USUL UBER HKI PENELITIAN BERPOTENSI PATENdp2m.umm.ac.id/files/file/USUL UBER HKI '09-MO TAHAN...
Transcript of USUL UBER HKI PENELITIAN BERPOTENSI PATENdp2m.umm.ac.id/files/file/USUL UBER HKI '09-MO TAHAN...
USUL UBER HKI
PENELITIAN BERPOTENSI PATEN
Oleh :
Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes (Ketua)
Ir. Listiari Hendraningsih, MP (Anggota)
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2008
PENGEMBANGAN INOKULUM FIBROLITIK TAHAN ANTIBIOTIK SEBAGAI PROBIOTIK
PAKAN TERNAK
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Invensi : Probiotik fibrolitik tahan antibiotik sebagai suplemen pakan ternak 2. Bidang : Kebutuhan manusia 3. Ketua Pengusul
a. Nama Lengkap : Ir. Ahmad Wahyudi, Mkes. b. Jenis Kelamin : L c. NIP : 131 929 547 d. Disiplin ilmu : Biokimia dan Teknologi Fermentasi e. Pangkat/Golongan : Pembina/ IVa f. Jabatan : Lektor Kepala g. Fakultas/Jurusan : Peternakan-Perikanan/Peternakan
h. Alamat : Kampus III UMM, Jl. Raya Tlogomas No. 246, Malang 65144. i. Telpon/Faks/E-mail : (0341) 464318 ext. 154 / (0341) 460782 j. Alamat Rumah : Perum. Pondok Bestari Indah C2/263 Landungsari, Dau, Malang 65144 k. Telpon/Faks/E-mail : (0341)466629/ [email protected]
4. Jumlah Anggota : 1 orang Nama Anggota : Ir. Listiar Hendraningsih, MP. 5. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp. 20.002.500,- (duapuluh juta dua ribu lima ratus rupiah) 6. Jenis program yang dipilih 1. Bantuan Pendaftaran Paten (lingkari yang dipilih) 2. Bantuan Penelitian Paten √ 7. Pencaftaran Jenis Paten 1. Paten √ (lingkari yang dipilih) 2. Paten Sederhana 8. Penelitian yang mendukung :
a. Isolasi Bakteri Selulolitik Beberapa Ternak Ruminansia (Kerbau, Sapi, Kambing dan Domba), 1992, Bank Dunia XVII-PAU Bioteknologi UGM.
b. Increasing the tolerance of S. erythrea CCRC 11513 to palm oil as prae-precursor erythromycin by induction.1996, Thesis S2.
c. Isolasi Bakteri Selulolitik Rumen untuk Mendapatkan Starter Pada Proses Dekomposisi Bahan Organik Berserat, 1998, Lemlit UMM.
d. Uji Aktivitas Enzimatik Biakan Mikroba Selulolitik Rumen untuk Menentukan Potensi Starter Fermentasi Pakan, 1998, Lemlit UMM.
e. Optimasi Media Kultur Fermentasi Mikroba Selulolitik Asal Rumen Terhadap Nilai Protein Kasar Pakan Formulasi Sapi Perah, 1999, Lemlit, UMM.
f. Pengaruh Pemberian Probiotik Selulolitik Terhadap Konsumsi, Kecernaan Bahan Kering, Kecernaan Energi (TDN) Berbagai Hijauan Pada Sapi Limousin Cross,
2004. Nomor Kontrak: 074/Disnak/117.04/2003 dan A1/136/FPP-UMM/IV/2003 Kerjasama Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur dengan Fakultas Peternakan Perikanan UMM.
g. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Selulolitik pada Metode Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Penampilan Produksi Domba Ekor Gemuk (DEG) Periode Pertumbuhan, 2004, Nomor Kontrak: 245/P4T/DPPM/DM.SKW.SOSAG/III/2004, Dirjen DIKTI.
h. Evaluasi Daya Hidup Probiotik Selulolitik (Yoghurt Sapi) Dengan Bekatul Sebagai Bahan Pembawa, 2004, Nomor Kontrak: E.2b./065/BAA-UMM/II/2004, UMM.
i. Peningkatan Kemampuan Bakteri Selulolitik Cairan Rumen untuk Probiotik Ternak Ruminansia, 2004. Nomor Kontrak: 406/P4T/DPPM/PHKI/IX/2004, Dirjen Dikti.
