Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

28
BAB 1 UJI KUALITATIF 1. Vitamin B Vitamin B adalah salah satu dari vitamin yang dapat larut di dalam air. Vitamin ini memiliki peran yang sangat penting dalam proses metabolisme sel. Vitamin B terdiri dari Vit. B1, Vit.B2, Vit.B6, dan Vit.12. 1.1 Uji kualitatif Vitamin B1. Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sedikit serbuk (sampel) ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan 3 tetes NaOH30%, 3 tetes K3Fe(CN)6 0,6% dan 1 mL isobutanol. Kemudian dikocok hingga bercampur rata. Kemudian perhatikan larutan campuran tersebut di bawah lampu ultraviolet. Apabila hasil campuran tersebut menjadi berwarna biru maka uji positif pada sampel. 1.2. Uji kualitatif Vitamin B2 ( riboflavin) Vitamin B2 disebut juga ( riboflavin) karena s trukturnya mirip dengan gula ribose dan juga karena ada hubungan dengan kelompok flavin. Riboflavin larut dalam air dan member warna fluorosen kuning-kehijauan. Riboflavin sangat mudah rusak oleh cahaya dan sinar ultraviolet, akan tetapi tahan terhadap panas, oksidator, dan 1

description

nbvnbvnhg

Transcript of Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

Page 1: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

BAB 1

UJI KUALITATIF

1. Vitamin B

Vitamin B adalah salah satu dari vitamin yang dapat larut di dalam air.

Vitamin ini memiliki peran yang sangat penting dalam proses metabolisme sel.

Vitamin B terdiri dari Vit. B1, Vit.B2, Vit.B6, dan Vit.12.

1.1 Uji kualitatif Vitamin B1.

Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sedikit serbuk

(sampel) ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan 3 tetes

NaOH30%, 3 tetes K3Fe(CN)6 0,6% dan 1 mL isobutanol. Kemudian

dikocok hingga bercampur rata. Kemudian perhatikan larutan campuran

tersebut di bawah lampu ultraviolet. Apabila hasil campuran tersebut

menjadi berwarna biru maka uji positif pada sampel.

1.2. Uji kualitatif Vitamin B2  (riboflavin)

Vitamin B2 disebut juga (riboflavin) karena strukturnya mirip

dengan gula ribose dan juga karena ada hubungan dengan kelompok

flavin. Riboflavin larut dalam air dan member warna fluorosen kuning-

kehijauan. Riboflavin sangat mudah rusak oleh cahaya dan sinar

ultraviolet, akan tetapi tahan terhadap panas, oksidator, dan asam.

Kelarutan Riboflavin dalam air bervariasi dari 1 bagian riboflavin dalam

3000 bagian air sampai 1 bagian riboflavin dalam 15.000 bagian air.

Variasi ini disebabkan oleh variasi bentuk kristalnya.Berdasarkan pada

sifat-sifat di atas pada waktu penetapan kadar, riboflavin harus terhindar

cahaya. Penyinaran dengan sinar ultraviolet atau cahaya tampak terhadap

larutan riboflavin dalam basa menghasilkan lumiflavin sedangkan larutan

riboflavin dalam suasana netral atau asam menghasilkan lumikrom yang

berfluorsensi biru.

1

Page 2: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

1.3. Uji kualitatif dan kuantitatif Vitamin B6

a. Metode spektrofotometri

Pada daerah ultraviolet, piridoksin, piridokamin dan piridoksal

menunjukkan daerah penyerapan yang karakteristik walaupun tidak ada

maksimum untuk ketiganya. Kadar vitamin B6 jumlah dalam larutan

buffer ph 6,75 dapat diterapkan pada panjang gelombag 325 nm. Pada p

anjang gelombang ini, piridoksin dan piridoksamin menunjukkan

absorbansi maksimum. Prosedur penetapan dalam tablet tunggal secara

spektrofotometri: Sebanyak 20 tablet ditimbang dan diserbuk. Pada

sejumlah serbuk yang ditimbang seksama yang setara dengan lebih

kurang 25 mg piridoksin hidroklorida ditambah 50 mL asam klorida 0,1

N sambil diaduk. Larutan diencerkan dengan asam klorida secukupnya

hingga 100 mL. Larutan diukur absorbansinya menggunakan kuvet

dengan ketebalan 1 cm pada panjang gelombang maksimum (291 nm).

