MENULIS USUL DAN LAPORAN eksata 2009-format word...
Transcript of MENULIS USUL DAN LAPORAN eksata 2009-format word...
1
MENULIS USUL DAN LAPORAN
PENELITIAN BIDANG ILMU EKSATA1
Oleh: Hamim Sudarsono
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1
Bandar Lampung 35145
PENGANTAR
Tugas utama setiap dosen perguruan tinggi di Indonesia tertuang di dalam tiga
dharma, yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga
dharma ini disebut Tri Dharma Perguruan Tinggi dan merupakan kewajiban utama
yang harus dipenuhi oleh setiap dosen perguruan tinggi. Idealnya, setiap dosen
mampu merancang dan melaksanakan ketiga dharma di atas secara bersinergi satu
sama lain agar fungsi tri dharma benar-benar dapat diwujudkan secara terpadu
sehingga ia dapat menengembangkan, menerapkan (mengabdikan), dan mengajarkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan baik. Kemampuan untuk
“mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni” inilah
yang membedakan antara dosen perguruan tinggi dan guru di tingkat sekolah dasar
hingga menengah yang tugas utamanya lebih dititikberatkan kepada dharma
pengajaran/pendidikan. Sesuai dengan tugas tiga dharma di atas, maka seorang dosen
dituntut tidak hanya menjadi pengajar/pendidik yang baik tetapi juga harus senantiasa
berupaya untuk menjadi seorang peneliti profesional dan sekaligus mampu
mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya dalam pengajaran dan program-program
pengabdian kepada masyarakat.
Salah satu keahlian dosen yang harus dikuasai untuk menjadi peneliti yang
baik adalah kemampuan dalam menyusun usul penelitian dan menuangkan proses dan
hasil-hasil penelitiannya dalam bentuk laporan penelitian maupun dalam bentuk
artikel/makalah ilmiah yang diterbitkan dalam sebuah jurnal/buletin ilmiah. Jika
seorang dosen/peneliti tidak menguasai teknik penulisan laporan/makalah ilmiah
dengan baik maka kegiatan penelitiannya tidak akan memperoleh apresiasi
sebagaimana mestinya. Dengan sendirinya, hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan
juga tidak akan dikenal luas di kalangan akademik karena kualitas makalah ilmiahnya
1 Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian, Lembaga Penelitian Unila, 13– 19 Desember
2009
2
tidak mampu merepresentasikan hasil-hasil kegiatannya secara baik. Oleh karena itu,
selain penguasaan terhadap substansi bidang kajian dan metodologi penelitian,
penguasaan teknik penulisan makalah ilmiah juga merupakan syarat penting untuk
menjadi seorang peneliti yang sukses.
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini membahas secara singkat
aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan dalam menulis makalah ilmiah. Sesuai
dengan silabus yang diberikan, beberapa bahasan dan contoh yang disajikan dalam
makalah ini menggunakan bidang kajian sains dan ilmu eksata meskipun secara
umum prinsip penulisan karya ilmiah tidaklah berbeda antara bidang sains-eksata dan
sosial-humaniora. Mengingat semua peserta pelatihan ini telah memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam bidang penulisan ilmiah, makalah
ini tidak membahas secara rinci komponen dan sistematika makalah ilmiah karena
bentuknya yang bervariasi mulai dari usul penelitian, laporan penelitian, monografi,
skripsi, tesis, disertasi, makalah jurnal, dan sebagainya. Makalah ini juga tidak
menyajikan “teknik penulisan makalah” ilmiah secara detail mengingat kemampuan
tersebut tidak mungkin dapat dicapai dalam waktu singkat. Pada akhir makalah
disajikan beberapa tips sederhana yang mungkin bermanfaat dalam mempercepat
proses pengolahan data, pengetikan dengan perangkat komputer, dan pengeditan
akhir.
SISTEMATIKA DAN PRINSIP UMUM ARTIKEL ILMIAH
Sistematika karya tulis yang paling umum digunakan di dalam artikel ilmiah
adalah sistematika IMRAD (Introduction, Methods, Results, and Discussion).
Sistematika ini telah dipakai sebagai format baku dalam artikel ilimiah sejak sekitar
100 tahun yang lalu. Sebelum para ilmuwan menganut sistematika IMRAD, jurnal-
jurnal ilmiah pada mulanya sebagian besar hanya bersifat deskriptif dan biasanya
dalam susunan kronologis sederhana. Gaya deskriptif ini mungkin memang yang
paling sesuai untuk kondisi dan jenis-jenis penelitian di masa lalu yang relatif
sederhana.
Memasuki paruh kedua abad 19, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat.
Perkembangan dunia penelitian dan ilmu pengetahuan semakin canggih sejak Robert
Koch dan Louis Pasteur berhasil mengembangkan metode pemurnian biakan mikroba
yang menyebabkan ilmu pengetahuan dan pelaporan ilmiah semakin mendapat
3
apresiasi. Dengan semakin rumitnya penelitian maka metodologi menjadi sangat
penting. Pasteur memerlukan pemaparan metodologi secara detail agar peneliti lain
mampu mengulangi percobaannya yang akhirnya mematahkan teori spontaneus
generation. Barangkali semenjak itulah prinsip reproducibility of experiment menjadi
dasar yang sangat penting dalam falsafah ilmu pengetahuan. Dengan prinsip ini
maka setiap peneliti akan mampu mengulangi percobaan yang telah dipublikasikan
oleh peneliti lain.
Sistematika IMRAD semakin banyak dianut oleh kalangan peneliti di berbagai
bidang ilmu sejak diperkenalkan dan dibakukan oleh American National Standards
Institute pada tahun 1972 dan 1979. Mungkin sistematika ini akhirnya diterima oleh
kalangan ilmuwan karena susunannya yang sangat logis. Meskipun pada mulanya
hanya banyak digunakan dalam laporan-laporan percobaan laboratorium biologi,
sistematika IMRAD diakui merupakan yang paling pas dan merupakan pilihan terbaik
bagi ilmuwan dalam menulis makalah mulai dari bidang kimia, biologi, arkeologi,
hingga bidang sosial-ekonomi-humaniora.