j. Ketersediaan N, P, dan K pada Media Fermentasi Berbasis Manure Sapi Perah Dengan Introduksi Bakteri Selulolitik. 2005. Nomor Kontrak: E.2.b/419/BAA-UMM/IX/2004. Lemlit UMM.
k. Evaluasi Daya Hidup Bakteri Selulolitik dalam Kemasan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok (UMMPB). Nomor Kontrak: E.2.b/099/BAA-UMM/IX/2005. Lemlit UMM.
l. Introduksi Mikroba Cairan Kolon Pseudoruminansia dalam Kultur Fermentasi Bakteri Selulolitik Super Ruminansia Untuk Peningkatan Produksi Gas Bio. Nomor Kontrak: 811/P4T/DPPM/PHKI/X/2005. Dirjen Dikti.
m. Pengkajian Kualitas Probiotik Selulolitik Terhadap Kualitas Daging dan Susu di Jawa Timur. Nomor Kontrak : 188.4/576/117.04/2006. Kerjasama Fapetrik UMM-Disnak Propinsi Jawa Timur.
n. Pengembangan Starter Fermentasi Produksi Gas Bio Dengan Reformulasi Isolat Bakteri Fibrolitik Asal Rumen dan Kolon Domba. Nomor Kontrak: 185/SP2H/D2M/III/2007.Dirjen Dikti.
Malang, 30 April 2008
Mengetahui Ketua Peneliti Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan
Dr. Ir. Herwintono, M.S Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes NIPUM. 110 880 0071 NIP. 131 929 547
Mengetahui
Ketua Lembaga Penelitian
Dr. Ir. Wahyu Widodo, M.S NIP. UMM. 110 899 0128
I. Uraian Umum
1. Judul Penelitian/invensi : Probiotik fibrolitik tahan antibiotik sebagai suplemen pakan ternak
2. Ketua Peneliti a. Nama lengkap : Ir. Ahmad Wahyudi, Mkes. b. Jenis Kelamin : L
c. NIP : 131 929 547 d. Disiplin Ilmu : Biokimia dan Teknologi Fermentasi e. Pangkat/Golongan : Pembina / IVa f. Jabatan fungsional : Lektor Kepala g. Fakultas/Jurusan : Peternakan dan Perikana/ Peternakan h. Waktu Penelitian : 15 jam/minggu
3. Anggota Peneliti : 1 Orang a. Nama lengkap : Ir.Listiari Hendraningsih, MP. b. Jenis Kelamin : P
c. NIP : 131 913 166 d. Disiplin Ilmu : Mikrobiologi dan Nutrisi Ternak e. Pangkat/Golongan : Pembina / IVa f. Jabatan fungsional : Lektor Kepala g. Fakultas/Jurusan : Peternakan dan Perikana/ Peternakan h. Waktu Penelitian : 5 jam/minggu
4. Subyek Paten : Inokulum fibrolitik perombak selulosa, xylan dan lignin 5. Jumlah Klaim : 4 (empat) 6. Periode Pelaksanaan : mulai Oktober 2008
berakhir April 2009
1. Uraian Penelitian Terdahulu
Inokulum fermentasi pakan berserat kasar tinggi berupa bakteri fibrolitik telah
diperoleh dari penelitian sebelumnya (Wahyudi dan Malik, program PHB DIKTI
2007) dan merupakan starting point penelitian ini. Inokulum tersebut mengandung
bakteri selulolitik, xylanolitik dan lignolitik.
Secara kronologis perolehan inokulum fibrolitik tersebut diawali dari
penelitian observasi bakteri selulolitik rumen beberapa ternak ruminansia seperti
kerbau, sapi, kambing dan domba (Wahyudi, 1992). Hasil penelitian itu menunjukkan
bahwa jenis ternak ruminansia tidak berkorelasi dengan aktivitas enzim selulolitik,
namun aktivitas enzim selulolitik lebih ditentukan oleh jenis pakan dan lama tinggal
di dalam rumen. Penelitian berikutnya adalah modifikasi media fermentasi
menggunakan sumber serat alami berupa jerami padi, daun dan ampas tebu
(Wahyudi, 1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jerami padi menghasilkan
isolat bakteri selulolitik paling banyak dan aktivitas enzim 5 sampai 25 kali lebih
tinggi dibandingkan isolat dari media lainnya. Isolat dari jerami padi selanjutnya
digunakan sebagai starter pengolah pakan sapi. Pakan sapi perah berbasis jerami padi
dengan kandungan protein kasar 6% terbukti dapat ditingkatkan kadarnya menjadi
15,25% dengan starter selulolitik tersebut (Wahyudi, 1999). Peningkatan kadar
protein sebesar itu setara dengan penurunan harga satuan protein per gram dari Rp
11,5 menjadi Rp. 3,8.