b. Metode kolorimetri

Metode ini didasarkan pada reaksi fenol dengan 2,6-dikloro-

p- benzokuin-4-kloromina dengan menghasilkan warna biru yang dapat

disaridengan pelarut organik. Reaksi ini merupakan reaksi umum untuk

senyawafenol berkedudukan para terhadap gugus hidroksil fenol tidak

tersubsitusi.3.

c. Metode titrasi bebas air

Lebih kurang 300 mg piridoksin hidroklorida yang

ditimbangseksama, dilarutkan dalam 40 mL asam asetat glacial lalu

dititrasi denganasam perklorat 0,1 N menggunakan indicator 3 tetes

Kristal violet sampai biru hijau. Tiam mL asam perklorat 0,1 N setara de

ngan 20,56 mg piridoksin hidroklorida.

d. Metode kromatografi

Kromatofrafi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan

detectorfluorometri telah digunakan secara luas untuk analisis kuantitatif

vitaminB6 dalam ayam dan bahan makanan lainnya.

2

Page 3: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

1.4 Vitamin B12

Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B12 (sianokobalamin)

Sianokobalamin, C63H88O14N14Pco, merupakan senyawa kompleks

dengan kordinat kobalt berberat molekul 1355,4. Kristal vitaminB12 cepat

menyerab lembab udara. Sianokobalamin bersifat netral dan mengandung

gugus sian. Gugus ini dapat diganti dengan berbagai ionuntuk

menghasilkan senyawa baru seperti klorokobalamin dan

hidroksokobalamin. Bila sianokobalamin dihidrolisis dengan asam

makaakan menghasilkan 5,6-dimetilbenzimdazol. Metode penetapan kadar

vitamin (sianokobalamin).

2. Vitamin C

Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang sangat penting.

Vitamin ini diperlukan untuk pembentukan kolagen, kartinin, dan

neurotransmitter. Hewan dan tumbuhan dapat mensintesis vitamin C dalam

tubuhnya sendiri. Akan tetapi, vitamin ini tidak dapat disintesis oleh manusia

karena tidak memiliki enzim gulonolakton oksidase. Vitamin ini sering

dikonsumsi oleh masyarakat. Hingga saat ini, fungsi vitamin C yang dikenal

oleh masyarakat adalah sebagai peningkat sistem imun, pembentuk kolagen,

pencegah penuaan, dan sebagai obat untuk common cold (flu). Masyarakat

juga mengetahui bahwa vitamin ini juga bermanfaat untuk orang-orang yang

sering beraktivitas (Naidu, 2003).

Analisis kualitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapametode

diantaranya yaitu titrasi asam basa dan dapat dilakukan denganmenggunakan

pereaksi benedict. Cara kerja dari metode ini yaitu:

1. Titrasi Asam Basa

Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memasukkan sampel

kedalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 2

tetes NaOH 10% dan 2 mL larutan FeSO45%. Kemudian dicampurkanhin

gga rata kemudian mengamati perubahan yang terjadi. Uji positiftimbul

warna kunin.

3

Page 4: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

2. Menggunakan pereaksi benedic

Ekstrak buah jambu biji merah dan filtrat dimasukkan

dimasukkankedalam tabung reaksi menggunakan pipet sebanyak 5

tetes.Kemudian ditambah 15 tetes pereaksi benedict dan dipanaskan

diatasapi kecil sampai mendidih selama 2 menit. Adanya perubahan

warnahijau kekuningan menandakan adanya vitamin C pada sampel.

3. Vitamin K

Vitamin K adalah suatu vitamin yang dapat larut dalam lemak yang

berperan dalam pembekuan darah dan proses pengerasan kapur vaskuler.

Filokuinon, juga yang dikenal sebagai vitamin K1, terdapat pada sayuran dan

hati binatang. Vitamin K1 (filokuinon) adalah satu kofaktor yang terdapat di

dalam post-translational modifikasi karboksilase pada zat kapur protein yang

melibatkan proses aktivitas antihemorrhagic. Transport dan jaringan distribusi

dibantu oleh lipoprotein-lipoprotein tanpa adanya pengangkut yang spesifik

pada protein namun ada di dalam kloroplas dari penghasil zat hijau, yang

melembagakan sumber berkenaan dengan aturan makan utama dari vitamin.