Selain bagian inti yang tercakup di dalam IMRAD, sebuah artikel ilmiah juga
harus dilengkapi dengan komponen-komponen lain sesuai dengan panduan dan
permintaan media publikasi. Secara umum, komponen lengkap artikel ilmiah
meliputi: judul, abstrak, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan,
kesimpulan, dan daftar pustaka (beberapa jurnal ilmiah mungkin menetapkan
sistematika yang agak berbeda). Secara garis besar, prinsip-prinsip umum
penyusunan IMRAD dan kelengkapannya adalah sbb:
JUDUL
Judul laporan/makalah ilmiah yang baik adalah yang menggunakan jumlah
kata sedikit tetapi mampu menjelaskan isi makalah. Akan tetapi harus diingat juga
bahwa judul yang terlalu singkat bisa berarti aspek yang terlalu umum atau kurang
spesifik. Sebagai contoh, judul “Pengaruh Antibiotik terhadap Bakteri” mungkin
telah memenuhi kriteria “singkat”. Judul ini tidak menjadi lebih baik apabila diubah,
misalnya, menjadi “Uji Pendahuluan terhadap Pengaruh Jenis-jenis Antibiotik
tertentu terhadap Berbagai Spesies Bakteri”. Judul “singkat” di atas bersifat terlalu
umum karena tidak mungkin seorang peneliti dapat melaksanakan sebuah penelitian
yang mempelajari pengaruh semua jenis antibiotik terhadap semua jenis bakteri.
Judul yang lebih dapat diterima mungkin adalah: “Pengaruh Streptomisin terhadap
4
Mycobacterium tuberculosis”. Namun demikian, judul ini akan menjadi lebih baik
dan lebih spesifik apabila dapat menggambarkan “pengaruh” apa sebenarnya yang
diteliti, misalnya: “Penghambatan Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis oleh
Streptomisin”.
Beberapa rambu penting yang perlu diperhatikan dalam membuat judul sebuah
laporan penelitian/makalah ilmiah:
� Ringkas: menggunakan jumlah kata sesedikit-sedikitnya
� Informatif: menggambarkan subjek laporan dengan jelas
� Akurat: menjelaskan isi laporan dengan tepat
� Spesifik: menjelaskan subjek laporan secara spesifik
� Hindari penggunaan singkatan, kecuali yang telah diterima sebagai nama
� Hindari penggunaan rumus, lambang, dan nama dagang (gunakan nama
umum)
� Gunakan bentuk pernyataan umum, dan tidak menggunakan kata kerja aktif
� Mudah dimengerti
� Mengandung kata kunci
ABSTRAK
Abstrak adalah ringkasan informasi dari suatu makalah ilmiah/laporan
penelitian yang ditulis dalam satu paragraf. Suatu abstrak yang baik berisi ringkasan
dari masing-masing komponen laporan penelitian: pendahuluan, bahan dan metode,
hasil, dan pembahasan (IMRAD). Abstrak tidak boleh berisi informasi yang tidak
tercantum di dalam makalah dan sedapat mungkin tidak mencantumkan referensi
(kecuali misalnya apabila ada modifikasi dari metode yang pernah dipublikasikan
sebelumnya). Karena jumlah kata dalam abstrak dibatasi (umumnya tidak boleh lebih
dari 250 kata), penulisan abstrak memerlukan keahlian tersendiri dan harus diedit
dengan seksama dan berulang-ulang agar bisa singkat tetapi tidak ada informasi
penting yang terlewat. Sangat disayangkan apabila abstrak ditulis oleh penulisnya
dalam kondisi terburu-buru sehingga kurang sempurna. Padahal, kemungkinan besar
pembaca tidak akan membaca makalah lengkapnya apabila tidak tertarik lagi dengan
asbstraknya!. Apabila ditulis dalam bahasa Inggris, sebagian besar atau semua bagian
dari asbtrak harus ditulis dalam bentuk past tense karena abstrak menyatakan
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan!. Salah satu contoh dari abstrak dalam
makalah bidang biologi adalah sbb:
5
Pada dasarnya, “abstrak” menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: (1)
Mengapa penelitian dilakukan? [latar belakang dan tujuan]; (2) Apa yang
dikerjakan dan bagaimana caranya? [metode]; (3) Apa yang diperoleh? [hasil]; dan
(4) Apa makna hasil yang diperoleh? [implikasi]. Dengan kata lain, ”abstrak” adalah
gambaran isi laporan penelitian secara ringkas, tepat, dan objektif, serta tanpa
penafsiran atau kritikan tambahan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis “abstrak”:
� Panjang abstrak (umumnya) tidak lebih dari 250 kata.
� Menjelaskan secara ringkas dan tepat latar belakang penelitian, tujuan, garis
besar metode, hasil utama termasuk temuan baru bila ada, dan kesimpulan
serta maknanya. Meskipun ringkas, informasi kualitatif dan kuantitatif dalam
laporan diupayakan untuk diungkapkan selengkap mungkin.
� Mengandung semua kata kunci dalam laporan.
� Hindari penggunaan singkatan, kecuali yang telah diterima sebagai nama
umum (misal DNA, pH).
� Hindari pengacuan pada tabel, gambar, pustaka, atau lampiran.
� Hindari penyampaian informasi atau kesimpulan yang tidak terdapat di dalam
laporan.
Toxicity of Five Insecticides Used to Control California Red Scale (Homoptera:
Diaspididae) Against Susceptible Red Scale Strains
G. P. WALKER, C. B. RICHARDS, W. G. JONES, AND D. C. G. AITKEN
Department of Entomology, University of California, Riverside, California 92521
J. Econ. Entomol. 84(1): 17-24 (1991)
ABSTRACT. Toxicities of carbaryl, malathion, parathion, methidathion, and chlorpyrifos
were tested against 1-d-old first instars of three strains of California red scale, Aonidiella
aurantii (Maskell). On the basis of their history, two of these strains were presumed to be
susceptible to insecticides. Probit lines for the third strain were slightly to the right of lines
for the susceptible strains for malathion, methidathion, and chlorpyrifos, but the shifts were
not large enough to suggest resistance. For all strains, chlorpyrifos was most toxic, closely
followed by methidathion. Carbaryl was least toxic, and the toxicities of parathion and
malathion were intermediate between those of carbaryl and methidathion. Use of different
spreader-stickers with the insecticides affected the concentration-mortality responses of
California red scale to some insecticides. Therefore, for comparative work, we suggest that
a single spreader-sticker should be used. Diagnostic concentrations for testing populations
of California red scale for resistance to each of these insecticides are recommended.