Ternak yang dikandangkan seumur hidupnya menurut Fuller (1992)
menyebabkan hewan kekurangan probiotik yang seharusnya diperoleh dari tanah dan
akar rumput-rumputan. Hasil penelitian kami selanjutnya menunjukkan bahwa
pemberian starter bakteri selulolitik sebagai probiotik sebanyak 20 ml perhari dengan
cara dicampur dedak gandum atau bekatul pada sapi atau domba selama 25 hari
secara nyata meningkatkan kecernaan bahan kering dan serat kasar pakan
(Hendraningsih dan Wahyudi, 2003). Penelitian lebih lanjut mengenai formula
kombinasi isolat dilakukan dengan membuat interkoneksi antar bakteri selulolitik
rumen (Wahyudi dan Hendraningsing, 2004). Dari penelitian itu disimpulkan bahwa
selain jenis dan komposisi media, jenis dan komposisi bakteri menentukan tingkat
kecernaan selulosa. Penggunaan dua jenis bakteri selulolitik B. fibrosolvens dan F.
succinogenes mampu menurunkan 44,52% kadar selulosa feses sapi perah (Wahyudi,
dan Hendraningsih, 2004).
Upaya peningkatan pencernaan serat kasar pakan secara fermentatitif terus
dilakukan. Isolat bakteri selulolitik dikombinasikan dengan cairan kolon hewan
pseudoruminansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroba cairan kolon
pseudoruminansia mampu meningkatkan kecernaan serat kasar. Peningkatan
kecernaan serat kasar feses kemungkinan disebabkan karena cairan kolon
pseudoruminansia mengandung bakteri lignolitik (Wahyudi dan Hendraningsih,
2005). Implikasi dari peningkatan kecernaan serat kasar tersebut adalah (a)
Palatabilitas (nafsu makan) ternak pada pakan meningkat, (b) mendorong
perkembangan rumen lebih cepat pada ruminansia muda, (c) meningkatkan kadar
lemak susu, (d) memudahkan manajemen pemberian pakan, dan (e) meningkatkan
efisiensi biaya pakan (Wahyudi dan Hendraningsih, 2006). Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Wallace and Newbold (1992), bahwa pemberian probiotik yang
berasal dari ternak dewasa dan mengandung kultur hidup bakteri pencerna serat,
terbukti dapat meningkatkan tingkat konsumsi pakan, kadar lemak susu dan
pertambahan bobot badan.
Tahap akhir penelitian pencernaan serat kasar dilakukan dengan cara
menggabungkan tiga kelompok bakteri perombak serat yaitu selulolitik, xylanolitik
dan lignolitik (Wahyudi dan Malik, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara in vitro isolat bakteri fibrolitik dan interkoneksinya mampu mencerna serat
kasar lebih baik dan menghasilkan asam lemak volatil (VFA) lebih tinggi
dibandingkan isolat bakteri selulolitik. Namun demikian semua keunggulan bakteri
fibrolitik akan sirna jika di dalam media pertumbuhannya terdapat senyawa
antibiotik. Keberadaan 0,002% chloramphenicol cukup menghentikan seluruh
pertumbuhan bakteri fibrolitik. Suatu keadaan yang cukup ironis karena dilain pihak
telah dibuktikan bahwa berbagai mikroba patogen saat ini telah resistan minimal pada
tiga kelompok antibiotik (Kadarwati et., al., 1989), yaitu golongan penisilin,
tetrasiklin dan kloramfenikol sementara bakteri unggul yang memiliki manfaat besar
bagai umat manusia justru mudah mati karena antibiotik.
