Asal Usul Kota Putussibau

24
PENDAHULUAN Putussibau adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia. Putussibau, yang sekaligus sebagai ibukota Kabupaten Kapuas Hulu, dapat ditempuh lewat transportasi Sungai Kapuas sejauh 846 km dan lewat jalan darat sejauh 814 km dari Pontianak, ibukota Kalimantan Barat. Kabupaten Kapuas Hulu adalah salah satu Daerah Tingkat II di propinsi Kalimantan Barat. Memiliki luas wilayah 29.842 km², dan berpenduduk 186.318 jiwa (2002). Kota ini terletak di hulu Sungai Kapuas yang memiliki panjang 1,143 kilometer, dan 56 persen dari luas wilayah kabupaten ini adalah kawasan konservasi dalam bentuk taman nasional dan hutan lindung. (Coordinates: 0°51'58"N 112°55'28"E) Kota Putussibau berdiri pada tanggal 1 Juni 1895, sewaktu pemerintah kolonial Hindia Belanda menempatkan seorang Controleur di wilayah Boven Kapuas bernama L.C. Westenemk (1895-1897) yang berkedudukan di Putussibau. Wilayah Boven Kapuas sendiri merupakan salah satu onderafdeeling dari Residen Sintang. Berdasarkan landasan historis, pemerintah Kabuaten Kapuas Hulu mengadakan Seminar yang membahas ”Hari Jadi Kota Putussibau” pada tanggal 14-15 Februari 2005 di Putussibau. Hasil seminar tersebut menjadi dasar keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kapuas 1

Transcript of Asal Usul Kota Putussibau

Page 1: Asal Usul Kota Putussibau

PENDAHULUAN

Putussibau adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat,

Indonesia. Putussibau, yang sekaligus sebagai ibukota Kabupaten Kapuas Hulu, dapat

ditempuh lewat transportasi Sungai Kapuas sejauh 846 km dan lewat jalan darat sejauh 814

km dari Pontianak, ibukota Kalimantan Barat. Kabupaten Kapuas Hulu adalah salah satu

Daerah Tingkat II di propinsi Kalimantan Barat. Memiliki luas wilayah 29.842 km², dan

berpenduduk 186.318 jiwa (2002).

Kota ini terletak di hulu Sungai Kapuas yang memiliki panjang 1,143 kilometer, dan

56 persen dari luas wilayah kabupaten ini adalah kawasan konservasi dalam bentuk taman

nasional dan hutan lindung. (Coordinates: 0°51'58"N 112°55'28"E)

Kota Putussibau berdiri pada tanggal 1 Juni 1895, sewaktu pemerintah kolonial

Hindia Belanda menempatkan seorang Controleur di wilayah Boven Kapuas bernama L.C.

Westenemk (1895-1897) yang berkedudukan di Putussibau. Wilayah Boven Kapuas sendiri

merupakan salah satu onderafdeeling dari Residen Sintang. Berdasarkan landasan historis,

pemerintah Kabuaten Kapuas Hulu mengadakan Seminar yang membahas ”Hari Jadi Kota

Putussibau” pada tanggal 14-15 Februari 2005 di Putussibau. Hasil seminar tersebut

menjadi dasar keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kapuas Hulu Nomor 3

Tahun 2006 Tentang Penetapan Hari Jadi Kota Putussibau.                               

Pada mulanya, penduduk yang mendiami Kota Putussibau adalah orang-orang

Dayak Kantu’ dan Dayak Taman. Masyarakat Dayak Kantu’ berasal dari daerah Sanggau

yang bermigrasi ke arah timur dan menetap di sebelah selatan Kota Putussibau, sedangkan

orang-orang Dayak Taman tinggal menyebar di Kota Putussibau. Orang-orang yang

beragama Islam di Kota Putussibau berasal dari suku Dayak Taman dan Dayak Kayan yang

memeluk agama Islam.  

1

Page 2: Asal Usul Kota Putussibau

ASAL USUL KOTA PUTUSSIBAU

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Putussibau

Putussibau pada masa sekarang merupakan Ibukota Kabupaten Kapuas Hulu yang

berada di wilayah propinsi Kalimantan Barat. Keberadaan Kota Putussibau tidak

terlepas dari adanya pemerintahan tradisional zaman dahulu hingga pemerintah modern

sesudah masuknya Bangsa Belanda dalam bentuk pemerintahan Koloni Belanda.