KEY WORDS: Insecta, Aonidiella aurantii, insecticide toxicity, insecticide resistance
6
PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang latar
belakang suatu penelitian/percobaan tanpa harus membaca publikasi terdahulu dari
topik yang sama. Pendahuluan juga harus memberikan rational atau kerangka
pemikiran penelitian. Yang paling utama, bagian pendahuluan harus menyertakan
secara singkat dan jelas tujuan dari penelitian yang dilakukan! Apabila ditulis dalam
bahasa Inggris, pendahuluan (introduction) menggunakan bentuk present tense karena
menyatakan permasalahan yang aktual dan pengetahuan yang telah ada pada saat awal
penelitian berlangsung.
Pendahuluan yang baik umumnya: (1) menyatakan pada bagian paling awal
dengan sangat jelas masalah yang diteliti serta cakupannya, (2) mengulas referensi
yang relevan untuk memberikan orientasi kepada pembaca, (3) menyatakan metode
penelitian yang dilaksanakan, (4) menyatakan hasil utama dan kesimpulan utama.
Secara umum bagian pendahuluan berisi komponen/sub-bab berikut:
• Latar belakang dan Masalah: (1) menjelaskan masalah penelitian dan
cakupannya; (2) alasan utama mengapa suatu penelitian perlu dilaksanakan
yang disertai dengan data pendukung yang meyakinkan; (3) apa manfaat dari
hasil penelitian yang diperoleh;
• Kerangka Pemikiran: menjelaskan landasan teori untuk sampai kepada hipotesis. Kerangka pemikiran harus sejalan dengan hipotesis serta jika
diperlukan menyajikan fakta atau data (hasil penelitian terdahulu), teori, serta
logika yang mendukung hipotesis.
• Hipotesis: menyatakan dugaan hasil-hasil penelitian yang diharapkan berdasarkan kerangka pemikiran. Ingat, bila hipotesis Anda tidak terbukti
berarti Anda telah salah berteori atau ada faktor-faktor fundamental yang
menyebabkan teori Anda tidak terbukti. Tidak selalu suatu usul penelitian
menyatakan secara eksplisit hipotesis yag ingin diuji, terutama pada penelitian
yang bersifat sigi (survey) dan peneliti tidak mampu membuat “ramalan” hasil
yang akan diperoleh. Penelitian yang bersifat percobaan, baik laboratorium
atau lapangan, umumnya menyatakan secara eksplisit hipotesis yang akan
diuji berdasarkan kerangka pemikiran yang ada.
• Tujuan Penelitian: kalimat yang secara khusus menyatakan tujuan dilaksanakan
penelitian yang sedapat mungkin relevan dengan hipotesis dan metode yang diajukan.
7
Kisi-kisi penting “Pendahuluan”:
• Memicu pembaca untuk terus membaca laporan setelah tertarik pada judul, abstrak, tabel, dan gambar.
• Menjawab pertanyaan berikut:
o Mengapa penelitian dilakukan? [latar belakang]
o Apa tujuan penelitian? [tujuan]
o Apa hipotesis atau manfaat penelitian? [hipotesis/manfaat]
• Memposisikan ruang lingkup penelitian dalam konteks permasalahan yang
lebih luas.
• Menjelaskan status atau kemajuan penelitian dalam bidang terkait sehingga
dapat menemukenali kesenjangan informasi atau pengetahuan yang terkait
dengan masalah yang diteliti.
• Merumuskan masalah penelitian yang ditunjang dengan data kuantitatif atau pustaka yang memadai (tidak meninggalkan pustaka penting terbaru dalam
bidang terkait).
• Menjelaskan tujuan penelitian yang terkait dengan judul penelitian dan perumusan masalah.
• Menjelaskan manfaat penelitian atau sumbangan penelitian bagi perkembangan iptek.
BAHAN DAN METODE
Pada bagian “pendahuluan” harus telah dinyatakan metode yang digunakan
(bila perlu dijelaskan pula mengapa metode itu dipilih). Selanjutnya metodologi ini
dinyatakan secara lebih detail dan rinci pada bagian “Bahan dan Metode”. Tujuan
utama dari “Bahan dan Metode” adalah untuk memerikan percobaan dan
pelaksanaannya agar peneliti lain yang bekerja pada disiplin yang sama dapat
mengulangi atau memverifikasi percobaan yang anda lakukan. Meskipun sebagian
pembaca mungkin tidak membaca bagian ini (mungkin karena sudah tahu dan tidak
mempunyai interest terhadap metodologinya), bagian “Bahan dan Metode” harus
ditulis secara seksama dan rinci karena di dalam kaidah metode ilmiah suatu
penelitian harus dapat dibuktikan ulang.
Suatu hasil penelitian akan diakui oleh komunitas ilmiah apabila telah
diujicoba peneliti lain dan memberikan hasil yang konsisten. Hal ini hanya akan
terjadi apabila “Bahan dan Metode” ditulis secara detail dan rinci. Seorang peer
reviewer yang baik dan berpengalaman akan selalu membaca bagian metodologi
dengan seksama. Jika ia meragukan bahwa percobaan Anda dapat diulang dan
diverifikasi maka ia akan merekomendasikan penolakan publikasi makalah Anda
8
meskipun Anda telah berhasil memperoleh dan menyajikan hasil secara sangat
mengesankan! Harus diingat bahwa sains tidak hanya mementingkan hasil tetapi juga
sangat mengutamakan proses karena bisa saja suatu hasil yang diperoleh hanyalah
bersifat kebetulan, bias, atau bahkan error!! Salah satu cara terbaik untuk
mengetahui apakah bagian “metode” anda sudah sempurna adalah dengan meminta
kolega yang satu disiplin ilmu membacanya dan tanyalah apakah dia sudah paham
dengan metode yang Anda tulis (Anda tidak perlu harus membuat pembaca dari
disiplin “ilmu politik” untuk memahami dengan baik prosedur penelitian mikrobiologi
atau fitopatologi!).
