MODUL ASKEP HNP

download MODUL ASKEP HNP

of 17

description

Pengertian HNP, Etiologi, Manifestasi Klinis, Askep

Transcript of MODUL ASKEP HNP

MODULIMPLIKASI STUDI DIAGNOSTIK DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURATASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERSYARAFANHNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS)

Disusun Oleh:GRITA CYNTIA DEWI P27820714008

PRODI DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATANPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATANSURABAYATAHUN AJARAN 2015-20168

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Modul Asuhan Keperawatan Sistem Persyarafan HNP (Hernia Nukleus Pupolsus) dapat selesai.Modul ini disusun agar mampu memahami memahami apa itu HNP, bagaimana perjalanan HNP, tanda dan gejala dari HNP, dan bagaimana penanganan yang tepat pada penderita HNP.Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan pembuatan modul ini.Kami menyadari bahwa modul ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 31 Agustus 2015

Penyusun

DAFTAR ISIKata PengantariDaftar Isiii1. Tujuan Pembelajaran Umum12. Tujuan Pembelajaran Khusus13. Pokok Materi Pembelajaran24. Uraian MateriA. Pengertian2B. Etiologi3C. Patofisiologi4D. Manifestasi Klinis5E. Pemeriksaan Penunjang5F. Komplikasi6G. Penatalaksanaan Medis6H. Asuhan Keperawatan85. Referensi176. Soal17

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFANMENINGITIS

1. Tujuan Pembelajaran UmumPada akhir mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu:1) Sintesa asuhan keperawatan pasien dengan gangguan system persyarafan akibat proses peradangan atau infeksi, neoplasma, degenerative, gangguan neuromuskuler, gangguan neurovaskuler.2) Sintesa asuhan keperawatan pasien dengan gangguan system kardiovaskuler akibat proses degenerative, geneteik-idiopatik.3) Sintesa asuhan keperawatan pasien dengan gangguan system pernafasan akibat proses peradangan atau infeksi, neoplasma, obstruktif.4) Sintesa asuhan keperawatan pasien dengan gangguan system gastrointestinal akibat proses peradangan atau infeksi, neoplasma, degenerative.5) Sintesa asuhan keperawatan pasien dengan tindakan perioperative.

2. Tujuan Pembelajaran KhususPada akhir mata kuliah ini, mahasiswa mampu:1) Menganalisis asuhan keperawatan psien dengan gangguan system persyarafan akibat proses peradangan atau infeksi, neoplasma, degenerative, gangguan neuromuskuler, gangguan neurovaskuler.2) Menganalisis asuhan keperawatan pasien dengan gangguan system kardiovaskuler akibat proses degenartif, genetic-idiopatik3) Menganalisis asuhan keperawawatan pasien dengan gangguan system pernafasan akibat proses peradangan atau infeksi, neoplasma, obstruktif4) Menganalisis asuhan keperawatan pasien dengan gangguan system gastrointestinal akibat proses peradanagan atau infeksi, neoplasma, degenerative.5) Menganalisis asuhan keperawatan pasien dengan tindakan perioperative.

3. Pokok Materi Pembelajaran1) Pengertian HNP (Hernia Nukleus Pulposus)2) Etiologi HNP (Hernia Nukleus Pulposus)3) Patofisiologi HNP (Hernia Nukleus Pulposus)4) Manifestasi Klinis HNP (Hernia Nukleus Pulposus)5) Pemeriksaan Penunjang Penderita HNP (Hernia Nukleus Pulposus)6) Komplikasi HNP (Hernia Nukleus Pulposus)7) Penatalaksanaan Medis Penderita HNP (Hernia Nukleus Pulposus)8) Asuhan Keperawatan HNP (Hernia Nukleus Pulposus)

4. Uraian MateriA. PengertianHNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh ( Doenges, 1999).Hernia Nukleolus Pulposus adalah hernia yang terjadi pada sumsum tulang belakang. Hernia ini terjadai karena nukleus pulposus yang berada diantara dua tulang belakang menonjol keluar ( Oswari, 2000 )Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus ke dalam anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf (Smeltzer, 2001).Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus pulposus yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus ( Rasjad, 2003).Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan kea rah kanalis spinalis melalui annulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis/diskogenik. (Arif Muttaqin, 2012)

B. EtiologiHNP terjadi karena proses degeneratif diskus intervetebralis. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut :1. Riwayat trauma1. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.1. Sering membungkuk.1. Posisi tubuh saat berjalan.1. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).1. Struktur tulang belakang.1. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.