Putussibau sendiri merupakan satu nama daerah atau tempat di antara beberapa nama

daerah yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Di antara nama daerah di wilayah

Kabupaten Kapuas Hulu, selain Kota Putussibau yang sejak zaman dahulu adalah

Embaloh, Kalis, Suhaid, Selimbau, Silat, Bunut dan lain-lain. Nama-nama daerah itu

zaman dahulu adalah nama-nama kerajaan yang ada di wilayah Kapuas Hulu. Namun

sekarang daerah tersebut telah menyatu menjadi bagian yang integral dari NKRI,

khususnya sejak terbentuknya Pemerintahan Administratif pada tahun 1953 berdasarkan

UU Darurat No 3 Tahun 1953. Pada perkembangannya daerah-daerah tersebut menjadi

wilayah-wilayah kecamatan sebagai bagian dari Kabupaten Kapuas Hulu.

1. Asal Mula Kata Putussibau

Nama Putussibau menurut cerita rakyat yang berkembang di Kota

Putussibau berasal dari gabungan kata “putus” (memutus atau memotong) dan

‘Sibau” (nama sungai yang membelah kota Putussibau). Sungai Sibau dinamakan

demikia karena daerah di kiri kanan yang dilalui sungai Sibau banyak terdapat

pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan. Selain Sungai Sibau, Kota

Putusibau juga dialiri Sungai Kapuas yang merupaan sungai terpanjang di

Indonesia.

Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu sendiri dinamakan demikian karena di

kabupaten inilah yang menjadi hulu Sungai Kapuas. Sungai Kapuas yang melewati

Kota Putussibau telah memutus aliran Sungai Sibau yang membelah Kota

Putussibau sehingga dikatakan Putussibau. Menurut versi cerita rakyat lainnya,

bahwa munculnya nama Putussibau berasal dari kata “Sibau” yang merupakan jenis

2

Page 3: Asal Usul Kota Putussibau

pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan. Daun pohon ini dapat

digunakan sebagai bahan pewarna pada tikar. Diceritakan dahulu kala ada pohon

Sibau yang tumbuh besar ditepi sungai. Pohon Sibau tersebut tumbang menghalangi

aliran sungai, dan dari peristiwa itulah masyarakat menamakan daerah itu dengan

nama Putussibau.

2. Asal Mula Penduduk Putussibau

Pada mulanya penduduk yang mendiami Kota Putussibau adalah orang

Dayak Kantu’ dan Dayak Taman. Daya Kantu’ berasal dari daerah Sanggau yang

berimigrasi ke timur. Orang-orang Dayak Kantu’ tinggal di sebelah selatan Kota

Putussibau. Sedangkan orang Dayak Taman tinggal di daerah hilir di kampong

Teluk Barat. Setelah berimigrasi ke Putussibau, banyak dayak Taman yang

memeluk agama Islam. Selain dua suku tersebut, ada pula Suku Kayan yang

menetap di daerah Kedamin. Suku Kayan ini juga banyak yang memeluk Islam.

Sebelum kedatangan Bangsa Belanda, suku-suku Dayak ini membentuk

pemerintahan tradisional sendiri yang mengatur wilayahnya masing-masing. Pada

abad ke-19 Masehi mereka termasuk dalam wilayah Kerajaan Selimbau.

B. Masa Penjajahan

1. Kondisi Sosial Politik Zaman Belanda

Belanda datang pertama kali ke wilayah Kapuas Hulu di Kerajaan Selimbau

pada tahun 1847, dengan pemerintahan Abbas Surya Negara. Orang Belanda yang

dating ke kerajaan Selimbau tersebut adalah Asisten Residen Sintang bernama

Cettersia. Dia datang dengan maksud meminta izin kepada Raja Selimbau untuk

menebang kayu di daerah Kenerak. Kayu tersebut oleh Belanda untuk mendirikan

benteng di daerah Sintang. Permohonan tersebut dikabulkan oleh raja Selimbau

dengan perjanjiannya adalah bahwa seandainya jumlah kayu yang dibutuhan banyak

maka mereka diperbolehkan bekerja lebih lama di Kenerak.

3

Page 4: Asal Usul Kota Putussibau

Setelah perjanjian disetujui oleh kedua belah pihak, Cettersia kemudian

menyuruh tukang kayu Cina dan satu orang Melayu Bugis bernama Wak Cindarok.

Kayu-kayu hasil tebangan tersebut diangkut melalui sungai Kenera, Kendali, Raya,

Kenepai, Gebong, Rigi, Riau, Lemeda, Marsida, Kemelian, Subang, dan

Kemayung.Pada tanggal 15 November 1823 (11 Rabiul Awal 1239 H), pada masa

pemerintahan Pangeran Soema, pemerintahan koloni Hindia Belanda mengakui

kedaulatan Kerajaan Selimbau yang menguasai tanah negeri Silat. Kemudian

Kerajaan Selimbau mendirikan negeri baru yang diberi nama Nanga Bunut dan

mengangkat Abang Berita sebagai rajanya dengan gelar Raden Suta.

Sejak pangeran Muhammad Abbas Negara berkuasa, terjadi konflik antara Kerajaan

Selimbau dengan Kerajaan Sintang.

Pada tahun 1838 M, Kerajaan Sintang melakukan penyerangan terhadap

Kerajaan Selimbau. Kerajaan Sintang dipimpin oleh Pangeran Adipati Moh

Jamaluddin meyerang Kerajaan Selimbau pada tanggal 7 Ramadhan 1259 H.

Kerajaan Selimbau meminta bantuan kepada Kerajaan Pontianak yang dipimpin

oleh Sultan Syarif Usman bin Sultan Syarif Abdulrahman Al Kadri. Pemerintahan

Kolonial Hindia Belanda juga turut campur dalam peperangan itu karena pihak

Belanda mempunyai perjanjian dengan Kerajaan Pontianak dalam masalah

keamanan dan peperangan.

Selain berkonflik dengan Kerajaan Sintang, Kerajaan Selimbau juga sempat

berperang dengan Kerajaan Sekadau di daerah Sungai Ketungau. Pada tanggal 15

Desember 1847, Pangeran Muh Abbas Surya Negara mendapat pengakuan dari

pemerintah kolonia Hindia Belanda untuk memimpin tanah Kapuas Hulu yang

wilayahnya sampai ke hulu negeri Silat. Pada pemerintahan Pangeran Abbas inilah

Kerajaan Selimbau mengalami zaman keemasan dan mempunyai daerah kekuasaan

yang sangat luas sampai ke daerah Batang Aik Serawak Malaysia. Panembahan Haji

Muda Muh Saleh Pakunegara mendapat pengakuan kedaulatan oleh pemerintahan

colonial Belanda di Batavia sebagai penguasaKerajaan Selimbau. Ia diangkat

menjadi raja ke-23 pada tanggal 28 Februari 1882 M. panembahan H. Gusti Muh

Usman menjadi raja terakhir Kerajaan Selimbau yang ke 25, beliau dinobatkan oleh

pemerintahan Belanda pada tahun 1912 M. Pada masanya ini Kerajaan Selimbau

4

Page 5: Asal Usul Kota Putussibau

mengalami penderitaan karena harus membayar pajak tinggi. Beliau meninggal

tahun 1923 M.

Selama kedudukan Gusti Muhammad Usman, pemerintahan Belanda

melakukaan beberapa perjanjian:

1) Tanggal 15 November 1823 M dengan Pangeran Soama. Isi perjanjian adalah

pengakuan pemerintahan Belanda atas kedaulatan Kerajaan Selimbau yang

menguasai tanah negeri Kapuas Hulu dan negeri Silat.

2) Tanggal 5 Desember 1847 M, dengan Pangeran Muh Abbas Surya Negara. Isi

perjanjiannya adalah pengauan pemerintah Belanda atas kedaulatan Kerajaan

Selimbau di tanah Kapuas hulu yang kekuasaannya sampai ke Hulu Negeri

Silat.

3) Tanggal 27 Maret 1855 M, dengan Pangeran Muh Abbas Surya Negara. Isi

perjanjiannya adalah pengauan pemerintahan Belanda atas kedaulatan Kerjaan

Selimbau di Tanah Kapuas Hulu. Daerah yang telah ditaklukkan oleh Pangran

Muh Abbas meliputi: Dayak Batang Lumpur yang tinggal di Suriyang, Tangit,

Sumpak, Semenuk, dan Lanja.

