Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

40
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK SISTEM STOMATOGNASI II MAKAN DAN REFLEK MUNTAH OLEH : M.Maulana Akbari 131610101059 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Transcript of Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

Page 1: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK SISTEM STOMATOGNASI II

MAKAN DAN REFLEK MUNTAH

OLEH :

M.Maulana Akbari

131610101059

LABORATORIUM FISIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Permasalahan

I.2. Tujuan

I.3. Dasar Teori

BAB II DATA PENGAMATAN

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Permasalahan

1. Apa ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan

perempuan? Jelaskan mengapa?

2. Apa ada perbedaan kekuatan gigit maksimal laki-laki dan perempuan?

Jelaskan mengapa?

3. Mengapa makanan ada yang mudah di telan dan ada yang sukar? Jelaskan

mengapa?

4. Mengapa rasa pahit dapat merangsang refleks muntah?

I.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum makan dan reflek muntah kali ini adalah untuk

mengetahui proses dalam makan yang meliputi (proses pengunyahan dan proses

penelanan), proses refleks muntah, dan faktor-faktor yang mempengaruhi

keduanya.

I.3. Dasar Teori

Beberapa fungsi penting tubuh yang terlibat dalam proses makan antara

lain pengunyahan, gerakan lidah, perasa, penelanan, dan salivasi. Selain bagian

tubuh yang berperan langsung pada proses makan, secara fisiologis beberapa

organ juga ikut berperan dalam menimbulkan keinginan dan selera makan yaitu:

penglihatan, pendengaran, penciuman, dan keterlibatan susunan saraf pusat.

Fungsi-fungsi diatur mengikuti kerja N. Kranialis, yaitu:

Page 4: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

Tabel Syaraf Kranialis dan Fungsinya

No. NervusN. C

Ke-Fungsi

1. N. Trigeminus V : (1) Mengatur proses mengunyah dan

menggigit

(2) Mengatur pergerakan rahang ke

lateral

2. N. Fasialis VII : (1) Mengukur reseptor rasa pada 2/3

anterior lidah

(2) Menginervasi kelenjar saliva

3. N. Glossopharyngeal IX : (1) Mengatur sekresi saliva

(2) Mengatur proses penelanan

(3) Mengatur sensasi pada faring

tonsil, palatum mole, bagian 1/3

posterior lidah

(4) Mengatur reseptor rasa pada 1/3

bagian posterior lidah

(5) Mengendalikan reflek muntah

4. N. Vagus X : Mengatur proses penelanan

5. N. Hypoglossal XI : Mengatur gerakan lidah

I.3.1. Pengunyahan/Mastikasi

Pengunyahan merupakan hasil kerjasama antara peredaran darah, otot

pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo-mandibula, jaringan lunak

rongga mulut, dan gigi-gigi. Adapun, organ tubuh yang terlibat dalam proses

pengunyahan ini antara lain: bibir, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva, faring, dan

laring. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang motorik N.

Trigeminus khususnya saraf mandibularis yang dikontrol oleh nukleus di batang

otak.

Di dalam mulut, makanan mengalami peoses mastikasi untuk

mempermudah mencerna makanan dan merangsang sekresi saliva. Proses

Page 5: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

mengunyah disebabkan oleh refleks mengunyah yang berlangsung terus menerus

sebagaimana dijelaskan sebagai berikut.

(1) Pada saat makanan akan masuk ke dalam mulut akan merangsang refleks

inhibisi otot-otot pengunyahan, yang menstimulasi membukanya rongga mulut

karena rahang bawah turun.

(2) Penurunan ini segera menginisiasi refleks regang otot-otot rahang yang

menyebabkan kontraksi otot di sekitar rongga mulut. Hal ini secara otomatis

mengangkat rahang bawah sehingga terjadi penutupan rongga mulut dan

oklusi gigi-gigi.

(3) Oklusi gigi mengakibatkan terdorongnya bolus yang berada di atas permukaan

oklusal gigi bergerak ke arah pipi.

(4) Dorongan makanan ini akan menimbulkan penghambatan kontraksi otot-otot

rahang sehingga mulut kembali terbuka.

(5) Pada saat mulut terbuka, lidah dan pipi akan berfungsi mengangkat kembali

makanan ke atas permukaan gigi-gigi dan mencampur makanan dengan enzim

pencernaan di rongga mulut. Kondisi ini akan terus menerus terjadi sehingga

terjadi pemecahan ukuran partikel makanan menjadi lebih kecil dan siap untuk

ditelan. Kecepatan pencernaan makanan sangat tergantung pada luas

permukaan total yang dapat menghasilkan getah lambung. Penghancuran

makanan menjadi parikel-partikel halus berfungsi mncegah ekskorias/lukanya

saluran pencernaan. Dalam hal ini, pergerakan lidah diatur oleh saraf kranialis

ke-12, Hypoglossus.

