Usul Penelitian

32
Bidang Ilmu ILMU PENDIDIKAN USUL PENELITIAN DOSEN MUDA PEMETAAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN BUTA AKSARA PADA MASYARAKAT TERMARJINAL DI KECAMATAN ENTIKONG KABUPATEN SANGGAU Oleh: AHMAD ARIF MA’SUM, M.Pd JAMALI, S.Sos

Transcript of Usul Penelitian

Page 1: Usul Penelitian

Bidang IlmuILMU PENDIDIKAN

USUL PENELITIANDOSEN MUDA

PEMETAAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN BUTA AKSARA PADA MASYARAKAT TERMARJINAL

DI KECAMATAN ENTIKONG KABUPATEN SANGGAU

Oleh:AHMAD ARIF MA’SUM, M.Pd

JAMALI, S.Sos

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP MELAWI-ENTIKONG2012

Page 2: Usul Penelitian

Halaman Pengesahan

1. Judul Penelitian : Pemetaan tingkat Pendidikan dan buta aksara pada masyarakat termarjinal di Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau.

2. Bidang Penelitian : Ilmu Pendidikan

3. Ketua Peneliti

1. Nama : Ahmad Arif Ma’sum, M.Pd2. N I D N/NIK : 3. Tempat / Tgl Lahir : Yogyakarta, 7 Oktober 19824. Agama : Islam5. Alamat Rumah : Jalan Temenggung Gergaji, Balai Karangan III 6. Telpon : 0812153166006. Pangkat/Golongan : -7. Jabatan Fungsional: Dosen

4. Jumlah Anggota Peneliti : 1 oranga. Nama Anggota I : Jamali,S.Sos

5. Lokasi Penelitian : Kecamatan Entikong6. Jumlah biaya yang diusulkan: Rp. 2.500.000.-

Entikong, 30 Juni 2012

Ketua Ketua Peneliti,

Lembaga Penelitian STKIP

Ahmad Arif Ma’sum, M.Pd -------------------- ------------------------------

Menyetujui,

Ketua STKIP Melawi

Dr. Clarry Sada, M.Pd

-----------------------------------

2

Page 3: Usul Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar dan usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan

latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Tingkat pendidikan

akan mempengaruhi kesejahteraan suatu masyarakat, dengan melihat

tingkat pendidikan maka akan dapat memprediksi pengembangan

pendidikan selanjutnya pada tataran tingkat yang lebih rendah agar

pemerataan pendidikan yang lebih baik dapat terlaksana. Kemampuan

membaca merupakan suatu sarana pembuka wawasan baik secara formal

maupun nonformal. Tingkat pendidikan dan buta aksara pada masyarakat

merupakan indikator kemajuan suatu daerah dalam rangka peningkatan

kesejahteraan. Hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian dengan

judul ” PEMETAAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN BUTA AKSARA

KECAMATAN ENTIKONG KABUPATEN SANGGAU”. Pendekatan

penelitian berbasis GIS didasari kepada penyampaian informasi yang

mudah di akses secara langsung mengenai ruang dan lokasi penyebaran

masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan dan buta aksara.

B. Identifikasi Masalah

Masalah keterbelakangan pendidikan dan buta aksara di

Kabupaten Sanggau di sebabkan oleh beberapa faktor masalah lain,

antara lain (1) masalah minim sarana dan prasarana pendidikan, (2)

Keterbatasan infrastuktur jalan, kendaraan, listrik dan lain-lain, (3) Letak

geografis lingkungan Sungai yang menyulitkan akses ke lingkungan

sekolah di perkotaan.

Untuk memudahkan pengembangan daerah Entikong dalam

meningkatkan kecerdasan dan pendidikan daerah yang memiliki masalah-

masalah serta keterbatasan seperti di atas, maka diperlukan

inventarisasi dan pemetaan tingkat pendidikan dan buta aksara, yang

3

Page 4: Usul Penelitian

sangat membantu para pengambil keputusan di daerah dalam rangka

mengembangkan pendidikan di kabupaten Sanggau khususnya di

Kecamatan Entikong .

Pentingnya penelitian ini dilakukan salah satunya disebabkan

karena pengambil kebijakan mengalami kesulitan dalam peningkatkan

mutu pendidikan di kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau disebabkan

minimnya data tingkat pendidikan dan buta aksara berdasarkan Letak

geografis dan posisi koordinat daerah tempat hunian penduduk. Oleh

karena itu, diperlukan data akurat berdasarkan zona wilayah kecamatan

dan desa. Dengan Sistim informasi geografis mengenai tingkat pendidikan

dan buta aksara, maka efektivitas pembangunan pendidikan di

Kecamatan Entikong dapat tercapai dengan mudah dan efisien.

