Modul 2 Ksadaran Menurun Fix Kelompok 3 Cemput

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi tugas kelompok tutorial. Di samping itu pembuatan laporan ini bertujuan untuk mengetahui penyakit apa saja yang berhubungan dengan kesadaran menurun, sehingga kita dapat mengetahui penyakit yang berhubungan dengan sistem traumatologi dan diluar sistem traumatologi. B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan menjelaskan bagaimana cara mengenal, menilai, dan mengambil tindakan yang tepat dan cepat pada penderita dengan kesadaran menurun. C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan penyebab dab patomekanisme penurunan kesadaran baik baik pada koma intranial maupun ekstrakranial. 2. Membedakan gejala dan tanda penurunan kesadaran pada koma intrakranial maupun ekstrakranial. 1

Transcript of Modul 2 Ksadaran Menurun Fix Kelompok 3 Cemput

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi tugas kelompok tutorial. Di samping itu pembuatan laporan ini bertujuan untuk mengetahui penyakit apa saja yang berhubungan dengan kesadaran menurun, sehingga kita dapat mengetahui penyakit yang berhubungan dengan sistem traumatologi dan diluar sistem traumatologi.B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan menjelaskan bagaimana cara mengenal, menilai, dan mengambil tindakan yang tepat dan cepat pada penderita dengan kesadaran menurun.C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menjelaskan penyebab dab patomekanisme penurunan kesadaran baik baik pada koma intranial maupun ekstrakranial.

2. Membedakan gejala dan tanda penurunan kesadaran pada koma intrakranial maupun ekstrakranial.

3. Menjelaskan bagaimana cara tindakan awal penanganan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi pada penderita dengan penurunan kesadaran.

4. Menjelaskan bagaimana cara memberikan tindakan lanjut apabila terjadi kegagalan tindakan awal.

5. Menjelaskan bagaimana cara pemakaian obat-obat darurat sesuai dengan penyebab penurunan kesadaran.

6. menjelaskan bagaimana cara melakukan tindakan khusus pada pasien dengan penurunan kesadaran, baik trauma maupun nontrauma.7. Menjelaskan syarat-syarat melakukan transportasi dan rujukan pada penderita dengan penurunna kesadaran.BAB II

PERMASALAHANA. SKENARIOPerempuan 21 tahun dibawa ke PUSKESMAS dalam keadaan tidak sadar, setelah diletakan di tempat tidur dan di periksa, penderita tidak memberi respon dan tetap mendengkur dengan irama napas 40 x/mnt. Muka terlihat pucat, nadi radial tidak teraba. Ditemukan jejas pada daerah pelipis kanan, bahu kanan, dan perut kiri bawah. Dari beberapa orang yang mengantar tidak satupun yang tinggal dan dapat memberi keterangan tentang keadaan dan apa yang terjadi pada penderita tsb. B. KATA KUNCI

1 Perempuan, 21 tahun

2 Dibawa ke PUSKESMAS dalam keadaan tidak sadar

3 Tidak memberikan respon setelah diletakan di tempat tidur

4 Mendengkur, irama napas 40x/mnt

5 Muka pucat, nadi radial tidak teraba

6 Jejas pada pelipis kanan, bahu, perut bawah

7 Yang mengantar tidak ada yang tinggal dan memberi keterangan tentang keadaan dan apa yang terjadiC. PERTANYAAN1. Jelaskan penyebab penurunan kesadaran dan patomekanisme nya ?2. Apa saja gejala dan tanda penurunan kesadaran pada koma intrakranial dan ekstrakranial!

3. a. Bagaimana cara penanganan tindakan awal penanganan jalan napas, pernapasan & sirkulasi pada penderita dengan penurunan kesadaran!b. Bagaimana cara memberikan tindakan lanjut apabila terjadi kegagalan pada tindakan awal?4. a. Mengapa pasien mendengkur?b. Mengapa pada skenario pasien pucat dan nadi tidak teraba?

5. Apa hubungan jejas pada pasien dengan kesadaran menurun?

6. Bagaimana cara pemakaian obat-obat darurat sesuai dengan penyebab penurunan kesadaran ?

7. Bagaimana syarat melakukan transportasi pada penderita dengan penurunan kesadaran?8. Bagaimana cara melakukan tindakan khusus pada penurunan kesadaran baik trauma maupun nontrauma?

