METODE PENELITIAN TERAPAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF...
Transcript of METODE PENELITIAN TERAPAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF...
1 LA ODE HASIARA METODE PENELITIAN TERAPAN
SUDARLAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
AHYAR MUHAMMAD DIAH UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
METODE PENELITIAN TERAPAN KUALITATIF DAN
KUANTITATIF UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
CV. IRDH
2 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
METODE PENELITIAN TERAPAN KUALITATIF DAN
KUANTITATIF UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Oleh : La Ode Hasiara
Sudarlan
Ahyar Muhammad Diah
Perancang sampul : Yorim N Lasboi
Penata Letak : Agung Wibowo
Penyunting : Cakti Indra Gunawan
Pracetak dan Produksi : Yohanes Handrianus Laka
Hak Cipta © 2019, pada penulis
Hak publikasi pada CV IRDH
Dilarang memperbanyak, memperbanyak sebagian atau seluruh isi dari
buku ini dalam bentuk apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan Pertama September, 2019
Penerbit CV IRDH
Anggota IKAPI No. 159-JTE-2017
Office: Jl. Sokajaya No. 59, Purwokerto
New Villa Bukit Sengkaling C9 No. 1 Malang
HP 081 333 252 968 WA 089 621 424 412
www.irdhcenter.com
Email: [email protected]
ISBN: 978-623-7343-42-4
i-xiiint + 275 hlm, 25 cm x 17.6 cm
3 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
i LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt,
atas rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan, dan kesempatan
sehingga buku ini dapat terselesaikan dengan baik, walapun di sana
sini masih banyak ditenemukan banyak kelemahan yang terdapat baik
dari isi, materi, maupun kedalaman isi dalam buku ini. Buku ini dengan
berjudul “Aplikasi Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif pada
Pendidikan Vokasi Khusus Ilmu-Ilmus Sosial”. Ucapan terima kasih,
kami sampaikan kepada:
1. Kementerian Riret dan Teknologi Pendidikan Tinggi, karena telah
membiayai Penelitian kami yang Isya Allah berlanjut selama 3 (tiga)
dengan alokasi biaya sebesar Rp125.000.000,00 Terbilang Seratus
Dua Puluh Lima Juta Rupiah pertahun. Dengan Nomor Kontrak
862h/PL7/LK/2018.
2. Bapak Ir. Ibayasid, M.Sc., selaku Direktur Politeknik Negeri
Samarinda yang banyak memberikan dukungan serta motivasi
sehingga kami memiliki semangan yang tinggi untuk selalu
mengembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian ilmiah.
3. Bapak Dr. Ir. Tumingan, selalu Kepala Pusat Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Politeknik Negeri Samarinda, yang
selalu berusaha memberi informasi terkait dengan penelitian baik
sumber dana dari PNBP, maupun dari dana APBN.
4. Bapak Muhammad Irwan, S.T., M.T., (kandidat Ph.D), selaku
Sekretaris Kepala Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
ii LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Politeknik Negeri Samarinda, yang selalu berusaha memberi
informasi dan semangat terkait dengan penelitian, baik sumber
dana dari PNBP, maupun dari dana APBN.
5. Bapak Rifaddin Noor, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Samarinda, yang selalu memberi semangat
kepada kami sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan
baik.
6. Bapak Dr. Sabri Nurdin, S.E., M.M., selaku ketua Program Studi
Keuangan dan Perbankan Politeknik Negeri Samarinda, yang selalu
memberi semangat kepada kami sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik.
7. Bapak Muhammad Suyudi, S.E., M.SA., Akt., CA., selaku ketua
Program Studi Akuntansi Manajeria Politeknik Negeri Samarinda,
yang selalu memberi semangat kepada kami sehingga penelitian ini
dapat diselesaikan dengan baik.
8. Bapak Eko Adi Widiyanto, S.E., M.SA., selaku ketua Program Studi
D3 Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda, yang selalu memberi
semangat kepada kami sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Buku ini masih banyak terdapat kelemahan-kelemahan, baik
dari isi, tata bahasa maupun kalimat dan di sana-sini masih
memerlukan perbaiak di masa-masa yang akan datang, dan penulis
mengaharapkan saran dan kritikan yang bersifat konstruktif, demi
perbaikan buku terbitan berikutnya, dan atas saran koreksi dari
pemakai buku ini, kami ucapkan terima kasih.
3 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Malang, Oktober 2019
Penulis
PRAKATA
4 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Puji syukur kami panjakan doa kepada Allah Swt., karena
dengan berkat dan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulisan buku
ini dapat dirampungkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Buku ini
ditulis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditekuni dan
diajarkan selama berpuluh-puluh tahun. Hal ini merupakan
tanggungjawab profesional pada bidang pendidikan baik akdemik
maupun vokasi. Menulisan buku ini merupakan salah satu bentuk
penyampaian ekspresi ilmu pengetahuan yang terpendam dalam
ingatan. Oleh karena itu, ingatan-ingatan tersebut lebih baik, jika
dituangkan dalam bentuk tulisan. Dan nantinya dapat menambah
wawasan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, yang tertata
melalui sebuah tulisan, dan akan dilakukan pembenahan di masa yang
akan datang.
Aplikasi metode penelitian kuantitatif selama ini hanya
dipahami secara abu-abu, karena disemua penelitian yang pernah
dibaca penulis tidak pernah menemukan adanya pemisahan antara
penulisan metode penelitian disaat proposal dengan bab 3 setelah
penelitian, tidak ada perbedaan. Dengan hadirnya buku ini, pembaca
dapat membedakan cara penyajian metode penelitian yang ada di bab
3 sebelum ujian proposal dengan penyajian bab 3 setelah proposl.
Aplikasi metode penelitian kuantitatif di Indonesia, mungkin telah
banyak beredar di mana-mana, namun penulis belum menemukan
Aplikasi Metode Penelitian Kuantitatif, yang membahas secara tuntas
pembeda Penelitian Kuantitatif sampai tuntas. Di Indonesia saat ini
5 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
sudah banyak pengarang buku untuk semua disiplin ilmu, namun
belum satupun menulis menemukan tata cara penyajian Metode
Penelitian, yang memisahkan Metode Penelitian pada saat Proposal
dengan Metode Penelitian setelah Pengumulan data Lapangan. Oleh
karena itu, dengan hadirnya buku ini yang diberi judul “Salah Kafrah
Penyajian Data Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial.
Khusus Peneliti Pemula dalam bidang ilmu Rumpun Akuntansi”.
Di samping untuk mengembangkan profesionalisme, penulis
juga mengharapkan penulisan buku ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan para pembaca bahwa saat ini telah banyak pengkajian
keuangan dan akuntansi pada berbagai bidang ilmu, yang terkait
dengan akuntansi itu sendiri, misalnya akuntansi sosial, akuntansi
syari’ah, akuntansi lingkungan, akuntansi psikologi, akuntansi keperi-
lakuan, akuntansi sektor publik dan akuntansi SKPD masih banyak
akuntansi-akuntansi yang lainnya. Penulis merasa senang, jika kritik
dan saran yang bersifat konstrktif disampaikan melalui media
komunikasi yang berkembang saat saat ini, yaitu email, tolong kritik
dan saran saudara (i) kirimkan ke alamat email: [email protected].
Dengan cara tersebut penulisan buku selanjutnya akan lebih
bermanfaat dan mempunyai arti yang lebik baik untuk perbaikan-
perbaikan tulisan di masa-masa yang akan datang. Karena pengem-
bangan ilmu pengetahuan melalui penelitian lalu dipublikasikan
dengan berbagai cara seperti jurnal, artikel, proseding dan buku ajar
serta buku referensi, yang juga merupakan kewajiban bagi pengemban
profesional guru dan dosen, berdasarkan Undang-Undang No.14/2005
6 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
tentang guru dan dosen. Guru dan dosen yang produktif bukan hanya
mengajar, 24 jam s.d.36 jam dalam seminggu, tetapi guru dan dosen
yang memiliki inovasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
melalui penelitian, sangat tepat jika itu dilakukan sejak sekarang.
Kemudian dari hasil penelitian tersbeut dapat disalurkan melalui
jurnal, artikel, proseding, buku ajar dan buku referensi.
Malang, September 2019
Tim Penulis,
vii LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Persemabahan Ketua Tim Peneliti
” La Ode Hasiara”.
Buku ini kepersembahkan Kepada, Almamaterku dan Pemerhati
Pendidikan di seluruh Indonesia baik dosen maupun mahasiswa.
1. Akademi Bank dan Keuangan (ABK) sekarang berubah menjadi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIEM-JONGAYA) di Makassar,
sebagai dasar mengenal Pendidikan Tinggi (D3), gelar, B.Sc.
2. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE-YPUP) Jurusan Akuntansi di
Makassar (S1), sebagai dasar memahami Akuntansi, Drs.
3. Fakultas Ilmu Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Hasanuddin
(UNHAS) di Makassar (S1 dan Akuntan), sebagai dasar memperkuat
ilmu akuntansi, dengan gelar, S.E., Akt.
4. Kepercayaan yang diberikan dari Kementerian Keuangan Republik
Indonesia adalah diberikan sebutan tambahan Serted Acconting
(CA) dan pemberian Kepercayaan tambahan berupa Izin Praktik
sebagai “Kantor Jasa Akuntan (KJA).
“LA ODE HASIARA”
5. Universitas Mulawarman (UNMUL) di Samarinda, sebagai tempat
menambah wawasan ilmu akuntansi dan akuntansi keuangan
pemerintah daerah (S2), gelar, M.M.
6. Universitas Negeri Malang (UM) di Malang, sebagai tempat
menjelajahi ilmu manjemen pendidikan (S2), gelar, M.Pd.
8 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
7. Universitas Brawijaya (UB) di Malang, sebagai tempat
memperdalam ilmu Akuntansi dengan disertasi Akuntansi
Keuangan Pemerintah Daerah (S3), gelar, Dr.
8. Universitas Negeri Malang (UM) di Malang, sebagai tempat
menjelajahi ilmu manjemen pendidikan (S3), gelar, Dr./Ph.D. (pilih
salah satu)
9. Bangsaku, Negeriku dan Daerahku yang tercinta.
10. Istriku tercinta Nurtisa, S.E., (Almarhuma) serta anakku
(L.M.Hariadi, S.ST., & Wa Ode Hasryani) dengan sabar penuh
pengertian dan mendukung penulisan buku ini, serta sabar
menunggu penyelesaian Studi Program Doktor yang ditempuh
pada saat itu.
11. Istriku tercinta Nursin, S.Pd., serta anakku (L.M.Hariadi, S.ST., &
Wa Ode Hasryani) yang saat ini berdua sementara menempu
Pendidikan Lanjut, dan istri saat ini, juga sabar dalam mendampingi
penulis, serta sabar dalam melanjutkan perjuangan Alamarhuma.
9 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ xiv
BAB 1 KHUSUS PEMBACA ........................................................................................ 1
A. PENDAHULUAN ......................................................................................1
B. KATA-KATA BIJAK ....................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................................ 3
D. PENGGUNAAN KAJIAN TEORETIS ........................................................... 5
E. PENGGUNAAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU....................................6
F. BEBERAPA PERBEDAAN KAJIAN PUSTAKA ............................................. 7
G. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN ......................................................... 10
H. JENIS-JENIS PARAGRAF. ......................................................................... 14
I. SIMPULAN ........................................................................................... 16
BAB 2 PENDEKATAN KUALITATIF .................................................................. 19
A. PENDAHULUAN ................................................................................. 20
B. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF ........................................... 22
C. HAKIKAT PENELITIAN KUALITATIF ................................................. 23
D. SIMPULAN .......................................................................................... 30
BAB 3 TEORI PENELITIAN KUALITATIF .......................................................... 32
A. PENDAHULUAN ................................................................................. 32
B. PERKEMBANGAN FENOMENOLOGI ............................................. 35
10
LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
C. ALASAN MAKNA TINDAKAN ......................................................... 39
D. ARGUMEN FENOMENOLOGI ........................................................ 42
E. SIMPULAN .......................................................................................... 47
BAB 4 ISTILAH SIMBOLISME DALAM PENELITIAN KUALITATIF ................... 50
A. PENDAHULUAN ................................................................................. 50
B. BEBERAPA PANDANGAN SIMBOLISME ........................................ 53
C. ETNOGRAFI (PENELITIAN BUDAYA) ............................................... 62
D. ETNOMETODOLOGI ........................................................................... 71
E. STUDI KASUS ................................................................................. 78
F. SIMPULAN .......................................................................................... 85
BAB 5 PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN KUALITATIF ....... 88
A. PENDAHULUAN ................................................................................. 88
B. PEMILIHAN INFORMAN ................................................................ 91
C. METODE PENGUMPULAN DATA ................................................... 92
D. TEKNIK ANALISIS DATA ................................................................. 96
E. KEABSAHAN DATA ...................................................................... 101
F. KESIMPULAN .................................................................................... 103
BAB 6 PENDAHULUAN PADA PENDEKATAN KUANTITATIF ............................... 106
A. PENDAHULUAN ................................................................................. 106
B. LATAR BELAKANG ............................................................................... 107
C. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 108
D. TUJUAN PENELITIAN............................................................................ 110
E. PENERAPAN HASIL PENELITIAN .......................................................... 112
F. LUARAN YANG DITARGETKAN ............................................................ 113
G. KONTRIBUSI PADA ILMU PENGETAHUAN ........................................ 114
H. SIMPULAN ......................................................................................... 117
BAB 7 KAJIAN TEORETIK VERSI KUANTITATIF ..................................................... 120
11
LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
A. PENDAHULUAN ................................................................................. 120
B. PENGERTIAN WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP) ...................... 121
C. KAJIAN TEORETIS (CARA PERTAMA) ................................................. 123
D. PERUMUSAN HIPOTESIS PENELITIAN ............................................... 131
E. SIMPULAN ......................................................................................... 139
BAB 8 METODE PENELITIAN (VERSI PROPOSAL) ................................................ 142
A. PENDAHULUAN ................................................................................. 142
B. RANCANGAN PENELITIAN ................................................................. 142
C. TEKNIK ANALISIS DATA ........................................................................ 147
D. ANALISIS DATA ................................................................................. 147
E. PENGUJIAN HIPOTESIS ...................................................................... 151
F. PERHATIAN SERIUS PADA BAB 8 ...................................................... 153
G. SIMPULAN ......................................................................................... 154
BAB 9 METODE PENELITIAN (VERSI HASIL) ........................................................ 156
A. PENDAHULUAN ................................................................................. 156
B. RANCANGAN PENELITIAN ................................................................. 156
C. TEKNIK ANALISIS DATA ........................................................................ 160
D. ANALISIS DATA ................................................................................. 164
E. PENGUJIAN HIPOTESIS ...................................................................... 173
F. PERHATIAN SERIUS PADA BAB IX ...................................................... 175
G. SIMPULAN ......................................................................................... 177
BAB 10 LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN DATA KUANTITATIF ......................... 179
A. PENGUJIAN DATA KAUNTITATIF ......................................................... 179
B. TABULASI DATA ................................................................................... 180
C. UJI ASUMSI KLASIK ............................................................................ 190
D. SIMPULAN ......................................................................................... 203
BAB 11 VERSI-HASIL PENDEKATAN KUANTITATIF .............................................. 205
12
LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
A. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 205
B. PEMBAHASAN HASIL ......................................................................... 211
C. SIMPULAN ......................................................................................... 220
BAB 12 SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 224
A. PENDAHULUAN ................................................................................. 224
B. SIMPULAN ......................................................................................... 224
C. SIMPULAN PENGERTIAN ..................................................................... 226
D. SARAN ................................................................................................ 230
E. KETERBATASAN ................................................................................. 232
F. IMPLIKASI ........................................................................................... 233
G. KEBAHARUAN .................................................................................... 235
H. UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... 235
BAB 13 TEKNIK PEMBUATAN KUESIONER ........................................................ 237
A. PENDAHULUAN ................................................................................. 237
B. JENIS PERTANYAAN/PERNYATAAN KUESIONER ................................ 238
C. BEBERAPA PERBEDAAN PERTANYAAN/PERNYATAAN DENGAN
KUESIONER 240
D. SIMPULAN ......................................................................................... 243
E. SARAN ................................................................................................ 243
F. KETERBATAN ..................................................................................... 244
G. DAFTAR INDEKS ................................................................................. 244
H. GLOSARIUM ....................................................................................... 245
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 245
GLOSARIUM ....................................................................................................... 267
INDEKS ............................................................................................................... 269
TENTANG PENULIS ............................................................................................ 270
13 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 9. 1 HISTOGRAM UJI NORMALITAS ................................................................. 165
GAMBAR 9. 2 HASIL P-P PLOT ...................................................................................... 165
GAMBAR 9. 3 HETEROKEDASTISITAS .............................................................................. 167
GAMBAR 10. 1 PENCANTUMAN VARIABEL PENELITIAN DARI X1 S.D. Y, DAN T. .......... 184
GAMBAR 10. 2 PENCANTUMAN INDIKATOR VARIABEL DARI X1 S.D. X9, Y DAN T. ...... 185
GAMBAR 10. 3 KOTAK DIALOG PROSES UJI RELIABILITAS DATA .................................. 189
GAMBAR 10. 4 DIALOG LINIER BERGANDA .................................................................... 191
GAMBAR 10. 5 KOTAK DIALOG REGRESI LINIER BERGANDA: STATISTIK ....................... 192
GAMBAR 10. 6 KOTAK DIALOG REGRESI LINIER: PLOTS ................................................. 192
GAMBAR 10. 7 HISTOGRAM UJI NORMALITAS............................................................... 193
GAMBAR 10. 8 HASIL P-P PLOT .................................................................................... 194
GAMBAR 10. 9 HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS ............................................................ 196
GAMBAR 10. 10 KOTA DIALOG PROSES UJI LINIERITAS ................................................. 198
GAMBAR 10. 11 KOTAK DIALOG PENGUJIAN LINIERITAS ............................................... 199
14 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
DAFTAR TABEL
TABEL 2. 1 PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN PENELITIAN KUANTITATI ........... 25
TABEL 2. 2 PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DENGAN KUANTITATIF MODEL
(NASUTION,1988) ......................................................................................................... 26
TABEL 2. 3 JENIS-JENIS TEORI PENELITIAN KUALITATIF BESERTA TUJUAN
PENGGUNAANNYA ....................................................................................................... 26
TABEL 6. 1 DAFTAR KONTRIBUSI PADA ILMU PENGETAHUAN ..................................... 115
TABEL 8. 1 NILAI PENGUKURAN KUESIONER ................................................................. 146
TABEL 9. 1 NILAI PENGUKURAN KUESIONER ................................................................. 160
TABEL 9. 2 HASIL REKAPITULASI UJI VALIDITAS DATA ................................................. 161
TABEL 9. 3 HASIL UJI RELIABILITAS DATA .................................................................... 163
TABEL 9. 4 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS ..................................................................... 168
TABEL 9. 5 HASIL UJI LINIERITAS .................................................................................. 170
TABEL 9. 6 HASIL UJI AUTOKORELASI ......................................................................... 172
TABEL 10. 1 TABULASI DATA .......................................................................................... 180
TABEL 10. 2 HASIL REKAPITULASI UJI VALIDITAS DATA ............................................... 187
TABEL 10. 3 HASIL UJI RELIABILITAS DATA .................................................................. 190
TABEL 10. 4 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS ................................................................... 194
TABEL 10. 5 HASIL UJI AUTOKORELASI ........................................................................ 197
TABEL 11. 1 HASIL UJI PARSIAL (UJI T) ........................................................................... 208
TABEL 11. 2 HASIL UJI SIMULTAN (F) .......................................................................... 209
15 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
TABEL 11. 3 MODEL SUMMARYB ................................................................................. 210
1 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
BAB 1
KHUSUS PEMBACA
A. PENDAHULUAN
Bab ini menyajikan hal-hal yang perlu dicermati pembaca yang
bijak, isi bab ini penting sehingga memuat materi sebagai berikut (a)
Pendahuluan, (b) Kata-kata bijak, (c) tujuan penulisan. (d) Penggunaan
kajian teoretis/pustaka. (e) Penggunaan hasil penelitian terdahulu/kajian
empiris. (f) Beberapa perbedaan Kajian Pustaka. (g) Hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh peneliti sebelum dan sesudah pengambilan data
penelitian lapangan.
Buku ini memberi gambaran kepada peneliti pemula, khususnya
mahasiswa pada level (S1) dan peneliti pemula lainnya, agar dapat
mencermati letak perbedaan dalam menyajikan metode penelitian pada
ranah proposal khusus bab 3 sebelum melakukan penelitian atau sebe-
lum melakukan pengumpulan data lapangan, pada ranah bab 3 setelah
mengumpulkan data lapangan. Oleh karena itu, buku ini membedakan
penyajian Bab 3, yaitu Metode Penelitian pada tataran Proposal dan
penyajian Bab 3 setelah mengumpulkan data dan bahkan setelah
pengolahan data lapangan. Selain itu, juga menempatan atau penggunaan
hasil-hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian terdahulu dan termasuk
kajian teoretik, juga difungsikan selain diletakkan pada bab 3, juga ada yang
diletakkan pada bab 4.
2 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
B. KATA-KATA BIJAK
Feeling Good The New Mood Therapy. Ingatlah bahwa memahami
tidak berarti menyetujui. Itu hanya berarti Anda bisa melihat dengan mata,
hati, pikiran, dan semangat orang lain. Salah satu kebutuhan terdalam dari
jiwa manusia adalah dipahami (Covey 2005). Kebenaran yang utuh, itu tidak
ada, dan yang ada serta banyak ditemukan hanya perbedaan. Perbedaan
inilah yang menjadi miliki manusia seutuhnya. Kebenaran yang utuh dan
seutuhnya hanya milik Allah Swt (Hasiara 2010). Dan pernyataan (Covey
2005), serta (Hasiara 2012) di atas merupakan penyataan yang sangat
bijak, dan mengerti tentang sumber dari mana datangnya kebenaran.
Untuk itu, buku ini mengajak para pembaca untuk lebih arif dan
bijaksana. Kearifan dan kebijakan tersebut lebih pada menyemangati
orang lain untuk mencapai sesuatu. Sikap positif tersebut
menghormati dan menghargai hasil karya orang lain (Azawar 2009).
Pesan yang perlu dipahami pembaca, bahwa metode adalah
cara-cara untuk menemukan ilmu pengetahuan dengan cara ilmiah
(Bogdan 2006). Oleh karena itu, perlu memahami berbagai metode
pendekatan, karena bisa menimbulkan salah kafrah, dan penafsiran
terhadap kasil karya orang lain. Orang lain tidak pernah salah, namun
yang salah dan benar hanya dimiliki penafsiran pembaca. Oleh karena
itu, perlu hati-hati dalam menanggapi hasil harya orang lain, pembaca
selalu membadingkan dengan apa yang dimilki, pada hal ilmu tersebut
menggunakan penedekatan yang lain, belum tentu dipahami pembaca.
Pembaca yang baik dan bijak, jika membandingkan metode tersebut
dengan pendekatan yang sama, dan ilmu yang sama, sehingga tidak
3 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
menimbulkan salah kafrah dalam menginterpretasikan ilmu, yang
belum tentu dipahami pembaca (Jogiyanto 2008).
Pembaca yang baik, jika memhami kelemahan orang lain, bukan
untuk menghakimi, diawal buku ini, telah diingatkan kepada pembaca,
pembaca yang jika memahami orang lain, karena memahami tidak
berarti menyetujui. Itu hanya Anda bisa melihat dengan mata, hati, pikiran,
dan semangat orang lain, karena salah satu kebutuhan terdalam dari jiwa
manusia adalah saling memahami, bukan saling mencelah apalagi
menfitnah. Berdasarkan pernyataan dari tersebut muncul pemikiran
penulis untuk menentukan topik buku ini.
C. TUJUAN PENULISAN
Konten penulisan buku ini, memfokuskan diri pada aspek
pemahaman aplikasi penelitian ilmiah khusus yang menggunakan
pendekatan kuantitatif, sebelum dan sesudah penelitian dilakukan.
Sebelum penelitian berarti peneliti hanya manyajikan bab-bab
tertentu, misalnya Bab 1, memuat (a) Latar Belakang, (b) Rumusan
Masalah, (c) Tujuan Penelitian, dan (d) Manfaat Penelitian. Bab 2,
memuat Kajian Teoretis, terdiri atas (a) Pengertian disesuaikan dengan
judul yang akan diteliti, (b) hasil-hasil penelitian terdahulu, juga
disesuaikan dengan judul yang akan diteliti. Bab 3, memuat (a)
Rancangan Penelitian, (b) Definisi Operasional digunakan khusus
penelitian kuantitati.
Gambaran isi buku ini, adalah membahas hal-hal yang belum
pernah diajarkan oleh dosen-dosen pembaca, dan dosen-dosen
4 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pembaca, tetapi penulis pernah disampaikan oleh promotor ketika
penempuh pendidikan doktor (S3) yang kedua, Sonhadji (2011)
menyatakan kepada Hasiara, bahwa ada perbedaan penulisan Proposal
penelitian dengan penulisan hasil penelitian.
Proposal penelitian, memuat Bab 1, memuat (a) Latar Belakang,
(b) Rumusan Masalah, (c) Tujuan Penelitian, dan (d) Manfaat
Penelitian. Bab 2, memuat Kajian Teoretis, terdiri atas (a) Pengertian
disesuaikan dengan judul yang akan diteliti, (b) hasil-hasil penelitian
terdahulu, juga disesuaikan dengan judul yang akan diteliti. Bab 3,
memuat (a) Rancangan Penelitian, (b) Definisi Operasional digunakan
khusus penelitian kuantitatif, yang sumber datanya berasal dari
kuesioner.
Hasil penelitian memuat Bab 1, terdiri atas (a) Latar Belakang, (b)
Rumusan Masalah, (c) Tujuan Penelitian, dan (d) Manfaat Penelitian.
Bab 2, memuat Kajian Teoretis, terdiri atas. (a) Pengertian-pengertian
yang disesuaikan dengan judul yang akan diteliti, (b) hasil-hasil
penelitian terdahulu, juga disesuaikan dengan judul yang akan diteliti.
Bab 3, memuat (a) Rancangan Penelitian, (b) Definisi Operasional
digunakan khusus penelitian kuantitatif.
Perbedaan yang mendasar ada pada Bab 3, yaitu setelah peneliti
mendapatkan data sesuai dengan objek yang diteliti, maka data
tersebut harus dilakukan Tabulasi data sesuai dengan jumlah sampel
yang diteliti oleh peneliti. Berdasarkan sumber datanya berasal dari
kuesioner, maka data tersebut harus dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas. Diasumsikan hasil pengujian yang dilakukan adalah baik uji
5 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
validitas maupun uji reliabilitas juga baik, sehingga peneliti dapat
melanjutkan penelitian ke tahapan yang lebih maju. Umumnya data
yang diperoleh dari kuesioner, maka model penelitian yang sering
digunakan adalah (a) Regresi Linier Berganda (Regresi), (b) Partial
Leastquare (PLS), dan (c) Structural Equation Modeling (SEM)
menggunakan AMOS.
Kasus dalam penelitian ini menggunakan Regresi Linier Berganda,
sehingga dituntut bagi peneliti untuk mensyaratkan adanya Uji Asumsi
Klasik. Uji Asumsi Klasik, yang sering digunakan adalah (1) Uji
Normalitas, (2) Uji Linieritas, (3) Uji Multikolinieritas, (4) Uji Hetero-
kedastisitas, dan (5) Uji Autokorelasi (Imam 2005); (Jogiyanto 2008);
(Singgih 2012); (Sugiyono 2013); (Willy Abdillah 2015); (La Ode Hasiara
2017).
Hasil pengujian, mulai dari Uji validitas, Uji Reliabilitas dan Uji
Normalitas, Uji Linieritas, Uji Multikolinieritas, Heterokedastisitas, serta
Uji Autokorelasi harus diletakkan kembali ke Bab 3, dengan cara
meletakan hasil pengujian di bawah teori-teori yang ada di bab 3 pada
saat proposal, kemudian teori yang tidak bersesuaian dengan hasil
setelah melakukan penelitian akan dibuang, digantikan dengan teori
yang bersesuaian dengan hasil pengujian yang telah dilakukan.
D. PENGGUNAAN KAJIAN TEORETIS
Kajian teoretis umunya disajikan di bab 1, dan bab 2. Termasuk
hasil-hasil penelitian terdahulu, juga disajikan dalam bab 1 maupun
bab 2, maksud dari pernyataan ini adalah masih sebatas proposal
6 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
(Creswell 1994). Namun, setelah ujian proposal, maka kajian teoretis
juga disajikan dalam bab 3, dan bab 4 sebagai menguat/memperlemah
hasil penelitian yang sedang dilakukan peneliti.
Peneliti setelah melakukan penelitian, maka isi bab 3 bisa berubah
total, karena pada bab 3, telah dilakukan penyesuaian dengan hasil
pengolahan data, sedangkan yang masuk dalam bab 4 adalah hasil
penelitian, yang berisikan (1) penyajian data, (2) pembahasan pada isi
pembahasan harus dihadirkan kembali hasil-hasil penelitian terdahulu
maupun teori yang mendukung hasil penelitian yang sedang dilakukan
peneliti.
E. PENGGUNAAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Hasil penelitian terdahulu, disamping disajikan di bab 1, bab 2,
dan bab 4, dengan penjelasan sebagai berikut : (1) disajikan di bab 1,
itu merupakan membuka ide/gagasan untuk menyampaikan ide
kepada dosen pembimbing, bahwa penelitian akan dilakukan peneliti
telah dilakukan pengkajian mendalam, khususnya hasil-hasil penelitian
terdahulu, sebagai tambahan informasi bahwa penelitian yang akan
dilakukan telah didukung oleh beberapa kajian empiris, itu berdasarkan
pandangan kaum positivistik. Namun kajian empiris yang dimaksud,
bukan kujuk-kujuk masuk sebagai penguat, itu harus memiliki relevansi
dengan topik yang sedang diteliti oleh peneliti tersebut. (2) selain hasil
penelitian terdahulu, juga disajkan pada bab 2, dengan maksud bahwa
7 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
disajikan di bab 2, bahwa sebelum peneliti menyajikan hipotesis
terlebih dahulu menyajikan hasil-hasil penelitian terdahulu, termasuk
kajian teoretis. Setelah hasil penelitian terdahulu dan kajian teoretis
disajikan, maka penyajian selanjutnya adalah hipotesis, yang
disesuaikan dengan masing-masing variabel yang ada dalam penelitian
yang sedang dilakukan peneliti. (3) bab 3, umumnya diisi dengan (a)
metode penelitian, (b) rancangan penelitian, (3) definisi variabel. Perlu
diketahui bahwa definisi variabel ini, hanya cocok disajikan pada
penelitian kuantitatif, tetapi pada jenis penelitian kualitatif (Sonhadji
2012) menyatakan bahwa yang paling tepat adalah defisi istilah.
Namun, penjelasan tersebut hanya sebatas proposal, akan tetapi
setelah ujian proposal, maka bisa berubah total. Untuk lebih jelasnya
pembahasan bab 3, dapat dijelaskan pada bab 4 buku ini.
F. BEBERAPA PERBEDAAN KAJIAN PUSTAKA
Beberapa perbedaan yang mendasar, selama ini ketika dicermati
sesungguhnya ada perbedaan yang mendasar antara (a) pengertian kajian
pustaka/teoretis, (b) dengan pengertian konsep, (c) pengertian/definisi
istilah, dan (d) definisi operasional. Pembaca yang terhormat, Anda men-
cermati dan memerhatikan kata-kata bijak di atas, bahwa Anda bisa
melihat dengan mata, hati, pikiran, dan semangat orang lain. Salah satu
kebutuhan terdalam dari jiwa manusia adalah ingin dipahami (Covey 2005).
Kebenaran yang utuh, itu tidak ada, dan yang ada serta banyak ditemukan
hanya perbedaan. Perbedaan inilah yang menjadi milik manusia seutuhnya.
Kebenaran yang utuh dan seutuhnya hanya milik Allah Swt (Hasiara 2011).
8 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Dan pernyataan (Covey 2005), dan (Hasiara 2011) menyatakan bahwa
manusia bukan sumber kebenaran, namun manusia hanya sebatas
sumber ide/gagasan, dan manusia yang baik adalah manusia yang
bijak, bahwa manusia adalah sumber kesalahan dan memahami
sumber kebenaran dari mana datangnya kebenaran. Untuk itu, buku
ini mengajak para pembaca untuk lebih arif dan bijaksana memahami
pebedaan.
Pertama, kajian pustaka/teoretis, ketika peneliti menyajikan kajian
pustaka/teoretis, itu harus ada sumbernya, baik kutipan langsung maupun
tidak langsung. Peneliti harus memahami, yang mana kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah kutipan, ketika disajikan
dalam tulisan memuat nama penulis, tahun terbitan dan halaman. Dengan
adanya perkembangan ilmu pengetahuan, maka sekarang merujuk kepada
kaidah penulisan Jurnal Internasional, baik Mendeley, maupun EndNote,
tidak ada lagi istilah kutipan tidak langsung, dan kutipan langsung. Oleh
karena itu, sehingga tidak diyakini secara mendalam, jika peneliti hanya
menyajikan kajian teoretis, tanpa diimbangi dengan hasil-hasil penelitian
terdahulu, karena referensi berupa buku, itu bisa berjauhan antara tahun
ditulisnya buku tersebut dengan tahun penerbitan, sehingga keakuratan
informasi dalam buku sebagai referensi tidak diyanikini seratus persen,
melainkan ada dukungan hasil-hasil penelitian terhahulu. Di sinilah manfaat
dan kegunaan hasil-hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan penjelasan di
atas, dapat dismpulkan bahwa kajian pustaka/teoretis disajikan peneliti
harus mencatumkan siapa penulis buku, dan/hasil penelitian siapa teori
tersebut dicantumkan.
9 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Kedua, pengertian konsep berasal dari bahasa Latin, yang artinya
menangkap (Hasiara 2011) menjelaskan secara tuntas, bahwa menangkap
tidak dipahami sekadarnya, namun menangkap dapat dipahami lebih jauh
dan mendalam. Untuk memahami pengertian konsep dapat dijelaskan
sebagai berikut: (1) menangkap, dapat diartikan dari hasil observasi
lapangan, maka peneliti dapat menangkap apa yang telah dipahami dari
hasil obeservasi yang telah dilihat, dan itu berdasarkan pemahaman
peneliti, itu diartikan sebagai konsep, (2) menangkap, dapat diartikan dari
hasil diskusi dengan teman sejawat, sehingga apa yang dipahami dari hasil
diskusi tersebut, juga diartikan sebagai konsep, (3) menangkap, dapat
diartikan dari hasil seminar, bahwa pemahaman peneliti yang diperoleh
dari hasil seminar tersebut, juga dikatakan sebagai konsep, (4)
menangkap, berdasarkan hasil bacaan buku-buku literatur yang ada di
perpusatakaan, itu dapat diartikan konsep, dan (5) penangkap, dari hasil
perolehan studi banding, seminar, loka karya, dan workshop, juga diartikan
sebagai konsep. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa berubah menjadi teori, jika konsep tersebut telah diuji
dan dibuktikan kebenarannya. Sementara yang disebut dengan teori
adalah hasil penelitian, baik penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif, maupun menggunakan pendekatan kualitatif
Ketiga, pengertian/definisi istilah berdasakan hasil wawanca dan
diskusi (Hasiara 2011) informan kunci (guru) besar di Universitas Negeri
Malang menjelaskan bahwa definisi istilah hanya tepat, jika digunakan di
dalam penelitian kualitatif, sementara definisi operasional lebih tepat, jika
digunakan dalam pendekatan kuantitatif. Pada umumnya definisi istilah
10 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
tidak diperlukan adanya sumber, peneliti menyajikan semata-mata
berdasarkan istilah yang diterjemahkan peneliti.
Keempat, definisi operasional di atas telah dikemukakan, bahwa
istilah operasional, tepat jika disajikan dalam ranah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan kunci. (Hasiara 2012) menjelaskan tentang
pencantuman definisi operasional, itu dapat dilakukan dengan dua cara.
Cara pertama, bisa dicantumkan dengan berdasarkan pemahaman peneliti,
yang disesuikan dengan kondisi operasional lapangan, yaitu sesuai dengan
objek penelitian yang dilakukan peneliti saat itu. Cara kedua, bisa
dicantumkan dengan bedasarkan teori, yang menjelaskan tentang definisi
yang didefiniskan oleh objek operasional, tanpa harus menyebutkan
sumber pustakanya (Hasiara 2018).
G. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Pertama, peneliti harus memahami kata-kata yang pantas untuk
diungkapkan di dalam isi, baik sebelum ujian proposal maupun setelah
ujian proposal. Misalnya penggunaan kata akan, itu bisa disajikan
ketika penelitian tersebut masih pada tahapan proposal. Boleh meng-
gunkan kata akan, jika ranah penelitian yang dilakukan peneliti adalah
(a) perencanaan, dan (b) penelitian keperilakuan. Selain kedua ranah
tersebut sebaiknya dihindari penggunaannya, sehingga tampak adanya
kejelasan antara proposal dan hasil penelitian.
Kedua, penggunaan kata pengatakan, kata ini tidak tepat, karena
penempatan kata mengatakan hanya cocok, jika diungkapkan ketika
11 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
subjek dan objek sedang bertatap muka, tetapi ketika peneliti
membaca literatur yang disampaikan oleh para pakar, hanya bisa
menuliskannya dengan ucapan menyatakan, tetapi bukan mengatakan.
Hal ini, tidak disadari peneliti bahwa ada perbedaan mengatakan
dengan menyatakan. Selanjutnya, penggunaan titik dua, dan titik satu,
mengandung arti dalam bahasa Indonesia, bahwa titik dua, menun-
jukkan bahwa kalimat tersebut belum selesai, sehingga penyatuman
kata berikutnya harusnya huruf kecil, kecuali nama orang, nama
tempat, dan singkatan. Kemudian pencantuman titik satu, itu
menunjukkan kalimat tersebut telah selesai, sehingga dalam bahasa
Indonesia, jika titik satu, maka pencantuman kata berikutnya harus
menggunakan huruf kapital/huruf besar.
Ketiga, penggunaan kata “analisisis”, kata ini hanya tepat, jika
digunakan dalam judul penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif, karena itu ada konotasi yang diartikan oleh pembaca,
bahwa analisis seolah-olah di dalamnya ada beberapa variabel yang
dianalisis berdasarkan beberapa alat uji statistik. Hal yang sama, juga
sering ditemukan dalam penelitian adanya kata-kata “faktor”, dan
“variabel-variabel”. Kedua kata tersebit seharusnya hanya digunakan
dalam penelitian kuantitatif, tetapi tidak dapakai dalam pendekatan
yang menggunakan pendekatan kualitatif, kualtatif lebih tepat, jika
faktor-faktor diganti dengan unsur-unsur.
Keempat, pengertian paragraf dan jenisnya secara lengkap.
Pengertian paragraf dan jenisnya. Apa itu paragraf, sering sekali kita
mendengar istilah tersebut saat sedang belajar di sekolah. Mungkin
12 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
diantara Anda masih ada yang kurang memahaminya, jika begitu mari
Anda baca penjelasan dalam tulisan ini. Pengertian Paragraf adalah
merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi serta
lebih luas dari pada kalimat. Selanjutnya definisi paragraf yaitu bagian
yang berasal dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat,
yang isinya mengungkapkan satuan informasi/kalimat dengan pikiran
utama sebagai pengendalian dan juga pikiran penjelas sebagai
pendukungnya.
Paragraf terdiri dari satu kalimat/kumpulan kalimat, Akan tetapi
kalimat yang berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam
suatu rangkaian yang membentuk suatu kalimat, dan dapat disebut
juga dengan penuangan ide dari penulis melalui kalimat/kumpulan
kalimat yang satu dengan yang lainnya, yang berkaitan dan juga hanya
memiliki satu tema. Paragraf juga dapat disebut sebagai karangan yang
singkat. Selanjutnya paragraf mempunyai cri-ciri diantaranya adalah
sebagai berikut: (1) pertama kalimat pertamanya bertakuk/letaknya
agak dalaman, ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan yang
biasa. (2) Lalu yang kedua paragraf memakai pikiran utama yang
dinyatakan dalam kalimat topik. (3) Ketiga setiap paragraf memakai
sebuah kalimat topik dan juga selebihnya merupakan kalimat
pengembang yang mempunyai fungsi menjelaskan, menguraikan
ataupun menerangkan pikiran utama yang terdapat dalam kalimat
topik. (4) Dan yang keempat paragraf memakai pikiran penjelas yang
dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat tersebut berisi mengenai
detail-detail kalimat topik. Paragraf bukanlah kumpulan kalimat topik.
13 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Paragraf hanya berisikan satu kalimat topik dan juga beberapa kalimat
penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi mengenai detail yang sangat
spesifik serta tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.
Selain paragraf mempunyai ciri-ciri, juga paragraf mempunyai
jenis sebagai berikut: (1) pertama mengekspresikan gagasan yang
tertulis dengan memberikan bentuk suatu pikiran dan juga perasaan ke
dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu
kesatuan, (2) kedua untuk menandai peralihan gagasan baru bagi
karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti
pikiran juga, (3) ketiga untuk memudahkan pengorganisasian gagasan
bagi yang menulis dan memudahkan pemahaman bagi yang membaca-
nya, (4) keempat memudahkan pengembangan topik karangan ke
dalam satuan unit pikiran yang lebih kecil, dan (5) kelima untuk memu-
dahkan pengendalian variabel, terutama pada karangan yang terdiri
dari beberapa variabel. Dari jenis-jenis paragraf dapat di cermati dan di
baca di bawah ini, yaitu. (1) Paragraf narasi adalah suatu jenis paragraf
yang menceritakan suatu kejadian atau suatu peristiwa berdasarkan
urutan waktu. Paragraf narasi terdiri dari narasi kejadian dan narasi
runtut cerita. Paragraf narasi kejadian yaitu paragraf yang men-
ceritakan suatu kejadian ataupun suatu peristiwa, sedangkan paragraf
narasi runtut cerita yaitu paragraf yang pola pengembangannya dimulai
dari urutan tindakan ataupun perbuatan yang menciptakan ataupun
menghasilkan sesuatu. (2) Paragraf Eksposisi adalah suatu paragraf
yang bertujuan untuk memaparkan, menyampaikan informasi,
mengajarkan, menjelaskan dan juga menerangkan suatu topik kepada
14 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
yang membacanya dengan tujuan untuk memberikan informasi
sehingga memperluas pengetahuan si pembaca. Untuk memahami
paragraph ini si pembaca harus melakukan proses berpikir dan juga
melibatkan pengetahuan. (3) Paragraf Agumentasi adalah suatu jenis
paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat penulis
dengan disertai bukti dan juga fakta (yang benar terjadi). Tujuannya
yaitu supaya si pembaca yakin bahwa ide, gagasan, dan pendapat
tersebut adalah benar adanya dan terbukti. (4) Paragraf persuasi adalah
suatu bentuk atau jenis karangan yang mempunyai tujuan membujuk
pembaca supaya ingin berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan
penulisnya. Supaya tujuannya bisa tercapai, penulis harus mampu
mengemukakan pembuktian dengan menggunakan data dan juga fakta.
Selain jenis paragraf berdasarkan jenisnya, maka paragraf juga
diletak dari pikiran utamanya atau kalimat utamanya, adalah sebagai
berikut: (1) paragraf deduktif adalah paragraf deduktif ditandai dengan
terdapatnya kalimat utama berada di awal paragraph. Baca juga secara
lebih lengkap, (2) paragraf induktif adalah ditandai dengan terdapatnya
kalimat utama yang berada di akhir paragraph, (3) Paragraf campuran
(deduktif-induktif) adalah ditandai dengan terdapatnya kalimat utama
berada di awal dan akhir paragraf.
H. JENIS-JENIS PARAGRAF.
Paragraf Narasi
Paragraf Narasi merupakan paragraf yang menceritakan suatu
kejadian berdasarkan urutan waktunya. Paragraf narasi terdiri dua
15 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
jenis, yakni narasi kejadian dan narasi runtut cerita. Paragraf narasi
kejadian merupakan paragraf yang menceritakan suatu kejadian.
Sedangkan paragraf narasi runtut cerita, yaitu paragraf yang pola
pengembangannya dimulai dengan sebuah tindakan yang
menghasilkan sesuatu berlanjut ketahap berikutnya hingga tahap ahir
dari cerita.
Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan untuk
memaparkan, menyampaikan informasi, menjelaskan dan juga
menerangkan suatu topik kepada orang lain. Tujuan paragraf eksposisi
ialah untuk memberikan informasi kepada orang lain. Untuk memahami
paragraf eksposisi kita harus menganalisis, dan juga menghubungkan
dengan pengetahuan yaag dimiliki penulis.
Paragraf Agumentasi
Paragraf Agumentasi merupakan paragraf yang digunakan
untuk mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat penulis yang
disertai bukti dan juga fakta (yang benar terjadi). Paragraf argumentasi
bertujuan untuk meyakinkan orang lain bahwa ide, gagasan, dan
pendapat tersebut adalah benar adanya dan terbukti nyata.
Paragraf persuasi
Paragraf persuasi merupakan paragraf yang mempunyai tujuan
untuk membujuk orang lain supaya melakuan sesuatu yang di inginkan
oleh penulisnya. Agar tujuan tersebut bisa tercapai, penulis harus bisa
pembaca percaya dengan disertai pembuktian yang nyata. Paragraf
berdasarkan letak dari pikiran utamanya, yaitu.
16 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
1. Paragraf deduktif
Paragraf deduktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya
terletak di awal paragraf. Dan untuk kalimat penjelasnya diletakkan
setelah kalimat utama.
2. Paragraf induktif
Paragraf induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya
terletak diakhir paragraph. Dan kalimat penjelasannya diletakkan
sebelum kalimat utama.
3. Paragraf campuran (deduktifinduktif)
Paragraf campuran (deduktifinduktif) merupakan paragraf yang
kalimat utamanya terletak di awal dan akhir paragraf. Sedangkan
kalimat penjelasnya berada di tengah-tengah paragraf.
Maksud dari penggunaan paragraf adalah (1) untuk meng-
ekspresikan gagasan yang tertulis, maksudnya mengekspresikan
gagasan disini, yaitu memberikan bentuk suatu pikiran, dan juga
perasaan ke dalam rangkaian kalimat yang tersusun sehingga mem-
bentuk suatu kesatuan, (2) untuk menandai peralihan gagasan baru.
Maksudnya sebuah karangan yang terdiri beberapa paragraf memi-
liki beberapa ide atau gagasan. Dan ide atau gagasan tersebut
terletak di masing-masing paragraf. Sehingga jika kita membuat
paragraf baru maka kita juga membuat gagasan baru, dan (3) untuk
memudahkan menulis dan pembaca memahami, maksud dan tujuan
kalimat yang disampaikan penulis kepada pembaca.
I. SIMPULAN
17 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Dari penjabaran isi materi bab 1, dapat disimpulkan beberapa hal
yang berkaitan dengan isi bab ini adalah sebagai berikut.
1. Pada rana penelitian kuantitatif khusus bab 3 sebelum melakukan
atau mengumpulkan data lapangan akan berbeda setelah peneliti
melakukan pengumpulan data lapangan.
2. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka bab 3 pada saat
mahasiswa mengikuti ujian proposal, berbeda dengan isi bab 3
sebelum dan setelah pengumpulan data lapangan.
3. Hasil penelitian terdahulu dan termasuk kajian teoretik, juga
difungsikan selain diletakkan pada bab 3, juga diletakkan pada bab 4,
setelah pengolahan data dilakukan, ini fungsinya adalah untuk
menjustifikasi temuan penelitian yang sedang dilakukan peneliti.
4. Ada beberapa perbedaan yang mendasar, selama ini ketika kita
mencermati yang sesungguhnya ada perbedaan mendasar antara (a)
kajian pustaka/teoretis, (b) dengan pengertian konsep, (c)
pengertian/definisi istilah, dan (d) definisi operasional.
5. Kajian pustaka/teoretis harus ada sumbernya. Selanjutnya definisi
istilah hanya tepat digunakan pada rana penelitian kualitatif,
sedangkan definisi operasional tepat, jika digunakan pada rana
penelitian kuantitatif.
6. Kata-kata bijak dari (Covey 2005) perlu ditanamkan dalam kehidupan
yang terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan, hal ini
dianjurkan kepada penulis, peneliti bahwa memahami tidak berarti
menyetujui. Itu hanya diartikan bahwa Anda bisa melihat dengan
18 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
mata, hati, pikiran, dan semangat orang lain, karena salah satu
kebutuhan terdalam dari jiwa manusia adalah saling memahami.
7. Latar belakang yang baik, khusus penelitian kuantitatif, jika peneliti
dapat mengidentifikasi masalah yang akan diteliti sejak dini, selain
dapat mengidentifikasi masalah juga harus mampun
mengidentifikasi variabel yang menjadi indikatornya. Latar bela-
kang, identifikasi masalah serta identifikasi variabel yang menjadi
indikator harus didukung oleh kajian empiris atau teori yang telah
mapan.
8. Peneliti harus memahami kata-kata yang pantas untuk diungkap-
kan di dalam isi, baik sebelum ujian proposal maupun setelah ujian
proposal. Misalnya penggunaan kata akan, itu bisa disajikan ketika
penelitian tersebut masih pada tahapan proposal. Boleh meng-
gunkan kata akan, jika ranah penelitian yang dilakukan peneliti
adalah (a) perencanaan, dan (b) penelitian keperilakuan itu dapat
dimasukan walaupun penelitinya sudah pada tahap penyelesaian
akhir skripsi, tesis dan disertasi . Selain kedua ranah tersebut
sebaiknya dihindari penggunaannya, sehingga tampak adanya
kejelasan antara proposal dan hasil penelitian.