I.3.2. Penelanan

Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menelan pada

dasarnya merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Pada proses penelanan

makanan digerakkan dari faring menuju esophagus. Proses penelanan terdiri dari

tiga fase, yaitu:

Page 6: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

(1) Fase Volunter

Makanan ditelan secara sadar.Makanan ditekan atau didorong ke

bagian belakang mulut oleh tekanan lidah yang bergerak ke atas dan

kebelakang terhadap palatum sehingga lidah memaksa bolus makanan masuk

ke dalam orofaring. Proses menelan pada fase ini seluruhnya atau hamper

seluruhnya terjadi secara otomatis dan biasanya tidak dapat dihentikan.

(2) Fase Faringeal

Setelah makanan didorong ke belakang mulut, ia merangsang daerah

reseptor menelan yang semuanya terletak di sekitar orofaring, khususnya

tonsil. Selanjutnya, impuls berjalan ke batang otak untuk memulai serangkaian

kontraksi otot faring dengan jalan sebagai berikut.

a. Palatum molle didorong ke atas menutup nares posterior, untuk mencegah

refluks makanan ke rongga hidung.

b. Arkus palato-faringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk saling

mendekati hingga membentuk celah sagittal sebagai jalan masuk makanan

ke posterior-faring.

c. Pita suara larings menjadi berdekatan dan epiglottis terdorong ke belakang

ke atas pintu superior larings. Kedua efek ini mencegah masuknya

makanan ke dalam trakea.

d. Seluruh laring ditarik ke bawah dan ke depan oleh otot-otot yang melekat

pada os hyoideus. Pergerakan ini meregangkan pintu esophagus.

e. Selanjutnya, bagian atas esophagus (sfingter esophagus atas) berelaksasi

sehingga memungkinkan makanan berjalan dari posterior faring ke dalam

esophagus bagian atas. Pada saat menelan sfingter tetap berkontraksi

secara tonik dengan kuat untuk mencegah udara masuk ke dalam

esophagus saat bernapas.

f. Pada saat laring terangkat dan sfingter esophagus atas relaksasi, m.

konstriktor faringis superior berkontraksi sehingga menimbulkan

gelombang peristaltik cepat yang berjalan ke bawah melewati otot-otot

faring dan masuk ke esophagus serta mendorong makanan masuk ke

Page 7: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

esophagus bagian bawah. Mekanisme menelan pada stadium faringeal ini

berlangsung selama 1-2 detik.

Gambar 2.1 Proses Penelanan

Impuls saraf pada fase faringeal dihantarkan dari daerah-daerah tersebut

melalui bagian sensoris N. Trigeminus dan N. Glosofaringeus menuju ke formasio

retikularis medulla oblongata dan bagian bawah pons sebagai pusat penelanan,

yang erat hubungannya dengan traktus solitaries sebagai penerima impuls sensoris

dari mulut. Selanjutnya, impuls motoris dari pusat menelan ke faring dan bagian

atas esophagus dihantarkan melalui saraf kranial ke V, IX, X dan XII serta

beberapa nervous servicalis superior.

(3) Fase Esofagus

Fungsi utama esophagus yaitu menghantarkan makanan dari faring ke

lambung.Sfingter bagian bawah esophagus berelaksasi setelah melakukan

gelombang peristaltic dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam

lambung.Sfingter kemudian berkontraksi untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi

lambung ke dalam esophagus. Gelombang peristaltic esophagus hamper

seluruhnya dikontrol oleh refleks vagus yang merupakan sebagian dari

Page 8: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

keseluruhan mekanisme menelan. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung

kira-kira dalam waktu 5-10 detik.Refleks ini dihantarkan melalui serat aferen

vagus dari esophagus ke medulla oblongata dan kembali lagi ke esophagus

melalui serat eferen vagus.

I.3.3. Refleks Muntah (Gagging Refleks)

Refleks muntah (gagging refleks) dianggap suatu mekanisme fisiologis

tubuh untuk melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan yang

berbahaya bagi tubuh, masuk ke dalam tubuh melalui faring, laring atau trakea.