Penelitian UBER HKI ini akan dilakukan guna menyempurnakan inokulum
fibrolitik yang telah diperoleh dengan menambah kemampuannya dalam menghadapi
antibiotik di lingkungan khususnya dalam pakan atau pada saat pengobatan. Metode
induksi digunakan untuk meningkatkan kemampuan isolat fibrolitik menggunakan
antibiotika no 1. Dengan memperoleh inokulum tahan antibiotik maka probiotik
unggul pencerna serat kasar pakan akan semakin mudah diterapkan untuk pengolahan
bahan berserat karena tidak rentan pada berbagai gangguan antibiotik di
sekelilingnya. Produk inokulum fibrolitik seperti itu sangat berpotensi dipatenkan
karena bermanfaat mengatasi permasalahan krisis pangan dan energi di masa
mendatang.
2. Uraian Penelusuran Paten
Berdasarkan penelusuran paten di USPTO tidak didapatkan paten menyerupai
usul paten yang akan diajukan. Beberapa invensi yang telah dipatenkan umumnya
merupakan metode degradasi umum serat kasar dari kompleks lignoselulosa menjadi
fraksi lebih sederhana dengan cara fermentatif oleh mikroba. Tahap pertama fraksi
lignin dipisahkan dari kompleks lignoselulosa guna melepaskan selulosa dan
hemiselulosa untuk dihidrolisis lebih lanjut oleh mikroba fibrolitik. Hasil penelusuran
paten yang didapatkan antara lain:
1. United States Patent Application : 4908099 DeLong, Edward A. ; September, 19, 1998 Judul Paten : Process to dissociate and extract the lignin and xylan from
primary wall and middle lamella or lignocellulosic material which retain the structural integrity
2. United States Patent Application : 5005345 Joseph A. Pinckard. ; March, 05, 1990 Judul Paten : Semi solid fermentation of straw
3. United States Patent Application : 5919499 C. Murrell Lawley; March, 03, 1997 Judul Paten : Aiding fermentation digestion and metabolisms in mammal . 4. United States Patent Application 20030035822
Tricarico, Juan M. ; et al. February 20, 2003 Judul Paten : Compositions and methods for enhancing fiber digestion
5. United States Patent Application 20050271643
Sorokulova, Iryna ; et al. December 8, 2005
Judul Paten : Bacterial strains, compositions including same and probiotic use thereof
Hasil penelusuran menunjukkan belum ada paten mengenai mikroba
fibrolitik tahan antibiotik untuk mengatasi permasalahan antibiotik dalam pakan
maupun saat pengobatan. Mikroba fibrolitik tahan antibiotik penting diberikan
pada ternak untuk meningkatkan efisiensi perombakan serat kasar di dalam
saluran pencernaan ternak ruminansia.
3. Uraian Potensi Komersialisasi
Guna memperbaiki kecernaan serat kasar pakan yang akan meningkatkan
ketersediaan energi dan nutrien lain yang pada gilirannya akan meningkatkan
produktivitas ternak baik secara kuantitas maupun kulitas, berbagai upaya dapat
dilakukan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan proses
fermentasi serat kasar pakan didalam rumen. Mikroba pencerna serat dapat bekerja
secara optimal pada pH netral (6 sampai 7), suasana anaerob, temperatur 39oC.
Manipulasi proses fementasi dapat juga dicapai melalui manajemen pakan, termasuk
diantaranya sistem pemberian pakan, frekuensi pemberian pakan atau pemberian feed
aditive, termasuk probiotik fibrolitik.
Probiotik bakteri fibrolitik merupakan probiotik yang mengandung bakteri
selulolitik, xylanolitik dan lignolitik yang diisolasi dari saluran pencernaan ternak
ruminansia (Wahyudi dan Malik, 2007). Mikroba diisolasi dari jenis ternak yang
sama (ruminansia) sehingga bersifat aman dan tidak berbahaya bagi ternak tersebut.
Pada domba ekor gemuk, probiotik selulolitik yang telah diidentifikasi terbukti
mampu meningkatkan kecernaan serat kasar, selulosa, dan hemiselulosa pakan
(Hendraningsih, 2004). Pemberian probiotik bakteri selulolitik tersebut secara in vitro
juga meningkatkan kecernaan serat kasar dan produksi gas jerami padi
(Hendraningsih, 2005).