9. Jelaskan tingkat kesadaran dan penilaian GCS ?D. JAWABAN

1. Jelaskan penyebab penurunan kesadaran dan patomekanisme nya ?

Penurunan kesadaran adalah apabila terjadi gangguan sehingga kesadaran menurun sampai derajat yang teremdah, maka koma yang di hadapi dapat terjadi oleh sebab neuron pengemban kewaspadaan menurun atau sama sekali tidak befungsi. Atau oleh sebab neuron penggalak kewaspadaan tidak berdaya untuk mengaktifkan pengemban kewaspadaan. (Mahar Mardjono, edisi 7)

1. S : Sirkulasi. Meliputi stroke dan penyakit jantung

2. E : Ensefalitis. Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis yang mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan.

3. M : Metabolik. Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum

4. E : Elektrolit. Misalnya diare dan muntah yang berlebihan.

5. N : Neoplasma. Tumor otak baik primer maupun metastasis

6. I : Intoksikasi. Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat menyebabkan penurunan kesadaran

7. T : Trauma. Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural,perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada.

8. E : Epilepsi. Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, cedera atau kelainan yang serius. Penurunan kesadaran sekejap bisa terjadi karena cedera kepala ringan, kejang atau berkurangnya aliran darah ke otak, seperti yang terjadi pada saat pingsan atau stroke. Keadaan tidak sadar yang berlangsung lama bisa disebabkan oleh cedera kepala yang lebih berat, penyakit yang berat (misalnya ensefalitis), reaksi racun terhadap obat tertentu atau pemakaian obat penenang atau zat lainnya secara sengaja. .Metabolisme tubuh yang mengatur kadar garam, gula dan bahan kimia lainnya dalam darah, juga bisa mempengaruhi fungsi otak.

Keadaan Yang Berhubungan Dengan Gangguan KesadaranKeadaanAkibat Yang Mungkin Terjadi

StrokePenderita bisa masuk ke dalam keadaan koma, segera setelah terjadinya stroke atau beberapa jam kemudian

Cedera kepala, perdarahan otakPenderita bisa masuk ke dalam keadaan koma segera atau beberapa jam kemudian Penyebab koma bisa berupa cedera langsung pada otak atau perdarahan di dalam tengkorak

Infeksi (meningitis, ensefalitis, sepsis)Infeksi otak atau infeksi berat di luar otak bisa menyebabkan demam tinggi, adanya zat racun dalam darah & tekanan darah rendah, yg bisa mempengaruhi fungsi otak & menyebabkan koma

Kekurangan oksigenHanya beberapa menit setelah kekurangan oksigen, otak bisa mengalami kerusakan menetap Kekurangan oksigen paling sering terjadi pada cardiac arrest akut & agak sering terjadi pada penyakit paru yg berat

Menghirup karbonmonoksida konsentrasi tinggi (misalnya dari asap mobil atau sistem pemanas ruangan)Karbonmonoksida menempel pada hemoglobin sel darah merah dan mempengaruhi kemampuan sel darah merah dalam mengangkut oksigen Keracunan karbonmonoksida yg berat dapat menyebabkan koma atau kerusakan otak menetap karena kekurangan oksigen

Kejang epileptikJarang terjadi koma setelah kejang, tetapi kalaupun terjadi, biasanya berlangsung selama beberapa menit

Efek racun dari obat yg diresepkan, obat terlarang atau alkoholKeracunan alkohol bisa menyebabkan keadaan stupor atau koma, terutama jika kadar alkohol dalam darah lebih dari 0,2% Banyak obat-obatan, baik yg diresepkan maupun obat terlarang, yg bisa menyebabkan koma

Gagal ginjal atau gagal hatiKoma merupakan pertanda buruk dari gagal hati Gagal ginjal jarang menyebabkan koma karena darah bisa dibersihkan melalui dialis

Kadar gula darah yg rendah atau tinggiKadar gula darah yg rendah (hipoglikemia) bisa menyebabkan koma. Segera diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yg permanen Kadar gula darah yg tinggi (hiperglikemia) juga bisa menyebabkan koma, tetapi lebih jarang terjadi dan tidak seberat hipoglikemia