Sumber refleks muntah secara fisiologis dapat diklasifikasikan dalam dua

kelompok yaitu (1) somatic (stimulasi saraf sensoris berasal dari kontak langsung

pada area sensitive yang disebut trigger zone, mis : sikat gigi, makanan,

meletakkan benda di dalam rongga mulut), dan (2) psikogenik (distimulasi di

pusat otak yang lebih tinggi tanpa stimulasi secara langsung, mis : penglihatan,

suara, bau, perawatan kedokteran gigi).

Letak trigger area pada setiap individu dilaporkan tidak sama/sangat

spesifik. Pada beberapa orang Trigger zone dapat ditemukan di bagian lateral

lidah, posterior palatum, dinding posterior faring, dan lain-lain. Impuls

rangsangan saraf ini akan diteruskan ke otak melalui N. Glosso-faringeus, dan

motoriknya akan dibawa kembali oleh N. Vagus. Selain tempat tersebut, (gagging

refleks) dapat juga disebabkan karena hidung tersumbat, gangguan saluran

pencernaan, perokok berat, gigi tiruan, variasi anatomi dari palatum molle,

perubahan posisi tubuh yang sangat cepat atau pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan.

Mekanisme refleks muntah dapat diuraikan sebagai berikut :

(1) Pada tahap awal dari iritasi gastro-intestinal atau distensi yang berlebihan,

akan terjadi gerakan anti peristaltis (beberapa menit sebelum muntah).

(2) Anti peristaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik menuju duodenum

dan lambung dengan kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit.

(3) Kemudian pada bagian saat traktus gastro intestinal, terutama duodenum,

menjadi sangat meregang, peregangan ini yang menjadi faktor pencetus yang

menimbulkan tindakan muntah.

Page 9: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

(4) Pada saat muntah, kontraksi instrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun

pada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esophagus

bagian bawah, sehingga mambuat muntahan bergerak ke esophagus.

Selanjutanya kontraksi otot-otot abdomen akan mendorong muntahan keluar.

(5) Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu

rangsangan khususnya kuat untuk muntah, baik oleh saraf aferen vagal

maupun oleh saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di medulla (terletak

dekat traktus solitaries). Reaksi motoris ini otomatis akan menimbulkan efek

muntah. Impuls-impuls motorik yang menyebabkan muntah ditransmisikan

dari pusat muntah melalui saraf kranialis V, VII, IX, X, dan XII ke traktus

gastro intestinal bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot

abdomen.

(6) Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma dengan rangsangan

kontraksi semua dinding otot abdomen. Keadaan ini memeras perut diantara

diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu tekana intragrastik

sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya, sfingter esophagus bagian bawah

berelaksasi secara lengkap, membuat isi lambung ke atas melalui esophagus.

(7) Ketika reaksi muntah terjadi, timbul beberapa reflesk yang terjadi di ronggal

mulut yaitu (1) bernafas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan faring untuk

mengangkat sfingter esophagus bagian atas hingga terbuka, (3) penutupan

glottis, (4) pengangkatan palatum molle untuk menutup nares posterior

(daerah yang paling sensitive di dalam rongga mulut berbagai rangsangan).

Cara mencegah refleks gagging yaitu dengan diberikannya es balok

(berkumur dengan air es berulang kali), karena es balok (air es) memiliki suhu

rendah sehingga dapat menghambat kerja saraf untuk menyampaikan rangsang

menuju pusat muntah.Sehingga sensitivitas pasien dapat berkurang. Selain itu,

beberapa cara dapat digunalkan unutk menekan efek gagging refleks antara lain

relaksasi, mengalihkan perhatian, metode desensitisasi, terapi psikologis dan

perilaku, anetsei lokal, sedasi, general anestesi, terapi obat-obatan, hipnotik, dan

akupuntur.

Page 10: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

I.3.4. Koordinasi Gerakan Lidah

Lidah merupakan organ stomatognatik berotot yang dilapisi oleh mukosa

yang memiliki reseptor pengecap.Lidah memiliki kemampuan untuk bergerak ke

segala arah. Selain memiliki fungsi sebagai alat pengecap, lidah membantu proses

pengunyahan makanan.

