Perbedaan Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif(Edit)
-
Upload
sakinah-wenti-septiana -
Category
Documents
-
view
523 -
download
1
Transcript of Perbedaan Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif(Edit)
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas
pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar
penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut
metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan lebih
proporsional apabila pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan.
Obyek dan masalah penelitian memang mempengaruhi pertimbangan-
pertimbangan mengenai pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan
diterapkan. Tidak semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan
pendekatan tunggal, sehingga diperlukan pemahaman pendekatan lain yang berbeda
agar begitu obyek dan masalah yang akan diteliti tidak pas atau kurang sempurna
dengan satu pendekatan maka pendekatan lain dapat digunakan, atau bahkan mungkin
menggabungkannya.
Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma
penelitian yang cukup dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif. Dari segi peristilahan para akhli nampak menggunakan istilah atau
penamaan yang berbeda-beda meskipun mengacu pada hal yang sama, untuk itu guna
menghindari kekaburan dalam memahami kedua pendekatan ini, berikut akan
dikemukakan penamaan yang dipakai para akhli dalam penyebutan kedua istilah
tersebut seperti terlihat dalam tabel 1 berikut ini :
Tabel 1.
Quantitative and Qualitative Research : Alternative Labels
Quantitative Qualitative Authors
Rasionallistic Naturalistic Guba &Lincoln (1982)
Inquiry from the
Outside
Inquiry from the inside Evered & Louis (1981)
functionalist Interpretative Burrel & Morgan
(1979)
Positivist Constructivist Guba (1990)
Positivist Naturalistic-ethnographic Hoshmand (1989)
Sumber : Julia Brannen (Ed): 1992 : 58)
Sementara itu Noeng Muhadjir mengemukakan beberapa nama yang
dipergunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif yaitu: grounded
research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik,
heuristik, hermeneutik, atau holistik . perbedaan tersebut dimungkinkan karena
perbedaan titik tekan dalam melihat permasalahan serta latar belakang disiplin
ilmunya, istilah grounded research lebih berkembang dilingkungan sosiologi dengan
tokohnya Strauss dan Glaser (untuk di Indonesia istilah ini
diperkenalkan/dipopulerkan oleh Stuart A. Schleigel dari Universitas California yang
pernah menjadi tenaga ahli pada Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu soaial Banda
Aceh pada tahun 1970-an), ethnometodologi lebih berkembang di lingkungan
antropologi dan ditunjang antara lain oleh Bogdan, interaksi simbolik lebih
berpengaruh di pantai barat Amerika Serikat dikembangkan oleh Blumer, Paradigma
naturalistik dikembangkan antara lain oleh Guba yang pada awalnya memperoleh
pendidikan dalam fisika, matematika dan penelitian kuantitatif.
Dalam perkembangannya, belakangan ini nampaknya istilah penelitian
kualitatif telah menjadi istilah yang dominan dan baku, meskipun mengacu pada
istilah yang berbeda dengan pemberian karakteristik yang berbeda pula, namun bila
dikaji lebih jauh semua itu lebih bersifat saling melengkapi/memperluas dalam suatu
bingkai metodologi penelitian kualitatif.
Oleh karena itu dalam wacana metodologi penelitian, umumnya diakui
terdapat dua paradigma utama dalam metodologi penelitian yakni paradigma
positivist (penelitian kuantitatif) dan paradigma naturalistik (penelitian kualitatif), ada
ahli yang memposisikannya secara diametral, namun ada juga yang mencoba
menggabungkannya baik dalam makna integratif maupun bersifat komplementer,
namun apapun kontroversi yang terjadi kedua jenis penelitian tersebut memiliki
perbedaan-perbedaan baik dalam tataran filosofis/teoritis maupun dalam tataran
praktis pelaksanaan penelitian, dan justru dengan perbedaan tersebut akan nampak
kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga seorang peneliti akan dapat lebih
mudah memilih metode yang akan diterapkan apakah metode kuantitatif atau metode
kualitatif dengan memperhatikan obyek penelitian/masalah yang akan diteliti serta
mengacu pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Penelitian Kualitatif
II.1.1 Pengertian Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu
yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan
memahami fenomena: apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadinya.
Jadi riset kualitatif adalah berbasis pada konsep “going exploring” yang melibatkan
in‐depth and case‐oriented study atas sejumlah kasus atau kasus tunggal (Finlay
2006).
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami (to understand)
fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang
lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-
variabel yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang mendalam
tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena tujuannya
berbeda dengan penelitian kuantitatif, maka prosedur perolehan data dan jenis
penelitian kualitatif juga berbeda. Jadi, tujuan utama penelitian kualitatif adalah
membuat fakta mudah dipahami (understandable) dan kalau memungkinan (sesuai
modelnya) dapat menghasilkan hipotesis baru.
Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting) disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini
banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut juga sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model
matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun
asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian
kualitatif merupakan penelitiian yang dalam kegiatannya peneliti tidak menggunakan
angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap
hasilnya.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan kirk dan miller
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengtahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.
Objek penelitian kualitatif adalah seluruh bidang/aspek kehidupan manusia,
yakni manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia. Objek itu diungkapkan
kondisinya sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya (natural setting),
mungkin berkenaan dengan aspek/bidang kehidupannya yang disebut ekonomi
kebudayaan, hukum, administrasi, agama dan sebagainya. Data kualitatif tentang
objeknya dinyatakan dalam kalimat, yang pengolahannya dilakukan melalui proses
berpikir (logika) yang bersifat kritik, analitik/sintetik dan tuntas.
Pada umumnya ada delapan jenis penelitian kualitatif, yakni etnografi
(ethnography), studi kasus (case studies), studi dokumen/teks (document studies),
observasi alami (natural observation), wawancara terpusat (focused interviews),
fenomenologi (phenomenology), grounded theory, studi sejarah (historical research).
Penelitian kualitatif menuntut keteraturan, ketertiban dan kecermatan dalam
berpikir, tentang hubungan data yang satu dengan data yang lain dan konteksnya
dalam masalah yang akan diungkapkan. Beberapa alasan mengenai maksud
dilakukannya penelitian kualitatif:
A. Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang seperti yang
dialami oleh penelitian kuantitatif, sehingga intisari konsep yang ada
dalam data dapat diungkap.
B. Untuk menanggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan
tujuan membuktikan kebenaran hipotesis berdasarkan berpikir deduktif
seperti dalam penelitian kuantitatif.
C. Untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variabel yang
sebelumnya, seperti dalam penelitian kuantitatif, padahal permasalahan
dan variabel dalam masalah sosial sangat kompleks.
D. Untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam penelitian
kuantitatif yang menggunakan pengukuran enumirasi (perhitungan)
empiris, padahal inti sebenarnya berada pada konsep-konsep yang timbul
dari data.
II.1.2 Ciri dan Karakteristik Umum Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki beberapa ciri. Ciri tersebut dapat dikaitkan
dengan peranan peneliti, hubungan yang dibangun, proses yang dilakukan, peran
makna dan interpretasi serta hasil temuan. Ciri tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut (Finlay 2006):
A. Peranan Peneliti dalam membentuk pengetahuan
Dalam proses pembentukan/konstruksi pengetahuan, peneliti merupakan figur
utama yang mempengaruhi dan membentuk pengetahuan. Peran ini dilakukan melalui
proses pengumpulan, pemilihan dan interpretasi data. Jadi, sangatlah tidak mungkin
untuk melakukan penelitian, jika penelitian tidak terjun langsung pada obyek yang
diteliti. Konsekuensinya, peneliti harus terlibat secara langsung dalam setiap tahap
kegiatan penelitian dan harus berada langsung dalam setting penelitian yang dipilih.
B. Arti penting hubungan peneliti dengan pihak lain
Penelitian kualitatif merupakan proses yang melibatkan peserta (yang diteliti),
peneliti dan pembaca serta relationship yang mereka bangun. Jadi, peneliti
dipengaruhi oleh lingkungan
sosial, historis dan kultural dimana riset dilakukan. Konsekuensinya, ketika
melakukan penelitian, peneliti harus mampu membangun hubungan yang baik dengan
obyek penelitian dan mampu menyajikan hasil penelitian sehingga pembaca dapat
mengikuti dengan jelas alur pemikiran peneliti dalam membangun suatu pengetahuan.
C. Penelitian bersifat inductive, exploratory dan Hypothesis‐Generating
Penelitian kualitatif selalu didasarkan pada fenomena yang menarik dan
dimulai dengan pertanyaan terbuka (open question); bukan dimulai dengan hipotesis
yang akan diuji kebenarannya. Jadi, penelitian bertujuan menginvestigasi dan
memahami social world bukannya memprediksi perilaku. Penelitian dilakukan
secara induktif dan exploratif dengan melihat apa yang terjadi, mengapa terjadi, dan
bagaimana terjadinya sehingga diharapkan dapat menghasilkan hipotesis baru.
D. Peranan Makna (Meaning) dan Interpretasi
Penelitian kualitatif difokusan pada bagaimana individu memahami dunianya
dan bagaimana mereka mengalami peristiwa tertentu. Jadi, penelitian ini berusaha
menginterpretasikan fenomena dari kacamata pelaku berdasarkan pada interpretasi
mereka terhadap fenomena tersebut.
E. Temuan sangat kompleks, rinci, dan komprehensif
Penelitian kualitatif didasarkan pada deskripsi yang jelas dan detail, karena
mejawab pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana. Oleh karena itu, penyajian atas
temuan sangatlah kompleks, rinci dan komprehensif sesuai dangan fenomena yang
terjadi pada setting penelitian.
Jadi, ciri-ciri penelitian kualitatif, dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung
2. Manusia merupakan alat (instrumen) utama pengumpulan data
3. Analisis data dilakukan secara induktif
4. Penelitian bersifat deskriptif analitik (data berupa kata-kata, gambar,
perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan/ angka statistik
5. Tekanan penelitian berada pada proses, penelitian kualitatif lebih banyak
mementingkan segi proses daripada hasil.
6. Pembatasan penelitian berdasarkan fokus
7. Perencanaan bersifat lentur dan terbuka
8. Hasil penelitian merupakan kesepakatan bersama
9. Pembentukan teori berasal dari dasar
10. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif
11. Teknik sampling cenderung bersifat purposive
12. Penelitian bersifat menyeluruh (holistik)
13. Makna sebagai perhatian utama penelitian
Sedangkan dari hasil penelaahan pustaka yang dilakukan Moleong atas hasil
dari mensintesakan pendapatnya Bogdan& Biklen dengan Lincoln & Guba ada
sebelas ciri penelitian kualitatif, yaitu:
1. Penelitian kualitatif mennggunakan latar alamiah atau pada konteks dari
suatu keutuhan (enity)
2. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri
atau dengan bantuan orang lain
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif
4. penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif
5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori
subtantif yang berasal dari data
6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar)
bukan angka
7. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil
8. Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas
dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian
9. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas
dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam
penelitian klasik
10. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus
disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara)
11. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi
yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan
sumber data.