C. Pendekatan dan Konsep Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei ke lapangan.

Penelitian yang menggunakan metode survei digolongkan ke dalam

pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Ronny Kountur (2005), penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kuantitatif, yaitu data

yang dapat diukur sehingga pengolahan dan pengujiannya menggunakan

perhitungan statistik.

D. Hipotesis dan Ruang Lingkup

Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah dengan

dilakukannya pemetaan tingkat pendidikan dan buta aksara berbasis

Letak Geografis, maka akan diperoleh zonasi tinggi rendah tingkat

pendidikan dan jumlah masyarakat buta aksara di desa-desa Kecamatan

Entikong.

Sementara itu, ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan

adalah:

1. Tingkat pendidikan yang di bagi berdasarkan status pendidikan

terakhir yang meliputi tamatan SD/sederajat, SLTP/sederajat,

4

Page 5: Usul Penelitian

SLTA/sederajat, Diploma 1, Diploma 2, Diploma 3, Sarjana S1,

Sarjana S2 dan Sarjana S3

2. Masyarakat buta aksara yang dibagi berdasarkan satuan rentangan

umur 10 – 20 tahun, 21 – 30 tahun, 31 – 40 tahun, 40 – 50 tahun, dan

> 50 tahun untuk melihat tingkat produktifitasnya.

3. Wilayah yang dipetakan berdasarkan satuan desa dari Kecamatan

Entikong.

E. Tujuan dan Kontribusi Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah :

1. Menginventarisasi tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan

Entikong

2. Menginventarisasi masyarakat yang buta aksara di Kecamatan

Entikong

3. Memetakan informasi tingkat pendidikan berdasarkan ruang (luas

kecamatan) di Kecamatan Entikong

4. Memetakan informasi tingkat buta aksara berdasarkan ruang (luas

kecamatan) di Kecamatan Entikong

Penelitian ini memiliki manfaat dan kegunaan, antara lain:

1. Sebagai pusat informasi data base tingkat pendidikan masyarakat

2. Sebagai pusat informasi data base tingkat masyarakat yang buta

aksara

3. Sebagai pusat informasi ruang penyebaran tingkat pendidikan

masyarakat

4. Sebagai pusat informasi ruang penyebaran tingkat masyarakat buta

aksara.

5

Page 6: Usul Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai dan kemampuan yang dikembangkan (UU RI No. 20 Tahun 2003

Bab I, Pasal I ayat 8), jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non

formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk

memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang

disebut pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk

jenjang pendidikan formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan

yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam keluarga dengan

sekolah

Pembangunan pendidikan di Provinsi Kalimantan Barat masih

dihadapkan pada persoalan akses dan mutu pendidikan. Permasalahan

yang terjadi pada pendidikan Provinsi Kalimantan Barat yaitu masih

tingginya angka putus sekolah (drop out) di semua jenjang pendidikan di

Provinsi Kalimantan Barat, kurangnya tenaga guru dan rendahnya tingkat

kesejahteraan guru, kurangnya sarana dan prasarana pendidikan di

Provinsi Kalimantan Barat dan anggaran pendidikan yang sangat kecil.

Dari keempat permasalahan tersebut sangat berpengaruh tehadap

kemajuan pendidikan di Provinsi Kalimantan Barat, salah satunya

renndahnya mutu pendidikan dan semakin banyaknya anak-anak yang

tidak mengenyam pendidikan.

Dari data statistik secara umum tingkat Pendidikan di Kalimantan

Barat yang mencapai jenjang pendidikan tinggi sekitar 8 %, tingkat

pendidikan Menengah dan Dasar rata-rata kurang dari 70 %, sehingga di

wilayah ini masih terdapat masyarakat yang buta aksara lebih dari 10 %.

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat berkenaan dengan luas

6

Page 7: Usul Penelitian

wilayah di tiap dusun dan desa diperlukan penelitian yang lebih seksama

yang mencerminkan posisi dusun dan Desa serta jumlah tingkatan

pendidikan penduduk diperlukan pendataan yang berbasis Letak

Geografis. Maka tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan daerah

dengan efektif dapat segera diselesaikan.

B. Buta Aksara

Melek aksara (juga disebut dengan melek huruf) adalah

kemampuan membaca dan menulis. Lawan katanya adalah buta huruf

dimana ketidak mampuan membaca ini masih menjadi masalah terutama

di negara-negara Asia selatan, arab, dan Afrika utara (40% sampai 50%).

Asia timur dan Amerika selatan memiliki tingkat buta huruf sekitar 10%

sampai 15%. Biasanya, tingkat melek aksara dihitung dari persentase

populasi dewasa yang bisa menulis dan membaca.

Melek aksara juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah

bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk

tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan moderen kata ini lalu

diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat

yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa

seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu

baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.

Sementara itu, organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan

Kebudayaan (UNESCO) memiliki definisi sebagai berikut: Melek aksara

adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan,

membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks yang

terdapat pada bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan

berbagai situasi.

Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan

pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut

dapat mencapai tujuannya, dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana

7

Page 8: Usul Penelitian

seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan

berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Banyak analis

kebijakan menganggap angka melek aksara adalah tolak ukur penting

dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia di suatu

daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran yang berdalih bahwa melatih

orang yang mampu baca-tulis jauh lebih murah daripada melatih orang

yang buta aksara, dan umumnya orang-orang yang mampu baca-tulis

memiliki status sosial ekonomi, kesehatan, dan prospek meraih peluang

kerja yang lebih baik. Argumentasi para analis kebijakan ini juga

menganggap kemampuan baca-tulis juga berarti peningkatan peluang

kerja dan akses yang lebih luas pada pendidikan yang lebih tinggi

(Anonim, 2007).

C. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis merupakan suatu teknologi baru yang

pada saat ini menjadi alat bantu (tools) yang sangat esensial dalam

menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali

kondisi-kondisi alam dengan bantuan atribut dan spasial (Prahasta, 2001).

Bakosurtanal (2004), menjabarkan SIG sebagai komponen yang

terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi

dan personil yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki,

memanipulasi semua bentuk informasi. Namun dalam defenisi yang lebih

sederhana dikatakan bahwa SIG adalah sistem komputer yang mampu

menangani dan menggunakan data yang menjelaskan tempat pada muka

bumi.

Sistem Informasi Geografis kadangkala dianggap sama dengan

system informasi lainnya seperti Computer Aided Deseign (CAD).

Komputer kartografi pengelolahan basisdata (database management) dan

penginderaan jarak jauh. Lebih dari itu SIG memiliki kelebihan

dibandingkan dengan sistem lainnya. CAD adalah sistem komputer

berbasis grafik dengan kemampuan analisis terbatas dan kecil sekali

8

Page 9: Usul Penelitian

kemampuannya berhubungan dengan basis data sedangkan kartografi

juga memanfaatkan informasi digital (peta), tetapi karena struktur data

yang digunakannya sederhana sehingga tidak dapat menyajikan informasi

kontur permukaan bumi, sistem tersebut lebih mengutamakan tampilan

peta dibandingkan penggunaan untuk analisis informasi spasial, sistem

management basisdata memiliki keterbatasan dalam pengelolaan analisis

spasial tetapi berfungsi sebagai tempat menyimpan dan mengambil data

atribut non grafis. Sistem pengelolahan basis data digunakan pada sub

sebagai input atribut data (Dahuri, 1996).

Secara spesifik data digital SIG dinamakan data spasial, artinya

data tersebut mempunyai georeferensi atau rujukan lokasi. Rujukan lokasi

dimaksud dapat berupa sistem baku (koordinat, bidang rujukan dan

proyeksi) atau sistem lokal (dermaga, kantor kelurahan dan sebagainya).

Namun penerapannya banyak dilaksanakan pada data bentang darat

sedangkan pada bentang marine masih relatif terbatas. Sifat dinamika dan

multi dimensi dari bentang marine merupakan faktor pembatas bagi

pengguna SIG dalam proses evaluasi (Sunarto, 1997 dalam Faizal, 2003).

Keunggulan SIG dalam perencanaan dan pengelolahan

sumberdaya secara umum diakui dan secara luas telah direkomendasikan

dan aplikasi yang dikembangkan di berbagai Negara untuk tipe-tipe

sumberdaya yang berbeda, seperti daerah konservasi, pengelolahan

hutan (Phens, 1993 dalam Mauliddin, 2000). Secara umum keunggulan

tersebut antara lain:

Kemampuan untuk mengintegrasikan data dari berbagai tipe (grafik,

atribut, dan analisis) dari berbagai sumber.