Menakuinon-menakuinon berbeda dan prenylated yang lebih tinggi (K2 atau

MKn rangkaian) berasal dari hasil bakteri, selagi MK4 tidak lazimnya dari

kelompok ini tersebut ada bukti dari suatu jaringan yang bukan merupakan

hasil bakteri alkilasi mengarahkan pada yang tidak terlindungi merupakan

pemanfaatan dan peran dari menakuinon-menakuinon di dalam metabolisme

vitamin K.

Penentuan kandungan vitamin K pada makanan-makanan tersebut

dapat dilakukan dengan metode High Performance Liquid Chromatography

(HPLC) atau Kromatograpi Cair Kinerja Tinggi. Sistem Kromatografi

digunakan untuk menentukan konsentrasi-konsentrasi dari menaquinone-4,

filokuinon dan dihydrophylloquinone. Lebih lanjut, ada yang ditemukan

tanpa tingkat MK-4.

4

Page 5: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

BAB II

UJI KUANTITATIF

1. Vitamin B

1.1 Uji kuantitatif Vitamin B1

1.1.1 Metode Kolorimetri

Dasar metode ini adalah reaksi antara tiamin dengan 6-aminotimol

yang telah di diazotasi. Hasil peruraian tiamin tidak menghasilkan warna

dengan pereaksi ini. Dekstrosa, laktosa, maltosa,sukrosa, tepung, kasein,

gelatin, pepton, urea, gliserofosfat dan logam berat, dengan

kadar 100 kali lebih besar dari kadar tiamin tetap tidak mengganggu.

Riboflavin, asam nikotinat, nikotinamid, piridoksin,asam

pantotenat, guanin, adenin, triptopan, tirosin dan histidin yangterdapat

dengan kadar 20 kali lebih besar daripada kadar tiamin jugatidak

mengganggu. Pereaksi 6-aminotimol dibuat dengan melarutkan50 mg 6-

aminotimol dalam 50 mL asam klorida 0,35% danmengencerkannya

dengan air secukupnya hingga 200 mL.

Prosedur penetapan kadar tiamin murni dengan pereaksi 6-

aminotimol:Sejumlah 5,0 pereaksi 6-aminotimol didinginkan dengan es,

ditambah2,0 mL natrium nitrit 0,1%, lalu dicampur dan didiamkan

selama 1menit.

Larutan selanjutnya ditambah 5,0 mL natrium hidroksida 20%dan

diencerkan dengan air secukupnya sampai 20,9 mL. Sejumlah

1,0 pereaksi ini ditambah 1,0 larutan sampel. Setelah 5 menit larutandien

cerkan dengan air untuk mendapatkan absorbansi yang sesuai.Digunakan

larutan blanko Jika larutan sampel telah berwarna atau keruh,

dilakukan penetapan seperti diatas kemudian warna yang terjadi disari de

ngan campuran pelarut yang terdiri atas 90 mL toluen yang telah

didestilasi ulang (redestilasi) dan 10 mL n-butanol. Lapisan pelarut

organikdipisahkan dan ditambah ± 1 gram natrium sulfat anhidrat

untukmengeringkan pelarut lalu diukur absorbansinya.

5

Page 6: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

1.1.2 Metode Alkalimetri

Adanya hidroklorida pada tiamin hidroklorida dapat dititrasidengan

natrium hidroksida 0,1 N menggunakan indikator brom

timol biru. Prosedur penetapan kadar tiamin hidroklorida dengan metode

alkalimetri: Lebih kurang 500 mg tiamin hidroklorida yang

ditimbangseksama, dilarutkan dalam 75 mL air bebas CO2 lalu dititrasi

dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator brom timol biru. Tiap mL

NaOH0,1 N setara dengan 33,70 gram tiamin hidroklorida. Berat

ekivalen(BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara alkalimetri

adalahsama dengan berat molekulnya (BM). Hal ini disebabkan karena

tiap1 mol tiamin hidroklorida bereaksi dengan 1 mol NaOH.

1.1.3 Metode Titrasi Bebas Air (TBA)

Tiamin hidroklorida dalam asam asetat glasial dapat dititrasi

dengan asam perklorat dengan sebelumnya ditambah raksa (II)

asetat berlebihan. Kedua atom nitrogen dalam tiamin hidroklorida tertitra

sisehingga berat ekivalennya setengah dari berat molekulnya.