II.1.3 Karakteristik Penelitian Kualitatif :
1) Latar alamiah
Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau
pada konteks dari suatu keutuhan
Peneliti memasuki dan melibatkan sebagian waktunya di sekolah,
keluarga, tetangga dan lokasi lainnya untuk meneliti maslaah
pendidikan atau sosiologi
2) Manusia sebagai alat (instrumen)
Peneliti/ dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data
utama.
3) Metode kualitatif
Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan ganda
Menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden
Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan
banyak penyamaan pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai
yang dihadapi
4) Analisis data secara induktif
Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda
sebagian yang terdapat dalam data
Lebih dapatmenguraikan latar secara penuh dan dapat membuat
keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan kepada suatu
latar lainnya
Analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang
mempertajam hubungan-hubungan
Dapat memperhitunngkan nilai-nilai secara eksplisit sehingga bagian
dari struktur analitik
5) Teori dari dasar
6) Deskriptif
7) Lebih mementingkan proses daripada hasil
8) Adanya batas yang ditentukan oleh fokus
9) Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
10) Desain yang bersifat sementara
II.I.4 Tahap – Tahap Penelitian
- Perencanaan
Dalam bidang kedokteran, penelitian eksploratif biasanya diawali dengan
ditemukannya kasus baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Perencanaan penelitian diawalai dengan pertanyaan penelitian kemudian
ditentukan tujuan untuk menentukan apakah menggunakan kontrol atau
tidak. Setelah itu disusul dengan menentukan populasi studi dan subjek
studi untuk mengetahui ciri-ciri individu yang dijadikan sasaran penelitian
dan variabel – variabel penelitian yang berkaitan dengan penyakit yang
dimaksud untuk diukur. Disamping itu, dipersiapkan juga instrumen
pengumpulan data serta pemeriksaan yang dibutuhkan. Perencanaan
Penelitian meliputi:
o Pertanyaan Penelitian
o Tujuan
o Subjek Studi
o Variabel yang akan diukur
- Pelaksanaan Penelitian
o Pengumpulan Data
o Analisis Data
II.1.5 Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif Kesehatan
Berbagai teknik pengumpulan data untuk penellitian kualitatif terus
berkembang, namun pada dasarnya ada 4 cara yang mendasar untuk mengumpulkan
informasi yaitu :
A. Observasi
Observasi yaitu tindakan yang merupakan penafsiran dari teori (Karl Popper).
Namun dalam penelitian, pada waktu memasuki ruang kelas dengan maksud
mengobservasi, sebaiknya meninggalkan teori-teori untuk menjustifikasi sebuah teori
/ menyanggah. Observasi merupakan tindakan atau proses pengambilan informasi
melalui media pengamatan. Observasi yaitu teknik pengumpulan yang mengharuskan
peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat,
pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.
Observasi yang paling efektif adlaah melengkapinya dengan format atau
blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
Metode observasi dibedakan menjadi:
a. Observasi biasa
Menurut Prof. Parsudi Suparlan, dalam observasi biasa si peneliti tidak
boleh terlibat dalam hubungan emosi pelaku yang menjadi sasaran
penelitian
b. Observasi terkendali
Menurut Prof. Parsudi Suparlan, para pelaku yang akan diamati dan
dikondisi-kondisi yang ada dalam tempat kegiatan. Pelaku diamati dan
dikendalikan si peneliti
c. Observasi terlibat
Menurut Prof. Parsudi suparlan, observasi terlibat merupakan teknik
pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam
kehidupan dari masyarakat yang di teliti untuk dapat melihat dan
memahami gejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan
dipahami oleh para warga yang ditelitinya. Kegiatan observasi terlibat
bukan hanya mengamati gejala yang ada dalam masyarakat yang diteliti,
tetapi juga melakukan wawancara, mendengarkan, memahamidan dalam
batas-batas tertentu mengikuuti kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
yang diteliti.
Keterlibatan peneliti dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu:
a. Keterlibatan pasif: peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang dilakukan
oleh pelaku yang diamati dan tidak terjadi interaksi sosial dengan pelaku
yang diamati
b. Keterlibatan setengah-setengah: peneliti mengambil sesuatu kedudukan
yang berada dalam 2 hubungan struktural yang berbeda, yaitu antara
struktur yang menjadi wadah bagi kegiatan yang diamati dan struktur
dimana pelaku sebagai pendukung
c. Keterlibatan aktif : peneliti ikut mengerjakan apa yang dilakukan para
pelaku yang diamati dalam kehidupan sehari-hari
d. Keterlibatan penuh / lengkap: bila kegiatan peneliti telah menjadi bagian
dari kehidupan pelaku yang diamati.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan observasi:
a. Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati apakah
yang umum atau yang khusus.
b. Menentukan kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu
mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang akan digunakan.
Fase-fase dalam observasi:
a. Pertemuan perencanaan
b. Observasi kelas
c. Diskusi balikan
Ada beberapa keterbatasan observasi, yaitu sebagai berikut:
a. Banyak kejadian yang tidak dapat dicapai dengan observasi langsung,
misalnya kehidupan pribadi seseorang yang sangat rahasia
b. Bila mengetahui bahwa dirinya diteliti, para observer mungkin dengan
maksud-maksud tertentu dengan sengaja berusaha menimbulkan kesan
yang menyenangkan atau sebaliknya pada observer.
c. Timbul kejadian yang tidak selalu dapat diramalkan sehingga observer
dapat hadir untuk mengobservasi kejadian itu. Jika penelitian dilakukan
terhadap typical behavior, menunggu timbulnya behavior yang
diharapkan itu secara spontan kerapkali memakan waktu yang panjang
dan sangat membosankan.
d. Tugas observasi menjadi terganggu pada waktu-waktu ada peristiwa yang
tidak terduga-duga, misalnya keadaan cuaca.
e. Terbatasi oleh lamanya kelangsungan suatu kejadian
Kelebihan observasi:
a. Merupakan metode yang dapat langsung digunakan untuk meneliti
bermacam-macam gejala. Banyak aspek tingkah laku manusia yang hanya
dapat diteliti melalui observasi langsung.
b. Untuk subjek yang diteliti, observasi ini lebih sedikit tuntutannya, orang-
orang yang selalu sibukpun mungkin tidak berkeberatan untuk diamat-
amati, walau dia mungkin keberatan menjawab kuesioner.
c. Memungkinkkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya sesuatu
gejala.
d. Tidak tergantung kepada self-report
e. Dengan metode observasi, peneliti dapat memperoleh pandangan yang
holistik/ menyeluruh terhadap responden yang diteliti
f. Peneliti dapat menggunakan variasi pendekatan termasuk pendekatan
inductive discovery (yaitu pengamatan yang mendasarkan kepada
kejadian spesifik mendalam dan realistik serta merefleksikan keadaan
responden)
g. Peneliti dapat melihat hal-hal yang tidak dapat diungkap dengan teknik
lain termasuk perilaku biasa
h. Peneliti dapat mengetahui dan melaporkan apa adanya tentang perilaku
responden yang biasa maupun diluar konteks permasalahan yang hendak
diteliti.
Hambatan-hambatan dalam pengamatan berasal dari 2sumber, yaitu:
a. Hambatan dari dalam, termasuk diantaranya:
o Kurangnya persiapan apa yang dilakukan sebelum berinteraksi dengan
responden
o Perasaan terasing dari peneliti terhadap responden
o Kurang bisanya peneliti beradaptasi dengan kegiatan, kebiasaan,dan tata
cara hidup responden
o Tidak dapat memanfaatkan peran informan di lapangan.
b. Hambatan yang berasal dari luar, diantaranya:
o Peneliti larut dengan responden dan kehilangan arah tentang informasi
apa yang perlu diambil dari interaksi dengan responden
o Peneliti tidak dapat mengidentifikasi gejala yang diinginkan karena
adanya aturan yang harus ditaati di lapangan
o Minimnya perlengkapan yang dimiliki peneliti dalam melakukan
observasi di lapangan
B. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Wawancara yaitu pertemuan yang langsung direncanakan antara pewawancara
dan yang diwawancarai untuk memberikan/menerima informasi tertentu. Menurut
Moleong, wawancara adalah kegiatan percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai.
Dengan demikian, wawancara merupakan pertanyaan yang dilakukan secara verbal
kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-
hal yang dipandang perlu.
Wawancara mendalam merupakan kegiatan mengumpulkan data dari
sumber/informan mengenai fenomena yang diteliti secara rinci dengan menggunakan
pedoman semi terstruktur. Biasanya durasinya 1 jam hingga 1.5 jam.
Ada tiga teknik wawancara yaitu:
a. Wawancara baku dan terjadwal
b. Wawancara baku dan tidak terjadwal
c. Wawancara tidak baku
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar wawancara berlangsung efektik:
a. Bersikaplah sebagai pewawancara yang simpatik, yang berperhatian dan
pendengar baik, tidak berperan terlalu aktif, untuk menunjukkan bahwa
anda menghargai pendapat anak
b. Bersikaplah netral dalam relevansinya dengan pelajaran
c. Bersikaplah tenang, tidak terburu-buru atau ragu-ragu dan anak akan
menunjukkan sikap yang sama.
d. Secara khusus perhatikan bahasa yang anda gunakan untuk wawancara
Ada beberapa bentuk wawancara:
a. Wawancara terstruktur yaitu apabila pewawancara sudah mempersiapkan
bahan wawancara terrlebih dahulu
b. Wawancara tidak terstruktur yaitu apabila prakarsa pemilihan topik
bahasan diambil oleh orang yang di wawancarai
c. Wawancara semi terstruktur yaitu bentuk wawancara yang sudah
dipersiapkan, akan tetapi memberikan keleluasaan kepada responden
untuk menerangkan agak panjang mungkin tidak langsung ke fokus
bahasan/ pertanyaan, atau mungkin mengajukan topik bahasan sendiri
selam wawancara berlangsung.
C. Focus Group Discussion
Focus Group Discussion atau diskusi kelompok terarah merupakan salah satu
teknik dalam mengumpulkan data kualitatif. Pada Focus Group Discussion terdapat
sekelompok orang yang berdiskusi dengan pengarahan dari moderator/fasilitator
mengenai suatu topik.