Suhu tubuh yg rendah atau tinggiDemam yg sangat tinggi (diatas 42? Celsius) bisa merusak otak & menyebabkan koma Suhu dibawah 31? Celsius (hipotermia) bisa menyebabkan stupor atau koma

Pingsan (sinkop)Koma karena pingsan hanya berlangsung selama beberapa detik, kecuali ketika terjatuh penderita mengalami cedera kepala

Etiologi koma intrakranial dan ekstrakranial :

2. Apa saja gejala dan tanda penurunan kesadaran pada koma intrakranial dan ekstrakranial!

Gejala dan tanda penurunan kesadaran koma intrakranial dan ekstrakranial adapun berdasarkan penyebabnya pada umumnya hampir sama.IntrakaranialEkstrakranial

A.Fraktur ServikalGejala dan tanda: Kesadaran menurun Gangguan pernapasanB. Fraktur Basis CraniiGejala dan tanda- Keluar darah dari lubang hidung dan lubang telinga- Kehilangan pendengaran- Ekimosis periorbital- Ekimosis retroaurikularHipoglikemiaGejala dan tanda Dapat menurun kesadarannya Palpatasi Sakit kepala Gelisah Lemah Penglihatan kaburKetoasidosis Diabetik Menurunnya kesadaran Dehidrasi Tensi rendah Napas berbau aseton Pernapasan Kussmaul

3. a. Bagaimana cara penanganan tindakan awal penanganan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi pada penderita dengan penurunan kesadaran!b. Bagaimana cara memberikan tindakan lanjut apabila terjadi kegagalan pada tindakan awal?Jawaban :

a) Airway (membuka jalan napas)

Pada skenario pasien mendengkur, mendengkur menandakan adanya sumbatan jalan napas oleh pangkal lidah, maka membuka jalan napas dapat dilakukan dengan cara :

Tanpa Alat : Head tilt, Chin lift dan Jaw thrust

Head tilt (tindakan menekan dahi) dan Chin lift (tindakan menekan dagu), dapat dilakukan untuk korban tanpa cidera kepala, leher dan tulang belakang. Caranya : Telapak tangan menahan dahi korban ke belakang, lalu letakkan jari telunjuk dan jari tengah untuk menahan dagu kedepan. Evaluasi jalan napas.

Ket : Head tilt dan Chin lift

Jaw thrust (tindakan membuka jalan napas dengan mengangkat rahang), tindakan ini dilakukan pada pasien dengan dugaan cidera kepala dan leher sehingga harus dilakukan dengan hati-hati serta mencegah agar tidak terlalu banyak gerakan leher yang berlebihan. Caranya : Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas dengan demikian otot-otot penyangga lidah terangkat.

Ket : Jaw thrust

Mengatasi sumbatan nafas parsial atau sumbatan jalan nafas bagian atas oleh karena tersedak dapat dilakukan dengan cara :

Back blow, memberikan 5x pukulan mendadak pada punggung. Tahan korban dari belakang, posisi korban sedikit condong ke depan, segera berikan hentakan pukulan 5x pada titik silang garis imajinasi tulang belakang dengan garis antasr belikat.

Abdominal thrust, dilakukan dengan cara penolong berada dibelakang korban, rangkul korban dari belakang, dan letakkan genggaman (kedua telapak penolong saling menggenggam) pada titik hentak yaitu antara pusar dan ulu hati korban.

Dengan menggunakan alat :

Suctioning (Penghisap), membersihkan jalan napas dengan alat penghisap untuk benda-benda cair, antara lain muntahan, lendir dan darah.

Oropharynx/nasofaring tube

Orofaring tube tidak dapat dipasangkan jika refleks muntah masih (+).

Ket : orofaring tube

Nasofaring tube, tidak merangsang muntah.

Pemasangan nasotrakheal tube, dapat dilakukan pada pasien dengan kegagalan memberikan cukup oksigen melalui face mask, kemungkinan terganggunya jalan nafas karena perlukaan seperti luka inhalasi, fraktur tulang atau kejang-kejang.

b) Breathing (upaya memberikan pernapasan). Penilaian pernapasan (breathing) dengan memantau atau observasi dinding dada pasien dengan cara melihat (look) naik turunnya dinding dada, mendengar (listen) udara yang keluar saat ekshalasi dan merasakan (feel) aliran udara yang menghembus di pipi penolong.