Ketiga kelompok bakteri fibrolitik akan memiliki nilai ekonomi tinggi di masa
mendatang karena mampu mengatasi permasalahan kelangkaan pangan akibat
kompetisi penggunaan bahan pangan sebagai bahan baku biofuel. Perombakan serat
kasar menjadi bahan pakan dan energi membutuhkan mikroba fibrolitik unggul.
Jerami padi dan limbah pertanian lainnya yang semula adalah limbah, dengan adanya
inokulum fibrolitik unggul akan dengan mudah diubah menjadi pakan, pupuk dan
energi bernilai tinggi. Inokulum fibrolitik akan banyak dibutuhkan masyarakat di
masa mendatang untuk mengatasi permasalahan limbah dan sumber energi terbarukan
sehingga berpotensi dipatenkan.
Permasalahan yang terkait dengan kinerja bakteri fibrolitik di lingkungan
peternakan saat ini adalah keberradaan senyawa antibiotik. Adanya antibiotik dalam
suplemen pakan ternak akan menghambat pertumbuhan bakteri fibrolitik sehingga
proses pencernaan serat kasar terganggu. Namun dengan adanya kemampuan bakteri
fibrolitik tahan antibiotik akan mengatasi permasalahan pencernaan serat kasar dalam
saluran pencernaan ternak ruminansia.
4. Uraian Potensi Paten yang dilengkapi dengan Proses Pendaftaran Paten
Berdasarkan hasil studi probiotik diketahui bahwa ternak ruminansia yang
dipelihara secara intensif kurang mendapatkan suplai bakteri fibrolitik yang memiliki
peran penting menguraikan fraksi serat kasar pakan. Karena permasalahan itu maka
umumnya kecernaan serat kasar pakan rendah, 20% -70% selulosa tidak tercerna dan
keluar bersama feses.
Lignoselulosa pakan berkalitas rendah memiliki ikatan yang sangat kuat
sehingga tidak dapat dihidrolisis oleh enzim selulase. Kompleks lignoselulosa hanya
dapat diurai oleh enzim ekstraseluler yang disekresikan oleh kelompok bakteri
lignolitik yaitu enzim phenol oxidase, laccase dan peroxidase. Enzim-enzim tersebut
akan merombak ikatan rangkap methoxyl dari struktur lignoselulosa, sehingga jumlah
gugus methoxyl tersebut menurun sedangkan gugus hidroxyl phenolat dan carboxyl
meningkat. Kedua derivat lignin tersebut memiliki kemampuan mengikat kation NH4+
dan glukoamida hasil sintesis mikroba. Derivat lignin penting perannya dalam
mengikat NPN sebagai kation yang lebih tersedia bagi perkembangbiakan mikroba.
Adanya bakteri fibrolitik dalam rumen sebagai inokulum akan membantu
ketersediaan NPN bagi pertumbuhan bakteri rumen pencerna selulosa dan
hemiselulosa. Dengan demikian bakteri-bakteri pencerna serat kasar pakan dapat
tumbuh dengan cepat sehingga menjamin ketersediaaan sumber energi bagi ternak.
Inokulum fibrolitik saat ini telah diperoleh dan kemampuannya dalam
mencerna serat kasar telah terbukti lebih tinggi dibandingkan kemampuan mikroba
cairan rumen. Permasalahan berikutnya yang muncul adalah bagaimana
meningkatkan daya tahan hidupnya terhadap keberadaan antibiotik di lingkungan
peternakan. Jika daya tahan inokulum fibrolitik terhadap antibiotik dapat ditingkatkan
maka permasalahan keterbatasan pencernaan serat kasar pakan dapat diatasi karena
inokulum tersebut memiliki daya hidup yang lebih tinggi. Dengan daya tahan lebih
tinggi terhadap antibiotik maka inokulum fibrolitik tersebut layak dipatenkan.
RANCANGAN DOKUMEN USULAN PATEN
Judul Invensi
Probiotik fibrolitik tahan antibiotik sebagai suplemen pakan ternak Bidang Invensi
Invensi ini berupa probiotik fibrolitik mengandung bakteri selulolitik, xylanolitik
dan lignolitk tahan antibiotik, merupakan produk rekayasa teknologi fermentasi. Teknik
isolasi dan identifikasi menggunakan prosedur anaerob pada mikroba saluran pencernaan
hewan ruminansia sebagai sumber bakteri fibrolitik. Inokulum fibrolitik yang telah
diperoleh selanjutnya diberi kemampuan tahan pada antibiotik dengan metode induksi.