Prinsip focus group discussion, yaitu dilakukan dengan jumlah peserta 6-12
orang dan mempertimbangkan perbedaan geografis. Dimana peserta tidak saling
mengenal, namun mereka homogen. Durasi focus group discussion sekitar 60-120
menit. Tempat dilakukannya diskusi yaitu pada tempay yang aman, mudah
terjangkau, nyaman, pengamat tidak mengganggu, dan lingkungan netral.
Penggunaan Focus Group Discussion :
1) Penelitian
Merancang kuesioner survei
Informasi mendalam tentang PSP
Membuat hipotesa penelitian
2) Program
Pada saat Perencanaan (sebelum program)
Pada saat Implementasi program
Pada saat Evaluasi program
3) Media massa
Untuk merancang suatu topik
Sebagai Pre-test
Prinsip-prinsip Focus Group Discussion dijabarkan sebagai skema berikut :
D. Pemeriksaan Data/Dokumen
Menurut Goetz dan Le compte (1984), dokumen yang menyangkut para
partisipan penelitian akan menyediakan kerangka bagi data yang mendasar, yang
termasuk didalamnya:
a. Koleksi dan analisis buku teks
b. Kurikulum dan pedoman pelaksanaannya
c. Arsip penerimaan murid baru
d. Catatan rapat
e. Catatan tentang siswa
f. Rencana pelajaran dan catatan guru
g. Hasil karya siswa
h. Kumpulan dokumen pemerintah
i. Koleksi arsip guru berupa buku harian, catatan peristiwa penting (logs)
dan kenang-kenangan dari siswa angkatan lama
Macam-macam dokumen menurut Elliot (1991:78):
a. Silabi dan rencana pembelajaran
b. Laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum
c. Berbagai macam ujian dan tes
d. Laporan rapat
e. Laporan tugas siswa
f. Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran
g. Contoh essay yang ditulis siswa
E. Triangulasi
Merupakan teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, tujuan
dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi
lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
II.1.6 Validitas Dan Reliabilitas
Validitas alat ukur diselidiki dengan (1) logika (2) statistik validitas ada
macam-macam yaitu validitas isi, validitas prediktif dan validitas construct (konstruk)
A. Validitas isi
Dengan validitas isi dimaksud bahwa isi/bahan yang diuji atau dites relevan
dengan kemampuan, pengetahuan, pelaksanaan, pengalaman dan latar belakang orang
yang diuji. Validitas diperoleh dengan menagadakan sampling yang baik, yakni
memilih item-item yang representatif dari keseluruhan bahan yang berkenaan dengan
hal yang mengenai bahan pelajaran mungkin tidka sukar dicapai. Kesulitan dengan
validitas isi ialah pilihanitem dilakukan secara subjektif yakni berdasarkan logika si
peneliti.
a. Validitas prediktif
Dengan validitas prediktif di maksudkan adanaya kesesuaian antara
ramalan (prediksi) tentang kelakuan seseorang dengan kelakuannya yang
nyata.
b. Validitas konstruk
Digunakan bila kita sangsikan apakah gejala yang dites hanya mengandung
satu dimensi, bila ternyata gejala itu mengandung lebih dari satu dimensi,
maka validitas itu dapat diragukan. Keuntungan validitas konstruk kita
mengetahui komponen-komponen sikap/sifat yang diukur dengan tes itu.
Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Jadi data yang valid
adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.
Validitas dibedakan menjadi:
a. Validitas internal: berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian
dengan hasil yang dicapai.
b. Validitas eksternal: berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil
penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada objek penelitian.
B. Reliabilitas
Berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Suatu
data dikatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama atau
peneliti sama dalam waktu yanng berbeda akan menghasilkan data yang sama atau
sekelompok data apabila dipecah menjadi dua menjadi data yang tidak berbeda. Suatu
data yang reliabel akan cenderung valid, walaupun belum tentu valid.
Suatu alat pengukur dikatakan reliable bila alat itu dalam mengukru suatu
gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi alat
yanng reliable secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama. Reliabilitas
merupakan syarat mutlak untuk menentukan pengaruh variabel yang satu terhadap
variabel yangsatu lagi. Reliabilitas juga merupakan syarat bagi validitas satu tes, tes
yang tidak reliable dengan sendirinya tidak valid.
Pengujian validitas dan reliabilitas
Dalam uji keabsahan data meliputi :
1) Uji kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
dapat dilakukan dengan;
Perpanjangan pengamatan
Meningkatkan ketekunan
Triagulasi (pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu)
Analisis kasus negatif
Menggunakan bahan referensi
Mengadakan member check (proses pengecekan data
yang diperoleh peneliti kepada pemberi data). Tujuan dari member
check adalah agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yanng dimaksud sumber data atau
informan.
2) Pengujian transferability
Transferability merupakan validitas eksternal
3) Pengujian depenability
Dilakukan denga melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian.
4) Pengujian konfirmability
Uji konfirmability mirip dengan uji dependebility, sehingga
pengujian dapat dilakukan secara bersamaan.
Uji konfirmability berarti menguji hasil penelitian dikaitkan
dengan proses yang dilakukan.
Contoh Kasus;
Penelitian untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang keberadaan bidan
desa di Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten OKI.
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik diskusi kelompok
terarah (Focus Group Discussion).
Hasil peneltian menunjukkan bahwa masyarakat pedesaaan merasakan
manfaat adanya bidan desa khususnya ibu-bu. Disamping itu terungkap pula bahwa
masih banyak bidan desa yang tidak berdomisii didesa tempat mereka ditugaskan
terutama bidan desa yang berasal dari Kabupaten banyu Asin.
II.2 Penelitian Kuantitatif
II.2.1 Definisi
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara
umum memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh penganut
positivisme yang dipelopori oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk
memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA harus diadopsi
ke dalam riset-riset ilmu sosial (Harahap, 1992).
Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang
diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan
pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data
kuantitatif.
Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-
induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli,
ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan
menjadipermasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang
diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data
empiris di lapangan.
II.2.2 Ciri dan Karakteristik Umum Penelitian Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek
penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk
operasionalisasi variable masing- masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat
mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua
elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi
serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian
kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan
menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan
formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna
dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara
kebahasaan dan kulturalnya.
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah
cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.
Metode ini disebut sebagai metode positivistic karena berlandaskan pada filsafat
positivisme. Metode ini sebagai metode scientific karena telah memenuhi kaidah-
kaidah ilmiah yaitu konkrit/ empiris, objektif, terukur, rasional dan sistematis.
Metode ini juga disebut metode discovery, Karena dengan metode ini dapat
ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.
II.2.3 Tahap – Tahap Penelitian Kuantitatif
Fase I: Analisis Masalah
o Menentukan masalah operasional
o Mengadakan analisi yang lebih mendalam tentang berbagai hal yang
dihadapi
o Menentukan prioritas masalah
Fase II: Mengembangkan rencana pemecahan masalah
o Menentukan tujuan penelitian
o Menentukan variabel yang diukur
o Menentukan hambatan yang mungkin terjadi dengan tujuan tersebut
o Mengembangkan model pemecahan masalah
o Menentukan cara pengumpulan data
o Rencana Analisis
Fase III:Validasi pemecahan masalah
o Mengembangkan rancangan penelitian
o Melaksanakan kegiatan
o Mengadakan analisis untuk mengevaluasi hasil penelitian
II.2.4 Rancangan Penelitian Kuantitatif
A. Rancangan Non-eksperimental
Rancangan terlemah untuk mendeteksi hubungan sebab akibat karena
pada umumnya penelitian noneksperimental tanpa menggunakan
kelompok kontrol
Macam:
- Pascaintervensi
Rancangan ini hanya terdiri dari satu kelompok studi tanpa kelompok
kontrol dan intervensi telah dilakukan. Beberapa saat setelah intervensi
dilakukan pengamatan untuk mengetahui ciri-ciri demografis
kelompok individu yang telah mendapatkan intervensi tersebut.
Contoh:
Penelitian mengenai pendapat masyarakat tentang pelayanan KIA di
Puskesmas.
- Pra dan Pasca intervensi
Rancangan ini hampir sama dengan rancangan hanya pascaintervensi
tanpa kelompok kontrol, tetapi pada rancangan ini dilakukan
pengamatan sebelum intervensi dan dilakukan pengamatan ulang
beberapa saat setelah intervensi. Perubahan yang terjadi setelah
intervensi dicatat dan dibandingkan dengan keadaan sebelum
intervensi.
- Perbandingan kelompok statik
Rancangan ini merupakan rancangan non ekspremental yang
menggunakan kelompok kontrol, tetapi kontrol yang digunakan tidak
berasal dari populasi yang sama dengan intervensi. Alokasi intervensi
pada kelompok studi dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara
random.
B. Rancangan Eksperimental (Uji Klinis)
Pemisahan subjek studi menjadi kelompok eksperimental dan kelompok
kontrol dilakukan secara random kemudian kelompok eksperimental mendapatkan
perlakuan dan diamati efek yang terjadi akibat intervensi dan hasilnya dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Secara skematis struktur rancangan ini dapat digambarkan
sebagai berikut.
Contoh Kasus:
Penelitian tentang kursus penyegaran kader kesehatan. Misalkan, disuatu
daerah terdapat 50 orang kader kesehatan. Dari 50 org tersebut diambil 25
secara random sebagai kelompok eksperimen dan sisanya 25 orang sebagai
kelompok kontrol kemudian kelompok eksperimen dilakukan kursus
penyegaran selama 5 hari. Setelah kursus dilakukan pengamatan untuk
mengetahui peningkatan pengetahuan kader sebagai hasil kursus dan
dibandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol untuk mengetahui efektifitas
kursus yang dilakukan
C. Rancangan Eksperimental semu
Rancangan eksperimental semu terdiri dari 3 rancangan sebagai berikut.
1. Rancangan dengan alokasi kelompok eksperimental dan kelompok
kontrol tanpa randominasi.