Cara pemberian Oksigen : Dengan alat

Jenis Aliran oksigen FIO

Kanul nasal 1-6L/m 24-44%

Transtrakeal oksigen 0,5-4L/m 24-40%

Mask oksigen 5-8L/m 40-60%

Mask dengan reservoir 6-10L/m 60-99%

Mask nonrebreathing 4-10L/m 60-100%

Venturi mask 3-15 L/m 24-50%

Kanul nasal transtrakeal mask dengan reservoir Mask oksigen mask non breathing venturi mask

Pada penderita dimana fungsi pernapasan tidak ada lagi-henti nafass segera lakukan nafas buatan:

Tanpa alat :-Mulut ke mulut-Mulut ke hidung (pada saat meniupkan hawa ke lubang hidung tutup mulut pasien rapat-rapat)Dengan alat :

-Mulut ke sungkup , hembuskan udara pemonolng melalui sungkup yang cocok, menutup lubang hidup dan mulut pasien memberikan konsentrasi O2 16%.

-Menggunakan bag valve mask, kantong karet elastis, jika dipompa menghasilkan sejumlah udara, jika dilepas otomatis mengembang kembali, dapat ditambahkan oksigen 100% dari luar.

Mulut ke sungkup

Bag valve mask

c) Circulation (penilaian sistem sirkulasi darah), dilakukan dengan menilai adanya pulsasi arteri karotis. Penilaian ini maksimal dilakukan selama 5 detik.

Dengan alat : AED ( automated external defibrilator)

b). Apa tindakan lanjut apabila terjadi kegagalan pada tindakan awal?

Lakukan Trakeotomi, merupakan tindakan membuat jalan napas baru dengan membuat lubang pada trakea. Trakeotomi menurut urgensi dibagi atas :

Emergency tracheostomy, dilakukan pada keadaan darurat, biasanya didaerah glotis

Orderly tracheostomy, merupakan tindakan berencana, dilakukan pada cincing trakea III atau dibawahnya.

Indikasi :

Pasien yang tampak pucat atau sianotik

Terjadinya obstruksi jalan napas

Terdapat benda asing disubglotis

Cedera parah pada wajah dan leherKomplikasi : Perdarahan

Infeksi pada tulang rawan tiroid

Stenosis trakea

4. a. Mengapa pasien mendengkur?b. Mengapa pada skenario pasien pucat dan nadi tidak teraba?

Jawaban : a.Mendengkur merupakan obstruksi saluran napas bagian atas.

Mekanisme : pada waktu pasien tidak sadar, kemungkinan lidah jatuh kebelakang karena tonus otot yang menurun sehingga menyumbat saluran pernagfasan dan pasien mendengkur.b.Pada skenario kemungkinan pasien mengalami syok hipovolemik jika dilihat dari gejala yang ada. Syok hipovolemik mengakibatkan aliran darah ke perifer menurun agar aliran darah ke organ vital (otak,ginjal, jantung) dapat terpenuhi, sehingga kulit tampak pucat dan nadi radialis tidak teraba.5. Apa hubungan jejas pada pasien dengan kesadaran menurun?

JEJAS PADA PELIPIS KANAN

Mungkin terjadi perdarahan pada kepala jika trauma mengenai arteri meninga media dan akan mengakibatkan subdural hematom atau epidural hematoma tau bisa juga terjadi perdarahan subarachnoid. Mungkin juga terjadi perdarahan pada arteri cerebri media dan akan mengakibatkan perdarahan intracranial. Jika perdarahan kepala terjadi maka akan memungkinkan adanya peningkatan tekanan intracranial, jika tekanan intracranial meningkat maka pasien akan mengalami penurunan kesadaran dan sampai bisa terjadi herniasi dari jaringan otak ke dalam foramen magnum atau foramen ovale, jika terjadi herniasi maka akan memperburuk keadaan pasien.