Page 11: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

BAB II

DATA PENGAMATAN

II.1. Data Pengamatan

1. Pengunyahan

a. Kekuatan Gigit Maksimal

Jenis kelamin

orang cobaGigi

Kedalaman gigit

Kanan Kiri

Perempuan

Insisiv pertama 0,4cm 0,4cm

Kaninus 0,4cm 0,4cm

Molar pertama 0,3cm 0,3cm

Laki-laki

Insisiv pertama 0,4cm 0,4cm

Kaninus 0,4cm 0,4cm

Molar pertama 0,3cm 0,3cm

b. Efisiensi Kunyah

Perhitungan efisiensi kunyah

- Pengunyahan 20 kali

Berat saringan : 11,6 g

Berat tempat makan : 6,3 g

Berat nasi : 20,46 g

Berat setelah kunyah + saringan : 31,5 g

Efisiensi kunyah = 31,5-11,6 : 20,46 x 100%

= 96%

Page 12: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

- Pengunyahan 15 kali

Berat saringan : 11,6 g

Berat tempat makan : 6,3 g

Berat nasi : 19,36 g

Berat setelah kunyah + saringan : 29,40 g

Efisiensi kunyah = 29,40-11,6 : 19,36 x 100%

= 91%

- Pengunyahan 10 kali

Berat saringan : 11,6 g

Berat tempat makan : 6,3 g

Berat nasi : 23,90 g

Berat setelah kunyah + saringan : 34,90 g

Efisiensi kunyah = 34,90-11,6 : 23,90 x 100%

= 97%

Jenis kelamin

orang coba

Efisiensi kunyah

20 kali 15 kali 10 kali

Laki-laki 96% 91% 97%

Page 13: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

c. Kelelahan pada Otot Wajah

Jenis kelamin orang coba Waktu kunyah (awal kunyah – lelah)

Laki - LakiWaktu 5 menit 20 detik

Jumlah kunyah 320 kunyahan

d. Gerakan Lidah pada saat Mengunyah

Jenis

kelamin

orang coba

Posisi lidah BentukUkuran

(normal/tidak)Warna Tekstur

Laki-laki

Relaksasi Melebar NormalCoral

Pink Kasar

Anterior Memanjang NormalMerah

JambuKasar

LateralMelengkung

dan MelebarNormal Merah Halus

Posterior

Melengkung

dan

Menyempit

Normal Merah Halus

Mengunyah Melebar Normal Merah Halus

2. Pemeriksaan Proses Menelan

a. Pemeriksaan Palpasi pasa saat Menelan

Jenis kelamin

orang cobaPola gerakan

Perempuan Normal

Page 14: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

b. Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan

Jenis kelamin

orang cobaPerlakuan Respon orang coba

Perempuan

Dengan

pemijatanLebih mudah ditelan (2x telan)

Tanpa pemijatan Lebih susah ditelan (4x telan)

Kemudahan menelan: orang coba lebih mudah untuk menelan

dengan pemijatan

c. Pengaruh Jenis Makanan terhadap Penelanan

Jenis kelamin

orang coba

Kemudahan menelan dan respon orang coba

1 : 0,5 1 : 1 1 : 2 1 : 3

Perempuan __

Jumlah

kunyah lebih

banyak dan

proses

menelan lebih

susah

Jumlah

kunyah

berkurang dan

menelan lebih

mudah dari

sebelumnya

Jumlah

kunyah lebih

sedikit dari

sebelumnya

dan proses

menelan

paling

mudah

3. Refleks Muntah (Gagging Refleks)

a. Pengaruh Sentuhan terhadap Refleks Muntah

Jenis kelamin

orang cobaLokasi

Respon orang coba (refleks

muntah)

Perempuan Ujung lidah _

Dorsal lidah +

Lateral kiri _

Lateral kanan _

Anterior _

Page 15: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

Posterior +

Posterior palatum ++

Uvula +++

Tonsil +

Faring atas (jika bisa) Tidak bisa

Yang paling sensitif

adalah:Uvula

b. Pengaruh Suhu dan Sentuhan terhadap Refleks Muntah

Jenis kelamin

orang cobaLokasi

Respon orang coba (refleks muntah)

Dingin Panas

Perempuan

Ujung lidah _ _

Dorsal lidah + +

Lateral kiri _ _

Lateral kanan _ _

Anterior _ +

Posterior + ++

Posterior palatum + ++

Uvula ++ +++

Tonsil + -

Faring atas (jika bisa) Tidak bisa Tidak bisa

Yang paling sensitif

adalah:Uvula Uvula

c. Pengaruh Rasa Pahit terhadap Refleks Muntah

Jenis kelamin

orang cobaLokasi

Respon orang coba (refleks

muntah)

Perempuan Ujung lidah

Dorsal lidah

Lateral kiri

Page 16: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

Lateral kanan

Anterior

Posterior

Posterior palatum

Uvula +++

Tonsil

Faring atas (jika bisa) Tidak bisa

Yang paling sensitif

adalah:Uvula

II.2. Jawaban dari Permasalahan

1. Ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dengan

perempuan karena disebabkan laki-laki secara genetik memiliki fisik yang

lebih besar dari perempuan

2. Ada perbedaan kekuatan gigit maksimal antara laki-laki dengan

perempuan karena biasanya laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih

besar daripada perempuan, kecuali pada gig anterior kekuatan untuk

menahan beban sama pada laki-laki dan perempuan. Faktor yang

membatasi daya gigit tidak begitu jelas, namun refleks protektif mungkin

saja dihasilkan oleh reseptor pada jaringan periodontal dan mengahalangi

kontraksi dari otot-otot pengunyahan ketika beban menjadi sangat tinggi.

3. Makanan ada yang mudah di telan danada yang sukar

dikarenakantergantung pada kandungan air di dalam makanan tersebut.

Makanan yang kering atau sedikit mengandung air cendurung lebih sulit

ditelan, sedangkan makanan yang lembut dan mengandung air akan lebih

mudah tertelan dan tidak menimbulkan nyeri.

Page 17: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

4. Rasa pahit dapat merangsang refleks muntah karena pahit dapat dirasakan

pada bagian posterior lidah dan palatum molle dimana daerah tersebut

merupakan daerah rangsang muntah atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada

CTZ ini terdapat adanya rangsang maka akan dapat menyebabkan gagging

refleks, khususnya pada bagian posterior rongga mulut.

Page 18: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengunyahan

a. Kekuatan Gigit Maksimal

Kekuatan gigit maksimal adalah kekuatan gigi untuk menggigit

secara maksimal.Dimana biasanya laki-laki dapat menahan beban sedikit

lebih besar daripada perempuan, kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk

menahan beban sama pada laki-laki dan perempuan. Kekuatan gigit

maksimal diukur antara gigi molar pertama dan sedikit demi sedikit

berkurang untuk gigi sebelahnya, semakin ke proksimal, kekuatan gigit

semakin berkurang pada gigi insisiv. Sumber lain menyatakan bahwa

premolar dan insisiv memiliki kekuatan gigit 1/3 dari kekuatan gigit yang

dihasilkan oleh gigi molar.

Faktor yang membatasi daya gigit tidak begitu jelas, namun

refleks protektif mungkin saja dihasilkan oleh reseptor pada jaringan

periodontal dan mengahalangi kontraksi dari otot-otot pengunyahan ketika

beban menjadi sangat tinggi, jaringan periodontal akan mendistribusikan

tekanan lebih luas, sehingga menyebabkan mechanoreseptor pada jaringan

periodontal beraksi.

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan pada orang coba berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan memiliki hasil yang berbeda.Hal ini

sesuai dengan teori bahwa kekuatan gigit maksimal antara laki-laki dengan

perempuan lebih besar laki-laki.

b. Efisiensi Kunyah

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa orang coba yang berjenis kelamin laki-laki memiliki efisiensi

kunyah sebesar 100% pada pengunyahan 20 kali, 80% pada pengunyahan

15, dan 60% pada pengunyahan 10 kali.

Page 19: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

Berdasar teori bahwa kekuatan gigit maksimal laki-laki lebih tinggi

daripada perempuan, tetapi antara keduanya terbukti mempunyai efisiensi

kunyah yang sama. Jika kekuatan gigit meningkat maka jumlah kunyahan

menurun, demikian sebaliknya jika kekuatan gigit menurun maka jumlah

kunyah meningkat.Jika jumlah kunyahan meningkat maka lama penelanan

menurun, demikian sebaliknya jika jumlah kunyah menurun maka lama

penelanan meningkat.Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang

memiliki kemampuan beradaptasi yang besar dengan mengkompensir

kekurangan dan kelebihan fungsi kunyahnya.

c. Kelelahan pada Otot Wajah

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa orang coba yang berjenis kelamin perempuan merasakan otot

mulutnya benar-benar letih (terasa kaku) pada saat pengunyahan permen

karet sebanyak 830 kali kunyahan yang ditempuh dalam waktu 10:01:85

menit dan dengan kecepatan kunyah + 2x/detik.

Berdasarkan teori bahwa pergerakan pengunyahan tidak

dipengaruhi oleh jumlah gigi geligi natural yang masih ada.Telah

dibuktikan bahwa seseorang dengan jumlah gigi geligi natural yang lebih

sedikit dan tentu saja kontak oklusal yang lebih sedikit, memiliki

perbedaan jumlah pergerakan pengunyahan yang tidak terlalu signifikan

jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki gigi geligi yang masih

lengkap.