2. Rancangan deret berkala
3. Rancangan pra dan pascaintervensi dengan sampel terpisah
II.3 Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Penelitian dalam bidang kedokteran seperti halnya pada ilmu-ilmu sosial
budaya lainnya,selama ini terlalu menekankan pada pendekatan penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif yang dilandasi faham positivisme empirik yang berintikan
aktivitas penelitian eksperimental memang telah memiliki pengaruh yang sangat kuat
dalam berbagai bidang ilmu, dan bahkan pernah dipandang sebagai satu-satunya
pendekatan penelitian yang benar dan ilmiah. Pandangan tersebut mampu menyeret
para peneliti ilmu-ilmu kesehatan yang dalam perkembangan aktivitasnya semakin
sering menghadapi beragam permasalahan yang tidak bisa dijawab secara tuntas. Dari
kenyataan yang dihadapi tersebut para peneliti semakin manyadari bahwa manusia
sebagai subyek dengan segala sifatnya yang subjektif tak mungkin dapat dikaji secara
secara tepat dengan pendekatan ilmu obyektif. Pemaksaan ke arah itu akan
menimbulkan bias fundamental dan mengakibatkan kekeliruan fatal yang menjadi
sumber krisis ilmu-ilmu kesehatan dimasa kini. Masalah sosial yang kompleks tak
mungkin untuk diuji dengan pandangan partial dan linear. Didalam ilmu alam
berbagai masalah pokok didasarkan pada kenyataan obyek yang dapat dilihat di luar
diri kita dan bebas sebagai fakta obyektif. Kenyataan itu sangat berbeda halnya
dengan ilmu sosial budaya yang memusatkan studinya pada realitas sebagai produk
pikir manusia dengan segala subyektivitas emosi serta nilai-nilai yang dianutnya.
Fenomena sosial dan perilaku manusia pada dasarnya hanya ada dalam pikiran
manusia. Realitas tersebut terikat oleh interaksi dialektis antara subyek dan obyek.
Demikianlah dalam mempelajari metodologi penelitian sosial ini, anda diharapkan
mengenal baik pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, karena pendekatan kualitatif
sangat tepat bagi studi ilmu-ilmu sosial budaya, termasuk didalamnya ilmu kesehatan
masyarakat.
II.3.1 Pemahaman karakteristik metodologi
Mengenal ( perbedaan ) pendekatan kuantitatif dan kualitatif akan lebih
mudah dan jelas bila kita memahami perbedaannya dengan beragam hal yang sangat
mendasar didalam kedua metodologi tersebut. Penggunaan metodologi penelitian
kualitatif berbeda dengan penggunaan metodologi penelitian kuantitatif bukan
sekedar karena menghadapi perbedaan “ subjek matter “, atau karena disiplin ilmu
yang berbeda, tetapi secara mendasar karena perbedaan keyakinan keilmuan yang
bersumber pada penggunaan paradigma berpikir yang berbeda ( smith, 1984 ).
Bilamana kita bisa memahami perbedaan itu secara tepat maka kita akan
mampu memisahkan kedua metdologi penelitian tersebut dengan penuh kesadaran
dan berada pada penglihatan batas yang jelas. Dengan demikian didalam melakukan
aktivitas penelitian, kita tak akan mudah tersesat atau dengan sangat gegabah
mencampur-adukkan beragam pengertian dasar dari dua jenis metodologi tersebut.
Guba dan Lincoln ( 1981 : 62 – 82 ) menyajikan uraian yang cukup panjang dan
mempertentang-kan perbedaan paradigma kedua penelitian ini. Untuk penelitian
kuantitatif digunakan istilah Scientific Paradigm ( paradigma ilmiah ), sedangkan
penelitian kualitatif dinamakan Naturalistic Inquiry atau inkuiri alamiah.
Pokok-pokok perbedaan kedua paradigma tersebut dapat disimak dalam tabel
berikut :
Tabel. Perbedaan Paradigma Ilmiah dan Alamiah
Poster tentang
PARADIGMA
Ilmiah Alamiah
Teknik yang digunakan
Kriteria kualitas
Sumber teori
Persoalan kausalitas
Tipe pengetahuan yang digunakan
Pendirian
Maksud
Kuantitatif
“ Rigor “
Apriori
Dapatkah x menyebabkan y ?
Proposisional
Reduksionis
Verifikasi
Kualitatif
Relevansi
Dasar-dasar ( Grounded )
Apakah x menyebabkan y dlm.
Latar alamiah
Proposisional yang diketahui bersama
Ekspansionis
Ekspansionis
Karakteristik Metodologis
Instrumen
Waktu penetapan pengumpulan data dan analisis
Desain
Gaya
Latar
Perlakuan
Satuan kajian
Unsur
Kertas-pensil atau alat fisik lainnya
Sebelum penelitian
Pasti ( preordinate )
Intervensi
Laboratorium
Stabil
Variabel
Orang sebagai peneliti
Selama dan sesudah pengumpulan data
Muncul-berubah
Seleksi
Alam
Bervariasi
Pola-pola
Turut campur atas
kontekstual Kontrol undangan
1. Teknik yang digunakan.
Pada dasarnya, baik teknik kuantitatif maupun teknik kualitatif dapat
digunakan bersama-sama. Namun, pada paradigma ilmiah memberi tekanan pada
teknik kuantitatif, sedang paradigma alamiah memberi tekanan pada teknik
kualitatif.
2. Kriteria kualitas.
Untuk menialai “ baik/tidaknya “ penelitian, paradigma ilmiah sangat
percaya pada kriteria Rigor, yaitu kesahihan eksternal dan internal, keandalan
dan obyektivitas.
Menurut Guba dan Lincoln ( 1981 : 66 ) penekanan pada kriteria tersebut
membawa eksperimen pada penyusunan desain yang bagus, tetapi sering sempit
cakupannya. Hal ini dikarenakan kebanyakan eksperimen memasukkan situasi
yang kurang dikenal, buatan, dan masa hidupnya singkat dan hal itu membuat
latar – tidak – biasa sukar digeneralisasikan pada latar lainnya.
Sebaliknya, paradigma alamiah menggunakan kriteria relevansi. Relevansi ini
adalah signifikasi dari pribadi terhadap lingkungan senyatanya. Usaha
menemukan kepastian dan keaslian merupakan hal yang penting dalam penelitian
alamiah.
3. Sumber teori.
Paradigma ilmiah menekankan pada verifikasi hipotesis yang diturunkan
dari teori a priori. Teori semacam ini disusun dengan logika deduktif dan logis.
Sedangkan paradigma alamiah menemukan teori dengan berdasar pada
data yang berasal dari dunia nyata. Metode yang digunakan adalah metode
menemukan dengan menganalisis data yang diperoleh secara sistematis.
4. Pertanyaan tentang kausalitas.
Penelitian biasanya dihadapkan pada penentuan hubungan sebab-akibat.
Jawaban terhadap pertanyaan hubungan sebab akibat penting untuk keperluan
meramalkan, kontrol disatu pihak, dan verstehen ( pemahaman ) dilain pihak.
Kedua paradigma ilmiah maupun alamiah menggunakan pertanyaan-pertanyaan
tersebut, namun dengan cara yang berbeda.
Paradigma ilmiah biasanya bertanya = dapatkah X menyebabkan Y ?
untuk itu maka mereka mendemonstrasikan di laboratorium bahwa Y
sesungguhnya dapat disebabkan oleh X.
Di pihak lain paradigma alamiah kurang tertarik dengan apa yang
diusahakan terjadi dalam situasi yang dirancang terlebih dahulu, namun lebih
tertarik pada apa yang terjadi pada latar alamiah.
5. Tipe pengetahuan yang digunakan.
Ada dua macam pengetahuan ; yaitu pengetahuan proposisional dan
pengetahuan – yang – diketahui – bersama, yang diketahui dan disepakati juga
oleh subjek. Kedua tipe pengetahuan tersebut, dapat dijelaskan perbedaannya.
Pengetahuan proposisional adalah pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam
bentuk bahasa.
Pengetahuan – yang – diketahui – bersama ( tacit knowledge ) ialah
instuisi, pemahaman, atau perasaan yang tidak dapat dinyatakan dengan kata-kata
yang dalam hal-hal tertentu diketahui oleh subjek.
Paradigma ilmiah membatasi diri pada pengetahuan proposisional.
Pengetahuan demikian merupakan esensi metode untuk menyatakan proposisi
secara eksplisit dalam bentuk hipotesa yang diuji untuk menentukan validitasnya.
Teori-teori terdiri atas pengumpulan hipotesis semacam itu.
Sebaliknya, paradigma alamiah mengizinkan dalam mendorong
pengetahuan – yang – diketahui – bersama guna dimunculkan untuk keperluan
membantu pembentukan teori dari dasar maupun untuk memperbaiki komunikasi
kembali kepada sumber informasi dengan cara peristilahan mereka.
6. Pendirian.
Paradigma ilmiah berpendirian Reduksionis. Mereka menyempitkan
penelitian pada fokusyang relatif kecil dengan jalan membebankan kendala-
kendala, baik pada kondisi anteseden pada nikuiri ( untuk keperluan
mengontrol ), maupun pada keluaran-keluaran.
Jadi, pencari – tahu – ilmiah mulai dengan menyusun pertanyaan atau
hipotesis, kemudian hanya mencari informasi yang akan memberikan jawaban
pada pertanyaan atau menguji hipotesis-hipotesis itu.
Sementara pencari – tahu – alamiah mempunyai pendirian ekspansionis.
Mereka mencari perspektif yang akan mengarahkan pada deskripsi dan pengertian
fenomena sebagai keseluruhan atau akhirnya dengan jalan menemukan sesuatu
yang mencerminkan kerumitan gejala-gejala itu. Mereka memasuki lapangan,
membangun dan melihat pembawaannya yang tampak dari arah manapun titik
masuknya.
Jadi pencari – tahu – ilmiah mengambil setiap struktur, terarah dan
tunggal sedangkan pencari – tahu – alamiah berpendirian terbuka, menjajagi, dan
kompleks.
7. Maksud.
Paradigma ilmiah senantiasa bermaksud menemukan pengetahuan
melalui verifikasi hipotesis yang dispesifikasikan secara apriori sementara
pencari – tahu – alamiah, menitikberatkan upayanya pada usaha menemukan
unsur-unsur atau pengetahuan yang belum ada dalam teori yang berlaku.
8. Instrumen.
Untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan kuesioner
atau alat bantu fisik lainnya. Sedang pencari – tahu – alamiah dalam
pengumpulan datanya lebih banyak bergantung pada dirinya sendiri sebagai alat
pengumpulan
data. Orang – sebagai – instrumen memililki senjata “ dapat memutuskan “ yang
secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dan dapat
mengambil keputusan.
9. Waktu untuk mengumpulkan data dan aturan analisis.Pencari – tahu – ilmiah
dapat menetapkan semua aturan pengumpulan dan analisis data sebelumnya.