JEJAS PADA BAHU KANANBahu kanan diperdarahi oleh arteri subclavia yang akan bercabang menjadi arteri brachialis, jika jejas berupa dislokasi yang merobek arteri subclavia maka akan terjadi perdarahan dan akan memperparah perdarahan yang terjadi. Jejas yang terjadi pada bahu kanan memungkinkan terjadinya trauma pada thoraks yang bisa mengganggu kerja paru-paru seperti edema pleura, pneumothoraks yang akan mempersulit mengembangnya paru-paru sehingga ventilasi udara yang terjadi akan menurun dan jika ventilasi menurun maka perfusi dari oksigen juga menurun dan akan memungkinkan oksigen ke otak akan berkurang dan membuat kesadaran pasien menghilang. JEJAS PADA PERUT BAWAH KIRI

Jejas pada perut kiri memungkinkan terjadinya perdarahan yang masiv dimana Dapat terjadi perdarahan gastrointestinal yang akan menyebabkan terjadinya syok hipovolemik. Dan perdarahan akan menurunkan tekanan pembuluh darah rata2 dan menurunkan aliran balik ke jantung ( penurunan curah jantung ( aliran ke otak sedikit ( Kesadaran menurun.

Selain terjadi perdarahan gastrointestinal dapat juga terjadi fraktur atau dislokasi dari sacroiliaca joint yang mungkin mengompresi arteri iliaka communis yang merupakan cabang dari arteri besar aorta pars abdominalis yang jika terjadi perdarahan akan membuat pasien kekurangan darah sampai 3 liter darah dan dapat berdampak menjadi syok hipovolemik ( penurunan curah jantung ( aliran ke otak sedikit ( Kesadaran menurun. 6. Bagaimana cara pemakaian obat-obat darurat sesuai dengan penyebab penurunan kesadaran ?

Obat-obatan darurat

epinephrinecara kerja :

Pada syok anafilaktik digunakan untuk mengatasi gangguan sirkulasi dan menghilangkan bronkospasme. Pada jantung, epineprin merangsang reseptor agar terjadi vasokonstriksi perifer dan merangsang reseptor di jantung agar pembuluh darah koroner mengalami dilatasi sehingga aliran darah ke miokard menjadi lebih baik. Pada pernapasan, merelaksasi otot bronchus.

Sediaan :

Pada pasien dengan syok ringan, dosis diberikan 0.3-0.5 mg secara subkutandalam larutan 1:1000. Pada pasien dengan syok berat, dosis dapat diulang atau ditingkatkan 0.5-1 mg.

Inhalasi ephinephrin adalah larutan tidak steril 1% HCl atau 2% epi bitartat dalam air untuk inhalasi oral (bukan nasal) untuk mengatasi bronkonstriksi (bronkospasme). Pada RJP, dosis yang dianjurkan adalah 0.5-1 mg dalam larutan 1:1000, dapat diulang tiap 5 menit karena masa kerjanya pendek.EphedrineCara kerja

Efeknya sama dengan epineprin, tetapi efektif pada pemberian oral, potensinya lebih lemah tetapi masa kerjanya 7-10 kali lebih panjang. Ephedrine merupakan obat yang bekerja ganda, secara langsung pada reseptor adrenergic dan secara tidak langsung dengan merangsang pengeluaran katekolamin.

Sediaan:

Untuk mengatasi hipotensi akibat blok spinal selama anesthesia atau depresihalotan diberikan ephedrin dengan dosis 10-50 mg IMatau 10-20 mg IVDopaminCara kerja :

Dopamin dipakai untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi pada syokseptik, syok kardiogenik, dan pasca resusitasi jantung. Sebelum diberikan pada penderita syok, hipovolemia harus dikoreksi terlebih dahulu.

Sediaan

Dosis dopamin dimulai dari 2-5g/kgBB/menit

5-10g/kgBB/menit, sampai >10g/kgBB/menit. Dosis tersebut memberikan efek yang berbeda.AtropinCara kerja

Dapat meningkatkan denyut nadi pasien payah jantung

Sediaan:

Sediaan atropin yaitu 0.25 dan 0.5 mg tablet dan suntikan. Untuk bayi dan anak-anak diberikan 0.01 mg/kgBB karena mudah mengalami intoksikasi dan overdosis.

LidokainCara kerja :

Lidokain merupakam obat pilihan aritmia ventrikuler, efeknya segera dan masa kerjanya pendek.