Jumlah pergerakan mastikasi bergantung pada jenis makanan,

contohnya pada pengunyahan telur dan daging. Jumlahnya pergerakan

yang dihasilkan akan lebih banyak pada orang yang menguyah daging

dibandingkan dengan orang yang menguyah telur. Dan permen karet

merupakan suatu jenis makanan yang memiliki tekstur kenyal sehingga

membutuhkan pergerakan mastikasi yang banyak.

Page 20: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

d. Gerakan Lidah pada Saat Mengunyah

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dengan orang coba berjenis

kelamin laki-laki.Didapatkan hasil bahwasannya subjek digolongkan

dalam kategori normal. Dikarenakan dari pengamatan yang dilakukan

dengan menganalisi bentuk, warna, ukuran, dan tekstur didapatkan

gerakan yang normal, meskipun pada gerakan lidah menjulur ke depan

sedikit terjadi tremor yang diindikasikan sebagai gejala abnormal.

Lidah dikatakan normal apabila pada gerakan ke samping secara

refleks lidah tidak akan menyentuh gigi, melainkan melewati permukaan

gigi dan menyentuh mukosa mulut. Apabila gerakan lidah ke lateral

menyentuh gusi, inilh indikasi ketidaknormalan. Berdasarkan percobaan

yang dilakukan gerakan lateral subjek tidak menyentuh gusi.Sedangkan

warna merah dan tekstur yang licin yang diamati pada lidah arah leteral,

disebabkan oleh sedikitnya papila-papila lidah bagian lateral,akibatnya

tekstur yang ditampilkan halus serta mengkilau dikarenakan pelumasan

saliva yang nampak pada lidah lateral. Untuk lidah posterior dikatakan

abnormal bila lidah tampak menebal dan menggelendong ketika dilakukan

retraksi ke arah posterior yang sangat kuat.Dimana dalam keadaan normal

penarikan lidah ke posterior hanya melibatakan 1/3 anterior dari lidah.

Untuk warna merah dan tekstur yang halus ditemukan pada lidah

dengan retraksi ke arah posterior, alasanya mirip sekali dengan lidah yang

dilihat dalam keadaan bergerak lateral.Pada saat pengunyahan, gerakan

lidah bergerak ke segala arah, sehingga warna dan tekstur disesuaikan

beberapa pergantian posisi lidah ketika dilakukan pengunyahan.Keadaan

tremor yang diamati pada lidah subjek yang menjalar dapat disebabkan

faktor fisiologis, kelealahan otot, atau pengamatan operator yang

terbatas.Pada dasarnya tremor masih dikatakan dalam faktor fisiologis

masih dikatakan normal.Pada percobaan ini tremor yang diketahui

terhadap praktikum dikarenakan kelelahan otot. Kelelahan otot juga

memberikan andil dalam memposisikan mulut dan sekresi saliva sebagai

proses fisiologisnya.

Page 21: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

Tremor yang terjadi dapat diukur dengan electrimyography (MG)

yang nantinya dengan melihat frekuensi getaran mampu mendiagnosis

jenis tremor, sebagai contoh 3-10Hz tremor terkait pada posisi, dimana

biasanya ditemukan tremor dengan frekuensi 4-7 Hz yang digolongkan

dalam keadaan normal, dimana pada percobaan yang dilakukan ditemukan

pada pergerakan lidah ke arah anterior.Bintik-bintik putih yang ditemukan

pada permukaan lidah merupakan papila lingulis, namun apabila kondisi

abnormal warna bintik-bintik putih ini semakin banyak.

2. Pemeriksaan Proses Menelan

a. Pemeriksaan Palpasi pasa saat Menelan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa orang coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki pola

gerakan saat melakukan penelanan yaitu bolus masuk lalu terjadi tekanan

pada laring hingga terdorong ke depan disertai dengan prominensia

thyroid yang terangkat sehingga bolus dapat lewat dan akhirnya

prominensia thyroid kembali ke posisi semula.Pergerakan tersebut berjalan

normal yaitu tanpa adanya hambatan.Sehingga dapat dikatakan bahwa

orang coba memiliki gerakan pola penelanan yang normal.

b. Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa orang coba yang berjenis kelamin perempuan merasakan bahwa

pengunyahan yang disertai dengan pemijatan lebih memudahkan

penelanan karena makanan lebih halus dan berair.Sedangkan pengunyahan

yang tanpa disertai dengan pemijatan orang coba tetap dapat menelan

tanpa hambatan.