Pada intinya, bagian ”Bahan dan Metode” menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut: (1) Bahan-bahan (dan alat-alat) apa yang digunakan? [spesifikasi
bahan/alat]; dan (2) Bagaimana bahan-bahan itu digunakan? [metode]. Secara garis
besar, bagian “Bahan dan Metode” dari suatu laporan penelitian atau artikel ilimiah
berisi komponen-komponen berikut ini:
� Tempat dan Waktu Penelitian : menjelaskan lokasi dan waktu
penelitian. Jika diperlukan, wilayah geografi harus dijelaskan dengan tepat
(bila perlu ditunjukkan dengan peta atau menyebutkan letak lintang).
Waktu penelitian menjadi sangat penting jika percobaan yang dilakukan
menggunakan tanaman atau hewan yang proses biologinya sangat
dipengaruhi oleh musim.
� Bahan dan Alat: mencantumkan spesifikasi teknis, jumlah, dan sumber
atau cara memperoleh/menyiapkannya. Apabila berkaitan dengan bahan
kimia, kadang-kadang perlu dicantumkan daftar bahan aktif serta senyawa-
senyawa yang dikandungnya. Sedapat mungkin dihindari penggunaan
nama dagang (nama umum atau nama kimia lebih disukai!). Tidak perlu
membuat daftar bahan dan alat yang sudah dikenal sehari-hari. Bahan dan
alat yang belum umum dikenal perlu dijelaskan ciri-cirinya (spesifikasi)
dengan tepat. Bahan kimia disebut dengan nama umumnya (keterangan
nama dagang ditulis dalam tanda kurung pada waktu pertama kali disebut
di dalam teks). Contoh: karbofuran (Furadan 3 G, b.a. 3%)].
� Ciri-ciri hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme diuraikan dengan jelas:
nama spesies, asal, strain, kultivar/galur: eq. Padi (Oryza sativa
‘Cisadane’), Wereng coklat, Nilaparvata lugens (Stål) (Homoptera:
Delphacidae). Ciri-ciri hewan yang perlu dijelaskan antara lain umur dan
jenis kelamin, ciri genetika dan fisiologi, makanan yang digunakan, dan
kondisi pemeliharaan.
9
� Material berupa hewan, tanaman, dan mikroorganisme harus diidentifikasi
dan dicantumkan secara jelas, biasanya nama genus/spesies atau bahkan
strain. Spesifikasi khusus seperti jenis kelamin, umur, asal spesimen,
status genetik, dsb. juga merupakan informasi yang sangat penting.
� Daftar peralatan yang digunakan harus juga mencantumkan spesifikasi
teknis detail, misalnya model, nama pabrik pembuat, tahun pembuatan,
ukuran, kapasitas, dsb.
� Metode Penelitian: biasanya dideskripsikan dengan menggunakan kalimat
pasif dan mengikuti urutan kronologis meskipun kadang-kadang metode
yang berkaitan dideskripsikan secara bersamaan/komprehensif.
� Kemukakan pendekatan teori dari suatu percobaan (bila belum
dikemukakan pada bagian pendahuluan/kerangka pemikiran).
� Kemukakan alasan menggunakan metode tertentu bila ada banyak
pilihan metode.
� Metode diuraikan secara rinci langkah demi langkah sesuai urutan
pengerjaannya sehingga pembaca bisa mengikuti pekerjaan yang
dilakukan peneliti.
� Jika metode yang anda terapkan adalah metode baru maka anda
harus menjelaskannya dengan semua detailnya. Jika metode ini
sudah pernah digunakan oleh peneliti lain maka dapat dirujuk
metode tersebut agar pembaca bisa mempelajari secara lebih
lengkap.
� Metode yang pernah diterbitkan tidak perlu diuraikan secara rinci,
tetapi cukup dikemukakan prinsip metodenya dan pustaka
acuannya, kecuali ada modifikasi.
� Kode etik yang berlaku perlu diperhatikan bila dalam percobaan
digunakan manusia, hewan tingkat tinggi atau organisme hasil
rekayasa genetika.
� Semua besaran dalam satuan SI (système international d’unités).
� Peubah Pengamatan: jelaskan setiap peubah yang anda amati
secara jelas (misalnya kriteria apa yang akan diamati dan
bagiamana cara mengamatinya).
10
Contoh Penggalan dari Bahan dan Metode:
Analisis Data: menjelaskan metode pengolahan data, termasuk mencantumkan
program pengolah data yang akan digunakan, apakah akan dibuat kurva, sidik ragam,
pembandingan nilai tengah, dan sebagainya. Analisis data yang diterapkan harus
selalu relevan dengan tujuan dan hipotesis yang telah dituangkan pada bagian
pendahuluan. Secara umum, prinsip-prinsip penting dari analisis data adalah sbb:
� Metode analisis yang umum cukup disebut jenis dan pustaka sumbernya,
tidak perlu dijabarkan modelnya.
Contoh:
� Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan
empat perlakuan dan enam ulangan. [tidak perlu memaparkan model
RAL]. Macam perlakuan yang dicoba ialah ................. [disebutkan
macam perlakuannya). Data diolah dengan sidik ragam yang
dilanjutkan dengan uji selang berganda Duncan (Steel et al. 1998).
� Bila digunakan analisis statistika yang rumit dan dikembangkan sendiri,
penulis harus memaparkan landasannya dan menguraikan secara rinci.
� Bila digunakan program komputer, nama program, versi, prosedur dalam
program, dan pustakanya harus dituliskan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini dapat dikatakan sebagai bagian inti dari suatu makalah penelitian.