Besarnya kapasitas peningkatan dan perubahan data antar berbagai

disiplin ilmu dan departemen terkait.

Kemampuan untuk membuat model, menguji dan membandingkan

skenario-skenario alternatif sebelum strategi diusulkan.

Memiliki fasilitas yang efesien untuk memperbaharui data, khususnya

grafik.

9

Page 10: Usul Penelitian

Kemampuan untuk mengolah dan menyimpan data dalam jumlah

besar.

D. Masyarakat Marjinal

Masyarakat marjinal dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa

saat ini masih banyak yang terlantar atau belum mendapat perhatian.

Kurangnya kesadaran orang-orang untuk memperhatikan masyarakat

marginal menjadi penghalang terealisasinya program pembelajaran untuk

masyarakat marginal. Oleh karena itu, kita harus memberikan perhatian

kepada mereka, agar masyarakat marginal memperoleh pembelajaran

untuk memperbaiki keadaan mereka

E. Masyarakat Kecamatan Entikong (Profil Kec. Entikong)

Kecamatan Entikong merupakan salah satu dari 15 kecamatan di

Kabupaten Sanggau dan terletak pada bagian terdepan dari Kabupaten Sanggau

yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Serawak Malaysia Timur,

Kecamatan Entikong termasuk wilayah yang berbatasan langsung dengan

Negara Malaysia Bagian Timur, terletak pada koordinat 1,130 Lintang Utara

hingga 0,370 Lintang Selatan dan 1040 sampai 111,190 Bujur Timur.

Secara definitif Kecamatan Entikong berdiri berdasarkan Peraturan

Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 1996 dan diresmikan pada tanggal 6 Januari

1997 oleh Gubernur Kalimantan Barat, yang sebelumnya Entikong merupakan

bagian dari wilayah Kecamatan Sekayam dengan sebutan Perwakilan

Kecamatan Sekayam

10

Page 11: Usul Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Sasaran Penelitian

Adapun sararan penelitian yang dilakukan adalah jumlah

keseluruhan masyarakat yang ada di Kecamatan Entikong yang dibagi per

satuan desa berdasarkan tingkat pendidikan dan masyarakat buta aksara.

B. Model Kerangka Pikir Penelitian

MASYARAKAT KECAMATAN ENTIKONG

TINGKAT PENDIDIKAN

BUTA AKSARA

INVENTARISASI POTENSI

PENDIDIKAN

ESTIMASI LAHAN/RUANGKECAMATAN ENTIKONG

PEMETAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT (SPASIAL)

11

Page 12: Usul Penelitian

Pengumpulan LiteraturData SekunderObservasi

RBI ENTIKONGPETA TEMATIK

Ploting Area Kec. Entikong

Pengambilan data Primer di Lapangan

APLIKASI SIG

Inventarisasi Tingkat Pendidikan

dan Buta Aksara

DIGITASI DAN PENGINPUTAN DATA

PEMBUATAN LAYOUT

ALBUM PETA”TINGKAT PENDIDIKAN DAN BUTA AKSARA”

Referensi

C. Rancangan Alur Penelitian

12

Page 13: Usul Penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kegiatan Inventarisasi Dan Pemetaan

Tingkat Pendidikan Dan Buta Aksara Berbasis Sistem Informasi Geografis

(GIS) Pada Masyarakat Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau ini

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Pengumpulan data primer, dilakukan dengan observasi langsung

ke setiap kampung/desa di seluruh wilayah Kecamatan Entikong

b. Pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan observasi ke setiap

dinas/instansi terkait.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara

langsung dengan kepala/aparat desa (kampung), kepala/aparat sekolah,

dan dengan pegawai terkait di dinas-dinas/instansi yang kompeten

dengan bidang pendidikan.

Kelebihan teknik wawancara, adalah bahwa petugas pendata

sekaligus memposisikan diri sebagai saksi mata tentang keadaan

desa/kampung. Dengan demikian akan mempertinggi kualitas datanya.

Untuk memperoleh data selengkapnya, sesuai dengan kebutuhan,

maka perlu menggunakan teknik survey tertentu. Adapun teknik yang

digunakan adalah :

Survey data sekunder

Survey data primer:

Observasi lapangan

Wawancara

Pengukuran

Adapun rincian masing-masing kegiatan diuraikan sebagai berikut:

Survey Data Sekunder

Data sekunder dapat diperoleh di instansi/lembaga/badan baik

pemerintah maupun swasta. Untuk memperoleh data tersebut,

dilakukan dengan menggunakan formulir-formulir yang perlu

diisi oleh pegawai yang berwenang di instansi tersebut dan

13

Page 14: Usul Penelitian

meminta /memfotocopy beberapa laporan/buku/peta yang

berkaitan dengan survey.

