap
muntah.
2. Dehidrasi ringan-sedang : rewel, gelisah, tampak kehausan dan minum dengan cepat,
kelopak mata cekung, air mata berkurang, mulut kering, kulit pucat, urin berkurang, berat
badan turun 5-10% dari berat badan sebelumnya. Diberikan rehidrasi dengan CRO
75mg/kgBB/3jam dan penggantian cairan sama seperti dehidrasi ringan.
3. Dehidrasi berat : lemah, tidak sadar, tidak mau minum, kelopak mata sangat cekung,
sangat kering, kulit pucat, berat badan turun>10% dari berat badan sebelumnya. Terapi
rehidrasi dengan cairan intravena (infus) untuk itu segera dibawa ke fasilitas kesehatan. (2)
Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tak perlu khawatir. Ini berarti muntahnya
keluar. Bersihkan segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk lagi
terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru- paru dan menyumbat jalan napas. Jika
ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya
segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.
Dapat juga dilakukan dengan cara-cara berikut ini :
Pengkajian faktor penyebab.
Pengobatan tergantung kepada penyebab
Beri suasana tenang
Perlakukan bayi/anak dengan baik dan hati-hati.
Diet yang sesuai dan jangan berikan makanan yang merangsang.
Kaji sifat muntah
Diberi obat anti emetik
Bila ada kelainan yang sangat penting segera rujuk.
Cara meminimalisir Gumoh atau muntah bayi :
1. Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam
posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
2. Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada
perut.
3. Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.
4. Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan jumlah
sedikit tapi sering.
5. Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih
membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.
6. Cek lubang dot yang digunakan untuk memberikan ASI/susu. Jika lubang terlalu
kecil akan meningkatkan udara yang masuk. Jika terlalu besar ,susu akan mengalir dengan
cepat yang bisa memungkinkan bayi gumoh.
7. Hindari memberikan ASI/susu ketika bayi sangat lapar, karena bayi akan tergesa-
gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
8. Jika menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya lebih tinggi dari kaki sehingga
membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang masuk bisa turun ke bawah.
9. Jangan mengangkat bayi saat gumoh atau muntah.
Segera mengangkat bayi saat gumoh adalah berbahaya, karena muntah atau gumoh bisa
turun, masuk ke paru dan akhirnya justru mengganggu paru. Dapat terjadi radang paru.
Sebaiknya, miringkan atau tengkurapkan anak. Biarkan saja ia muntah sampai tuntas jangan
ditahan.
10. Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya.
Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam
paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.
2.4 Perbedaan muntah dan gumoh
Muntah dan gumoh, serupa tapi tak sama. Terdapat beberapa perbedaan antara gumoh
dan muntah, yaitu:
1. Dari volume cairan/makanan yang dimuntahkan.
G: Sedikit, kurang dari 10 cc. Berupa ASI yang sudah ditelan si kecil.
M: Banyak, lebih dari 10 cc. Berupa ASI atau susu formula dan makanan jika si kecil
berusia di atas 6 bulan.
2. Dari cara keluar.
G: Mengalir biasa dari mulut. Tidak disertai kontraksi otot perut.
M: Menyembur seperti disemprotkan dari dalam perut dan disertai kontraksi otot perut.
Kadang kala juga keluar dari lubang hidung.
3. Dilihat dari umur bayi.
G: Kebanyakan terjadi pada bayi berumur beberapa minggu, 2-4 bulan atau 6 bulan dan
akan hilang dengan sendirinya.
M: Tidak terjadi pada bayi baru lahir. Tapi bisa terjadi pada bayi berumur 2 bulan dan
dapat berlangsung sepanjang usia.
4. Arti.
G: Proses alami dan wajar untuk mengeluarkan udara yang tertelan bayi saat minum
ASI.
M: Bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan atau gangguan fungsi pada organ
pencernaan bayi.
5. Penyebab.
G: Bayi terlalu banyak minum ASI. Saat minum atau makan ada udara yang ikut
tertelan. Bayi gagal menelan, karena otot-otot penghubung mulut dan kerongkongan belum
matang, biasanya terjadi pada bayi prematur.
M: Ada kelainan pada sistem pencernaan bayi, misalnya kelainan katup pemisah
lambung dan usus 12 jari. Cairan muntah biasanya berwarna hijau. Adanya infeksi atau luka,
misalnya infeksi tenggorokan yang kadang-kadang dapat memicu bayi muntah. Cairan
muntah biasanya disertai bercak darah.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA