Macam Asal - Usul

12
Tahun Ajaran 2012- 2013 Macam Asal - Usul Oleh : Wildan Sholeh R. XI BAHASA NO ABSEN : 25

Transcript of Macam Asal - Usul

Page 1: Macam Asal - Usul

Tahun Ajaran 2012-2013 Macam Asal -

UsulOleh : Wildan Sholeh R.

XI BAHASANO ABSEN : 25

Page 2: Macam Asal - Usul

Asal – Usul Huruf Jawa ..

Page 3: Macam Asal - Usul

Huruf Jawa atau aksara jawa adalah salah satupeninggalan bersejarah dari nenek moyang kita yang wajib kita jaga danpelajari, sebagai salah satu situs peninggalan sejarah huruf jawa jugamempunyai sejarah dilahirkannya huruf jawa di bawah ini adalah sejarah dan artihuruf aksara jawa yang dikisahkan oleh ajisaka silahkan baca :

Dikisahkan ada seorang pemuda tampan yangsakti mandraguna, yaitu Ajisaka. Ajisaka tinggal di pulau Majethi bersama duaorang punggawa (abdi) setianya yaitu Dora dan Sembada. Kedua abdi ini sama-samasetia dan sakti. Satu saat Ajisaka ingin pergi meninggalkan pulau Majethi. Diamenunjuk Dora untuk menemaninya mengembara. Sedangkan Sembada, disuruh tetaptinggal di pulau Majethi. Ajisaka menitipkan pusaka andalannya untuk dijagaoleh Sembada. Dia berpesan supaya jangan menyerahkan pusaka itu kepada siapapun, kecuali pada Ajisaka sendiri.

Lain kisah, di pulau Jawa ada sebuah kerajaanyang sangat makmur sejahtera yaitu kerajaan Medhangkamulan. Rakyatnya hidupsejahtera. Kerajaan Medhangkamulan dipimpin oleh seorang raja arif bijaksanabernama Dewatacengkar. Prabu Dewatacengkar sangat cinta terhadap rakyatnya.

Sejarah Singkat Lahirnya Huruf Jawa (ha, Na, Ca, Ra, Ka) [ www.Up2Det.com ]

Pada suatu hari ki juru masak kerajaanMedhangkamulan yang bertugas membuat makanan untuk prabu Dewatacengkarmengalami kecelakaan saat memasak. Salah satu jarinya terkena pisau hinggaputus dan masuk ke dalam masakannya tanpa dia ketahui. Disantaplah makanan ituoleh Dewatacengkar. Dia merasakan rasa yang enak pada masakan itu. Dia bertanyadaging apakah itu. Ki juru masak baru sadar bahwa dagingnya disantapDewatacengkar dan menjawab bahwa itu adalah daging manusia. Dewatacengkarketagihan dan berpesan supaya memasakkan hidangan daging manusia setiap hari.Dia meminta sang patih kerajaan supaya mengorbankan rakyatnya setiap hari untukdimakan.

Oleh karena terus menerus makan dagingmanusia, sifat Dewatacengkar berubah 180 derajat. Dia berubah menjadi raja yangkejam lagi bengis. Daging yang disantapnya sekarang adalah daging rakyatnya.Rakyatnya pun sekarang hidup dalam ketakutan. Tak satupun rakyat beranimelawannya, begitu juga sang patih kerajaan.

Page 4: Macam Asal - Usul

Saat itu juga Ajisaka dan Dora tiba dikerajaan Medhangkamulan. Mereka heran dengan keadaan yang sepi dan menyeramkan.Dari seorang rakyat, beliau mendapat cerita kalau raja Medhangkamulan gemarmakan daging manusia. Ajisaka menyusun siasat. Dia menemui sang patih untukdiserahkan kepada Dewatacengkar agar dijadikan santapan. Awalnya sang patihtidak setuju dan kasihan. Tetapi Ajisaka bersikeras dan akhirnya diizinkan.