Mereka sudah mengetahui hipotesis yang akan diuji dan dapat mengembangkan
instrumen yang cocok dengan variabel. Instrumen ditetapkan sebelumnya tentang
ukuran terhadap ciri yang diketahui sehingga memungkinkan menetapkan waktu
melakukan analisis.
Paradigma alamiah sebaliknya, tidak diperkenenkan memformulasikan
secara a priori. Datanya dikumpulkan serta dikategorikan dalam bentuk kasar dan
diunitkan oleh peneliti/analisis.
10.Desain.
Bagi paradigma ilmiah, desain harus disusun secara pasti sebelum fakta
dikumpulkan. Sekali desain digunakan, maka tidak boleh mengubahnya dalam
bentuk apapun. Bagi paradigma alamiah, desain dapat disusun sebelumnya secara
tidak lengkap. Apabila sudah digunakan, desain senantiasa dilengkapi dan
disempurnakan.
11.Gaya.
Paradigma ilmiah menggunakan gaya menerapkan intervensi. Variabel
bebas dan terikat diisolasikan dari konteksnya, diatur sedemikian rupa sehingga
hanya variabel ini yang muncul untuk diukur dan kemudian dikonfirmasikan
dengan hipotesisnya.
Sebaliknya, paradigma alamiah bergantung pada seleksi. Dari pelbagai
peristiwa yang terjadi secara alamiah akhirnya dipilih sesuatu gejala tanpa
mengadakan intervensi.
Jadi pencari – tahu – alamiah tidak mengelola situasi, tetapi
memanfaatkannya.
12.Latar.
Pencari – tahu – ilmiah bersandar pada latar laboratorium untuk
keperluan mengadakan kontrol, mengelola intervensi dan sebagainya.
Sebaliknya, pencari – tahu – alamiah cenderung mengadakan penelitian dalam
latar alamiah.
13.Perlakuan.
Bagi paradigma ilmiah, konsep perlakuan sangat penting. Bagi setiap
eksperimen, perlakuan itu harus stabil dan tidak bervariasi. Jika tidak demikian,
maka sukar menentukan pengaruh yang berkaitan dengan suatu penyebab
tertentu.
Untuk paradigma alamiah, konsep perlakuan tersebut asing karena perlakuan
menyertakan beberapa cara manipulasi atau intervensi.
14.Satuan kajian.
Pada paradigma ilmiah adalah variabel dan semua hubungannya yang
dinyatakan diantara variabel dan sistem variabel.
Sebaliknya, pada paradigma alamiah berlaku pendirian agar satuan kajian
lebih sederhana. Selain itu mereka lebih menekankankemurnian sistem pola yang
diamati secara alamiah.
15.Unsur-unsur kontekstual.
Peneliti ilmiah senantiasa berusaha mengontrol seluruh unsur yang
menggaggu yang dapat mengaburkan unsur-unsur itu dari fenomena yang
menjadi pusat perhatian atau yang mengacau pada pengaruh terhadap fenomena
itu.
Peneliti alamiah bukan hanya tidak tertarik pada kontrol, melainkan
malah mengundang adanya ikut campur sehingga mereka secara lebih baik dapat
mengerti peristiwa dalam dunia nyata dan merasakan pola-pola yang ada di
dalamnya.
II.3.2 Validitas dan Reliabilitas
Validitas merupakan ‘ built in control mechanism ‘ dalam metode penelitian
yang menggunakan instrumen secara eksplisit. Validitas mempersoalkan instrument
yang digunakan dalam mengukur atribut ; apakah alat ukur benar-benar mengukur
atribut yang dimaksud. Mengapa masalah validitas senantiasa dipertanyakan dalam
penelitian sosial ? Karena atribut semisal psikologis, pemahaman ilmiah, tingkat
konservatisme, dll sangat sulit diukukr/dicari, meski demikian peneliti ilmiah harus
mampu mengukur.
Reliabilitas : kemampuan, ketepatan, keajegan, homogenitas alat ukur. Suatu
alat ukkur dikatakan mantap bila dipergunakan berulang kali hasilnya tetap sama.
Catatan : suatu data yang punya reliabilitas belum tentu punya validitas, sedang data
yang punya validitas sudah tentu punya reliabilitas.
Beberapa metode menguji reliabilitas.
1. Metode ulang : mengulangi pengukuran berdasar selang waktu ttt.
2. Metode belah dua : membegi dua butir pertanyaan ke dalam dua kelompok.
3. Metode parabel : butir-butir pertanyaan mewakili suatu variabel yang satu dan
butir pertanyaan yang sama mewakili variabel yang lain yang punya kesamaan
sifat, diukur secara bersamaan.
Jenis-jenis Validitas.
1. Validitas logis : mempersoalkan apakah pola hubungan variabel/konsep dapat
diterima akal sehat. Misal : kita akan menganggap logis bila Org meneliti
pengaruh usia terhadap suatu hal bukan sebaliknya.
2. Validitas tampang : menyangkut atribut kongkrit, bila kita ingin mengukur
mencek huruf kita akan meminta orang membaca.
3. Validitas lintas budaya : mempersoalkan apakah alat ukur yang digunakan pada
masyarakat ttt juga berlaku didalam masyarakat yang lain.
4. Validitas internal : menyangkut tentang internal psikologis khalayak/responden.
Misal : kalau kita ingin mengamati sikap petani terhadap kredit usaha tadi maka
kuesioner yang diajukan harus benar-benar menggali psikologis internal petani,
bagaimana tanggapannya thd program kredit tsb.
5. Validitas eksternal : mempersoalkan apakah alat ukur yang dikenakan pada
komunitas ttt juga berlaku pada komunitas yang lain. Misal : mangamati konsep
belajar jarak jauh ( UT ), apakah siaran-siaran pendidikan program UT bisa
memacu belajar mahasiswa, bagaimana antara mahasiswa fisip dibanding dengan
mahasiswa fakultas lain.
6. Validitas konstruk : mempersoalkan seberapa jauh suatu alat ukur punya
persamaan dengan alat ukur yang lain pada waktu mengukur konstruk/konsep
yang sama.
7. Validitas isi : menyankut derajad keterwalian substansi suatu alat ukur.
Pengukuran kategorisasi dalam content analysis, kategori yang dibuat peneliti itu
mampu disepakati oleh pengkoding/pembaca.
8. Validitas prediktif : mempersoalkan seberapa jauh suatu alat ukur mampu
meramalkan perilaku sekarang maupun yang akan datang.
II.3 Penyusunan Proposal Penelitian
Terdapat dua hal pokok yang harus benar-benar difahami ketika hendak
menyusun atau membuat proposal penelitian. Dua hal tersebut adalah :
1) Logika penelitian, dan
2) Format proposal yang dikehendaki.
1) Logika penelitian.
Yang dikenal dengan logika penelitian disini adalah struktur fikiran berkenaan
dengan proses penelitian, yang dalam hal ini terdapat perbedaan antara penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif.
A. Pada penelitian kuantitatif, logika penelitian memiliki struktur kurang lebih
sebagai berikut :
Struktur logika penelitian sebagaimana dikutip dari pemikiran Bryman diatas berpola
siklus mulai dari teori hipotesa observasi analisis data temuan-temuan,
kemudian berakhir kembali pada teori.
Posisi masalah/problem yang dirumuskan oleh peneliti ( eksplisit dinyatakan
dalam proposal ) dalam hal ini dapat dikatakan “ mendahului “ posisi teori. Perlu
diperhatikan benar disisni adalah, bahwa masalah penelitian tidak akan pernah
nampak/kelihatan tanpa dilihat melalui teori. Artinya, masalah penelitian hanya ada
kalau orang memiliki bekal teori untuk melihatnya. Mempertentengkan gejala atau
fakta ( sebagian dari perilaku manusian dalam kebersamaannya dengan sesama atau
mungkin dalam kebersamaannya dengan alam dan pencipta disuatu fihak ) dengan
fikiran-fikiran tertentu ( teori-teori ) difihak lain dapat menghasilkan apa yang disini
kita sebut-sebut sebagai masalah penelitian.
Masalah penelitian ini nanti harus dapat dijawab/dipecahkan dengan atau
lewat penelitian bersangkutan. Peneliti sangat mungkin tertarik untuk menjawab
secara tentatif ( menduga-duga ) atas masalah tadi. Kalau demikian halnya orang
harus mendeduksikan teori-teori tertentu, memberlakukan pernyataan asumtif yang
tadinya dianggap umum atau luas sifat kebenarannya kedalam gejala atau beberapa
gejala yang saling dikaitkan secara khusus/sempit. Jawaban yang bersifat dugaan
( yang masih harus dibuktikan kebenarannya dengan data empiris/lapangan ) itulah
hipotesa.
Hipotesa umumnya terdiri dari dua atau lebih variabel yang dikaitkan satu
dengan yang lain ( dikorelasikan, dicari hubungan kausalitasnya, dibandingkan, dst )
Contoh hipotesa :
“ sikap a-politis generasi muda perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan sikap a-
politis generasi muda pedesaan “
contoh hipotesa di atas mengandung dua variabel
(a) Sikap a-politis generasi muda perkotaan, dan
(b) Sikap a-politis generasi muda pedesaan.
Kedua variabel ini hendak dibandingkan dan diduga yang pertama lebih tinggi
dibanding yang kedua. Tetapi untuk bisa dibandingkan maka konsep pokok dalam
variabel harus diberi arti khusus, yakni dengan memilih aspek tertentu sehingga
memberikan peluang untuk pengukuran dan kategorisasi. Inilah yang disebut
operasionalisasi.
Suatu variabel sering kedapatan mengandung banyak konsep, dan semua
konsep selayaknya didefinisikan secara khusus, yakni dengan memilih aspek-aspek
tertentu dari suatu konsep.
Konsep pokok dalam variabel-variabel seperti dicontohkan di atas adalah
sikap a-politis. Sikap a-politis misalnya didefinisikan sebagai kecenderungan
perasaan tidak suka atau tidak tertarik kepada masalah-masalah politis yang akan
dilihat/diukur dari ( sebagian, seluruh, atau masih akan ditambah lagi ) penggunaan
media massa ( rubrik, acara apa yang paling diminati ), aktivitas diluar bangku
kuliah/sekolah ( menjadi anggota,ikut menyumbang, duduk dalam kepengurusan
organisasi yang punya aset terhadap pengambilan keputusan politis dsb.
Setelah ada operasionalisasi konsep/variabel maka peneliti dapat pergi ke
lapangan guna mengumpulkan data. Data direkam/dicatat kemudian diproses untuk
kemudian dianalisis.