Terdapat dua cara dalam penyajian hasil dan pembahasan. Yang pertama, menyajikan
hasil dalam sub-bab yang terpisah dengan pembahasan. Dengan demikian seluruh
hasil percobaan, baik berupa tabel atau gambar dinarasikan pada satu sub-bab, tanpa
Scale Colonies. Three colonies of California red scale were maintained in the laboratory by the
method described by Tashiro (1966). Two of the colonies were presumed to be susceptible strains
because they had not been subjected to an insec- ticide application in many years (although they
probably have been exposed to field-weathered insecticide residues on fruit used to maintain the
colonies). One of these (Lab colony) was brought into laboratory culture at the University of Cali-
fornia, Riverside (UCR) in the 1920s before the development of modern insecticides. The other
colony (BC colony) was established in 1984 with red scale collected from the biological control
grove on the UCR campus, a grove that had never been treated with insecticides. The third colony
(Stauffer colony) was established in 1983 with California red scale collected from the Stauffer
Chemical Corporation experimental farm in Orangecove, Calif., an area of high insecticide
exposure where control failures with parathion had been reported. Great effort was taken to keep
the strains genetically isolated. However, because they were maintained on field-grown lemons
and because California red scale is ubiquitous in California, feral individuals were probably
introduced into the colonies on fruit. The main experiments were conducted from December 1985 through July 1987. Experiments with spreader-stickers were conducted from June 1988 through
June 1990.
11
dibahas. Cara ini umumnya ditempuh apabila penulis ingin membahasnya secara
menyeluruh/ komprehensif. Cara yang kedua adalah dengan menempatkan hasil dan
pembahasan dalam satu sub-bab atau bagian. Cara terakhir ini biasanya ditempuh
untuk mengurangi pengulangan apabila data percobaan mempunyai struktur yang
mirip atau apabila pengamatan dilakukan pada peubah yang sama pada beberapa jenis
objek atau pada kurun waktu yang berbeda.
Penyajian hasil sebaiknya tidak dilakukan dengan mengulangi bagian dari
metode. Bagian hasil harus singkat, jelas, dan tidak harus menyajikan semua data.
Penulis harus bisa memilih dengan baik data yang sangat penting dan menjadi inti dari
penemuannya. Data berlebihan yang kurang relevan hanya akan membingungkan
pembaca. Jika percobaan dilaksanakan dengan rancangan percobaan dan analisis
statistika maka penulis harus menyajikannya dan menerjemahkannya bukan dalam
“bahasa statistika” tetapi dalam “bahasa biologi”, “bahasa kimia”, “bahasa pertanian”,
dsb.
Secara umum, bagian ”hasil peneltian” hendaknya diupayakan memperhatikan
hal-hal berikut ini:
• Menjawab pertanyaan berikut: Apa yang ditemukan atau diamati?
• Menyajikan hasil menurut urutan yang logis (misalnya mengikuti urutan prosedur pada metode).
• Menyajika hasil penting (yang menjawab permasalahan yang diteliti)
ditonjolkan dengan menempatkannya pada bagian awal alinea.
• Menyertakan hasil dari kontrol (pembanding).
• Mengemukakan hasil sekunder setelah hasil penting.
• Mengemukakan pula hasil yang menyimpang dari hipotesis dan memberikan
penjelasannya.
• Menyajikan hanya data yang betul-betul terkait dengan permasalahan penelitian.
• Jika perlu, menyajikan data dalam bentuk tabel atau gambar, dan mengemukakan hasil utamanya yang dapat diungkapkan dari tabel atau
gambar tersebut (misal, hasil analisis).
• Dalam memaparkan hasil, menekankan pada bidang penelitiannya, bukan
segi statistikanya.
Contoh penulisan yang lebih menekankan segi statistikanya dan perlu
diperbaiki:
12
Populasi wereng daun Empoasca sp. pada varietas A (6,7 ± 0,9
ekor/tanaman) berbeda nyata dengan populasi pada varietas B (9,2 ±
1,5 ekor/tanaman).
Hasil di atas dapat ditulis secara lebih tajam:
Populasi wereng daun Empoasca sp. pada varietas A (6,7 ± 0,9
ekor/tanaman) lebih rendah daripada populasi pada varietas B (9,2 ± 1,5
ekor/tanaman).
• Tidak mengulang mengemukakan angka-angka yang telah disajikan pada tabel atau gambar.
• Tidak mengulang judul tabel atau judul gambar dalam teks.
• Tidak menggunakan judul tabel atau judul gambar sebagai kalimat pokok pada alinea.
• Di dalam menyajian hasil analisis statistika:
� Menyajikan data asli pada tabel, bukan hasil transformasi
� Menunjukkan keragaman pengukuran (SB: simpangan baku)
dan ketelitian pendugaan (GB: galat baku) serta jumlah contoh.
Contoh: x ± SB (n) dituliskan: 4,2 ± 0,5 (30)
Cara yang paling umum dalam menyajikan hasil percobaan agar lebih singkat
dan lebih mudah dipahami adalah dengan menggunakan tabel dan gambar. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan tabel hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
• Tabel sebaiknya hanya digunakan untuk data yang berulang. Data yang
bisa disajikan dengan narasi sebaiknya tidak disajikan dalam bentuk tabel.
• Jika harus menggunakan tabel, tidak semua data harus dimuat di dalam
tabel. Sebaiknya dipilih angka/data yang penting dan mempunyai makna
khusus di dalam percobaan. Setiap tabel yang dimuat memang benar-
benar diperlukan.
• Sedapat mungkin tabel disertai dengan keterangan yang jelas sehingga
pembaca tidak harus mencari-cari penjelasannya di dalam nas makalah.
• Judul tabel diusahakan ringkas tetapi mampu mewakili isi tabel.
• Tabel hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan
pembaca untuk mengikuti alur pemikiran peneliti.
13
Sebagai ilustrasi bagaimana memanfaatkan tabel dalam menyajikan hasil
penelitian, perhatikan beberapa contoh berikut:
Contoh Tabel 1. Kebutuhan oksigen beberapa spesies Streptomyces
Spesies Pertumbuhan Aerobik Pertumbuhan Anaerobik
Streptomyces griseus + -
Streptomyces coelicolor + -
Streptomyces nocolor - +
Streptomyces everycolor + -
Streptomyces grenicus - +
Streptomyces rainbowenski + -
Apakah isi tabel di atas telah sesuai dengan kaidah pemuatan tabel? Apakah
pemuatan tabel untuk data di atas tidak merupakan pemborosan (harus diingat bahwa
untuk penerbitan jurnal yang profesional, biaya pemuatan tabel lebih mahal daripada
nas)?. Jika diperhatikan dengan seksama, sebenarnya isi tabel di atas dapat
dinarasikan dengan satu kalimat saja, misalnya:
“Bakteri Streptomyces griseus, S. colicolor, S. cverycolor, dan S. rainbowenski tumbuh dalam kondisi aerobik, sedangkan S. nocolor dan S. greenicus tumbuh dalam kondisi anaerobik”.