Dewatacengkar keheranan karena ada seorangpemuda tampan dan bersih ingin menyerahkan diri. Ajisaka mengatakan bahwa diamau dijadikan santapan asalkan dia diberikan tanah seluas ikat kepalanya danyang mengukur tanah itu harus Dewatacengkar. Sang prabu menyetujuinya. Kemudianmulailah Dewatacengkar mengukur tanah. Saat digunakan untuk mengukur, tiba-tibaikat kepala Dewatacengkar meluas tak terhingga. Kain itu berubah menjadi kerasdan tebal seperti lempengan besi dan terus meluas sehingga mendorongDewatacengkar. Dewatacengkar terus terdorong hingga jurang pantai laut selatan.Dia terlempar ke laut dan seketika berubah menjadi seekor buaya putih. Ajisakakemudian dinobatkan menjadi raja Medhangkamulan.

Setelah penobatan, Ajisaka mengutus Dora pergike pulau Majethi untuk mengambil pusaka andalannya. Kemudian pergilah Dora kepulau Majethi. Sesampai di pulau Majethi, Dora menemui Sembada untuk mengambilpusaka. Sembada teringat akan pesan Ajisaka saat meninggalkan pulau Majethiuntuk tidak menyerahkan pusaka tersebut kepada siapa pun kecuali kepadaAjisaka. Dora yang juga berpegang teguh pada perintah Ajisaka untuk mengambilpusaka memaksa supaya pusaka itu diserahkan. Kedua abdi setia tersebut beradumulut bersikukuh pada pendapatnya masing-masing. Dan akhirnya mereka berduabertempur. Pada awalnya mereka berdua hati-hati dalam menyerang karenabertarung melawan temannya sendiri. Tetapi pada akhirnya benar-benar terjadipertumpahan darah. Sampai pada titik akhir yaitu kedua abdi tersebut tewasdalam pertarungan karena sama-sama sakti.

Berita tewasnya Dora dan Sembada terdengarsampai Ajisaka. Dia sangat menyesal atas kesalahannya yang membuat duapunggawanya meninggal dalam pertarungan. Dia mengenang kisah kedua punggawanyalewat deret aksara. Berikut tulisan dan arti dari cerita itu :

Page 5: Macam Asal - Usul

Ha Na Ca Ra Ka = ono wong loro ( ada dua orang)

Da Ta Sa Wa La = podho kerengan ( merekaberdua berantem / berkelahi )

Pa Dha Ja Ya Nya = podho joyone ( sama-samakuatnya )

Ma Ga Ba Tha Nga = mergo dadi bathang lorone (maka dari itu jadilah bangkai semuanya / mati dua-duanya karena sama kuatnya)

Page 6: Macam Asal - Usul

Tentang Sagu & Palem

Pohon Sagu & Palem merupakan jenis tanaman dataran rendah tropic yang banyak ditemukan tumbuh liat di kawasan hutan Dolo, Donggola, Sulawesi Tengah, asal – usul kedua jenis tanaman ini menurut kepercayaan masyarakat setempat, berasal dari tubuh manusia atau penjelmaan manusia. Hal ini dikisahkan dalam sebuah legenda yang hingga kini masih di percayai kebenarannya oleh masyarakat setempat. Bagaimana manusia dapat menjelma menjadi pohon sagu dan palem? Ikuti kisahnya dalam cerita ‘ Asal Usul Poohon sagu dan

Palem’ di link berikut http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2270/asal-usul-pohon-sagu-

dan-palem

Sagu adalah tepung atau olahannya yang diperoleh dari pemrosesan teras batang rumbia atau "pohon

sagu" (Metroxylon sago Rottb.). Tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan

tepung tapioka. Dalam resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti dengan

tepung tapioka sehingga namanya sering kali dipertukarkan, meskipun kedua tepung ini berbeda.

Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Maluku dan Papua yang tinggal di pesisir. Sagu

dimakan dalam bentuk papeda, semacam bubur, atau dalam bentuk-bentuk yang lain. Sagu sendiri dijual

sebagai tepung curah maupun yang dipadatkan dan dikemas dengan daun pisang. Selain itu, saat ini

sagu juga diolah menjadi mi dan mutiara.

Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki keunikan karena diproduksi di daerah rawa-rawa (habitat

alami rumbia). Kondisi ini memiliki keuntungan ekologis tersendiri, walaupun secara ekonomis kurang

menguntungkan (menyulitkan distribusi).

Page 7: Macam Asal - Usul

Goa Karang Bolong

Pantai Karang Bolong berlokasi sekira 50 km dari Kota Serang. Apabila Anda mengendarai mobil atau motor, pantai ini berada di sisi kanan Jalan Raya Anyer dengan jalur menuju Pantai Carita dari Jakarta. 

Awalnya pantai ini dikenal dengan nama Pantai Karang Suraga, nama yang diambil dari seorang yang berlilmu tinggi yang bertapa di pantai ini sampai akhir hayatnya, nama orang yang bertapa tersebut adalah Suryadilaga. Seiring perkembangannya, pantai ini berubah nama menjadi Pantai Karang Bolong karena memiliki tebing karang besar di pantai yang bentuknya berlubang di tengah. Satu ujung karangnya berada di tepi pantai sementara yang lain menghadap ke laut lepas. Ada yang berpendapat bahwa batu karang tersebut berlubang akibat dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Namun sebenarnya hingga saat ini akibat persisnya karang bolong ini belum diketahui secara pasti

Page 8: Macam Asal - Usul

Asal UsulKarangbolong merupakan suatu daerah yang terletak di pesisir pantai selatan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Di daerah yang sebagian tanahnya merupakan pegunungan kapur ini ada suatu tradisi yang berupa upacara ngunduh atau mengambil sarang burung walet yang banyak terdapat di goa-goa yang berada pada tebing sepanjang Pantai Karangbolong. Maksud dan tujuan penyelenggaraan upacara ngunduh sarang burung walet di Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen ini adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi keselamatan selama proses pengunduhan berlangsung. Selain itu, upacara ngunduh sarang burung walet juga bertujuan untuk meminta izin kepada Nyai Ratu Kidul sebagai penguasa laut selatan dan para penunggu atau yang mbaureksa goa, yaitu Kyai Bekel, Kyai Pangerengan, Kyai Sangkur, dan Mbok Lura Kenanga agar pelaksanaan pengunduhan berjalan dengan lancar. Bagi sebagian masyarakat Karangbolong, makhluk-makhluk gaib tersebut dianggap mempunyai kekuatan yang dapat mendatangkan bencana apabila “daerah kekuasaannya” diganggu tanpa meminta izin terbelih dahulu.

Sejak kapan upacara ngunduh sarang burung walet diadakan? Sampai kini belum ada yang mengetahuinya secara pasti. Namun, menurut cerita yang berkembang secara turun-temurun pada warga masyarakat Karangbolong, kisah dibalik adanya upacara ngunduh sarang burung walet tersebut berawal pada abad XVII ketika permaisuri Raja Mataram mengalami sakit yang tidak kunjung sembuh. Oleh karena segala obat dari tabib maupun dukun tidak ada yang berhasil menyembuhkannya, maka raja pun kemudian melakukan tapa brata untuk mencari petunjuk dari Yang Maha Kuasa agar dapat menolong isterinya. Dan, dalam semedinya itu raja mendapat wangsit bahwa obat yang dapat menyembuhkan permaisuri adalah jamur yang tumbuh pada batu karang di sekitar pantai laut selatan.

Setelah mendapat wangsit tersebut, lalu sang raja mengadakan musyawarah dengan para kerabatnya dan petinggi kerajaan. Dalam musyawarah tersebut akhirnya diputuskan untuk memanggil Adipati Bagelen (kini ikut wilayah Kabupaten Purworejo) menghadap ke istana. Setelah Adipati Bagelen menghadap, ia diperintahkan untuk mencari jamur yang tumbuh pada batu karang di sekitar pantai selatan. Adipati Bagelen pun berangkat menyusuri pantai laut selatan bersama dua orang abdinya yang bernama Ki Sanglur dan Ki Sanglar.

Page 9: Macam Asal - Usul