Dalam penelitian kuantitatif, data berupa kuantum ( bilangan ), yakni
menunjuk intensitas dan atau ekstensitas dari gejala yang diamati. Karena data lebih
banyak merupakan bilangan, maka peneliti sering kali berfikir tentang satuan-satuan
untuk menunjuk intensitas dan ekstensitas tadi : usia berapa tahun, datang rapat
berapa kali, menyumbang berapa rupiah untuk organisasi dan atau mengongkosi
kegiatan-kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan politik dsb.
Dalam pengolahan data, maka persoalan utama adalah mentransformasikan
jawaban responden ( kalau yang diteliti kebetulan adalah manusia entah individu
atau kelompok ) ke dalam bentuk tabel-tabel atau grafik. Dengan memperhatikan
ukuran-ukuran bagi kategorisasi yang dibuat peneliti bisa memasukkan responden
mana masuk dalam kategori mana.
Analisis data dalam pada itu adalah membaca kecenderungan angka-angka
atau tepatnya data-data yang ada. Dalam hubungan ini sangat mungkin peneliti
membutuhkan teknik analisis statistik, terutama untuk mengetahui ada atau tidaknya
keterkaitan suatu variabel dengan variabel lainnya tadi ( ada korelasinya tidak, ada
perbedaannya atau tidak, apakah variabel menjadi penyebab munculnya variabel y
atau tidak, dsb ).
Hasil analisis inilah sebenarnya temuan-temuan penelitian, yakni setalah
peneliti menafsirkannya dengan cara menunjukkan konsekuensi-konsekuensi dari
hasil analisis. Termasuk disini adalah : jawaban apa atas masalah penelitian, hipotesa
diterima atau ditolak dalam tingkat signifikasi tertentu, teori-teori mana yang
mendapat penguatan dan teori-teori mana yang ditambah. Dengan kata lain
penegasan-penegasan apa yang bisa dibuat, saran-saran apa yang bisa dikemukakan
dst. Temuan-temuan ini, terutama yang berupa proposisi-proposisi akan bermakna
kontributif bagi pengembangan ilmu khususnya khazanah ilmu.
B. Logika penelitian kualitatif dalam pada itu memiliki struktur yang agak berbeda.
Dalam pola siklus logika penelitian kualitatif terstruktur kurang lebih sebagai berikut:
Gambar di atas menunjukan pada kita bahwa penelitian kualitatif cenderung
tidak kurang berminat terhadap hipotesa. Kalaupun dalam suatu penelitian kualitatif
dikemukakan suatu hipotesa, maka hipotesa ini sama sekali tidak mengikat. Artinya
ia dapat diubah rumusannya setelah peneliti pergi ke lapangan atau mungkin ia akan
dibuang sama sekali.
Setelah peneliti memiliki topik atau persoalan tertentu untuk diteliti, maka
tahap yang harus segera dilakukan berikutnya adalah menyusun pertanyaan-
pertanyaan untuk kepentingan ini peneliti memperhatikan betul fokus dari minat
sebenarnya yang hendak diteliti. Sesudah ini peneliti lalu pergi ke lapangan untuk
mengumpulkan data. Karena penelitian kualitatif umumnya bersifat deskriptif, yakni
berusaha hendak melukiskan gejala atau hubungan gejala-gejala yang dijumpai dalam
masyarakat yang diteliti ‘ sekarang ‘ maka pertanyaan lebih banyak ‘ bagaimana ‘.
Ketika peneliti mulai melakukan observasi dilapangan inilah peneliti mulai
mengetahui pertanyaan-pertanyaan apa yang benar-benar relevan dengan maksud dan
tujuan penelitian dan mana yang tidak relevan. Dari sini peneliti bisa merubah,
membuang, menambah pertanyaan penelitian yang dalam berbagai hal sebenarnya ini
merupakan penyimpangan dari proposal yang telah dibuat.
Yang unik dalam penelitian kualitatif adalah ketidak terpisahan antara
pengumpulan data, pengolahan data, dengan analisis data. Artinya data diolah dan
dianalisis tanpa menunggu terkumpulnya seluruh data. Pengolahan / penyusunan data
dan analisis data dilakukan sammbil terus melakukan pengumpulan data yang
karenanya peneliti memiliki kesempatan untuk terus-menerus
memperbaiki/menyempurnakan pertanyaan-pertanyaan. Dalam proses melingkar
begini peneliti malahan disarankan untuk terus pula menjelajahi literatur yang relevan
dengan persoalan-persoalan yang dihadapi. Hal ini penting untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ; apa yang telah ditemukan oleh peneliti
lain berkenaan dengan masalah-masalah yang kini sedang diteliti. Apa yang telah
diabaikan dalam literatur ? Bagaimana peneliti berbeda perspektif dengan
penulis/peneliti lain sebagaimana kelihatan dalam literatur yang dibaca ? Hal-hal ini
justru akan sangat berarti ketika peneliti hendak menuliskan atau menegaskan
temuan-temuannya. Dengan kata lain, hasil penelitian orang lain ( penulisan
etnografik ) sangat kontributif sepanjang penelitian masih dalam proses. Dan proses
penelitian siklis begini akan kelihatan jelas bahwa peneliti sangat dituntut untuk
sesnantiasa mengulang/memperbaharui pertanyaan-pertanyaan, mengumpulkan data,
mengolah data, menganalisis data sekaligus sambil terus pula memeriksa literatur-
literatur – sesuatu yang tak terjadi dalam penelitian kuantitatif. Kegiatan atau proses
ini akan berhenti pada titik tertentu, yakni ketika peneliti telah merasa cukup
memperoleh atau mencapai tujuan-tujuannya.
Dalam hal demikian hasil penelitian berupa laporan akan merupakan
sumbangan dalam khazanah keilmuan khususnya penulisan etnografi.
Dari pemaparan kedua struktur logika penelitian seperti di atas, kita lalu dapat melihat
beberapa perbedaan diantara keduanya ( kualitatif & kuantitatif ) sbb :
No Perihal Kuantitatif Kualitatif
1. Peran penelitian Sebagai persiapan/pendahuluan
Sangat bermanfaat untuk eksplorasi interpretasi
2. Hubungan peneliti dengan subjek
Memiliki jarak Dekat
3. Posisi peneliti Outsider Insider
4. Hubungan teori/konsep dengan penelitian
Konfirmasi Urgan, menampilkan pandangan baru
5. Strategi penelitian Terstruktur Tidak
6. Cakupan temuan Dalil/hukum-hukum/asumsi teoritis
Ideografik (keadaan kekinian)
7. Kesan realitas sosial Statis dan tak dipengaruhi aktor-aktor
Sbg. Proses di tentukan oleh aktor-aktor
8. Keadaan/sifat data Sukar dibuat penetrasi
Kaya, mendalam shg. nampak substantif
Dipetik dari : Bryman,Alan ( 1988, hal 94 )
2) Format Proposal ( Usulan Penelitian )
Format proposal penelitian yang diajukan untuk kepentingan penulisan
Skripsi Sarjana Universitas Jenderal Soedirman termasuk Jurusan Ilmu Komunikasi
adalah sbb :
A. Judul Penelitian.
Judul penelitian adalah nama topik penelitian dalam sebuah struktur kalimat
tunggal yang substansial, singkat, padat dan jelas inti isi pokok masalah, dan
kalau perlu menyebut tempat dan waktu penelitian.
B. Latar belakang masalah.
Memuat antara lain ; issu sentral yang berhubungan dengan topik ; apa yang
mendorong peneliti tertarik sehingga memilih masalah ini ; arti penting ( urgensi )
dari masalah yang hendak diteliti ; pemanfaatan data empirik ; pengungkapan
variabel-variabel yang berhubungan dengan issu sentral tersebut.
C. Perumusan masalah.
Mengungkap resume diskusi pada latar belakang, resume dipertajam, diakhiri
dengan formulasi pertanyaan penelitian.
D. Tujuan penelitian.
Memuat tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian yaitu : mengetahui,
memahami, menjelaskan, membedakan, menghubungkan dan menganalisis yang
dikaji dalam penelitian.
E. Manfaat penelitian.
Manfaat teoritis yaitu mengembangkan ilmu yang bersangkutan.
Manfaat praktis yaitu untuk rekomendasi terapan kebijakan.
F. Tinjauan pustaka dan kerangka teoritik
1) Tinjauan pustaka.
Memuat dan merangkum telaah pustaka yang berkaitan dengan topik
penelitian. Artinya, kita mempelajari hasil-hasil penelitian terdahulu ( yang
tema atau kajiannya hampir sama ), menelaah literatur yang relevan, mengkaji
jurnal-jurnal penelitian dan sebagainya.
Langkah selanjutnya adalah membuat catatan seperlunya mengenai penelitian-
penelitian yang pernah dilakukan atau perkembangan teori yang ada. Dengan
tinjauan pustaka ini pembaca bisa mengetahui posisi penelitian yang kita
lakukan. Apakah bersifat pengulangan dengan penekanan pada aspek yang
lain, apakah melanjutkan penelitian terdahulu guna menjawab masalah yang
belum terpecahkan, atau, membuat penelitian yang benar-benar “ baru “ dalam
arti belum pernah dilakukan sebelumnya.
2) Kerangka teoritik.
Di bagian ini peneliti diminta mengemukakan teori-teori tertentu, pendapat-
pendapat atau pandangan-pandangan mengenai persoalan dan atau gejala-
gejala yang hendak diteliti. Proposisi-proposisi asumtif serta keterangan-
keterangan atau pemikiran-pemikiran lain, termasuk yang berasal dari peneliti
sendiri sangat berguna, dalam hal ini tidak perduli apakah penelitian ini
bersifat kuantitatif dengan maksud penggalian, penggambaran ataukah
penjelasan hubungan antar gejala ( pengujian hipotesa ). Dalam penelitian
bersifat kualitatif maka seyogyanya peneliti mengemukakan temuan penelitian
yang sudah ada sebelumnya dengan mengemukakan beberapa
catatan/komentar seperlunya. Pemanfaatan buku-buku atau sumber-sumber
lain yang relevan sangat penting untuk kepentingan ini.
Sesuatu yang tidak boleh dilupakan dalam penyusunan kerangka teori adalah
berusaha semaksimal mungkin mencoba memberikan arahan/kerangka yang
nantinya berguna untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
penelitian, dan atau mencapai tujuan-tujuan seperti yang dikemukakan
sebelumnya. Bagi penelitian yang dimaksudkan untuk menguji hipotesa maka
akhir atau kesimpulan uraian tentang kerangka teori ini adalah hipotesa itu
sendiri.