Contoh Tabel 2a. Karakteristik Streptomyces penghasil antibiotik.
Peubah Spesies bakteri
S. flouricolor S. griseus S. colicolor S. nocolor
Suhu pertumbuhan
optimal (o C)
-10 24 28 92
Warna miselium Tan Abu-abu Merah Ungu
Antibiotik yang
dihasilkan
Fluoricillinmycin Streptomycin Rholmondelay Nomycin
Produksi antibitoik
(mg/ml) 4,108 78 2 0
14
Secara sepintas barangkali contoh Tabel 2a di atas tidak ada yang salah.
Semua informasi yang ingin ditampilkan telah tertera dengan jelas pada tabel. Akan
tetapi, apakah rancangan tabel di atas cukup baik? Kira-kira, apakah pembaca dapat
dengan mudah mengenali peubah (variabel) yang diamati oleh penyaji data?
Bandingkan jika informasi yang sama dimodifikasi sehingga seperti yang telihat pada
contoh Tabel 2b. Di sini pembaca akan lebih mudah untuk mengenali bahwa peubah
yang diamati adalah: suhu pertumbuhan optimal, warna miselium, jenis antibiotik
yang dihasilkan, serta jumlah produksi antibiotik yang dihasilkan. Contoh Tabel 2b
terasa lebih sistematis dan lebih komunikatif daripada Tabel 2a.
Contoh Tabel 2b. Karakteristik Streptomyces penghasil antibiotik.
Spesies
Mikroba
Suhu
pertumbuhan
optimal (o C)
Warna
Miselium
Jenis Antibiotik Produksi
Antibiotik
(mg/ml)
S. flouricolor -10 Tan Fluoricillinmycin 4,108
S. griseus 24 Abu-abu Streptomycin 78
S. colicolor 28 Merah Rholmondelay 2
S. nocolor 92 Ungu Nomycin 0
Bagian lain yang tidak kalah penting dari penyajian tabel di dalam makalah
ilmiah adalah penggunaan gambar yang baik dan tepat. Beberapa jenis gambar yang
umum digunakan di dalam makalah ilmiah antara lain grafik data, diagram (bagan),
foto, dan peta. Grafik data bisa berbentuk grafik dua-peubah, grafik tiga-peubah,
diagram batang (bar chart), diagram lingkar (pie chart), grafik segitiga (triangular
graph), dan grafik radar/sarang laba-laba (radar/spider web graph). Rincian yang
lebih detail dari jenis-jenis grafik dan gambar ini dapat dipelajari dari beberapa
software komputer (misalnya Microsoft Excel) atau dari buku-buku yang relevan.
Beberapa contoh gambar di dalam makalah ilmiah adalah sbb:
15
Gambar 1. Perkembangan mortalitas larva Crocidololomia pavonana akibat
perlakuan dengan ekstrak Dysoxylum acutangulum (grafik dua
peubah, gambar dari D. Prijono).
Gambar 2. Sebaran data hubungan antara tinggi dan bobot badan
(diagram pencar, gambar dari D. Prijono).
0
20
40
60
80
100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari setelah perlakuan
Mortalita
s (%
)
50 70
90 130
180 250
Konsentrasi (ppm)
50
57
64
71
78
85
160 164 168 172 176 180
Tinggi badan (cm)
Bobot badan (kg)
16
Gambar 3. Hubungan mortalitas larva C. pavonana dengan konsentrasi
D. acutangulum dan waktu pengamatan (grafik tiga peubah,
gambar dari D. Prijono).
Gambar 4. Pencaran dua spesies kutu daun pada tanaman kentang menurut
arah mata angin (grafik radar/sarang laba-laba, gambar dari oleh
D. Prijono).
50 70 90 130 180 250
1
4
7
1
0
20
40
60
80
100
Mortalitas (%)
Konsentrasi (ppm)
HSP
0
32
64
96
128
160
UT
TL
TM
TGBD
BR
BL Myzus persicae
Aphis gossypii
17
Gambar 5. Luas bercak embun madu yang dihasilkan tiga koloni wereng
coklat pada enam varietas padi (grafik batang, gambar dari
D. Prijono).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam merancang grafik antara lain:
� Gunakan arsiran atau lambang bergradien untuk mewakili variasi peubah dari
yang terbesar sampai terkecil
� Bila lebih dari 1 grafik, gunakan skala sumbu-x dan sumbu-y yang sama.
� Bila lebih dari 1 grafik, nama dan label sumbu hanya pada sumbu-x paling
bawah dan sumbu-y paling kiri.
� Bila memungkinkan, label langsung dicantumkan pada gambar, bukan pada
legenda terpisah
� Hindari arsiran halus
� Gunakan lambang gelap (� � � �) bukan tanda x atau +
� Pada diagram batang, gunakan balok putih atau arsiran, bukan balok hitam
untuk menghemat tinta
� Gunakan kombinasi huruf besar dan kecil untuk label gambar
� Label sumbu harus cukup besar agar tetap mudah dibaca setelah proses
pengecilan (reduksi)
� Bila memungkinkan tunjukkan ukuran keragaman data (SB, GB, dll.)
0
300
600
900
1200
1500
1800
Subang Karawang Cirebon
Lokasi
Luas b
erc
ak (
mm
2)
Pelita Cisadane
Ciliwung IR64
IR72 Sintanur
18
� Ukuran keragaman cukup ditunjukkan dengan satu garis pada satu sisi nilai
rata-rata
� Markah label jangan terlalu padat
Salah satu ciri penting dari makalah ilmiah di bidang eksata adalah
kesederhanaan dan kelugasan bahasa yang digunakan. Kesederhanaan dan
kelugasan merupakan kekuatan utama yang akan mempermudah pembaca untuk
memahami hasil percobaan ilmiah bidang eksata. Perhatikan contoh berikut ini!
“Hasil percobaan tentang pengaruh penggunaan pupuk urea terhadap
pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil percobaan terhadap
pengukuran tinggi batang memperlihatkan bahwa pupuk urea menyebabkan
pertumbuhan tanaman lebih tinggi”.