4) Tanggal 28 Februari 1880 M, dengan Pangeran Haji Muda Agung Muh Saleh

Pakunegara

Pada masa pemerintahan Belanda (sekitar tahun 1936), Sintang merupakan

daerah landschop di bawah naungan pemerintahan Gouvernement. Daerah

Landschop ini terbagi menjadi 4 (empat) onderafdeling yang dipimpin oleh seorang

controleur atau gesagkekber, yaitu :

1. Onderafdeling Sintang, berkedudukan di Sintang;

2. Onderafdeling Melawi, berkedudukan di Nanga Pinoh;

3. Onderafdeling Semitau, berkedudukan di Semitau;

4. Onderafdeling Boeven Kapuas, berkedudukan di Putussibau.

Pemerintahan Landschop ini berakhir pada Tahun 1942 dan kemudian

tampuk pemerintahan diambil alih oleh Jepang.

5

Page 6: Asal Usul Kota Putussibau

2. Perlawanan Terhadap Bangsa Belanda

Perlawanan yang dilakukan oleh rayat Putussibau terhadap pemerintahan

Belanda di antaranya dilaukan oleh Djeranding Abdurrahman yang berasal dari

Suku Dayak Iban yang memeluk Islam. Pada masa mudanya Djeranding pernah

sekolah sampai kelas V SD. Melalui pendidian tersebut beliau mulai mengerti akan

kondisi bangsanya yang sedang di jajah Belanda.

Djeranding mulai terjun dalam pergerakan setelah bertemu dengan Gusti

Sulung Lelanang, bersamanya Djeranding terjun dalam organisasi Serikat Rakyat.

Dalam organisasi ini Djeranding mengadakan propaganda di kalangan Suku Dayak

dan membantu menerbitkan Surat Kabar Halilintar di Pontianak pada tahun 1925.

Djeranding kemudian dibuang oleh pemerintah Belanda ke Bevon Digul Papua

Barat pada tahun 1927 karena ativitasnya dianggap menentang pemerintahan

Belanda.

3. Kondisi Sosial Ekonomi Zaman Jepang

Pada masa pemerintahan Jepang ini, struktur pemerintahan yang berlaku

tidak mengalami perubahan hanya sebutan wilayah kepala pemerintahan yang

disesuaikan dengan bahasa negara yang memerintah ketika itu. Kepala Negara

disebut Kenkarikan (semacam Bupati sekarang) sedangkan wakilnya disebut

Bunkenkarikan dan di setiap kecamatan diangkat Gunco (Kepala Daerah).

Jepang masuk ke Kapuas Hulu pada tahun 1942 dengan membuka

pertambangan Batu Bara di bagian hulu Sungai Tebaung dan Sungai Mentebah.

Dengan mempeerjakan orang pribumi, dengan jam kerja 8 jam/hari. Pada masa

pendudukan Jepang di Kalimantan Barat antara tahun 1942-1945 wilayah Kapuas

Hulu dipimpin oleh; Abang Oesman (1942-1943), K. Kastuki (1943-1944), dan

Honggo (1944-1945)

4. Perlawanan Terhadap Bangsa Jepang

Pada masa Jepang berkuasa di Kalbar antara tahun 1942-1945, wilayah

Kapuas Hulu juga termasuk dikuasainya. Pada awalnya kedatangan Jepang

mendatangkan harapan akan membebasan rakyat dari penjajahan Belanda. Namun

6

Page 7: Asal Usul Kota Putussibau

kenyataannya Jepang malah tidak lebih baik dari Belanda. Banyak sumber daya

alam dan manusia dimanfaatkan oleh Jepang untuk kepentingan Jepang sendiri.

Rakyat Putussibau benar-benar dieksploitasi guna kepentingan bangsa Jepang

dengan tanpa diberi imbalan yang memadai. Melihat ketimpangan ini, maka banyak

rakyat yang melakukan perlawanan terhadap Jepang. Demi mempertahankan

kedudukannya di Kalbar khususnya Putussibau, Jepang melakukan penangkapan

dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap membahayakan kedudukan

Jepang.

C. Masa Kemerdekaan

1. Situasi Setelah Kemerdekaan

Setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pihak Belanda kepada pihak

Indonesia, kekuasaan pemerintahan Belanda yang disebut Afdeling Sintang diganti

dengan Kabupaten Sintang, Onderafdeling diganti dengan Kewedanan, Distric

diganti dengan Kecamatan. Demikian pula halnya dengan jabatan Residen diganti

dengan Bupati, Kepala Distric diganti dengan Camat.

Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus

1945, wilayah Kapuas Hulu dipimpin oleh: Abang A. Gani (1945-1947), A. V.