9. Penggunaan kata pengatakan, kata ini tidak tepat, karena
penempatan kata mengatakan hanya cocok, jika diungkapkan
ketika subjek dan objek sedang bertatap muka, tetapi ketika
peneliti hanya membaca literatur yang disampaikan oleh para
pakar, hanya bisa menuliskannya dengan ucapan menyatakan,
tetapi bukan mengatakan. Selanjutnya, penggunaan titik dua (:),
19 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dan titik satu (.), mengandung arti dalam bahasa Indonesia, bahwa
titik dua, menunjukkan bahwa kalimat tersebut belum selesai,
sehingga pencatuman kata berikutnya harusnya huruf kecil,
kecuali nama orang, nama tempat, dan singkatan. Kemudian pen-
cantuman titik satu, itu menunjukkan kalimat tersebut telah
selesai, sehingga dalam bahasa Indonesia, jika titik satu, maka
pencantuman kata berikutnya harus menggunakan huruf kapital/-
huruf besar. Jadi penulisan titik (:) diikuti huruf kapital tidak tepat.
10. Paragraf sering ditemukan, baik pada kalangan mahasiswa
maupun sumber ilmu pengetahuan dari pengampu mata kuliah,
hal ini masih banyak yang keliru dalam mencantumkan paragraf,
misalnya pengertian akuntansi yang dikutip dari beberapa penulis
yang berbeda, setiap penulis berikutnya akan menjadi paragraf
baru, yang betul adalah cukup disambung dengan menggunakan
kata penghubung, tidak perlu membaut paragraf baru.
BAB 2
PENDEKATAN KUALITATIF
20 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
A. PENDAHULUAN
Kata lain dari penelitian adalah research. Dan research diberbagai
referensi disampaikan berasal dari kata re artinya kembali, dan to
search adalah mencari. Jadi research berarti kembali mencari atau
mencari kembali, dengan kata lain melakukan penyelidikan untuk
menemukan fakta-fakta atau data-data untuk memperoleh tambahan
informasi. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik suatu kesim-
pulan bahwa penelitian adalah penyelidikan terhadap sesuatu yang
dilakukan secara cermat, hati-hati, kritis dengan metode ilmiah
untuk mencari fakta-fakta dan data-data guna menetapkan suatu
keilmuan (sesuatu yang ilmiah).
Ditinjau dari jenisnya secara umum penelitian dibagi dua
metode yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian
kualitatif. Bila dari segi sifatnya, maka dapat dibagi pula menjadi dua
bagian, yaitu: penelitan dasar (basic research) dan penelitian terapan
(applied research). Penelitian dasar seringkali disebut sebagai penelitian
murni (pure research) yaitu penyelidikan terhadap sesuatu disebabkan
adanya kepedulian dan keingintahuan terhadap suatu objek. Biasanya
penelitian dasar dilakukan tanpa memikirkan penerapannya, atau
mengabaikan pertimbangan penggunaannya dari penemuan objek
yang diteliti. Hasil dari penelitian dasar merupakan kumpulan dari
pengetahuan umum dan pengertian-pengertian tentang alam serta
hukum-hukumnya. Menurut (Moleong 2007) penelitian dasar terdiri
21 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dari pemilihan sebuah masalah yang unik dari sumber manapun.
Penelitian ini dilakukan secara berhati-hati dalam memecahkan
masalah, tanpa mempertimbangkan keinginan sosial ekonomi
dan masyarakat. Sebaliknya jenis penelitian terapan (penelitian
praktikal/practical research) merupakan penyelidikan secara hati-hati,
sistematis, dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan
praktis atau terapan, sehingga hasilnya segera dapat dimanfaatkan
untuk keperluan tertentu. Namun demikian, antara penelitian dasar
dan penelitian terapan pada dasarnya juga saling terkait, sebab
penelitian terapan berfungsi untuk memerinci temuan penelitian
dasar untuk kepentingan praktis (Giddens 2003). Sedangkan ditinjau
dari jenis datanya penelitian dibagi dua pendekatan, yaitu (1)
pendekatan kuantitatif, dan (2) pendekatan kualitatif.
Dua metode penelitian, jika ditinjau dari segi model, yaitu
metode penelitian kualitatif dan metode penelitain kuantitatif.
Kedua metode tersebut terdapat perbedaan yang sangat mendasar
baik dari teori maupun praktik. Adapun letak perbedaan kedua
metode tersebut adalah; (1) pendekatan kuantitatif dan kualitatif
bukan hanya sekedar dibedakan dalam cara pengumpulan data dan
pengolahannya, tetapi keduanya berbeda secara konseptual dalam
melihat fenomena, (2) pendekatan kuantitatif melihat fenomena dari
aspek materi, yang tampak, kajian dampak, faktor-faktor yang
memengaruhi sebagai suatu gabungan variabel, sedangkan pendekatan
kualitatif melihat fenomena dari aspek non materi, dibalik yang
tampak, kajian makna sebagai sesuatu yang holistik, (3) pendekatan
22 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
kuantitatif bercirikan realitas objektif, positivistik, hipotetik deduktif,
surface behavior dan particularistik, sedangkan pendekatan kualitatif
bercirikan realitas subjektif, fenomenologi, induktif, inner behavior dan
holistik (Hasiara 2012).
B. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF
Paradigma merupakan pandangan fundamental tentang apa
yang menjadi pokok permasalahan dalam ilmu pengetahuan.
Paradigma membantu merumuskan apa yang harus dipelajari,
pertanyaan-pertanyaan apa yang semestinya dijawab, bagaimana
semestinya pertanyaan-pertanyaan itu diajukan, dan aturan-aturan
apa yang harus diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperolah.
Paradigma adalah kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu
bidang ilmu pengetahuan dan membantu membedakan antara
instrumen-instrumen ilmuwan yang satu dengan komunitas ilmuwan
yang lain. Paradigma menggolong-golongkan, mendefinisikan dan
menghubungkan antara teori-teori, dan metode-metode serta
instrument-instrumen yang terdapat di dalamnya.
Dikajian-kajian ilmu sosial termasuk juga dalam kajian pendidik-
an terdapat empat paradigma, yaitu; (1) paradigma fenomena
sosial, (2) paradigma fakta sosial, (3) paradigma perilaku sosial, dan (4)
paradigma psikologi sosial. Peneliti yang bekerja dalam
paradigma fenomena sosial memusatkan perhatian kepada
struktur makro (macro kospik) masyarakat, teori yang digunakan
dalam kajian paradigma fenomena sosial dalam lingkup yang lebih
23 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
luas. Fakta sosial adalah teori-teori makro misalnya; teori struktural
fungsional, teori konflik, teori sistem, kecenderungan teori-teori
makro ini dalam kajiannya menggunakan metode interview dalam
pengumpulan data.
Sedangkan peneliti yang menerima paradigma definisi sosial
memusatkan perhatiannya pada aksi dan interaksi sosial yang
ditelorkan oleh proses berfikir, sebagai pusat persoalan kajian, dan
kecenderungannya bergerak dalam kajian mikro (microkospik), teori
yang digunakan antara lain; teori aksi, teori interaksi simbolik,
fenomenologi, etnometodologi, metode pengumpulan data
lebih cocok menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi,
triangulasi data. Peneliti yang menerima paradigma perilaku sosial
mencurahkan perhatiannya pada tingkah-laku dan perulangan
tingkah laku sebagai pokok persoalan kajiannya, teori yang di-
gunakan cenderung menggunakan teori pertukaran dan eks-
perimen, teori behavioristik, sebagai pokok persoalan kajiannya ber-
gerak dalam kajian mikro dengan metode pengumpulan data obser-
vasi dan wawancara.
C. HAKIKAT PENELITIAN KUALITATIF
Membahas penelitian kualitatif berarti membahas sebuah
metode penelitian kualitatif, di dalamnya membahas dan terkait
dengan pandangan filsafat dari suatu penelitian mengenai disciplined
inquiry dan realitas dari subjek penelitian dalam kebiasaan
penelitian ilmu-ilmu sosial, termasuk penelitian pendidikan dan
24 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
agama, juga di dalamnya akan dibahas pula metode yang
digunakan dalam penelitian akuntansi, dan manajemen.
Metode penelitian kualitatif sudah menjadi tradisi ilmiah
digunakan dalam penelitian bidang ilmu, khususnya ilmu-ilmu sosial,
budaya, psikologi dan pendidikan. Bahkan dalam tradisi penelitian
terapan, metode ini sudah banyak diminati, karena manfaatnya lebih
bisa difahami dan secara langsung bisa mengarah pada tindakan
kebijakan, bila dibanding dengan penelitian kuantitatif. Istilah lain dari
penelitian kualitatif adalah penelitian naturalistik, pasca-positivistik,
fenomenologis, etnografik, studi kasus, humanistik.
Peneliti kualitatif lahir dan berkembang sebagai konsekuensi
metodologis dari paradigma interpretivisme. Suatu paradigma yang
lebih idealistik dan humanistik, dalam memandang hakikat manusia.
Manusia dipandang sebagai makhluk berkesadaran, dan tindakan-
tindakannya bersifat intensional, melibatkan interpretatif dan
pemaknaan. Berdasarkan pandangan tersebut, diyakini bahwa tindak-
an atau prilaku manusia bukanlah suatu reaksi yang bersifat otomatis
dan mekanistik ala S-R sebagaimana aksioma aliran behavioralisme,
melainkan suatu pilihan yang diminati berdasarkan kesadaran,
interpretasi dan makna-makna tertentu. Oleh karena itu, maka studi
terhadap dunia kehidupan manusia menuntut dikaji dari berbagai
aspek, khusus penelitain kualitatif. Penelitian kualitatif lebih
difokuskan, dan bermuara pada upaya pemahaman (understanding)
terhadap apa yang terpola berupa reasons dalam dunia makna para
pelakuknya. Dan yang tergolong reasons dalam dunia makna para
25 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pelaku itu bisa berupa frame atau pola pikir tertentu, rasionalitas
tertentu, etika tertentu, tema atau nilai budaya tertentu. Itulah sasaran
tempat yang diburu dalam tradisi penelitian kualitatif. Dan secara
singkat bisa disebut sebagai upaya understanding of understanding. Dan
diikuti dalam penelitian kualitatif adalah pemahaman terhadap fenomena
sosial (siapa melakukan apa) berdasarkan apa yang terkonstruksi
dalam dunia makna atau pemahaman manusia terhadap pelaku itu
sendiri. Disitulah letak hakekat dan esensi dari apa yang disebut
dengan penelitian kualitatif. Upaya understanding of
understanding yang menjadi kiblat tersebut merupakan tawaran
metodologi alternatif terhadap tradisi penelitian kuantitatif (paradigma
positivisme). Perbedaan lain dari kedua penelitian kualitatif dengan
kuantitatif dapat dibaca pada tabel-tabel di bawah ini. Terdapat
perbedaan mendasar antara penelitian kualitatif dan penelitian kuan-
titatif, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2. 1 Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitati
Penelitian Kualitatif Penelitian Kuantitatif
Paradigma Interpretivisme Positivisme
Tujuan Memahami Fenomena Menjelaskan fenomena
Pusat Perhatian Alasan dibalik tindakan hubungan kausal
frame etika rasionalitas
tema budaya
hubungan antara variabel
Secara teoritis, penelitian kualitatif dalam praktiknya
tidaklah tunggal, melainkan beraneka ragam, meskipun sama-sama
bernaung di bawah paradigma interpretivisme.
26 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Tabel 2. 2 Perbedaan Penelitian Kualitatif dengan Kuantitatif Model (Nasution,1988)
Positivisme/kuantitatif Positivisme/kualitatif
mempelajari permukaan
masalah atau bagian luarannya
mencoba memperoleh gambar an yang
lebih mendalam
bersifat atomistik, memecahkan
kenyataan dalam bagian-bagian,
mencari hubungan antara
variabelyang terbatas.
memandang peristiwa secara ke seluruhan
dalam konteknya dan mencoba
memperoleh pemahaman yang holistik
bertujuan mencapai generalisai Guna
meramalkan atau memprediksi
memahami makna (meaning) atau verstehen.
bersifat deterministik tertuju kepada
kepastian dengan menguji hipotesis.
memandang hasil penelitian sebagai
spekulatif.
Akar tradisi beserta aliran teori yang mendasarinya juga
beragam. Secara teotitis terdapat beberapa teori penelitian kualitatif,
yang gambaran ringkasnya masing-masing seperti tertera pada table
berikut ini.
Tabel 2. 3 Jenis-jenis Teori Penelitian Kualitatif Beserta Tujuan Penggunaannya
NO Jenis Penelitian Tujuan Penggunaan Contoh
1
Fenomenologi
Memahamimakna
sesuatu berdasarkan
pengalaman dan
pengertian sehari-hari.
Mempertanyakan makna sekolah
bagi orang tua maupun anak
desa.
27 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
2
Etnografi
Pata tataran behavioral,
memahami budaya suatu
kelompokmasyarakat.
Pada tataran kognitif, memahami
nilai-nilai di balik tradisi.
Mempertanyakan
bagaimana tradisi gotong-
royong dalam suatu
kelompokmasyarakat
mempertanyakannilai-
nilai dibalik tradisi
3
Etnometodologi
Memahami dunia konstruksi,
partisipan yang tercermin dalam
percakapan sehari-hari
( c o n s t r u c t i o n i n
interaction) yg menunjuk kan
bagaimana mereka
memandang,menilai, menafsir
dan pemaknaan sesuatu.
Mempertanyakan bagaimana
orang
Tionghoa di mata orang
Jawa berdasarkan
konstruksi dalam
percakapan sehari-hari
4
Studi Kasus
Memahami secara utuh
danmendalam suatu
kasus : kasus bersifat unik (intrinsic
case
Mempertanyakan bagaimana dan
mengapa Gusdur bisa terpilih
sebagai presiden (kasus
study).Kasus bersifat umum
(instrumental case study)
Bersifat unik)mem
pertanyakan bagaimana LSM
menangani anak jalanan melalui
Program Rumah Singgah (Kasus
Umum)
5
Penelitian
Grounded
Mengembangkan teori
(theory building) secara induktif
berdasarkan data lapangan
Mempertanyakan mengapa
dokter RSU memberikan layanan
yang berbeda terhadap para
pasien yang tengah sekarat
28 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
6
StudiLife
History
Memahami kisah hidup
seorang atau kelompok,
termasuk peristiwa-
peristiwa penting yang
menentukan arah (turning points)
dalam perjalanan h i d u p
o r a n g a t a u kelompok
Mempertanyakan "jalan cerita"
(perjalanan hidup) yang
mengantarkan seseorang menjadi
penjahat u l u n g y a n g s a n g a t
ditakuti.
7
Studi
Hermeneutika
Memahami tafsiran terhadap teks
yang tidak semata-mata berdasarkan
acuan gramatika kebahasaan,
melainkan (terutama) berdasarkan
konteks historis suatu
penafsiran
Mempertanyakan mengapa
Firman Tuhan yang menyerukan
untuk "melayani" Tuhan oleh juru
tafsir A dimaknai berbeda
dengan tafsiran yang diberikan oleh
juru tafsir B
8
StudiAnalisis
Isi
Memahami tema dan atau kategori
yang tertuang dalam pesan pada
suatu teks, transkrip, atau
narasi
Mempertanyakan tema-tema dan
atau kategori-kategori yang
tertuang dalam gagasan mengenai
masyarakat Indonesia baru,
khususnya pada tulisan para pakar
satu tahun terakhir
(Baldwin 2013) menjelaskan bahwa dari perspektif sejarah penelitian
kualitatif mulai populer di Amerika Serikat pada tahun1960-an.
Model ini berkembang sebagai reaksi dan kritik terhadap metode
kuantitatif. Ilmu-ilmu fisika dapat dikaji melalui laboratorium sebab
memiliki uniformitas fisik yang tetap, sebaliknya perilaku sosial
merupakan gejala unik yang uniformitasnya tidak dapat ditentukan
atau dipastikan sebelumnya (Covey 2005). Senada dengan Popper
adalah pendapat (Suriasumantri 2012) yang menyatakan bahwa: di
balik tingkah laku terdapat bukan hanya seperangkat penilaian yang
seragam tetapi setumpuk kecenderungan, kepentingan dan cita-cita
29 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
yang kacau dan saling bersaingan. Gagasan ini menjelaskan bahwa
dunia ini merupakan sesuatu yang kompleks dan ganda. Menurut
(Norman K. Denzim 2009), menyatakan bahwa pendekatan kualitatif
dilandasi oleh filsafat fenomenologi, sehingga melahirkan beberapa
istilah seperti naturalistik (oleh Guba), etnometodologi (Bogdan
2006), dan interaksi simbolik.
Metode kualitatif berbeda dengan metode kuantitatif, per-
bedaan yang paling mendasar adalah terdapat pada paradigma yang
digunakan. Paradigma menurut (Harun 2009) merupakan suatu
pandangan, suatu perspektif umum atau cara untuk memisah-
misahkan dunia nyata yang kompleks, kemudian memberi arti dan
menafsirkan. Pengertian ini menunjukkan bahwa paradigma bukan
hanya sekedar orientasi metodologi atau seperangkat aturan
untuk riset (a set of rules for research), melainkan juga membica-
rakan perspektif, asumsi yang mendasari, generalisasi-generalisasi, nilai,
keyakinan atau suatu-disiplinary matrix yang kompleks. Perbedaan
antara paradigma kualitatif dengan paradigma kuantitatif dapat
dilihat pada argumentasi klasik dalam filsafat rialisme dan idealisme.
Pertanyaan dipusatkan pada hubungan antara dunia luar dengan
proses mengetahui (knowing). Paradigma kualitatif mencanangkan
pendekatan humanistik untuk memahami realitas sosial para idealis,
memberikan tekanan pada pandangan terbuka tentang kehidupan
sosial. Kehidupan sosial dipandang sebagai kreativitas bersama
individu-individu. Selanjutnya dunia sosial dianggap tidaklah tetap
atau statis tetapi berubah dan dinamis (Dimiyati. 1999) menambahkan
30 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
bahwa paradigma kualitatif mengasumsikan bahwa realitas itu
bersifat ganda dan kompleks, satu sama lain saling berkaitan
sehingga merupakan kesatuan yang bulat dan bersifat holistik.
D. SIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bebe-
rapa hal yang terkait dengan materi yang dibahas dalam bab ini,
yaitu.
1. Berpegang pada pandangan bahwa realitas sosial itu bersifat
maknawi, yaitu tak terlepas dari sudut pandang, frame, definisi
dan atau makna yang terdapat pada diri manusia yang meman-
dangnya. Mengacu pada pemikiran teoretis yang menempatkan
manusia sebagai aktor, setidak-tidaknya sebagai agen (bukan
sekedar role player) sebagaimana yang ditawarkan oleh sejumlah
aliran teori seperti fenomenologi, etnometodologi, interaksionisme
simbolik, serta teori budaya ideasionalisme.
2. Tertuju untuk memahami makna yang tersembunyi di balik suatu
tindakan, “perilaku”, atau hasil karya yang dijadikan fokus
penelitian. Penelitian dilakukan pada latar yang sifatnya alamiah
(natural setting), bukan pada situasi buatan. Dalam pelaksanaan
penelitian, instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri
karena dialah yang harus secara jeli dan cerdas menentukan arah
“penyelidikan dan penyidikan” (sesuai dengan perkembangan
data yang diperoleh) di dalam proses pengumpulan dan
analisa data.
31 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
3. Kegiatan pengumpulan data dan analisis data berlangsung
serempak (simultan), serta prosesnya tidak berlangsung linear
sebagaimana studi verikatif konvensional, melainkan lebih
berbentuk siklus dan interaktif antara kegiatan koleksi data,
reduksi data, pemaparan data dan penarikan kesimpulan.
4. Teknik observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama
dalam proses pengumpulan data di lapangan. Observasi
diperlukan untuk memahami pattern of life yang dijadikan fokus
penelitian, sedangkan wawancara mendalam diperlukan untuk
menyingkap dunia makna yang tersembunyi sebagai pattern for
life.
5. Data hasil observasi dan wawancara (termasuk data yang
diperoleh dengan teknik-teknik lain) dijadikan dasar dari
konseptualisasi dan kategorisasi, baik dalam rangka penyusunan
deskripsi maupun pengembangan teori (building theory) sehingga
setiap konsep, kategori, deskripsi dan teori yang dihasilkan benar-
benar berdasarkan data. Untuk mencapai tujuan understanding of
understanding, sangat mempedulikan dan bahkan
mengutamakan perspektif emik ketimbang perspektif etik.
Lebih mempedulikan segi kedalaman ketimbang segi keluasan
cakupan dari suatu penelitian.
6. Generalisasinya lebih bersifat tranferabilitas ketimbang statiskal
ala penelitian kuantitatif konvensional. Mengacu pada konsep dan
teknik theoretical sampling ketimbang pada konsep dan teknik
statistical sampling ala penelitian kuantitatif konvensional. Ber-
32 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pegang pada patokan kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas
dan konfirmabilitas guna menghasilkan temuan penelitian yang
bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
BAB 3
TEORI PENELITIAN KUALITATIF
A. PENDAHULUAN
33 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Beberapa teori penelitian yang tergolong dalam penelitian
kualitatif antara lain teori fenomenologi, interaksionisme simbolik,
etnografi, etnometodologi, studi kasus, dan masih banyak yang
lainnya. Penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologis
berusaha untuk memahami makna peristiwa serta interaksi pada
orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Pendekatan ini
menghendaki adanya sejumlah asumsi yang berlainan dengan cara
yang digunakan untuk mendekati perilaku manusia dengan maksud
menemukan “fakta” atau “penyebab”, sehingga hal tersebut bisa
terjadi.
Penyelidikan fenomenologis bermula dari diam. Keadaan
“diam” merupakan upaya untuk menangkap apa yang dipelajari
dengan menekankan pada aspek-aspek subyektif dari perilaku
manusia (Creswell 1994); (Norman K. Denzim 2009). Fenomenologis
berusaha untuk bisa masuk ke dalam dunia konseptual subyek,
penyelidikannya dapat dilakukan dengan hati-hati, agar
memahami bagaimana dan apa makna yang disusun subjek tersebut
di sekitar kejadian-kejadian yang tampak dalam kehidupan sehari-
harinya. Singkatnya, peneliti berusaha memahami subyek dari sudut
pandang subyek itu sendiri, dengan tidak mengabaikan membuat
penafsiran, dengan cara membuat skema konseptual. Hal ini
berarti bahwa peneliti menekankan pada hal-hal subyektif, tetapi
tidak menolak realitas “di sana” yang ada pada manusia dan mampu
menahan tindakan terhadapnya (Creswell 1994).
34 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Para peneliti kualitatif menekankan pemikiran subjektik,
karena menurut pandangannya dunia itu dikuasai oleh angan-angan
yang mengandung hal-hal yang lebih bersifat simbolis dari pada
yang bersifat konkret. Jika peneliti menggunakan perspektif
fenomenologi dengan paradigma definisi sosial biasanya penelitian
ini bergerak pada kajian mikro.
Perspektif fenomenologi dengan paradigma definisi sosial ini
akan memberi peluang individu sebagai subjek penelitian (informan
penelitian) melakukan interpretasi, dan kemudian peneliti melakukan
interpretasi terhadap interpretasi tersebut sampai mendapatkan
makna yang berkaitan dengan pokok masalah penelitian,
dalam hal demikian Berger menyebutnya dengan first order under-
standing dan second order understanding (Norman K. Denzim 2009).
First order understanding dimaksudkan peneliti memberi per-
tanyaan-pertanyaan kepada pihak yang diteliti/informan pene-
litian tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian, dan kemudian informan memberi interpretasi
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, guna memberi
penjelasan yang benar tentang permasalahan-permasalahan
penelitian tersebut. Sedangkan second order understanding, dalam
hal ini peneliti memberi interpretasi terhadap interpretasi
informan tersebut di atas sampai memperoleh suatu makna yang baru
dan benar (ilmiah), tetapi tidak boleh bertentangan dengan
interpretasi dari informan kunci dalam penelitian yang sedang
dilakukan.
35 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
B. PERKEMBANGAN FENOMENOLOGI
Beberapa tahun silam Hegel, Husserl, Sheller, Schutz, dan
Berger mengembangkan penelitian, yang bergerak dalam
fenomenologi. Namun dengan berlalunya waktu, maka dalam
perkembangannya perspektif ini dikenal sebagai teori mengandung
unsur filsafat, yang digulirkan oleh Hegel, Husserl, Sheller, Schutz,
dan terakhir adalah (Suriasumantri 2012). Namun demikian
pemikiran (Georg-Hans 2004) dalam pengembangan teori
sosial berorientasi pada paradigma sosial, dan akhirnya pendekatan
ini banyak digunakan sebagai alat analisis terhadap fenomena sosial.
Sehingga (Burhan 2007) memberi komentar bahwa pendekatan
fenomenologi mengakui adanya kebenaran “empirik etik” namun
tetap memerlukan akal-budi, dan pekerti untuk melacak dan
menjelaskan serta berargumentasi berdasar pada fakta. Akal-budi
disini mengandung makna, bahwa kita perlu menggunakan kriteria
lebih tinggi lagi dari sekadar truth or false (benar atau salah) Oleh
karena itu, nilai etika, moral yang digunakan dalam pendekatan ini,
tidak terbatas pada nilai moral tunggal, yaitu truth or false,
melainkan nilai moral yang memiliki multi nilai moral hierarki yang
berarti ada makna dibalik tindakan.
Perkembangan fenomenologi dari Hegel sampai dengan
Berger, bahwa; Fenomenologi pada masa Hegel, telah
dikedepankan konsep tese dan antitese yang dapat menghasilkan
sintese. Konsep ini merupakan gerakan dari yang tidak ada
menuju ke yang ada (Cohen 2007). Hal ini dilakukan, karena perkem-
36 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
bangan fenomenologi sebagai suatu pendekatan yang di bawah,
dan dikembangkan filsafat Husserl. Husserl menempatkan
sebagai metode pengkajian untuk mengenali, menjelaskan dan
menafsirkan pengalaman indrawi, dan makna untuk mengenali
apa yang dialami. Dalam posisi semacam ini Husserl mengan-
jurkan peneliti melakukan observasi partisipan agar dapat
mengetahui secara pasti apa yang dialami orang lain. Hal ini
berarti fenomenologi Husserl terfokus pada logika yang merujuk
pada “makna” untuk mengenali apa yang dialamim subjek. Oleh
karena itu, Husserl menganjurkan peneliti melakukan observasi
partisipatif, agar dapat mengetahui secara pasti apa yang dialami
orang lain. Husserl menjelaskan bahwa suatu fenomena yang tampak
sebenarnya merupakan refleksi yang tidak berdiri sendiri, karena
yang tampak adalah sebagai objek penuh dengan makna yang
transendental. Oleh karena itu untuk bisa memahami makna
haruslah mampu menerobos sesuatu di balik sesuatu yang tampak
tersebut (Habermas 2006). Dan karena itu, penggunaan
fenomenologi menurut Husserl adalah harus kembali kepada “data”
dan tidak kepada “pemikiran”. Sumbernya adalah apa yang ada pada
subjek itu sendiri atau yang dapat menampakkan dirinya sendiri.
Menurut Husserl hasil pengetahuan sejati bukan rekayasa
pikiran untuk membentuk teori, melainkan kehadiran data dalam
kesadaran budi dan pekerti.
Kondisi ini berbeda dengan pandangan fenomenologi Sheller,
yang memberi penekanan pada hakikat. Sheller mengajarkan
37 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
agar peneliti melakukan “pemikiran-pemikiran yang hakikat”
dengan menggunakan pengertian nilai dan pribadi. Kajian utama feno-
menologi Sheller terletak pada perhatiannya kepada manusia,
sehingga menjadikan “kasih” sebagai dasar ajarannya. Kasih itu
bukan perasaan melainkan “pribadi”. Dengan demikian penelitian
yang diarahkan pada manusia harus mampu melihat apa yang ada
di balik nilai. Dan tentu yang ada dibalik nilai merupakan gambaran
pribadi (Smith 2009); (Suryabrata 2008).
Perkembangan fenomenologi selanjudnya dikembangkan oleh
Schutz yang tertarik pada pemikiran Weber tentang tindakan sosialnya
dan memadukan antara fenomenologi transendental milik Husserl
dengan verstehen tindakan sosial oleh Weber (Collin 1997). Aliran
fenomenologi yang dikedepankan oleh Schutz mengajarkan bahwa
setiap individu hadir dalam arus kesadaran yang diperoleh dari proses
refleksi atas pengalaman sehari-hari (Hasiara 2012). Pendekatan
yang dikembang- kan Schutz berusaha memasuki konsep para
subjek penelitian sampai memahami apa dan bagaimana
pengertian mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-
hari. Konsep Schutz ini dipengaruhi teori aksi Weber yang menjelaskan
bahwa sesuatu itu memiliki kebermaknaan secara subjektif (Collin
1997).
Berikutnya jika konsep fenomenologi Husserl bertitiktolak pada
fenomena transendental, maka fenomenologi Schutz mencoba
menyandingkannya dengan konsep verstehen dari Weber.
Menurut Schutz dunia sosial merupakan sesuatu yang intertsubjektif
38 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dan pengalaman yang penuh makna (meaningfull). Konsep
fenomenologi Schutz bertolak pada makna tindakan. Dalam hal ini
makna tindakan identik dengan motif yang mendasari tindakan
tersebut yang dikenal dengan istilah in order to motive (motif
supaya). Konsep ini mengajarkan bahwa untuk bisa memahami
makna tindakan seseorang peneliti harus melihat motif apa yang
mendasari tindakan itu. Dengan demikian makna tindakan subjektif
dapat dikaji dari motif pelakunya sendiri dengan melalui ungkapan
subjeknya sendiri. Kemudian Schutz mengembangkannya dengan
melengkapi suatu konteks yang disebut dengan because motive
(motif karena). Di sini Schutz mengkaji makna subjektif dengan
konsep hubungan sebab akibat sehingga benar-benar memenuhi
motif asli yang mendasari tindakan individu (Suriasumantri 2012).
Berbeda dengan (Subadi 2008) dalam disertasinya, yang mencoba
mengembangkan fenomenologi dengan terlebih dahulu mengkritisi
konsep fenomenologi terdahulu terhadap (pendahulunya). Subadi
lebih cenderung menggunakan fenomenologi Berger. Fenomenologi
Berger ini banyak diwarnai oleh konsep “hakikat makna” dari Schutz.
Namun Berger mengembangkan fenomenologi sebagai metodologi
penelitian dengan melakukan sintesa dari berbagai konsep tentang
manusia dan lingkungan sosial. Berger menilai karya pendahulu
bersifat konduktif menuju pada ilmu empiris belum mampu
mendekati permasalahan dengan karakter apa adanya. Subadi juga
menyoroti fenomenologi konsep Husserl mengenai “fenomena murni”
sebagai akar dari idealisme intelektual belaka yang pada dasarnya telah
39 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
menghindari adanya realitas secara empiris yang dilakukan secara
bersama. Dalam hal ini (Subadi 2008) sependapat dengan fenome-
nologi Berger, kemudian menawarkan pendekatan fenomenologi
dengan teknik pengumpulan data first order understanding
(meminta peneliti untuk menanyakan kepada pihak yang diteliti, guna
mendapatkan penjelasan yang benar), dan kemudian dilanjutkan
dengan teknik analisis data second order understanding (dalam hal ini
peneliti memberi penjelasan dan interpretasi terhadap interpretasi itu
sampai memperoleh suatu makna yang baru dan benar). Hal ini, tentu
berbeda dengan paradigma fakta sosial yang bergerak pada kajian
makro dan menempatkan peran pranata sosial, stratifikasi sosial,
kekuasaan sangat dominan dalam mempengaruhi perilaku
manusia.
C. ALASAN MAKNA TINDAKAN
Perkembangan teori ilmu sosial, perspektif fenomenologi
sebagai pendekatan yang dikenal sebagai cikal bakal dari teori
konstruksi sosial, menurut (Collin 1997) menjelsakan bahwa
sejumlah alasan untuk status konstruksi sosial didasarkan
pengamatan bahwa “aksi/tindakan diilhami dari makna subjek-
tif”. Menurut Collin, bahwa; Aksi tidak hanya perilaku, tidak hanya
sekedar gerakan tubuh, tetapi memiliki suatu inside” kedalaman”,
yang terdiri dari proses mental pelakunya. Kedalaman memberikan
esensi individual pada setiap aksi tertentu. Dalam hal ini doktrin
meaning fullness of action/mengasumsikan karakter tesis seorang
40 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
konstruktivis sosial. Jika peneliti menyamakan-meaning/dengan
pikiran dan penilaian atau setidak-tidaknya jaminan bahwa pikiran
dan penilaian itu contoh dari-meaning/maka peneliti harus ber-
kesimpulan bahwa pikiran manusia membawa realitas sosial ke
dalam aksi manusia sebagai esensi yang sangat menentukan (Collin
1997).
Lebih lanjut Collin menjelaskan bahwa; seperti halnya pendapat
Dilthey bahwa “Kami menjelaskan alam, tetapi kami memahami
kehidupan mental”. Setelah Delthey, Weber menyatakan bahwa; “kita
bisa membedakan antara tindakan luar yang asli (verhalten) gerakan
tubuh, dengan tindakan bagian “dalam” dalam bentuk makna
subjektif”. Schutz, juga menerima wawasan Weber, bahwa; “tidakan
memiliki subjektivitas, sisi yang bernilai”. Dan Husserl menjelaskan
bahwa, “fenomenologi tampaknya telah mengambil langkah yang
penting dari seseorang subjektifis yang menggunakan metode
penyelidikan filosofis”(Covey 2005) (Collin 1997) menyatakan bahwa
“perilaku manusia penuh makna karena dipengaruhi oleh
pengalaman. Pengalaman adalah dasar dan sumber perilaku
manusia. Pengalaman terdiri dari kehidupan mental manusia yang
bersifat subjektif. Konsepsi ini melihat perilaku manusia yang muncul
dari dua sumber mental yang terpisah, yakni kepercayaan dan
keinginan. Pengalaman juga disebut sebagai sumber perilaku yang
berasal dari pikiran, dan keinginan yang menyatu dengan pikiran. Hal
ini disebut Dilthey sebagai kesatuan holistik dari kehidupan manusia
(Collin 1997). Sementara pemahaman, yang dipakami Dilthey
41 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
merupakan pengalaman yang kembali (reexperiencing) pada
penciptaan kembali (recreating),dan empati kembali (emphathising).
Selanjutnya Delthey dikemukakan bahwa pemikir fenomenologi
Berger menganggap bahwa peristiwa sejarah dapat dipahami dalam
tiga proses, yaitu: (a) memahami sudut pandang atau gagasan para
pelaku asli (b) memahami arti atau makna kegiatan-kegiatan
mereka pada hal-hal yang secara langsung bersentuhan langsung
dengan peristiwa sejarah (c) menilai peristiwa-peristiwa tersebut
berdasarkan gagasan yang berlaku pada saat sejarawan itu masih hidup.
Proses (a) dan (b) merupakan first order understanding dan proses (c)
merupakan second order understanding.
Weber menekankan bahwa ilmuwan boleh membedakan
fenomena di luar perilaku manusia antara perilaku luar yang murni
(gerakan badan), dan apa yang ada di dalam, dalam bentuk makna
subyektif. (Holborn 2000) menerima bahwa Weber berada pada
jalur yang benar, tetapi ada beberapa aspek problematika
terhadap konsepsinya tentang aksi yang dianggap sebagai
perilaku bermakna subjektif yang perlu diperbaiki sebagaimana
diuraikan di muka. Dia memulai dari premis bahwa manusia
mengkonstruksi realitas sosial dimana proses-proses subjektif dapat
diobjektifkan. Dalam mengkontruksi realitas sosial itu diperlukan
legitimasi dan justifikasi, yakni bahwa dunia makna yang berbeda dan
dilokalisir ini perlu diciptakan dan diadakan bersama-sama (Collin
1997).
42 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
D. ARGUMEN FENOMENOLOGI
Argumen fenomenologi semata-mata menyatakan bahwa
manusia dan fakta (kenyataan) sosial terbentuk ketika perilaku manusia
disatukan dengan makna (meaning) yang diperlihatkan oleh
agen. Selain itu, makna tersebut membentuk fakta perilaku
murni. Makna menciptakan tindakan dan berperan sebagai suatu
komponen atau aspek. Makna adalah aspek tindakan “inner” (batin)
yang bersatu dengan aspek tindakan “eksternal” untuk membentuk
suatu kesatuan tindakan (Collin 1997). Makna ini hasil suatu fakta
melebihi fakta tentang perilaku yang murni. Dengan cara ini,
formula konstruktivis dipenuhi. Formula itu menentukan
konstruktivisme sebagai posisi bahwa pikiran, keyakinan, manusia
menciptakan fakta sosial.
Terkait dengan argumen fenomenologi yang
direkonstruksi. Collin (1997), pembahas tentang psikologisme yang
menyatakan bahwa argumen fenomenologi diwarisi dari Weber dan
Schutz. Memuat dua ketakutan atau keraguan, yaitu; keraguan
yang berkaitan dengan teori eksplanation yang didukung oleh
Weber dan Schutz, yang menegaskan bahwa eksplanasi dicapai oleh
identifikasi atau ketetapan ulang yang bersifat subjektif.
Keraguan lain berkaitan dengan implikasi ontologi argumen feno-
menologi, seperti yang dinyatakan oleh Schutz. Argumen ini tampak
menyebabkan ilmuwan untuk memahami dualisme, karena argumen
ini menggambarkan mental sebagai bidang yang terpisah.
1. Sosial Membentuk Makna?
43 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Menurut (Collin 1997) menjelaskan bahwa pandangan
yang dibentuk oleh argumen meaningfullness kurang menarik dari
pada pandangan yang dirancang oleh broad argument, walaupun
tidak mendapat dukungan. Tidak cukup bila dikatakan bahwa makna
adalah kondisi yang seharusnya ada fakta sosial. Makna manusia
hanyalah satu aspek dari fakta sosial, oleh karena itu
menghasilkan fakta sosial yang bersamaan dengan aspek-aspek
lain. Adapun aspek-aspek yang diperlukan untuk mencakup sisi aksi
perilaku eksternal murni, yang khas dan bersifat fisik serta item-item
lain yang membentuk setting dan topangan bagi perilaku itu sendiri.
2. Argumen Fenomenologi
Banyak pakar mendukung argumen fenomenologi yang
sudah direkonstruksi dan menyimpulkan bahwa; ”fakta-fakta sosial
tertentu dimunculkan oleh makna-makna agen. Fakta bahwa konsep
sosial mengandung arti eksistensi objektif dari suatu hal, dan
kondisi-kondisi subjektif sebuah agen. Itu berarti konsep-konsep
tersebut mempunyai implikasi-implikasi eksternal” (Jose 2007),
dijelaskan; fakta sosial yang diwujudkan oleh makna itu sendiri
menimbulkan keterbatasan, kebanyakan fenomena sosial terdiri dari
berbagai sifat-sifat eksternal dan objektif. Makna mencakup
pengakuan bahwa seseorang memiliki status khusus, dan hasil
kajian menjelaskan bahwa kecenderungan di antara ilmuwan
sosial mengabaikan implikasi ekternal itu.
3. Kekuatan dan Kelemahan Fenomenologi
44 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Kekuatan perspektif fenomenologi untuk penelitian
kualitatif bahwa fenomenologi mampu menjelaskan sesuai dari realitas
subyektif, selain itu kelebihan fenomenologi adalah sebagai metode
penelitian sosial yang pada awalnya telah didasari teori
kefilsafatan yang dikembangkan oleh (Covey 2005, Jose 2007),
(Giddens 2003). Pada sisi yang lain dengan kesungguhan Weber dalam
mengembangkan teori sosial yang berada di dalam paradigma
definisi sosial ini, akhirnya fenomenologi banyak digunakan sebagai
alat analisis terhadap fenomena sosial (Giddens 2003).
Pada sisi lain ada perbedaan mendasar antara pendekatan
positivistik dan rasionalistik disatu pihak dengan pendekatan
fenomenologi dan realisme metaphisik pada sisi yang lain.
(Burhan 2007) menyatakan bahwa; pedekatan positivistik dan
rasionalistik, hanya mengakui kebenaran empirik sensual dan
empirik logik, artinya hanya mengakui sesuatu sebagai
kebenaran bila dapat dibuktikan secara empirik indrawi, dan
dalam konteks kausalitas dapat dilacak dan dijelaskan.
Sedangkan pendekatan fenomenologi dan realisme metaphisik
mengakui adanya kebenaran empirik etik yang memerlukan akal budi
untuk melacak dan menjelaskan serta berargumentasi. Akal budi di
sini mengandung makna bahwa kita perlu menggunakan kriteria lebih
tinggi lagi dari sekedar truth or false (benar atau salah)(Burhan
2007).
Nilai moral yang digunakan pada dua pendekatan yang
pertama tegas Muhadjir, terbatas pada nilai moral tunggal yaitu
45 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
benar atau salah. Sedangkan nilai moral yang digunakan pada
pendekatan dua yang kedua mengacu pada nilai moral ganda yang
hirarki. Perspektif fenomenologi itu pada aplikasinya bahwa
peneliti dalam berilmu pengetahuan tidak dapat lepas dari
pandangan moralnya, baik taraf mengamati, menghimpun data,
menganalisis data, ataupun dalam membuat kesimpulan. Perspektif
fenomenologi ini juga bukan hendak menampilkan teori dan
konseptualisasi yang sekadar berisi anjuran atau imperatif,
melainkan mengangkat “makna etika” dalam berteori dan berkonsep.
Uraian ini menjelaskan bahwa kelebihan perspektif
fenomenologi akan mampu mengkaji makna dan proses pada setiap
fenomena sebagai realitas subjektif. Fenomenologi ini menghendaki
adanya sejumlah interpretasi dari individu sebagai subjek penelitian,
dan selanjutnya menghendaki interpretasi terhadap interpretasi-
interpretasi itu oleh peneliti sampai bisa masuk ke dalam dunia
makna dan dunia konseptual subjek penelitian.
Di samping kelebihan-kelebihan teori fenomenologi
tersebut di atas, tentu ada sisi kelemahannya. Dalam teori
Modern Sosiologis menjelaskan bahwa di samping Weber asal
mula pendekatan fenomenologi ini berasal dari filsafat fenomenologi
Husserl, dikatakan bahwa: Fenomenologi Husserl menjauhkan diri
dari perhatian pada struktur bahasa yang akrab di dalam filsafat
analitis Anglo-Saxon, sebaliknya mengkonsentrasikan pada cara-
cara bagaimana manusia menyadari dan menerima realitas. Di
dalam fenomenologi, realitas hanya berupa penampilan dan
46 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pengalaman hanya dapat memahami realitas melalui indra-indra.
Jadi realitas dapat eksis dalam data indera rabaan, oral, visual, audio
dan tekstual (Norman K. Denzim 2009).
Ketika terlibat penelitian demikian, (Norman K. Denzim 2009)
berusaha menerapkan tentang fenomenologi dan pandangan
sosiologi tentang Weber. Schutz menerima bahwa Weber berada
pada jalur yang benar, tetapi ada beberapa aspek problematik
terhadap konsepsinya tentang aksi yang dianggap sebagai
perilaku bermakna subjektif yang memerlukan perbaikan.
4. Fenomenologi
Dari sekian uraian perspektif fenomenologi tersebut di atas,
maka fenomenologi yang digunakan dalam penelitian adalah
Fenomenologi Berger. Fenomenologi Berger dalam penelitian ini,
untuk mengkaji pengetahuan pemahaman tentang pemahaman
sesuatu terhadap makna dan prosesnya sebagai realitas subjektif,
dengan pertimbangan bahwa pendekatan ini dengan paradigma
definisi sosial yang bergerak pada kajian mikro akan memberi
peluang individu sebagai subjek penelitian melakukan interpretasi,
dan kemudian peneliti melakukan interpretasi terhadap
interpretasi itu sampai mendapatkan pengetahuan tentang
makna dan prosesnya. Berger menyabutnya dengan first order
understanding (meminta peneliti untuk menanyakan kepada pihak
yang diteliti guna mendapatkan penjelasan yang benar), dan
second order understanding (dalam hal ini peneliti memberikan
penjelasan dan interpretasi terhadap interpretasi itu sampai
47 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
memperoleh suatu makna yang baru) sebagaimana telah dijelaskan di
atas.
Selain itu penggunaan perspektif ini tidak bisa lepas dari
pandangan moralnya, baik taraf mengamati, menghimpun data,
menganalisis, ataupun dalam membuat kesimpulan. Tidak dapat
lepas, bukan berarti keterpaksaan, melainkan adanya makna
etika. Perspektif fenomenologi bukan hendak menampilkan teori
dan konseptualisasi yang sekedar berisi anjuran atau imperatif,
melainkan mengangkat makna etika dalam berteori dan berkonsep.
E. SIMPULAN
Berdasarkan pada penjelasan sebelumnya, maka penulis
dapat memberi gambaran sepintas, yang terkait dari materi di
atas, adalah sebagai berikut.
1. Dia menanyakan ide Weber bahwa makna aksi identik dengan
motif untuk aksi. Aksi oleh Weber dianggap bersifat habitual
dan afektual dan aksi itu bermakna. Mereka bermakna karena
mereka memahami rangkaian pengalaman kehidupan manusia,
Jadi sebagian besar aksi, dan tidak hanya aksi rasional,
kenyataannya adalah bermakna.
2. Schutz berargumen menyakinkan bahwa Weber hanya berkata
sedikit tentang bagaimana cara-cara kita mengetahui makna
yang didukung oleh orang lain. Tentu saja hal itu sangat
mungkin disalah-artikan oleh orang lain, tetapi fakta sederhana
adalah bahwa di sepanjang waktu, orang lain itu tidak mencoba
48 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
mengekspresikan motif-motif dan niat mereka kepada kita. Dan
uraian baru tentang fenomenologi yang bernuansa filosofis
dan banyak mengandung unsur sosiologis (Creswell 1994,
Norman K. Denzim 2009). Mereka memulai dari premis bahwa
manusia mengkonstruksi realitas sosial dimana proses-proses
subjektif dapat di objektifkan. Dalam klaim fungsionalis,
mereka menyatakan bahwa dalam mengkonstruksi masyarakat
sekarang ini diperlukan legitimasi dan justifikasi yakni bahwa
semua dunia makna yang berbeda dan dilokalisir ini perlu
diciptakan dan diadakan bersama-sama.
3. Kelemahan lain teori fenomenologi itu telah digunanan untuk
menandai suatu “metode filsafat” (Husserl), namun mereka
yang telah menujukkan diri mereka dengan menamakan kaum
fenomenologis, atau yang dianggap oleh kaum lain seperti itu,
tidak memiliki bentuk-bentuk prinsip yang utuh, karena itu maka
fenomenologi pada awalnya “bukan suatu aliran dan bukan
suatu pendekatan metodologis dalam penelitian sosial”. Hanya
saja, ketidak jelasan label fenomenologi tidak
menurunkan pamornya yang telah diperkenalkan sejak abad 19.
Dalam hal ini pakar pada saat itu masih menganggap perlu
memulai mempertanyakan karya utamanya dengan pertanyaan;
“apa itu fenomenologi?”, atau bukan?. Dia menambahkan
bahwa tampak aneh apabila pertanyaan ini masih diperdebatkan,
setelah memakan waktu setengah abad dari karya Husserl yang
pertama. Faktanya pertanyaan itu masih belum terjawabkan.
49 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
4. Lebih tegas lagi “pembelaan ketidak-berpihakan” metodologis
Scheler merupakan suatu kelemahan perspektif fenomelogi,
karena, tidak jelas”, apakah ia tidak berkepentingan dan tidak
berpihak atau memisahkan dari dirinya sendiri. Kelemahan yang lain
agaknya sosiologi pengetahuan untuk mengkaji dunia makna yang
dirancang sebagai sutau instrumen elit dan penguasa, dan bersifat
manipulasi, padahal dunia makna tidak bisa dimanipulasi.
5. Menghimpun data, menganalisis data, ataupun dalam membuat
kesimpulan
6. Fenomenologi bukan hendak menampilkan teori dan
konseptualisasi yang sekadar berisi anjuran atau imperatif,
melainkan mengangkat makna etika dalam berteori dan
berkonsep.
50 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
BAB 4
ISTILAH SIMBOLISME DALAM PENELITIAN KUALITATIF
A. PENDAHULUAN
Teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang
dalam teori sosiologi, yang mengemukakan tentang diri sendiri (the
self) dan dunia luarnya. Di sini ada yang menyebut sebagai looking glass
self. Teori ini menyatakan bahwa interaksi sosial pada hakekatnya
adalah interaksi simbolik, manusia berinteraksi dengan yang lain
dengan cara menyampaikan simbol, yang lain memberi makna atas
simbol tersebut.
Blumer dan Mead adalah pakar yang pertama
mendefinisikan teori symbolic interactionism. Pada awalnya, Mead
memang tidak pernah menerbitkan gagasannya secara sistematis
dalam sebuah buku. Para mahasiswanyalah dan setelah kematian
Mead kemudian menerbitkan pemikiran Mead tersebut dalam
sebuah buku berjudul mind, self, and society. Herbert Blumer,
sejawat Mead, kemudian mengembangkan dan menyebutnya
sebagai teori interaksionisme simbolik. Sebuah terminologi yang
ingin menggambarkan apa yang dinyatakan oleh mead bahwa the
most human and humanizing activity that people can engage in
talking to each other.