G. Hipotesis.
Dalam suatu penelitian, hipotesa tidak harus selalu ada, tetapi apabila oleh
peneliti dirasakan perlu ada ( jenis eksplanatif ), maka hipotesis ini tidak lain
adalah jawaban teoritis, dugaan dengan berdasar teori dan atau pemikiran-
pemikiran tertentu sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian terutama
masalah yang telah dirumuskan. Sudah pasti hipotesa ini nantinya akan
diadu/diuji dengan data empirik yang merupakan bukti temuan lapangan. Tidak
menjadi persoalan apakah hipotesa ini diterima ( diperkuat dengan bukti/data
lapangan ) ataukah ditolak ( tidak memperoleh penguatan/bukti data lapangan ),
yang lebih dipentingkan dalam hubungan ini adalah kejelasan tentang tingkat
signifikasi dari penerimaan/penolakan tersebut serta keterangan atau catatan
peneliti walau agak bersifat spekulatif tentang alasan kenapa hipotesa tersebut
diterima atau ditolak.
H. Definisi konsepsional dan operasional.
1) Definisi konsepsional adalah pernyataan yang dapat mengartikan atau
memberikan makna suatu variabel yang hendak diteliti. Tujuan dari
perumusan definisi konsepsional adalah agar terdapat kesamaan persepsi
tentang suatu variabel antara peneliti dan pembaca proposal penelitian.
Rumusan variabel ini hendaknya yang telah umum di pakai dengan menunjuk
pada kamus, ensikopedi, atau penelitian-penelitian yang telah terdahulu.
Contoh, definisi konsepsional untuk variabel status sosial ekonomi adalah
suatu kedudukan yang diatur secara sosial menempatkan seseorang pada
posisi tertentu di dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini
disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan
oleh pembawa status.
2) Definisi operasional merupakan cara penulisan taktis agar konsep bisa
berhubungan dengan praktek, dengan kenyataan, atau dengan fakta, sesuai
dengan namanya, tulisan definisi ini menyatakan kesiapan untuk dioperasikan
( operasionalisasi ).
Contoh definisi operasional untuk variabel status sosial ekonomi di atas
adalah “ suatu kedudukan seseorang dalam struktur masyarakat yang dilihat
dari pendidikan, pekerjaan, dan penghasilannya “.
I. Metodologi.
Terdapat dua format metodologi, yang pertama format metodologi dengan
pendekatan penelitian kuantitatif yang kedua format metodologi dengan
pendekatan penelitian kualitatif.
1. Metodologi ( Kuantitatif )
a) Metode penelitian
Sasaran penelitian, menunjukan unit analisis atau responden yang
dipakai dalam pelaksanaan penelitian.
Lokasi penelitian, menunjukan tempat penelitian itu dilaksanakan.
Metode penelitian, menjelaskan metode yang akan digunakan dalam
penelitian bersangkutan.
Variabel yang akan diteliti, memuat uraian mengenai macam dan
jumlah variabel yang akan digunakan dalam penelitian tersebut.
Teknik pengambilan sampel, memuat cara atau metode pengambilan
sampel.
Metode pengumpulan data, menjelaskan bagaimana cara/metode data
dalam penelitian tersebut dikumpulkan.
Sumber data, menjelaskan dari mana data penelitian tersebut
diperoleh dan jenis data apa yang digunakan.
b) Metode analisis, memuat rumus-rumus, model-model analisis yang akan
digunakan dalam penelitian, cara pengujian hipotesis dan kriteria
penerimaan hipotesis.
2. Metodologi ( kualitatif )
a) Model penelitian.
Jelaskan model penelitian kualitatif yang akan diterapkan. secara garis
besar model penelitian kualitatif meliputi :
Etnografi, memusatkan pada kajian latar ( setting ) penelitian tunggal,
yaitu budaya atau konteks yang asing atau bukan konteks penelitinya.
Dalam perkembangannya muncul Etnometodologi, yaitu etnografi
yang diarahkan pada studi mengenal masyarakat yang juga bagian dari
masyarakat modern seperti yang dimiliki penelitinya.
Mikroetnografi, merupakan pendekatan etnografi tetapi sasarannya
sangat terbatas, misalnya pada konteks yang sangat kecil atau khusus.
Studi kasus, membatasi studi pada kekhususan konteks dengan
karakteristik dan keterbatasannya ( wilayah ).
Model ini terbagi dalam dua model utama dengan dua variasi. Dikenal
model studi kasus tunggal ( bilamana kasusnya hanya satu ) dan kasus
ganda ( bila kasusnya lebih dari satu ).
Kedua model kasus tersebut masih dibedakan lagi dalam dua variasi,
yaitu bentuk holistik dan pendekatan terpancang. Dengan demikian,
secara lengkap bisa dikatakan :
Kasus tunggal holistik dan kasus tunggal terpancang.
Kasus ganda holistik dan kasus ganda terpancang.
Perbedaan antara holistik dan terpancang.
Bilamana kita sudah menentukan variabel utama yang akan
menjadi fokus studi pada saat menyusun proposal maka studi
tersebut merupakan kasus terpancang.
Pada kasus holistik, fokus studi akan ditentukan setelah peneliti
menelusuri cukup lama di lapangan studi dan menemukan hal yang
sangat menarik dan dipandang sebagai sangat penting untuk
dijadikan fokus dalam laporannya.
Bentuk pendekatan kritik, yaitu studi yang mengungkap makna
sesuatu ( karya, peristiwa, atau kondisi sesuatu ), dengan
menggunakan pendekatan yang menggunakan struktur kritik seni.
b) Teknik pengumpulan data.
Jenis data :
Data kualitatif yang mampu mendeskripsikan suatu proses. Data
kuantitatif bisa dimanfaatkan bilamana memang diperlukan sebagai
dukungan deskripsi. Karena penelitian ini mementingkan proses dan
makna, maka rumusan pertanyaan, selain menanyakan mengenai apa,
juga cenderung mementingkan pertanyaan mengenai mengapa dan
bagaimana.
Rumusan mengenai beragam sumber data yang akan di manfaatkan
didalam penelitian yang meliputi : peristiwa, benda, orang
( informan ) dan tempat serta dokumen atau arsip.
Teknik pengumpulan data yang terpenting meliputi : observasi
berperan ( spradley, 1980 ), interview mendalam dan dilengkapi
dengan catatan dokumen ( conten analysis ).
Pengembangan validitas datanya biasanya menggunakan triangulasi
yang meliputi triangulasi sumber ( data ), peneliti, metode dan
teori ( patton, 1980 ). Disamping itu masih terdapat beberapa cara
lain guna meningkatkan validitas data. Antara lain, informant check.
Model analysis penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian
kuantitatif. Analysis biasanya dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data, atau dilakukan dilapangan. Model analysis yang
biasanya digunakan meliputi :
Analysis mengalir ( jalinan ), dimana tiga komponen analysis
(reduksi data, sajian data, dan penerikan kesimpulan) dilakukan
saling menjalin dalam proses pengimpulan data.
Analysis interaktif, reduksi dan sajian sementara dilakukan
bersamaan dengan proses pengumpulan data, dan bila
pengumpulan data sudah berakhir maka tiga komponen analysis
tersebut berinteraksi dengan proses pengumpulan data sebagai
proses siklus. ( Miles & Huberman, 1984 )
J. Daftar pustaka.
( Susunan daftar pustaka bisa dilihat tekniknya pada petunjuk tata tulis ).
K. Lampiran.
Berupa rancangan Kuesioner bila menggunakan metode survei ( kuantitatif ) atau
berupa rancangan daftar pertanyaan bila menggunakan pendekatan kualitatif sebagai
alat dalam interview mendalam.
Perbedaan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif menurut Suharsini Arikunto
Penelitian kuantitatif Penelitian kualitatif
1. Kejelasan unsur: tujuan, pendekatan, subjek
sumber data sudah mantap dan rinci sejak
awal.
2. Langkah penelitian: segala sesuatu
direncanakan sampai matang ketika
persiapan disusun.
3. Dapat menggunakan sampel dan hasil
penelitiannya diberlakukan untuk populasi.
4. Hipotesis: (jika memang perlu)
a. Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian
b. Hipotesis menentukan hasil yang
diramalkan (a priori)
5. Desain: dalam desain jelas langkah-langkah
penelitian dan hasil yang diharapkan.
1. Kejelasan unsur: subjek sampel, sumber
data tidak mantap dan rinci, masih
fleksibel, timbul dan berkembangnya
sambil jalan (emergent).
2. Langkah penelitian: baru diketahui
dengan mantap dan jelas setelah
penelitian selesai.
3. Tidak dapat menggunakan pendekatan
populasi dan sampel. Dengan kata lain,
dalam penelitian kualitatif tidak dikenal
istilah populasi dan sampel. Istilah yang
digunakan adalah setting. Hasil
penelitian hanya berlaku bagi setting
yang bersangkutan.
4. Hipotesis:
a. Tidak mengemukakan hipotesis
sebelumnya, tetapi dapat lahir selama
penelitian berlangsung (tentatif)
b. Hasil penelitian terbuka
5. Desain: desain penelitiannya adalah
fleksibel dengan langkah dan hasil yang
6. Pengumpulan data: kegiatan dalam
pengumpulan data memungkinkan untuk
diwakilkan.
7. Analisis data: dilakukan sesudah semua data
terkumpul
tidak dapat dippastikan sebelumnya.
6. Pengumpulan data: kegiatan
pengumpulan data selalu harus
dilakukan sendiri oleh peneliti
7. Analisis data: dilakukan bersamaan
dengan pengumpulan data.
Perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif menurut hamid potilima
Penelitian kualitatif Penelitian kuantitatif
1. Satuan-satuan individual tidak dipilah-pilah
dalam variabel-variabel
2. Tidak ada konsep sampel
3. Data dalam bentuk narasi atau angka
4. Analisis data dijadikan bukti untuk
mendukung kebenaran dari hipotesa yang
dibuat
5. Instrumen penelitian adalah diri sendiri
1. Satuan individu digolongkan ke dalam
variabel-variabel dengan ciri tertentu
sesuai kepentingan panalitian.
2. Karena besarnya populasi maka dalam
penelitian kuantitatif digunakan sampel
3. Data dalam bentuk angka
4. Analisis data dijadikan pembuktian yang
dapat digunakan untuk menerima atau
menolak hiipotesa yang dibuat
5. Instrumen penelitian adalah kuisioner
Perbedaan istilah dalam pengujian keabsahan data antara metode kualitatif dan kuantitatif
Aspek Metode kualitatif Metode kuantitatif
1. Nilai kebenaran
2. Penerapan
3. Konsistensi
4. Netralisasi
Validitas internal
Validitas eksternal / generalisasi
Reliabilitas
Objektivitas
Kreadibilitas (credibility)
Transferability/ keteralihan
Auditability dependability
Confirmability (dapat di
konfirmasi)
Hamidi menjelaskan setidaknya terdapat 12 perbedaan pendekatan kualitatif
dengan kualitatif seperti berikut ini:
1. Dari segi perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan pendekatan
etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan
terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan yang
berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh peneliti. Kemudian
variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari
indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban dan
skor-skornya.