Sebagaiindikator dapat digunakan p-naftol benzen, merah kuinaldin, atau

dengan kristal violet.Prosedur penetapan kadar tiamin dengan metode

TBA: Lebihkurang 250 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang seksama

ditambah10 mL asam asetat glasial, 10 mL raksa (II) asetat 5% dalam

asamasetat glasial, dan ditambah 20 mL dioksan. Selanjutnya

larutandititrasi dengan asam perklorat 0,1 N menggunakan indikator 3

teteskristal violet sampai warna biru. Tiap mL asam perklorat 0,1 N

setaradengan 16,86 mg tiamin hidroklorida. Berat ekivalen (BE) tiamin

hidroksida pada penetapan secara titrasi bebas air adalah setengah dari

berat dari molekulnya (BM/2). Hal ini disebabkan karena setiap 1 mol

tiamin hidroksida bereaksi dengaan 2 mol HCLO4.

1.1.4Metode Argentometri

Adanya klorida dalam tiamin hidroklorida dapat ditetapkan secara

argentometri dengan menggunakan metode Volhard. Pada penetapan

6

Page 7: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

dengan metode Volhard suasananya harus asam sebab jika suasananya

basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat

dengan basa membentuk Ag(OH) yang pada tahap selanjutnya akanmem

bentuk endapan putih Ag2O, akibatnya perak nitrat tidak hanya bereaksi

dengan sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.Prosedur penetapan

kadar vitamin B1 secara argentometri: Lebih kurang 100 mg tiamin

hidroklorida yang ditimbang secaraseksama dilarutkan dalam 20 mL air.

Larutan diasamkan dengan asamnitrat encer dan ditambah 10 mL perak

nitrat 0,1 N. Endapan yangterjadi disaring dan dicuci dengan air sampai

tidak mengandungklorida. Filtrat selanjutnya dititrasi dengan larutan

baku ammoniumtiosianat 0,1 N menggunakan indikator besi (III)

amonium sulfat. TiapmL perak nitra 0,1 N setara dengan 16,86 mg

tiamin hidorklorida.Berat ekivalen (BE) tiamin hidroklorida pada

penetapan secaraargentometri adalah setengah dari berat molekulnya

(BM/2). Hal inidisebabkan karena tiap 1 mol tiamin hidroklorida (yang

mengandung2 Cl-) bereaksi dengan 2 mol AgNO3

1.1.5 Metode Gravimetri

Tiamin dalam tablet vitamin B1 dan dalam injeksi dapat ditetapkan

secara gravimetri dengan cara mengendapkan larutan tiamin menggunakn

asam silikowolframat. Prosedur penetapan kadar tiamin dengan metode

gravimetri:Sejumlah tertentu tablet yang telah ditimbang secara seksama

dansetara dengan lebih kurang 50 mg tiamin hidroksida, diencerkan

dengan air secukupnya hingga 50 mL lalu ditambah 2 mL asam klorida

pekat dan dipanaskan hingga mendidih. Pada larutan yang telah mendidih

ini selanjutnya ditambah dengan cepat tetes demi tetes 4 mL asam

silikowolframat yang baru disaring lalu dididihkan selama 4 menit.

Larutan disaring melalui penyaring kaca masir lalu dicuci dengan

50 mL campuran mendidih yang terdiri atas 1 bagian volume asam

klorida pekat dan 19 bagian air yang mengandung asam silikowolframat

0,2% (b/v), kemudian dicuci 2 kali tiap kali dengan 5mL aseton. Sisa

dikeringkan pada suhu 105 oC selama satu jam lalu didinginkan selama

7

Page 8: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

10 menit dan dibiarkan dalam eksikator di atas larutan asam sulfat 38%

dan ditimbang. Tiap gram sisa setara dengan192,9 mg tiamin

hidroklorida.

1.2 Analisis kuantitatif Ribofavin (Vitamin B2)

1.2.1 Metode spektrofluorometri

Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran

yang bebas dari senyawa berwarna yang mengganggu atau senyawa peng

ganggu lain yang mengandung riboflavin lebih besar dari 0,1 %.Cara

penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yangtidak

mengandung senyawa berfluorosensi atau senyawa berwarna yanglarut

dalam air atau dalam asam encer. Pengukuran harus dilakukansecepat

mungkin karena riboflavin terurai oleh sinar ultraviolet.