Teori ini sangat menekankan arti pentingnya “proses
mental” atau proses berpikir bagi manusia sebelum mereka
51 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
bertindak. Tindakan manusia itu sama sekali bukan stimulus
respon, melainkan stimulus proses berpikir respons. Jadi,
terdapat unsur antara atau unsur yang menjembatani stimulus
dengan respon, yaitu proses mental atau proses berpikir, yang tidak
lain adalah interpretasi. Teori interaksionisme simbolik memandang
bahwa arti/makna muncul dari proses interaksi sosial yang telah
dilakukan. Arti dari sebuah benda tumbuh dari cara-cara dimana orang
lain bersikap terhadap orang tersebut.
Teori ini juga mempelajari sifat interaksi yang merupakan
kegiatan sosial dinamis sosial manusia. Bagi perspektif ini, individu
bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan
perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Paham ini menolak
gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang perilakunya
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan struktur yang ada di luar dirinya.
Interaksilah yang dianggap unsur penting yang menentukan
perilaku manusia, bukan struktur masyarakat.
Esensi interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas yang
merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran
simbol yang diberi makna. Perspektif ini berupaya untuk memahami
perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Teori ini menyarankan
bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang
memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka
dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain, dan menjadi
mitra interaksi mereka. Manusia bertindak hanya berdasarkan
definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling
52 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
mereka. Dalam pandangan perspektif ini, sebagaimana ditegaskan
Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang
menciptakan dan menegakan aturan-aturan, bukan aturan-aturan
yang menciptakan dan menegakan kehidupan kelompok.
Menurut teoritisi perspektif ini, kehidupan sosial adalah
“interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol”. Penganut
interaksionisme simbolik berpandangan, perilaku manusia adalah
produk dari interpretasi mereka atas dunia di sekeliling mereka.
Perspektif teori interaksionisme simbolik merupakan salah satu
pendekatan atau paradigma yang dapat digunakan, apabila kita ingin
meneliti mengenai fenomena-fenomena sosioal. Teori ini muncul
pada saat Teori aksi tidak berjalan baik secara teoretis maupun
empiris. Dalam keadaan kosong itulah muncul suatu perspektif baru
yang pada akhirnya menjadi kekuatan utama dalam ilmu
sosiologi. Perspektif baru tersebut adalah Interaksionalisme Simbolik.
Kata interaksionalisme simbolik itu dimaksudkan untuk
mencakup pemahaman timbal-balik dan penafsiran isyarat-isyarat
dan percakapan merupakan kunci bagi masyarakat manusia
(Campbell, terjemahan Hardiman, 1994: 253). Teori interaksionisme
simbolik mewarisi tradisi dan posisi intelektual yang berkembang di
Eropa pada abad 19 kemudian menyeberang ke Amerika terutama di
Chicago (Goodman 2007).
Universitas Chicago merupakan perguruan tinggi yang
merupakan tempat berkembangnya teori interaksionalisme simbolik.
John Dewey dan Charles Horton Cooley adalah dua filosof yang
53 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
semula mengembangkan ini di Universitas Michigan. Kepindahan
Dewey ke Universitas Chicago membawa pengaruh besar terhadap
rekan-rekannya sekampus (Goodman 2007). Namun sebagian pakar
berpendapat, teori interaksi simbolik dikenal pada Tahun 1920-
1930-an, pertama kali dikenal dalam lingkup sosiologi inter-
pretatif yang berada di bawah payung teori tindakan sosial (action
theory), yang dikemukakan oleh filosof sekaligus sosiolog besar
(Goodman 2007).
Meskipun teori interaksi simbolik tidak sepenuhnya
mengadopsi teori Weber, namun pengaruh Weber cukup penting.
Salah satu pandangan Weber yang dianggap relevan dengan
pemikiran Mead, bahwa tindakan sosial bermakna jauh, berdasarkan
makna subyektifnya yang diberikan individu-individu. Tindakan itu
mempertimbangkan perilaku orang lain. Oleh kerena i tu,
diorientasikan dalam penampilan (Creswell 1994). Teori
interaksionisme simbolik ini akan mengarahkan perhatian
seseorang pada konsep mengenai“ interaksi“, baik interaksi dengan
diri sendiri (self-interaction) maupun interaksi antar individu.
Berikut adalah penjelasan mengenai teori interaksionisme simbolik
yang dikemukakan oleh masing-masing tokoh.
B. BEBERAPA PANDANGAN SIMBOLISME
1. Simbolis oleh George Herbert Mead
Teori interaksi Simbolik dikembangkan oleh kelompok The
Chicago School dengan tokoh penggagas George. Mead dan tokoh
54 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pengikutnya yaitu Blummer (Error Hyperlink reference not valid).
Mead memberikan kontribusi besar dalam mengemukakan
pandangannya mengenai pemikiran (mind), kedirian (self) dan
masyarakat (society). Menurut Mead, ada beberapa aspek perilaku
dan interaksi manusia yang secara langsung tidak dijembatani oleh
pemikiran. Contohnya manusia secara refleks dapat mengepalkan
tangannya ketika ia sedang marah. Hal inilah yang sering kita
maksud dengan “bahasa“ atau komunikasi melalui simbol-simbol
atau isyarat makna. Isyarat-isyarat dalam bentuk inilah yang akan
membawa pada suatu tindakan dan respon yang dipahami oleh
kelompok-kelompok, komunitas dan masyarakat yang ada.
Tepatnya melalui isyarat-isyarat dan simbol-simbol inilah maka
akan terjadi pemikiran; yakni yang disebut dengan “ mind“.
Sementara “Kedirian“ (self) dapat bersifat sebagai obyek maupun
subyek; ia merupakan obyek bagi dirinya sendiri. Seseorang yang
sudah dewasa telah memiliki “kediriannya sendiri “sebagai teman
kemanusiaannya dan berbicara dengan dirinya sendiri sebagaimana ia
memperlakukan terhadap orang lain.
Untuk memperjelas konsep mengenai “Kedirian“ atau self,
Mead kemudian juga mengemukakan konsep mengenai “I“dan“Me“
(Henslin: 69 dalam Error! Hyperlink reference not valid.). “I” adalah diri
sebagai subyek, bagian diri yang aktif, spontan dan kreatif. Sebaliknya,
“Me“ merupakan diri sebagai obyek. “Me“ terdiri atas sikap yang telah
kita internalisasi dari interaksi kita dengan orang lain. Mead memilih
kata ganti tersebut, karena dalam bahasa inggris “I“ merupakan
55 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
agen yang aktif, seperti dalam kalimat “aku mendorongnya“ (I shoved
him), sedangkan “Me“merupakan objek tindakan, seperti dalam
kalimat “Ia mendorongku“ (He shoved me). Mead menekankan
bahwa dalam proses sosialisasi, kita tidak pasif, kita tidak seperti
robot yang secara pasif menyerap tanggapan orang lain, dan
sebaliknya, “I” dalam diri kita bersifat aktif. “I”mengevaluasi reaksi
orang lain, dan mengorganisasikannya dalam suatu kesatuan yang
menyeluruh.
2. Simbolik oleh Blumer.
Selanjutnya Blumer sebagai tokoh modern dari Teori
Interaksionalisme Simbolik (Goodman 2007). Penerjemahnya
menjelaskan bahwa sifat khas dari manusia adalah berinteraksi
antar manusia (Giddens 2003). Manusia saling memberi dan
menerima (Norman K. Denzim 2009). Interaksi antar individu ter-
hadap individu lainnya berdasar atas makna yang diberikan terhadap
tindakan individu lainnya. Interaksi tersebut ditandai dengan adanya
penggunaan simbol-simbol, interpretasi, atau dengan saling berusaha
untuk saling memahami maksud dari tindakan masing-masing.
Symbolic Interactionism; Perspective, and Method,” Blumer
menegaskan bahwa ada tiga asumsi yang mendasari tindakan
manusia (Sutaryo, 2005 dalam http://aryosc. blog.friendster.
com). Blumer mengemukakan tiga prinsip dasar interaksionisme
simbolik yang berhubungan dengan meaning, language, and thought.
Premis ini kemudian mengarah pada kesimpulan tentang pemben-
tukan diri seseorang (person’s self) dan sosialisasinya dalam
56 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
komunitas yang lebih besar. Meaning (makna): Konstruksi Realitas
Sosial. Blumer mengawali teorinya dengan premis bahwa perilaku
seseorang terhadap sebuah objek atau orang lain ditentukan oleh
makna yang dia pahami tentang obyek atau orang tersebut. Language
(bahasa): The source of meaning. Seseorang memperoleh makna atas
sesuatu hal melalui interaksi. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa makna adalah hasil interaksi sosial. Makna tidak melekat
pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan
bahasa. Bahasa adalah bentuk dari simbol. Oleh karena itu, teori
ini kemudian disebut sebagai interaksionisme simbolik. Berdasarkan
makna yang dipahaminya, seseorang kemudian dapat memberi
nama yang berguna untuk membedakan satu obyek, sifat, atau
tindakan dengan obyek, sifat, atau tindakan lainnya. Dengan
demikian premis Blumer yang kedua adalah Manusia memiliki
kemampuan untuk menamai sesuatu. Simbol, termasuk nama,
adalah tanda yang arbitrer. Percakapan adalah sebuah media
penciptaan makna dan pengembangan wacana. Pemberian nama
secara simbolik adalah basis terbentuknya masyarakat. Para
interaksionis meyakini bahwa upaya mengetahui sangat
tergantung pada proses pemberian nama, sehingga dikatakan
bahwa Interaksionisme simbolik adalah cara kita belajar menginter-
pretasikan dunia.
Thought (pemikiran): process of taking the role of the other.
Premis ketiga Blumer adalah bahwa,an individual’s interpretation of
symbol is modified by his or her own thought processes.” Interak-
57 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
sionisme simbolik menjelaskan proses berpikir sebagai inner
conversation, Mead menyebut aktivitas ini sebagai minding. Secara
sederhana proses menjelaskan orang melakukan dialog dengan
dirinya sendiri ketika berhadapan dengan sebuah situasi dan
berusaha memaknai situasi tersebut. Untuk bisa berpikir maka
seseorang memerlukan bahasa dan harus mampu berinteraksi
secara simbolik. Bahasa adalah software untuk bisa mengaktifkan
mind.
Tentang relevansi dan urgensi makna, (Norman K. Denzim
2009) memiliki asumsi bahwa: manusia bertindak terhadap manusia
lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada
mereka, makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, makna
dimodifikasi dalam proses interpretif.
3. Simbolik oleh Abraham
Seperti yang dikatakan Abraham (tertulis pada Modern
Sociological Theory (1982) dalam http://www.averroes.or.id), bahwa
interaksionisme simbolik pada hakikatnya merupakan sebuah
perspektif yang bersifat sosial-psikologis yang terutama relevan untuk
penyelidikan sosiologis. Teori ini akan berurusan dengan struktur-
struktur sosial, bentuk-bentuk kongkret dari perilaku individual atau
sifat-sifat batin yang bersifat dugaan, interaksionisme simbolik
memfokuskan diri pada hakekat interaksi, pada pola-pola
dinamis dari tindakan sosial dan hubungan sosial. Interaksi sendiri
dianggap sebagai unit analisis: sementara sikap-sikap diletakkan
menjadi latar belakang.
58 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
4. Interaksionisme Simbolik oleh Ritzer
Interaksionisme simbolik (Goodman 2007) kesimpulan
utama yang perlu diambil dari substansi teori interaksionisme
simbolik adalah sebagai berikut: (a) kehidupan bermasyarakat itu
terbentuk melalui proses komunikasi dan interaksi antar individu dan
antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami
maknanya, melalui proses belajar, (b) tindakan seseorang dalam
proses interaksi, itu bukan semata-mata merupakan suatu tang-
gapan yang bersifat langsung terhadap stimulus yang datang dari
lingkungannya maupun dari luar dirinya, melainkan dari hasil sebuah
proses interpretasi terhadap stimulus. (c) makna yang penting dari
interaksi tersebut adalah seseorang yang memberi tafsiran pada
perilaku orang lain berwujud pada pembicaraan, gerak-gerak bada-
niah maupun sikap, perasaan-perasaan yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut. Sehingga orang yang bersangkutan,
kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang lain (Hasiara 2010). Hal ini jelas, bahwa
hasil proses belajar, dapat memberi pemahaman kepada manusia
untuk lebih memahami simbol-simbol kehidupan yang disekitar
subjek. Simbol tersebut harus disesuikan dengan makna dari simbol-
simbol tersebut. Meskipun norma-norma, nilai sosial dan makna dari
simbol tersebut dapat memberi pembatasan terhadap tindakan
nyata. Kemampuan untuk berpikir yang dimilikinya manusia
mempunyai kebebasan dalam menentukan perilaku yang ingin dicapai
59 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
berdasar pada tujuan-tujuan yang hendak dicapainya. Lebih luas lagi
pada dasarnya pola komunikasi apapun yang dibangun manusia,
maka pola interaksi lebih kepada proses negosiasi dan
transaksional, baik antar dua individu yang terlibat dalam proses
komunikasi maupun lebih luas lagi bagaimana pola yang ditempuh
manusia untuk melakukan konstruksi sosial, dan konstruksi sosial
tersebut dapat merubah proses komunikasi yang dibentuk sejak awal.
Hal itu bisa terjadi karena manusia memiliki keterbatasan, yang
bersifat mut-mutan.
5. Interaksionisme Simbolik dengan Fenomenologi
Orientasi teoritik dan memilih Pola studi; jenis studi kasus
pada penelitian kualitatif dijelaskan bahwa sepadan dengan
pandangan fenometodologi, sifat yang paling mendasar bagi
pendekatan interaksi simbolik adalah asumsi yang menyatakan
bahwa pengalaman manusia diperoleh dengan perantara interpretasi.
Benda (objek), orang, situasi dan kejadian tidak akan memiliki makna-
nya sendiri, tanpa diberikan pemaknaan kepada hal-hal tersebut.
Makna yang diberikan orang kepada pengalamannya dan prosesnya
menginterpretasi merupakan hal yang esensial dan konstitutif, bukan
hal yang kebetulan atau bersifat sekunder terhadap pengalaman itu.
Orang berbuat sesuatu selalu diiringi dengan menginterpretasikan,
mendefinisikan, bersifat simbolis yang tingkah lakunya hanya dapat
dipahami peneliti dengan jalan masuk ke dalam proses mendefi-
nisikan melalui pengobservasian terlibat (participant observation).
60 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Interpretasi sangat esensial, interaksi simbolis menjadi
paradigma konseptual daripada dorongan-internal, sifat -
kepribadian, motif tidak sadar, kewajiban peran, persepsi budaya,
mekanisme pengendalian sosial, atau lingkungan fisik. Faktor-faktor
tersebut merupakan beberapa dari konstruk konstruk yang
direkam ilmuwan sosial dalam upaya untuk memahami tingkah
laku. Bagian penting dari teori interaksi simbolik adalah konstruk
tentang “diri pribadi” (self). Diri tidak dipandang terletak di dalam
individu seperti ego atau kebutuhan, motif, dan norma internalisasi
dan nilai. Diri adalah definisi yang diciptakan orang (melalui
interaksi dengan orang lain) mengenai siapa dia itu.
Membentuk dan mendefinisikan diri, orang berusaha
melihat dirinya sebagaimana orang-orang lain melihat dirinya dengan
menafsirkan gerak isyarat dan perbuatan yang ditujukan kepadanya,
serta dengan jalan menempatkan dirinya pada peranan orang lain.
Secara singkat, peneliti kualitatif melihat diri sendiri sebagai
bagian dari orang lain melihat kita. Jadi, diri sendiri juga
merupakan konstruksi sosial, merupakan hasil dari mempersepsi diri
sendiri dan kemudian menyusun definisi melalui proses interaksi.
Cara mengkonseptualisasikan diri ini menimbulkan studi-studi tentang
self-fulfilling prophecy dan memberi latar belakang bagi apa yang
disebut perdekatan terlabel (labelling approach) terhadap perilaku
menunjang.
Konsep interaksi simbolik bertolak dari tujuh proposisi dasar,
yaitu (1) bahwa perilaku manusia itu mempunyai makna di balik yang
61 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
menggejala, sehingga diperlukan metoda untuk mengungkap
perilaku yang terselubung, (2) pemaknaan kemanusiaan manusia
perlu dicari sumbernya pada interaksi sosial manusia. Manusia
membangun lingkungannya, manusia membangun dunianya, dan ke-
semuanya dibangun berdasarkan simpasi, dengan bentuk tertinggi
mencintai sesama manusia (Menschenliebe) dan mencintai Tuhan
(Gottesliebe), (3) bahwa masyarakat manusia, itu merupakan proses
yang berkembang holistik, tidak terpisahkan, tidak linier, dan
tidak terduga, (4) perilaku manusia, itu berlaku berdasarkan
penafsiran fenomenologik, yaitu berlangsung atas maksud, pemak-
naan dan tujuan, bukan didasarkan atas proses mekanik atau
otomatik, perilaku manusia bertujuan dan tidak terduga, (5) konsep
mental manusia, itu berkembang dialetik, mengakui adanya tesis,
antitesis, dan sintesis; sifatnya idealistik bukan materialistik, (6)
perilaku manusia, itu wajar dan konstruktif kreatif, bukan
elementer-reaktif, dan (7) perlu digunakan metoda instrospeksi
simpatetik; menekankan pendekatan intuitif untuk menangkap makna
(Subadi 2008). Contoh praktis yang diberikan Bogdan dan Biklen adalah
tentang “makan”, yang tidak hanya ditafsir sebagai dorongan untuk
makan, tetapi juga ada definisi budaya tertentu mengenai bagaimana,
apa, dan kapan orang harus makan. Lebih jauh, “makan” dapat di-
hubungkan dengan situasi khusus di mana orang itu berada,
didefinisikan dalam berbagai cara, proses, perilaku, waktu, dan
situasi yang berlainan. Contoh lain mungkin dapat dilihat ketika
seorang santri bersalaman dengan kyainya, disertai “mencium
62 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
tangan”kiyai. Interaksi dengan simbol “mencium tangan” hampir sama
dengan contoh “makna” menurut (Bogdan 2006).
C. ETNOGRAFI (PENELITIAN BUDAYA)
1. Memahami Enografi dari Dekat
Asal Mula Etnografi, etnografi berkaitan dengan asal-usul
antropologi. Antropologi sebagai sebuah disiplin ilmu, baru lahir
pada paruh kedua abad ke-20, dengan tokoh-tokohnya Taylor, Fraser
dan Morgan. Usaha besar mereka adalah di dalam menerapkan
teori evolusi biologi terhadap bahan-bahan yang dikumpulkan oleh
musafir, penjelajah alam, dan lain-lain. Setelah itu dengan bahan
tersebut mereka membangun tingkatan-tingkatan perkembangan
evolusi budaya manusia dari masa manusia muncul di muka bumi
sampai pada masa kini. Pada akhir abad 19, muncul
pandangan baru dalam ilmu antropologi. Kerangka evolusi
masyarakat dan budaya yang dulu disusun sudah dianggap tidak
realistik, tidak didukung bukti yang nyata. Lalu munculah pemikiran
baru bahwa seorang antropolog harus melihat sendiri kelompok
masyarakat yang menjadi objek kajiannya, jika ia ingin mendapatkan
teori yang lebih mantap. Inilah asal mula pemikiran tentang perlunya
kajian lapangan etnorafi dalam antropologi (Creswell 1994).
Etnografi merupakan salah satu model penelitian yang lebih
banyak terkait dengan antropologi, yang mempelajari peristiwa
cultur, yang menyajikan pandangan hidup subyek yang menjadi
obyek studi. Lebih jauh etonografi telah dikembangkan menjadi salah
63 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
satu model penelitian ilmu-ilmu social yang menggunakan landasan
filsafat fenomenologi. Etnografi bukan deskripsi kehidupan masyarakat
kita dalam beragam situasinya, sebagaimana adanya: dalam ke-
hidupan kesehariannya, cara mereka memandang kehidupan,
perilakunya dan semacamnya, akan tetapi studi etnografi merupakan
salah satu deskripsi tentang cara mereka berfikir, hidup, berprilaku.
Konseptualisasi metodologik model penelitian etnografi
dapat dikemukakan menjadi empat dimensi, yaitu: (1) induksi-
deduksi, (2) generatif-verifikatif, (3) konstruktif-enumeratif, dan (4)
subjektif-objektif. Penelitian etnografi ini lebih cenderung
mengarah ke kutub induktif, generatif, konstruktif, dan subjektif.
Dimensi induktif-deduktif menunjuk kedudukan teori dalam studi
penelitian; penelitian deduktif berharap data empiris dapat
mendukung teori; sedangkan penelitian induktif berharap dapat
menemukan teori yang dapat menjelaskan datanya. Dimensi
generatif-verifikatif menunjuk kedudukan dalam evidensi dalam
studi penelitian; penelitian verifikatif, yang berupaya mencari
evidensi agar dugaannya dapat diaplikasikan lebih luas, dapat diper-
lakukan universal; sedangkan penelitian generatif lebih
mengarah ke penemuan konstruksi dan proposisi dengan
menggunakan data sebagai eviden. Dimensi konstruktif-enumeratif
menunjukkan seberapa jauh unit analisis suatu penelitian di-
rumuskan atau dijabarkan. Dalam penelitian dengan strategi
konstruktif mengarahkan penelitiannya untuk menemukan
konstruks atau kategori lewat analisis dan proses mengabstraksi;
64 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
sedangkan strategi enumeratif dimulai dengan menjabarkan atau
merumuskan unit analisis. Desain penelitiannya dapat pula dilihat
pada dimensi kontinum antara subjektif dengan objektif (Subadi
2008).
Sebagai suatu ilmu, etnografi dapat dikatakan masih
termasuk dalam golongan ilmu yang masih muda. Namun jika dilihat
ruang lingkup dan materi yang dipelajari, sebenarnya etnografi sudah
seusia dengan peradaban manusia. Masalah kemanusiaan muncul
karena adanya manusia yang saling bersosialisasi dalam bentuk
kelompok sosial yaitu masyarakat. Dalam kehidupan dan dinamika
masyarakat terdapat berbagai hal yang sejalan maupun yang
bertentangan. Dengan upaya untuk meningkatkan kualitas maupun
yang bertentangan. Dengan upaya untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dalam masyarakat sehingga mendorong beberapa pemikir
dan ahli sosial untuk mempelajari segala sesuatu yang berhubungan
dengan masyarakat dalam satu cakupan disiplin ilmu khusus.
Kemunculan pendekatan etnografi yang merupakan bagian
dari metode penelitian kualitatif, mampu membuka babak baru
dalam teknik penelitian, yang sebelumnya didominasi oleh metode
penelitian kuantitatif. Para pakar peneliti dibidang ilmu sosial budaya
yang sebelumnya seperti “terpenjara” oleh penggunaan metode
kuantitatif yang membuat mereka kebingungan dalam penerapannya
pada proses penelitian mereka, dikarenakan ketidakcocokan metode
tersebut, akhirnya seperti mendapatkan angin baru yang
menyegarkan, yang bisa merubah arah dan tujuan penelitian mereka.
65 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Walaupun begitu tidak menutup kemungkinan terdapat
kelemahan-kelemahan pada pendekatan etnografi. Hal ini di-
karenakan pada dasarnya tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia
ini. Ilmu pengetahuan akan terus berkembang seiring dengan
perkembangan peradaban manusia pada umumnya.
2. Pengertian Etnografi
Etnografi ditinjau secara harfiah, berarti tulisan atau
laporan tentang suatu bangsa yang ditulis oleh seorang
antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work), selama sekian
bulan atau sekian tahun. Penelitian antropologis untuk menghasilkan
laporan tersebut begitu khas, sehingga kemudian istilah juga digunakan
untuk mengacu kepada metode penelitian untuk menghasilkan laporan
tersebut.
Etnografi baik sebagai laporan penelitian maupun
sebagai metode penelitian, dapat dianggap sebagai dasar dan asal
usul ilmu antropologi. Di bawah ini terdapat kutipan kalimat-
kalimat dari beberapa tokoh besar antropologi yang dapat
meyakinkan pembaca tentang kebenaran pernyataan diatas. Mead
berkata Anthropology as science is entirely dependet upon field work
record made by individuals within living societies (Antropologi sebagai
ilmu pengetahuan secara keseluruhan tergantung pada laporan-
laporan kajian lapangan yang dilakukan oleh individu dalam
kehidupan masyarakat yang nyata. Jadi singkatnya, belajar tentang
etnografi, berarti belajar tentang jantung dari ilmu antropologi
khususnya antropologi sosial. Ciri khas dari metode penelitian la-
66 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pangan etnografi ini adalah sifatnya yang holistik-integratif, deskriptif,
dan analisa kualitatif dalam rangka mendapatkan native point of
view (Yin. 1996).
Etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari
kebudayaan lain. Etnografi merupakan suatu bangunan
pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografis, dan
berbagai macam deskripsi kebudayaan. Etnografi selalu
menggunakan hal yang dikatakan oleh orang dalam upaya men-
deskripsikan kebudayaan orang tersebut.
3. Pendekatan Etnografi
Penelitian lapangan merupakan ciri khas antropologi
budaya. baik di sebuah desa terpencil Papua Nugini ataupun di kota
besar New York Amerika Serikat, ahli antropologi berada dilokasi
penduduk bertempat tinggal dan “melakukan penelitian lapangan”. Ini
berarti ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menikmati berbagai
makanan yang asing baginya, mempelajari bahasa baru, menyaksikan
berbagai upacara, membuat catatan lapangan, mencuci pakaian,
menulis surat kerumah, melacak garis keturunan, mengamati
pertunjukan, mewawancarai informan, dan berbagai hal lainnya,
hal ini berarti peneliti membaur, bersatu dengan objek yang
ditelitinya.
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu
budaya. Tujuan utama aktifitas ini adalah memahami suatu
pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, dan
banyak para pakar bahwa tujuan etnografi adalah “memahami
67 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan,
untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya”. Oleh karena
itu, penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai dunia
orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir,
dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya
mempelajari masyarakat, tapi lebih dari itu, etnografi belajar dari
masyarakat.
Alur yang digunakan dalam penelitian etnografi adalah
menggunakan alur penelitian maju terhadap (The Developmental
Research Sequence). Pada tahap pertama dalam melakukan
penelitian, Etnografer bekerjasama dengan informan untuk
menghasilkan suatu deskripsi, unsur ini bersifat kompleks, informan
berbeda dengan kawan, subjek atau responden. Dalam melakukan
penelitian, pertama-tama seorang peneliti menetapkan
informan, setelah itu mewawancarai informan tersebut,
wawancara etnografi merupakan jenis percakapan (speech event)
yang khusus.
Untuk selanjutnya etnografer membuat catatan etnografis yang
berasal dari wawancara terhadap informan. Pada langkah selanjutnya
wawancara etnografi yang aktual dilakukan dengan “mengajukan
pertanyaan-pertanyaan deskriptif”. Dengan menggunakan sampel
bahasa yang terkumpul dari wawancara ini, dilanjutkan kelangkah
berikutnya yang memasukan berbagai strategi untuk “melakukan
analisis terhadap wawancara etnografi”. Langkah ini kemudian
diikuti dengan membuat analisis domain.
68 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Analisis ini menghasilkan pertanyaan-pertanyaan
struktural yang akan digunakan dalam wawancara nanti.
Pertanyaan struktural adalah untuk disesuaikan dengan
informan, dihubungkan dengan jenis-jenis pertanyaan yang lain, dan
terus menerus diulang secara baik. Tahap selanjutnya adalah membuat
analisis taksonomik. Dari sini dilanjutkan dengan membuat
analisis komponen. Dari sini alur penelitian dilanjutkan dengan
menemukan tema-tema budaya. Dan tahap terakhir adalah dengan
menulis etnografi. Untuk lebih jelasnya, alur penelitian tersebut
dapat sederhanakan seperti uraian di bawah ini.
Pertama-tama menetapkan seorang informan
melakukan wawancara terhadap informan dan membuat catatan
etnografis-mengajukan pertanyaan deskripsi-melakukan analisis
wawancara etnografi-membuat analisis domain-mengajukan
pertanyaan struktural-membuat analisis taksonomik-meng-
ajukan pertanyaan kontras- membuat analisis komponen dan
menemukan tema-tema budaya menulis etnografi. Setiap tahap-
tahap dalam penelitian dengan metode etnografi harus
dilaksanakan secermat dan setepat mungkin. Agar supaya hasil
akhir penelitianpun dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
4. Etnografi Bogdan dan Biklen
Menurut (Bogdan 2006) menyatakan kerangka kerja yang
digunakan dalam melakukan studi antropologi adalah konsep tentang
69 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
kebudayaan (the concept of culture). Usaha untuk
mendeskripsikan budaya atau aspek-aspek budaya disebut
etnografi (ethnography). Beberapa antropolog mendefinisikan
kebudayaan sebagai “pengetahuan perolehan yang digunakan orang
untuk menafsirkan pengalaman dan membuahkan tingkah laku”
(Spradley dikutip Bogdan dan Biklen, 1982). Dalam pengertian ini,
kebudayaan merangkum apa yang dilakukan orang, apa yang
diketahui orang, dan barang-barang yang dibuat dan dipergunakan
orang. Untuk mendeskripsikan kebudayaan dari perspektif ini
seorang peneliti mungkin berfikir tentang peristiwa berikut: “yang
terbaik, suatu etnografi hendaknya menjelaskan tingkah laku orang
dengan jalan mendeskripsikan apa yang diketahui, membuat mereka
bertingkah laku secara patut sesuai dengan nurani akal sehat
di dalam komunitasnya.
Peneliti penganut tradisi ini menyatakan bahwa suatu
etnografi berhasil jika ia mengajarkan kepada orang bagaimana
berperilaku patut di dalam latar budaya, apakah itu di tengah-tengah
keluarga suatu komunitas orang suku tertentu, di kantor, atau di dalam
kelas sekolah. Definisi lain mengenai kebudayaan menekankan
semantik, dan menegaskan bahwa ada perbedaan antara mengetahui
tingkah laku dan bahasa khas kelompok orang-orang dan mampu
melakukan sendiri. Geerzt dikutip (Bogdan 2006) membedakan
kebudayaan berupa deskripsi tebal (thick description) berlainan dengan
deskripsi tipis (thin description). Hal yang perlu diketahui, jika jenis
penelitiannya adalah etnograf, jika menguji kebudayaan menurut
70 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
perspektif ini ialah suatu segi penafsiran terhadap kehidupan,
pengertian, akal sehat yang rumit dan sukar dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Tujuan etnografi adalah mengalami bersama
pengertian bahwa pemeran serta kebudayaandayaan
memperhi tungkan dan menggambarkan pengertian baru
untuk pembaca dan orang luaran.
Salah satu contoh tentang seseorang yang mengedipkan mata
(a person blinking one eye), karena ada isyarat ataukah sedang
kedipkan mata, inilah yang perlu ditafsirkan sebagai kategori budaya
(Pantelis C. Kostis 2017). Singkatnya, etnografi merupakan deskripsi
tebal. Pemahaman ketiga dan bersifat konseptual tentang
kebudayaan diambil Bogdan dan Biklen dari Rosalie Wax. Dalam
pembahasannya mengenai preposisi teoritis kerja penelitian
lapangan, tugas peneliti adalah pemahaman. Pemahaman
bukanlah beberapa “empati yang mengandung misteri” di antara
orang-orang, melainkan merupakan suatu kenyataan dari
“pemaknaan yang dialami bersama-sama” (shared meaning).
Dengan demikian antropologi mulai dari luar, baik secara harfiah dalam
rangka penerimaan sosialnya maupun secara kiasan dalam rangka
pemahaman.
Penelitian etnografi florio dikutip (Bogdan 2006) tentang kelas
taman kanak-kanak menguji bagaimana anak-anak yang memasuki
sekolahnya menjadi orang dalam, yaitu bagaimana mereka
mempelajari kebudayaan sekolahnya dan mengembangkan respons
yang tepat terhadap gurunya dan harapan-harapan kelas. Untuk
71 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
tataran budaya, apapun definisi khususnya, kebudayaan sebagai alat
pengorganisasi dan konseptual yang pokok untuk menafsirkan data
yang berarti dan memberi ciri pada etnografi. Prosedur etnografi,
sementara serupa tetapi tidak sama dengan prosedur yang
digunakan dalam observasi pelibatan, betul-betul menyadarkan
diri pada kosa kata yang berlainan dan telah berkembang menjadi
spesialisasi akademik yang berbeda pula.
Dewasa ini, peneliti pendidikan menggunakan istilah
etnografi untuk menunjukkan pada setiap studi kualitatif dan juga
dalam sosiologi. Meskipun sebagian orang tidak setuju dengan
penggunaan “etnografi” sebagai istilah umum untuk studi
kualitatif, terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa
sosiolog dan antropolog makin saling mendekat dalam hal
melakukan penelitian dan orientasi teoritis yang mendasari pekerjaan
mereka. Hal ini dikemukakan (Bogdan 2006) sebagai antropolog
terkenal menyatakan bahwa “konsep kebudayaan sebagai
pengetahuan yang dicapai mempunyai ciri umum yang sama dengan
interaksi simbolik”.
D. ETNOMETODOLOGI
Enometodologi (Mantja 2008) menjelaskan bahwa
Understanding Qualitative Research and Ethnomethodology
memberikan pertanyaa How is qualitative social research
possible?. Pertanyaan tersebut menjadi pengantar dari buku setebal
199 halaman karya Have ini, seorang profesor sosiologi dari Universitas
72 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Amsterdam, Belanda, yang menekuni bidang kajian penelitian
kualitatif dan etnometodologi. Penulis, lewat buku ini, hendak
mengajak pembaca untuk berdiskusi tentang seberapa jauh
penelitian kualitatif mampu memotret dengan baik realitas sosial
dengan menggunakan salah satu turunannya yakni etnometodologi.
Banyak varian di dalam penelitian kualitatif amat dipengaruhi oleh
pendekatan interpretatif dimana logika penafsiran atas makna
menjadi titik krusial dalam operasionalisasi riset. Data baik yang
berupa ekspresi ataupun tindakan tidak bisa diterima secara mentah
namun diperlukan pemaknaan secara kontekstual. Subjektivitas
dalam penelitian pun tidak bisa dinafikan dan intimitas antara
peneliti dengan yang diteliti merupakan syarat penting dalam proses
riset, most qualitaive research tends to be based on an interpretative‟
approach, in the sense that the meaning of events, actions and
expressions is not taken as given‟ or self evident‟, but as requiring
some kind of contextual interpretation” (Norman K. Denzim
2009).
1. Etnometodologi sebagai Metode
Penganut penelitian kualitatif percaya bahwa fenomena sosial
tidak bisa diukur dengan kuantifikasi. Fenomena sosial pekah dengan
arti yang tersembunyi, makna yang tersirat atau laten, konotasi, dan
suara-suara yang tidak terdengar. Realitas seperti ini tidak bisa
dijelaskan dengan angka untuk kemudian ditarik kesimpulan
sebagai sebuah fakta sosial. Dibutuhkan intensitas dengan objek
kajian demi memahami motif, maksud atau makna dibalik suatu
73 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
tindakan dan pikiran individu. Alam pikiran dan batin dari objek
kajian menjadi fokus perhatian yang harus dibedah oleh tiap peneliti
kualitatif. Kerap dijumpai pula peneliti kualitatif yang menggunakan
alat ukur, metode, dan dokumen statistik dalam penelitiannya, namun
sifatnya hanya untuk lebih membantu pemahaman terhadap
fenomena yang dikaji bukan membaca fenomena dari sudut
pandang metode statistik kompleks seperti path, regresi, dan analisis
linier-log (Norman K. Denzim 2009). Etnometodologi merupakan
metode penelitian yang mempelajari bagaimana perilaku sosial
dapat dideskripsikan sebagaimana adanya. Istilah etnometodologi
dikemukakan oleh Harold Garfinkel. Etnometodologi berupaya untuk
memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan
menggambarkan kata hidup mereka sendiri. Agar dapat dibuat
laporan ethnographic perlu dipelajari metodologinya, yaitu
etnometodologi. Dan Etnometodologi tidak diartikan sebagai
metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data,
melainkan menunjuk pada materi pokok (subject matter) yang akan
diteliti. Ketika Garfinkel mempelajari arsip silang budaya di Yale,
ditemukan kata ethnobotany, ethnophysic, ethnomusic, dan
ethnoastronomy. Istilah-istilah seperti ini mempunyai arti bagaimana
para warga suatu kelompok tertentu (biasanya kelompok suku
yang terdapat dalam arsip Yale) memahami, menggunakan, dan
menata segi-segi lingkungan mereka; dalam hal etnobotani, subjek
atau pokok kajiannya adalah tanaman. Dengan demikian,
etnometodologi berarti studi tentang bagaimana individu-individu
74 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
yang menciptakan, dan memahami kehidupan mereka sehari-
hari, seperti cara mereka menyelesaikan pekerjaan dalam
kehidupan sehari-hari. Subjek bagi etnometodologi bukan warga
suku-suku primitif; mereka orangorang dari berbagai situasi di dalam
masyarakat kita sendiri.
Garfinkel dikutip (Bogdan 2006) berkata: “Menurut hemat
beliau, yang melakukan studi tentang bagaimana orang-orang,
sebagai pendukung dari tatanan yang lazim, menggunakan sifat-
sifat tatanan itu untuk membuat agar bagi para warga bisa menjadi
ciri-ciri terorganisasi yang kelihatan nyata”. Para ahli
etnometodologi berupaya memahami bagaimana cara orang
memandang, menjelaskan, dan mendeskripsikan tatanan di dunia
tempat mereka hidup. Kondisi ini menjelaskan kehidupan individu
dalam beradaptasi dengan lingkungan di mana mereka berada, maka
merekalah yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Terdapat sejumlah orang dalam bidang pendidikan telah
terpengaruh dengan pendekatan ini. Pekerjaan mereka kadang-
kadang sukar dipisahkan dari kerja peneliti-peneliti kualitatif lainnya,
mereka cenderung melakukan pekerjaan-pekerjaan tentang isu
yang bersifat mikro, dengan pengungkapan dan kosakata khusus,
dan dengan tindakan yang mendetail dan dengan pemahaman.
Peneliti-peneliti yang menggunakan cara ini, juga menggunakan ung-
kapan seperti “pemahaman akal sehat (common sense under-
standing)”, “kehidupan sehari-hari (everyday life)”, pencapaian
kerja praktis (practical accomplish ments)”, “landasan rutin untuk
75 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
tindakan sosial (routine grounds for social action)”, dan
“memperhitungkan (accounts)”.
Menurut para etnometodolog, telah berhasil membuat
peneliti menjadi peka terhadap isu, yaitu bahwa penelitian itu sendiri
bukanlah merupakan usaha ilmiah yang unik, melainkan lebih dapat
dipelajari sebagai “suatu penyelesaian praktis (practical
accomplishments)”. Mereka menyarankan agar kita berhati-hati dalam
memandang pemahaman akal sehat sebagai dasar pengumpulan data.
Mereka mendorong para peneliti yang menggunakan cara kualitatif agar
peka terhadap keperluan untuk “mengurung batas (bracket)” atau
menunda sementara asumsi akal sehat mereka, pandangan
dunianya sendiri, daripada menganggapnya sebagai hal yang sudah
semestinya.
2. Ranah Etnometodologi, Objek Berbicara
Etnometodologi berangkat sebagai sebuah kritik terhadap bias
positivisme dalam penelitian sosiologi. Pemahaman terhadap
fenomena sosial tidak cukup berhenti pada penarikan kesimpulan
terhadap sebab-musabab gejala sosial, tanpa memperhatikan aspek
internal individu. Fakta sosial merupakan produksi dari tindakan
interpretatif individu sebagai respon terhadap kehidupan. Etno-
metodologi berkeinginan untuk melakukan suatu studi ilmiah yang
bertujuan untuk memahami alam pikir individu (local ratio analities)
dalam tindakannya di kehidupan sehari-hari (Norman K. Denzim 2009).
Situasi atau realitas sosial dibebaskan untuk berbicara tentang
dirinya sendiri dan tugas peneliti cukup menyimak dan melukiskan
76 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
apa yang terjadi. Etnometodologi berusaha menghindari
pemerkosaan atas realitas yang dilegitimasi oleh metode ilmiah
sehingga absah demi ilmu. Kolonisasi melalui metode ilmiah berusaha
dilawan sehingga yang “liyan” mampu bersuara atas dirinya sendiri dan
bukan hanya pasrah menerima klasifikasi asing. Sebagai sebuah
keharusan bahwa penelitian etnometodologi mensyaratkan waktu
yang panjang dan energi yang cukup untuk mampu terserap ke
dalam kehidupan keseharian objek kajian. Data yang diperoleh pun
bukan hanya yang bersifat formal namun peneliti mampu menangkap
nuansa, konteks, dan temuan non verbal. Argumen-argumen yang
dibangun oleh penulis dalam memahami etnometodologi banyak
mengutip Garfinkel (1967) dimana lewat “magnum opus” nya: Studies
in Ethnomethodology yang menempatkan dirinya sebagai teoritisi
terdepan dalam bidang keilmuan ini.
Wawancara jamak digunakan sebagai cara memperoleh data
dalam penelitian-penelitian kualitatif. Wawancara dinilai mampu
menggali informasi dan opini yang bisa dijadikan sebagai asumsi
kebenaran suatu realitas. Opini dari informan diyakini adalah
pengakuan jujur atas alam pikiran yang dijadikan sebagai motif
dari tindakan-tindakan sosial individu. Akan tetapi wawancara dalam
etnometodologi dimengerti dalam makna yang agak berbeda.
Wawancara formal penting sebagai cara memperoleh data namun
tidak bisa dijadikan sebagai sumber utama (Norman K. Denzim 2009).
Data bukan hanya hasil jawaban narasumber terhadap pertanyaan
77 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
yang diajukan pewawancara namun proses wawancara itu sendiri
merupakan sebuah data yang harus dianalisa pula.
“When they do study interviews, these are taken as a topic
rather than as a resource, that is, interviews may be studied as objects
in them selves, to see how they are produced, but rarely in order to
collect information on phenomena outside‟ the interview context.”
(Norman K. Denzim 2009). Fokus kajian dari etnometodologi bukan
hanya “orang” atau “people” sebagai kediriannya yang tunggal, namun
sebagai angggota atau bagian dari sebuah struktur luaran yang lebih
luas entah itu masyarakat atau bentuk yang lain. Sehingga
wawancara bukan hanya untuk mengetahui jawaban-jawaban ter-
hadap pertanyaan namun aturan atau struktur yang membuat individu
(orang) tersebut memproduksi tindakan-tindakan atau jawaban
tersebut.
Wawancara sebenarnya cukup krusial sebagai cara
memperoleh informasi. Asumsi dari metode wawancara adalah
narasumber akan jujur menjawab pertanyaan dan menceritakan motif
dibalik setiap tindakannya. Namun Irving Goffman lewat konsep
dramaturginya telah mengingatkan kita bahwa individu seperti
layaknya para aktor di panggung sandiwara. Apa yang ditampilkan di
muka publik belum tentu sama dengan apa yang sesungguhnya terjadi
pada diri individu tersebut. Etnometodologi mencoba mengisi
dilema tersebut dengan menitikberatkan bahwa poin penting dari
wawancara bukan hanya dari jawaban terhadap pertanyaan namun
“nuansa” ketika proses wawancara itu berlangsung.
78 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Gambaran tentang bagaimana proses penelitian
berlangsung, pelaporan hasil penelitian, dan yang paling penting
adalah bagaimana melatih sensibilitas peneliti dalam riset
etnometodologi. Penelitian etnometodologi tidak memiliki prosedur
teknis yang baku dan pakem. Namun hal ini justru merupakan
keunggulannya karena fleksibel dalam operasionalnya di lapangan
sehingga sangat mendukung eksplorasi terhadap data dan kasus.
Untuk kegiatan akhir-akhir bab selalu disertakan ringkasan
dari poin-poin penting dan literatur-literatur yang direkomendasikan
untuk dibaca agar lebih memperdalam materi. Ringkasan mengingatkan
pembaca akan pokok-pokok pikiran bab terkait. Rekomendasi
bacaan penting untuk pembaca yang ingin memperdalam subjek
kajian sehingga diharapkan mampu memperkaya wacana. Dua hal
tersebut menjadi nilai tambah buku ini selain substansi. Buku ini layak
dijadikan referensi bagi para mahasiswa, peneliti dan akademisi.
E. STUDI KASUS
Studi kasus (Bogdan 2006) menyarankan kepada peneliti
pemula yang berminat dengan penelitian kualitatif, agar
menggunakan teori studi kasus terlebih dahulu dari pada
menggunakan teori lainnya. Oleh karena itu teori ini seperti dalam
anggapan beberapa ahli, lebih mudah dilakukan. Sebaliknya, berbeda
dengan pendapat, (Yin. 1996) menyatakan manakala membandingkan
teori studi kasus dengan beberapa teori penelitian kualitatif lainnya,
seperti penelitian eksperimen, penelitian historis, studi kasus justru
79 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
merupakan jenis penelitian yang tersulit untuk dilaksanakan.
Dan (Hasiara 2018) menyatakan bahwa tidak ada yang sulit,
kecuali malas, dan tidak mau berusaha dan belajar. Kesulitan-
kesulitan tersebut timbul karena teori ini menuntut pemakainya
memiliki beberapa keterampilan khusus yang mudah dikuasai.
Studi kasus menurut (Bokdan 2006) merupakan studi yang
menguji secara lengkap dan intensif dari segi, isu-isu, dan peristiwa
tentang latar geografik secara berulang-ulang. Kasus tidak
hanya terbatas pada orang atau organisasi, tetapi juga batas
sistem, program, tanggung jawab, koleksi, atau populasi (Bokdan
2006) selanjutnya membagi bentuk tulisan yang dilabelkan pada studi
kasus guna mempermudah pemahaman, seperti kasus:
individual (sejarah perkembangan, etiologis tentang psikopatologis);
perwakilan atau organisasi (perwakilan kerja sosial, bank,
universitas); masyarakat (pantai telanjang, pengaruh komunitas);
budaya (kepulauan Trobriand, Indian Potlactch); gerakan (Zen
budaisme, Nazi); peristiwa, events (orientasi mahasiswa, pelantikan
pejabat); kejadian, incidents (kecelakaan nuklir, pemogokan);
metodologis (penggunaan contoh kritis path analysis, aplikasi
anal is is geocode ) ; program proyek (pengembangan
kurikulum baru, studi nasional tentang sekolah, perguruan tinggi,
dan departemen pendidikan) dan lain-lain.
1. Batasan Studi Kasus
Beberapa pakar memberi batasan studi kasus secara berbeda,
misalnya (Bogdan 2006) menjelaskan bahwa studi kasus
80 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar (a detailed
examination of one setting) atau satu orang subyek (one single subject)
atau satu tempat penyimpanan dokumen (one single depository of
documents) atau satu peristiwa tertentu (one particular event).
Demikian pula dengan (Hasiara 2018) yang membatasi pen-
dekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan
memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
Selanjutnya, (Yin. 1996) memberi batasan yang lebih bersifat teknis
dengan penekanan pada ciri-cirinya. Studi kasus merupakan sebuah
inkuiri secara empiris yang menginvestigasi fenomena sementara
dalam konteks kehidupan nyata (real-life context); ketika batas di
antara fenomena dan konteks tidak tampak jelas; dan sumber-
sumber fakta ganda yang digunakan. Sedangkan (Norman K. Denzim
2009) meskipun tidak memberikan definisi secara jelas tentang
pemahaman studi kasus, tetapi mereka memberikan penjelasan
bahwa dalam studi kasus, hendaknya peneliti berusaha untuk
menguji satu unit analisis atau individu secara mendalam. Para
penyelidik berusaha untuk menemukan semua unsur yang penting di
dalam sejarah atau perkembangan dari subjek.
Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas dapat
dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran
penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar dan
dokumen. (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam
sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya
81 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan
yang ada di antara variabel-variabelnya.
2. Jenis-jenis Studi Kasus
Pendekatan studi kasus (case study approach) dalam
penelitian seringkali dilekatkan pada penelitian kualitatif
(Bokdan 2006); (Norman K. Denzim 2009). Sependapat dengan
pemahaman di atas (Creswell 1994) menjelaskan sifat studi kasus
sebagai suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan
keutuhan (wholeness) dari obyek, artinya data yang dikumpulkan
dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang
terintegrasi. Tujuan dilakukan studi kasus adalah untuk mengem-
bangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang ber-
sangkutan, berarti studi kasus harus disifatkan sebagai suatu
penelitian yang eksploratif dan deskriptif (Suharsimi 2006).
Menurut (Bogdan 2006) studi kasus merupakan ciri penelitian
yang lebih mudah dibandingkan dua studi lainnya, yaitu studi multi
situs (multi-site studies) atau studi multi subyek (multi-subject studies).
Studi kasus kualitatif memiliki beberapa jenis. Masing-masing memer-
lukan pertimbangan khusus untuk menetapkan apakah dapat diteliti
dan apakah prosedur yang akan digunakan. Menurut (Yin. 1996) jenis
studi kasus dibagi menjadi tiga yaitu studi kasus eksploratoris, des-
kriptif, dan eksplanatoris. Studi kasus bersifat eksploratoris dan
deskriptif digunakan untuk menjawab pertanyaan “apa”,
sedangkan yang bersifat eksplanatoris digunakan untuk
menjawab “bagaimana” dan “mengapa”. Namun demikian, jika
82 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dibandingkan dengan metode-metode lain, studi kasus pada
dasarnya lebih banyak berurusan dengan pertanyaan bagaimana dan
mengapa. Lebih rinci dari jenis penelitian studi kasus menurut
(Norman K. Denzim 2009) diklarifikasikan sebagai berikut.