Berdasarkan literature pengunyahan yang disertai pemijatan justru

lebih mudah atau lebih nyaman karena dengan pemijatan dapat

mengurangi spasme otot yang terjadi akibat digunakan untuk

Page 22: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

mengunyah.Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan telah sesuai

dengan literature yang ada.Hal ini dapat disebabkan saat operator

melakukan pemijatan pada orang coba pemijatannya sudah benar,

sehingga tidak menimbulkan rasa mengganggu pada orang coba. Selain itu

ketika dilakukan pemijatan juga dapat membantu dalam proses

mengunyah karena di daerah pemijatan terdapat kelenjar saliva dimana

jika dilakukan pemijatan pada daerah tersebut maka akan merangsang

sekresi dari kelenjar saliva sehingga dapat membantu proses pengunyahan.

c. Pengaruh Jenis Makanan terhadap Penelanan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa orang coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki kemampuan

yang cukup baik untuk penelanan dalam berbagai jenis makanan, nasi

dalam berbagai perbandingan kadar air yang digunakan untuk

memasaknya.

Orang coba dengan percobaan nasi dengan perbandingan air yang

digunakan yaitu 1:1 memiliki pengunyahan yang paling susah, yaitu

dengan jumalah kunyah yang dibutuhkan lebih banyak dan proses menelan

lebih susah. Lalu pada percobaan nasi dengan perbandingan air yang

digunakan yaitu 1:2 memiliki pengunyahan yang mudah dibandingkan

dengan percobaan sebelumnya, yaitu dengan jumlah kunyah berkurang

dan proses menelan lebih mudah dari sebelumnya. Dan pada percobaan

nasi dengan perbandingan air yang digunakan yaitu 1:3 memiliki

pengunyahan yang paling mudah diantara ketiga percobaan yang

dilakukan, yaitu dengan jumlah kunyah yang paling sedikit dan proses

menelan yang paling mudah.

Hal ini disebabkan karena tekstur dari makanan sangat

mempengaruhi dari tingkat kemudahan maupun tingkat kesuliatan dari

pengunyahan makanan itu sendiri. Dimana makin lembut tekstur suatu

makanan akan makin mudah suatu makanan untuk dikunyah, sebaliknya

makin kasar tekstur suatu makanan maka akan makin sulit suatu makanan

untuk diikunyah.

Page 23: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

3. Percobaan Reflkes Muntah (Gagging Refleks)

a. Pengaruh Sentuhan terhadap Refleks Muntah

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa orang coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki gangging

refleks dengan spesifikasi sebagai berikut, pada bagian ujung lidah ketika

dilakukan percobaan, orang coba tidak merasakan gagging refleks hanya

terasa bahwa ada suatu sentuhan. Pada bagian dorsal lidah orang coba

tidak merasakan gagging refleks hanya terasa bahwa ada suatu sentuhan.

Pada bagian lidah lateral kiri orang coba merasakan orang coba tidak

merasakan adanya refleks muntah. Pada bagian lidah lateral kanan orang

coba tidak merasakan adanya refleks muntah. Pada bagian lidah anterior

orang coba tidak merasakan adanya refleks muntah.

Pada bagian lidah posterior orang coba merasakan adanya refleks

muntah yang kuat.Pada palatum bagian posterior orang coba merasakan

merasakan adanya refleks muntah.Pada bagian uvula orang coba

merasakan adanya refleks muntah.Pada bagian tonsil orang coba

merasakan adanya refleks muntah. Dari data tersebut dapat diketahui

bahwa bagian di dalam rongga mulut yang paling sensitive terhadap

gagging refleks yaitu pada bagian posterior lidah

Hali ini dikarenakan pada bagian posterior lidah merupakan daerah

rangsang muntah atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada CTZ ini terdapat

adanya rangsang maka akan dapat menyebabkan gagging refleks,

khususnya pada bagian posterior rongga mulut.

b. Pengaruh Suhu dan Sentuhan terhadap Refleks Muntah

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa orang coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki gangging

refleks dengan spesifikasi sebagai berikut, pada bagian ujung lidah ketika

dilakukan percobaan, orang coba tidak merasakan gagging refleks hanya

terasa bahwa ada suatu sentuhan. Pada bagian dorsal lidah orang coba

tidak merasakan gagging refleks hanya terasa bahwa ada suatu sentuhan.