Larutansampel : Sejumlah serbuk yang ditimbang seksama dan

setara denganlebih kurang 2,5 mg riboflavin dimasukkan ke dalam labu

250 mL laluditambah 1 mL asam asetat 32,5% dan air secukupnya

hingga 200 mL.Lalu dipanaskan di atas penangas air sambil sering

dikocok hinggariboflavin larut lalu didinginkan hingga suhu 20ºC.

Larutan ditambahair secukupnya hingga 250 mL dan dicampur baik-baik.

Larutanriboflavin baku persediaan I, dibuat dengan melarutkan 50

mgriboflavin yang telah dikeringkan pada suhu 105 ºC selama 2 jam

dalamasetat 0,02 N secukupnya hingga 500 mL.Larutan riboflavin baku

persediaan II, dibuat dengan caramenambah 10,0 mL larutan riboflavin

baku persediaan I dengan asamasetat 0,02 N secukupnya hingga 100 mL.

Larutan riboflavin baku,dibuat dengan mengencerkan 10,0 mL larutan

riboflavin baku persediaan II dengan air secukupnya hingga 100 mL.

1.2.2 Metode spektrometri

Larutan riboflavin dalam pH 4,0 menunjukkan absorbs maksimum

(λ maks) pada 444 nm.Cara ini digunakan untukmenetapkan kemurnian

riboflavin atau untuk penetapan riboflavindilakukan dengan cara

terlindung dari cahaya. Prosedur penetapankadar riboflavin tunggal

secara spektrofotometri: Sekitar 100 mgriboflavin yang ditimbang

8

Page 9: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

seksama dilarutkan dengan pemanasan dalamcampuran 2 mL asam asetat

glacial dan 150 mL air. Larutan selanjutnyadiencerkan dengan air,

didinginkan, ditambah air secukupnya hingga1000 mL. pada 10,0 mL

larutan ditambah 3,5 mL natrium asetat 0,1 Mkemudian ditambah air

secukupnya hingga 100 mL. kadarnya dihitungdengan menggunakan

riboflavin baku sebagai pembanding.

1.3 Uji kuantitatif Vitamin B12

1.3.1 Metode spektrofotometri B12

Sianokobalamin dalam air menunjukkan absorbansi maksimun(λ

maks) pada 278 ± 1nm, 361 nm dan 550 ±2 nm. Metodespektrofotometri tidak

spesifik untuk sianokobalamina karenasenyawa bewarna merah dan

pseudosiokobalamin menunjukkanspektra absorbansi yang serupa.

Metode yang paling sederhana adalahdengan menetapkan pada 550 nm,

tetapi metode ini hanya dapatdigunakan terhadap sianokobalamin yang

bebas senyawa pengganggu.Metode yang lebih peka ialah dengan

melakukan penetapan pada panjang gelombang 361 nm.

Prosedur penetapan kadarsianokobalamin secara spekrofotometri:Lebih

kurang 2 mg sianokobalamin yang ditimbang saksama,dilarutkan dalam

akuades secukupnya dan diencerkan hingga 50,0mL. Larutan diukur

absorbansinya dengan kuvet 1 cm pada panjanggelombang 361 nm.

Harga E1cm1% pada 361 nm adalah 207

1.1.6 Metode kromatografi

Metode KCKT telah sukses digunakan untuk pemisahan

dananalisis kuantitatif vitamin B1, B2, dan campuran-campurannya

dalam berbagai macam bahan makanan. Berbagai macam isomer vitamin

B12(sianokobalamin) yang ada dalam berbagai macam susu jugatelah

dipisahkan dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik.

Sianokobalamin diekstraksi dari sampel dengan mencampur 25mL susu

dengan 2-4 mL HCL 0,1 M pH 4,6. Campuran

dipanaskan pada suhu 1200C selama 10 menit dan selanjutnya disaring.

9

Page 10: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

 pH filtratdiatur 5,5 dengan natrium hidroksida 0,1 M dan diencerkan

denganakuades sampai 50mL. Sianokobalamin selanjutnya dipekatkan

padacartridge oktadesil silan yang telah dikondisikan dengan 2

mLasetonitril dan dicuci dengan 6 mL akuades. Filtrat

selanjutnyadilewatkan melalui cartridge dan selanjutnya cartridge dicuci

dengan12 mL air. Sianokobalamain dengan asetonitril: iar(1:1 v/v)

dandipisahkan dengan kolom oktil silika. Elusi gradien dimulai

denganasetonitril: larutan amonium fosfat pH 3,0 (5:95) lalu

konsentrasiasetonitril ditingkatkan samapi 30% selama 16 menit.