Dahler (1947-1949), Pd Abubakar Ariadiningrat (1949-1949), J.A. Schoohiem

(1949-1950), Oesman Yahya (1950-1951), dan A, Salam (1951-1951).Wilayah

Kapuas Hulu kemudian bergabung ke dalam Daerah Istimewa Kalimantan Barat

(DIKB) yang dipimpin oleh Sultan Hamid II.

2. Pembentukan Kabupaten Kapuas Hulu

Pada zaman Jepang seluruh daerah Kalimantan berada di bawah kekuasaan

Angkatan Laut Jepang Borneo Menseibu Coka yang berpusat di Banjar MAsin.

Sedangkan untuk Kalimantan Barat berstatus “Minseibu Syuu”. Berdasaran

keputusan gabungan kerajaan-kerajaan Borneo Barat pada tanggal 22 Oktober 1946

Nomor 20L, wilayah Kalimantan Barat terbagi ke dalam 12 Swapraja dan 3 Neo-

7

Page 8: Asal Usul Kota Putussibau

Swapraja: Swapraja Sambas, Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Matan,

Sukadana, Simpang, Sanggau, Sekadau, Tayan, dan Sintang. Sedangkan Neo

Swapraja : Meliau, Nanga Pinoh, dan Kapuas Hulu.

Presiden Kalimantan Barat melalui Surat Keputusan Nomor 161 tanggal 10

Mei 1948 membentuk suatu ikatan federasi dengan nama daerah Kalimantan Barat.

Untuk mendukung federasi ini, Belanda mengeluarkan Besluit Luitenant

Gouverneur Kenderal Nomor 8 tanggal 2 Maret 1948 yang isinya adalah pengakuan

status Kalimantan Barat sebagai daerah Istimewa dengan pemerintahan sendiri

beserta sebuah Dewan Kalimantan Barat.

Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), daerah Kalimantan berstatus

sebagai daerah bagian (bukan Negara Bagian) yang terdiri dari satuan-satuan

kenegaraan seperti Daya Besar, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Banjar.

Dengan adanya tuntutan rakyat, maka DIKB yang dipandang sebagai peninggalan

pemerintah Belanda, berdasarkan keputusan Dewan Kalimantan Barat tanggal 7

Mei 1950, dengan masing-masing No 235/R dan 235/R menyatakan bahwa baik

badan pemerintah harian DIKB maupun pejabat kepala pusat PIS yang diwakili oleh

seorang pejabat berpangkat presiden.

Pada masa kemerdekaan kemudian Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu

dibentuk berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang

Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1953

Nomor 9 Tambahan Lembaran Negara Nomor 352). Daerah Tingkat II Kabupaten

Kapuas Hulu terbentuk bersamaan dengan Daerah Tingkat II lainnya di Propinsi

Kalimantan Barat.

3. Jumlah Penduduk

Berdasarkan registrasi penduduk Kabupaten Kapuas Hulu diperoleh data

jumlah penduduk Kapuas Hulu tahun 2007 mencapai 216.918 jiwa dengan rincian

109.932 jiwa laki-laki dan 106.986 jiwa perempuan yang tersebar di 23 Kecamatan

dengan mata pencaharian sebagian besar adalah petani.

8

Page 9: Asal Usul Kota Putussibau

D. Potesi Wisata dan Peninggalan Sejarah Di Kota Putussibau

1. Potensi Wisata

Kabupaten Kapuas Hulu merupakan salah satu daerah tujuan wisata di

propinsi Kalimantan Barat. Sungai Kapuas yang masih terpelihara alamnya, budaya

dan kearifan tradisional masyarakat. Terdapat dua kawasan yang telah ditetapkan

sebagai kawasan Taman Nasional yaitu Betung Kerihu dan Danau Sentarum.

Potensi pariwisata di Kabupaten Kapuas Hulu selain ditunjang oleh bentang alam

yang indah juga ditunjang oleh keunikan budaya yang ada. Pemerintah Kabupaten

Kapuas Hulu melalui Dinas Pariwisata dan kebudayaan telah mengambil kebijakan

dengan membagi empat wilayah yaitu: bagian Timur Kapuas Hulu, Barat , Utara,

dan Selatan Kapuas Hulu.

Pembagian wilayah ini dimaksudkan untuk mempermudah pengembangan

program pariwisata berkenaan dengan kelompok-elompok atraksi yang ada,

sehingga pengembangannya dapat terkonsentrasi berdasarkan kelompok masing-

masing wilayah tersebut.