Data yang diperoleh dari instansi, diharapkan tidak sama

antara instansi yang satu dengan instansi yang lain, hal ini

disesuaikan dengan kegiatan dan wewenang instansi yang

bersangkutan.

Survey Data Primer

Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data /

pengamatan secara langsung di lapangan. Data yang

dikumpul meliputi penggunaan ruang dan jarak akses menuju

sarana prasarana pendidikan. Pengambilan data ini hanya

dilakukan apabila tidak diperoleh data sekunder.

Wawancara

Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

mengenai jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang ada

di masing-masing desa/kampung.

Wawancara dilakukan dengan berdialog langsung dengan

para responden. Responden yang dimaksud disini adalah

mereka yang kompeten dengan pendidikan, dan mengetahui

dengan pasti keberadaan sarana dan prasarana pendidikan

yang ada di masing-masing desa/kampung.

Pengukuran

Dari data hasil pengukuran di lapangan, selanjutnya akan

dihitung koordinat dengan prinsip bidang datar yaitu

penggunaan proyeksi UMT dimana azimuth, sudut dan jarak

dikoreksi.

Peta akan disajikan dalam koordinasi UMT dan digambar

pada kertas drafter denga skala 1 : 10.000. Penggambaran

peta situasi pada dasarnya diselesaikan di lapangan dan

14

Page 15: Usul Penelitian

dibuat setelah menganalisis hasil survey dan pengukuran

berdasarkan pada eksisting.

E. Teknik Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Program

Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS (Statistical Package for Social

Science) 14.0. Kuesioner yang terkumpul dari petugas lapangan langsung

diserahkan kepada petugas pengolahan data untuk segera dilakukan

proses editing, coding, batching dan data entry. Kemudian hasil data

entry akan dilanjutkan dengan proses tabulasi data supaya memudahkan

penyampaian informasi.

Selanjutnya untuk pembuatan peta, dilakukan dengan 2 (dua) cara,

yaitu interpretasi dan pembesaran dari peta data yang ada.

Cara yang pertama, Interpretasi dapat diperoleh peta jaringan jalan,

penggunaan lahan terbatas (plot bangunan sekolah dan permukiman

warga). Cara yang kedua, dilakukan dengan melakukan pembesaran peta

yang ada. Cara ini terdiri dari 3 metode, yaitu dengan menggunakan

metode grid; pantograph dan pembesaran optik; dan photocopy

perbesaran.

Kedua cara di atas sebenarnya belum dapat

dipertanggungjawabkan ketelitiannya. Pada cara yang pertama,

kesalahan penginputan perlu dieliminir, dan kesalahan control perlu

diperbaiki. Pada cara yang kedua, pada saat pembesaran terdapat detail

atau objek yang hilang, sehingga perlu disurvey ke lapangan. Untuk

mengurangi kesalahan-kesalahan tersebut, maka perlu dilakukan

observasi langsung di lapangan.

Tahap selanjutanya adalah penyusunan Album Peta, yang

berisikan pemetaan Tingkat Pendidikan dan Buta Aksara per satuan desa

menurut kecamatan berdasarkan klasifikasi yang berpedoman pada Dinas

Pendidikan dengan menggunakan bantuan Softwere ArcView melalui

proses digitasi peta dan input data yang diperoleh.

15

Page 16: Usul Penelitian

BAB IV. JADWAL PELAKSANAAN

Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian disajikan dalam Tabel 1 beikut ini.

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penelitian.

N

oKegiatan Bulan ke-

I

Persiapan1 2 3 4 5 6 7 8 10

1Penyusunan proporsal

penelitianx

2Perbaikan proposal

penelitianx

II

Pengumpulan data

1 Pengumpulan data primer x x x

2Pengumpulan data

sekunder x x

III

Analisisi data dan penulisan

laporan

1 Analisis data x x

2Interpretasi dan

penyusunan draft laporan x x

3 Penyusunan Laporan I x

4 Penyusunan Laporan II x

5

Perbaikan dan

perbanyakan Laporan serta

Seminarx

16

Page 17: Usul Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

BAKOSURTANAL, 2004. Inventarisasi Data Dasar SDA Pesisir dan Laut. PSSAL, Jakarta.