Konsentrasivitamin B12 selanjutnya dengan metode radioassay.

2 Uji kuantitatif Vitamin C

2.1 Metode iodimetri

Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat.

Metodeiodometri (titrasi langsung dengan larutan baku 0,1 N)

dapatdigunakan terhadap asam askorbat murni atau larutannya.

Prosedur penetapan kadar vitamin C secara iodometri: Sekitar 400 mg as

amaskorbat yang ditimbang seksama dilarutkan dalam campuran

yangterdiri atas 100 mL air bebas oksigen dan 25 mL asam sulfat

encer.Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator

kanjisampai terbentuk warna biru.

2.2 Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)

Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas

sifatmereduksi asam askorbat terhadap zat warna 2,6-

diklorofenolindofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Padatitik

akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan berwarna

merah muda dalam larutan asam. Metode ini tidak spesifikkarena

beberapa senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu penetapan.

Senyawa pengganggu tersebut adalah senyawa sulfhidril,tiosulfat,

riboflavin dll.3.

10

Page 11: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

2.3 Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin

Sebanyak 2 mL pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin ditambah 2

mLnatrium nitrit 0,2% diaduk hingga warna jingga hilang lalu

ditambah75 mL n-butil alcohol dan dicampur. Larutan ini

selanjutnyaditambah 0,5-2mg asam askorbat 0,5% dan dipindahkan ke

dalam  corong pemisah. Selanjutnya larutan ditambah 25 mL

natriumhidroksida 10% dan 150 mL dietil eter. Lapisan organic dicuci

tigakali dengan 15 mL natrium hidroksida 10%. Lapisan air dan

cairanhasil cucian dengan air diencerkan dengan air hingga 200

mL.absorbansi larutan diukur terhadap blangko pada 570 nm.

2.4 Metode spektrofotometri

Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan

absorbansimaksimum pada 264 nm. Panjang gelombang maksimum ini

akan bergeser oleh adanya asam mineral. Asam askorbat dalam asamsulf

at 0,01 N memiliki panjang gelombang maksimal 245 nm.

2.5 Metode spektrofluorometri

Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yang

linier pada kisaran konsentrasi asam askorbat 9,0 x 10-8sampai 3,6 x 10-

8.Suatu hubungan linier diperoleh antara penurunan intensitasfluoroensi

MB dan konsentrasi AA pada kisaran 3,0 x 10-7 sampai6,0 x 10-6 . batas

deteksi metode ini 2,5 x 10-7 m. metode ini telahsukses digunakan untuk

menetapkan kadar vitamin C dalam tabletsuplemen vitamin.

2.6 Metode kromatografi

Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telahdikembangkan

untuk penentuan asam askorbat dalam minimumringan dan jus apel

menggunakan tris 2,2-bipiridin ruthenium II.Sampel disaring dan

diencerkan sebelum dilakukan analisis denganKCKT dan tidak ada pra-

perlakuan lain yang dilakukan. Pemisajhanasam askorbat menggunakan

kolom oktadesil silan (ODS, C18)menggunakan fase gerak larutan buffer 

NaH2PO4-K2HPO4 (pH6,5). Aliran fase gerak 0,3 mL/menit. Asam

11

Page 12: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

askorbat yang terelusidicampur dengan (Ru(bpy)32+ 0,5 mM

dan diosidasi pada 1,5 V(dengan elektroda Ag/AgCl).

3 Uji kuantitatif vitamin K

Analisis kuantitatif dari vitamin K dapat dilakukan menggunakan

metode HPLC. Prinsip kerja dari HPLC adalah sebagai berikut, dengan

bantuan pompa fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan

dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam

kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena perbedaan

kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam.

Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan

keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksi

dengan fasa diam maka solut-solut tersebut akan keluar dari kolom lebih lama.