Dalam sebuah makalah ilmiah, kalimat di atas akan jauh lebih praktis dan lugas
apabila diringkas menjadi sebagai berikut:
“Pupuk urea menyebabkan pertumbuhan tanaman lebih tinggi (Tabel 3)”.
Bagian “pembahasan” merupakan penjelasan mengapa suatu hasil percobaan
diperoleh. Kekuatan pembahasan sangat ditentukan oleh referensi yang relevan serta
pengetahuan peneliti dalam substansi objek yang ditanganinya. Sangat disayangkan
bahwa banyak hasil penelitian yang bagus tidak diikuti dengan pembahasan yang
memadai karena kurangnya referensi yang dimiliki oleh si peneliti. Secara umum, inti
pembahasan yang baik meliputi:
• Menjawab pertanyaan: Apa makna temuan penelitian?
• Menguraikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam
pendahuluan dan menggunakan permasalahan penelitian tersebut untuk
mengawali pembahasan.
• Membahas hubungan antara hasil penelitian dan hipotesis yang dikemukakan.
• Mengemukakan hubungan antara temuan penelitian dengan pengetahuan yang
ada (membandingkan dengan pustaka).
• Menyajikan prinsip, hubungan, dan generalisasi yang ditunjukkan oleh hasil
(membahas, bukan mengulang-ulang/merekap hasil!!).
19
• Menunjukkan perkecualian dari hasil yang mungkin ada atau data yang
mungkin tidak berkorelasi. Pembahasan yang baik tidak menyembunyikan
perkecualian dari hasil !
• Menunjukkan bagaimana suatu hasil dan interpretasi peneliti sesuai atau
berbeda dengan hasil penelitian sejenis yang pernah dipublikasikan.
• Membahas implikasi teori berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh. Bila
memungkinkan membahas juga aspek aplikasinya!.
• Menyatakan kesimpulan sejelas-jelasnya!.
• Meringkas dan menyajikan bukti-bukti untuk setiap kesimpulan yang ditarik.
Kemukakan hasil-hasil baru dari penelitian Anda dan jelaskan mengapa hasil
itu penting tanpa melebih-lebihkannya.
• Tidak mengulang hasil atau tinjauan pustaka.
• Membahas keterbatasan dari metode atau asumsi yang digunakan.
• Menjelaskan hasil-hasil negatif atau yang menyimpang dari hipotesis dan
kemukakan alasannya.
• Membedakan antara fakta dan spekulasi (harus hati-hati dalam melakukan
generalisasi).
• Mengemukakan implikasi teoritis dari penelitian dan relevansi hasil penelitian
dengan keadaan atau perkembangan terkini dalam bidang terkait.
• Mengemukakan arah penelitian atau tindakan selanjutnya yang perlu
dilakukan.
KESIMPULAN
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan dari pembahasan adalah untuk
menunjukkan hubungan dari berbagai fakta yang ada. Apabila peneliti salah dalam
menunjukkan hubungan-hubungan tersebut maka akan menghasilkan kesimpulan
yang salah. Kesimpulan yang baik dari suatu makalah ilmiah harus selalu disertai
dengan ringkasan fakta/hasil percobaan dan juga merupakan jawaban dari
permasalahan yang dinyatakan dalam pendahuluan. Kesimpulan juga harus relevan
dengan permasalahan, tujuan percobaan, hipotesis, metodologi, dan pembahasan.
Secara praktis, cara termudah dalam menulis “kesimpulan” dari suatu artiel ilmiah
20
adalah dengan mengkopi dulu seluruh file “Hasil dan Pembahasan” dan kemudian
membuang atau memotong bagian-bagian yang tidak diperlukan. Dengan cara ini
maka akan dijamin bahwa penulis tidak akan membuat kalimat-kalimat kesimpulan
yang tidak pernah dimuat di dalam “Hasil dan Pembahasan”.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat ”Kesimpulan dan saran”
• Kemukakan kesimpulan dengan singkat dan tajam.
• Jangan mengulang hasil atau pembahasan.
• Kemukakan makna hasil penelitian.
• Bagian saran: penelitian atau tindakan lanjutan yang perlu dilakukan.
Cara Perujukan dan Penulisan Pustaka
Makalah ini tidak membahas cara merujuk, menyitir, dan menyusun daftar
pustaka mengingat sistem ini tidak selalu sama untuk setiap disiplin ilmu. Setiap
penulis harus mempelajari dan mengikuti panduan penulisan yang ada agar
makalahnya dapat diterima dan dipublikasikan.
Bahasa
Meskipun makalah ilmiah bukanlah karya sastra, penggunaan bahasa yang
benar dan baku merupakan suatu keharusan. Karya ilmiah yang baik tidak harus
kering dari bahasa yang indah. Perhatikan “bahasa lama” di bawah ini yang ternyata
sanggup memerikan deskripsi biologi dari suatu spesies dengan sangat baik:
Laetiporus mininiatus
…. Soepa Kasintoe. Djamoer ini moedah dikenal sebab warnanja terang dan bagoes sekali.
Toemboehnya banjak di tempat-tempat jang letaknja lebih tinggi dari 800m; djarang didapati dan di
tanah rendah hanja satoe kali sadja kelihatan. Selama moesim hoedjan djamoer ini banjak tumbuh di
atas pohon-pohon kajoe dan warnanja merah. Dari sebab itoe dinamakan boemipoetera ‘soepa
kasintoe’ sebab dari djaoeh kelihatan seperti kasintoe (jaitoe ajam hoetan merah) doedoek di atas pohon
kajoe. Djoega dinamakan kepada jamoer ini nama-nama jang lain seperti: soepa hondje atau jamoer
djantoeng, karena warnanja merah seperti kembang hondje dan djoega seperti djantoeng pisang..... (C.
van Overeem, 1925 dikutip dari Rivai, 1988).