Sediaan :

Dosis untuk penyuntikan intravena 1-1.5 mgkemudian dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan dalam tetesan infus 15-50g/kgBB/menit.CedilanidCara kerja :

Obat ini digunakan untuk pasien kegagalanjantung kongestif.

Sediaan :

Dosis 0.8-1.6 mg IV, dibagi 4 kali pemberian selang 6 jam, diikuti dosis pemeliharaan 0.2 mg IM tiap 12 jam.7. Bagaimana syarat melakukan transportasi pada penderita dengan penurunan kesadaran?STABILISASI

Adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar tetap stabil selama pertolongan pertama

TRANSPORTASI

Adalah proses usaha untuk memindahkan dari tempat satu ke tempat lain tanpa atau mempergunakan alat. Tergantung situasi dan kondisi di lapangan.

Keterangan menurut gambar

1. Defibrillator dengan monitor pasien

2. Syiringe pump pack set

3. Suction unit

4. High flow CPAP

5. Syringes and needles

6. Obat-obatan

7. Rak peralatan tambahan

8. Rak peralatan tambahan

9. Sarung tangan medis

10. Stretcher brancard pasien transport

11. Ventilator portable

12. Emergency sitcase and backpack

*Pada dasarnya proses stabilisasi dan transportasi berjalan beriringan.Prinsip Stabilisasi

Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan yang dialami

Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil

Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah

Menjaga agar perdarahan tidak bertambah.

Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk lagi

Unt. Stabilisasi yang efektif:

Resusitasi yg cepat

Menghentikan perdarahan&menjaga resusitasi

Imobilisasi fraktur

Analgesia

Langkah-langkah stabilisasi:

Perhatikan dan tangani jalan napas

Perhatikan perdarahan & kontrol perdarahan jk ada, segera cegah dan tangani syok dg pemberian produk darah jk perlu

Cari dan perhatikan adanya cidera yang berkaitan dengan proses penyakit lain

Perhatikan status jantung (nadi, suara, aliran, dll)PEMASANGAN CERVICAL COLLAR/COLLAR NECK

Pemasangan neck collar adalah memasang alat neck collar untuk immobilisasi leher (mempertahankan tulang servikal). Salah satu jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer). Namun ada juga yang menggunakan Xcollar Extrication Collar yang dirancang untuk mobilisasi (pemindahan pasien dari tempat kejadian kecelakaan ke ruang medis). Namun pada prinsipnya cara kerja dan prosedur pemasangannya hampir sama.Tujuan

1. Mencegah pergerakan tulang servik yang patah (proses imobilisasi serta mengurangi kompresi pada radiks saraf)

2. Mencegah bertambahnya kerusakan tulang servik dan spinal cord

3. Mengurangi rasa sakit

4. Mengurangi pergerakan leher selama proses pemulihan

Prosedur Log roll dan Spine Board

Empat orang dibutuhkan untuk melakukan prosedur modifikasi log roll dan imobilisasi penderita, seperti pada long spine board: (1) satu untuk mempertahankan imobilisasi segaris kepala dan leher penderita; (2) satu untuk badan (termasuk pelvis dan panggul); (3) satu untuk pelvis dan tungkai; dan (4) satu mengatur prosedur ini dan mencabut spine board. Prosedur ini mempertahankan seluruh tubuh penderita dalam kesegarisan, tetapi masih terdapat gerakan minimal pada tulang belakang. Saat melakukan prosedur ini, imobilisasi sudah dilakukan pada ekstremitas yang diduga mengalami fraktur.a. Long spine board dengan tali pengikat dipasang pada sisi penderita. Tali pengikat ini dipasang pada bagian toraks, diatas krista iliaka, paha, dan diatas pergelangan kaki. Tali pengikat atau plester dipergunakan untuk memfiksasi kepala dan leher penderita ke long spine board.

b. Dilakukan in line imobilisasi kepala dan leher secara manual, kemudian dipasang kolar servikal semirigid.

c. Lengan penderita diluruskan dan diletakkan di samping badan.

d. Tungkai bawah penderita diluruskan secara hati-hati dan diletakkan dalam posisi kesegarisan netral sesuai dengan tulang belakang. Kedua pergelangan kaki diikat satu sama lain dengan plester.