Setiap komponen campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detektor

kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Kromatogram HPLC serupa

dengan kromatogram pada kromatografi gas. Seperti pada kromatografi gas,

jumlah peak menyatakan jumlah komponen sedangkan luas peak menyatakan

konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk

mengontrol kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil

pengukuran HPLC. Beberapa senyawa organik mudah terurai (labil) pada

pemanasan. Cuplikan yang labil (terurai) pada pemanasan tidak dapat

dianalisis dengan cara kromatografi gas. Kromatografi cairan kinerja tinggi

atau HPLC dapat menganalisis cuplikan yang labil karena HPLC dilakukan

pada suhu kamar. Selain itu HPLC tidak terbatas pada senyawa organik saja

tapi pada senyawa anorganik juga. Keuntungan lainnya, HPLC dapat

menganalisis cuplikan yang mempunyai berat molekul tinggi atau titik

didihnya sangat tinggi seperti polimer.

Kromatografi cairan kinerja tinggi atau HPLC merupakan

pengembangan kromatografi kolom konvensional. Dengan HPLC, ukuran

partikel pengisi kolom diperkecil untuk menambah luas permukaan tempat

terjadinya pemisahan. Untuk mengalirkan fasa gerak secara cepat digunakan

pompa bertekanan tinggi. Dalam HPLC, fasa gerak cair dialirkan dengan

12

Page 13: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

bantuan pompa ke detektor. Larutan cuplikan disuntikan ke dalam aliran fasa

gerak dan terjadi pemisahan di dalam kolom. Ukuran solut meninggalkan

kolom bergantung pada kekuatan interaksi antara solut dengan fasa diam.

Kromatografi cairan kinerja tinggi dapat dikelompokkan menjadi 5

jenis berdasarkan mekanisme retensinya. Kelima jenis HPLC meliputi

kromatografi adsorbs, partisi, fasa terikat, penukar ion, dan ekslusi ukuran.

Jenis-jenis HPLC tersebut mempunyai kekhasan dalam hal penerapan analisis

(Hendayana, 2006). Sistem Kromatografi digunakan untuk menentukan

konsentrasi-konsentrasi dari menaquinone-4, filokuinon dan

dihydrophylloquinone. Derivatnya berpijar dari kuinon-kuinon yang disuntik

adalah dalam-talian yang dihasilkan yang menggunakan kolom reaktor ( 20

×50 juta) yang dikeringkan kemudian direaksikan dengan seng (200 mesh).

Panjang gelombang eksitasi adalah 244 nm dan panjang gelombang emisi/

pancaran adalah 430 nm. Fase gerak terdiri dari 2 bahan pelarut. Bahan

Pelarut/solvent A adalah metanol dengan 10 mM ZnCl2, 5 mM asam cuka

dengan 5 natrium asetat mM disiapkan sebelumnya. Bahan Pelarut/solvent B

adalah klorid metilena. Untuk melakukan prosedur elusi gradien yang berikut :

(1) pompa suatu 90:10 (-A:B) campuran pada 0,60 mL/min dari suntikan

untuk pertama 1150 min; (2) pada 1150 min, mengubah laju alir itu kepada

0,80 mL/min dan komposisi kepada 70:30 ( A:B); (3) pada 1950 min,

mengubah komposisi itu untuk 90:10 ( A:B); (4) pada 2350 min, mengubah

laju alir itu kepada 060 mL/min; dan (5) pada 240 min, berakhir siklus.

13

Page 14: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

BAB III

PENELITIAN YANG TERKAIT

3.1 Kadar Vitamin Dan Mineral Dalam Buah Segar Dan Manisan

Basah Karika Dieng (Carica pubescensLenne & K. Koch) PenelitiaN

bertujuan untuk membandingkan kadar vitamin A, vitamin C, fosfor, besi,

dan kalsium dalam buah segar dan manisan basah Carica pubescensLenne &

K. Koch (karika dieng) serta menentukan waktu perebusan optimal dalam

proses pembuatan manisan karika yang tidak menurunkan kadar vitamin C

secara signifikan. Kadar vitamin C dianalisis menggunakan titrasi yodium

yacobs, kadar vitamin A diukur dengan spektronik-20, dan kadar mineral

diukur dengan AAS. Data kadar vitamin dan mineral dianalisis menggunakan

t-test, sedangkan waktu perebusan optimal dianalisis menggunakan Anava

dan uji beda nyata terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar

vitamin A, vitamin C, fosfor, besi, dan kalsium pada lima merk manisan

karika lebih kecil dibandingkan dalam buah karika segar. Waktu perebusan

optimal adalah 10 menit.

Buah segar karika Dieng mengandung kadar vitamin C 65,12

mg/100 g, vitamin A 1771,1 µg/100 g, Ca 24 ppm, Fe 1,2 ppm, P 0,0254%.