3. Studi Kasus Sejarah Organisasi
Dalam hal ini studi kasus yang dipusatkan pada perhatian
organisasi tertentu, dan dalam kurun waktu tertentu, dengan
menelusuri perkembangan organisasinya. Studi ini seringkali kurang
memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kurang
mencukupi untuk dikerjakan secara maksimal. Peneliti yang hendak
meneliti studi kasus ini, hendaknya memastikan terlebih dahulu akan
kecukupan bahan di dalam daftar permulaan mengenai orang dan
dokumen sebagai titik awal dan juga rancangan bagi pengumpulan
data peneliti. Sebagai contoh, studi tentang sebuah “sekolah bebas
(free school)” mensyaratkan penelusuran terhadap latar timbulnya,
keadaannya pada tahun pertama, perubahan yang terjadi dalam
kurun waktu tertentu, keadaannya sekarang (masih berjalan atau
ditutup), data-data dapat diperoleh melalui wawancara, observasi
dan dokumentasi.
4. Studi Kasus Observasi
Studi kasus yang mengutamakan teknik pengumpulan
datanya melalui observasi peran serta atau pelibatan (participant
observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi
tertentu atau beberapa segi organisasinya. Bagian-bagian organisasi
yang menjadi fokus studinya antara lain; (a) suatu tempat tertentu
83 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
di dalam organisasi itu (sebuah kelas, ruang dewan guru, kafetaria),
(b) satu kelompok orang khusus (tim basket, tim guru), (c) kegiatan
sekolah (perencanaan kurikulum, kegiatan ekstra, pacaran).
Penggunaan tinjauan sejarah dalam studi ini hanya bersifat
suplementer saja terhadap perhatian yang kontemporer. Bagi
peneliti kasus ini, sebelum memutuskan untuk meneliti sebuah
kelompok, hendaknya harus tahu struktur informal di kelompok yang
akan diteliti. Jumlah kelompok kecil sangat sulit untuk diobservasi
(dua orang berpacaran) dan lebih mudah mengamati kelompok yang
jumlah subyeknya lebih besar. Contoh penelitian kelompok ini
dapat dipelajari dari penelitian (Hasiara 2013) tentang organisasi
informal dan pembuatan keputusan di perguruan tinggi.
5. Studi Kasus Sejarah Hidup
Studi kasus yang mencoba mewawancarai satu orang
dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama. Untuk jenis
wawancara yang dilakukan oleh ahli sejarah disebut sebagai sejarah
lisan (oral history), mereka biasanya mewawancarai orang-orang
terkenal (presiden, menteri, jenderal), sedangkan kepada orang
yang tidak terkenal (buruh, petani) seringkali disebut sejarah
“orang kebanyakan”. Sejarah biasanya menceriterakan (narative)
tentang masa lampau, yang memberikan uraian logis mengenai
suatu proses perkembangan suatu peristiwa atau situasi berdasarkan
akal sehat, imajinasi, keterampilan mengekspresikan diri dalam
bahasa yang teratur, serta pengetahuan fakta yang berkaitan
dengan proses tersebut (Mantja 2008). Wawancara sejarah hidup
84 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang,
dari lahir hingga sekarang, masa remaja, sekolah, topik
persahabatan dan topik tertentu lainnya.
6. Studi Kasus Kemasyarakatan
Studi ini merupakan kajian tentang kasus kemasyara-
katan (community studi) yang dipusatkan pada suatu lingkungan
tetangga atau masyarakat sekitar (komunitas), bukannya pada
satu organisasi tertentu sebagaimana studi kasus organisasi, dan
studi kasus observasi, tetapi model studi kasus kemasyarakatan
ini memiliki kesamaan prinsip dengan kedua model tersebut di atas.
7. Studi Kasus Analisa Situasi
Jenis studi kasus ini mencoba untuk menganalisa situasi
(situasional analysis) terhadap peristiwa atau kejadian tertentu.
Misalnya, terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka
haruslah mempelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait,
mulai siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah,
guru, dan mungkin tokoh kunci lainnya.
8. Mikro Etnografi
Studi ini merupakan jenis penelitian kasus yang dilakukan
pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah
ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada
anak-anak yang sedang belajar menggambar. (Norman K. Denzim
2009) kembali mengingatkan bahwa studi kasus memiliki
kecenderungan deskriptif, tetapi studi kasus memiliki tujuan
dan bentuk yang bermacam-macam, ada yang berbentuk teoritis,
85 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
abstrak dan konkret. Lebih lanjut (Norman K. Denzim 2009)
menjelaskan bahwa jenis-jenis studi kasus di atas merupakan
studi kasus tunggal (single case studies), sebab ada peneliti yang
meneliti dua atau lebih subjek, latar, atau tempat penyimpanan data
yang dikenal dengan studi multi kasus (multi-case studies) yang
juga memiliki berbagai bentuk. Di samping itu terdapat pula jenis
studi kasus perbandingan (comparative-case studies) yang
berusaha membandingkan dan mempertentangkan dua studi kasus
atau lebih.
Klarifikasi tentang tipologi studi kasus yang lain dimunculkan
oleh Guba dan (Norman K. Denzim 2009) berdasarkan tujuan studi
kasus (purpose of the case study) yang meliputi catatan rentetan-
rentetan kejadian (chronicle), membuat (render), mengajar (teach),
dan mentes-test. Sedangkan berdasarkan tingkatan studi kasus
(levels of case study) meliputi dasar fakta (factual), penafsiran
(interpretative), dan evaluasi (evaluative). Pada tingkatan studi
kasus tersebut masing-masing dari fakta, penafsiran dan evaluasi
dibagi lagi pada aksi (action) dan produk (product) sesuai dengan
tujuan dari studi kasus (Norman K. Denzim 2009).
F. SIMPULAN
Berdasarkan materi yang telah disampaikan di atas, maka
peneliti dapat memilih kasus-kasus yang sesuai dengan kehendak
peneliti. Dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara
purposive dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh
86 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program,
proses, dan masyarakat atau unit sosial. Ukuran dan
kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat
diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia.
Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalam
pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalam penelitian
kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi.
Peneliti sebagai instrumen penelitian, dapat menyesuaikan cara
pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta
dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.
Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai
mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-
unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses
mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan
pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis,
kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan
sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah
semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan.
Perbaikan meskipun semua data telah terkumpul, dalam
pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau
penguatan (reinforcment) data baru terhadap kategori yang telah
ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk
kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data
baru tidak dapat dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
87 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara
komunikatif, mudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau
kesatuan sosial secara jelas, sehingga memudahkan pembaca
untuk memahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan
dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan
seseorang atau kelompok. Menyangkut sesuatu yang luar biasa,
yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan dengan
kepentingan nasional dengan batas yang dapat ditentukan dengan
jelas, lengkap, dan ini ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data
yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh
penelitinya dengan baik dan tepat meskipun dihadang oleh
berbagai keterbatasan. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif
jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda. Keempat, studi kasus
mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik
yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak
mendasarkan prinsip selektifitas. Hasilnya ditulis dengan gaya yang
menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca.
88 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
BAB 5
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
PENELITIAN KUALITATIF
A. PENDAHULUAN
Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data
lazimnya menggunakan metode observasi, dokumentasi dan
wawancara. Juga tidak diabaikan kemungkinan menggunakan
sumber-sumber non-manusia (non-human source of information),
seperti dokumen, dan rekaman (record) yang tersedia. Pelak-
sanaan pengumpulan data ini juga melibatkan berbagai aktivitas
pendukung lainnya, seperti menciptakan raport, pemilihan
informan, pencatatan data/informasi hasil pengumpulan data.
Karena itu dalam bagian ini dapat dibahas secara berturut-turut;
Penciptaan raport, pemilihan informan, Pengumpulan data dengan
metode observasi, dokumentasi, wawancara, pengumpulan data dari
sumber non-manusia dan Pencatatan data/informasi hasil
pengumpulan data.
Menurut (Mantja 2008) penciptaan raport ini merupakan
prasyarat yang amat penting. Peneliti tidak akan dapat berharap
untuk memperoleh informasi secara produktif dari informan apabila
tidak tercipta hubungan harmonis yang saling mempercayai antara
pihak peneliti dengan pihak yang diteliti. Terciptanya hubungan
harmonis satu dengan yang lain saling mempercayai, tanpa
89 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
kecurigaan apapun untuk saling membuka diri, merupakan
permasalahan yang berkaitan dengan penciptaan raport. Untuk
mencapai tingkat raport yang membuat informan bisa menjadi
semacam co-researcher (sejawat atau pasangan bagi seorang
peneliti), menurut Faisal, lazimnya ia mengalami proses 4 (empat)
tahap, yaitu; (1) comprehension (2) exploration (3) cooperation, dan
(4) participation (Creswell 1994).
Tahap pertama (coprehension) biasanya ditandai oleh rasa
asing satu dengan yang lain (antara peneliti dengan yang diteliti);
terdapat perasaan bimbang/ragu bahkan kecurigaan antara kedua
belah pihak. Untuk melewati tahap ini peneliti dituntut untuk
mempersering frekuensi kontak personal, menunjukkan rasa
simpatik, minat, dan perhatian terhadap dunia sehari-hari
informan/subjek penelitian. Ia perlu membatasi diri pada penggalian
informasi yang bersifat deskriptif (terbatas mengajukan
pertanyaan-pertanyaan deskriptif), dan perlu menghindari
pemberian kesan/komentar yang bersifat menilai (lebih-lebih yang tidak
sejalan dengan pandangan/pendirian informan/subjek penelitian).
Tahap kedua (exploration) biasanya ditandai oleh upaya
saling uji coba untuk mengenal “siapa” dan “bagaimana” satu
dengan yang lain. Masing - masing saling mendengar,
memperhatikan, dan menguji guna mengenali “identitas/pribadi”
masing-masing, dan untuk menjajaki fisibilitas untuk saling bekerja
sama. Di tahap ini peneliti sudah dapat menjajaki bagaimana minat,
perhatian, dan aspek-aspek permasalahan penelitian yang menjadi
90 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
“dunia” informan. Ia perlu menghindari ketergesaan untuk
memperoleh sebanyak dan secepat mungkin informasi-informasi
yang diperlukan sehingga pada diri informan tidak muncul “rasa
diburu-buru” oleh peneliti. Juga belum waktunya, bagi peneliti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan “berat” yang bisa mengundang
kecurigaan tertentu dari informan.
Tahap ketiga (cooperation) biasanya ditandai oleh munculnya
saling mepercayai satu dengan yang lain, sirna kecurigaan di antara
peneliti-informan, masing-masing telah saling memahami apa yang
menjadi minat dan harapan timbal balik di antara kedua pihak;
mereka sama-sama merasa senang/bergairah dengan kegiatan
wawancara yang berlangsung, dan informan telah menunjukkan sikap
kooperatif dalam membeberkan informasi-informasi yang
diperlukan peneliti. Setelah memasuki tahap ini, peneliti sudah dapat
secara lebih produktif dan terkendali/terarah menggali dan melacak
informasi yang seluas dan sedalam mungkin dari informan.
Tahap keempat (partisipation) biasanya ditandai oleh
kesadaran informan bahwa ia merupakan “guru” peneliti atau “nara
sumber” bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitiannya.
Karenanya, informan tidak lagi hanya merespon pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan peneliti, tetapi juga bersama-sama peneliti
mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan peneliti. Bahkan, ia sudah
ikut serta pula meneliti dan menyarankan langkah-langkah/kegiatan
penelitian di lapangan. Di tingkat seperti itu, informan telah menjadi
“sejawat-meneliti” atau co-resarcher bagi seorang peneliti.
91 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Penelitian kualitatif perlu memperdulikan penciptaan raport,
setidak-tidaknya hingga ke tingkat cooperation, dan idealnya hingga
ke tingkat partisipasi informan (Creswell 1994).
B. PEMILIHAN INFORMAN
Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas
sosial yang bersifat unik, dan kompleks, serta ganda. Padanya
terdapat pola-pola tertentu, namun penuh dengan variasi. Karenanya
kegiatan penelitian harusnya secara sengaja memburu informasi
seluas mungkin ke arah keragaman variasi yang ada. Bila dari
semua variasi yang unik tersebut telah diperoleh informasi yang
maksimal, maka tujuan menelaah mereka telah dapat dikatakan
terpenuhi. Sebab peneliti telah memahami secara baik realitas
yang unik, kompleks dan ganda tersebut. Karena itu konsep
sample dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana
memilih informan (situasi sosial) tertentu?
Pemilihan informan dengan sendirinya perlu dilakukan
secara purposif (bukan secara acak), yaitu atas dasar apa yang
diketahui tentang variasi-variasi yang ada atau elemen-elemen yang
ada dan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dengan kata lain jika
suatu penelitian sudah tidak ada informasi yang dibutuhkan lagi (data
yang diperoleh sudak dianggap cukup) maka peneliti tak perlu
lagi melanjutkannya dengan mencari informasi atau informan
lain (sample baru). Artinya jumlah informan bisa sangat sedikit, tetapi
bisa juga sangat banyak. Itu sangat tergantung pada; (1) pemilihan
92 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
informannya itu sendiri, dan (2) kompleksitas/keragaman fenomena
yang dikaji (pokok masalah penelitian). Jadi yang penting dalam
penelitian kualitatif adalah tuntasnya perolehan informasi bukan
jumlah sample atau informannya. Oleh karena itu, terdapat tiga
tahap yang biasa dilakukan dalam pemilihan sample/informan, yaitu:
(1) pemilihan sampel/informan awal, apakah informan (untuk
diwawancarai) ataukah suatu situasi sosial (untuk diobservasi), (2)
pemilihan informan lanjutan, guna memperluas informasi dan
melacak segenap variasi informasi yang mungkin ada, dan (3)
menghentikan pemilihan informan lanjutan sekiranya sudah tidak
muncul lagi informasi-informsi baru.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Metode Observasi dan Dokumentasi
Observasi dan dokumentasi ini digunakan untuk
mempertahankan kebenaran ilmiah, sebagaimana ditegaskan oleh
(Lukas 2002. ), bahwa; “dasar-dasar pembatasan secara luas diterima
oleh ilmuwan itu sendiri adalah kesaksian empiris, sebuah pernyataan
adalah ilmiah, jika diuji oleh observasi dan eksperimen (Mantja 2008).
Observasi dan dokumentasi dalam suatu penelitian kualitatif
lazimnya berkaitan dengan situasi sosial tertentu. Setiap situasi
sosial setidaknya mempunyai tiga elemen utama, yaitu: (1) lokasi/fisik
tempat suatu situasi sosial itu berlangsung, (2) manusia-manusia
pelaku atau actors yang menduduki status/posisi tertentu dan
memainkan peranan-peranan tertentu, dan (3) kegiatan atau aktivitas
93 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
peran pelaku pada lokasi/ tempat berlangsungnya sesuatu situasi sosial
(Norman K. Denzim 2009). Metode observasi dan dokumentasi ini
digunakan dalam rangka mengumpulkan data yang memberikan
gambaran tentang situasi setempat atau social setting yang menjadi
konteks pembahasan penelitian. Sosial setting diperoleh melalui
observasi dan dokumentasi yaitu melihat data lapangan dan
mendengar informasi dari informan, dan cerita warga setempat.
Metode observasi ini gunakan untuk memperoleh data berupa
apa?. Demikian juga metode dokumentasi, digunakan
untuk memperoleh data-data berupa apa? Relevansi peng-
gunaan metode observasi dan dokumentasi dengan permasa-
lahan adalah, dalam rangka peneliti memperoleh data pelengkap,
metode observasi dan dokumentasi ini digunakan juga untuk
mencocokkan beberapa informasi dengan data yang ada di
lapangan. Catatan: sebagaimana uraian pada metode wawancara
tersebut di atas, maka penjelasan tentang metode observasi dan
dokumentasi juga disebutkan macam-macamnya dan mana yang
akan dipakai atau digunakan, langkah-langkah selanjutnya yang lebih
relevan.
2. Metode Wawancara Mendalam
Penelitian kualitatif biasanya digunakan metode pengumpulan
data wawancara mendalam sebagai metode utama, dengan alasan; (1)
dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang ada
pada kasat mata diketahui atau dialami oleh subjek penelitian),
tetapi juga apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian
94 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
(explicit knowledge) maupun tacit knowledge (2) apa yang
ditanyakan oleh informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat
lintas-waktu yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan
juga masa yang akan datang. Ada beberpa jenis wawancara
antara lain; (1) wawancara tak terstruktur (unstructured
interview), (2) wawancara secara terus terang (overted
interview), (3) wawancara yang menempatkan informan sebagai
sejawat (viewing one another aspeers). jenis wawancara mana
yang akan digunakan? tentukan dan beri penjelasannya serta
alasannya mengapa memilih jenis wawancara tersebut.
Selajutnya yang perlu diperhatikan berikutnya adalah langkah-langkah
wawancara, antara lain; (1) menetapkan siapa yang hendak
diwawancarai sebutkan status sosialnya (bukan namanya) (2)
menyiapkan pokok-pokok masalah (pertanyaan) (3) mengawali alur
pembicaraan (4) melangsungkan arus/alur wawancara (5)
mengkorfirmasikan dan mengakhiri wawancara (6) menuliskan hasil
wawancara (7) mengidentifikasi tindak lanjut dan analisis sementara.
Dalam hal jenis-jenis pertanyaan wawancara meneliti bisa
menggunakan antara lain: (1) pertanyaan deskriptif (2)
pertanyaan structural (3) pertanyaan kontras, jenis pertanyaan
wawancara mana yang akan digunakan oleh peneliti? Sebutkan dan beri
penjelasan secukupnya, dan apa alasan saudara memilih jenis
pertanyaan wawancara tersebut, jelaskan ! Catatan: dengan metode
wawancara ini yang lebih penting adalah "data apa saja yang akan
diperoleh dengan menggunakan metode wawancara, sebutkan"
95 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Dalam wawancara ini peneliti melakukan wawancara
mendalam dengan subjek penelitian dengan alasan karena
penelitian ini ingin memperoleh realitas senyatanya (emicfactors),
karena itu peneliti harus memperoleh data langsung dari subjek
penelitian agar diperoleh data yang benar dan bisa dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Hasil dari wawancara mendalam tersebut
kemudian berikutnya dilakukan transkripsi, dan pemahaman agar
ada kejelasan perbedaan antara bahasa sehari-hari dengan bahasa
literatur sehingga dapat diperoleh bahasa ilmiah yang tepat.
Dalam pelaksanaanya, peneliti menyampaikan beberapa pertanyaan
kepada informan penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pokok masalah yang dirumuskan pada bab terdahulu.
Dalam proses pengumpulan informasi (data) ini,
kemungkinan dapat terjadi bias-bias peneliti, seperti dinyatakan oleh
(Norman K. Denzim 2009), terdapat sedikitnya dua hal yang
mengharuskan agar peneliti bersifat hati-hati, yaitu; (1) peneliti bisa
kehilangan sensitifitas terhadap aktifitas sehari-hari karena sedemikian
jauh peneliti going-along, sehingga berbagai aktifitas subyek penelitian
dapat ditebak sebelumnya, sehingga peneliti dapat dibuat untuk tidak
tertarik atau bosan, dan mengakibatkan kemampuan melihat,
mencatat dan merekam secara detail fenomena subjek penelitian
menjadi tumpul, (2) peneliti kehilangan objektivitas terhadap setting,
karena bisa jadi peneliti terikat dengan kelompok tertentu, yang bisa
berakibat netralitas sebagai kolektor bahan empirik tidak
terpenuhi (Norman K. Denzim 2009).
96 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Posisi peneliti seperti diilustrasikan di atas, dapat
menimbulkan bias kepentingan maupun bias nilai. Oleh karena itu,
agar bisa tetap menghasilkan penelitian yang trans ferbal, maka dijaga
dari kemungkinan pengungkapan makna yang tidak sesuai realitas
senyatanya, maka dalam hal ini perlu dilakukan triangulasi sebagai
peneliti (investigator triangulation). Dalam hal ini, peneliti
menempuh langkah penarikan diri. Pada saat-saat tertentu yang lain,
peneliti bisa meneruskan penelitiannya dengan selalu menjaga agar
tidak terjadi bias kedua dan seterusnya.
D. TEKNIK ANALISIS DATA
Pada tahap analisis data, ini menurut (Mantja 2008),
sebagaimana dikemukakan juga oleh pemikir fenomenologi,
menyatakan bahwa peristiwa sejarah dapat dipahami dalam tiga
proses yaitu: (1) memahami sudut pandang atau gagasan para
pelaku asli; (2) memahami arti atau makna kegiatan-kegiatan
mereka pada hal-hal yang secara langsung berhubungan dengan
peristiwa sejarah; dan (3) menilai peristiwa-peristiwa tersebut
berdasarkan gagasan yang berlaku pada saat sejarawan itu hidup.
Proses (1) dan (2) merupakan fist order understanding, yakni
interpretasi subyek penelitian, sedangkan nomor 3 merupakan
second order understanding, yakni interpretasi peneliti terhadap
interpretasi subjek penelitian atau informan.
Perspektif fenomenologi untuk memperoleh first order
underdstanding.
97 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Misalnya penelitian tentang Mobiltas Penduduk yang berjudul
“Boro: Mobilitas Penduduk Masyarakat Daerah Tertentu (Suatu
Pendekatan Fenomenologis). Studi ini menganalisis boro sebagai
mobilitas penduduk dan gejala sosial terutama menyangkut proses
boro dan makna boro. Permasalahan utama yang menjadi fokus
penelitian ini adalah.
1. Bagaimana struktur masyarakat desa di desa penlitian?
2. Siapakah pelaku boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial
di desa Tegalombo? mengapa mereka melakukan boro, faktor apa
saja yang menjadi konteks konstruksi sosial para pelaku boro,
apakah faktor ekonomi (materi) yang menjadi faktor utama
mereka melakukan boro, seperti dinyatakan Lee, bahwa motif
ekonomi merupakan dorongan utama orang bermigrasi, apa-
kah ada faktor lain (non ekonomi/non materi) yang cukup penting
berpangaruh terhadap tindakan mereka melakukan boro?
bagaimana pelaku boro masyarakat desa Tegalombo mengkons-
truksi alasan yang mendasari tindakan mereka melakukan boro,
atau bagaimana alasan yang mendasari tindakan mereka melakukan
boro?
3. Bagaimana konstruksi sosial proses boro sebagai mobilitas
penduduk dan gej ala sosial, bagaimana keterkaitan antara proses
boro itu dengan kesadaran jaringan sosial, dan bagaimana pula
keterkaitan antara proses boro dengan jaminan sosial seperti
jaminan keamanan, kesehatan terhadap keluarga (istri dan anak--
anak) yang ditinggalkan?
98 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
4. Bagaimana makna boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial
bagi pelaku boro itu sendiri atau bagaimana konstruksi sosial
makna boro oleh pelaku boro?
5. Dan kemudian bagaiman memodifikasi teori migrasi kuantitatif
Everett S. Lee yang hanya dilihat sebagai realitas objektif
menjadi teori migrasi kualitatif dilihat sebagai realitas subjektif?.
Pertama, meminta peneliti aliran ini untuk menanyakan kepada
pihak yang diteliti guna mendapatkan penjelasan yang benar terkait
dengan pokok permasalahan penelitian (tentang boro), Kedua,
informasi-informasi tentang boro itu belum cukup bagi peneliti,
maka selanjutnya peneliti harus menanyakan lebih lanjut; (1)
bagaimana pelaku boro mengkonstruksikan alasan yang mendasari
tindakan mereka melakukan boro? (2) bagaimana konstruksi
sosial proses boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial,
apakah ada keterkaitan antara proses boro itu dengan kesa-
daran akan jaringan sosial, apakah juga ada keterkaitan antara
proses boro dengan jaminan sosial seperti jaminan keamanan,
kesehatan terhadap keluarga (istri dan anak-anak) yang ditinggalkan?
dan (3) bagaimana konstruksi sosial makna boro sebagai mobilitas
penduduk dan gejala sosial bagi pelaku boro itu sendiri?
First order underdstanding, jika pihak yang diteliti itu
menyatakan, boro demi anak-anak, maka informasi tersebut belum
cukup bagi peneliti. Peneliti harus menanyakan kembali bagaimana
ia boro demi anak-anak, mengapa boro demi anak-anak dan
bagaimana maknanya boro demi anak-anak. Begitu juga informasi
99 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dari informan bahwa boro ingin mencari pengalaman/ilmu, boro
ingin merubah nasib. Informasi-informasi itu belum cukup bagi
peneliti, maka berikutnya peneliti harus menanyakan kembali,
bagaimana ia melakukan boro? mengapa melakukan boro? Apa
yang mendorong melakukan boro? bagaimana makna boro bagi
mereka? bagaimana konstruksi sosial proses dan makna boro sebagai
mobilitas boro dan gejala sosial bagi pelaku boro itu sendiri?
Beberapa pertanyaan di atas perlu disampaikan untuk memperoleh
informasi tentang fenomena boro yang dilihat sebagai realitas
subjektif. Informasi seperti inilah yang disebut eksternalisasi menurut
pandangan Berger.
Ketiga, informasi-informasi itu belum cukup untuk
menjawab permasalahan penelitian, kemudian peneliti
berkewajiban untuk melakukan rekonstruksi dan interpretasi agar
informasi yang satu dapat dijelaskan dalam pertaliannya dengan
informasi yang lain, sehingga dapat diperoleh suatu makna yang baru
(tidak merubah makna interpretasi informan). Makna yang baru inilah
yang disebut second order understanding.
Analisis data di Lapangan bersama dengan Proses
Pengumpulan Data. Teknis analisis data tersebut dilakukan di
lapangan atau bahkan bersamaan dengan proses pengumpulan data
dan sesudahnya. Menurut (A. Chaedar 2011) ada dua hal yang
penting dalam analisis tersebut; Pertama, analisis data yang
muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu
mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi,
100 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
wawancara, intisari dokumen, pita rekaman), dan yang biasanya
“diproses” kira-kira sebelum digunakan (melalui pencatatan,
pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis, tetapi analisis ini tetap
menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang
diperlukan. Kedua, analisis ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan yaitu; (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3)
penarikan kesimpulan/verifikasi (A. Chaedar 2011).
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi
data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Contoh. Penelitian mobilitas penduduk “boro” dalam hal ini
peneliti ingin mencatat hasil wawancara dengan informan berkaitan
dengan struktur masyarakat, siapa pelaku boro, bagaimana proses
boro, dan apa makna boro, bagaimana makna boro bagi pelaku boro
itu sendiri? bagaimana maknanya, boro demi anak-anak? bagaimana
maknanya, boro mencari ilmu? Bagaimana maknanya, boro
meningkatkan status sosial seseorang di desanya? Bagaimana
maknanya boro merubah nasib? Bagaimana efek boro terhadap
lingkungan, tenaga kerja, dan kehidupan masyarakat? bagaimana
pelaku boro mengkonstruksikan alasan yang mendasari tindakan
mereka melakukan boro? bagaimana konstruksi sosial proses boro
sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial ? apakah ada
keterkaitan antara proses boro itu dengan kesadaran akan jaringan
sosial ? apakah juga ada keterkaitan antara proses boro dengan
jaminan sosial seperti jaminan keamanan, kesehatan terhadap
101 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
keluarga (istri dan anak-anak) yang ditinggalkan? dan bagaimana
konstruksi sosial makna boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala
sosial bagi pelaku boro itu sendiri?
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis data adalah
penyajian data. Penyajian data di sini sebagai sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Penyajian data ini berbentuk teks naratif,
teks dalam bentuk catatan-catatan hasil wawancara dengan informan
penelitian sebagai informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan tentang fenomena boro tersebut di atas.
Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik
kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data,
seseorang penganalisis (peneliti) mulai mencari makna boro dan
prosesnya. Dengan demikian, aktifitas analisis merupakan proses
interaksi antara ketiga langkah analisis data tersebut, dan merupakan
proses siklus sampai kegiatan penelitian selesai.
E. KEABSAHAN DATA
Kesalahan data berarti dapat dipastikan menghasilkan
kesalahan hasil penelitian. Karena begitu pentingnya data dalam
penelitian kualitatif, maka keabsahan data perlu diperoleh melalui
teknik pemeriksaan keabsahan, seperti disarankan oleh Lincoln dan
Guba, keabsahan data meliputi: (1) kredibilitas (credibility), (2)
102 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
transferabilitas (transferability), (3) dependabilitas (dependability),
(4) konfirmabilitas (confirmability) (Norman K. Denzim 2009).
Adapun penerapannya dalam praktek adalah bahwa untuk
memenuhi nilai kebenaran penelitian yang berkaitan dengan
fenomena, maka hasil penelitian ini harus dapat dipercaya oleh
semua pembaca, bahwa informan kunci secara kritis, maka paling
tidak ada beberapa teknik yang diajukan, yaitu:
Kriteria pertama, perpanjangan kehadiran peneliti, dalam
hal ini peneliti memperpanjang waktu di dalam mencari data
lapangan, mengadakan wawancara mendalam kepada (Sudarna)
sebagai perintis boro dan kepada pelaku boro yang lain tidak hanya
dilakukan satu kali, tetapi peneliti lakukan berulang kali, berhari-hari,
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Hal ini peneliti lakukan
dengan tujuan untuk memperoleh data yang benar, oleh karena itu
perlu diadakan ceking data sampai mendapatkan data yang benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Selanjutnya harus dilakukan pengamatan secara terus-
menerus termasuk kegiatan pengecekkan data melalui informan
lain untuk menanyakan kebenaran informasi dari Sudarna tersebut
dan data yang lain yang penting. Dan kemudian data yang benar
tersebut dilakukan triangulasi. Kebenaran data juga bisa diuji melalui
diskusi dengan teman-teman sejawat, diskusi ini di samping sebagai
koreksi terhadap kebenaran data yang merupakan hasil dari
interpretasi informan penelitian juga untuk mencari kebenaran
bahasa ilmiah dalam interpretasi terhadap interpretasi tersebut.
103 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Kemudian dilakukan analisis kasus negatif, pengecekan atas
cakupan referensi, dan pengecekan informan.
Kriteria kedua, untuk memenuhi kriteria bahwa; hasil
penelitian yang berkaitan dengan fenomena baru yang dilihat
sebagai realitas subjektif dari perspektif fenomenologi, dapat
diaplikasikan atau ditransfer kepada konteks atau setting lain yang
memiliki tipologi yang sama. Kriteria ketiga, digunakan untuk menilai
apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak, dengan
melakukan evaluasi apakah si peneliti sudah cukup hati-hati dalam
mencari data, terjadi bias atau tidak? apakah membuat kesalahan
dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitian-nya,
pengumpulan data dan, penginterpretasiannya.
Sedangkan kriteria keempat, untuk menilai mutu tidaknya
hasil penelitian, jika dependabilitas digunakan untuk menilai
kualitas dari proses yang ditempuh oleh peneliti, maka
konfirmabilitas digunakan untuk menilai kualitas hasil penelitian
itu sendiri, dengan tekanan pertanyaan apakah data dan
informasi, serta interpretasi dan lainnya didukung oleh materi yang
cukup.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas, maka
simpulan yang dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Penelitian kualitatif pengumpulan data lazimnya meng-
104 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
gunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara. Juga tidak
diabaikan kemungkinan menggunakan sumber-sumber non-
manusia (non-human source of information), seperti dokumen,
dan rekaman (record) yang tersedia. Pelaksanaan pengum-
pulan data ini juga melibatkan berbagai aktivitas pendukung
lainnya, seperti menciptakan raport, pemilihan informan,
pencatatan data, informasi hasil pengumpulan data. Karena itu
dalam bagian ini dapat dibahas secara berturut-turut;
Penciptaan raport, Pemilihan informan, Pengumpulan data
dengan metode observasi, dokumentasi, wawancara, Pengum-
pulan data dari sumber non-manusia dan Pencatatan
data/informasi hasil pengumpulan data.
2. Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas sosial
yang bersifat unik, dan kompleks, serta ganda.
3. Pemilihan informan dengan sendirinya perlu dilakukan
secara purposif (bukan secara acak), yaitu atas dasar apa
yang diketahui tentang variasi-variasi yang ada atau elemen-
elemen yang ada dan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
4. Observasi dan dokumentasi ini digunakan untuk
mempertahankan kebenaran ilmiah.
5. Penelitian kualitatif biasanya digunakan metode pengumpulan
data wawancara mendalam sebagai metode utama, dengan
alasan; (1) dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja
apa yang ada pada kasat mata diketahui atau dialami oleh
subjek penelitian), tetapi juga apa yang tersembunyi jauh di
105 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dalam diri subjek penelitian (explicit knowledge) maupun tacit
knowledge, (2) apa yang ditanyakan oleh informan bisa
mencakup hal-hal yang bersifat lintas-waktu yang berkaitan
dengan masa lampau, masa sekarang, dan juga masa yang akan
datang.
6. Analisis data di Lapangan bersama dengan Proses
Pengumpulan Data. Teknis analisis data tersebut dilakukan di
lapangan atau bahkan bersamaan dengan proses pengumpulan
data dan sesudahnya. Menurut (A. Chaedar 2011) ada dua hal
yang penting dalam analisis tersebut; Pertama, analisis data
yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka.
Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara
(observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman), dan yang
biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan (melalui
pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis, tetapi
analisis ini tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun
ke dalam teks yang diperlukan. Kedua, analisis ini terdiri dari tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu; (1) reduksi
data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan dan
verifikasi.
7. Penerapannya dalam praktek adalah bahwa untuk memenuhi
nilai kebenaran penelitian yang berkaitan dengan
fenomena, maka hasil penelitian ini harus dapat dipercaya oleh
semua pembaca dan dari informan sebagai informan secara
kritis, maka paling tidak ada beberapa teknik yang diajukan,
106 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
yaitu minimal ada perpanjangan kehadiran peneliti, dalam hal
ini peneliti memperpanjang waktu di dalam mencari data
lapangan, mengadakan wawancara mendalam kepada
(Sudarna) sebagai perintis boro dan kepada pelaku boro yang
lain tidak hanya dilakukan satu kali, tetapi peneliti lakukan
berulang kali, berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-
bulan
BAB 6
PENDAHULUAN PADA PENDEKATAN KUANTITATIF
A. PENDAHULUAN
Bab 6 dalam buku ini, sebatas pembeda dengan pencantuman
Bab 1, yang ada dalam buku ini. Untuk memberi pemahaman bagi para
pembaca yang budiman, perlu dipahami dengan baik, bahwa penulisan
buku ini, jika diterjemahkan dalam penelitian benaran/sesungguhnya,
107 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
maka Bab 6, merupakan bab 1 dalam penelitian yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik, sehingga tidak
salah kaprah untuk penulisan kariya tulis yang sesungguhnya. Bab 6,
dalam buku ini dibagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu. (6.1)
Latar Belakang, (6.2) Rumusan Masalah, (6.3) Tujuan Penelitian. (6.4)
Kontribusi/Manfaat Penelitian. Judul Penelitian ini adalah.“Strategi
Manajemen Pemerintah Daerah dalam Mencapai Opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) di Kalimantan Timur-Indonesia”. Judul di atas
dapat dijadikan contoh sampai selesai pembahasan isi buku Metode
Penelitian ini.
B. LATAR BELAKANG
Proposal ini dibuat setelah mengidentifikasi masalah yang
dihadapi. Kemudian dari masalah tersebut munculah indikator-
indikator (Sugiyono 2009); (Jogiyanto 2011); (Singgih 2012); dan (La
Ode Hasiara 2017). Selanjutnya indikator tersebut menjadi item-item
dalam pernyataan penelitian berupa kuesioner. Dari kuesioner ter-
sebut dilakukan uji validitas dan uji reliabitas dalam skala kecil. Jika
hasil uji valid dan reliabel adalah baik, maka proposal tersebut layak
untuk dilanjutkan, untuk meyakinkan pembaca sebaiknya hasil uji
dicantumkan dalam lampiran, hal ini bertujuan untuk meyakinkan
pembaca. Selanjutnya (Jogiyanto 2011); (Haryadi Sarjono 2011); dan
(La Ode Hasiara 2017) menyatakan bahwa uji validitas dan reliabilitas
berfungsi sebagai paylot project bisa tidaknya proyek penelitian
dilakukan. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas dengan skala
108 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
kecil, menunjukkan bahwa proyek penelitian tersebut layak untuk
dilakukan atau diteruskan.
Beberapa kajian empiris, (Suwandi 2013); (Corner 2013);
(Kalbers 2009); dan kembali (Kalbers 2009); Opini BPK (2016); dan (La
Ode Hasiara 2017) menjelaskan bahwa rencana nasional menargetkan
laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2014 yang akan dicapai
di tahun 2015 harus mendapat opini WTP hasil pemeriksaan BPK
sebanyak 60%. Namun untuk mencapai target tersebut mengalami
kesulitan dan kendala. Kendala pemerintah daerah di Indonesia belum
memiliki strategi yang baik untuk mencapai WTP tersebut (Subadi
2008). Sementara (Suwandi 2013) yang menyatakan bahwa dalam
pengelolaan akuntansi keuangan daerah di Indonesia harus memiiliki
strategi pengelolaan keuangan daerah. Hal yang sama, juga
disampaikan (Soeradi, Tinangon et al. 2018) menyatakan bahwa
kelemahan mendasar pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah
terletak pada sistem dan prosedur yang masih lemah.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan judul di atas, maka masalah yang muncul dalam
penelitian ini, setelah dilakukan identifikasi masalah. Setelah dilakukan
identifikasi masalah, maka masalah tersebut menjadi variabel. Dan
variabel tersebut menjadi indikator dalam menyelesaikan masalah.
Para pembaca yang budiman masalah inilah yang perlu diselesaikan
sampai pada bab pembahasan, dan dihubungkan dengan hipotesis
sebagai dugaan sementara. Dan dugaan sementara inilah, yang harus
109 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dilakukan pengujian setelah peneliti mendapatkan data lapangan. Hasil
pengujian ini dapat ditempatkan pada bab pembahasan, dan
direlevasikan dengan simpulan dan saran sebagai jawaban akhir dari
sebuah proses penelitian ilmiah. Berdasarkan judul penelitian ini, dan
indikator sebagai variabel dalam merumuskan masalah, masalah yang
harus diselesaikan sampai tuntas adalah.
1. Apakah ada pengaruh (KOPD/X1) terhadap WTP atas pengelolaan
akuntansi keuangan pemerintah daerah provinsi Kalimantan
Timur.
2. Apakah ada pengaruh (KAOPD/X2) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah provinsi
Kalimantan Timur.
3. Apakah ada pengaruh (SAOPD/X3) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah provinsi
Kalimantan Timur.
4. Apakah ada pengaruh (PAOPD/X4) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah provinsi
Kalimantan Timur.
5. Apakah ada pengaruh (SPIOPD/X5) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah provinsi
Kalimantan Timur.
6. Apakah ada pengaruh (SPIOPD/X6) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah provinsi
Kalimantan Timur.
110 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
7. Apakah ada pengaruh (PUAOPD/X7) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah provinsi
Kalimantan Timur.
8. Apakah ada pengaruh (TIOPD/X8) terhadap WTP atas pengelolaan
akuntansi keuangan pemerintah daerah provinsi Kalimantan
Timur.
9. Apakah ada pengaruh (M&EOPD/X9) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah provinsi
Kalimantan Timur.
10. Apakah secara bersama-sama variabel (X1) s.d. (X9) berpengaruh
terhadap WTP atas pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah
daerah di provinsi Kalimantan Timur.
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis strategi apa yang tepat
diterapkan manajemen pemerintah daerah agar mencapai Wajar
Tanpa Pengecualian(WTP). Berdasarkan pada rumusan masalah
tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah.
a. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh (KOPD/X1) terhadap
WTP atas pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
111 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
b. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh (KAOPD/X2) terhadap
WTP atas pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
c. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh (SAOPD/X3) terhadap
WTP atas pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
d. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh (PAOPD/X4) terhadap
WTP atas pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
e. Apakah ada pengaruh (SPIOPD/X5) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah provinsi
Kalimantan Timur.
f. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh (SPIOPD/X6) terhadap
WTP atas pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
g. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh (PUAOPD/X7) terhadap
WTP atas pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
h. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh (TIOPD/X8) terhadap
WTP atas pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
i. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh (M&EOPD/X9)
terhadap WTP atas pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah
daerah provinsi Kalimantan Timur.
112 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
j. Untuk mengetahui dan menguji apakah secara bersama-sama
variabel (X1) sampai dengan (X9) berpengaruh terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah di provinsi
Kalimantan Timur.
E. PENERAPAN HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini diterapkan pada daerah kabupaten/kota
yang belum mendapat Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Pene-
litian akan dilakukan dalam tiga tahun, maka tahun pertama akan
dilakukan pada daerah kabupaten/kota yang telah mendapat Opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Dan tahun kedua akan dilakukan
pada daerah kabupaten/kota yang belum mendapat Opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP). Tahun ketiga akan mensosialisasikan hasil
penelitian yang mendapat Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) ke-
pada daerah kab/kota yang belum mendapat Opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Namun pendekatan yang digunakan antara tahun
pertama, dan kedua berbeda. Pada tahun ketiga akan meng-
implementasikan hasil temuan tahun pertama dan tahun kedua. Peng-
implementasian dilakukan setelah memadukan hasil temuan metode
penelitian kuantitatif dengan hasil temuan penelitian pendekatan
kualitatif dengan menggunakan diagram fishbone/tulang ikan
(Murnawan 2016); (Kusnadi 2011); (Fishbone 2012); (Fatimah and
Nellyaningsih 2017) perlu dipahami bahwa penulisan dengan topik
penerapan hasil kegiatan, kalimat ini dipakai jika penelitian yang
sedang dan akan dilakukan menggunakan dana pemerintah
113 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
(Menristekdikti). Alasan utama menggunakan diagram tulang dalam
sebuah penelitian, itu menunjukkan bahwa penelitian tersebut dapat
menggunakan berbagai model yang dapat digunakan untuk
melengkapi kelemahan-kelemahan yang ada dalam penelitian
sebelumnya, sehingga peneliti yang menggunakan diagram tulang
ikan, itu dimaksudkan untuk melengkapi pada semua elemen yang
dianggap masih kurang, itu pertama, dan yang kedua adalah memang
harus banyak unsur yang harus dilibatkan untuk melengkapi
kelemahaman-kelamahan yang muncul selama ini.
F. LUARAN YANG DITARGETKAN
Adapun luaran wajib dan tambahan yang ditargetkan dalam
penelitian adalah sebagai berikut: (1) termuatnya artikel ilmiah dalam
jurnal internasional bereputasi/jurnal nasional terakreditasi, (2)
termuatnya artikel ilmiah dalam proseding/jurnal nasional, (3) tercip-
tanya Hak Kekayaan Intelektual berupa Hak Cipta, (4) tercipatanya
rekayasa sosial sebagai buku pedoman bagi aparatur untuk
menjalankan tata kelola keuangan daerah, (5) tersedianya buku
ajar/buku referensi ber-ISBN, seperti: buku audit/buku akuntansi ke-
uangan pemerintah daerah/dan tersedianya rekayasa sosial dalam
bentuk buku petunjuk bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan
akuntansi keuangan pemerintah daerah. Menristek menganjurkan
kepada para peneliti mulai tahun (2015-2019) semua luaran riset
harus dipublikasikan dalam jurnal intenasional. Pencantuman dengan
kalimat luaran yang ditargetkan, juga merupakan persyaratan yang
114 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
harus dipenuhi oleh peneliti, jika peneltian tersebut menggunakan
dana pemerintah (Menristekdikti). Penelitian merupakan penelitian
yang berskala nasional, dalam penelitian ini secara kelembagaan diakui
walaupun pengakuan itu tidak tersurat, buktinya peneliti yang lolos
dalam skala nasional tidak diperkenankan melakukan penelitian lokal
(Kampus) dana yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP). Kritis yang kami sampaikan bahwa kebijakan di atas tidak
benar, karena ini bukan sebuah kebijakan, melainkan penghakiman
terhadap mereka yang memiliki semangat. Kondisi demikian
dilontarkan, karena tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk
melakukan hukum yang tidak tersurat. Kondisi seperti ini sifatnya,
bukan kebijakan, tetapi mematikan semangat mereka memiliki
semangat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang bersifat
inovatif.
G. KONTRIBUSI PADA ILMU PENGETAHUAN
Kontribusi pada ilmu pengetahuan cukup baik, karena jika
penelitian ini lolos dalam seleksi, maka akan memiliki beberapa
manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, misalnya
terciptanya buku ajar/buku referensi yang ber-ISBN, jurnal, Hak Cipta,
dan rekayasa sosial, seperti yang telah dikemukakan di atas. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada rencana capaian tahunan sesuai
dengan target dan waktu penyelesaian kegiatan ini, maka rencana
capaian tahunan dapat dilihat pada Tabel 6.1.
115 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Tabel 6. 1 Daftar Kontribusi pada Ilmu Pengetahuan
No
Kategori
Jenis Luaran Indicator
Capaian
Sub Kategori Wajib Tambahan TS1) ST+1 ST+2
Internasional
bereputasi atau
√
-
-
√
√
Nasional
terakreditasi
-
√
-
√
√
116 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
2
Artikel ilmiah dimuat di
Proseding 3)
Internasional
terindeks atau
√
-
√
√
-
Nasional - √ √ √ -
Internasional
atau
-
√
√
Nasional - √ √ √ -
4 Visiting Lecture 5) Internasional - √ √ √ -
Hak Cipta √ - - √ √
Indikasi
geografis
-
-
-
-
-
6 Rekayasa Sosial √ - - - √
7 Buku Ajar (ISBN) atau Buku Referensi (ISBN) √ - - √ √
8 Tingkat Kesiapan Teknologi √ - - √ √
Sumber: pedoman Penelitian Edisi XI Tahun 2017.
Berdasarkan Tabel 6.1 di atas menggambarkan capaian
tahunan sesuai dengan target dan waktu penyelesaian kegiatan, maka
rencana capaian tahunan dapat dijelaskan. Pertama, Artikel ilmiah
yang akan dimuat di jurnal internasional bereputasi atau jurnal
nasional terakreditas, itu direncanakan terbit pada bulan November
2019, atau bulan Juli 2020. Kedua, Artikel ilmiah yang akan dimuat di
proseding rencananya akan terbit pada bulan November 2018 di
Semarang, nama kegiatannya “Seminar Nasional Terapan Riset
Inovatif”, atau jurnal nasional berbasis e-jurnal nama jurnalnya adalah
“Jurnal Of Applied Managerial Accounting Polibatam”, atau Jurnal
Akuntansi, Ekonomi dan Bisnis Polibatam”, itu rencananya akan terbit
di tahun 2018, atau tahun 2019. Ketiga, Invited Speaker dalam temu
ilmiah internasional direncanakan tahun 2018/2019, atau nasional
117 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
bulan Mei 2018 di Pontianak, nama kegiatannya adalah “Simposium
Akuntansi Nasional Vokasi (SNAV-VIII), Keempat, Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) berupa hak Cipta direncanakan bersamaan dengan
diterbitkannya Buku Ajar (ISBN) atau Buku Referensi (ISBN) tahun
2019/2020. Kelima, Rekayasa Sosial direncanakan akan disosialisasikan
pada tahun 2019/2020, ini merupakan salah satu bentuk kontak
perjanjian awal. Ungkapan ini bukan sekadar ungkapan, tetapi
memiliki dampak sosial dan moral, jika tidak terlaksana dikemudian
hari.
H. SIMPULAN
Simpulan yang dimuat dalam bab ini adalah sebatas materi yang
masuk dalam bab 6 dalam buku ini, dan penulis menyimpulkan bahwa
simpulan yang ada pada bab 6 hanya garis-garis besarnya saja, yaitu
sebagai berikut.
1. Bab 3.1, dalam penelitian yang sesungguhnya, itu memuat
beberapa hal yang memerlukan tampilan yang dapat memberikan
keyakinan kepada beberapa pihak yang menaruh minat pada bab
1. Para penaruh minat terhadap bab 1, adalah kalau mahasiswa
yang akan menyelesaikan kuliah dan berkaitan dengan tugas akhir,
skripsi, tesis, dan disertasi maka yang menaruh minat dengan Latar
Belakang Masalah adalah pembimbing atau promotor. Tetapi, jika
yang menaruh minat terhadap Latar Belakang adalah pemberi
dana atau yang membiayai Penelitian tersebut, maka Latar
Belakang harus banyak membahas hal-hal yang bersifat empiris,
118 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
sehingga para pemberi dana dapat meloloskan judul yang
berkaitan dengan Latar Belakang yang Anda cantumkan pada bab 1
di atas. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik,
sehingga tidak salah kaprah untuk penulisan karya tulis yang
sesungguhnya ada di Bab 1, dalam karya tulis yang sesungguhnya.
2. Bab 2.2 Rumusan Masalah yang Anda kemukakan dalam bab 1,
juga tidak boleh bertolak belakang dengan Latar Belakang yang
telah Anda Tulis, Rumusan Masalah yang baik dalam sebuah karya
ilmiah adalah Rumusan Masalah yang terkait dengan topik yang
dipilih oleh peneliti yang bersangkutan, dan Rumusan Masalah
yang baik penulis Rekomendasikan kepada penelitian mendatang
adalah peneliti yang mampu menggali atau mengidentifikasi semua
masalah yang akan dibahas dalam penelitian, dan dilakukan oleh
peneliti tersebut, sehingga hasil penelitian mampu menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi pemerintah (negara) atau
perusahaan dalam kegiatan operasional sehari-hari.
3. Bab 3.3 Tujuan Penelitian yang baik hendaknya ada benang merah
antara Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah dan Tujuan
Penelitian yang akan diteliti oleh para peneliti tersebut, hendaknya
ada keterkaitan yang jelas, sehingga dapat memberikan keyakinan
kepada siapa mereka akan memberikan dana tentu kepada Anda.
4. Bab 3.4. Kontribusi/Manfaat Penelitian, ini suatu pernyataan yang
sangat mendasar dan krusial. Judul Penelitian ini adalah. “Strategi
Manajemen Pemerintah Daerah Daerah dalam Mencapai Opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di Kalimantan Timur Indonesia”.