C. PatofisiologiPada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, resiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatic ketika hendak menegakan badan waktu terpleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.Menjebolnya (herniasi) nucleus puposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang diatas atau dibawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama arteria radipularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral tidak aka nada radiks yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2 dan terus ke bawah tidak terdapat medulla spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP, sisa diskus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua corpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan menunjukan paraparesis flasid, parestesia , dan retansi urine . Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah area bokong dan betis , belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex achiler negatife. Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral dan di dorsum perdis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan reflek patella negatif. Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.Pada percobaan tes laseque atau tes mengangkat tungkai yang lurus (straight leg raising ),yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi pada sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda laseque positif).Gejala yang sering muncul adalah :1. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun ) nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.1. Sifat nyeri khasdari posisi terbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut kemudian ke tungkai bawah.1. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat batuk atau mengejan , berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang klien beristirahat berbaring.1. Penderita sering mengeluh kesemutan ( parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persyarafan yang terlibat.1. Nyeri bertambah bila daerah L5-L1 (garis antara dua Krista iliaka) ditekan. D. Manifestasi Klinis1. Nyeri punggung yang menyebar ke ekstremitas bawah.2. Spasme otot.3. Peningkatan rasa nyeri bila batuk, mengedan, bersin, membungkuk, mengangkat beban berat, berdiri secara tiba-tiba.4. Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada ekstermitas.5. Deformitas.6. Penurunan fungsi sensori, motorik.7. Konstipasi, kesulitan saat defekasi dan berkemih.8. Tidak mampu melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan.

E. Pemeriksaan Penunjang1. Rontgen foto lumbosakral :1. Tidak banyak ditemukan kelainan.1. Kadang-kadang didapatkan artrosis, menunjang tanda-tanda deformitas vertebra.1. Penyempitan diskus intervertebralis.1. Untuk menentukan kemungkinan nyeri karena spondilitis, norplasma, atau infeksi progen.1. Cairan serebrospinal :1. Biasanya normal.1. Jika didapatkan blok akan terjadi prot, indikasi operasi.1. EMG (elektromigrafi)1. Terlihat potensial kecil (fibrolasi) didaerah radiks yang terganggu.1. Kecepatan konduksi menurun.1. Iskografi : Pemeriksaan diskus di lakukan menggunakan kontras untuk melihat seberapa besar daerah diskus yang keluar pada kanalis vertebralis.1. Elektroneuromiografi (ENMG) : Untuk mengetahui radiks yang terkena atau melihat adanya polineuropati.1. Tomografi scan : Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskus intervertebralis.1. MRI. Pemeriksaan MRI dapat melokalisasi protrusi diskus kecil. Apabila secara klinis tidak didapatkan pada MRImaka pemeriksaan CT scan dan mielogram dengan kontras dapat dilakukan untuk melihat derajat gangguan pada diskus vertrebralis.1. Mielografi. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal pungsi dan pemotretan dengan sinar tembus. Dilakukan apabila diketahui adanya penyumbatan hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.1. Pemariksaan laboratoriumPemeriksaan rutin dilakukan dengan laboratorium klinik untuk menilai komplikasi cidera tulang belakang terhadap orang lain. F. Komplikasi1. Kelemahan dan atropi otot2. Trauma serabut syaraf dan jaringan lain3. Kehilangan kontrol otot sphinter4. Paralis / ketidakmampuan pergerakan5. Perdarahan6. Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal

G. Penatalaksanaan Medis1. Terapi konservatif1. Tirah baringPenderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk , tungkai dalam sikap refleks pada sendi panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak boleh memekai pegas/per, dengan demikian tempat tidur harus di papan yang lurus dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik angkut. Lama tirah baring bergantung pada berat ringannya gannguan yang dirasakan penderita. Pada HNP, klien memerlukan tirah baring dalam waktu yang lebih lama. Setelah tirah baring, klien melakukan latihan atau dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi funsi-fungsi otot.1. Medikamentosa1. Simptomatik1. Analgesik (salisilat, parasetamol),1. Kortikosteroid (prednison, prednisolon),1. Antiinflamasi nonsteroid (AINS) seperti piroksikan,1. Antidepresan trisiklik (amitriptilin),1. Obat penenang minor (diazepam,klordiasepoksid).1. Kausal; Kolagenese.1. FisioterapiBiasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.1. Terapi operatif Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata , kambuh berulang, atau terjadi defisit neurologis.1. Rehabilitasi1. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula.1. Agar tidak menggantungkan diri dengan orang lain dalam melakukan kegitan sehari-hari (the activity of daily living).1. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sebagainya. (Arif Muttaqin, 2012)H. Asuhan Keperawatan1) Pengkajian1.1 Identitas KlienMeliputi nama, umur, jenis kelmain, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku, bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnose medis. HNP terjadi pada usia pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat barang berat atau mendorong benda berat). (Arif Muttaqin, 2012)

1.2 Keluhatn UtamaSering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah.a) P (Provoking Accident): adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)b) Q (Quality and Quantity): sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radicular atau nyeri alih. Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin nueri. Nyeri bertambah hebat karena penerus seperti gerakan-gerakan pinggang batuk atau mengejan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang jika istirahat berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari bokong dan terus menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah. Nyeri bertambah jika ditekan area L5-S1.c) R (Region, Radiating, and Relief): letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan tepat sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.d) S (Scale of Pain): pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgseik, berapa lama diminumkan.e) T (Time): sifatnya akut, subakut, perlahan-lahan, bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beebrapa minggu sampai beberapa tahun)

1.3 Riwayat Penyakit SekarangPengkajian yang didapat meliputi keluhan paraparesis di flasid, paresthesia, dan retensi urine. Keluhan nyeri pada punggung bawah, di tengah-tengah abtra bokong atau betis, belakang tumit dan telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persyarafan yang terlibat.Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronik, yang juga dapat menimbulkan nyeri punggung bawah yang keluhan hamper mirip dengan keluhan nyeri HNP sangat diperlukan agar penegakan masalah klien lebih komprehensif dan memberikan dampak terhadap intervensi keperawatan selanjutnya.

1.4 Riwayat Penyakit DahuluPengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita TB tulang, osteomalitis, keganasan (myeloma multipleks), metabolic (osteoporosis) yang sering berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya HNP.Pengkajian lainnya, adanya riwayat hipertensi, riwayat cedera tulang belakang sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jantung yang berguna sebagai tindakan lainnya untuk menghindari komplikasi.

1.5 Riwayat Penyakit KeluargaMengkaji adanya anggota genersi terdahulu yang mengalami hipertensi dan diabetes mellitus.

1.6 Pengkajian PsikososiospiritualPengkajian mekanisme koping yang digunakan klen juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Semakin lama klien menderita paraparese bermanifestasi pada koping yang tidak efektif.

1.7 Pemeriksaan Fisik0. B1 (Breathing)Jika tidak mengganggu system pernapasan biasnaya didapatkan: isnpeksi ditemukan tidak ada batuk, tidak ada sesak napas, dan frekuensi pernapasan normal. Palpasi, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada perkusi, terdapat suara resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi tidak terdengan bunyi napas tambahan.0. B2 (Blod)Biasanya pada klien HNP ditemukan bradikardi yang menyebabkan hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparese, dan pada auskultasi tidak ditemukan bunyi jantung tambahan (jika tidak ada gangguan system kardivaskuler)