Latar Belakang Invensi
Kecernaan serat kasar pakan dan produksi Volatile Fatty Acid (VFA) sangat
ditentukan oleh sinergisme antar spesies bakteri perombak serat kasar. Dalam bentuk
terisolasi bakteri fibrolitik tidak memiliki aktivitas lebih tinggi jika dibandingkan dalam
bentuk interkoneksi. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kombinasi antar
isolat bakteri selulolitik cenderung meningkatkan kecernaan serat kasar. Temuan itu
memberi inspirasi untuk mengkombinasikan bakteri selulolitik dengan fibrolitik lainnya
untuk tujuan merombak lignin dari kompleks lignoselulosa dalam rumen sehingga
meningkatkan efisiensi perombakan serat kasar pada ternak ruminansia. Namun setelah
diperoleh formula kombinasi isolat fibrolitik yang tepat, permasalahan baru muncul
karena bakteri fibrolitik rentan terhadap antibiotik. Padahal diketahui bahwa di
lingkungan usaha peternakan antibiotik sering dipakai untuk pengobatan dan sebagai
suplemen pakan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk meningkatkan resistansi
inokulum fibrolitik terhadap keberadaan antibiotik.
Peneliti pada tahun 1996 telah meneliti dan menerapkan metode induksi pada
inokulum mikroba guna meningkatkan kemampuannya terhadap cekaman lingkungan.
Metode induksi tersebut terbukti mampu meningkatkan kemampuan adaptasi 11 kali lipat
terhadap cekaman faktor lingkungan dibandingkan mikroba tanpa induksi. Metode
induksi tersebut akan diterapkan dalam penelitian ini guna memperoleh bakteri tahan
antibiotik.
Aplikasi hasil penelitian rekayasa teknologi fermentasi dengan induksi ini sangat
penting untuk mengatasi permasalahan rendahnya kecernaan serat kasar pakan ternak
ruminansia sekaligus meningkatkan daya hidup inokulum fibrolitik terhadap cekaman
faktor lingkungan.
Ringkasan Invensi
Keunggulan inokulum fibrolitik tahan antibiotik adalah sebagai berikut:
1. Isolat bakteri fibrolitik diperoleh dari saluran pencernaan ternak ruminansia
sehingga dengan mudah dapat digunakan sebagai probiotik ternak ruminansia.
2. Inokulum terdiri atas sinergi bakteri selulolitik, xylanolitik dan lignolitik hasil
interkoneksi isolat pencerna serat kasar, sehingga mempunyai kemampuan
mencerna serat kasar lebih baik dibandingkan probiotik selulolitik yang
diperoleh sebelumnya.
3. Inokulum fibrolitik dikultur dalam media khusus sehingga mampu
meningkatkan produksi asam lemak volatil (VFA) sebagai sumber energi utama
ternak ruminansia.
4. Inokulum fibrolitik hasil induksi tahan antibiotik sehingga dapat dipakai pada
saat ternak sedang diobati atau ternak sedang diberi suplemen pakan
mengandung antibiotik.
Uraian Lengkap Invensi
Invensi I. Substrat Spesifik
Invensi ini berkaitan dengan penyediaan media induser bagi pertumbuhan bakteri fibrolitik yang diisolasi dari saluran pencernaan ruminansia. Bakteri fibrolitik memerlukan persyaratan khusus untuk dapat tumbuh dan berkembang biak sekaligus menekan pertumbuhan kontaminan. Syarat khusus yang diperlukan untuk dapat menginduksi tumbuhnya isolat bakteri pencerna serat kasar diantaranya adalah suasana anaerob, pH mendekati 7 dan substrat harus spesifik. Selulosa, xylan dan lignin digunakan sebagai substrat selektif guna mendapatkan bakteri selulolitik, xylanolitik dan lignolitik. (Gambar I poin 1).