119 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Judul di atas dapat dijadikan. Contoh sampai selesai pembahasan
isi buku Metode Penelitian ini.
120 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
BAB 7
KAJIAN TEORETIK VERSI KUANTITATIF
A. PENDAHULUAN
Bab 7 dalam buku ini, sebatas pembeda dengan pencantuman
Bab 6, yang ada dalam buku ini. Untuk memberi pemahaman memadai
bagi para pembaca yang budiman, perlu dipahami dengan baik, bahwa
penulisan buku ini, jika diterjemahkan dalam penelitian yang
sesungguhnya, maka Bab 6 dalam buku ini, merupakan isi bab 6 dalam
penelitian yang sesungguhnya. Oleh karena itu, pemahaman yang baik
sangat diperlukan, sehingga tidak salah paham untuk penulisan yang
sesungguhnya. Bab 7, dalam buku ini dibagi menjadi beberapa bagian
utama, yaitu. (A) Pengertian Wajar Tanpa Pengecualaian. (B) Kajian
Teoretis (Cara Pertama), yang dibagi menjadi beberapa variabel, yaitu
(Y) sebagai variabel dependen, dan (X1), (X2), (X3), (X4), (X5), (X6),
(X7), (X8), (X9) sebagai variabel independen. (C) Tujuan Penelitian. (D)
Kontribusi/Manfaat Penelitian
Strategi merupakan cara/teknik/taktik yang dilakukan oleh
manajemen untuk mencapai tujuan tertentu (Setyawati 2018); dan
(Teri and Darmawan 2017). Selanjutnya (Salomon, Ahmad et al. 2017)
menyatakan bahwa Strategi adalah teknik/metode yang dilakukan
seorang manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan
(Astuti 2018) menyatakan bahwa strategi memperoleh opini wajar
tanpa pengecualian hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
121 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
(BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) harus
ditingkatkan.
B. PENGERTIAN WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP)
Pendapat Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) merupakan
pendapat yang terbaik atas laporan suatu entitas. Laporan entitas yang
disampaikan manajemen terhadap laporan keuangan suatu periode
akuntansi disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah.
Kemudian pemeriksaan yang dilakukan/Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) menggunakan norma pemeriksaan sebagai Standar Profesional
Pemeriksaan Akuntan Indonesia. Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) adalah sebuah opini yang dikeluarkan auditor terhadap laporan
keuangan. Sesuai dengan tuntutan dari masyarakat dan amanat
Undang-Undang (Undang-Undang No.17 2003), tentang Keuangan
Negara. Pemerintah diharuskan untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good public governance), khususnya dalam
hal pengelolaan keuangan negara. Pemerintah terus berupaya untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara. Pengelolaan keuangan berdasarkan perundang-undangan,
sistem kelembagaan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
(Harimurti 2017).
Namun, dibalik audit yang dilakukan sesuai dengan standar,
dan tidak berarti entitas yang mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) tersebut telah bekerja dengan baik. Pada
dasarnya opini WTP tidak ditujukan secara khusus untuk mendeteksi
122 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Namun disebabkan pada saat
dilakukan audit, dan bukan untuk menemukan opini WTP, tetapi audit
dilakukan bertujuan untuk memberikan opini WTP atas laporan
keuangan yang telah diaudit. Pemberian opini WTP bukanlah suatu
kebenaran, melainkan hanya sebatas pada kewajaran pengelolaan
keuangan negara. Apabila suatu entitas telah mendapatkan opini WTP
bukan berarti entitas tersebut bebas dari kecurangan maupun penyim-
pangan. Karena kecurangan dan penyimpangan yang terjadi di suatu
entitas tidak dapat dilihat hanya dari kewajaran dari suatu laporan
keuangan.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), mengacu pada
PP No. 60 Tahun 2008 serta (Keputusan Presiden No. 74 2001),
tentang pemerintah daerah yang otonom diharap mendapatkan opini
WTP dari BPK. Kenyataan dalam praktek untuk mendapatkan opini
WTP dari BPK sangat sulit. Hal ini, disebabkan karena sumber daya
manusia yang ada dalam pemerintahan tidak mempunyai kinerja yang
baik. Namun di provinsi Kalimantan dan kota Samarinda sejak Tahun
2014 sampai dengan Tahun 2015 telah mendapatkan opini WTP. dari
BPK. Melihat fenomena tersebut, maka opini dari hasil audit BPK di
atas, dapat dikemukakan beberapa penyebab LKPD belum andal dan
belum berkualitas. Sistem Pengendalian Internal pemerintah kota
masih lemah dan kepatuhan terhadap perundang-undangan belum
sepenuhnya dilaksanakan. Hal ini lebih disebabkan penerapan sistem
akuntansi yang tidak konsisten, dan berpengaruh pada pola pikir,
sikap, serta kinerja aparatur. Kelemahan kinerja aparatur lebih
123 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
disebabkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan, dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sehingga dapat memengaruhi
kehandalan laporan keuangan pemerintah daerah, yang disajikan
kepada pihak-pihak berkepentingan.
Berdasarkan judul yang ada pada halaman depan, adalah
“Strategi Manajemen Pemerintah Daerah Mencapai Opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP), sebagai variabel dependen (Y1). Keseluruhan
strategi yang akan diterapkan oleh manajemen pemerintah daerah
merupakan variabel independen, yaitu (1) Komitmen Organisasi
Pemda/independen (X1); (2) Kompetensi Aparatur Pemda/(X2); (3)
Sikap Aparatur Pemda (X3); (4) Perilaku Aparatur Pemda/(X4); (5)
Standar Operasional Prosedur (X5); (6) Sistem Pengendalian Intern/-
(X6); (7) Penguatan APBD/APBN/(X7); (8) Dukungan TI/(X8); dan (9)
Monitoring dan Evaluasi/(X9). Dari 9 (sembilan) variabel tersebut di
atas menjadi sub topik untuk penelitian kualitatif. Dan penelitian
kualitatif tersebut akan dilakukan pada periode berikutnya, dengan
menggunakan Metode Penelitian Multi Paradigma.
C. KAJIAN TEORETIS (CARA PERTAMA)
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,
sebagaimana dijelaskan pada bab 4 pada penelitian yang
sesungguhnya, maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
untuk memperkuat temuan hasil penelitian, atau dapat dijadikan
justifikasi temuan hasil penelitian yang sementara dilakukan peneliti,
sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan keyakinan yang
124 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
memadai bagi pembaca. Adapun kajian teoretis yang menjadi induk
penelitian ini dikemukakan sebagai berikut.
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) (Y)
Opini (Teri and Darmawan 2017); (Setyawati 2018)
menyatakan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) merupakan
pendapat yang terbaik diantara semua pendapat. Selanjutnya
(Handayani 2012); (Sukmaningrum 2012); (Muindro 2013); (Anugrah
2014) menyatakan laporan kuangan entitas dikatakan baik, jika
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah. Pendapat senada
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 2010), yang menyatakan
hal yang sama pengelolaan akuntansi keuangan daerah disusun ber-
dasarkan perundang-undangan, dan dengan peningkatan kualitas
SDM. Mengapa Variabel Dependen diletakkan paling pertama, se-
belum variabel dependen, karena Variabel Dependen merupakan
variabel yang dicari dan menjadi fokus utama dalam penelitian
kuantitatif.
Dalam penelitian ini WTP menjadi kunci permasalah, sehingga
penelitian ini dapat dilakukan dan mendapatkan bantuan pendanaan
dari Kemenristekdikti. Oleh itu, maka WTP menjadi sumber masalah
dalam penelitian ini. Karena menjadi sumber masalah tersebut
sehingga variabel independen menjadi utama dan pertama sehingga
diletakkan paling pertama di antara semua variabel yang ada dalam
penelitian ini. Oleh karena itu, sehingga variabel independen (WTP)
pada semua variabel dilakukan pengujian baik secara kuantitatif
125 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
maupun secara kualitatif dengan mendasarkan pada pendekatan
masing-masing variabel yang ada dalam penelitian ini.
2. Komitmen Pimpinan Organisasi (X1)
Komitmen (Sumarno 2005); (Tobing 2009); (Kartika 2010);
(Pramadani 2012); (Santa Mira and Margaretha 2012) menyatakan
bahwa “komitmen organisasional merupakan suatu keadaan dimana
seorang karyawan memihak pada organisasi tertentu. Sedangkan,
(Pramadani 2012); dan (Kurniawan 2015) menyatakan bahwa komit-
men organisasi merupakan sikap yang mencerminkan sejauh mana
seseorang mengenal dan terikat pada organisasinya”. Oleh karena itu,
komitmen organisasi mencerminkan tingkatan pemahaman seseorang
mengenal organisasinya, dan terikat pada tujuannya (Koesmono
2007). Kemudian hasil penelitian yang dilakukan (Pramadani 2012)
menunjukkan bahwa, komitmen organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap sistem yang dibentuk di dalam organisasi tersebut.
Kemudian hasil penelitian (Khadafi 2015) juga menunjukkan hal yang
sama bahwa salah satu tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
independensi auditor terhadap komitmen organisasi di organisasi
pemerintah daerah.
3. Kompetensi Aparatur OPD (X2)
Kompetensi (Posuma 2013); (Nurillah and Muid 2014); dan
(Wati, Herawati et al. 2014) menyatakan bahwa kompetensi meru-
pakan kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang
dilandasi keterampilan, dan pengetahuan atas pekerjaan tersebut.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan (Arfianti and Kawedar
126 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
2011); dan (Fadhil 2016) menunjukkan bahwa pegawai yang memiliki
kompetensi yang baik berhubungan signifikan terhadap hasil kerja
seorang individu. Jadi pengetahuan dan keterampilan berhubungan
kausal dalam memenuhi kriteria yang diperlukan untuk menduduki
jabatan teretentu. Dari pengertian di atas dapat kesimpulan bahwa
kompetensi merupakan kemampuan yang melekat pada diri sese-
orang.
4. Sikap Aparatur OPD (X3)
Sikap dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian utama, yaitu sikap
negative dan sikap positif (Hasiara 2012). Namun sikap negatif dalam
penelitian tidak menjadi utama, karena penelitian yang sasaran adalah
sikap positif. Sikap positif adalah kemauan seseorang untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu yang memberi manfaat kepada
kepentingan banyak orang (Hasiara 2011); (Suryabrata 2008); (Smith
2009); dan (Sarwono 2010) yang menyatakan bahwa sikap sangat
dipengaruhi simbol-simbol yang diterima melalui panca indra
pendengar.
5. Perilaku Aparatur OPD (X4)
Perilaku (Khenryk Misiak 2005) (Sarwono 2010); dan (Santoso
2010) menjelakan bahwa perilaku merupakan tindakan atau aktivitas
manusia yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas. Dari
uraian tersebut, disimpulkan bahwa perilaku adalah semua kegiat-
an/aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun tidak
langsung. Selanjutnya (Hasiara 2010) menyatakan bahwa aparatur
merupakan alat kelengkapan daerah. Contohnya pegawai negeri sipil
127 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
yang bertugas untuk melayani kepentingan masyarakat. Hal yang sama
(Hasiara 2013) menyatakan bahawa aparatur merupakan kunci utama
dalam menjalankan aktivitas, baik organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta.
6. Standar Operasional Prosedur OPD (X5)
Standar Operasional Prosedur (Faozan and Wahyuadianto
2009); (Dewi 2012); dan (Dewi 2012), tentang penyusunan Standar
Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan pemberi
pengertian (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan
mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi.
Selanjutnya (Armando 2013); (Astuti 2017); dan (Soeradi, Tinangon et
al. 2018) menyatakan Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan
suatu acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan. SOP berfungsi
sebagai alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan
indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural yang sesuai
dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit pemerin-
tahan.
7. Sistem Pengendalian Intern OPD (X6)
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), mengacu pada
(Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 2008) menyatakan bahwa,
pemerintah daerah yang otonom diharapkan mendapat opini WTP dari
BPK. Kenyataan dalam praktek untuk mendapatkan opini WTP dari BPK
sangat sulit. Selanjutnya (Arfianti and Kawedar 2011);(Wahyudi,
Haming et al. 2018) dan (Amelia, Tanjung et al. 2018) menyatakan
bahwa hal ini disebabkan karena sumber daya manusia yang ada
128 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dalam pemerintahan tidak mempunyai kinerja yang baik. Namun di
provinsi Kalimantan dan kota Samarinda sejak Tahun 2014 sampai
dengan Tahun 2015 telah mendapatkan opini WTP, dari BPK. Melihat
fenomena Sistem Pengendalian Internal pemerintah kota masih
lemah. Oleh karena SDM sangat menentukan terciptanya WTP(Ariesta
2013).
8. Penguatan APBD/APBN OPD (X7)
Penguatan APBD (Hasiara 2013); dan (Suwandi 2013) yang
menyatakan bahwa Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah/-
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan urat nadi pem-
bangunan disegala bidang. Anggaran merupakan dasar pengelolaan
keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran (Ristanti 2014);
dan (Rahman, Irianto et al. 2019). Sedangkan menjelaskan APBD meru-
pakan anggaran yang diperhitungkan pemerintah dalam menjalankan
aktivitas pemerintah selama satu tahun, sesuai denga Permen-
dagri No.13 Tahun 2006 Pasal 21 dan (Dasar 1945, UUD).
9. Dukungan Teknologi Informasi OPD (8)
Dukungan teknologi informasi (Yuliana 2004); (Supriyanto
2006); dan (Yahya 2018) menyatakan bahwa teknologi informasi
merupakan hal yang sangat penting dan mendasar bagi berbagai
kebutuhan pengelolaan administrasi keuangan, termasuk kebutuhan
informasi pendanaan. Selain itu, memberi manfaat pada proses
penyimpanan (pengarsipan) selama proses pengarsipan dilakukan
dengan cara yang paling aman. Selanjutnya (Hla and Teru 2015); dan
(Massie 2017) informasi dan teknologi merupakan media layanan yang
129 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
menjanjikan pada perekonomian global. Selanjutnya (Arfianti and
Kawedar 2011); (Islam, CH et al. 2017); dan (Amelia, Tanjung et al.
2018) menyatakan bahwa arsip elektronik memiliki empat siklus
pengelolaan yaitu penciptaan dan penyimpanan, distribusi dan
penggunaan, pemeliharaan, dan disposisi (Peraturan Pemerintah
No.60 Tahun 2008 2008)
10. Monitoring/Evaluasi (X9)
Istiqabudi, Saputro, dan Surajono (2015); Saleh et ad (2017);
Tanjung dan Subagjo (2012) menyatakan bahwa evaluasi merupakan
tindak lanjut dari tahapan monitoring yang meliputi substansi SOP
aparatur pemerintahan. Berdasar pada teoretis di atas, maka kerangka
konseptual penelitian tampak pada Gambar 2.1.
130 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan: = Pengaruh Parsial
= Pengaruh Simultan
KO
SA
PA
SO
SPI
PA
DT
M/
KAP H
H
H
H
H Y
H
H
H H
H
131 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
D. PERUMUSAN HIPOTESIS PENELITIAN
Perumusan hipotesis penelitian sangat bervariatif, antara
perguruan yang satu dengan lainnya berbeda satu sama lain.
Perbedaan tersebut bukan menjadi alasan, namun setiap perguruan
tinggi memiliki gaya selingkung masing-masing sehingga dengan
perbedaan tersebut kita menjadi kaya.
1. Cara Perumusan Hipotesis Pertama
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang di-
ajukkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Hipotesis/(H1): Terdapat pengaruh (KOPD/X1) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
Hipotesis/(H2): Terdapat pengaruh (KAOPD/X2) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
Hipotesis/(H3): Terdapat pengaruh (SAOPD/X3) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
Hipotesis/(H4): Terdapat pengaruh (PAOPD/X4) terhadap UQO atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
Hipotesis/(H5): Terdapat pengaruh (SOPOPD/X5) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
132 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Hipotesis/(H6): Terdapat pengaruh (SPIOPD/X6) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
Hipotesis/(H7): Terdapat pengaruh (PAPBD/NOPD/X7) terhadap WTP
atas pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah
daerah provinsi Kalimantan Timur.
Hipotesis/(H8): Terdapat pengaruh (DITOPD/X8) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
Hipotesis/(H9): Terdapat pengaruh (M&EOPD/X9) terhadap WTP atas
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah
provinsi Kalimantan Timur.
Hipotesis/(H10): secara bersama-sama variabel (X1) s.d. (X9)
berpengaruh terhadap WTP atas pengelolaan akun-
tansi keuangan pemerintah daerah provinsi
Kalimantan Timur.
2. Cara Perumusan Hipotesis Kedua
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,
sebagaimana dijelaskan nanti pada bab 3, maka teori yang digunakan
penelitian ini adalah untuk (1) memperkuat temuan penelitian dan (2)
dapat dijadikan sebagai justifikasi temuan penelitian, sehingga hasil
penelitian ini dapat memberikan keyakinan pembaca. Adapun kajian
teoretis yang menjadi induk penelitian ini dikemukakan sebagai
berikut.
a). Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) (Y)
133 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Opini (Teri and Darmawan 2017); (Setyawati 2018)
menyatakan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) merupakan
pendapat yang terbaik diantara semua pendapat. Selanjutnya
(Handayani 2012); (Sukmaningrum 2012); (Muindro 2013); (Anugrah
2014) menyatakan laporan kuangan entitas dikatakan baik, jika
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah. Pendapat senada
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 2010), yang menyatakan
hal yang sama pengelolaan akuntansi keuangan daerah disusun ber-
dasarkan perundang-undangan, dan peningkatan kualitas SDM.
Mengapa Variabel Dependen diletakkan paling pertama, sebelum
variabel dependen, karena Variabel Dependen merupakan variabel
yang dicari dan menjadi fokus utama dalam penelitian kuantitatif.
b). Komitmen Pimpinan Organisasi (X1)
Komitmen (Sumarno 2005); (Tobing 2009); (Kartika 2010);
(Pramadani 2012); (Santa Mira and Margaretha 2012) menyatakan
bahwa “komitmen organisasional merupakan suatu keadaan dimana
seorang karyawan memihak pada organisasi tertentu. Sedangkan,
(Pramadani 2012); dan (Kurniawan 2015) menyatakan bahwa komit-
men organisasi merupakan sikap yang mencerminkan sejauh mana
seseorang mengenal dan terikat pada organisasinya”. Oleh karena itu,
komitmen organisasi mencerminkan tingkatan pemahaman seseorang
mengenal organisasinya, dan terikat pada tujuannya (Koesmono
2007). Kemudian hasil penelitian yang dilakukan (Pramadani 2012)
menunjukkan bahwa, komitmen organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap sistem yang dibentuk di dalam organisasi tersebut.
134 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Kemudian hasil penelitian (Khadafi 2015) juga menunjukkan hal yang
sama bahwa salah satu tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
independensi auditor terhadap komitmen organisasi di organisasi
pemerintah daerah. Bedasarkan teori dan hasil penelitian tersebut
sehingga hipotesis yang diajukkan dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
H1. Komitmen Pimpinan Organisasi Pemerintah Daerah (OPD)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).
c). Kompetensi Aparatur Pemda (X2)
Kompetensi (Posuma 2013); (Nurillah and Muid 2014); dan
(Wati, Herawati et al. 2014) menyatakan bahwa kompetensi meru-
pakan kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang
dilandasi keterampilan, dan pengetahuan atas pekerjaan tersebut.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan (Arfianti and Kawedar
2011); dan (Fadhil 2016) menunjukkan bahwa pegawai yang memiliki
kompetensi yang baik berhubungan signifikan terhadap hasil kerja
seorang individu. Jadi pengetahuan dan keterampilan berhubungan
kausal dalam memenuhi kriteria yang diperlukan untuk menduduki
jabatan teretntu. Dari pengertian di atas dapat kesimpulan bahwa
kompetensi merupakan kemampuan yang melekat pada diri sese-
orang. Berdasarkan beberapa kajian empiris dari hasil penelitian
sebelumnya, maka hipotesis yang disampaikan adalah sebagai berikut.
135 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
H2. Kompetensi Aparatur Organisasi Pemerintah Daerah (AOPD)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).
d). Sikap Aparatur Organisasi Pemerintah Daerah (X3)
Sikap dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian utama, yaitu sikap
negative dan sikap positif (Hasiara 2012). Namun sikap negatif dalam
penelitian tidak menjadi utama, karena penelitian yang sasaran adalah
sikap positif. Sikap positif adalah kemauan seseorang untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu yang memberi manfaat kepada
kepentingan banyak orang (Hasiara 2011); (Suryabrata 2008); (Smith
2009); dan (Sarwono 2010) yang menyatakan bahwa sikap sangat
dipengaruhi simbol-simbol yang diterima melalui panca indra
pendengan. Selain itu, juga dipengaruhi berdasarkan dari mana
sumber informasi tersebut diperoleh. Berdasarkan beberapa kajian
empiris dari hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang
disampaikan adalah sebagai berikut.
H3. Sikap Aparatur Organisasi Pemerintah Daerah (SAOPD)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).
e). Perilaku Aparatur Pemda (X4)
Perilaku (Khenryk Misiak 2005) (Sarwono 2010); dan (Santoso
2010) menjelakan bahwa perilaku merupakan tindakan atau aktivitas
manusia yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas. Dari
uraian tersebut, disimpulkan bahwa perilaku adalah semua ke-
giatan/aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun tidak
136 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
langsung. Selanjutnya (Hasiara 2010) menyatakan bahwa aparatur
merupakan alat kelengkapan daerah. Contohnya pegawai negeri sipil
yang bertugas untuk melayani kepentingan masyarakat. Hal yang sama
(Hasiara 2013) menyatakan bahawa aparatur merupakan kunci utama
dalam menjalankan aktivitas, baik organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta. Berdasarkan beberapa kajian empiris dari hasil
penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukkan adalah sebagai
berikut.
H4. Perilaku Aparatur Organisasi Pemerintah Daerah (SAOPD)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).
f). Standar Operasional Prosedur (X5)
Standar Operasional Prosedur (Faozan and Wahyuadianto
2009); (Dewi 2012); dan (Dewi 2012), tentang penyusunan Standar
Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan pemberi
pengertian (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan
mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi.
Selanjutnya (Armando 2013); (Astuti 2017); dan (Soeradi, Tinangon et
al. 2018) menyatakan Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan
suatu acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan. SOP berfungsi
sebagai alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan
indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural yang sesuai
dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit pemerin-
tahan. Berdasarkan beberapa kajian empiris dari hasil penelitian
sebelumnya, maka hipotesis yang disampaikan adalah sebagai berikut.
137 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
H5. Standar Operasional Prosedur Organisasi Pemerintah Daerah
(SAOPD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
g). Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X6)
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), mengacu pada
(Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 2008) menyatakan bahwa,
pemerintah daerah yang otonom diharapkan mendapat opini WTP dari
BPK. Kenyataan dalam praktek untuk mendapatkan opini WTP dari BPK
sangat sulit. Selanjutnya (Arfianti and Kawedar 2011);(Wahyudi,
Haming et al. 2018) dan (Amelia, Tanjung et al. 2018) menyatakan
bahwa hal ini disebabkan karena sumber daya manusia yang ada
dalam pemerintahan tidak mempunyai kinerja yang baik. Namun di
provinsi Kalimantan dan kota Samarinda sejak Tahnu 2014 sampai
dengan Tahun 2015 telah mendapatkan opini WTP, dari BPK. Melihat
fenomena Sistem Pengendalian Internal pemerintah kota masih
lemah. Oleh karena SDM sangat menentukan terciptanya WTP(Ariesta
2013). Berdasarkan beberapa kajian empiris dari hasil penelitian
sebelumnya, maka hipotesis yang disampaikan adalah sebagai berikut.
H6. Sistem Pengendalian Intern Organisasi Pemerintah Daerah
(SAOPD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
h). Penguatan APBD/APBN (X7)
Penguatan APBD (Hasiara 2013); dan (Suwandi 2013) yang
menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/-
138 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan urat nadi pem-
bangunan disegala bidang. Anggaran merupakan dasar pengelolaan
keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran (Ristanti 2014);
dan (Rahman, Irianto et al. 2019). Sedangkan menjelaskan APBD meru-
pakan anggaran yang diperhitungan pemerintah dalam menjalankan
aktivitas pemerintah selama satu tahun, sesuai denga Permen-
dagri No.13 Tahun 2006 Pasal 21 dan (Dasar 1945,
UUD). Berdasarkan beberapa kajian empiris dari hasil penelitian
sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
H7. Penguatan Anggaran Organisasi Pemerintah Daerah (SAOPD)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).
i). Dukungan Teknologi Informasi (8)
Dukungan teknologi informasi (Yuliana 2004); (Supriyanto
2006); dan (Yahya 2018) menyatakan bahwa teknologi informasi
merupakan hal yang sangat penting dan mendasar bagi berbagai
kebutuhan pengelolaan administrasi keuangan, termasuk kebutuhan
informasi pendanaan. Selain itu, memberi manfaat pada proses
penyimpanan (pengarsipan) selama proses pengarsipan dilakukan
dengan cara yang paling aman. Selanjutnya (Hla and Teru 2015);dan
(Massie 2017) informasi dan teknologi merupakan media layanan yang
menjanjinan pada perekonomian global. Selanjutnya (Arfianti and
Kawedar 2011); (Islam, CH et al. 2017); dan (Amelia, Tanjung et al.
2018) menyatakan bahwa arsip elektronik memiliki empat siklus
pengelolaan yaitu penciptaan dan penyimpanan, distribusi dan
139 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
penggunaan, pemeliharaan, dan disposisi. Berdasarkan beberapa
kajian empiris dari hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang
disampaikan adalah sebagai berikut.
H8. Dukungan Teknologi Informasi Organisasi Pemerintah Daerah
(SAOPD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
j). Monitoring/Evaluasi (X9)
Istiqabudi, Saputro, dan Surajono (2015); Saleh et ad (2017);
Tanjung dan Subagjo (2012) menyatakan bahwa evaluasi merupakan
tindak lanjut dari tahapan monitoring yang meliputi substansi SOP
aparatur pemerintahan. Monitoring/Evaluasi Organisasi Pemerintah
Daerah (SAOPD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Wajar Tanpa Pengecualian. Berdasarkan pada beberapa
kajian empiris yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
H.10. Monitoring/evaluasi yang telah dilakukan Organisasi Pemerintah
Daerah (M/E OPD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
E. SIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang ada pada bab ini, maka simpulan
yang dapat disampaikan adalah sebagai beikut.
1. Pendahuluan menjajikan kajian teoretik/kajian pustaka. Kajian
teoretis yang dicantumkan dalam penelitian harus sesuai dengan
variabel-variabel yang ada dalam penelitian yang sedang diteliti.
140 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Tentu teori tersebut adalah teori yang bersesuaian dengan
masing-masing variabel yang ada dalam penelitian yang sedang
diteliti. Teori ini nantinya digunakan kembali pada saat pengujian
hipotesis dan hasil-hasil penelitian yang telah dianalisis.
2. Semua variabel yang ada dalam penelitian kuantitatif, baik
variabel dependen maupun variabel independen harus ada dasar
teori mapun kajian empiris yang bersesuaian dengan masing-
masing variabel yang ada dalam penelitian yang sedang diteliti.
3. Kajian teoretis dengan cara pertama, dan cara kedua, maka
variabel dependen menjadi yang utama dan pertama dibahas. Hal
ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sumber utama masalah
dalam penelitian adalah variabel dependen, sehingga
Kemenristekdikti dapat memberikan dana untuk dilakukan
penelitian, itu yang pertama. Kedua, Varibel dependen sebagai
sumber masalah, maka variabel dependen diletakkan paling
pertama dan utama.
4. Perumusan hipotesis, dalam buku ini dibagi menjadi 2 (dua)
bentuk hipotesis, yaitu (a) hipotesis pertama (H1) sampai dengan
hipotesis sepuluh (H10) dikumpulkan menjadi satu (1) halaman
atau lebih. Hipotesis semacam ini terpisah dengan kajian
teoretisnya maupun kajian empirisnya. (b) Hipotesis kedua tetap
variabel dependen ditempatkan menjadi pertama dan utama,
dengan alasan sebagai sumber masalah sehingga penelitian ini
dapat dilakukan. Selanjutnya diikuti oleh variabel independen
yang pertama sampai dengan variabel yang terakhir. Hipotesis
141 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
yang kedua, ini disajikan sendiri-sendiri. Penyajian tersebut diawali
dengan variabel independen yang pertama, dan diikuti dengan
teori-teori yang mapan serta kajian empiris yang bersesuaian
dengan variabel independen yang ada dalam penelitian yang
sedang diteliti. Terakhir diikuti dengan hipotesis pertama sampai
dengan hipotesis terakhir, dibuat sama satu dengan yang lainnya.
142 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
BAB 8
METODE PENELITIAN (VERSI PROPOSAL)
A. PENDAHULUAN
Metode merupakan cara yang harus dilakukan oleh
seorang/beberapa kelompok untuk menemukan kebenaran dalam ilmu
pengetahuan (Hasiara, 2018), Namun metode tersebut, peneliti harus
menyesuaikan dengan ilmu yang sedang diteliti. Pengujian suatu ilmu
tertentu benar, jika ilmu tersebut diuji dengan menggunakan ilmu dan
pendekatan yang sama dengan ilmu yang sedang diteliti.
B. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif lebih menekankan pada keakuratan data berupa angka-
angka dan alat serta metode analasis yang kuat untuk digunakan.
1. Populasi Penelitian
Populasi (Arikunto, 2006); (Hasiara, 2012); (Jogiyanto, 2011b);
(Sugiyono, 2013); (Sukmaningrum, 2012) menyatakan populasi adalah
keseluruhan objek penelitian, atau Populasi adalah jumlah keseluruhan
dari satu-satuan individu yang karakteristikan yang akan diteliti. Satu-
satuan tersebut disebut unit analisis, dan dapat berbentuk orang,
institusi, benda-benda tertentu. Dan objek penelitian ini dilakukan di 3
kota dan 2 kabupaten dan ibu kota provinsi Kalimantan Timur dan 5
kabupaten lainnya didekati dengan pendakatan kualitatif, dengan
143 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
alasan kelima kabupaten tersebut masih meraih Pendapat Wajar
Dengan Pengecualian (WDP). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kepala kantor, sekretaris, kepala bidang, kepala
bagian, dan kepala sub.bagian dan pegawai yang membidangi bidang
khusus keuangan dan akuntansi di Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
dan PPKD di provinsi Kalimantan Timur. Ketiga kota tersebut adalah
Samarinda, Balikapapan, dan kota Bontang, sedangkan kabupaten
yang dijadikan populasi adalah kabupaten Kutai Kartanegara, dan
kabupaten Paser Tanah Grogot.
2. Pengertian Sampel
Sampel atau contoh merupakan sebagian dari populasi yang
karakteristiknya yang akan diteliti. Dan sampel yang baik, jika dikaitkan
dengan populasi, yaitu sampel yang bersifat representatif atau
menggambarkan karakteristik populasi yang hendak diteliti.
3. Kriteria Sampel
Terdapat 2 (dua) kriteria sampel, yaitu kreteria yang bersifat (a)
inklusi, dan (b) kriteria yang bersifat ekslusi. Penggunaan kriteria
merupakan penentuan kriteria sampel yang bertujuan untuk mengurai
hasil penelitian yang bersifat bias, sehingga hasil penelitian tersebut
diragukan.
Kriteria inklusi meruapakan kriteria yang bersifat umum, dan
subjek penelitian dari suatu populasi. Target penelitian dapat
dijangkau oleh penelitinya. Sedangkan kriteria ekslusi meruapakan
kriteria yang dapat menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian, yang dipengaruhi oleh
144 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
sebab-sebab tertentu. Dan sebab-sebab tersebut dapat dipertim-
bangkan dalam menentukan kriteria ekslusi, misalnya (a) membatalkan
kesediaan untuk menjadi responden penelitian, dan (b) subjek
berhalangan hadir atau subjek tidak berada di tempat kerja, sedang
berpergian atau peneliti saat pengambilan data tetapi responden yang
mengisi data tidak berada di tempat.
4. Teknik Pengambilan Sampel
Pengertian teknik sampling dalam penelitian berdasarkan
statistik dan para pakar, yaitu suatu teknik/cara yang dilakukan peneliti
untuk menentukan sampel. Jadi, sebuah penelitian yang baik, jika
penelitinya harus memperhatikan dan menggunakan teknik dalam
menetapkan sampel yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian.
Teknik sampling yang disampaikan (Sugiyono, 2013) merupakan teknik
pengambilan yang bertujuan untuk menentukan sampel, yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang digunakan menjadi
sumber data yang sebenarnya, dengan memerhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif/sesuai
dengan sampel yang diperlukan di dalam penelitian tersebut.
Beberapa pakar menyepakati bahwa terdapat beberapa langkah-
langkah yang harus diperhatikan seorang peneliti, terkait dengan
sampel penelitian yang sedang dilakukan peneliti, langkah-langkah
tersebut : (a) menentukan populasi, (b) mencari data yang akurat pada
unit populasi, (c) memilih sampel yang representatif, (d) menentukan
jumlah sampel yang sesuai dengan objek penelitian.
145 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Sampel yang dijadikan data dalam penelitian ini adalah pejabat
OPD yang pernah mengelola akuntansi keuangan daerah, yang
memiliki karakteristik khusus, dengan cara membagikan kuesioner
hanya yang pernah membidangi atau yang pernah menangani
pengelolaan keuangan dan akuntansi, khususnya akuntansi keuangan
daerah.
5. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif, yang menekankan pada pengujian teori, melalui
pengukuran variabel-variabel penelitian, dengan menggunakan data
berupa angka-angka. Kemudian angka tersebut diolah dan dianalisis
menggunakan prosedur statistik. Dan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rekapan kuesioner, sesuai dengan varibel yang
ada dalam penelitian ini.
6. Sumber Data Pendekatan Kuantitatif
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,
karena diperoleh langsung dari responden, melalui kuesioner kemu-
dian ditabulasi. Hasil tabulasi data diproses melalui SPSS, baik
pengujian validitas, maupun pengujian reliabilitas data (Willy Abdillah,
2015); (Jonathan, 2007); (Riadi, 2013); (Septiawan, 2007); (Teguh,
2012). Data yang dipakai dalam penelitian adalah sebanyak 745 dari
1000 kuesioner yang disebar ke bebapa objek penelitian, namun data
yang siap diolah sebanyak 745 = (1000-255), maka data yang siap
adalah 75%, dan sisanya adalah 25% (rusak dan tidak kembali).
146 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
7. Teknik Pengambilan Data Kuantitatif
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh data hasil
jawaban responden atas penyebaran kuesioner. Kuesioner tersebut
dikumpulkan melalui masing-masing SKPD. Kuesioner berbentuk skala
Likert dengan alternatif jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju, dengan interval 1-4. Skala pengukuran
tersebut tampak pada Tabel 8.1
Tabel 8. 1 Nilai Pengukuran Kuesioner
No Skala Kategori/Indikator
1 4 Sangat Baik/Sangat Setuju (SB/SS)
2 3 Setuju/Baik (S/B)
3 2 Tidak Setuju/Tidak Baik (TS/TB)
4
1 Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Baik
(STS/STB)
Sumber:(La Ode Hasiara, 2017).
Alasan kenapa hanya menggunakan 4 (empat) indikator,
sementara secara umum banyak yang menggunakan 5 (lima) indikator.
Peneliti berasumsi, jika responden tidak memiliki prinsip dan pendirian
yang kokoh, maka dengan mudah digoyahkan oleh kondisi yang tidak
menentu, sehingga muda untuk dipengaruhi. Jika ada indikator abu-
abu, itu merupakan orang yang tidak memiliki pendirian yang kokoh.
Semua indikator mempunyai nilai pengukuran kuesioner dan dilakukan
hal yang sama, seperti tampak pada Tabel 8.1.
147 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
C. TEKNIK ANALISIS DATA
Untuk mengetahui validitas tidaknya suatu data, maka harus
dilakukan pengujian validitas data. Sementara (Willy Abdillah, 2015);
(Haryadi Sarjono, 2011) menyatakan bahwa sebelum pengujian
dilakukan, data yang akan dianalisis harus dilakukan uji validitas, reabi-
litas dan uji normalitas. Analisis data dilakukan dalam 2 (dua) bentuk,
yaitu (a) Uji validitas instrumen penelitian, dan (b) Uji reliablitas ins-
trumen penelitian.
1. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan
dapat mengukur apa yang ingin diukur. Berdasarkan hasil uji validitas
semua instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
ingin diukurnya (Jogiyanto, 2011a); (Sugiyono, 2009).
2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji kestabilan dan
konsistensi instrumen dalam mengukur konsep. Suatu instrumen
dikatakan reliabel apabila memiliki nilai cronbach alpha lebih besar
dari 0.6 (Imam, 2005); (Jogiyanto, 2011a).
D. ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus
dipenuhi dalam analisis regresi linear berganda (Haryadi Sarjono,
2011); (Sugiyono, 2009). Dan (Haryadi Sarjono, 2011); dan (Sugiyono,
148 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
2009) menjelaskan bahwa uji asumsi klasik mencakup uji normalitas,
uji heterokedastisitas, uji multikolonieritas, dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data dalam
penelitian sudah berdistribusi normal dan menentukan uji hipotesis
yang akan digunakan (Imam, 2005); (Sugiyono, 2009); (Haryadi
Sarjono, 2011); (Riadi, 2013); (Riadi, 2013) menyatakan bahwa data
berdistribusi normal, maka uji yang digunakan adalah uji statistik para-
metrik. Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah, yaitu mem-
bandingkan nilai yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang telah
ditentukan yaitu sebesar 0,05. Apabila nilai p > 0,05 maka data real
berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik/plot (Imam,
2005); (Haryadi Sarjono, 2011);(Riadi, 2013).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskesdasitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain (Haryadi Sarjono, 2011); (Singgih,
2012); (Willy Abdillah, 2015); dan (Jogiyanto, 2016). Jika varian dari
residual tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika varian berbeda,
maka disebut heteroskesdasitas. Gejala heteroskesdasitas ditunjukkan
oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai
absolute residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha
(Sig. > α) α = 0,05, maka dapat dipastikan model tidak terdapat gejala
heteroskesdasitas atau dikatakan tidak terjadi heteroskesdasitas
149 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
apabila t-hitung < ttabel. Penjelasan di atas ada yang menafsirkan datanya
harus data yang bersifat crossection, dan memiliki tahun yang
berbeda.
Penjelasan di atas benar, jika peneliti berada pada tataran ilmu
yang tidak berdekatan dengan psikologi dan keperilakuan, tetapi jika
ilmu yang diteliti berdekatan dengan psikologi dan keperilakuan, maka
uji heteroskesdasitas mutlak dilakukan, karena uji tersebut bertujuan
untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual sutu ke varian ke pengamatan lain
dalam ilmu psikologi dan keperilakuan, karena kendisi orang yang
mengisi kuesioner hari ini, akan berbeda dengan kondisi orang yang
mengisi kuesioner besok pada orang yang sama.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih
variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya
(Haryadi Sarjono, 2011). Uji multikolinieritas bertujuan untuk menge-
tahui model regresi berkorelasi antar variabel bebas atau independen
(Imam, 2005); (Wiyono, 2011); (Teguh, 2012); dan (Haryadi Sarjono,
2011). Uji Multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai
Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka
model dikatakan tidak terdapat gejalah multikolinier.
d. Uji Linieritas
150 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Uji linieritas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
hubungan linier antara variabel independen dengan variabel dependen.
Sehingga dasar pengambilan keputusan atas uji linieritas adalah.
a. Jika nilai sig. deviation from liniearity >0,05, maka terdapat
hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel terikat.
b. Jika nilai sig. deviation from liniearity <0,05, maka tidak terdapat
hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel terikat.
e. Uji Autokorelasi
Pengujian bertujuan untuk memberi keyakian kepada pembaca
bahwa (Wahna, 2005; Wiyono, 2011); (Teguh, 2012); dan (Willy
Abdillah, 2015) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesa-
lahan pengganggu pada periode t dan dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1. Apabila terjadi korelasi maka hal tersebut menun-
jukkan adanya problem autokorelasi. Masalah autokorelasi sering
terjadi pada data time series. Sementara itu, pada data cross section
(crossectional).Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi
dalam model regresi linier bisa dilakukan dengan pendeteksian dengan
percobaan Uji Durbin-Watson (Uji DW test).
f. Regresi Linier Berganda
Alat analisis penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda
yaitu alat yang digunakan untuk mengukur pengaruh antara dua
variabel/lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis
151 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
ini, juga berguna untuk memprediksi nilai variabel dependen terhadap
nilai variabel independen mengalami kenaikan/penurunan. (Sugiyono,
2013), memberi bentuk umum dari regresi linier berganda dirumuskan
seperti persamaan berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +
b6X6 + b7X7+b8X8 + b9X9 +Xn.... e
Dimana:
Y = Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
a = Konstanta
X1 = Komitmen Organisasi OPD
X2 = Kompetensi Aparatur OPD
X3 = Sikap Aparatur OPD
X4 = Perilaku Aparatur OPD
X5 = Standar Operasional Prosedur OPD
X6 = Sistem Pengendalian Intern OPD
X7 = Penguatan APBD/APBN OPD
X8 = Dukungan TI OPD
X9 = Monitoring/Evaluasi
b1...b2 = Koefisien Regresi
e = Kesalahan Pengganggu.
E. PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian hipotesis merupakan pengujian terhadap ketepatan
fungsi model regresi liniar berganda dalam menaksirkan nilai pada
152 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pengujian parsial (uji t),
pengujian dan pengujian simultan (uji F), maka dilakukn dengan uji
koefisien determinasi (R2). Analisis regresi merupakan analisis yang
digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat (Sugiyono, 2009); (Sukmaningrum, 2012); dan (Teguh, 2012)
dan (Jogiyanto, 2011a). Sebelum analisis ini dilaksanakan, terlebih
dahulu perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk menghasilkan nilai
parameter model penduga yang sah. Nilai tersebut akan terpenuhi jika
hasil uji asumsi klasiknya memenuhi asumsi normalitas.
1. Uji t (Parsial)
Uji t (Wiyono, 2011); (Singgih, 2012) menyatakan bahwa uji
parsial bertujuan untuk menguji, apakah variabel bebas (X1, X2, X3, X4,
X5, X6, X7, X8, X9) secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat
(Wajar Tanpa Pengecualian), maka digunakan pengujian koefisien
regresi secara parsial (uji t), yaitu dengan membandingkan t tabel dan
t hitung. Dengan melihat perbandingan t-tabel dan t hitung, maka
secara parsial, dapat dilihat variabel independen manakah yang lebih
dominan terhadap variabel dependen.
2. Uji Signifikansi (Uji Statistik F)
Uji Signifikansi (Sugiyono, 2013); dan (Jogiyanto, 2016)
menyatakan bahwa uji F atau ANOVA digunakan untuk menguji apakah
secara bersama-sama seluruh variabel independen, yaitu: komitmen
organisasi, kompetensi aparatur, perilaku aparatur, standar opera-
sional prosedur, sistem pengendalian intern.
3. Koefisien Determinasi (R2)
153 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Analisis determinasi dalam regresi berganda digunakan untuk
mengetahui persentasi sumbangan pengaruh variabel independen
(X1,X2, X3, X4, X5,X6,X7, X8, X9) secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen (Y). Semakin besar nilai R2, maka semakin besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Maka perlu
diketahui koefisien determinasi (R2). Pada intinya koefisien determinasi
(R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel indepen-
den memberi pada hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.
F. PERHATIAN SERIUS PADA BAB 8
Asumsi penelitian sesungguhnya, misalnya skripsi terdapat
perbedaan antara Bab 7, dan Bab 8, serta bab 9 sebelum dan sesudah
ujian proposal. Perbedaan tersebut disebabkan (a) Ujian proposal
peneliti belum mengumpulkan data lapangan. (b) Ujian tertutup (Ujian
Hasil), dilakukan setelah peneliti mengumpulkan data lapangan, dan
data tersebut telah dilakukan pengolahan. Mengingat ada perbedaan,
maka bab 3 setelah mengumpulkan data, terjadi perubahaan yang
mendasar, dan ada kata-kata yang tidak boleh muncul dalam kalimat
Skripsi, Tesis, dan Disertasi setelah peneliti mengolah data penelitian
menjadi hasil. Tanpa disadari oleh beberapa peneliti, dan ini
154 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
merupakan keteledoran dalam menggunakan kata-kata akan dan kata
mengatakan. Kata akan hanya tepat digunakan dalam ranah penelitian
keperilakuan, perencanaan, dan psikologi. Namun penulis perlu
mengingatkan selain ranah penelitian di atas, maka disarankan jangan
dipasang sembarangan kata. Banyak para peneliti, yang menggunakan
kata-kata akan tanpa menyadari menggunakan kata-kata dan
penggunaaan kata mengatakan yang tidak tepat, jika telah disajikan
dalam naskah, kata mengatkan hanya tepat, jika peneliti sedang
bertatap muka dengan seseorang yang sedang diwawancarai, tetapi
hasil wawancara tersebut, jika peneliti telah menuangkan dalam
sebuah narasi, maka kata yang tepat adalah menyatakan.
G. SIMPULAN
Bedasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Metode merupakan cara yang harus dilakukan oleh
seorang/beberapa kelompok untuk menemukan kebenaran dalam
ilmu pengetahuan.
2. Pendekatan kuantitatif lebih menekankan pada keakuratan data
berupa angka dan alat serta metode analisis yang kuat untuk
digunakan.
3. Populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, sumber data,
teknik pengambilan data, teknik analisis data, dan uji instrumen,
harus diikuti dengan rujukan yang mapan dan sesuai dengan konten
penelitian yang sedang dilakukan peneliti.
155 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
4. Analisis data, mencakup uji asumsi klasik, yang terdiri dari : (a) uji
normalitas, (b) uji heterokedastisitas, (c) uji multikolonieritas, (d) uji
linieritas, (e) uji autokorelasi, semua jenis tersebut di atas harus
diikuti dengan teori yang mapan, sehingga tidak meragukan
pembaca ketika membaca tulisan Anda.
5. Uji regresi linier berganda, juga harus diikuti dengan teori yang
telah mapan, sehingga tidak meragukan pembaca ketika membaca
tulisan Anda.
6. Pengujian hipotesis. Hipotesis yang baik, jika semua hasil penelitian
yang telah dilakukan peneliti, sebagian pakar menyatakan jika
hipotesis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya hendaknya
sesuai dengan kenyataan, dan kenyataan tersebut juga didukung
dengan hasil-hasil penelitian yang bersesuaian dengan objek yang
sedang diteliti saat ini.
156 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
BAB 9
METODE PENELITIAN (VERSI HASIL)
A. PENDAHULUAN
Metode merupakan cara yang harus dilakukan oleh
seseorang/beberapa kelompok untuk menemukan kebenaran dalam
ilmu pengetahuan (Hasiara, 2018), 2018). Namun metode tersebut,
peneliti harus menyesuaikan dengan ilmu yang sedang diteliti.
Pengujian suatu ilmu tertentu benar, jika ilmu tersebut diuji dengan
menggunakan ilmu dan pendekatan yang sama dengan ilmu yang
sedang diteliti.
B. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif lebih menekankan pada keakuratan data berupa angka-
angka dan alat serta metode analasis yang kuat untuk digunakan.
1. Populasi Penelitian
Populasi (Arikunto, 2006); (Hasiara, 2012); (Jogiyanto, 2011b);
(Sugiyono, 2013); (Sukmaningrum, 2012) menyatakan populasi adalah
keseluruhan objek penelitian, atau populasi adalah jumlah keseluruhan
dari satu-satuan individu yang karakteristiknya sama dengan yang
diteliti. Satu-satuan tersebut disebut unit analisis, dan dapat ber-
bentuk orang, institusi, benda-benda tertentu. Dan objek penelitian ini
adalah 3 kota dan 3 kabupaten dan ibu kota provinsi Kalimantan Timur
157 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dan 4 kabupaten lainnya didekati dengan penedakatan kualitatif,
dengan alasan kelima kabupaten tersebut masih meraih Pendapat
Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kepala kantor, sekretaris, kepala bidang, kepala
bagian, dan kepala sub.bagian dan pegawai yang membidangi bidang
khusus keuangan dan akuntansi di Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
dan PPKD di provinsi Kalimantan. Ketiga kota tersebut adalah Sama-
rinda, Balikapapan, dan kota Bontang, sedangkan kabupaten yang dija-
dikan populasi adalah kabupaten Kutai Kartanegara, dan kabupaten
Paser Tanah Grogot.
2. Pengertian Sampel
Sampel atau contoh merupakan sebagian dari populasi yang
karakteristiknya sama dengan yang diteliti. Dan sampel yang baik, jika
dikaitkan dengan populasi, yaitu sampel yang bersifat representatif
atau menggambarkan karakteristik populasi yang hendak diteliti.
3. Kriteria Sampel
Terdapat 2 (dua) kriteria sampel, yaitu kriteria yang bersifat (a)
inklusi, dan (b) kriteria yang bersifat ekslusi. Penggunaan kriteria
merupakan penentuan kriteria sampel yang bertujuan untuk mengurai
hasil penelitian yang bersifat bias, sehingga hasil penelitian tersebut
dapat diragukan.
Kriteria inklusi merupakan kriteria yang bersifat umum, dan
subjek penelitian dari suatu populasi. Target penelitian dapat
dijangkau oleh penelitinya. Sedangkan kriteria ekslusi merupakan
kriteria yang dapat menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
158 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian, yang dipengaruhi oleh
sebab-sebab tertentu. Dan sebab-sebab tersebut dapat dipertim-
bangkan dalam menentukan kriteria ekslusi, misalnya (a) membatalkan
kesediaan untuk menjadi responden penelitian, dan (b) subjek
berhalangan hadir atau subjek tidak berada di tempat kerja, sedang
berpergian atau peneliti saat pengambilan data tetapi responden yang
mengisi data tidak berada di tempat.