e. Pertahankan kesegarisan kepala dan leher penderita sewaktu orang kedua memegang penderita pada daerah bahu dan pergelangan tangan. Orang ke tiga memasukkan tangan dan memegang panggul penderita dengan satu tangan dan dengan tangan yang lain memegang plester yang mengikat ke dua pergelangan kaki.

f. Dengan komando dari penolong yang mempertahankan kepala dan leher, dilakukan log roll sebagai satu unit ke arah ke dua penolong yang berada pada sisi penderita, hanya diperlukan pemutaran minimal untuk meletakkan spine board di bawah penderita. Kesegarisan badan penderita harus dipertahankan sewaktu menjalankan prosedur ini.

g. Spine board diletakkan dibawah penderita, dan dilakukan log roll ke arah spine board. Harap diingat, spine board hanya digunakan untuk transfer penderita dan jangan dipakai untuk waktu lama.

h. Untuk mencegah terjadinya hiperekstensi leher dan kenyamanan penderita, maka diperlukan bantalan yang diletakkan dibawah kepala penderita.

i. Bantalan, selimut yang dibulatkan atau alat penyangga lain ditempatkan di kiri dan kanan kepala dan leher penderita, dan kepala penderita diikat ke long spine board. Juga dipasang plester di atas kolar servikal untuk menjamin tidak adanya gerakan pada kepala dan leher.

8. Bagaimana cara melakukan tindakan khusus pada penurunan kesadaran baik trauma maupun nontrauma?

Prinsip penatalaksanaan pasien penurunan kesadarana. Mempertahankan fungsi vital dan mencukupi kebutuhan tubuh akan O2 cairan dan kalori.

Pelihara jalan napas :

Kepala dimiringkan dan ekstensi

Bersihkan rongga mulut dn farings;isap lendir secara teratur, bila perlu oksigen, trakestomi, respirator .

Pemberian cairan dan kalori :

Jumlah maintanance kira-kira 2000 ml/hari

Dapat ditambah bila ada dehidrasi atau syok

Usahakan pemberian cairan yang mengandung cukup elektrolit dan kalori .

Bila koma lebih dari 2-3 hari, berikan makanan personde agar intake dapat lebuh banyak .

b. Pemeliharaan kebersihan tubuh (miksi, defekasi)

Pasang dauercathether Klisma dengan larutan gliserin 2-3 hari sekali .

Mata ditetesi dengan borwater atau larutan garam faal beberapa kali sehari, lalu ditutup dengan kasa lembab;dapat juga digunakan salep mata antibiotik agar tidak terlalu sering harus membasahi mata .

Mulut dibersihkan dengan boraks-gliserin dan alkohol tiap pagi.

Penderita dimandikan dengan air dan sabun sedikitnya sekali sehari .

c. Mencegah infeksi sekunder dan dekubitus .

Posisi berbaring penderita harus diubah-ubah beberapa kali setiap hari untuk mengurangi kemingkinan pneumoni dan dekubitus.

Untuk mengalirkan sekret dari paru, penderita berbaring miring dan daerah dada dan punggung ditepuk-tepuk beberapa menit tiap pagi .

d. Pengobatan simtomatik.

Bila perlu berikan kompres panas atau dingin.

Bila kejang atau gelisah, berikan sedatif yang efek depresinya minimal misalnya diazepam.

Untuk menurunkan tekanan intrakranial gunakan kortikosteroid dan larutan hipertonik .

Tindakan Bedah :

Kraniotomi

DefinisiTrepanasi/ kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif.Pasien terdapat Epidural Hematoma dan Subdural hematom.

Indikasi Operasi- Penurunan kesadaran tiba-tiba di depan mata- Adanya tanda herniasi/ lateralisasi- Adanya cedera sistemik yang memerlukan operasi emergensi, dimana CT Scan Kepala tidak bisa dilakukan.

9. Jelaskan tingkat kesadaran dan penilaian GCS ?Jawab :

a. Tingkat kesadaran

1. Kompos mentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik

2. Apatis, yaitu keadaan dimana pasien tampak segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

3. Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik . pasien tampak gaduh gelisah,kacau,disorientasi dan meronta-meronta

4. Somnolen (letargia,obtundasi,hi[ersomnia) yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang,tetapi bila rangsang berhenti pasien akan tertidur kembali

5. Sopor (Stupor) yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat,misalnya rangsang nyeri,tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.