0. B3 (Brain)a) Keadaan UmumKurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.b) Tingkat KesadaranTingkat kesadaran klien biasanya komposmentis.c) Pengkajian Fungsi SerebralStatus mental: observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motoric klien. Pada klien yang telah lama menderita HNP biasanya status mental klien mengalami perubahan.d) Pengkajian Saraf KranialPemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf I-XII1. Saraf I: biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.1. Saraf II: tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal1. Saraf III, IV dan VI: biasnaya tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor1. Saraf V: pada klien HNP umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan reflex kornea biasanya tidak ada kelainan1. Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris1. Saraf VIII: tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi1. Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik1. Saraf XI: tidak ada strofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius. 1. Saraf XII: lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal. e) Pengkajian Sistem MotorikKekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakanAtrofi otot pada malleolus atau kaput fibula dengan membandingka anggota tubuh kanan-kiri.Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.f) Pengkajian RefleksRefleks achiles pada HNP lateral L 4-5 negatif, sedangkan refleks lutut/patella pada HNP lateral di L4-5 negatifg) Pengkajian Sistem SensorikPemeriksaan sensasi raba, nyeri, suhu, profunda, dan sensasi getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom yang terganggu sehingga dapat ditentukan pula radiks mana yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau cermat sehingga tidak membingungkan klien. Palpasi dimulai dari area nyeri yang ringan kea rah yang paling terasa nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun) nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skhiatik. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari bokong dan terus menjalarke bagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang batuk atau mengejan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang jika berbaring. Penderita serig megeluh kesemutan atau baab bahkan kekuatan otot menurun sesuai denga persarafan yang terlibat. Nyeri bertambah jika ditekan daerah L5-S1.0. B4 (Bladder)Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.0. B5 (Bowel)Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang.Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi.0. B6 (Bone)Adanya kesulitan untuk beraktifitas dan menggerakkan badan karena adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah lelah meneybabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.Look: kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur para vertebral atau pantat yang asimetris, dan postur tungkai yang abnormal.Feel: ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior. Palpasi dari area dengan rasa nyeri ringan kea rah yang paling terasa nyeri.Move: adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.

B. Diagnosa Keperawatan0. Nyeri b.d kompresi saraf tekanan di daerah distribusi ujung saraf0. Resiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai.0. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular0. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama.0. Koping tidak efektif b.d prognosis kondisi sakit, program pengobatan, tirah baring lama.

C. Intervensi0. DX 1: nyeri akut b.d kompresi saraf tekanan di daerah distribusi ujung sarafTujuan: dalam waktu 3x24 jam nyeri berkurang atau beradaptasiKriteria Hasil: Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi Intervensi: 1) Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4R/ klien melaporkan nyeri biasanaya di atas tingkat cedera2) Bantu klien dalam identifikasi faktor pencetusR/ nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama3) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan Pereda nyeri nonfarmakologi dan noninfasivR/ pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologis lainnya telah menunjukkan keefektfan dalam mengurangi nyeri4) Ajarkan relaksasi, teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi massase.R/ akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya5) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akutR/ mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan6) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi nyaman: missal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecilR/ istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan7) Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsungR/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik8) Observasi tingkat nyeri da respon motoric klien, 30 menit setelag pemberian analgesicR/ pengkajian yang optimal akan memberikan data yang objektif untuk mencegah komlikasi dan melakukan intervensi yang tepat.9) Kolaborasi pemberian anlgesikR/ analgesic memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang

0. DX 3: hamabatn mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscularTujuan: dalam waktu 3x24 jam klien ammpu melaksanakan aktivitas fisik sesuai kemampuannyaKriteria Hasil: klien dapat ikut serta dalam program latihan. Tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitasIntervensi:0. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatakan kerusakanR/ mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas0. Ubah posisi klien setiap 2 jamR/ menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulsi darah yang jelek pada daerah yang tertekan0. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakitR/ gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan0. Letakkan gerak pasif ekstremitas yang sakitR/ otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan0. Inspeksi kulit bagian distal setiap hari, pantau kulit dan membrane mukosa terhadap iritasi, kemerahan, atau lecetR/ deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi risiko tinggi kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi.0. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransiR/ untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan0. Kolaborasi dengan ahli fisioterapu untuk latihan fisik klienR/ peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapis

5. ReferensiBrunner and Suddart. 2002. Text Book of Medical-Surgical Nursing. Philadelphia: Raven.Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.Osuwari, E. 2000. Bedah dan Perawtaannya. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.Muttaqin, Arif. 2012. Pengantar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.6. Soal