4. Teknik Pengambilan Sampel
Pengertian teknik sampling dalam penelitian berdasarkan
statistik dan para pakar, yaitu suatu teknik/cara yang dilakukan peneliti
untuk menentukan sampel. Jadi, sebuah penelitian yang baik, jika
penelitinya harus memperhatikan dan menggunakan teknik dalam
menetapkan sampel yang dapat dijadikan sebagai subjek penelitian.
Teknik sampling yang disampaikan (Sugiyono, 2013) merupakan teknik
pengambilan yang bertujuan untuk menentukan sampel, yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang digunakan menjadi
sumber data yang sebenarnya, dengan memerhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi, agar diperoleh sampel yang representatif, dan
sesuai dengan sampel yang diperlukan di dalam penelitian tersebut.
Beberapa pakar menyepakati bahwa terdapat beberapa
langkah-langkah yang harus diperhatikan seorang peneliti, terkait
dengan sampel penelitian yang sedang dilakukan peneliti, langkah-
langkah tersebut : (a) menentukan populasi, (b) mencari data yang
akurat pada unit populasi, (c) memilih sampel yang representatif, (d)
menentukan jumlah sampel yang sesuai dengan objek penelitian.
159 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Sampel yang dijadikan data dalam penelitian ini adalah pejabat
OPD yang pernah mengelola akuntansi keuangan daerah, yang
memiliki karakteristk khusus, dengan cara membagikan kuesioner
hanya yang pernah membidangi atau yang pernah menangi
pengelolaan keuangan dan akuntansi, khususnya akuntansi keuangan
daerah.
5. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif, yang menekankan pada pengujian teori, melalui
pengukuran variabel-variabel penelitian, dengan menggunakan data
berupa angka-angka. Kemudian angka tersebut diolah dan dianalisis
menggunakan prosedur statistik. Dan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rekapan kuesioner sesuai varibel yang ada dalam
penelitian ini.
6. Sumber Data Pendekatan Kuantitatif
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,
karena diperoleh langsung dari responden, melalui kuisioner kemudian
ditabulasi. Hasil tabulasi data diproses melalui SPSS, baik pengujian
validitas, maupun pengujian reliabilitas data (Willy Abdillah, 2015);
(Jonathan, 2007); (Riadi, 2013); (Septiawan, 2007); (Teguh, 2012). Data
yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebanyak 745 dari 1000
kuesioner yang disebar ke beberapa objek penelitian, namun data yang
siap diolah sebanyak 745 = (1000-255), maka data yang siap diolah
adalah sebanyak 75%, dan sisanya adalah 25% (rusak dan tidak
kembali).
160 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
7. Teknik Pengambilan Data Kuantitatif
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh data hasil
jawaban responden atas penyebaran kuesioner. Kuesioner tersebut
dikumpulkan melalui masing-masing SKPD. Kuesioner berbentuk skala
Likert dengan alternatif jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju, dengan interval 1-4. Skala pengukuran tersebut
tampak pada Tabel 9.1
Tabel 9. 1 Nilai Pengukuran Kuesioner
No Skala Kategori/Indikator
1 4 Sangat Baik/Sangat Setuju (SB/SS)
2 3 Setuju/Baik (S/B)
3 2 Tidak Setuju/Tidak Baik (TS/TB)
4 1 Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Baik (STS/STB)
Sumber:(La Ode Hasiara, 2017).
Alasan kenapa hanya menggunakan 4 (empat) indikator,
sementara secara umum banyak yang menggunakan 5 (lima) indikator.
Peneliti berasumsi, jika responden tidak memiliki prinsip dan pendirian
yang kokoh, maka dengan mudah digoyangkan oleh kondisi yang tidak
menentu, sehingga muda untuk dipengaruhi. Jika ada indikator abu-
abu, itu merupakan orang yang tidak memiliki pendirian yang kokoh.
Semua indikator mempunyai nilai pengukuran kuesioner dilakukan hal
yang sama, seperti tampak pada Tabel 8.1.
C. TEKNIK ANALISIS DATA
161 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Untuk mengetahui validitas tidaknya suatu data, maka harus
dilakukan pengujian validitas data. Sementara (Willy Abdillah, 2015);
(Haryadi Sarjono, 2011) menyatakan bahwa sebelum pengujian
dilakukan, data yang akan dianalisis harus dilakukan uji validitas, reabi-
litas dan uji normalitas. Analisis data dilakukan dalam 2 (dua) bentuk,
yaitu (a) Uji validitas instrumen penelitian, dan (b) Uji reliablitas ins-
trumen penelitian.
1. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan
dapat mengukur apa yang ingin diukur. Berdasarkan hasil uji validitas
semua instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
ingin diukurnya (Jogiyanto, 2011a); (Sugiyono, 2009). Berdasarkan
saran dari berbagai sumber, maka harus dilakukan Uji Validitas
Instrumen, hal ini dapat dilihat pada Tabel 9.2.
Tabel 9. 2 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Data
Pernyataan Person
Correlations
Sig. keterangan
X1 .546*** ,000 Valid
162 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
X2 .715*** ,000 Valid
X3 .721*** ,000 Valid
X4 .765*** ,000 Valid
X5 .753** ,000 Valid
X6 .683** ,000 Valid
X7 .492** ,000 Valid
X8 .620** ,000 Valid
X9 .729** ,000 Valid
Y .765** ,000 Valid
Sumber : data diolah melalui SPSS Versi 23
2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji kestabilan dan
konsistensi instrument dalam mengukur konsep. Suatu instrumen
dikatakan reliabel apabila memiliki nilai cronbach alpha lebih besar
dari 0.6 (Imam, 2005); (Jogiyanto, 2011a). Berdasarkan saran dari
berbagai sumber, maka harus dilakukan Uji Reliabilitas Data, hal ini
dapat dilihat pada Tabel 9.3.
Berdasarkan hasil sebagaimana tampak pada Tabel 9.3 hasil
rekapitulasi uji validitas data menunjukkan hasil yang baik, X1
menunjukkan hasil uji validitas data sebesar 0,546. Hasil uji validitas
dengan nilai 0,546 > 0,06. Selanjutnya hasil uji validitas variabel X2,
juga menunjukkan hasil yang baik, dengan nilai 0,715 > 0,06. Kemudian
hasil uji validitas variabel X3 menunjukkan nilai yang baik, yaitu
sebesar 721 > 0,06. Selanjutnya hasil uji validitas variabel X4
menunjukkan nilai 0,765 > 0,06. Kemudian hasil pengujian pada
163 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
variabel X5 menunjukkan nilai sebesar 0,753 > 0,06. Dan uji validitas
pada uji X6 menunjukkan nilai sebesar 683 > 0,06. Selanjutnya hasil uji
validitas pada variabel X7 menunjukan nilai sebesar 0,492 > 0,06.
Kemudian hasil uji validitas pada variabel X8, juga menunjukan nilai
sebesar 0,620 > 0,06. Selanjutnya terakhir hasil uji validitas variabel
independen X9 menunjukkan nilai validitas yang baik, yaitu mencapai
0,729 > 0,06. Dan terakhir hasil uji validitas variabel dependen, yaitu Y,
menunjukkan nilai validitas yang baik, yaitu mencapai 0, 765 > 0,06.
Berdasarkan pendapat beberapa pakar, yaitu (Imam, 2005); (Sugiyono,
2009); (Singgih, 2012); (Jogiyanto, 2011a); (Sukmaningrum, 2012);
(Willy Abdillah, 2015); (La Ode Hasiara, 2017), menyatakan bahwa jika
hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai di atas 0,06, itu adalah yang
menunjukkan tingkat reliablitas dari masing-masing butir pertanyaan
atau pernyataan reliabel.
Tabel 9. 3 Hasil Uji Reliabilitas Data
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
N of Items
,766 ,901 11
Sumber: hasil uji reliabilitas data.
Berdasarkan hasil uji Reliability Statistics menunjukkan hasil
yang baik, dengan alasan banyak para pakar, yang menyatakan jika
hasil uji reliabilitas berada di atas 0,06, maka itu menunjukkan bahwa
tersebut reliabel (Imam, 2005); (Sugiyono, 2009); (Singgih, 2012);
164 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
(Jogiyanto, 2011a); (Sukmaningrum, 2012); (Willy Abdillah, 2015); (La
Ode Hasiara, 2017).
D. ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus
dipenuhi dalam analisis regresi linear berganda (Haryadi Sarjono,
2011); (Sugiyono, 2009). Dan (Haryadi Sarjono, 2011); dan (Sugiyono,
2009) menjelaskan bahwa uji asumsi klasik mencakup uji normalitas,
uji heterokedastisitas, uji multikolonieritas, dan uji autokorelasi. Selain
itu, juga didasarkan data. Karena datanya bersumber dari kuesioner,
maka mekanisme yang harus ditempu dengan cara uji validitas
kuesioner dan uji reliabilitas data.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data dalam
penelitian sudah berdistribusi normal dan menentukan uji hipotesis
yang akan digunakan (Imam, 2005); (Sugiyono, 2009); (Haryadi
Sarjono, 2011); (Riadi, 2013); menyatakan bahwa data berdistribusi
normal, maka uji yang digunakan adalah uji statistik parametrik.
Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah, yaitu memban-
dingkan nilai yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang telah
ditentukan yaitu sebesar 0,05. Apabila nilai p > 0,05 maka data real
berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik/plot (Imam,
2005); (Haryadi Sarjono, 2011);(Riadi, 2013). Hasil Uji Normalitas Data
165 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dapat dilihat pada Gambar 9.1. Uji normalitas sebaran, merupakan
bentuk pengujian dan bertujuan untuk menguji apakah data sampel
yang diambil mengikuti sebaran distribusi normal. Sebaran ini dapat
dilihat dari tabel histogram atau plot datanya.
Gambar 9. 1 Histogram Uji Normalitas.
Bedasarkan output histogram di atas, maka diketahui
bahwa sebaran data yang ada menyebar secara merata ke semua
daerah kurva normal. Sehingga dapat disimpulkan data yang telah
terdistribusi normal. Demikian pula, jika melihat output Normal P-P
Plot sebagai berikut.
Gambar 9. 2 Hasil P-P Plot.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain (Haryadi Sarjono, 2011); (Singgih,
2012); (Willy Abdillah, 2015); dan (Jogiyanto, 2016). Jika varian dari
166 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
residual tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika varian berbeda,
maka disebut heterokedastisitas. Gejala heterokedastisitas ditunjukkan
oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai
absolute residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha
(Sig. > α) α = 0,05, maka dapat dipastikan model tidak terdapat gejala
heterokedastisitas atau dikatakan tidak terjadi heterokedastisitas
apabila t-hitung <t-tabel. Penjelasan di atas ada yang menyatakan, bahwa
uji heterokedastisitas tidak perlu dilakukan, jika datanya tidak bersifat
cros section, dan tahun data lebih dari satu tahun. Pendapat tersebut
ada benarnya, jika data bersumber dari laporan keuangan dari tahun
ketahun, data penerimaan anggaran dari tahun ke tahun, dan semua
data yang bersifat angka angka satuan rupiah. Namun perlu
pemahaman yang lebih luas tentang data, bahwa data yang diperoleh
melalui angket ada yang menyatakan tidak boleh dengan sebagaimana
167 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dijelaskan di atas. Tetepi, jika penelitian dan ilmunya bersifat psikologi
dan keperilakukan, maka uji heterokedastisitas mutlak dilakukan. Hasil
Uji Heterokedastisitas dapat dilihat pada Gambar 9.3. Uji
heterokedastisitas, atau sering disebut uji homogenitas, bertujuan
untuk mengetahui tingkat heterokedastisitas suatu data. Selain itu,
tingkat heterokedastisitas suatu data dapat dilihat dari plot datanya.
Gambar 9. 3 Heterokedastisitas.
Keterangan Gambar 9.3.
Jika titik-titik yang ada tidak merata atau menyebar pada
seluruh penjuruh, menunjukkan bahwa data dari penelitian tersebut
tidak tersebar secara merata ke seluruh OPD yang disasar.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih
variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya
168 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
(Haryadi Sarjono, 2011). Uji multikolinieritas bertujuan untuk menge-
tahui model regresi berkorelasi antar variabel bebas atau independen
(Imam, 2005); (Wiyono, 2011); (Teguh, 2012); dan (Haryadi Sarjono,
2011). Uji Multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai
Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka
model dikatakan tidak terdapat gejalah multikolinier. Uji
multikolonieritas, atau sering disebut uji independensi, uji
multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah diantara sesama
prediktor atau diantara variabel indepnden mempunyai hubungan
yang erat atau tidak. Jika sesama variabel independen saling
mempengaruhi, maka mengakibatkan korelasi prediktor dengan
kriteria kecil dan tidak signifikan. Namun, jika kita melihat hasil uji
multikolonieritas, tampak bahwa hasil pengujian menunjukkan nilai
yang cukup baik. Hal ini
dapat dilihat dari Tabel 9.4.
Tabel 9. 4 Hasil Uji Multikolinieritas
Standardized Coefficients
t
Sig.
Collinearity
statistics
Beta Tolerance VIF
169 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
-2,529 ,012
,131 4,702 ,000 ,819 1,222
,108 3,314 ,001 ,599 1,669
,016 ,441 ,659 ,510 1,961
-,007 -,175 ,861 ,448 2,230
,100 2,863 ,004 ,517 1,933
,092 2,841 ,005 ,608 1,645
,119 4,329 ,000 ,840 1,191
,086 2,887 ,004 ,707 1,414
,394 12,180 ,000 ,606 1,650
Sumber : data hasil olahan SPSS Versi 23
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada Tabel 9.5 di atas
menunjukkan bahwa nilai 1 atau lebih rendah dari 10, maka dapat
disimpulkan bahwa uji multikolinieritas menunjukkan nilai VIF tidak
lebih dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa matriks interkorelasi
dengan korelasi person maupun meregresikan antar variabel bebas
terpenuhi.
d. Uji Linieritas
Uji linieritas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
hubungan linier antara variabel independen dengan variabel dependen.
Sehingga dasar pengambilan keputusan atas uji linieritas. Jika nilai Sig.
deviation from liniearity >0,05, maka terdapat hubungan linier antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Dan jika nilai Sig. deviation from
liniearity <0,05, maka tidak terdapat hubungan linier antara variabel
170 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
bebas dengan variabel terikat. Hasil Uji Linieritas dapat dilihat pada
Tabel 9.5.
Tabel 9. 5 Hasil Uji Linieritas
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
(Combined
)
879,862
12
73,322
16,897
,000
Linearity 622,129 1 622,129 143,367 ,000
Deviation
from
Linearity
257,733
11
23,430
5,399
,000
Within Groups 3176,447 732 4,339
Total 4056,309 744
ANOVA Table
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
(Combined) 971,963 11 88,360 20,999 ,000
Linearity 911,705 1 911,705 216,668 ,000
Deviation
from
Linearity
60,258
10
6,026
1,432
,161
Within Groups 3084,346 733 4,208
Total
4056,309
744
ANOVA Table
171 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
(Combined) 834,431 7 119,204 27,268 ,000
Linearity 759,471 1 759,471 173,728 ,000
Deviation
from
Linearity
74,959
6
12,493
2,858
,009
Within Groups 3221,878 737 4,372
Total 4056,309 744
e. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk
memberi keyakinan kepada pembaca bahwa (Wahna, 2005; Wiyono,
2011); (Teguh, 2012); dan (Willy Abdillah, 2015) menyatakan bahwa uji
autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Apabila terjadi kore-
lasi maka hal tersebut menunjukkan adanya problem autokorelasi.
Masalah autokorelasi sering terjadi pada data time series. Semantara
itu, pada data cross section (crossectional). Untuk mendeteksi ada
tidaknya gejala autokorelasi dalam model regresi linier bisa dilakukan
dengan pendeteksian dengan percobaan Uji Durbin-Watson (Uji DW
test). Penjelasan di atas, ada yang menafsirakn bahwa uji autokorelasi
tidak dapat dilakukan, jika datanya bukan time series. Namun
demikian, jika ilmu yang diteliti bernuansa psikologi, maka autokrelasi
bisa diterapkan. Hasil uji autokorelasi, memiliki asumsi bahwa nilai
172 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
residual pada pengamatan yang satu tidak berkorelasi terhadap
pengamatan lainnya, maka autokorelasi yang positif mengganggu
model, karena memperkecil nilai pengaruhnya. Dengan berdasarkan
hasil pengujian yang telah dilakukan, maka nilai DW hitung sebesar
1,684, hal ini tampak pada Tabel 9.6.
Tabel 9. 6 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
,529 1,60195 1,684
a. Predictors: (Constant), X9, X1, X7, X6, X8, X3, X2, X5, X4
b. Dependent Variable: Y
Sumber : data olah SPSS Versi 23
g. Regresi Linier Berganda
Alat analisis penelitian adalah analisis regresi berganda yaitu alat
yang digunakan untuk mengukur pengaruh antara dua variabel/lebih
variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini, juga
berguna untuk memprediksi nilai variabel dependen terhadap nilai
variabel independen mengalami kenaikan/penurunan. (Sugiyono,
2013), memberi bentuk umum dari regresi linier berganda dirumuskan
seperti persamaan berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +
b6X6 + b7X7+b8X8 + b9X9 +Xn.... e
173 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Dimana:
Y = Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
a = Konstanta
X1 = Komitmen Organisasi OPD
X2 = Kompetensi Aparatur OPD
X3 = Sikap Aparatur OPD
X4 = Perilaku Aparatur OPD
X5 = Standar Operasional Prosedur OPD
X6 = Sistem Pengendalian Intern OPD
X7 = Penguatan APBD/APBN OPD
X8 = Dukungan TI OPD
X9 = Monitoring/Evaluasi
b1...b2 = Koefisien Regresi
e = Kesalahan Pengganggu.
E. PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian hipotesis merupakan pengujian terhadap ketepatan
fungsi model regresi linier berganda dalam menaksirkan nilai pada
penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pengujian parsial (uji t),
pengujian dan pengujian simultan (uji F), maka dilakukan dengan uji
koefisien determinasi (R2). Analisis regresi merupakan analisis yang
digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat (Sugiyono, 2009); (Sukmaningrum, 2012); dan (Teguh, 2012)
dan (Jogiyanto, 2011a). Sebelum analisis ini dilaksanakan, terlebih
174 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dahulu perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk menghasilkan nilai
parameter model penduga yang sah. Nilai tersebut akan terpenuhi jika
hasil uji asumsi klasiknya memenuhi asumsi normalitas.
1. Uji t (Parsial)
Uji t (Wiyono, 2011); (Singgih, 2012) menyatakan bahwa uji
parsial bertujuan untuk menguji, apakah variabel bebas (X1, X2, X3, X4,
X5, X6, X7, X8, X9) secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat
(Wajar Tanpa Pengecualian), maka digunakan pengujian koefisien
regresi secara parsial (uji t), yaitu dengan membandingkan t tabel dan
t hitung. Dengan melihat perbandingan t-tabel dan t hitung, maka
secara parsial, dapat dilihat variabel independen manakah yang lebih
dominan terhadap variabel dependen.
2. Uji Signifikansi (Uji Statistik F)
Uji Signifikansi (Sugiyono, 2013); dan (Jogiyanto, 2016)
menyatakan bahwa uji F atau ANOVA digunakan untuk menguji apakah
secara bersama-sama seluruh variabel independen, yaitu: komitmen
organisasi, kompetensi aparatur, perilaku aparatur, standar opera-
sional prosedur, sistem pengendalian intern.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Analisis determinasi dalam regresi berganda digunakan untuk
mengetahui persentasi sumbangan pengaruh variabel independen
(X1,X2, X3, X4, X5,X6,X7, X8, X9) secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen (Y). Semakin besar nilai R2, maka semakin besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Maka perlu
diketahui koefisien determinasi (R2). Pada intinya koefisien determinasi
175 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
(R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerang-kan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel indepen-
den memberi pada hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.
F. PERHATIAN SERIUS PADA BAB IX
Berdasarkan penjelasan yang ada pada bab 8, dalam buku ini
dengan bab 9, di sini tampat ada perbedaan isi bab 8 dengan isi bab 9
dalam buku ini.Perbedaan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Bab 8, dalam buku ini
Bab 8 dalam buku ini merupakan Bab 3, dalam penelitian yang
sesubgguhnya, dan itu isinya ada pada proposal atau pada saat ujian
proposal.
2. Bab 9, dalam buku ini
Bab 9 dalam ini merupakan Bab 3, yang ada dalam penelitian yang
sesugguhnya, dan itu isinya ada setelah uji proposal atau pengujian
data lapangan.
Perbedaan tersebut disebabkan (a) Ujian proposal peneliti belum
mengumpulkan data lapangan. (b) Ujian tertutup (Ujian Hasil),
dilakukan setelah peneliti mengumpulkan data lapangan, dan data
tersebut telah dilakukan pengolahan. Mengingat ada perbedaan,
176 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
maka bab 3 setelah mengumpulkan data, terjadi perubahaan yang
mendasar, dan ada kata-kata yang tidak boleh muncul dalam kalimat
Skripsi, Tesis, dan Disertasi setelah peneliti mengolah data penelitian
menjadi hasil. Tanpa disadari oleh beberapa peneliti, dan ini
merupakan keteledoran dalam menggunakan kata-kata, misalnya kata
akan dan kata mengatakan. Kata akan hanya tepat digunakan dalam
ranah penelitian keperilakuan, perencanaan, dan psikologi. Namun
penulis perlu mengingatkan selain ranah penelitian di atas, maka
disarankan juga jangan dipasang sembarangan kata. Banyak para
peneliti, yang menggunakan kata-kata akan tanpa menyadari meng-
gunaan kata-kata akan, dan penggunaaan kata mengatakan, kata ini
tidak tepat, jika telah disajikan dalam naskah, kata mengatkan hanya
tepat, jika peneliti sedang bertatap muka dengan seseorang yang
sedang diwawancarai, tetapi hasil wawancara tersebut, jika peneliti
telah menuangkan dalam sebuah narasi, maka kata yang tepat adalah
menyatakan.
3. Bab 3, Penelitian Sesungguhnya (Proposal)
Peneliti dapat mencermati isi buku ini baik-baik, terdapat
perbedaan yang mendasar antara isi bab 8 dan isi Bab 9 dalam buku
ini.
4. Bab 3, Penelitian Sesungguhnya (Hasil)
Isi dalam bab 9 buku ini, setelah peneliti melakukan penelitian,
maka isi bab 3 proposal dapat menggantikan isi bab 9, dengan isi
proposal yang ada di bab 3 penelitian yang sesubngguhnya.
177 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
G. SIMPULAN
Penulis menitip pesan kepada para peneliti, untuk lebih
berhati-hati dalam melakukan penelitian, terutama bab 3 pada
metode penelitian sebelun ujian proposal dan metode penelitian
sesudah proposal, kecuali penelitian yang berorientasi pada
perencanaan, keperilakukan, dan psikologi. Untuk lebih jelasnya, maka
penulis dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Bab 3 pada penelitian sesungguhnya, para peneliti menulis bab
tersebut, itu dilakukan mengahadapi ujian proposal. Karena
menghadapi ujian proposal, maka peneliti sering menggunakan
asumsi atau berandai-andai, misal akan.
2. Kata akan, peneliti masih tepat dicantumkan sebatas sampai
dengan ujian proposal, karena peneliti tersebut masih berandai-
andai belum menemukan data yang sesungguh.
3. Setelah peneliti melakukan mengolahan data, maka kata-kata akan
harus diperjelas, karena dapat menggannggu pemikiran pembaca.
4. Kata akan boleh dilakukan, kecuali peneliti melakukan penelitian
pada ranah, yang antara lain ilmu perencanaan, ilmu keperilakuan,
dan ilmu psikologi.
5. Kata mengatakan, jangan dicantumkan dalam tulisan Anda, karena
kata mengatakan tidak pantas untuk dicantumkan dalam isi naskah
tulusan Anda.
6. Kepantasan pencantuman kata mengatakan hanya tepat, jika
pembicara sedang berdapan muka dengan peneliti, namun
178 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
peneliiti setelah menuangkan dalam naskah tulisan hindari kata
mengatakan.
7. Khusus bab 3, setelah peneliti melakukan berbagai bentuk
pengujian terkait dengan bab 3, sebaiknya isi bab 3 setelah
pengujian hendaknya diperbaiki.
8. Isi materi yang harus diperbaiki adalah kata-kata, yang salah
satunya adalah kata akan, dan selanjutnya bab 3, peneliti harus
merubah kembali isi naskah sebelum ujian proposal, tetapi setelah
peneliti melalui ujian proposal maka kata-kata yang mengandung
asumsi hendaknya cantumkan sesuai hasil pengolahan data yang
sesungguhnya terjadi.
9. Jadi semua jenis uji asumsi-asumsi yang telah dilakukan pada saat
ujian proposal, maka peneliti setelah melakukan pengumpulan
data lapangan, kemudian dilanjutkan dengan pengujian yang
sesungguhnya, dan pengujian tersebut kembali menyesuaikan hasil
pengujian tersebut dan meletakkannya kembali ke bab 3, dan
mengganti semua hasil uji asumsi-asumsi yang pernah peneliti
mencantumkan dan mengganti semua hasil yang sesuai dengan
data sesungguhnya yang terjadi di lapangan.
10. Peneliti perlu memerhatikan terkait dengan penggantiian isi bab 3
hanya data-data yang tidak bersesuaian dengan bab 3 setelah
pengohan data.
11. Singkat cerita, setelah peneliti melakukan penelitian lapangan dan
telah melakukan berbagai uji, sesuai dengan yang disyaratkan,
179 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
maka hasil pengujian tersebut harus menggantikan isi bab 3 pada
saat ujian proposal.
12. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian serius isi bab 3 setelah
ujian proposal adalah: (1) Uji validitas kuiesioner, (b) Uji reliabilitas
data.
13. Hasil Uji Asusmsi Klasik, misalnya (a) Uji Normalitas. (b) Uji
Heterokedastisitas. (c) Uji Multikolinieritas. (d) Uji Linieritas, dan
(e). Uji Autokorelasi. Hasil uji diletakkan pada bab 3 setelah
penelitian lapangan.
14. Hasil uji yang diteruskan sampai pada Bab 4, Analisis dan
Pembahasan adalah hasil (a) Uji t, (b) Uji F, dan (c) Uji Regresi Linier
berganda. Hasil pada poin 14 di atas tidak perlu disajikan pada bab
3 sesungguhnya, yaitu setelah ujian proposal.
15. Menjadi perhatian utama, disampaikan pada peneliti pemula hati-
hati dalam menyajikan simpulan dan sara. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu (a) harus ada kesesuaian antara rumusan
masalah dengan tujuan penelitian. (b) harus ada kesesuaian antara
rumusan masalah penelitian dengan hipotesis penelitian, serta
simpulan hasil penelitian.
BAB 10
LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN DATA KUANTITATIF
A. PENGUJIAN DATA KAUNTITATIF
180 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Jika peneliti telah mengumpulkan data lapangan dalam bentuk
tabulasi, maka data tersebut telah siap untuk dilakukan pengolahan
secara statistik, dengan menggunakan bantuan SPSS. Langkah-langkah
uji asumsi klasik (normalitas, linieritas, autokorelasi, multikolinieritas,
heteroskedastisitas) dengan SPSS dalam regresi dan perhitungan
regresi adalah sebagai berikut: (klik gambar untuk memper besar)
1. Distribusi data excel copy responden dan masing masing jumlah
variabel ke IBM SPSS data view.
2. Klik variabel view (letaknya pada kiri bawah), nama tulis responden,
nama variabel, desimal tulis nol dan pada label tulis respoden dan
nama variabel.
B. TABULASI DATA
Tabulasi data diartikan sebagai menjumlahan data-data yang
sejenis dari sebuah indikator. Dan indikator tersebut dimasukkan
dalam bentul tabel, jumlah tabel, juga disesuaikan dengan jumlah
variabel yang ada dalam penelitian. Hal yang perlu diperhatihan terkait
dengan tabulasi data dari metode penelitian kuantitatif diaitkan
dengan model penelitiannya, misalnya tabulasi data harus hati-hati.
Contoh Tabulasi data dalam bentuk Excel dapat dilihat pada Tabel
10.1.
Tabel 10. 1 Tabulasi Data
No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 Y
181 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
1 15 15 15 15 19 15 15 15 19 15
2 15 15 15 15 20 15 19 19 20 19
4 17 15 20 17 18 19 20 18 18 18
5 17 18 15 15 20 15 19 19 20 19
6 15 20 17 16 20 19 19 19 20 19
7 15 16 15 12 16 15 15 15 16 15
8 17 16 15 15 20 15 19 19 20 19
9 17 18 15 15 20 15 19 19 20 19
10 17 18 19 17 17 19 19 19 17 19
11 13 19 18 15 18 15 16 18 18 18
12 15 16 19 18 16 18 18 14 16 14
13 14 15 15 15 20 15 15 15 20 15
14 15 15 15 15 19 15 15 15 19 15
15 15 19 15 15 20 17 15 15 20 15
16 15 15 15 15 19 15 15 15 19 15
17 15 15 15 15 20 15 19 19 20 19
18 17 15 20 17 18 19 20 18 18 18
182 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
19 17 18 15 15 20 15 19 19 20 19
20 17 20 17 16 20 19 19 19 20 19
21 13 16 15 12 16 15 15 15 16 15
22 15 16 15 15 20 15 19 19 20 19
23 14 18 15 15 20 15 19 19 20 19
24 17 18 19 17 17 19 19 19 17 19
25 13 19 18 15 18 15 16 18 18 18
26 15 16 19 18 16 18 18 14 16 14
27 15 15 15 15 20 15 15 15 20 15
28 15 15 15 15 19 15 15 15 19 15
29 15 19 15 15 20 17 15 15 20 15
30 15 16 15 15 16 15 17 16 16 16
31 17 15 15 15 17 20 15 15 17 15
32 17 16 13 14 20 13 20 15 20 15
33 17 20 15 20 19 19 20 15 19 15
34 13 17 15 18 20 20 20 20 20 20
35 15 12 16 20 17 17 20 16 17 16
183 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
36 14 15 17 16 16 18 18 15 16 15
37 17 20 20 20 20 16 20 15 20 15
38 13 17 15 15 20 16 16 16 20 16
39 15 16 19 19 18 20 20 19 18 19
40 15 20 18 19 20 19 18 15 20 15
Dan seterusnya s.d. 745 jumlah responden dalam penelitian ini.
Tabel 10. 1 di atas merupakan salah satu contoh dari tabulasi
dalam ranah Penelitian Kuantitatif. Dan tabulasi tersebut merupakan
bentuk tabulasi data yang telah siap untuk diolah sesuai model yang
diinginkan peneliti (penulis). Adapun langkah-langkah yang dilakukan
untuk melakukan pengolahan data adalah sebagai berikut.
184 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
1. Pertama, peneliti melakukan uji validitas data. Sebelum melakukan
uji validitas, maka peneliti dianjurkan untuk membuka file SPSS.
Dalam kasus ini penulis menggunakan SPSS Versi 23.
Gambar 10. 1 Pencantuman Variabel Penelitian dari X1 s.d. Y, dan T.
Sebelum dilakukan uji validitas, maka penulis harus kembali ke
menu SPSS, yaitu dengan cara peneliti harus memindahkan dari
variabel view (variable view) ke data view, pemindahan tersebut
bertujuan untuk memasukan nilai data excel ke variabel view di
samping sebelah kiri Anda.
185 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Gambar 10. 2 Pencantuman Indikator Variabel dari X1 s.d. X9, Y dan T.
Untuk melakukan uji validitas data dapat dilihat langkah-
langkah sebagai berikut. (1) klik analize di samping atas pada vont SPSS
Versi 23, dan pilih korelasi (correlate) dan tempatkan curser pada vont
bivariat (bivariate) sebelah kanan dan klik bivariate dan kemudian
masukan semua variabel, baik variabel Y maupun variabel X1 s.d.X9,
dan total. Selanjutnya masukan semua variabel ke dalam variabel dan
selanjutnya klik options, kemudian centang means and standard
deviatios, dan centang cross-product deviations and covariances dan
selanjutnya klik continue ok.
LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
186 METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
187 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Berdasarkan hasil uji validitas di atas tampak semua variabel dalam
penelitian ini menunjukkan hasil yang baik.
Berdasarkan hasil uji validitas di atas dapat dilihat pada rincian
uji validitas sebagai berikut. Masing-masing variabel tersebut, jika
dilakukan uji validitas instrumen dapat dilihat pada hasil rekapitulasi
pengolahan data pada Tabel 10.2
Tabel 10. 2 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Data
Pernyataan Person
Correlations
Sig. keterangan
X1 .546*** ,000 Valid
X2 .715*** ,000 Valid
X3 .721*** ,000 Valid
X4 .765*** ,000 Valid
188 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
X5 .753** ,000 Valid
X6 .683** ,000 Valid
X7 .492** ,000 Valid
X8 .620** ,000 Valid
X9 .729** ,000 Valid
Y .765** ,000 Valid
Sumber : data diolah melalui SPSS Versi 23
Berdasarkan hasil sebagaimana tampak pada Tabel 10.4 hasil
rekapitulasi uji validitas data menunjukkan hasil yang baik, X1
menunjukkan hasil uji validitas data sebesar 0,546. Hasil uji validitas
dengan nilai 0,546 > 0,06. Selanjutnya hasil uji validitas variabel X2,
juga menunjukkan hasil yang baik, dengan nilai 0,715 > 0,06. Kemudian
hasil uji validitas variabel X3 menunjukkan nilai yang baik, yaitu
sebesar 721 > 0,06. Selanjutnya hasil uji validitas variabel X4
menunjukkan nilai 0,765 > 0,06. Kemudian hasil pengujian pada
variabel X5 menunjukkan nilai sebesar 0,753 > 0,06. Dan uji validitas
pada uji X6 menunjukkan nilai sebesar 683 > 0,06. Selanjutnya hasil uji
validitas pada variabel X7 menunjukan nilai sebesar 0,492 > 0,06.
Kemudian hasil uji validitas pada variabel X8, juga menunjukan nilai
sebesar 0,620 > 0,06. Selanjutnya terakhir hasil uji validitas variabel
independen X9 menunjukkan nilai validitas yang baik, yaitu mencapai
0,729 > 0,06. Dan terakhir hasil uji validitas variabel dependen, yaitu Y,
menunjukkan nilai validitas yang baik, yaitu mencapai 0, 765 > 0,06.
Berdasarkan pendapat beberapa pakar, yaitu (Imam, 2005); (Sugiyono,
2009); (Singgih, 2012); (Jogiyanto, 2011); (Sukmaningrum, 2012);
189 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
(Willy Abdillah, 2015); (La Ode Hasiara, 2017), menyatakan bahwa jika
hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai di atas 0,06, itu adalah yang
menunjukkan tingkat reliablitas dari masing-masing butir pertanyaan
atau pernyataan reliabel.
2. Kedua, peneliti melakukan uji reliabilitas data.
Uji reliabilitas data merupakan analisis yang dapat dilakukan
dengan cara (1) klik menu analyze > Scale > Reliability Analysis. Hal ini
Anda dapat dilakukan dengan cara kembali membuka vont SPSS versi
23. Klik analyze > Scale > Reliability Analysis masukkan semua variabel
ke dalam kotak items sebelah kanan, lalu klik statistics, dilanjutkan
dengan cara klik ok. Centang pada kotak di bawah descriftives for,
yaitu centang pada kotak item, dan kotak Scale, dan setelah itu item-
item sebelah kanan atas, yaitu di bawah item-item tertulis
correlations, dan kotak covariances, peneliti klik continue.
Gambar 10. 3 Kotak Dialog Proses Uji Reliabilitas Data
Setelah peneliti mengklik continue, maka muncul hasil
pengolahan data, seperti tampak pada Tabel 10.3.
190 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Tabel 10. 3 Hasil Uji Reliabilitas Data
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
N of Items
,766 ,901 11
Sumber: hasil uji reliabilitas data.
Berdasarkan hasil uji Reliability Statistics menunjukkan hasil
yang baik, dengan alasan banyak para pakar, yang menyatakan jika
hasil uji reliabilitas berada di atas 0,06, maka itu menunjukkan bahwa
tersebut reliabel (Imam, 2005); (Sugiyono, 2009); (Singgih, 2012);
(Jogiyanto, 2011); (Sukmaningrum, 2012); (Willy Abdillah, 2015); (La
Ode Hasiara, 2017).
C. UJI ASUMSI KLASIK
Uji asumsi klasik merupakan uji yang sering dipakai ketika
peneliti menggunakan regresi, yang mengisyaratkan harus melakukan
uji asumsi klasik. Hal ini dijelaskan bahwa jika menggunakan statistik
parametri itu diharuskan menggunakan uji asumsi klasik. Walaupun uji
ini bukan hal baru, namun ketika peneliti menggunakan regresi linier
berganda, maka menjadi syarat mutlak untuk uji asumsi klasik.
Berdasarkan informasi tersebut, maka langkah-langkah dalam
melakukan uji asumsi klasik, sebagai syarat regresi linier berganda
sebagai berikut.
Untuk mengetahui normalitas sebaran pada kasus ini, maka dapat
memerhatikan hasil uji normalitas sebagai barikut. Pertama-tama
191 METODE PENELITIAN TERAPAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
peneliti buka font seperti tampak pada Gambar 10.2 di atas, kemudian
klik Analyze > Regresi > Linier, kemudian tempatkan variabel Y ke kotak
dependen variabel, dan tempatkan semua variabel independen ke
dalam kotak variabel independen.
a. Kemudian masukan variabel X ke kotak Independent (s) dan
variabel Y dalam kotak Dependepent. Pilih Metode Enter.
Kemudian klik Statistik, maka muncul tampilan seperti tampak
pada Gambar 10.5.
Gam bar 10. 4
Dial og
LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
Linier Berganda Gambar 10. 5 Kotak Dialog Regresi Linier Berganda: Statistik
b. Beri kode pada Durbin Weston pada Residual untuk melihat nilai
autokorelasi, Collinearity diagnosis, yaitu untuk melihat asusmsi
Multikolinieritas. Klik continue untuk melanjutkan.
Gambar 10. 6 Kotak Dialog Regresi Linier: Plots
c. Klik Plots dan Histogram dan Normal Probability Plot pada
Standarized Residual Plot.
d. Kemudian masukkan variabel SRESID ke dalam kotak Y, dan
masukkan variabel X ke dalam kotak ZPRED, untuk melihat
asumsi tentang heterokedastisitas, tekan Continue.
e. Abaikan yang lain selanjutnya tekan ok, untuk melihat hasil
analisis Regresi Linier Berganda, sebagaimana langkah-langkah
yang telah diuraikan di atas adalah sebagai berikut.
LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
192 METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
193 SIARA METODE PENELITIAN TERAPA
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
AMMAD DIAH UNTUK PENDIDIKAN VOKAS
KHUSUS HUMANIOR
a) Uji normalitas sebaran, merupakan bentuk pengujian dan
bertujuan untuk menguji apakah data sampel yang diambil
mengikuti sebaran distribusi normal. Sebaran ini dapat
dilihat dari tabel histogram atau plot datanya.
Gambar 10. 7
Histogram Uji Normalitas.
Bedasarkan output histogram di atas, maka diketahui
bahwa sebaran data yang ada menyebar secara merata ke
semua daerah kurva normal. Sehingga dapat disimpulkan
data yang telah terdistribusi normal. Demikian pula, jika
melihat output Normal P-P Plot sebagai berikut.
LA ODE HA
SUDARLAN
AHYAR MUH
N
I
A
194 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Gambar 10. 8 Hasil P-P Plot.
b) Uji multikolonieritas, atau sering disebut uji independensi,
uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah
diantara sesama prediktor atau diantara variabel indepn-
den mempunyai hubungan yang erat atau tidak. Jika
sesama variabel independen saling mempengaruhi, maka
mengakibatkan korelasi prediktor dengan kriteria kecil dan
tidak signifikan. Namun, jika kita melihat hasil uji
multikolonieritas, tampak bahwa hasil pengujian
menunjukkan nilai yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat
dari Tabel 10.4.
Tabel 10. 4 Hasil Uji Multikolinieritas
195 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta Tolerance VIF
-2,529 ,012
,131 4,702 ,000 ,819 1,222
,108 3,314 ,001 ,599 1,669
,016 ,441 ,659 ,510 1,961
-,007 -,175 ,861 ,448 2,230
,100 2,863 ,004 ,517 1,933
,092 2,841 ,005 ,608 1,645
,119 4,329 ,000 ,840 1,191
,086 2,887 ,004 ,707 1,414
,394 12,180 ,000 ,606 1,650
Sumber : data hasil olahan SPSS Versi 23
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada Tabel 10.4
di atas menunjukkan bahwa nilai 1 atau lebih rendah dari 10,
maka dapat disimpulkan bahwa uji multikolinieritas
menunjukkan nilai VIF tidak lebih dari 10, maka dapat disim-
pulkan bahwa matriks interkorelasi dengan korelasi person
maupun meregresikan antar variabel bebas.
c) Uji heterokedastisitas, atau sering disebut uji homogenitas,
bertujuan untuk mengetahui tingkat heterokedastisitas
suatu data. Selain itu, tingkat heterokedastisitas suatu data
dapat dilihat dari plot datanya.
Gambar
10. 9 Hasil Uji
Heterokedastisitas
d) Uji autokorelasi, memiliki asumsi bahwa nilai residual pada
pengamatan yang satu tidak berkorelasi terhadap
pengamatan lainnya, maka autokorelasi yang positif meng-
ganggu model, karena memperkecil nilai pengaruhnya.
Dengan berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan,
maka nilai DW hitung sebesar 1,684, hal ini tampak pada
Tabel 10.5
Model Summaryb
LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
196 METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
197 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
ab el 10. 5 Ha sil Uji Aut okorelasi
SSumber : data olah SPSS Versi 23
e) Uji linieritas, merupakan salah satu bentuk pengujian yang
bertujuan untuk memastikan apakah data sampel sesuai
dengan garis linier atau tidak. Jika sebaran datanya bem-
bentuk garis diagonal, yaitu titik-titik bulat mengelilingi garis
diagonalnya, ke atas dan ke bawah, secara bergantian dapat
dikatakan data adalah linier. Untuk membuktikan pernyatan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.10
T
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
,529 1,60195 1,684
a. Predictors: (Constant), X9, X1, X7, X6, X8, X3, X2, X5, X4
b. Dependent Variable: Y
198 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Gambar 10. 10 Kota Dialog Proses Uji Linieritas
Selanjutnya klik options pada kotak di atas, maka muncul kotak
dialog seperti tampak pada Gambar 10.11.
199 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
ANOVA Table
Gambar 10. 11 Kotak dialog Pengujian Linieritas
Berdasarkan hasil uji linieritas seperti tampak pada Gambar di
atas, maka hasilnya muncul seperti pada Tabel-Tabel di bawah
ini.
200 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Between (Combined)
Groups Linearity
Deviation
from
Linearity
879,862
622,129
257,733
12
1
11
73,322
622,129
23,430
16,897
143,367
5,399
,000
,000
,000
Within Groups 3176,447 732 4,339 Total 4056,309 744
ANOVA Table
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Between (Combined)
Groups
Linearity
Deviation
from
Linearity
971,963
911,705
60,258
11
1
10
88,360
911,705
6,026
20,999
216,668
1,432
,000
,000
,161
Within Groups 3084,346 733 4,208 Total 4056,309 744
ANOVA TABLE
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Between (Combined)
Groups Linearity
Deviation
from
Linearity
834,431
759,471
74,959
7
1
6
119,204
759,471
12,493
27,268
173,728
2,858
,000
,000
,009
Within Groups 3221,878 737 4,372 Total 4056,309 744
ANOVA TABLE
201 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Between (Combined)
Groups Linearity
Deviation
from
Linearity
895,379
864,234
31,145
8
1
7
111,922
864,234
4,449
26,060
201,231
1,036
,000
,000
,404
Within Groups 3160,929 736 4,295 Total 4056,309 744
ANOVA Table
Sum of
Squares
Df
Mean
Square
F
Sig.
Between (Combined) 1257,813 10 125,781 32,990 ,000
Linearity 976,469 1 976,469 256,112 ,000
Deviation
from
Linearity
Within Groups 2798,496 734 3,813 Total 4056,309 744
ANOVA TABLE
Sum
Squares
of Df Mean
Square
F Sig.
Between (Combined) 828,786 8 103,598 23,624 ,000
Linearity 819,504 1 819,504 186,879 ,000
Deviation
from
Linearity
Within Groups 3227,523 736 4,385 Total 4056,309 744
202 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
ANOVA TABLE
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Between (Combined)
Groups Linearity
Deviation
from
Linearity
616,795
575,801
40,994
8
1
7
77,099
575,801
5,856
16,498
123,212
1,253
,000
,000
,271
Within Groups 3439,514 736 4,673 Total 4056,309 744
ANOVA TABLE
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Between (Combined)
Groups
Linearity
Deviation
from
Linearity
1039,529
781,294
258,236
9
1
8
115,503
781,294
32,279
28,141
190,352
7,864
,000
,000
,000
Within Groups 3016,779 735 4,104 Total 4056,309 744
ANOVA TABLE
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Between (Combined)
Groups Linearity
Deviation
from
Linearity
1710,417
1704,372
6,046
7
1
6
244,345
1704,372
1,008
76,830
535,907
,317
,000
,000
,928
Within Groups 2340,739 736 3,180 Total 4051,156 743
203 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
D. SIMPULAN
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Harus dicopy data excel copy responden dan masing masing jumlah
variabel ke IBM SPSS data view.
2. Variabel view (letaknya pada kiri bawah), nama tulis responden,
nama variabel, desimal tulis nol dan pada label tulis respoden dan
nama variabel.
3. Tabulasi data semua data dalam bentuk excel, sebelum ditransfer
ke IMB SPSS, untuk melakukan uji validitas uji reliabilitas.
4. Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas menunjukkan hasil
yang baik, uji validitas maupun uji reliabilitas.
5. Hasil uji Normalitas menunjukkan hasil yang baik, bahwa data
dalam penelitian ini terdistribusi normal.
6. Uji multikolonieritas, jika kita melihat hasil ujinya tampak bahwa
hasil pengujian menunjukkan nilai yang cukup baik, nilai VIF tidak
melebihi dari nilai 10, sehingga dikatakan data dalam penelitian ini
tidak terjadi adanya multikolonieritas.
7. Uji heterokedastisitas, atau sering disebut uji homogenitas,
bertujuan untuk mengetahui tingkat heterokedastisitas suatu data,
berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa data dalam penelitian menunjukkan adanaya homogenitas
atau terjadi heterokedastisitas, karena tampak titik-titik yang dalam
kotak tidak tersebar ke seluruh kota, tampak berkumpul disatu titik
yang sama.
204 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
8. Berdasarkan hasil uji autokorelasi, bahwa nilai residual pada
pengamatan satu tidak berkorelasi terhadap pengamatan lainnya,
maka hasil pengujian dalam penelitian tidak tidak terjadi adanya
autokorelasi.
9. Berdasarkan hasil pengujian uji linieritas menunjukkan bahwa data
yang ada dalam penelitian ini menunjukkan adanya data yang
bersifat linier.
205 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
BAB 11
VERSI-HASIL PENDEKATAN KUANTITATIF
A. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendekatan penelitian ini dibagi dalam dua kelompok pendekat-
an, yaitu (1) pendekatan kuantitatif, dan (2) pendekatan kualitatif yang
menggunakan diagram tulang ikan (fishbone). Pendekatan kuantitatif
berfungsi untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependent. Fishbone (Fatimah and Nellyaningsih 2017)
menyatakan bahwa pendekatan yang menggunakan diagram tulang
ikan (fishbone) berfungsi untuk mencari penyebab mengapa sebagian
kab/kota yang ada di provinsi Kalimantan Timur belum mendapat
Opini WTP. Pertanyaan semacam ini yang bisa menjawab adalah
pendekatan kualitatif. Sang peneliti mencari tahu mengapa hal ini bisa
terjadi.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kalimantan Timur, namun
secara keseluruhan masih dalam proses revisi-revisi, termasuk luaran-
luaran yang telah dicapai, namun luaran tersebut belum sepenuhnya
dijurnalkan. Namun kami telah menyepakati dengan Tim, bahwa
terakreditasi dan jurnal Internasional akan dikirim paling lambat awal
bulan November 2018. Pendapat Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) merupakan pendapat yang terbaik atas laporan suatu entitas.
Laporan Entitas yang disampaikan manajemen terhadap laporan ke-
uangan suatu periode akuntansi disusun berdasarkan Standar
206 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Akuntansi Pemerintah (SAP). Kemudian pemeriksaan yang
dilakukan/Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggunakan norma
pemeriksaan sebagai Standar Profesional Pemeriksaan Akuntan
Indonesia. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) adalah sebuah opini
yang dikeluarkan auditor terhadap laporan keuangan. Sesuai dengan
tuntutan dari masyarakat dan amanat Undang-Undang No.17 Tahun
2003, tentang Keuangan Negara. Pemerintah diharuskan untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good public
governance), khususnya dalam hal pengelolaan keuangan negara.
Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan
berdasarkan perundang-undangan, sistem kelembagaan, dan pening-
katan kualitas sumber daya manusia (Suhardjanto, Namun, dibalik
audit yang dilakukan sesuai dengan standar, dan tidak berarti entitas
yang mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) tersebut
telah bekerja dengan baik. Pada dasarnya opini WTP tidak ditujukan
secara khusus untuk 2010) mendeteksi adanya korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Namun disebabkan pada saat dilakukan audit, dan bukan
untuk menemukan opini WTP, tetapi audit dilakukan bertujuan untuk
memberikan opini WTP atas laporan keuangan yang telah diaudit.