Pada bagian lidah lateral kiri orang coba merasakan orang coba tidak

Page 24: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

merasakan adanya refleks muntah. Pada bagian lidah lateral kanan orang

coba tidak merasakan adanya refleks muntah. Pada bagian lidah anterior

orang coba tidak merasakan adanya refleks muntah.Pada bagian uvula

orang coba merasakan adanya refleks muntah. Pada bagian tonsil orang

coba merasakan adanya refleks muntah. Dari data tersebut dapat diketahui

bahwa bagian di dalam rongga mulut yang paling sensitive terhadap

gagging refleks yaitu pada bagian posterior lidah.

Pada percobaan pengaruh suhu dan sentuhan terhadap gagging

refeks digunakan dua jenis air, yaitu air es dan air apanas. Hasil dari kedua

air tersebut adalah sama seperti penjelasan kedua paragraph sebelumnya

hanya yang membedakan pada abagian posterior lidah dan poasterior

palatum. Pada bagian lidah posterior dengan air es orang coba tidak

merasakan adanya refleks muntah sedangkan dengan air panas orang coba

merasakan merasakan adanya refleks muntah yang kuat.Pada palatum

bagian posterior dengan air es orang coba merasakan merasakan adanya

refleks muntah yang kuat sedangkan dengan air panas orang coba

merasakan merasakan adanya refleks muntah yang sangat kuat.Bahkan

dari keseluruhan refleks muntah yang ditimbulkan di beberapa bagian,

pada bagian posterior palatum dengan menggunakan air panaslah yang

paling kuat refleks muntahnya pada orang coba.

Hali ini dikarenakan pada bagian posterior palatum merupakan

daerah rangsang muntah atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada CTZ ini

terdapat adanya rangsang maka akan dapat menyebabkan gagging refleks,

khususnya pada bagian posterior rongga mulut.Juga disebabkan oleh

adanya pengaruh suhu, yaitu suhu panas yang juga dapat memicu

terjadinga gagging refleks.

Page 25: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

c. Pengaruh Rasa Pahit terhadap Refleks Muntah

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa orang coba yang berjenis kelamin perempuan pada saat ditetesi

obat (rasa pahit) merasakan mual (gagging refleks), bulu kuduk berdiri,

dan mata berair.Penetesan ini dilakukan pada bagian yang paling sensitive

yakni bagian posterior dari lidah.

Hal ini dikarenakan rasa pahit adalah rasa yang kuat dan dapat

merangsang refleks muntah karena pahit dapat dirasakan pada bagian

posterior lidah dimana daerah tersebut merupakan daerah rangsang muntah

atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada CTZ ini terdapat adanya rangsang

maka akan dapat menyebabkan gagging refleks, khususnya pada bagian

posterior rongga mulut.

Page 26: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

BAB IV

KESIMPULAN

.Pengunyahan merupakan hasil kerjasama antara peredaran darah, otot

pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo-mandibula, jaringan lunak

rongga mulut, dan gigi-gigi. Adapun, organ tubuh yang terlibat dalam proses

pengunyahan ini antara lain: bibir, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva, faring, dan

laring.Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menelan pada

dasarnya merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Pada proses penelanan

makanan digerakkan dari faring menuju esophagus.Refleks muntah dianggap

suatu mekanisme fisiologis tubuh untuk melindungi tubuh terhadap benda asing

atau bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh, masuk ke dalam tubuh melalui

faring, laring atau trakea.Cara mencegah refleks gagging yaitu dengan

diberikannya es balok (berkumur dengan air es berulang kali), karena es balok (air

es) memiliki suhu rendah sehingga dapat menghambat kerja saraf untuk

menyampaikan rangsang menuju pusat muntah.Sehingga sensitivitas pasien dapat

berkurang.

Page 27: Fisiologi Makan Dan Reflek Muntah Docx

DAFTAR PUSTAKA

Chandra. 2004. Testbook of Dental and Oral Anatomy Physiology and Occlusion.

New Delhi: Jaypee Brothers Publishers.

Ganong, F. William. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Jilid I Edisi 17.

Jakarta: EGC.

Guyton AC, Hall JE. 1997. Textbook of Medical Physiology. 9th

ed.Philadelphia,Pennsylvania: W. B. Saunders.

Hamzah, Zahreni, dkk. 2013. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Blok

Stomatognasi II Edisi II. Jember: Universitas Jember.

Murphy WM. 1971. The Effect of Complete Dentures Upon Taste Perception. Br

Dent J. Hal.130, 201-205.