Pada 5 merk manisan buah karika kadar vitamin C berkisar 24-30 mg/100 g,

vitamin A berkisar 300-500 µg/100 g, mineral Ca berkisar 5-9 ppm, mineral

Fe berkisar 0,5-0,8 ppm, dan mineral P berkisar 0,0035-0,0088%. Lama

waktu perebusan pada proses pembuatan manisan karika mempengaruhi

kadar vitamin C. Semakin lama waktu perebusan, kadar vitamin C semakin

sedikit. Waktu perebusan optimal dengan kandungan vitamin C cukup tinggi

yaitu pada lama perebusan 10 menit. Proses pembuatan manisan karika

sebaiknya menggunakan lama perebusan 10 menit untuk meminimalkan

berkurangnya kadar vitamin C.

14

Page 15: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

3.2 Penentuan Vitamin K pada Tepung, Sereal, Makanan Ringan, Sarapan, dan Makanan yang Dipanggang Menggunakan Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

Penentuan vitamin K memerlukan data komposisi makanan wakil

untuk yang spesifik. Tujuan dari penenelitian ini untuk menentukan

kandungan dari vitamin K (-filokuinon [K1], 2,3-dihydrophylloquinone [dK],

dan menaquinone-4 [MK-4]) di dalam tepung, sereal, dan makanan yang

dipanggang, termasuk sarapan, yang dilakukan di US. Sampel makanan

diperoleh sebagian dari USDA Natl. Makanan dan Nutrient Analysis Program

dan yang dianalisa oleh kromatografi cairan kinerja yang tinggi (HPLC). Pada

tepung, roti-roti dan serealia sarapan hanya mengandung vitamin K1 dengan

jumlah yang terbatas (cakupan: tidak bisa mendeteksi [ND] dalam 11.2 g/100

g), dengan cakupan luas di dK (cakupan: ND kepada 470 g/100 g).

Kontrasnya, makanan-makanan yang diproses, seperti sarapan yang cepat saji

sandwich-sandwich dan kue bakar, memiliki cakupan yang luas dari K1 (09

sampai 393 g/100 g)dan dK (ND kepada 722 g/100 g). Untuk setiap makanan

yang telah dianalisis, konsentrasi-konsentrasi K1 memiliki cakupan yang

sempit, sedangkan konsentrasi-konsentrasi dK memiliki cakupan yang luas.

Konsentrasi-konsentrasi MK-4 relatif rendah (- 18 sampai 40 g/100 g) yang

dideteksi pada makanan sarapan yang mengandung keju dan daging. Data ini

menyatakan bahwa makanan-makanan yang diproses oleh pabrik

mengandung minyak tanaman sehingga menghasilkan data K1 dan dK yang

besar.

Roti-roti, beras, dan pasta-pasta merupakan sumber yang miskin

akan phyllokuinon dan dihydrophylloquinone. Lebih lanjut, ada yang

ditemukan tanpa tingkat MK-4. Sarapan yang mengandung kebanyakan

tepung juga mengandung filokuinon yang sangat rendah. Secara komparatif,

memproses makanan bahwa berisi minyak, seperti sandwich buat sarapan,

kue dadar, wafel-wafel, dan kentang goreng, mempunyai konsentrasi

filokuinon dan dihydrophylloquinone yang jauh lebih tinggi. Makanan

15

Page 16: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

sarapan lain, seperti gandum, dan kue kering juga merupakan sumber yang

sesuai dengan aturan makan dari vitamin K. Sandwich untuk sarapan yang

berisi daging juga mengandung menaquinone-4. Secara bersama data ini

menyarankan bahwa memproses makanan-makanan yang mengandung

filokuinon kaya minyak merupakan suatu sumber tak diduga untuk filokuinon

dan dihydrophylloquinone.

16

Page 17: Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Vitamin adalah zat-zat organik

kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak

dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan.

Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan

kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik didalam tubuh. Karena

vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan

pengolahan. Untuk mengetahui kadar vitamin dalam makanan dapat dilakukan

dengan dua metode uji yaitu Analisis kualitatif dan Analisis kantitatif.

Analisis kualitatif merupakan suatu pemeriksaan atau proses kimia yang

menguji adanya ion atau unsur-unsur dalam suatu senyawa. Sedangkan

Analisis kantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut

atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel.

17