Pemberian opini WTP bukanlah suatu kebenaran, melainkan hanya
sebatas pada kewajaran pengelolaan keuangan negara. Apabila suatu
entitas telah mendapatkan opini WTP bukan berarti entitas tersebut
bebas dari kecurangan maupun penyimpangan. Karena kecurangan
207 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dan penyimpangan yang terjadi disuatu entitas tidak dapat dilihat
hanya dari kewajaran dari suatu laporan keuangan.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), mengacu pada PP
No. 60 Tahun 2008 serta Keputusan Presiden No. 74 Tahun 2001,
pemerintah daerah yang otonom diharap mendapatkan opini WTP dari
BPK. Kenyataan dalam praktek untuk mendapatkan opini WTP dari BPK
sangat sulit. Hal ini, disebabkan karena sumber daya manusia yang ada
dalam pemerintahan tidak mempunyai kinerja yang baik. Namun di
provinsi Kalimantan dan kota Samarinda sejak Tahnu 2014 sampai
dengan Tahun 2015 telah mendapatkan opini WTP, dari BPK. Melihat
fenomena tersebut, maka opini dari hasil audit BPK di atas, dapat dike-
mukakan beberapa penyebab LKPD belum andal dan belum ber-
kualitas. Sistem Pengendalian Internal pemerintah kota masih lemah
dan kepatuhan terhadap perundang-undangan belum sepenuhnya di-
laksanakan. Hal ini lebih disebabkan penerapan sistem akuntansi yang
tidak konsisten, dan berpengaruh pada pola pikir, sikap, serta kinerja
aparatur. Kelemahan kinerja aparatur lebih disebabkan ketidak-
patuhan terhadap ketentuan, dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sehingga dapat memengaruhi kehandalan dalam laporan
keuangan pemerintah daerah.
Ketepatan fungsi model regresi linier berganda dalam mena-
ksirkan nilai pada penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu
pengujian parsial (uji t), pengujian simultan (Uji F), maka dilakukan
dengan uji koefisien determinasi (R2). Analisis regresi merupakan ana-
lisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas
208 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
terhadap variabel terikat (Sugiyono 2009); (Sukmaningrum 2012); dan
(Teguh 2012) dan (Jogiyanto 2011). Sebelum analisis ini dilaksanakan,
terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk menghasilkan
nilai parameter model penduga yang sah. Nilai tersebut terpenuhi hasil
uji asumsi klasiknya terpenuhi asumsi normalitas.
1. Uji t (Parsial)
Uji t (Wiyono 2011); (Singgih 2012) menyatakan bahwa uji
parsial bertujuan untuk menguji, apakah variabel bebas (X1, X2, X3, X4,
X5, X6, X7, X8, X9) secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat
(Wajar Tanpa Pengecualian), maka digunakan pengujian koefisien
regresi secara parsial (uji t), yaitu dengan membandingkan t tabel dan
t hitung. Dengan melihat perbandingan t-tabel dan t hitung, maka
secara parsial, dapat dilihat variabel independen manakah yang lebih
dominan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian
yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa semua variabel
bebas dalam peneliti ini memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel dependennya, kecuali variabel X3 dan X4 tidak
berpengaruh terhadap Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11.1.
Tabel 11. 1 Hasil Uji Parsial (Uji t)
209 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1,936 ,766 -2,529 ,012
X1 ,131 ,028 4,702 ,000
X2 ,109 ,033 ,108 3,314 ,001 ,599 1,669
X3 ,018 ,041 ,016 ,441 ,659 ,510 1,961
X4 -,007 ,041 -,007 -,175 ,861 ,448 2,230
X5 ,097 ,034 ,100 2,863 ,004 ,517 1,933
X6 ,094 ,033 ,092 2,841 ,005 ,608 1,645
X7 ,145 ,034 ,119 4,329 ,000 ,840 1,191
X8 ,090 ,031 ,086 2,887 ,004 ,707 1,414
X9 ,418 ,034 ,394 12,180 ,000 ,606 1,650
a. Dependent Variable: Y
Sumber : hasil diolah IBM SPSS Versi 23.
2. Uji Signifikansi (Uji Statistik F)
Uji Signifikansi (Sugiyono 2013); dan (Jogiyanto 2016)
menyatakan bahwa uji F atau ANOVA digunakan untuk menguji apakah
secara bersama-sama seluruh variabel independen, yaitu: komitmen
organisasi, kompetensi aparatur, perilaku aparatur, standar opera-
sional prosedur, sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap
variabel dependent. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa
secara simultan bahwa variabel independent berpenguruh positif dan
signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
11.2.
Tabel 11. 2 Hasil Uji Simultan (F)
Model Sum of Square Df Means
Square
F Sig.
210 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
1 2.167,539 9 240,838 93,849 ,000b
Regession
1.883,617
734
Residual
Total
a. Dependent Variable:Y
b. Predictors: (Constant), X9, X1, X7, X6, X8, X3, X2, X5, X4
Berdasarkan Tabel 11.2 di atas menunjukkan bahwa secara
simultan variabel independent berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel dependent. Hal ini dapat dilihat pada Tabel11.2.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Analisis determinasi dalam regresi linier berganda digunakan
untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel
independen (X1,X2, X3, X4, X5,X6,X7, X8, X9) secara simultan berpengaruh
terhadap variabel dependen (Y). Semakin besar nilai R2, maka semakin
besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Maka perlu
diketahui koefisien determinasi (R2). Pada intinya koefisien determinasi
(R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel inde-
penden dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberi pada hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memp-
rediksi variabel dependen.
Tabel 11. 3 Model Summaryb
211 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Model
R
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,731a ,535 ,529 1,60195 1,684
a. Predictors: (Constant), X9, X1, X7, X6, X8, X3, X2, X5, X4
b. Dependent Variable: Y
B. PEMBAHASAN HASIL
Berdasarkan Uji determinsi menunjukkan nilai R2 sebesar =
53,5%, nilai tersebut dapat diartikan bahwa variabel independen
hanya mampu mempengaruhi 53,5% atas variabel dependennya, dan
sisanya sebesar 46,5% dipengaruhi variabel lain di luar model pene-
litian ini (Sugiyono 2000, Sarjono and Julianita 2011). Setiap peneliti
mengharapkan penelitian yang sedang dilakukan mendapatkan hasil
yang maksimal, sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Ber-
dasarkan hasil pengujian hipotesis dari masing-masing variabel
penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut.
Berdasarkan pada hasil pengujian, sesuai Tabel 9.1 di atas,
yaitu sesuai Tabel 9.1, yang diperoleh dari persamaan regresi linier
berganda menunjukkan Y = -1.936 +0,131 X1 + 0,109 X2 + 0,018 X3 + -
0,007 X4 + 0,097 X5 + 0,094 X6 + 0,145 X7 + 0,090 X8 + 0,418 X9 + e.
Interpretasi persamaan di atas, jika nilai konstanta sebesar -1.936
maka Komitmen Organisasi OPD (KOOPD/X1), Kompetensi Aparatur
OPD (KAOPD/X2), Sikap Aparatur OPD (SPOPD/X3), Perilaku Aparatur
OPD, (PPOPD/X4), Standar Operasional Prosedur OPD (SOPOPD/X5),
212 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Standar Pengendalian Intern OPD (SPIOPD/X6), Penguatan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah/Negara OPD (PAPPBDOPD/N/X7),
Dukungan Teknologi Informasi OPD (DTIOPD/X8), dan Monitoring dan
Evaluasi OPD (M/E/X9). Sesuai penjelasan di atas, maka masing-masing
hipotesis telah dikemukakan sebelumnya dapat dilakukan pengujian
sebagai berikut.
a. Pertama, Komitmen Organisasi OPD (KOOPD/X1) sebagai variabel
utama dalam penelitian menunjukkan hasil pengujian hipotesis
yang menjelaskan bahwa komitmen organisasi pemerintahan
daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh signifikan ter-
hadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Karena hasil
pengujian menunjukkan bahwa hasil t-hitung sebesar 4.702, dengan
nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
variabel Pertama, Komitmen Organisasi OPD (KOOPD/X1) ber-
pengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian (Koesmono 2007). Kemudian hasil penelitian yang
dilakukan (Pramadani 2012) menunjukkan bahwa, komitmen
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap sistem yang
dibentuk di dalam organisasi tersebut. Kemudian hasil penelitian
(Khadafi 2015) juga menunjukkan hal yang sama bahwa salah satu
tujuan penelitian adalah untuk mengetahui independensi auditor
terhadap komitmen organisasi di organisasi pemerintah daerah.
b. Kompetensi Aparatur OPD sebagai variabel yang kedua dalam
penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis menyatakan
213 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
bahwa kompentensi aparatur organisasi pemerintahan daerah di
provinsi Kalimantan Timur berpengaruh signifikan terhadap pen-
dapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Karena hasil pengujian
menunjukkan bahwa hasil t-hitung sebesar 3.314, dengan nilai
signifikan sebesar 0,01 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
variabel kompentensi aparatur organisasi pemerintahan daerah di
provinsi Kalimantan Timur berpengaruh signifikan terhadap pen-
dapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan (Arfianti and Kawedar
2011); dan (Fadhil 2016) menunjukkan bahwa pegawai yang
memiliki kompetensi yang baik berhubungan signifikan terhadap
hasil kerja seorang individu. Jadi pengetahuan dan keterampilan
berhubungan kausal dalam memenuhi kriteria yang diperlukan
untuk menduduki jabatan tertentu. Dari pengertian di atas dapat
kesimpulan bahwa kompetensi merupakan kemampuan yang
melekat pada diri seseorang.
c. Sikap Aparatur OPD sebagai variabel yang ketiga dalam penelitian
ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa
sikap aparatur organisasi pemerintahan daerah di provinsi
Kalimantan Timur berpengaruh tidak berpengaruh signifikan ter-
hadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Karena hasil
pengujian menunjukkan bahwa hasil t-hitung sebesar 0,441 dengan
nilai signifikan sebesar 0,510 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa variabel sikap aparatur organisasi pemerintahan daerah di
provinsi Kalimantan Timur tidak berpengaruh signifikan terhadap
214 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Hasil penelitian ini
menjelaskan semua kegiatan/aktivitas manusia, baik yang di-
amati langsung, maupun tidak langsung. Selanjutnya (Hasiara
2010) menyatakan bahwa aparatur merupakan alat keleng-
kapan daerah. Contohnya pegawai negeri sipil yang bertugas
untuk melayani kepentingan masyarakat. Hal yang sama (Hasiara
2013) menyatakan bahwa aparatur merupakan kunci utama
dalam menjalankan aktivitas, baik organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta. Namun demikian hasil penelitian ini
menunjukkan hasil yang tidak signifikan.
d. Perilaku Aparatur OPD sebagai variabel yang keempat dalam
penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis menyatakan
bahwa perilaku aparatur organisasi pemerintahan daerah di
provinsi Kalimantan Timur berpengaruh tidak berpengaruh sig-
nifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Karena hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil t-hitung sebesar -
0,175, dengan nilai signifikan sebesar 0,861 < 0,05. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa variabel perilaku aparatur organisasi peme-
rintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan (Hasiara 2011); (Suryabrata 2008); (Smith 2009); dan
(Sarwono 2010) yang menyatakan bahwa sikap sangat
dipengaruhi simbol-simbol yang diterima melalui panca indra
215 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pendengar. Selain itu, juga dipengaruhi berdasarkan dari mana
sumber informasi tersebut diperoleh.
e. Standar Operasional Prosedur OPD sebagai variabel yang kelima
dalam penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis
menyatakan bahwa standar operasional prosedur organisasi
pemerintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh
signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Karena hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil t-hitung sebesar
2.863, dengan nilai signifikan sebesar 0,04 < 0,05. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa variabel standar operasional prosedur orga-
nisasi pemerintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur ber-
pengaruh signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang oleh
(Faozan and Wahyuadianto 2009); (Dewi 2012); dan (Dewi 2012),
tentang penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Adminis-
trasi Pemerintahan yang menunjukkan bahwa SOP merupakan
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan terkait dengan
proses penyelenggaraan aktivitas organisasi. Selanjutnya
(Armando 2013); (Astuti 2017); dan (Soeradi, Tinangon et al.
2018) menyatakan Standar Operasional Prosedur (SOP) merupa-
kan suatu acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan. SOP ber-
fungsi sebagai alat penilaian kinerja instansi pemerintah ber-
dasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural
yang sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja
pada unit pemerintahan
216 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
f. Standar Pengendalian Intern OPD sebagai variabel yang keenam
dalam penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis
menyatakan bahwa standar pengendalian intern organisasi peme-
rintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh sig-
nifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Karena hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil t-hitung sebesar
2.841, dengan nilai signifikan sebesar 0,05 < 0,05. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa variabel standar pengendalian intern
organisasi pemerintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur ber-
pengaruh signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan (Arfianti and Kawedar 2011); (Wahyudi, Haming et al.
2018) dan (Amelia, Tanjung et al. 2018) menyatakan bahwa
Standar Pengendalian Intern berpengaruh terhadap opini WTP,
dari BPK. Melihat fenomena Sistem Pengendalian Internal
pemerintah kota masih lemah. Oleh karena SDM sangat menen-
tukan terciptanya WTP (Ariesta 2013).
g. Penguatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/Negara OPD
sebagai variabel yang ketujuh dalam penelitian ini, menunjukkan
hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa Penguatan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah/Negara organisasi pemerintahan
daerah diprovinsi Kalimantan Timur berpengaruh signifikan
terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Karena hasil
pengujian menunjukkan bahwa hasil t-hitung sebesar 4.329, dengan
nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan
217 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
bahwa variabel Penguatan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah/Negara organisasi pemerintahan daerah diprovinsi
Kalimantan Timur berpengaruh signifikan terhadap pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian (Hasiara 2013); dan (Suwandi 2013) yang
menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/-
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan urat nadi
pembangunan disegala bidang. Karena anggaran merupakan dasar
pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran
(Ristanti 2014); dan (Rahman, Irianto et al. 2019). Sedangkan
menjelaskan APBD merupakan anggaran yang diperhitungan
pemerintah dalam menjalankan aktivitas pemerintah selama satu
tahun, sesuai dengan Permendagri No.13 Tahun 2006 Pasal 21
dan (Dasar 1945, UUD). Oleh karena APBD/APBN berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian.
h. Dukungan Teknologi Informasi OPD sebagai variabel yang
kedelapan dalam penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian
hipotesis yang menyatakan bahwa dukungan teknologi informasi
organisasi pemerintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur ber-
pengaruh signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Karena hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil t-hitung
sebesar 2.887, dengan nilai signifikan sebesar 0,04 < 0,05. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa variabel dukungan teknologi informasi
organisasi pemerintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur ber-
218 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pengaruh signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan (Yuliana 2004); (Supriyanto 2006); dan (Yahya 2018)
menyatakan bahwa teknologi informasi merupakan hal yang
sangat penting dan mendasar bagi berbagai kebutuhan penge-
lolaan administrasi keuangan, termasuk kebutuhan informasi
pendanaan. Selain itu, memberi manfaat pada proses
penyimpanan (pengarsipan) selama proses pengarsipan dilakukan
dengan cara yang paling aman. Selanjutnya (Hla and Teru 2015);
dan (Massie 2017) informasi dan teknologi merupakan media
layanan yang menjanjikan pada perekonomian global. Selanjutnya
(Arfianti and Kawedar 2011); (Islam, CH et al. 2017); dan (Amelia,
Tanjung et al. 2018) menyatakan bahwa arsip elektronik memiliki
empat siklus pengelolaan yaitu penciptaan dan penyimpanan,
distribusi dan penggunaan, pemeliharaan, dan disposisi. Oleh
karena itu Dukungan Teknologi Informasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.
i. Monitoring dan Evaluasi OPD sebagai variabel yang kesembilan
dalam penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis
menyatakan bahwa monitoring dan evaluasi organisasi peme-
rintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh
signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Karena hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil t-hitung sebesar
12.180, dengan nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa variabel monitoring dan evaluasi organisasi
219 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pemerintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh
signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Istiqabudi, Saputro, dan Surajono (2015); Saleh et ad (2017);
Tanjung dan Subagjo (2012) menyatakan bahwa evaluasi
merupakan tindak lanjut dari tahapan monitoring yang meliputi
substansi SOP aparatur pemerintahan. Monitoring/Evaluasi
Organisasi Pemerintah Daerah (SAOPD) berpengaruh positif dan
segnifikan terhadap Pendapatan Wajar tanpa Pengecualian.
Setiap peneliti tidak lengkap, jika peneliti selain melakukan
pembahasan hanya pada satu sisi, yaitu uji t, melainkan juga dilakukan
untuk uji F, juga ikut dalam pembahasan hasil penelitian penelitian
yang sedang dilakukan peneliti saat ini. Hal ini dilakukan karena
dijelaskan dalam pengujian hipotesis pada pembahasan sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengujian pada level uji t, berikut dilanjutkan
dengan pembahasan hipotesis pada pengujian simultan adalah sebagai
berikut. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan
sebelumnya menunjukkan bahwa variabel Komitmen Organisasi
Pemerintah Daerah (KOPD), Kompetensi Aparatur OPD, Sikap Aparatur
OPD, Perilaku Aparatur OPD, Standar Operasional Prosedur OPD,
Standar Pengendalian Intern OPD, Penguatan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah/Negara OPD, Dukungan Teknologi Informasi OPD,
Monitoring dan Evaluasi OPD berpengaruh signifikan terhadap
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.
220 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada uji hipo-
tesis yang telah dilakukan di atas menunjukkan bahwa output yang
diperoleh dari analisis regresi nilai R (korelasi ganda) sebesar 731. Nilai
R berkisar -1 s.d. 1, sehingga 0,731 masih termasuk memiliki korelasi
yang kuat, karena hampir mendekatai 1. Nilai R2 sebesar 0,535 nilai
ini merupakan koefisien simultan, yaitu pengaruh antar variabel
independen terhadap variabel dependennya. Nilai R2 dapat
dinotasikan/disimbolkan dengan %, sehingga dikatakan bahwa
pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent sebesar
54%. Para ahli statistik merekomendasikan untuk menggunakan
Adjusted R2 dalam melihat pengaruh yang ditimbulkan dalam regresi
linier berganda. Alasannya, jika peneliti menggunakan nilai R2, maka
nilai R2 pasti dapat mengalami penambahan nilai ketika dimasukan
variabel baru, walaupun variabel baru tersebut secara parsial tidak
signifikan. Dan nilai Adjusted lebih merepresentasikan nilai pengaruh
yang sebenarnya.
C. SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan di
atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Komitmen Organisasi OPD (KOOPD/X1) sebagai variabel utama
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi
pemerintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh
signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
221 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
2. Kompetensi Aparatur OPD sebagai variabel yang kedua dalam
penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis menyatakan
bahwa kompentensi aparatur organisasi pemerintahan daerah di
provinsi Kalimantan Timur berpengaruh signifikan terhadap pen-
dapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
3. Sikap Aparatur OPD sebagai variabel yang ketiga dalam penelitian
ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa
sikap aparatur organisasi pemerintahan daerah di provinsi
Kalimantan Timur berpengaruh tidak berpengaruh signifikan ter-
hadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
4. Perilaku Aparatur OPD sebagai variabel yang keempat dalam
penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis menyatakan
bahwa perilaku aparatur organisasi pemerintahan daerah di
provinsi Kalimantan Timur berpengaruh tidak berpengaruh sig-
nifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
5. Standar Operasional Prosedur OPD sebagai variabel yang kelima
dalam penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis
menyatakan bahwa standar operasional prosedur organisasi peme-
rintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh sig-
nifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
6. Standar Pengendalian Intern OPD sebagai variabel yang keenam
dalam penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis
menyatakan bahwa standar pengendalian intern organisasi peme-
rintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh sig-
nifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
222 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
7. Penguatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/Negara OPD
sebagai variabel yang ketujuh dalam penelitian ini, menunjukkan
hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa Penguatan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah/Negara organisasi pemerintahan
daerah diprovinsi Kalimantan Timur berpengaruh signifikan
terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
8. Dukungan Teknologi Informasi OPD sebagai variabel yang
kedelapan dalam penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian
hipotesis yang menyatakan bahwa dukungan teknologi informasi
organisasi pemerintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur ber-
pengaruh signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP).
9. Monitoring dan Evaluasi OPD sebagai variabel yang kesembilan
dalam penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian hipotesis
menyatakan bahwa monitoring dan evaluasi organisasi peme-
rintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh
signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
10. Secara simultan (bersama-sama) bahwa variabel independent
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependent.
11. R2 sebesar 0,535 nilai ini merupakan koefisien simultan, yaitu
pengaruh antar variabel independen terhadap variabel
dependennya. Nilai R2 dapat dinotasikan/disimbolkan dengan %,
sehingga dikatakan bahwa pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependent sebesar 54%.
223 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
224 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
BAB 12
SIMPULAN DAN SARAN
A. PENDAHULUAN
Secara keseluruhan buku penelitian ini menyimpulkan, bahwa
tidak satupun hasil penelitian ilmu sosial sempurna. Menurut hemat
penulis tidak satupun di dunia ini yang sempurna, apalagi lagi pada
tataran ilmu sosial. Karena alat pengumpulan data pada Ilmu sosial
didekati dengan obeservasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi
data, itu semua ada unsur biasnya. Jadi karena itu, ciptaan manusia,
penulis yakin bahwa kesempurnaan bukanlah milik manusia sebagai
ciptaan Allah SWT, melainkan manusia sebagai manusia biasa sehingga
hampir tidak pernah menemukan kesempurnaan, jika itu ciptaan
manusia. Oleh karena itu, yang sempurna itu hanya ciptaan Allah SWT.
B. SIMPULAN
Simpulan hendaknya disesuaikan dengan rumusan masalah
yang ada di dalam penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka simpulan yang dapat
dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Komitmen Organisasi OPD (KOOPD/X1) sebagai variabel utama
dalam penelitian menunjukkan hasil yang menjelaskan bahwa
komitmen organisasi pemerintahan daerah di provinsi Kalimantan
225 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Timur berpengaruh signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).
b. Kompetensi Aparatur OPD sebagai variabel yang kedua dalam
penelitian ini, menunjukkan hasil pengujian yang menyatakan
bahwa kompentensi aparatur organisasi pemerintahan daerah di
provinsi Kalimantan Timur berpengaruh signifikan terhadap pen-
dapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
c. Sikap Aparatur OPD sebagai variabel yang ketiga dalam penelitian
ini, menunjukkan hasil penelitian menyatakan bahwa sikap
aparatur organisasi pemerintahan daerah di provinsi Kalimantan
Timur tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).
d. Perilaku Aparatur OPD sebagai variabel yang keempat dalam
penelitian ini, menunjukkan hasil penelitian menyatakan bahwa
perilaku aparatur organisasi pemerintahan daerah di provinsi
Kalimantan Timur tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
e. Standar Operasional Prosedur OPD sebagai variabel yang kelima
dalam penelitian ini, menunjukkan hasil, yang menyatakan bahwa
standar operasional prosedur organisasi pemerintahan daerah di
provinsi Kalimantan Timur berpengaruh signifikan terhadap pen-
dapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
f. Standar Pengendalian Intern OPD sebagai variabel yang keenam
dalam penelitian ini, menunjukkan hasil, yang menyatakan bahwa
standar pengendalian intern organisasi pemerintahan daerah di
226 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
provinsi Kalimantan Timur berpengaruh signifikan terhadap pen-
dapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
g. Penguatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/Negara OPD
sebagai variabel yang ketujuh dalam penelitian ini, menunjukkan
bahwa hasil penelitian ini menyatakan bahwa Penguatan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah/Negara organisasi pemerintahan
daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh signifikan
terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
h. Dukungan Teknologi Informasi OPD sebagai variabel yang
kedelapan dalam penelitian ini, menunjukkan hasil penelitian ini
menyatakan bahwa dukungan teknologi informasi organisasi
pemerintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh
signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
i. Monitoring dan Evaluasi OPD sebagai variabel yang kesembilan
dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa hasil penelitian ini
menyatakan bahwa monitoring dan evaluasi organisasi peme-
rintahan daerah di provinsi Kalimantan Timur berpengaruh
signifikan terhadap pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
C. SIMPULAN PENGERTIAN
Pertama. Komitmen merupakan suatu keadaan dimana seorang
karyawan memihak kepada keinginan seseorang karyawan yang ada di
dalam perusahaan atau organisasi tertentu. Komitmen bisa diartikan
sebagai komitmen seseorang atau organisasi yang mencerminkan
sejauh mana seseorang atau organisasi tertentu mengenal dan terikat
227 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pada organisasinya”. Oleh karena itu, komitmen organisasi
mencerminkan tingkatan pemahaman seseorang dalam mengenal
organisasinya, dan terikat pada tujuan yang ingin capai dari komitmen
seseorang atau organisasi tertentu yang berpengaruh positif terhadap
sistem yang dibentuk di dalam organisasi tersebut.
Kedua. Kompetensi Aparatur merupakan kemampuan
seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu, yang
dilandasi dengan keterampilan, dan pengetahuan yang relevan dengan
pekerjaan tersebut. Namun pengertian tersebut tidak bersifat absolut,
namun pengertian tersebut dapat disesuaikan dengan konten yang
sedang dibahas. Karena itu Kompetensi, juga dapat diartikan sebagai
kompetensi yang baik berhubungan secara signifikan dengan
pekerjaan seseorang, baik secara individu, maupun kelompok. Jadi
pengetahuan dan keterampilan berhubungan timbal balik dalam
memenuhi kriteria yang diperlukan untuk menduduki jabatan tertentu.
Dari pengertian di atas dapat kesimpulan bahwa kompetensi
merupakan kemampuan yang melekat pada diri seseorang.
Ketiga. Sikap aparatur dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian
utama, yaitu sikap negatif dan sikap positif. Sikap positif adalah sifat
yang melekat pada kemauan seseorang atau organisasi untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu yang memberi manfaat kepada
kepentingan banyak orang. Sedangkan sikap negatif adalah sifat yang
melekat pada diri seseorang yang bersifat pasif bahkan menolak untuk
mengerjakan pekerjaan tertentu, dan bahkan merasa terhina jika ia
mengerjakan pekerjaan yang menurutnya sia-sia, namun penolakan
228 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
atas berbagai informasi tersebut dinilai tidak mendatangkan manfaat,
sehingga menolak untuk pekerjaan tertentu.
Keempat. Perilaku aparatur merupakan tindakan atau
aktivitas manusia yang mempunyai bentangan arti yang sangat
luas. Dari uraian tersebut, disimpulkan bahwa perilaku adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun tidak langsung. Perilaku merupakan alat kelengkapan
daerah, jika perilaku tersebut dikaitkan dengan pekerjaan atau
aktivitas aparatur pemerintah daerah. Contohnya pegawai negeri sipil
yang bertugas untuk melayani kepentingan masyarakat, terkait dengan
perilaku dalam pekerjaan tertentu yang memerlukan keseriusan yang
positif bagi aparatur untuk melakukan pekerjaan, yang ditugaskan
kepadanya untuk melayani kebutuhan masyarakat yang ada di daerah,
jika aparatur tersebut sebagai aparatur pemerintah daerah.
Kelima. Standar Operasional Prosedur merupakan serangkaian
instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan aktivitas atau kegiatan organisasi untuk dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan sebelumnya. Karena
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan. SOP berfungsi sebagai alat penilaian
kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural yang sesuai dengan tata kerja, prosedur
kerja dan sistem kerja pada unit pemerintahan.
Keenam. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), kalau
mengacu pada PP No.60 Tahun 2008 menyatakan bahwa, pemerintah
229 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
daerah yang otonom diharapkan mendapat opini WTP dari BPK.
Kenyataan dalam praktek untuk mendapatkan opini WTP dari BPK
sangat sulit. Oleh karena itu, Sistem Pengendalain Intern, juga dapat
diartikan sebagai pedoman dalam menggerakan sumber daya
manusia yang ada di dalam organisasi pemerintah daerah untuk
bekerja secara terstruktur berdasarkan mekanisme yang sesuai
dengan tuntutan organisasi di mana kita bekerja. Namun di provinsi
Kalimantan dan kota sejak Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2018
telah mendapatkan opini WTP di atas enam puluh persen.
Ketujuh. Penguatan APBD/APBN. Pengertian kedua istilah APBD
dan APBN, itu hampir sama saja. Namun, jika diuraikan lebih rinci
memiliki perbedaan yang mendasar, bila ditinjau dari aspek sumber.
Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah (APBD) adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, yang sumber dananya dibagi menjadi
2 (dua) sumber. Pertama. Penerimaan Daerah yang sumber Dananya
berdasarkan dari Dana Alokasi, yang bersumber dari bagi hasil pajak
dan bukan pajak dari pemerintah pusat. Kedua. Penerimaan daerah,
yang dana semata-mata bersumber dari daerah sendiri, atas azas
kemampuan daerah untuk menggali anggaran pendapatan dan belanja
daerah yang semata-mata diperoleh atas dasar prakarsa pemerintah
daerah. Permendagri No.13 Tahun 2006 Pasal 21), yang menyatakan
bahwa anggaran pendapatan dan belanja Daerah (APBD) merupakan
anggaran yang diperhitungan pemerintah dalam menjalankan aktivitas
pemerintah selama satu tahun. Selanjutnya Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) adalah Anggaran yang sumber dananya berasal
230 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khus (DAK). Namun
peruntukan kedua sumber dana tersebut di atas memiliki perbedaan
yang mendasar dalam hal penggunaannya.
Kedelapan. Dukungan Teknologi Informasi merupakan hal yang
sangat penting dan mendasar bagi berbagai kebutuhan pengelolaan
administrasi keuangan, termasuk kebutuhan informasi pendanaan.
Selain itu, Teknologi Informasi memberi manfaat pada proses
penyimpanan (pengarsipan) selama proses pengarsipan dilakukan
dengan cara yang paling aman. Informasi dan teknologi merupakan
media layanan yang menjanjikan pada perekonomian global, karena
arsip elektronik memiliki empat siklus pengelolaan yang baik, yaitu
penciptaan dan penyimpanan, distribusi dan penggunaan,
pemeliharaan, dan diposisikan.
Kesembilan. Monitoring dan Evaluasi merupakan dua kata yang
memiliki pemahaman berbeda. Perbedaan tersebut dapat dipahami
pada sisi fungsi, monitoring diartiskan sebagai suatu pemantauan atas
aktivitas yang sudah atau sedang dikerjakan, dengan melihat sejauh
mana pekerjaan yang telah dan belum dikerjakan, kemudian
monitoring tersebut dapat dilakukan selama pekerjaan tersebut
berlangsung hingga selesai. Evaluasi merupakan tindak lanjut dari
monitoring, namun evaluasi lebih meniti beratkan pada kesesuaian
antara anggaran capaian serta kualitas pekerjaan yang disesuaikan
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
D. SARAN
231 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Hendaknya saran yang diajukkan dalam penelitian ilmiah
adalah saran yang dapat menggunggah hati seseorang atau organisasi
tertentu untuk melakukan perbaikan atas kekurangan yang ada dalam
diri seseorang atau organisasi tertentu. Oleh karena itu, juga saran
hendaknya tidak bersifat memaksa dan tidak bersifat tendensius
sehingga seseorang atau organisasi tertentu mau melakukan
perbaikan atas saran yang diajukkan oleh peneliti. Saran yang baik
adalah saran yang tidak bersifat memaksanakan kehendak kepada
seseorang atau organisasi tertentu.
Selain pernyataan pada saran di atas, simpulan yang telah
disampaikan di atas, bahwa sikap dan perilaku aparatur dalam
melaksanakan akuntansi keuangan pemerintah daerah, itu sangat
menentukan baik buruknya pelaksanaan akuntansi pemerintahan.
Oleh karena itu, kami selaku insan akademik, maka sikap dan perilaku
yang dianjurkan untuk memaksimalkan pengelolaan akuntansi
keuangan pemerintah daerah adalah sikap dan perilaku untuk semua
aparatur, baik pada level paling bawah, level menengah bahkan sam-
pai level yang paling tinggi. Demikian pula dengan kompetensi
aparatur di organisasi pemerintah daerah, juga sangat menentukan
pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah. Karena baik
buruknya pengelolaan akuntansi keuangan pemerintah daerah, juga
ditentukan oleh kompetensi aparatur yang ada di organisasi tersebut.
Oleh karena itu, kami menghimbau kepada semua pihak, terutama
kepada pihak-pihak yang memiliki kedudukan penting di dalam
organisasi pemerintah daerah, hendaknya kompetensi aparatur lebih
232 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
diutamakan, sehingga pencapaian WTP di lingkungan OPD lebih
mudah. Kemudian, jika dihubungkan dengan strategi yang seharusnya
ditempuh oleh pemerintah daerah adalah (a) meningkatkan komitmen
semua pihak dalam melaksanakan akuntansi keuangan pemerintah
daerah sehingga pencapaian WTP mudah diraih, (b) meningkatkan
kompetensi untuk semua pihak yang terkait dengan pengelolaan
akuntansi keuangan pemerintah daerah, (c) menyatunya sikap dan
perilaku dalam mewujudkan WTP di lingkungan pemerintahan daerah,
(d) meningkatkan penerapan Standar Operasional Prosedur, sehingga
jika aparatur bekerja berdasarkan patron SOP, maka pencapaian WTP
mudah diraih, (e) meningkatkan penerapan sistem pengendalian
intern yang memadai, sehingga pencapaian WTP mudah tercapai, (f)
adanya penguatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun
peningkatan dan penguatan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, dapat menunjang tercapainya WTP, (g) dukungan informasi
dan teknologi, maka dapat dengan mudah untuk mencari dan
menyebarkan informasi terkait dengan pengelolaan akuntansi
keuangan pemerintah daerah di provinsi Kalimantan Timur, (h) dan
yang terakhir adalah monitoring dan evaluasi merupakan kata kunci
yang terakhir, bahwa monitoring merupakan evaluasi atas semua
kegiatan yang telah dan akan dilakukan evaluasi atas kinerja yang telah
dilakukan dan akan dilakukan pada masa-masa yang akan datang.
E. KETERBATASAN
233 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Keterbatasan hendaknya peneliti memantau kembali, apa yang
masih kurang dalam penelitian yang telah dilakukan. Secara kuantitatif
penelitian banyak memiliki kekurangan, kekurangan yang pertama
adalah jumlah variabel yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu
penulis menganjurkan kepada peneliti mendatang untuk
menambahkan variabel yang lain, yang sesuai dengan topik dalam
penelitian ini. Kedua, keterbatasan dari sisi model penelitian, karena
penelitian ini menggunakan regresi linier berganda, maka peneliti
menganjurkan untuk penelitian mendatang untuk menggunakan
model pendekatan yang lain, misalnya, peneliti selanjutnya bisa
menggunakan model Partial Lesquare (PLS), peneliti juga dapat
menggunakan (SGECA), dapat menggunakan (SEM).
F. IMPLIKASI
Implikasi dapat diartikan dalam dua hal, yaitu (a) implikasi
positif, dan (b) implikasi negatif. Implikasi Positif. Pertama, implikasi
positif hasil penelitian ini dapat memberi gambaran yang jelas terkait
dengan informasi pengelolaan akuntansi keuangan daerah, yang di-
kelola pemerintah daerah di Organisasi Pemerintah Daerah provinsi
Kalimantan Timur. Kedua, jika pengelolaan keuangan pemerintah
dilakukan dengan tata kelola yang baik, maka menjadi contoh bagi
provinsi lain yang ada di Indonesia. Ketiga, jika pengelolaan keuangan
daerah dikelola dengan tata kelola yang baik, maka dapat menjadi
teladan bagi kabupaten/kota yang ada di seluruh provinsi yang ada di
Kalimantan Timur. Keempat, ketika pengelolaan tata kelola keuangan
234 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
dilakukan dengan baik dan benar, maka dapat mengurangi tingkat
penyimpangan dan penyalagunaan keuangan daerah/negara. Kelima,
jika penyimpangan dan penyalagunaan keuangan daerah dapat
diminimalisir, maka keuangan yang disalahgunakan tersebut, dapat
dialokasikan kepada kepentingan masyarakat yang ada di daerah.
Sehingga tidak menyimpang dari cita-cita awal pembentukan otonomi
daerah, yaitu ingin mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang
ada di daerah.
Implikasi Negatif. Pertama, implikasi negatif dalam hasil
penelitian ini, jika tidak memberi gambaran yang jelas dan terkait
dengan informasi pengelolaan akuntansi keuangan daerah, yang di-
kelola pemerintah daerah di Organisasi Pemerintah Daerah provinsi
Kalimantan Timur. Kedua, jika pengelolaan keuangan pemerintah
dilakukan dengan tata kelola yang baik, maka menjadi contoh bagi
provinsi lain yang ada di Indonesia. Ketiga, jika pengelolaan keuangan
daerah dikelola dengan tata kelola yang baik, maka dapat menjadi
teladan bagi kabupaten/kota yang ada di seluruh provinsi yang ada di
Kalimantan Timur. Keempat, ketika pengelolaan tata kelola keuangan
dilakukan dengan baik dan benar, maka dapat mengurangkat penyim-
pangan dan penyalagunaan keuangan daerah/negara. Kelima, jika
penyimpangan dan penyalagunaan keuangan daerah dapat dimini-
malisir, maka keuangan yang disalahgunakan tersebut, dapat
dialokasikan kepada kepentingan masyarakat yang ada di daerah.
Sehingga tidak menyimpang dari cita-cita awal pembentukan otonomi
235 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
daerah, yaitu ingin mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang
ada di daerah.
G. KEBAHARUAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa penelitian yang menggunakan
rancangan penelitian kuantitatif tidak berdiri sendiri, apalagi penelitian
tersebut menganut pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
sangat memerlukan penelitian terdahulu, mengingat penelitian
terdahulu sangat diperlukan oleh peneliti yang menggunakan
rancangan penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, pelitian ini
memerlukan penelitian terdahulu. Terlepas dari pernyataan tersebut,
maka penelitian belum pernah dilakukan di manapun, sehingga
peneliti berani menyatakan hal tersebut. Sekarang dunia elektronik
bukan merupakan barang langkah, sehingga dengan elektronik
tersebut, maka dengan mudah untuk melacak apakah penelitian ini
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Oleh karena itu, pembaca
bisa melacak dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Penelitian ini,
juga merupakan yang baru pertama dilakukan di Indonesia bahkan
Internasional sekalipun.
H. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan, jika penelitian yang telah
dilakukan mendapat-kan bantuan dana dari pemerintah. Baik itu,
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Hal ini dilakukan, agar
lebih meyakinkan. Ucapan terima kasih tersebut, sebaiknya dican-
236 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
tumkan bersamaan dengan Nomor Kontaknya. Dan ucapan terima
kasih ditujukan kepada kepala Daerah Kabupaten dan kota, provinsi
jika dana penelitian tersebut bersumber dari Kabupaten dan kota,
provinsi, dan ucapan terima kasih disampaikan kepada Menteri terkait,
jika sumber dana penelitian tersebut bersumber dari salah satu
Kementerian yang di Republik Indonesia.
237 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
BAB 13
TEKNIK PEMBUATAN KUESIONER
A. PENDAHULUAN
Teknik merupakan cara yang dilakukan seseorang, yang
bertujuan untuk mendapatkan sesuatu dan sesuai dengan yang
diinginkan. Oleh karena itu, setiap peneliti mempunyai teknik sendiri-
sendiri untuk mendapatkan data yang diinginkan, sehingga tujuan
penelitian dapat dicapai dengan maksimal.
1. Teknik Pembuatan Kuesioner
Teknik pembuatan kuesioner merupakan cara yang ditempuh
oleh peneliti guna memudakan untuk pengumpulan data yang akan
dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan penjelasajan di atas, sehingga
kuesioner diartikan sebagai teknik pengumpulan untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Berdasarkan pengalaman
pribadi, dan kemudain dikonsultasikan dengan promotor (Mantja,
2010) menyatakan kuesioner yang baik adalah kuesioner yang
mempunyai etika sopan santun dan tidak membebani responden.
Kuesioner yang santun dan tidak membenai responden adalah
kuesioner yang dibuat tidak menggunakan kalimat kereta apai,
sehingga tidak membenani responden untuk berlama-lama membaca
kuesioner yang telah diberikan. Kuesioner yang panjang dapat mele-
lahkan responden, sehingga pengisian kuesioner dengan kalimat
238 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
panjang dapat diisi sembarangan, dan tidak maksimal sehingga
hasilnyapun, juga sembaranagan.
Responden adalah orang yang merespon dan atau orang
menjawab pertanyaan/pernyataan apa yang menjadi permasalahan
dalam penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti. Selain itu responden
harus disesuai dengan model penelitian yang sedang diteliti, yaitu
variabel-variabel yang menjadi sumber masalah. Dan masalah tersebut
harus diselesaikan dengan cara melakukan penelitian. Ada anggapan
yang menyatakan bahwa peneliti kuantitatif adalah objektif, karena
antara yang diteliti dengan penelitinya berjauhan dan tidak behadap
langsung dengan responden. Artinya antara responden dengan
penelitinya tidak saling kenal mengenal (berjauhan).
B. JENIS PERTANYAAN/PERNYATAAN KUESIONER
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara
melalui responden untuk mendapatkan informasi melalui angket.
Pernyataan-pernyataan yang diajukkan dalam kuesioner peneliti
menyesuaikan sesuai dengan kondisi responden. Namun demikian
dengan menggunakan kuesioner, penganalisis selalu berupaya
mengukur apa yang ditemukan melalui wawancara. Selain itu, juga
menentukan seberapa luas jangkauan pertanyaan atau pernyataan
dalam kuesioner. Dengan menggunakan kuesioner, maka analisis
berupaya mengukur apa yang telah ditemukan dalam wawncara,
selain itu, juga untuk berusaha menentukan seberapa luas atau
239 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara
dalam penelitian ilmiah.
Penggunaan kuesioner yang tepat, jika peneliti memerhatikan
beberapa yang berkaitan dengan kuesioner tersebut. Hal-hal tersebut
antara lain adalah.
a. Responden (orang) yang merespons atau yang menjawab
pertanyaan atau pernyatan saling berjauhan atau tidak saling
mengenal antara peneliti dengan yang diteliti, kata-kata atau
istilah inilah yang sering dilakukan kaum peneli kuantitatif, bahwa
sifat objektivitas dari penelitian kuantitaif letaknya ada disini.
b. Dapat melibatkan sejumlah responden (orang) yang mengisi
kuesioner tersebut, dan berguna jika mengetahui berapa proporsi
suatu kelompok atau satuan dlam mengisi kuesioner tersebut.
c. Dapat melakukan studi untuk mengetahui sesuatu yang ingin
dicari sebelum kegiatan tersebut berlangsung, maka para peneliti
hendaknya memberikan informasi tentang sesuatu yang ingin
diteliti.
d. Berusaha untuk meyakini bahwa masalah-masalah yang ingin
diteliti dapat diidentifikasi secara menyeluruh, sehingga semua
masalah yang muncul dapat diselesaikan dengan baik, dan
menyeluruh.
240 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
C. BEBERAPA PERBEDAAN PERTANYAAN/PERNYATAAN DENGAN
KUESIONER
a. Jenis Pertanyaan
Perbedaan pertanyaan dalam wawancara dengan
pertanyaan dalam kuesioner adalah dalam wawancara
memungkinkan adanya interaksi antara pewawancara dengan
yang diwawancarai. Artinya dalam wawancara penanya atau
pewawancara memiliki peluang untuk menyeleksi suatu
pertanyaan. Kemudian menentukan istilah istilah yang belum
dipahami oleh responden dalam ranah penelitian kuantitatif.
Selain itu, juga bisa mengubah pertanyaan kemudian memberi
respon terhadap pertanyaan, jika pertanyaan tersebut dipahami
oleh responden. Oleh karena itu, peneliti dapat menganalisis
dan mengontrol pertanyaan-pertanyaan maupun jawaban yang
disampaikan oleh responden, dan disesuaikan dengan konten
pertanyaan. Jadi pertanyaan yang diajukan peneliti, harus
benar-benar jelas sehingga muda dipahami oleh responden.
b. Jenis Pertanyaan
Jenis pertanyaan yang sering disampaikan dalam berbagai
metode penelitian hampir sama satu dengan yang lainnya.
Tetapi pada umumnya jenis pertanyaan yang sering ditemukan
di lapangan adalah sebagai berikut:
a) pertanyaan terbuka, jenis pertanyaan seperti ini memiliki
respon terbuka kepada responden. dan pertanyaan terbuka
harus diantisipasi jenis respon yang muncul. respons yang
241 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
diterima harus bisa diterjemahkan dengan baik dan benar
oleh peneliti.
b) pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan-pertanyaan yang
membatasi atau menutup pilihan-pilihan respon yang
tersedia, sehingga responden tidak leuasa dalam
menyampaikan jawaban, hanya terbatas pada pertanyaan-
pertanyaan yang ada dalam kuiesioner tersebut.
c. Petunjuk dan Bahasa Untuk Kuesioner
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
peneliti dalam menyusun kueisoner penelitian, hal yang harus
diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun kuesioner antara
lain:
a) gunakan bahasa yang muda dipahami oleh responden;
b) gunakan kata dan kalimat yang jelas;
c) pertanyaan harus singkat;
d) pilih responden yang sesuai dengan kajian peneliti;
e) hindari pertanyaan yang menyulitkan responden;
f) hindari makna ganda yang muncul dalam pertanyaan;
g) buat pertanyaan yang akurat;
h) periksa baik-baik sebelum pertanyaan disebarkan kepada
responden.
d. Skala Dalam Kuesioner Penelitian
Skalah merupakan proses penetapkan nomor-nomor
maupun simbol-simbol terhadap atribut maupun karakteristik
242 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
tertentu, yang bertujuan untuk mengukur atribut tersebut. Hal
ini dilakukan, karena memeiliki bebera alasan sebagai berikut:
a) untuk karakteristik responden yang menjawab kuesioner
tersebut;
b) untuk mengukur sikap dan perilaku responden;
c) untuk memastikan bahwa responden memiliki subjek
kuesioner.
e. Bentuk-Bentuk Skala Pengukuran
Secara umum bentuk pengkuran, yang selama ini
digunakan ada 4 (empat) bentuk-bentuk pengukuran, yaitu:
a) Nominal, yaitu skala yang digunakan untuk melakukan
klasifikasi terhadap sesuatu yang hendak diukur. Skala
nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah,
secara umum penganalisis bisa menggunakannya untuk
memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi.
b) Ordinal. Skala ordinal hamir sama dengan skala nominal,
skala ini dimungkinkan dilakukan klasifikasi. Dan perbedaan
kedua jenis skala ini adalah pada skala ordinal masih
memiliki peringkat yang lebih baik ketimbang skala nominal.
Oleh karena itu, skala ordinal lebih baik dari skla nominal.
c) Interval memiliki karateristik interval di antara masing-
masing nomor, itu adalah sama, dan berkaitan dengan
karateristik dalam bentuk operasi matematisnya, hal ini bisa
ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga dapat
dilakukan analisis yang lebih baik;
243 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
d) Rasio, hampir sama dengan skala interval, dalam arti
interval-interval di anatara nomor, itu diasumsikan sama.
Oleh karena itu, skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala
rasio merupaka skala yang baik digunakan, namun peneliti
yang menggunakan skala rasio, ini hanya tepat digunakan
pada laporan keuangan suatu perusahaan. Dan sakala rasio
tidak perlu melakukan uji validitas dan uji reliabilitas data.
Secara keseluruhan buku penelitian ini menyimpulkan, bahwa
D. SIMPULAN
Simpulan memuat hal-hal yang telah disampaikan, yaitu
memuat hal-hal yang berkenaan dengan topik yang telah dibahas.
Penyusunan kuesioner dilakukan dengan memerhatikan etika dan
kaidah yang lazim. Oleh karena itu, peneliti harus berhati-hati dalam
menyusun sebuah kuesioner penelitin. Oleh karena itu, penulis harus
berhati-hati dalam menyusun sebuah kuesioner.
E. SARAN
Saran merupakan sebuah anjuran yang disampaikan peneliti
demiki perbaikan institusi, organisasi yang diteliti penulis. Dan penulis
menganjurkan bagi peneliti kuantittaif yang menyusun kuesioner
sebaiknaya lebih memerkatikan tata cara penyusunan kuesioner,
dengan kriteria sebagai berikut: (a) gunakan bahasa yang muda
dipahami oleh responden; (b) gunakan kata dan kalimat yang jelas; (c)
244 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
pertanyaan harus singkat; (d) pilih responden yang sesuai dengan
kajian peneliti; (e) hindari pertanyaan yang menyulitkan responden; (f)
hindari makna ganda yang muncul dalam pertanyaan; (g) buat
pertanyaan yang akurat; dan (h) periksa baik-baik sebelum pertanyaan
disebarkan kepada responden.
F. KETERBATAN
Setelah peneliti membaca kembali hasil penelitiannya,
sehingga ditemukan adanya keterbatasan yang ada dalam naskah.
Keterbatasan tersebut sehingga peneliti mengungkapkan keterbatasan
yang ada. Keterbatasan tersebut bisa menjadi saran buat penelitian
selanjutnya atau penelitian yang dilakukan dimasa yang akan datang.