Invensi II. Isolat Fibrolitik
Invensi ini berkaitan dengan perbedaan jenis koloni hasil isolasi yang secara
spesifik mampu mencerna selulosa, xylan (hemiselulosa) dan lignin. Perbedaan sifat dari
ketiga kelompok bakteri fibrolitik itu sangat penting dalam upaya mendapatkan berbagai
kemungkinan interkoneksi jenis bakteri sebagai inokulum fermentasi (Gambar I poin 2).
Isolat fibrolitik dan intekoneksinya akan difungsikan sebagai komplemen untuk
memperbaiki sistem fermentasi produksi VFA dalam rumen.
Invensi III. Formula Media
Invensi ini didasari penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa bakteri
fibrolitik harus ditumbuhkan pada media khusus agar mampu bertahan hidup lebih lama.
Lignoselulosa digunakan sebagai substrat dalam medium fibrolitik (Gambar I poin 3).
Invensi IV. Metode Induksi
Invensi ini berupa metode mendapatkan isolat fibrolitik tahan antibiotik.
Masing-masing isolat diadaptasikan dengan medium antibiotika No 1 dengan berbagai
kadar antibiotik guna memperoleh derajat responsibilitas daya hidup. Bakteri paling
tahan antibiotik digunakan sebagai penyusun probiotik fibrolitik. (Gambar I poin 4).
Klaim
1. Isolat bakteri adalah jenis selulolitik, xylanolitik dan lignolitik disesuaikan dengan
jenis substrat yang digunakan..
2. Komposisi inokulum merupakan isolat salah satu bakteri fibrolitik atau
intekoneksinya yang bekerja secara sinergis.
3. Formula media menggunakan substrat selulosa, xylan dan lignin metode Hungate
yang dimodifikasi.
4. Metode induksi digunakan sebagai cara meningkatkan kemampuan bakteri
fibrolitik terhadap cekaman antibiotik.
Abstrak
Perombakan serat kasar di dalam rumen ternak ruminansia belum optimal sebagai akibat berkurangnya jumlah mikroba fibrolitik. Untuk mencerna serat kasar pakan dibutuhkan enzim yang dihasilkan oleh bakteri fibrolitik dalam jumlah optimal. Bakteri fibrolitik memerlukan persyaratan khusus untuk dapat tumbuh dan berkembang biak sekaligus menekan pertumbuhan kontaminan. Syarat khusus diperlukan untuk dapat menginduksi tumbuhnya isolat bakteri pencerna serat kasar tersebut diantaranya adalah suasana anaerob, pH mendekati 7 dan substrat harus spesifik. Selulosa, xylan dan lignin digunakan sebagai substrat selektif guna mendapatkan bakteri selulolitik, xylanolitik dan lignolitik (Invensi 1).
Jenis koloni hasil isolasi secara spesifik mampu mencerna selulosa, xylan (hemiselulosa) dan lignin. Perbedaan sifat dari ketiga kelompok bakteri fibrolitik itu sangat penting dalam upaya mendapatkan berbagai kemungkinan interkoneksi jenis bakteri yang bekerja secara sinergi sebagai inokulum fermentasi. Isolat fibrolitik dan intekoneksinya akan difungsikan sebagai probiotik untuk memperbaiki sistem fermentasi produksi VFA dalam rumen (Invensi 2). Bakteri fibrolitik harus ditumbuhkan pada media khusus agar mampu bertahan hidup lebih lama. Lignoselulosa digunakan sebagai substrat dalam medium fibrolitik (Invensi 3). Masing-masing isolat diinduksi dengan medium antibiotika No 1 dengan berbagai kadar antibiotik guna memperoleh derajat responsibilitas daya hidup. Isolat bakteri fibrolitik paling tahan antibiotik digunakan sebagai penyusun probiotik fibrolitik (Invensi 4).
GAMBAR 1
Probiotik Fibrolitik Tahan Antibiotik
Meningkatkan kecernaan serat kasar
Meningkatkan daya tahan bakteri fibrolitik
Induksi Antibiotik
Inokulum Fibrolitik
Interkoneksi Isolat Fibrolitik
Isolat Fibrolitik (selulolitik, xylanolitik, lignolitik)
Bakteri Saluran Pencernaan Ternak
Ruminansia
Isolasi dengan substrat spesifik (1)
Komposisi Bakteri (2)
Formula media (3)
Metode induksi (4)
5. Uraian dan Sasaran Bantuan Penelitian Berpotensi Paten.
Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa selain komposisi media, maka
komposisi bakteri sangat menentukan tingkat pencernaan serat kasar pakan (Wahyudi
dan Hendraningsih, 2004). Namun demikian kemampuan mencerna serat kasar
tersebut dengan mudah akan sirna jika lingkungan terkontaminasi antibiotik.