Sebaliknya penelitian kualitaif lebih menggunakan persepektif emik.
Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para
informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan
informan.
2. Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari konsep
(variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih oleh peneliti kemudian dicari
datanya, melalui kuesioner untuk pengukuran variabel-variabelnya.
Di sisi lain penelitian kualitatif berangkat dari penggalian data berupa
pandangan responden dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian
para responden bersama peneliti meberi penafsiran sehingga menciptakan
konsep sebagai temuan. Secara sederhana penelitian kuantitatif berangkat dari
konsep, teori atau menguji (retest) teori, sedangkan kualitatif mengembangkan
,menciptakan, menemukan konsep atau teori.
3. Dari segi hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal,
yang berasal dari teori relevan yang telah dipilih, sedang penelitian kualitatif
bisa menggunakan hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada maka hipotesis
bisa ditemukan di tengah penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui
pengumpulan data yang lebih mendalam lagi.
4. Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan
penggunaan kuisioner, sedang penelitaian kualitatif mengutamakan
penggunaan wawancara dan observasi.
5. Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif
menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh, keeretan korelasi atau
asosiasi antar variabel, atau kadar satu variabel dengan cara pengukuran,
sedangkan penelitian kualitatif menanyakan atau ingin mengetahui tentang
makna (berupa konsep) yang ada di balik cerita detail para responden dan
latar sosial yang diteliti.
6. Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample) pendekatan
kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat representatif
(perwakilan) dan diperoleh dengan menggunakan rumus, persentase atau
tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan sebelum pengumpulan data.
Penelitian kualitatif jumlah respondennya diketahui ketika
pengumpulan data mengalami kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali dari
mewawancarai informan-awal atau informan-kunci dan berhenti sampai pada
responden yang kesekian sebagai sumber yang sudah tidak memberikan
informasi baru lagi. Maksudnya berhenti sampai pada informan yang kesekian
ketika informasinya sudah “tidak berkualitas lagi” melalui teknik bola salju
(snow-ball), sebab informasi yang diberikan sama atau tidak bervariasi lagi
dengan para informan sebelumnya. Jadi penelitian kualitatif jumlah responden
atau informannya didasarkan pada suatu proses pencapaian kualitas informasi.
7. Dari segi alur pikir penarikan kesimpulan penelitian kuantitatif berproses
secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep), kemudian
pengumpulan data dan menyimpulkan. Di sisi lain, penelitian kualitatif
berproses secara induktif, yakni prosesnya diawali dari upaya memperoleh
data yang detail (riwayat hidup responden, life story, life sycle, berkenaan
dengan topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan interpretasi,
kemudian dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau teori sebagai
temuan.
8. Dari bentuk sajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau tabel, sedang
penelitian kualitatif datanya disajikan dalam bentuk cerita detail sesuai bahasa
dan pandangan responden.
9. Dari segi definisi operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya,
sedangkan penelitian kualitatif tidak perlu menggunakan, karena tidak akan
mengukur variabel (definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah
variabel diukur). Jika penelitian kualitatif menggunakan definisi operasional,
berarti penelitian telah menggunakan perspektif etik bukan emik lagi. Dengan
menetapkan definisi operasional, berarti peneliti telah menetapkan jenis dan
jumlah indikator, yang berarti telah membatasi subjek penelitian
mengemukakan pendapat, pengalaman atau pandangan mereka.
10. Dari segi analisis data penelitian kuantitatif dilakukan di akhir pengumpulan
data dengan menggunakan perhitungan statistik, sedang penelitian kualitatif
analisis datanya dilakukan sejak awal turun ke lokasi melakukan
pengumpulan data, dengan cara “mengangsur atau menabung” informasi,
mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya sampai terakhir memberi
interpretasi.
11. Dari segi instrumen, penelitian kualitatif memiliki instrumen berupa peneliti
itu sendiri. Karena peneliti sebagai manusia dapat beradaptasi dengan para
responden dan aktivitas mereka. Yang demikian sangat diperlukan agar
responden sebagai sumber data menjadi lebih terbuka dalam memberikan
informasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif instrumennya adalah angket atau
kuesioner.
12. Dari segi kesimpulan, penelitian kualitatif interpretasi data oleh peneliti
melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian, sebab
merekalah yang yang lebih tepat untuk memberikan penjelasan terhadap data
atau informasi yang telah diungkapkan. Peneliti memberikan penjelasan
terhadap interpretasi yang dibuat, mengapa konsep tertentu dipilih. Bisa saja
konsep tersebut merupakan istilah atau kata yang sering digunakan oleh para
responden. Di sisi lain, penelitian kuantitatif “sepenuhnya” dilakukan oleh
peneliti, berdasarkan hasil perhitungan atau analisis statistik.
BAB III
KESIMPULAN
Kedua pendekatan penelitian kuantitatif maupun kualitatif tersebut masing-masing
mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pendekatan kualitatif banyak memakan
waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak baku, desainnya tidak
terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar dan pada
akhirnya hasil penelitian dapat terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti.
Pendekatan kuantitaif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variable-variabel
lain yang dapat berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun
tidak langsung. Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan
dalam proses penentuan sample, pengambilan data dan penentuan alat analisanya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Didik Kurniawan, Much Fuad Saifuddin, dkk. 2008. Penelitian Kualitatif.
Jurusan Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
2. Hamid potilima. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta
3. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si. Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif
dalam www.mudjiarahardjo.com. diakses 13 April 2011.
4. Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
5. Moleong, Lexy J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
6. Nawawi, Hadari. 2005. Penelitian Terapan. Jogjakarta: UGM Press
7. Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta
8. Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif-Naturalistik dalam Pendidikan. Jogjakarta:
Penerbit Usaha Keluarga
9. Sutrisno, Hadi. 2007. Metodologi Research. Jogjakarta: Penerbit Andi
DISKUSI
1. Organisasi data dalam Penelitian Kualitatif
Organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk:
o Memperoleh kualitas data yang baik,
o Mendokumentasikan analisis yang dilakukan,
o Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan penyelesaian
penelitian
Hal-hal penting untuk disimpan/diorganisir
o Data mentah (catatan lapangan, kaset hasil rekaman).
o Data yang sebagian sudah diproses (transkrip wawancara, catatan refleksi
peneliti).
o Data yang sudah diberi kode-kode spesifik.
o Penjabaran kode-kode dan kategori secara luas melalui skema.
o Memo dan draft untuk analisis data (refleksi konsepsual peneliti mengenai
arti konsepsual data).
o Catatan pencarian dan penemuan (search and retrieval records).
o Display data melalui skema atau jaringan informasi.
o Dokumentasi langkah-langkah kegiatan penelitian.
o Daftar indeks laporan
o Draft Laporan
Langkah-Langkah dalam koding:
o Pertama, peneliti menyusun transkrip kata demi kata atau catatan
lapangan, memberi kolom kosong di sisi kanan-kiri catatan,
memungkinkan dilakukan koding.
o Kedua, peneliti secara urut dan kontinu melakukan penomoran pada baris-
baris transkrip.
o Ketiga, peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan
kode tertentu. Gunakanlah kode yang sesuai dengan catatan penelitian
tersebut.
o Membaca transkrip untuk mengidentifikasi kemungkinan tema-tema yang
muncul. Tema ini dapat memodifikasi proses pengambilan data
berikutnya.
o Membaca transkrip berulang-ulang sebelum melakukan koding untuk
memperoleh ide umum tentang tema, sekaligus menghindari kesulitan
mengambil kesimpulan
o Selalu membawa buku catatan, komputer atau tape recorder untuk
mencatat pemikiran-pemikiran analitis yang muncul secara spontan.
o Membaca kembali data dan catatan analisis secara teratur, dan segera
menuliskan tambahan-tambahan pemikiran, pertanyaan- pertanyaan dan
ide tambahan begitu hal itu muncul.
2. Kepekaan Teoritis dalam menganalisis pada penelitan kuantitatif
Dalam melakukan analisis data dibutuhkan adanya kepekaan teoritis, karena
dalam analisis data peneliti sebenarnya sedang melakukan upaya pengembangan
teori.
Sumber Kepekaan Teoritis:
Literatur.
Kekayaan bahan bacaan tentang teori, penelitian, berbagai jenis dokumen
(laporan, biografi, koran, majalah).
Pengalaman Profesi.
Semakin banyak seorang peneliti melakukan penelitian dan terjun ke lapangan,
semakin baik baik memperoleh gambaran tentang bagaimana segala sesuatu
berlangsung, mengapa, dan bagaimana sesuatu akan terjadi pada kondisi tertentu.
Pengalaman Pribadi.
Mengalami langsung dan bersentuhan dengan masalah-masalah yang kita teliti
akan memperkaya kemampuan analisis kita, dibanding hanya membaca atau
mendengar dari orang lain.
Proses Analisis
Wawasan dan pemahaman tentang fenomena akan meningkat ketika penelitia
berinteraksi dengan data.
Manfaat Kepekaan Teoritis:
Memungkinkan peneliti keluar dari keterbatasan pemikiran
(baik karena keterbatasan pustaka atau pengalaman personal).
Membantu peneliti terhindari dari kecenderungan berpikir standar mengenai
gejala tertentu.
Merangsang proses induktif.
Menghindari kemungkinan perlakukan data yang kurang hatihati (sembarangan).
Memungkinkan klarifikasi dan upaya-upaya mengungkap fakta di balik asumsi-
asumsi
Membantu peneliti mendengar apa yang disampaikan subyek yang diteliti, dan
berbagai kemungkinan makna yang terkandung dalam jawaban-jawaban
responden.
Menghindarkan peneliti dari kecenderungan terlalu cepat mengambil kesimpulan
(merasa bahwa pertanyaan penelitian sudah terjawab).
Memaksa terus berkembangnya pertanyaan-pertanyaan serta kemungkinan
jawaban, yang memungkinkan pendalaman pemahaman terhadap data.
Memungkinkan dilakukannya eksplorasi dan klarifikasi terhadap dugaan-dugaan
dan kesimpulan-kesimpulan yang dikembangkan.