2. Peninggalan Sejarah

Di Kota Putussibau terdapat peninggalan sejarah yaitu berupa Situs

Neolitikum di Nanga Balang, Kecamatan Putussibau Selatan dan Rumah Mayat

(Kulambu) Semangok II yang terletak di Kecamatan Putussibau Utara. Kedua

peninggalan sejarah tersebut telah terdaftar sebagai benda cagar budaya.

9

Page 10: Asal Usul Kota Putussibau

KESIMPULAN

Kota Putussibau adalah salah satu nama daerah dan tempat diantara beberapa nama

daerah yang ada diwilayah kabupaten Kapuas Hulu. Kota ini terletak di hulu Sungai

Kapuas yang memiliki panjang 1,143 kilometer, dan 56 persen dari luas wilayah kabupaten

ini adalah kawasan konservasi dalam bentuk taman nasional dan hutan lindung.

(Coordinates: 0°51'58"N 112°55'28"E). Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu dinamakan

demikian karena di kabupaten inilah yang menjadi hulu Sungai Kapuas.

Sungai Kapuas yang melewati Kota Putussibau telah memutus aliran Sungai Sibau

yang membelah Kota Putussibau sehingga dikatakan Putussibau. Menurut versi cerita

rakyat lainnya, bahwa munculnya nama Putussibau berasal dari kata “Sibau” yang

merupakan jenis pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan. Diceritakan

dahulu kala ada pohon Sibau yang tumbuh besar ditepi sungai. menghalangi aliran sungai.

Kota Putussibau berdiri pada tanggal 1 Juni 1895, sewaktu pemerintah kolonial

Hindia Belanda menempatkan seorang Controleur di wilayah Boven Kapuas bernama L.C.

Westenemk (1895-1897) yang berkedudukan di Putussibau. Pada masa kemerdekaan

kemudian Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu dibentuk berdasarkan Undang-undang

Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan

(Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9 Tambahan Lembaran Negara Nomor 352).

Daerah Tingkat II Kabupaten Kapuas Hulu terbentuk bersamaan dengan Daerah Tingkat II

lainnya di Propinsi Kalimantan Barat.

Berdasarkan landasan historis, pemerintah Kabuaten Kapuas Hulu mengadakan

Seminar yang membahas ”Hari Jadi Kota Putussibau” pada tanggal 14-15 Februari 2005 di

Putussibau. Hasil seminar tersebut menjadi dasar keluarnya Peraturan Daerah (Perda)

Kabupaten Kapuas Hulu Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Penetapan Hari Jadi Kota

Putussibau.             

  Demikianlah makalah ini penulis persembahkan agar dapat memberikan manfaat

kepada sidang pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis agar dapat lebih

mengenali serta memahami asal-usul kota Putussibau.                

10

Page 11: Asal Usul Kota Putussibau

DAFTAR PUSTAKA

- Juniardi, Karel, S.S,2008. Sejarah Kota Putussibau. Pontianak : Penerbit BPSNT

Royani, 2011.Sejarah Kota Putussibau. STKIP-PGRI Pontianak

- http://ace-informasibudaya.blogspot.com/2011/04/kerajaan-selimbau.html

- http://laboratoriumsejarahstkippgripontianak.blogspot.com/2011/03/asal-usul-kota-

putussibau.html

- http://www.facebook.com/group.php?gid=83635829696

11

Page 12: Asal Usul Kota Putussibau

GLOSARIUM

Controleur = Wedana [pemimpin] bangsa Belanda yang mempimpin suatu

wilayah administratif yang disebut Onderafdeeling

Onderafdeeling = Suatu wilayah administratif yang diperintah oleh seorang

Controleur (wedana bangsa Belanda) di masa pemerintahan

kolonial Hindia Belanda. Sebuah onderafdeling terdiri atas

beberapa landschop (setingkat kecamatan)

Koloni Belanda = Daerah jajahan Belanda

Landschop = Suatu wilayah administratif (setingkat kecamatan) di masa

pemerintahan kolonial Hindia Belanda, yang biasanya

diperintah oleh seorang penguasa lokal pribumi setempat

yang telah ditaklukan (misalnya raja, uleebalang, arung).

Pemerintah Hindia Belanda umumnya membiarkan penguasa

lokal tersebut menjalankan pemerintahannya sendiri

(zelfbestuur) seperti sebelum ditaklukkan, namun

menjadikannya aparatur administrasi kolonial dan harus

melapor kepada Controleur dan Asisten Residen bangsa

Belanda atas tugas-tugas yang diperintahkan kepadanya.