6. Semi-koma yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon terhadap rangsang verbal,dan tidak dapat dibangunkan sama sekali tetapi reflex (kornea,pupil)masih baik. Respon terhadap rangsang nyeri tidak adekuat

7. Coma yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam,tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap rangsang nyeri

b. Glasgow Coma Scale / GCS

Penilaian Glasgow Coma Scale/GCS terdiri dari 3 komponen yaitu membuka mata,respon verbal (bicara) dan respon motorik (gerakan)

Skor

a. Eye (mata)

Spontan 4

Dengan perintah (suruh pasien membuka mata )3

Terhadap nyeri (berikan rangsang nyeri,mis. Menekan kuku jari)2

Tidak ada respon1

b. Verbal (bicara)

Orientasi baik5

Bingung,bicara kacau (disorientasi tempat dan waktu)4

Kata-kata yang tidak tepat3

Suara yang tidak dapat dimengerti (mengerang)2

Tidak ada respon1

Motoric (Motorik)

Mematuhi perintah6

Melokalisir nyeri (menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)5

Reaksi menghindar (menghindar/menarik ekstremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)4

Fleksi abnormal (rangsang nyeri memberikan respon fleksi siku)3

Ekstensi bila ada rangsang nyeri 2

Tidak ada respon1

Total

3-15

Nilai maksimal adalah 15,sedangkan nilai minimal adalah 3 (koma)

BAB IIIKESIMPULANPasien tersebut kemungkinan mengalami shock karena banyaknya trauma sehingga perlu di lakukan diagnostik dan penatalaksanaan yang tepat untuk mengurangi angka mortalitas dan morbiditas.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka : Sudoyo, W. Aru. Et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta : FKUI Buku prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam Harrisons Buku kegawatdaruratan medik, agus purwanto Saanin, Syaiful. 2009.Cedera Sistema Saraf PusatTraumatika Dan Nontraumatika.PDF Jurnal.

John A. Boswick, Ir., MD . Perawatan Gawat Darurat . Indonesia : Penerbit Buku Kedokteran EGC Hafid A, Epidural Hematoma,Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi kedua, Jong W.D. EGC,Jakarta, 2004, 818-819 Soertidewi L. Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kranio Serebral, Updates InNeuroemergencies, Tjokronegoro A, Balai PenerbitKUI,Jakarta, 2002,80 Ginsberg, Lionel. Neurologi. Edisi kedelapan. Erlangga Medical Series Bresler, Michael Jay, George, L.Sternbach. 2007. Manual Kedokteran Darurat.Jakarta:EGC Amin,Zulkifli.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Dep.IPD FKUIReferensi

Mardjono, Mahar. Et al. 1999.Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.

Manthurio dan Nara P.Gangguan Kesadaran. Cermin DuniaKedokteran No.34. 1984: 15-84. available from:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_034_masalah_otak.pdf

Trauma SSP : trauma subdural, perdarahan epidural,kontusio, hematoma epidural, abses serebral, perdarahan subarachnoid.

Non Trauma

Trauma

Koma intrakranial

Infeksi : meningitis, ensefalitis,

Non infeksi : kejang, tumor, epilepsi

Vaskular : stoke, hipertensi, hipotensi, gagal jantung

Metabolik : asidosis metabolik, hiperglikemi, hipoglikemik

Keracunan : alkohol, barbiturat

Infeksi sistemik : pnemonia, malaria

Lain-lain : hipotemia, hipertemia, syok anafilaktik

Koma ekstrakranial

1

Perdarahan, tumor, abses, edema serebri

Trauma

Sumbatan Pembuluh darah

Asfiksia

Tekanan serebri

Iskemia

Hipoksia

HipoglikemiaHiponatremiaNH4+

HipernatremiaHiperglikemia

Gangguan elektrolit,H

Pembengkakan sel

Pengerutan sel

Suhu,Inflamasi

Diabetes Melitus

Uremia

Epilepsi

Gangguan Hormonal yg berlebih

Alkohol,Narkotik,Toksin

Eksitabilitas neuron di korteks

KEHILANGAN KESADARAN