G. DAFTAR INDEKS
Dalam menciptakan sebuah buku harusnya tersusun dengan
rapi, dan berurutan. Salah satu yang harus diperhatihan dan ada di
sebuah buku adalah daftar Indeks buku. Karena terkadang di dalam
buku terdapat istilah-istilah yang telah tersusun berdasarkan abjad,
namum ketika pembaca mencari sebuah istilah, maka akan dengan
mudah ditemukan dengan melihat indeks buku. Jadi bisa dikatakan
fungsi indeks buku yaitu untuk mencari berbagai istilah yang ada
disebuah buku. Tapi apakah Anda tahu dan paham pengertian,
bagian-bagian, dan macam nya?, jika belum mari kita belajar bersama.
Kami sertakan contoh indeks buku agar lebih mudah memahami, hal-
hal yang terkait dengan daftar indeks.
245 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Indeks buku adalah istilah atau kata-kata penting yang tersusun
berdasarkan abjad yang memberikan informasi mengenai nomor
halaman tempat istilah atau kata tersebut ditemukan. Pencantuman
daftar indeks tersebut disediakan di bawah ini.
H. GLOSARIUM
Glosarium merupakan suatu daftar alfabetis istilah dalam suatu
ranah pengetahuan tertentu yang harus dilengkapi dengan definisi
untuk istilah-istilah tertentu. Biasanya glosarium ada di bagian akhir
suatu buku dan menyertakan istilah-istilah dalam buku tersebut yang
baru diperkenalkan atau paling tidak, tak umum ditemukan. Glosarium
dwibahasa adalah daftar istilah dalam satu bahasa yang didefinisikan
dalam bahasa lain atau diberi sinonim (atau paling tidak sinonim
terdekat) dalam bahasa lain.
Dalam pengertian yang lebih umum, suatu glosarium berisi
penjelasan konsep-konsep yang relevan dengan bidang ilmu sedang
diteliti terkait dengan kegiatan tertentu. Dalam pengertian ini,
glosarium terkait dengan ontologi, maka glorasium juga dapat di-
katakan sebagai daftar bentuk abjad, dan terangkum dalam sebuah
buku, dan yang memiliki arti, kadang daftarnya sesuai urutan abjad
biasanya juga sering ditemukan diakhir halaman. Glosarium sangat
membantu untuk menemukan arti dari kata-kata yang sulit ditemukan
dan sulit pehamannya. Pencantuman Glosarium tersebut disediakan di
bawah ini.
DAFTAR PUSTAKA
246 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
BAB 1
Azawar, S. (2009). "Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta Jawa Tengah Indonesia.": vii-197.
Bogdan, R. C. B. (2006). "Qualitatif Research for Education: An Introduction to Theory and Method, Second Edition, Boston: Allyn and Bacon, Inc.".
Covey, S. R. (2005). "The 8th Habit : Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.": 225.
Creswell, J. W. (1994). "Research Design Qualitative & Quantitative Apparoaches, Penerbit Sage Publications International Educational and Professional Publisher Thousand Oaks London New Delhi.": xv-227.
Hasiara, L. O. (2010). "Cakrawala Menuju Psikologi Akuntansi (Keuangan daerah), Penerbit Tunggal Mandiri, Malang Jawa Timur." xii+274.
Hasiara, L. O. (2011). "Akuntansi Kerilakuan Teori dan Aplikasi Di Satuan Kerja Perangkat Daerah, Diterbitkan Pusat Penerbit Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur." xxviii+254.
Hasiara, L. O. (2012). "Metode Penelitian Multi Paradigma Satu, Membangun Reruntuhan Metde Penelitian yang Berserakan. Penerbit Darkah Media, Malang Jawa Timur." (1): x+172.
Hasiara, L. O. (2018). "Penelitian Multi Kasus dan Multi Situs, Penerbit IRDH, Malang Jawa Timur ": i-xxiint+276.
Hasil Wawancara La Ode Hasiara dengan Sonhadji. (2011). Wawancara Tersebut, terkait dengan Penyelesaian Pendidikan Program Pascasajara (S3) di Program Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang-Jawa Timur Indonesia.
Imam, G. (2005). "Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Diterbitkan Badan Penerbit Universitas Diponegoro Jawa Tenggah Indonesia." iii-ix +1-295.
Jogiyanto, H. (2008). "Pedoman Survei Kuesoner: Pengembangkan Kuesioner, Mangatasi Bias dan Meningkatkan Respon." (1): iii- xiii +1-314.
247 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
La Ode Hasiara, d. P. R. (2017). "Analysis of Giving Opinion of the Audit Board of the Republic of Indonesia (BPK) on Unqualified Opinion (WTP)." Journal of Finance and Accounting 5(6): 206.
Singgih, S. (2012). "Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta Indonesia." (1): v+1-248.
Sonhadji, A. (2012). "Manusia, Teknologi, dan Pendidikan Menuju Peradaban Baru. Penerbit Universitas Negeri Malang (UM.Press).".
Sugiyono (2013). "Cara Mudah Menyusun : Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Penerbit Alfabeta. Bandung. ."
Willy Abdillah, d. J. H. (2015). "Partial Least Square (PLS) Structurla Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis, Penerbit Andi Yogyakarta, Jawa Tengah Indonesia.": iii+1-265.
Baldwin, J. M. (2013). "History Of Psichology A Sketch and An Intrepretation, Penerbit Prismasophine, Jogjakarta Jawa Tengah Indonesia.": 1-320.
BAB 2
Bogdan, R. C. B. (2006). "Qualitatif Research for Education: An Introduction to Theory and Method, Second Edition, Boston: Allyn and Bacon, Inc.".
Covey, S. R. (2005). "The 8th Habit : Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.": 225.
Dimiyati. (1999). "Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Penyelenggara Pendidikan Pascasarjana Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi IKIP. Malang."
Giddens, A. (2003). "The Constitution of Society Teori Strukturasi Untuk Analisis Sosial." Sebuah Karya Paling Penting yang Mengupas Tuntas Teori Utama Tentang Sosiologi di Inggris pada Dasawarsa yang Lalu Mark Poster, Univerity California. Penerbit Pedati Malang Jawa Timur: v0-482.
Harun (2009). "Reformasi Akuntansi dan Manajemen Sektor Publik di Indonesia. Penerbit Salemba Empat. Jakarta-Indonesia.".
Hasiara, L. O. (2012). "Metode Penelitian Mulit paradigma Satu, membangun Reruntuhan Metode yang Berserahakan. Penerbit Darkah Media. Malang-Indonesia."
248 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Moleong, L. J. (2007). "Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; PT Remaja Rosdakarya.".
Norman K. Denzim, d. Y. S. L. (2009). "Handbook Of Qualitative Research, (Penerjemah Dariyanto, Badrus Samuel Fata, Abi, John, John Rinaldi, Penerbit Pustaka Pelajar Jogyakarta- Indonesia." v-799.
Uriasumantri, J. S. (2012). "Ilmu dalam Perspektif, Sebuah Kumpulan Karangan tentang Hakekat Ilmu, Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta Indonesia.": vii-343.
Burhan, B. (2007). "Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.".
Cohen, D. d. M. S. (2007). "Growth and Human Capital: Good Data, Good Result." Journal of Economic Growth 12(1): 51-76.
Collin, F. (1997). "Social Reality. London and New York: Routledge." Covey, S. R. (2005). "The 8th Habit : Melampaui Efektivitas, Menggapai
Keagungan.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.": 225. Creswell, J. W. (1994). "Research Design Qualitative & Quantitative
Apparoaches, Penerbit Sage Publications International Educational and Professional Publisher Thousand Oaks London New Delhi.": xv-227.
Georg-Hans, G. (2004). "Diterjemahkan Sahidah, Ahmad.Truth and Method (Kebenaran dan Metode). Pengantar Filsafat Hermenuitika, Pe¬nerbit Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta."
Giddens, A. (2003). "The Constitution of Society Teori Strukturasi Untuk Analisis Sosial." Sebuah Karya Paling Penting yang Mengupas Tuntas Teori Utama Tentang Sosiologi di Inggris pada Dasawarsa yang Lalu Mark Poster, Univerity California. Penerbit Pedati Malang Jawa Timur: v0-482.
Giddens, A. (2003). "The Constution of Society, Teori Strukturisasi Untuk Analisis Sosial, Jawa-Timur Pasuruan, Penerbit Pedati, Pasuruan Jawa Timur Indonesia.": vi-482.
Habermas, J. (2006). "Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat, Teori dan Tindakan Komunikatif, Penerbit Reaksi Wacana, Yogyakarta, Jawa Tengah Indonesia.": 512.
Hasiara, L. O. (2012). "Metode Penelitian Mulit paradigma Satu, membangun Reruntuhan Metode yang Berserahakan. Penerbit Darkah Media. Malang-Indonesia."
Holborn, d. H. (2000). "Sosiology Themes and Perspectives.www.Collins
249 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Education.com The Support for School and Colleges." Jose (2007). "Effect of Satisfaction With Communication on the
Ralationship betwen Individual Job Congruence and Job Performance/Satisfaction.", Journal of Management Development 26(1): 737-752.
Norman K. Denzim, d. Y. S. L. (2009). "Handbook Of Qualitative Research, (Penerjemah Dariyanto, Badrus Samuel Fata, Abi, John, John Rinaldi, Penerbit Pustaka Pelajar Jogyakarta- Indonesia." v-799.
Smith, J. A. (2009). "Psikologi Kualitatif Panduan Praktis Metode Riset, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta Jawa Tengah Indonesia.": v-493.
Subadi, C. (2008). Metodologi penelitian: Kualitatif, UIN-Maliki Press. Suriasumantri, J. S. (2012). "Ilmu dalam Perspektif, Sebuah Kumpulan
Karangan tentang Hakekat Ilmu, Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta Indonesia.": vii-343.
Suryabrata, S. (2008). "Psikologi Kepribadian, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Indonesia.": v+1-362.
James P. Spradley. 2007. Metode Etnografi. Edisi Kedua. Yogyakarta. Tiara Wacana.
Gie, Liang. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta. Liberty Muhammad Muslih, 2006. Filsafat Ilmu, Kajian Atas Asumsi Dasar
Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Edisi Revisi. Jakarta. Belukar.
www.wikipedia.co.id, diakses pada 4 Januari 2010 pada pukul 11.00 WIB.
Sutopo, 2002. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surakarta. Sebelas Maret University Press.
Gazalba, Sidi. 1991. Sistematika Filsafat (Buku Kedua, Pengantar Kepada Teori Pengetahuan). Jakarta, PT. Bulan Bintang.
Ritzer, George.1980. Sociology : A Multiple Paradigm Science. Allyn and Bacon, Inc. Terjemahan. Oleh Alimandan. 1985. Jakarta: CV Rajawali.
Soekanto, Soerjono. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wiriaatmadja,Rochiati. 2007. Metode penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
BAB 3
250 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Bogdan, R. C. B. (2006). "Qualitatif Research for Education: An Introduction to Theory and Method, Second Edition, Boston: Allyn and Bacon, Inc.".
Bokdan, R. C. B. (2006). "Qualitatif Research for Education: An Introduction to Theory and Method, Second Edition, Boston: Allyn and Bacon, Inc.".
Creswell, J. W. (1994). "Research Design Qualitative & Quantitative Apparoaches, Penerbit Sage Publications International Educational and Professional Publisher Thousand Oaks London New Delhi.": xv-227.
Giddens, A. (2003). "The Constution of Society, Teori Strukturisasi Untuk Analisis Sosial, Jawa-Timur Pasuruan, Penerbit Pedati, Pasuruan Jawa Timur Indonesia.": vi-482.
Goodman, G. R.-D. J. (2007). "Teori Sosiologi Modern, Edisi keenam, Penerbit Kencana, Jakarta Indonesia.": iv-653.
Hasiara, L. O. (2010). "Cakrawala Menuju Psikologi Akuntansi (Keuangan daerah), Penerbit Tunggal Mandiri, Malang Jawa Timur." xii+274.
Hasiara, L. O. (2013). Sikap dan Perilaku Aparatur dalam Melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Butas, University of Muhammadiyah Malang.
Hasiara, L. O. (2018). "Penelitian Multi Kasus dan Multi Situs, Penerbit IRDH, Malang Jawa Timur ": i-xxiint+276.
Mantja, W. (2008). "Etnografi, Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen Pendidikan, Penerbit Elang Mas. Malang.".
Norman K. Denzim, d. Y. S. L. (2009). "Handbook Of Qualitative Research, (Penerjemah Dariyanto, Badrus Samuel Fata, Abi, John, John Rinaldi, Penerbit Pustaka Pelajar Jogyakarta- Indonesia." v-799.
Pantelis C. Kostis, K. I. K., Panagiotis E. Petrakis⁎ (2017). "Relationships between innovation stimulus, innovation capacity, and innovation performance." Journal of Business Research 36(5): 499-515.
Subadi, C. (2008). Metodologi penelitian: Kualitatif, UIN-Maliki Press. Suharsimi, A. (2006). "Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta Indonesia.": iii+1-370.
251 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Yin., K. R. (1996). "Studi Kasus (Desain dan Metode) (Penerjemah: Mud¬zakir, Djauzi. 1996), Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta."
BAB 4
A. Chaedar, A. (2011). "Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatig, Penerbit Pustaka Jaya, Bandung Jawa Barat Indonesia.": v-284.
Creswell, J. W. (1994). "Research Design Qualitative & Quantitative Ap- paroaches, Penerbit Sage Publications International Educational and Professional Publisher Thousand Oaks London New Delhi.": xv-227.
Lukas, M. (2002. ). "Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian. ." Jurnal Manajemen & Kewirausahaan. 4(2): 123-136.
Mantja, W. (2008). "Etnografi, Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen Pendidikan, Penerbit Elang Mas. Malang.".
Norman K. Denzim, d. Y. S. L. (2009). "Handbook Of Qualitative Research, (Penerjemah Dariyanto, Badrus Samuel Fata, Abi, John, John Rinaldi, Penerbit Pustaka Pelajar Jogyakarta- Indonesia." v-799.
BAB 5
Corner, J.(2013)."Aneka Pendapat Auditor (Pengertian Wajar Tanpa Pengecualian). (Online), diakses 3 Oktober 2016.".
Fatimah, S. and N.Nellyaningsih (2017)."Analisis Service Quality dengan menggunakan Metode Fishbone diagram (studi Kasus Pada Bank Bjb Cabang Buah Batu Bandung)."Proceedings of Applied Science 3(2).
Fishbone, D. (2012). "Aplikasi Fishbone Analisis dalam Meningkatkan Pare Putih Diaspakusa Makmur Kabupaten Boyolali."Management Research and Practice 2(1): 1-20.
Haryadi Sarjono, d.W. J. (2011)."SPSS Lisrel Sebuah Pengantar, Aplikasi Untuk Riset, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Indonesia."(1): iii-ix + 1-210.
252 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Jogiyanto, H. (2011). "Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modeling Berbasis Varian dalam Penelitian Bisnis, Penerbit UPP STIM YKPN Jogyakarta Jawa Tenggah Indonesia.": iii-140.
Kalbers, a. C.,W.J. (2009). "Organizational commitment and auditors in public Accounting." Managerial Auditing Journal 22(4): 354- 375.
Kalbers, C. W. J. d. (2009). "Organizational commitment and auditors in public Accounnting. ." Managerial Auditing Journal. 22(4): 354-375.
Kusnadi, E. (2011). Fishbone Diagram dan Langkah-langkah pembuatannya, Terdapat di: wordpress. com/2011/12/24/fishbone-diagram....
La Ode Hasiara, d. P. R. (2017). "Analysis of Giving Opinion of the Audit Board of the Republic of Indonesia (BPK) on Unqualified Opinion (WTP)." Journal of Finance and Accounting 5(6): 206....
Murnawan, H. (2016). "Perencanaan Produktivitas Kerja dari Hasil Evaluasi Produktivitas dengan Metode Fishbone Di Perusahaan Percetakan Kemasan PT. X." Hetring: Jurnal Teknik Industri 11 (01).
Singgih, S. (2012). "Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta Indonesia." (1): v+1-248.
Soeradi, D. S., et al. (2018). "Analisis Sistem dan Prosedur Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di desa Kembes Satu Kecamatan Tomblu kabupaten Minahasa."Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 13 (03).
Subadi, C. (2008). Metodologi penelitian: Kualitatif, UIN-Maliki Press;
Sugiyono (2009). "Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R & D,
Penerbit Alfabeta Bandung, Jawa Barat Indonesia.": x+334.
253 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Suwandi, D. (2013). "Strategi Mendapatkan Opini WTP. Laporan Keuangan Pemda, Diterbitkan Oleh PPM, Jakarta Pusat Indonesia.": x+224.
BAB 6
Amelia, W., et al. (2018). "Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Kualitas Aparatur Pemerintah dan Aktivitas Pengendalian Terhadap Akuntabilitas Pengendalian Akuntansi Keuangan (Studi pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Pekanbaru)." Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi 4(1): 1-15.
Anugrah, D. d. B. S. P. (2014). "Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Kekuatan Koersif terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Wilayah I Bogor Provinsi Jawa Barat)." Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan 2(2): 276-288.
Arfianti, D. and W. Kawedar (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah (Studi pada satuan kerja perangkat daerah di kabupaten Batang), Universitas Diponegoro.
Ariesta, F. (2013). "Pengaruh Kualitas Sumberdaya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Pasaman Barat)." Jurnal Akuntansi 1(1).
Armando, G. (2013). "Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Nilai Informasi Laporan Keuangan Pemerintah (Studi Empiris pada SKPD di Kota Bukittinggi)." Jurnal Akuntansi 1(1).
Astuti, S. (2018). "Peran Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Karyawan Instatlasi Rawat Inap di Rumaha Sakit (Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedirman Kebumen)." Fokus Bisnis: Media Pengkajian Manajemen dan Akuntansi 17(1): 1-23.
Astuti, S. K. N. (2017). Pelaksanaan Standar Prosedur Dalam Pelayanan Pembuatan Surat Keterangan Kehilangan pada Kepolisian Sektor Kota Makassar.
Dasar, U.-U. (1945, UUD). "Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23C."
254 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Dewi, N. P. (2012). Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan, Jakarta.
Fadhil, M. (2016). "Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kinerja Pegawai pada Balai Latihan Kerja Industri Makassar." PERSPEKTIF: JURNAL PENGEMBANGAN SUMBER DAYA INSANI 1(1): 70-81.
Faozan, H. and A. Wahyuadianto (2009). "Mengarahkan Eksistensi Standard Operating Procedures pada Proses Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Daerah." Jurnal Borneo Administrator 5(3).
Handayani, D. (2012). "Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah. ." Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis 5(55).
Harimurti, Y. (2017). "Pengukuran Nilai Sumber Daya Manusia pada Lembaga Pendidikan dengan Compensation Model." Widya Journal of Management and Accounting 2(1).
Hasiara, L. O. (2010). "Cakrawala Menuju Psikologi Akuntansi (Keuangan daerah), Penerbit Tunggal Mandiri, Malang Jawa Timur." xii+274.
Hasiara, L. O. (2011). "Akuntansi Kerilakuan Teori dan Aplikasi Di Satuan Kerja Perangkat Daerah, Diterbitkan Pusat Penerbit Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur." xxviii+254.
Hasiara, L. O. (2012). "Sikap dan Perilaku Pejabat, Unit SKPD dalam Mengelola APBD dan Aset Daerah." Jurnal Akuntansi 3(1): 92- 101.
Hasiara, L. O. (2013). "Akuntansi Pemerintahan Implementasi di Satuan Kerja Perangkat daerah." xii+246.
Hasiara, L. O. (2013). Sikap dan Perilaku Aparatur dalam Melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Butas, University of Muhammadiyah Malang.
Hla, D. and S. P. Teru (2015). "Efficiency of Accounting Information System and Performance Measures–." Int. J. of Multidisciplinary and Current research 3.
Islam, K., et al. (2017). "Accounting Information Systems: Traditions and Future Directions (By Using AIS in Traditional Organizations)." The Journal of Internet Banking and Commerce 22(2): 1-13.
255 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Kartika, A. (2010). "Pengaruh komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan dalam hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran (Studi empirik pada rumah sakit swasta di Kota Semarang)." Kajian Akuntansi 2(1).
Keputusan Presiden No. 74 , t. O. W. (2001). "Pemerintah daerah yang otonom diharap mendapatkan opini WTP ".
Khadafi, M. (2015). "Effect of Debt Default, Audit Quality and Acceptance of Audit Opinion Going Concern in Manufacturing Company in Indonesia Stock Exchange." International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences 5(1).
Khenryk Misiak, d. V. S. S. (2005). "Psikologi, Fenomenologi, Ekstensial, dan Humanistik (Suatu Survei Historis), Penerbit PT Efika Aditama, Bandung-Indonesia." v-172.
Koesmono, H. T. (2007). "Pengaruh kepemimpinan dan tuntutan tugas terhadap komitmen organisasi dengan variabel moderasi motivasi perawat rumah sakit swasta Surabaya." Jurnal Manajemen dan kewirausahaan 9(1): 30-40.
Kurniawan, A. (2015). "Pengaruh komitmen organisasi terhadap Organizational citizenship behavior (ocb) Pt x bandung." Jurnal Manajemen 15(1): 95-118.
Massie, K. S. (2017). "The Influence of Trust, Esay of Use and Qualitatif Information on Purchaces on Linine Fashion Site Zalora. co.id." e-Proceeding of Management : Vol.4, No.2 Agustus 2017 | Page 1405 4(2).
Muindro, R. (2013). "Akuntansi Sektor Publik, Organisasi Non Laba Edisi Ketiga, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.".
Nurillah, A. S. and D. Muid (2014). Pengaruh kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (sakd), pemanfaatan teknologi informasi, dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (studi empiris pada skpd kota depok), Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008, t. S. P. I. P. (2008). "Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008, temtang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah."
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, N. (2010). "tentang Standar Akuntansi Pemerintahan."
256 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Posuma, C. O. (2013). "Kompetensi, kompensasi, dan kepemimpinan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Ratumbuysang Manado." Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 1(4).
Pramadani, A. B. (2012). "Hubungan antara komitmen organisasi dengan kesiapan untuk berubah pada karyawan divisi enterprise service (DES) telkom ketintang Surabaya." Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi 1(02).
Rahman, R. A. T., et al. (2019). "Evaluation of E-Budgeting Implementation in Provincial Government of DKI Jakarta Using CIPP Model Approach." Journal of Accounting and Investment 20(1): 94-114.
Ristanti, N. M. A. d. N. K. S. d. E. S. (2014). "Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Pengelolaan Keuangan Daerah dan Komitmen Organisasi Terhadap Penerapan Good Governance. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 2. No. 1.".
Salomon, L. L., et al. (2017). "Strategi Peningktan Mutu Part Bening Menggunakan Pendekatan Metode Six Sigma (Studi Kasus : Departemen Injection di PT KG)." Jurnal Ilmiah Teknik Industri 3(3).
Santa Mira, W. and M. Margaretha (2012). "Pengaruh Servant Leadership Terhadap Komitmen Organisasi dan Organization Citizenship Behavior." Jurnal Manajemen Maranatha 11(2).
Santoso, S. (2010). "Teori-Teori Psikologi Sosial, Penerbit PT Refika Aditama, Jawa Barat Bandung Indonesia.": v+1-256.
Sarwono, S. W. (2010). "Teori-Teori Psikologi Sosial, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Inodonesia.": v+255.
Setyawati, H. (2018). "Strategi Pencapaian Opini WTP Pemerintah Kabupaten Bondowoso dalam Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual." Jurnal Bisnis dan Manajemen 11(3): 350-365.
Smith, J. A. (2009). "Psikologi Kualitatif Panduan Praktis Metode Riset, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta Jawa Tengah Indonesia.": v-493.
Soeradi, D. S., et al. (2018). "Analisis Sisem dan Prosedur Penyunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di desa Kembes Satu
257 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa." Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 13(03).
Sukmaningrum, T. (2012). "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Semarang), Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.".
Sumarno, J. (2005). "Pengaruh komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan Terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan Kinerja manajerial (studi empiris pada kantor cabang perbankan indonesia di jakarta)." Jurnal Bisnis Strategi 14(2): 197-210.
Supriyanto, A. (2006). "Analisis kelemahan keamanan pada jaringan wireless." Dinamik 11(1).
Suryabrata, S. (2008). "Psikologi Kepribadian, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Indonesia.": v+1-362.
Suwandi, D. (2013). "Strategi Mendapatkan Opini WTP. Laporan Keuangan Pemda, Diterbitkan Oleh PPM, Jakarta Pusat Indonesia.": x+224.
Teri, T. and W. Darmawan (2017). "Pemaknaan Proses Menuju Opini WTP." Journal of Applied Accounting and Taxation 2(2): 178- 186.
Tobing, D. S. K. (2009). "Pengaruh komitmen organisasional dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara III di Sumatera Utara." Jurnal Manajemen dan kewirausahaan 11(1): 31-37.
Undang-Undang No.17, t. K. N. (2003). "Undang-Undang No.17, tentang Keuangan Negera."
Wahyudi, P., et al. (2018). "Pengaruh Peran Peran Satuan Pengawasan Internal Terhadap Pencapaian Good University Govennance pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia." AKMEN Jurnal Ilmiah 15(2).
Wati, K. D., et al. (2014). "Pengaruh kompetensi SDM, penerapan SAP, dan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan daerah." JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha 2(1).
Yahya, F. (2018). "Pengaruh Kualitas Informas, Kemudahan dan Keragaman Produk Terhadap Keputusan Pembelian Secara
258 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Online Pengguna Lazada. Co.id di Sidoarjo." BRANCHMARCK 3(3).
Yuliana, O. (2004). "Penggunaan Teknologi Internet dalam Bisnis." Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2(1): 36-52.
BAB 7
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi Enam. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Haryadi Sarjono, d. W. J. ( 2011). SPSS Lisrel Sebuah Pengantar, Aplikasi Untuk Riset, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Indonesia. (1), iii-ix + 1-210.
Hasiara, L. O. (2012). Metode Penelitian Mulit paradigma Satu, membangun Reruntuhan Metode yang Berserahakan. Penerbit Darkah Media. Malang-Indonesia.
Hasiara, L. O. (2018). Penelitian Multi Kasus dan Multi Situs, Penerbit IRDH, Malang Jawa Timur i-xxiint+276.
Imam, G. (2005). Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Diterbitkan Badan Penerbit Universitas Diponegoro Jawa Tenggah Indonesia. iii-ix +1-295
Jogiyanto, H. (2011a). Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modeling Berbasis Varian dalam Penelitian Bisnis, Penerbit UPP STIM YKPN Jogyakarta Jawa Tenggah Indonesia., iii-140.
Jogiyanto, H. (2011b). Konsep dan aplikasi Struktural Equation Modeling Berbasis Varian dalam Penelitian Bisnis. Penerbit UPP STIM YKPN. Jogyakarta.
Jogiyanto, H. (2016). Konsep Aplikasi PLS (Partial Square) untuk Penelitian Empiris, Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Jogyakarta Jawa Tengah Indonesia., ii-178.
Jonathan, S. (2007). Analis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Aplikasi dalam Riset Pemasaran, Aplikasi dalam Keuangan, Aplikasi dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, Aplikasi dalam Kewirausahaan, Penerbit Andi Jogyakarta Jawa Tengah., x+326.
La Ode Hasiara, d. P. R. (2017). Analysis of Giving Opinion of the Audit Board of the Republic of Indonesia (BPK) on Unqualified Opinion (WTP). Journal of Finance and Accounting, 5(6), 206.
Riadi, E. (2013). Aplikasi Lisrel Untuk Penelitian Analisis Jalur, Penerbit Andi Jogyakarta, Jawa Tengah Indonesia., iii+1+278.
259 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Septiawan, S. K. (2007). Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif. v+1-226.
Singgih, S. (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta Indonesia. (1), v+1-248.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif - Kualitatif dan R & D, Penerbit Alfabeta Bandung, Jawa Barat Indonesia., x+334.
Sugiyono. (2013). Cara Mudah Menyusun : Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Penerbit Alfabeta. Bandung. .
Sukmaningrum, T. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Semarang), Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Teguh, W. (2012). Analisis Statistik Mudah dengan SPSS 20, Penerbit PT Elex Media Komputindo Jakarta Indonesia., v-197.
Wahna, K. (2005). Pengembangan Analisis Multi Variate SPSS Versi 12, Penerbit Salemba Infotek, Jakarta Indonesia., iii+280.
Willy Abdillah, d. J. H. (2015). Partial Least Square (PLS) Structurla Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis, Penerbit Andi Yogyakarta, Jawa Tengah Indonesia., iii+1-265.
Wiyono, G. (2011). Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS Smart PLS 2.0, Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta Jawa Tengah Indonesia. (1), i-Vi +1+510.
BAB 8
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi Enam. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Haryadi Sarjono, d. W. J. ( 2011). SPSS Lisrel Sebuah Pengantar, Aplikasi
Untuk Riset, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Indonesia. (1),
iii-ix + 1-210.
Hasiara, L. O. (2012). Metode Penelitian Mulit paradigma Satu,
membangun Reruntuhan Metode yang Berserahakan.
Penerbit Darkah Media. Malang-Indonesia.
Hasiara, L. O. (2018). Penelitian Multi Kasus dan Multi Situs, Penerbit
IRDH, Malang Jawa Timur i-xxiint+276.
260 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Imam, G. (2005). Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Diterbitkan Badan Penerbit Universitas Diponegoro Jawa
Tenggah Indonesia. iii-ix +1-295
Jogiyanto, H. (2011a). Konsep dan Aplikasi Structural Equation
Modeling Berbasis Varian dalam Penelitian Bisnis, Penerbit
UPP STIM YKPN Jogyakarta Jawa Tenggah Indonesia., iii-140.
Jogiyanto, H. (2011b). Konsep dan aplikasi Struktural Equation
Modeling Berbasis Varian dalam Penelitian Bisnis. Penerbit
UPP STIM YKPN. Jogyakarta.
Jogiyanto, H. (2016). Konsep Aplikasi PLS (Partial Square) untuk
Penelitian Empiris, Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UGM, Jogyakarta Jawa Tengah Indonesia., ii-178.
Jonathan, S. (2007). Analis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS,
Aplikasi dalam Riset Pemasaran, Aplikasi dalam Keuangan,
Aplikasi dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, Aplikasi
dalam Kewirausahaan, Penerbit Andi Jogyakarta Jawa
Tengah., x+326.
La Ode Hasiara, d. P. R. (2017). Analysis of Giving Opinion of the Audit
Board of the Republic of Indonesia (BPK) on Unqualified
Opinion (WTP). Journal of Finance and Accounting, 5(6), 206.
Riadi, E. (2013). Aplikasi Lisrel Untuk Penelitian Analisis Jalur, Penerbit
Andi Jogyakarta, Jawa Tengah Indonesia., iii+1+278.
Septiawan, S. K. (2007). Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif.
v+1-226.
261 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Singgih, S. (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik, Penerbit
PT Elex Media Komputindo, Jakarta Indonesia. (1), v+1-248.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif - Kualitatif dan R & D,
Penerbit Alfabeta Bandung, Jawa Barat Indonesia., x+334.
Sugiyono. (2013). Cara Mudah Menyusun : Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Penerbit Alfabeta. Bandung. .
Sukmaningrum, T. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris
pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Semarang), Skripsi.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Teguh, W. (2012). Analisis Statistik Mudah dengan SPSS 20, Penerbit PT
Elex Media Komputindo Jakarta Indonesia., v-197.
Wahna, K. (2005). Pengembangan Analisis Multi Variate SPSS Versi 12,
Penerbit Salemba Infotek, Jakarta Indonesia., iii+280.
Willy Abdillah, d. J. H. (2015). Partial Least Square (PLS) Structurla
Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis, Penerbit
Andi Yogyakarta, Jawa Tengah Indonesia., iii+1-265.
Wiyono, G. (2011). Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis
SPSS Smart PLS 2.0, Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta
Jawa Tengah Indonesia. (1), i-Vi +1+510.
BAB 9
Imam, G. (2005). Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Diterbitkan Badan Penerbit Universitas Diponegoro Jawa
Tenggah Indonesia. iii-ix +1-295.
262 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Jogiyanto, H. (2011). Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modeling Berbasis Varian dalam Penelitian Bisnis, Penerbit UPP STIM YKPN Jogyakarta Jawa Tenggah Indonesia., iii-140.
La Ode Hasiara, d. P. R. (2017). Analysis of Giving Opinion of the Audit Board of the Republic of Indonesia (BPK) on Unqualified Opinion (WTP). Journal of Finance and Accounting, 5(6), 206.
Singgih, S. (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta Indonesia. (1), v+1-248.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R & D, Penerbit Alfabeta Bandung, Jawa Barat Indonesia., x+334.
Sukmaningrum, T. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Semarang), Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Willy Abdillah, d. J. H. (2015). Partial Least Square (PLS) Structurla Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis, Penerbit Andi Yogyakarta, Jawa Tengah Indonesia., iii+1-265.
BAB 10
Amelia, W., et al. (2018). "Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Kualitas Aparatur Pemerintah dan Aktivitas Pengendalian Terhadap Akuntabilitas Pengendalian Akuntansi Keuangan (Studi pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Pekanbaru)." Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi 4 (1): 1-15.
Arfianti, D. and W. Kawedar (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah (Studi pada satuan kerja perangkat daerah di kabupaten Batang), Universitas Diponegoro.
Ariesta, F. (2013). "Pengaruh Kualitas Sumberdaya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Pasaman Barat)." Jurnal Akuntansi 1 (1).
Armando, G. (2013). "Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Nilai Informasi Laporan Keuangan Pemerintah (Studi Empiris pada SKPD di Kota Bukittinggi)." Jurnal Akuntansi 1 (1).
263 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Astuti, S. K. N. (2017). Pelaksanaan Standar Prosedur Dalam Pelayanan Pembuatan Surat Keterangan Kehilangan pada Kepolisian Sektor Kota Makassar.
Dasar, U.-U. (1945, UUD). "Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23C." Dewi, N. P. (2012). Pedoman Penyusunan Standar Operasional
Prosedur Administrasi Pemerintahan, Jakarta. Fadhil, M. (2016). "Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia
terhadap Kinerja Pegawai pada Balai Latihan Kerja Industri Makassar." PERSPEKTIF: JURNAL Pengembangan Sumber Daya Insani 1 (1): 70-81.
Faozan, H. and A. Wahyuadianto (2009). "Mengarahkan Eksistensi Standard Operating Procedures pada Proses Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Daerah." Jurnal Borneo Administrator 5 (3).
Fatimah, S. and N. Nellyaningsih (2017). "Analisis Service Quality Dengan Menggunakan Metode Fishbone Diagram (studi Kasus Pada Bank Bjb Cabang Buah Batu Bandung)." eProceedings of Applied Science 3 (2).
Hasiara, L. O. (2010). "Cakrawala Menuju Psikologi Akuntansi (Keuangan daerah), Penerbit Tunggal Mandiri, Malang Jawa Timur." xii+274.
Hasiara, L. O. (2011). "Akuntansi Keperilakuan Teori dan Aplikasi Di Satuan Kerja Perangkat Daerah, Diterbitkan Pusat Penerbit Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur." xxviii+254.
Hasiara, L. O. (2013). "Akuntansi Pemerintahan Implementasi di Satuan Kerja Perangkat daerah." xii+246.
Hasiara, L. O. (2013). Sikap dan Perilaku Aparatur dalam Melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Butas, University of Muhammadiyah Malang.
Hla, D. and S. P. Teru (2015). "Efficiency of Accounting Information System and Performance Measures." Int. J. of Multidisciplinary and Current research 3.
Islam, K., et al. (2017). "Accounting Information Systems: Traditions and Future Directions (By Using AIS in Traditional Organizations)." The Journal of Internet Banking and Commerce 22 (2): 1-13.
264 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Jogiyanto, H. (2011). "Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modeling Berbasis Varian dalam Penelitian Bisnis, Penerbit UPP STIM YKPN Jogyakarta Jawa Tengah Indonesia.": iii-140.
Jogiyanto, H. (2016). "Konsep Aplikasi PLS (Partial Square) untuk Penelitian Empiris, Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Jogyakarta Jawa Tengah Indonesia.": ii-178.
Khadafi, M. (2015). "Effect of Debt Default, Audit Quality and Acceptance of Audit Opinion Going Concern in Manufacturing Company in Indonesia Stock Exchange." International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences 5 (1).
Koesmono, H. T. (2007). "Pengaruh kepemimpinan dan tuntutan tugas terhadap komitmen organisasi dengan variabel moderasi motivasi perawat rumah sakit swasta Surabaya." Jurnal Manajemen dan kewirausahaan 9 (1): 30-40.
Massie, K. S. (2017). "The Influence of Trust, Esay of Use and Qualitatif Information on Purchaces on Linine Fashion Site Zalora. co.id." e-Proceeding of Management : Vol.4, No.2 Agustus 2017 | Page 1405 4 (2).
Pramadani, A. B. (2012). "Hubungan antara komitmen organisasi dengan kesiapan untuk berubah pada karyawan divisi enterprise service (DES) telkom ketintang Surabaya." Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi 1 (02).
Rahman, R. A. T., et al. (2019). "Evaluation of E-Budgeting Implementation in Provincial Government of DKI Jakarta Using CIPP Model Approach." Journal of Accounting and Investment 20 (1): 94-114.
Ristanti, N. M. A. d. N. K. S. d. E. S. (2014). "Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Pengelolaan Keuangan Daerah dan Komitmen Organisasi Terhadap Penerapan Good Governance. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 2. No. 1.".
Sarjono, H. and W. Julianita (2011). "SPSS vs LISREL: sebuah pengantar, aplikasi untuk riset." Jakarta: Salemba Empat.
Sarwono, S. W. (2010). "Teori-Teori Psikologi Sosial, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Inodonesia.": v+255.
265 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Singgih, S. (2012). "Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta Indonesia." (1): v+1-248.
Smith, J. A. (2009). "Psikologi Kualitatif Panduan Praktis Metode Riset, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta Jawa Tengah Indonesia.": v-493.
Soeradi, D. S., et al. (2018). "Analisis Sistem dan Prosedur Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di desa Kembes Satu Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa." Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 13 (03).
Sugiyono (2009). "Metode Penelitian Kuantitatif - Kualitatif dan R & D, Penerbit Alfabeta Bandung, Jawa Barat Indonesia.": x+334.
Sugiyono (2013). "Cara Mudah Menyusun : Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Penerbit Alfabeta. Bandung. ."
Sugiyono, D. (2000). "Metode Penelitian." Bandung: CV Alvabeta. Sukmaningrum, T. (2012). "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Semarang), Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.".
Supriyanto, A. (2006). "Analisis kelemahan keamanan pada jaringan wireless." Dinamik 11 (1).
Suryabrata, S. (2008). "Psikologi Kepribadian, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Indonesia.": v+1-362.
Suwandi, D. (2013). "Strategi Mendapatkan Opini WTP. Laporan Keuangan Pemda, Diterbitkan Oleh PPM, Jakarta Pusat Indonesia.": x+224.
Teguh, W. (2012). "Analisis Statistik Mudah dengan SPSS 20, Penerbit PT Elex Media Komputindo Jakarta Indonesia.": v-197.
Wahyudi, P., et al. (2018). "Pengaruh Peran Peran Satuan Pengawasan Internal Terhadap Pencapaian Good University Govennance pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia." AKMEN Jurnal Ilmiah 15 (2).
Wiyono, G. (2011). "Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS Smart PLS 2.0, Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta Jawa Tengah Indonesia." (1): i-Vi +1+510.
Yahya, F. (2018). "Pengaruh Kualitas Informas, Kemudahan dan Keragaman Produk Terhadap Keputusan Pembelian Secara
266 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Online Pengguna Lazada. Co.id di Sidoarjo." branchmarck 3 (3).
Yuliana, O. (2004). "Penggunaan Teknologi Internet dalam Bisnis." Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2 (1): 36-52.
267 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
GLOSARIUM
Esensi Interaksionisme Simbolik adalah suatu aktivitas yang
merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.
Etnografi merupakan salah satu model penelitian yang lebih banyak terkait dengan antropologi, yang mempelajari peristiwa cultur, yang menyajikan pandangan hidup subyek yang menjadi obyek studi.
Kutipan Langsung adalah kutipan, ketika disajikan dalam tulisan memuat nama penulis, tahun terbitan dan halaman.
Metode adalah cara-cara untuk menemukan ilmu pengetahuan dengan cara ilmiah.
Metode Wawancara adalah narasumber akan jujur menjawab pertanyaan dan menceritakan motif dibalik setiap tindakannya.
Paradigma adalah kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu bidang ilmu pengetahuan dan membantu membedakan antara instrumen-instrumen ilmuwan yang satu dengan komunitas ilmuwan yang lain.
Paragraf adalah bagian yang berasal dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat, yang isinya mengungkapkan satuan informasi/kalimat dengan pikiran utama sebagai pengendalian dan juga pikiran penjelas sebagai pendukungnya.
Paragraf Agumentasi adalah suatu jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat penulis dengan disertai bukti dan juga fakta (yang benar terjadi).
Paragraf Campuran (deduktif-induktif) adalah ditandai dengan terdapatnya kalimat utama berada di awal dan akhir paragraf.
268 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Paragraf Deduktif adalah paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama berada di awal paragraph. Baca juga secara lebih lengkap.
Paragraf Eksposisi adalah suatu paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menyampaikan informasi, mengajarkan, menjelaskan dan juga menerangkan suatu topik kepada yang membacanya dengan tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan si pembaca.
Paragraf Induktif adalah ditandai dengan terdapatnya kalimat utama yang berada di akhir paragraph.
Paragraf Narasi adalah suatu jenis paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu.
Paragraf Persuasi adalah suatu bentuk atau jenis karangan yang mempunyai tujuan membujuk pembaca supaya ingin berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya.
Pendapat Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) merupakan pendapat
yang terbaik atas laporan suatu entitas.
Sampel Atau Contoh merupakan sebagian dari populasi yang
karakteristiknya yang akan diteliti.
Teori adalah hasil penelitian, baik penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, maupun menggunakan pendekatan kualitatif.
Teori Interaksionisme Simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi, yang mengemukakan tentang diri sendiri (the self) dan dunia luarnya.
269 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
INDEKS
B
buku · 2, i, ii, iii, iv, vii, 1, 2, 3, 6, 7, 8, 47,
67, 73, 99, 105, 106, 109, 110, 111,
130, 162, 163, 210, 227, 228, 229
D
data · iv, 1, 4, 5, 13, 15, 16, 19, 20, 21, 22,
27, 29, 30, 34, 36, 42, 43, 44, 46, 59,
66, 68, 70, 71, 73, 75, 76, 79, 80, 81,
82, 85, 86, 87, 88, 89, 92, 93, 94, 95,
96, 97, 98, 101, 131, 133, 134, 135,
136, 137, 139, 141, 142, 144, 146, 147,
148, 149, 150, 151, 152, 153, 154, 156,
158, 159, 162, 163, 164, 165, 166, 169,
170, 171, 173, 174, 175, 176, 179, 181,
182, 183, 190, 191, 210, 222, 223, 227
K
kafrah · 2
kualitatif · 6, 9, 10, 16, 19, 20, 22, 23, 24,
25, 27, 28, 31, 32, 41, 55, 56, 60, 61,
66, 67, 69, 70, 71, 73, 75, 76, 82, 84,
85, 86, 87, 91, 94, 96, 97, 104, 114,
115, 131, 144, 192, 251
kuantitatif · iii, 3, 4, 6, 9, 10, 15, 16, 19, 20,
23, 24, 25, 27, 28, 30, 60, 91, 104, 115,
123, 129, 131, 134, 142, 144, 147, 166,
192, 218, 220, 223, 224, 251
L
Linier · xii, 4, 139, 159, 165, 177, 178, 179
M H
hipotesis · 6, 25, 101, 120, 121, 123, 124,
125, 126, 127, 128, 129, 130, 136, 140,
143, 151, 160, 165, 198, 199, 200, 201,
202, 203, 204, 205, 206, 207, 208
I
ilmu · i, iii, iv, vi, vii, 2, 7, 16, 18, 21, 22, 27,
36, 37, 49, 58, 60, 61, 71, 92, 93, 106,
131, 137, 142, 144, 158, 164, 210, 229,
231, 250, 255
Metode · i, iii, 1, 22, 28, 67, 86, 87, 99, 110,
114, 131, 142, 144, 177, 230, 231, 232,
233, 234, 235, 236, 240, 242, 243, 244,
246, 247, 248, 249, 250
Multikolinieritas · xiii, 5, 138, 154, 155,
156, 165, 178, 181
P
pembaca · iii, iv, 1, 2, 3, 7, 10, 13, 14, 15,
61, 65, 67, 73, 81, 95, 98, 99, 100, 111,
114, 122, 138, 142, 143, 158, 164, 220,
228, 251
penafsiran · 2, 27, 31, 48, 49, 57, 65, 67,
79
270 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
penelitian · i, ii, iii, iv, v, 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9,
10, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 24, 25,
27, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 41, 42,
43, 45, 55, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,
65, 66, 67, 70, 71, 72, 73, 75, 76, 77,
79, 80, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89,
90, 91, 92, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100,
101, 102, 103, 104, 105, 106, 109, 111,
114, 115, 116, 119, 120, 121, 122, 123,
124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131,
132, 133, 134, 135, 136, 139, 140, 141,
142, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 151,
154, 159, 160, 162, 163, 164, 165, 166,
169, 173, 190, 191, 192, 194, 198, 199,
200, 201, 202, 203, 204, 205, 207, 208,
210, 211, 212, 216, 218, 219, 220, 222,
223, 224, 225, 227, 228, 233, 234, 236,
250, 251
proposal · iii, 1, 5, 6, 9, 16, 17, 99, 141, 162,
163, 164, 165
R
T
teori · 5, 8, 9, 17, 20, 21, 22, 25, 27, 29, 30,
31, 33, 34, 35, 37, 39, 41, 42, 44, 45,
46, 47, 49, 50, 52, 54, 56, 58, 59, 62,
73, 91, 114, 122, 123, 129, 130, 134,
142, 143, 147, 251
U
Uji · xii, xiii, 4, 5, 135, 136, 137, 138, 139,
140, 143, 148, 149, 150, 151, 152, 153,
154, 156, 157, 158, 159, 160, 161, 165,
174, 175, 176, 179, 180, 181, 182, 183,
190, 194, 195, 196, 197, 198
V
validitas · 4, 5, 99, 134, 135, 136, 147, 148,
150, 151, 165, 170, 171, 173, 174, 190,
227
Rancangan · 3, 4
TENTANG PENULIS
271 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
La Ode Hasiara, dilahirkan di Buton, 31 Desem-
ber 1962. Riwayat Pendidikan: SD Negeri Bone-
lalo, lulus tahun 1974. Tahun 1974-1977 meng-
anggur. Pada bulan Juli 1977 lanjut ke SMP
Negeri Lawele, lulus 1980, SMA Negeri 2 Bau-
Bau jurusan IPA, lulus 1983. Akademi Bank dan
Keuangan (ABK) Ujung Pandang, memperoleh gelar Bechelor of Sciense
(B.Sc) lulus 1986 Gelombang Pertama Ujian Negara masih sistem Ting-
kat, dengan kajian Pengelolaan Adminstrasi Keuangan Daerah. Tahun
1988 melanjutkan ke STIE-YPUP Jurusan Akuntansi memperoleh
gelar Doktorandus (Drs) lulus Th.1992, dengan Sistem Pengelolaan
Keuangan Daerah. Universitas Hasanuddin (UNHAS) memperoleh gelar
Sarjana Ekono, Akuntan (S.E.,Ak), lulus 1998, dalam kajian Koreksi
Fisakal dalam Laba Akuntansi. Pascasarjana UNMUL, konsentrasi
Akuntansi Keuangan Daerah memperoleh gelar Magister Manajemen
(M.M), lulus 2004, dengan Pengelolaan Keuangan Daerah. Pascasarjana
UM, jurusan Manajmen Pendidikan memperoleh gelar Magister Mana-
jemen Pendidikan (M.Pd), lulus 2009, dengan Dosen Teladan di
Pendidikan Vokasi, kemudian Pascasarjana Universitas Brawijaya
Program Doktor Ilmu Akuntansi (Dr), lulus 2011 dalam Sikap Aparatur
atas Pelaksanaan Akuntansi Keuangan Daerah, serta Doktor
Manajemen Pendidikan dengan gelar (Dr/Ph.D).Lulus 2013 dari
Universitas Negeri Malang.
272 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Sudarlan dilahirkan di Klaten, 27 Oktober1961,
Riwayat Pendidikan Sarjana Ekonomi Studi
Pembangunan di Universitas Mulawarman,
gelar S.E., lulus 1986. Pascasarjana diselesaikan
di Universitasa Institut Teknologi Bandung (ITB)
bidang ilmu Magister Transportasi, dengan
gelar, M.T, kemudai Pendidikan S3 diselesaikan
di Universitas Padjadjaran Bandung, dalam ilmu Ekonomi, dengan gelar
Dr.
273 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA
Ahyar Muhammad Diah dilahirkan di Luwu, 31
Desember 1968, Riwayat Pendidikan SD Negeri
25 Belopa Lulus Tahun 1980, SMP Negeri 1
Belopa Lulus Tahun 1983, SMA Negeri 1 Beloba
Lulus Tahun 1986, Pendidikan Sarjana
Manajemen diselesaikan di Universitas Muslim
Indonesia Makassar Gelar, S.E.,dan Pendidikan
Ilmu Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Hasanuddin Makassar,
gelar S.E. selanjutnya Magister Manajemen, bidang Kajian Manajemen
Pemasaran diselesiakan di Universitas Mulawarman, gelar M.M., lulus
2004, kemudain Pascasarjana Program S3 diselesaikan di Victoria
Australia University, dengan gelar, Ph.D, dengan bidang kajian. Ekonomi
Politik dan Transfer Keuangan antar Daerah.
274 LA ODE HASIARA
SUDARLAN
AHYAR MUHAMMAD DIAH
METODE PENELITIAN TERAPAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PENDIDIKAN VOKASI
KHUSUS HUMANIORA