Gouvernement = Pemerintahan / sistem pemerintahan

Gesagkekber = Sebutan lain Controleur

Boven Digul = Kabupaten Boven Digoel (bahasa Belanda: boven berarti

atas) adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua,

Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Tanah Merah.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten Boven

Digoel dahulu dikenal dengan sebutan Digul Atas dan

merupakan tempat pengasingan tokoh-tokoh pejuang

kemerdekaan Indonesia. Digul Atas terletak di tepi Sungai

Digul Hilir, Tanah Papua bagian selatan.

12

Page 13: Asal Usul Kota Putussibau

Kenkarikan = Kepala pemerintahan di jaman Jepang semacam Asisten

Resident atau bupati saat ini, sedangkan wakilnya disebut

Bunkekarikan

Gunco = Kepala pemerintahan di jaman Jepang untuk wilayah

setingkat kecamatan

Kewedanan = Adalah wilayah administrasi kepemerintahan yang berada di

bawah kabupaten dan di atas kecamatan yang berlaku di masa

Hindia-Belanda dan beberapa tahun setelah kemerdekaan

Indonesia yang dipakai di beberapa provinsi (misalnya Jawa

Barat dan Jawa Timur). Pemimpinnya disebut wedana. 

District = Distrik (District) atau kawedanan di jaman kolonial Hindia

Belanda merupakan pembagian administratif di bawah onder-

afdeeling. Di bawah distrik terdapat beberapa onder-district.

Minseibu Syuu = Merupakan daerah tingkat teratas yang mempunyai

pemerintahan sendiri sebagai suatu kesatuan dalam masa

pemerintahan militer Jepang

Swapraja = Daerah pemerintahan asli yang kedudukannya berdasarkan

atas hukum asli (masyarakat adat)

13

Page 14: Asal Usul Kota Putussibau

KATA PENGANTAR

Sebentar lagi tepatnya tanggal 1 Juni, Kota Putussibau yang kita banggakan ini akan

berulang tahun. Tidak dapat dapat di pungkiri banyak di antara kita yang belum mengetahui

asal usul kota Putussibau. Agar lebih mengenal dan mengetahui asal usul Kota Putussibau

maka penulis mencoba untuk membuat makalah yang berjudul “Asal Usul Kota

Putussibau” sebagai tugas dari mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diasuh oleh.......... .

Harapan penulis semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan sedikit

gambaran tentang asal usul Putussibau bagi sidang pembaca pada umumnya dan khususnya

bagi penulis sendiri

Tak lupa sebelumnya penulis ingin memohon maaf apabila terdapat kekurangan

ataupun kesalahan baik dari segi penulisan maupun keakuratan data. Kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini di kemudian hari

sehingga bisa menjadi bahan makalah yang lebih baik lagi.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Putussibau, 2011

Desy Afriani

14i

Page 15: Asal Usul Kota Putussibau

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

ASAL USUL KOTA PUTUSSIBAU...................................................................... 2

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Putussibau................................ 2

1. Asal Mula Kata Putussibau.................................................................. 2

2. Asal Mula Penduduk Putussibau......................................................... 3

B. Masa Penjajahan.......................................................................................... 3

1. Kondisi Sosial Politik Zaman Belanda................................................. 3

2. Perlawanan Terhadap Bangsa Belanda............................................... 6

3. Kondisi Sosial Ekonomi Zaman Jepang.............................................. 6

4. Perlawanan Terhadap Bangsa Jepang................................................ 6

C. Masa Kemerdekaan.................................................................................... 7

1. Situasi Setelah Kemerdekaan............................................................... 7

2. Pembentukan Kabupaten Kapuas Hulu.............................................. 7

3. Jumlah Penduduk................................................................................. 8

D. Potesi Wisata dan Peninggalan Sejarah Di Kota Putussibau.................. 9

1. Potensi Wisata........................................................................................ 9

2. Peninggalan Sejarah.............................................................................. 9

KESIMPULAN........................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 11

GLOSARIUM.......................................................................................................... 12

15ii

Page 16: Asal Usul Kota Putussibau

ASAL USUL KOTA PUTUSSIBAU

Disusun Oleh

Nama : Desi Afriani

Kelas : XB

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2

P U T U S S I B A U

2 0 1 1

16