Dahuri, R, Rais., J, Ginting, S.P, dan Sitepu, 1996. Pengelolahan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Paradyna Paramitha, Jakarta

Faizal, A., 2003. Aplikasi Sistem Informasi Geogafis Untuk Zonasi Wilayah Pesisir. Makalah, UNHAS. Makassar

Mauliddin, A., 2002. Pemantauan Daerah Rentang Banjir di wilayah pesisir Kabupaten Pinrang menggunakan Terapan Sistem Informasi Geografis. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin Makassar.

Biro Pusat Statistik (BPS), 2002, Data Statistik Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat.

Anonim. (2007). Melek Aksara. Jakarta. Wikipedia Indonesia.

17

Page 18: Usul Penelitian

REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN

Prakirakan Biaya Penelitian disajikan seperti Tabel berikut:

No. Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan

(Rp)1 Gaji dan upah

2 Bahan habis pakai

3 Perjalanan

4 Lain-lain

2.500.000

18

Page 19: Usul Penelitian

LAMPIRAN 1 JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN

1.1. Honor peneliti

Peneliti Biaya (orang x bulan x Rp/orang)

Ketua : 1 orang 1 x 10 x = Rp,-Anggota : 1 orang 1 x 10 x = Rp.,-

Total

1.2. Bahan habis pakai

Uraian pengeluaran VolumeHarga satuan

(Rp) Total (Rp)

Total ,-

1.4. Perjalanan

Uraian perjalanan VolumeHarga satuan

(Rp) Total (Rp)

1 kali

1 kali

2 kali

2 kali

Total ,-

1.1.5. Pengeluaran lain-lain

Uraian pengeluaran Volume Total (Rp)

Pembuatan laporan 1 paket

Penggandaan Laporan 1 paket

Publikasi ilmiah 1 kali

Penelusuran literatur/internet 1 paket

Total ,-

19

Page 20: Usul Penelitian

LAMPIRAN 2. SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS

No. Nama Bidang Ilmu Alokasi waktu (jam/minggu)

Uraian tugas

20

Page 21: Usul Penelitian

LAMPIRAN 3. BIODATA TIM PENELITI

3.1. Ketua Peneliti

(1). Identitas Diri

1.1 Nama Lengkap1.2 Jabatan Fungsional1.3 Jabatan Struktural1.3 NIK/NIDN1.4 Tempat & Tanggal Lahir1.5 Alamat Rumah1.6 Nomor Telepon1.7 Nomor HP1.8 Alamat Kantor1.9 Nomor Telepon (0564) 20325671.10 Alamat e-mail1.11 Mata kuliah yang diampu 1.

2. 3. 4. 5.

(2). Riwayat Pendidikan

2.1 Program2.2 Nama PT2.3 Bidang Ilmu2.4 Tahun Masuk2.5 Tahun Lulus2.6 Judul Tugas Akhir2.7 Nama Pembimbing

(3). Pengalaman Penelitian

Tahun Judul Penelitian jabatan Sponsor

(4). Publikasi Ilmiah/Karya Tulis

Tahun Judul Artikel Ilmiah Tempat

21

Page 22: Usul Penelitian

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Peneliti Pemula.

Entikong, Juni 2012

............................................NIK. ....................................

22

Page 23: Usul Penelitian

3.2. Angota Peneliti

(1). Identitas Diri

1.1 Nama Lengkap1.2 Jabatan Fungsional1.3 Jabatan Struktural1.3 NIK/NIDN1.4 Tempat & Tanggal Lahir1.5 Alamat Rumah1.6 Nomor Telepon1.7 Nomor HP1.8 Alamat Kantor1.9 Nomor Telepon1.10 Alamat e-mail1.11 Matakuliah yang diampu 1.

2. 3. 4. 5.

(2). Riwayat Pendidikan

2.1 Program2.2 Nama PT2.3 Bidang Ilmu2.4 Tahun Masuk2.5 Tahun Lulus2.6 Judul Tugas Akhir2.7 Nama Pembimbing

(3). Pengalaman Penelitian

Tahun Judul Penelitian jabatan Sponsor

(4). Publikasi Ilmiah/Karya Tulis

Tahun Judul Artikel Ilmiah Tempat

23

Page 24: Usul Penelitian

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Peneliti Pemula.

Entikong, Juni 2012

......................................NIK. ..................................

24