…..batu-batu yang gundul, hutan-hutan yang terbongkar, dan batang batang kayu yang hitam tertunu
pada lereng-lereng gunung….. Golakan lahar dalam kawah yang lebar dan galak mengingatkanya pada
gambaran hawa nafsu manusia yang bila murka membinasakan dirinya dan hasil karyanya
sendiri…..(Frans Wilhelm Junghuhn, ahlifitogeografi topik Indonesia, dikutip dari Rivai, 1988)
21
BEBERAPA KIAT/TIPS YANG MUNGKIN BERMANFAAT
• Pada saat melaksanakan penelitian, anda harus mencatat semua detail kegiatan
penelitian anda. Never trust your memory!!. Catat tanggal berapa anda menanam
tanaman percobaan, catat apakah hari itu hujan, kapan anda melakukan aplikasi
perlakuan, dsb.
• Rancanglah tabel pengamatan sedetail mungkin sesuai rancangan percobaan
(sebelum pelaksanaan penelitian).
• Manfaatkan dan integrasikan seoptimal mungkin kapasitas dan fasilitas yang
tersedia pada softwares yang relevan yang terdapat di dalam komputer anda.
Dewasa ini, hampir semua peneliti/penulis memanfaatkan software “Office” yang
diciptakan oleh Microsoft Corporation sebagai piranti utama dalam mengolah data
dan mengetik. Yang mungkin belum disadari oleh sebagian besar dari kita adalah
bahwa pekerjaan pengolahan data dan pengetikan akan jauh lebih mudah apabila
kita mampu memanfaatkan fasilitas komprehensif/integratif yang terdapat pada
software Office dan sistem Windows-nya. Untuk menunjukkan manfaat ini, saya
akan mendemonstrasikan kemampuan integratif dari software Excel, Word, SAS,
dan Power Point.
• Cara menulis kesimpulan yang paling “aman” (tidak keluar dari “hasil dan
pembahasan”) adalah dengan mengkopi seluruh bagian “hasil dan pembahasan”
dan kemudian membuang sebagian besar bagian yang tidak diperlukan.
• Memeriksa dan mengetik “daftar pustaka” adalah bagian yang paling
menyebalkan dari proses penyusunan makalah ilmiah, terutama jika
pengerjaannya sudah menjelang tenggat waktu pengiriman laporan!!. Sementara
itu, kita akan dianggap sebagai peneliti yang ceroboh jika terdapat referensi yang
tertinggal tidak tercantum di dalam pustaka. Untuk mengatasi hal ini, saya
menyarankan Anda mengumpulkan seluruh referensi yang telah Anda kumpulkan
selama seumur hidup di dalam satu file komputer. Pada saat diperlukan, Anda
tinggal memanfaatan fasilitas “Find” yang terdapat pada piranti “Word” untuk
mencari pustaka yang diperlukan. Selanjutnya gunakan teknik “copy and paste”
untuk mengetiknya. Dan terakhir, gunakan fasilitas “Sort” dari piranti “Word”
untuk mengurut pustaka secara alfabetik.
22
• Trik membuat “Daftar Pustaka” yang lebih panjang. Seringkali salah satu kriteria
yang menentukan “kualitas” artikel ilmiah atau proposal penelitian adalah
“kuantitas” dan “kualitas” (relevan, up to date, pustaka primer, dsb.) pustaka.
Agar kuantitas atau jumlah pustaka terlihat lebih banyak, penulis dapat
mencantuman sumber rujukan untuk fakta-fakta yang relatif umum yang
sebenarnya bisa tanpa merujuknya.
Contoh:
Jenis-jenis Aglaia yang sifat insektisidanya telah diketahui antara lain A. edulis, A.
elaeagnoidea, A. elliptica, A. harmsiana, A. lawii, A. odorata, A. oligophylla, A.
perviridis, dan A. tomentosa (Mikolajczak et al. 1989; Satasook et al. 1994;
Kardinan, 1998; Kalshoven, 1981).
PENUTUP
Setelah sering menyelesaikan proses penyusunan makalah ilmiah, setiap
penulis mungkin mempunyai jawaban yang berbeda jika ditanyakan kepadanya,
“Bagian manakah yang tersulit dan terberat dari proses penulisan makalah ilmiah?”
Sebagian orang mungkin akan menganggap bahwa bagian “hasil dan pembahasan”
merupakan bagian terpenting dan tersulit dari sebuah makalah ilmiah, terutama yang
berbentuk laporan penelitian. Sebagian orang lagi mungkin akan merasa sangat sulit
dalam menulis “bahan dan metode” dari suatu usul penelitian. Pengalaman saya
ternyata menunjukkan bahwa bagian “pendahuluan” adalah bagian yang paling
banyak memerlukan konsentrasi dan sangat menguras kemampuan berpikir. Semakin
saya belajar dari orang yang lebih paham atau dari berbagai sumber bacaan saya
semakin menyadari betapa tingginya arti sebuah “pendahuluan” dalam suatu makalah
ilmiah.
Mengapa saya menganggap “pendahuluan” adalah bagian tersulit? Karena
“pendahuluan” berisi landasan dan alasan utama mengapa Anda menganggap bahwa
penelitian yang Anda rencanakan sangat penting untuk dilakukan dan sangat
bermanfaat dalam aspek pengembangan ilmu maupun dalam aspek terapan.
Sementara itu, bagian-bagian lain (metode, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan)
23
lebih saya anggap sebagai ketrampilan teknis. Semakin sering Anda melakukannya
maka Anda akan semakin mahir!
SUMBER RUJUKAN
Beveridge, W.I.B. 1957. The art of scientific investigation: an entirely fresh
approach to the intellectual adventure of scientific research. Vintage Books,
New York. 239 pp.
Day, R.A. 1979. How to write and publish a scientific paper. 3rd ed. Oryx Press,
Phoenix. 211 pp.
O’Connor M. 1991. Writing Successfully in Science. London: Chapman & Hall.
hlm 31-54.
Rivai, M. A. 1988. Memperindonesiakan biologi. Dalam, Adjat Sakri (ed), Ilmuwan
dan Bahasa Indonesia: Menyambut 60 Tahun Sumpah Pemuda. Penerbit ITB.
Bandung. 265 hlm.
Sanusi, A.E. 1993. Paragraf. Makalah disajikan pada Pelatihan Metodologi
Penelitian dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi Mahasiswa Unila, 28 Januari
1993 (tidak dipublikasikan).
Valiela I. 2001. Doing Science: Design, Analysis, and Communication of Scientific
Research. Oxford: Oxford Univ Pr. hlm 183-253.