Antibiotik saat ini merupakan bahan kimia yang sering digunakan di lingkungan
peternakan untuk mengeliminasi berbagai mikroba patogen. Kegagalan proses
fermentasi bakteri salah satu sebabnya adalah karena kontaminasi senyawa-senyawa
antimikroba seperti antibiotik, deterjen dan antiseptik.
Pemakaian antibiotik secara luas untuk terapi dan pencegahan berbagai
penyakit infeksi di satu sisi menguntungkan, namun di sisi lain residu yang terbawa
ke pakan dan limbah dapat mengganggu proses fermentasi. Mikroba baik (good
microbes) akan mati atau inaktif karena adanya residu tersebut. Kondisi seperti ini
akan menyebabkan kegagalan proses pencernaan serat kasar secara fermentatif.
Resistansi bakteri patogen akibat pengobatan antimikroba haruslah dihindari
karena dapat menyebabkan munculnya bakteri generasi baru yang tahan (resistan)
pada obat itu sendiri, tetapi untuk bakteri menguntungkan resistansi justru diperlukan.
Mikroba menguntungkan tidak hanya harus resistan pada senyawa antimikroba tetapi
juga harus tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim lainnya seperti suasana asam,
basa, garam, temperatur dan bahkan harus mampu melawan mikroba patogen. Namun
ironis, kondisi yang terjadi di lingkungan justru sebaliknya sehingga tidak terjadi
keseimbangan. Saat ini dipastikan bahwa di Indonesia semua jenis bakteri patogen
telah resistan pada empat macam jenis antibiotik. Menurut Prof.Dr.Harold Neu,
seorang guru besar dari Columbia University di Amerika Serikat, terdapat sembilan
jenis kuman patogen telah kebal pada antibiotik. Beberapa jenis antibiotik yang telah
menyebabkan resistansi bakteri patogen diantaranya adalah ampicilin,
chloramphenicol, tetracylin, ciprofloxacin, ofloxacin, gentamycin dan co-
trimoxaazole. Pemakaian antibiotik saat ini tidak hanya digunakan untuk pengobatan
saja tetapi juga ditambahkan dalam makanan sebagai feed aditif, akibatnya residu
antibiotik terdapat dimana-mana. Kondisi seperti itu akan semakin mengganggu
proses biodegradasi pencernaan pakan dan limbah berserat.
Penelitian ini dilakukan guna meningkatkan kemampuan mikroba baik (good
microbes) perombak limbah organik penghasil gas bio terhadap keberadaan antibiotik
di lingkungan peternakan. Starter perombak limbah organik berserat mengandung
isolat bakteri fibrolitik yang telah diperoleh dari penelitian sebelumnya akan diuji
kemampuan resistansinya terhadap beberapa jenis antibiotik yang sering dipakai
sebagai obat ternak. Kepadatan sel dihitung dengan metode pengenceran (Hungate
dalam Ogimoto and Imai, 1981). Kemampun starter resistan dibandingkan dengan
kontrol dalam mencerna serat kasar jerami padi. Jenis dan kadar antibiotik dipakai
sebagai perlakuan guna mengetahui respon resistansi bakteri starter. Parameter
penelitian yang diukur adalah kecernaan serat kasar dan produksi VFA. Target
penelitian UBER HKI ini adalah menghasilkan starter pencerna serat kasar pakan
tahan antibiotik.
Penelitian secara teknis akan dilaksanakan sebagai sebagai berikut :
1. Mengkultur masing-masing isolat bakteri selulolitik, xylanolitik dan lignolitik
dalam media pertumbuhan cair dengan serapan 0,5 pada panjang gelombang
600nm.
2. Menyiapkan medium antibiotika No. 1 sesuai metode Sudibyo (1991C)
3. Menyiapkan seri pengenceran larutan antibiotik sesuai metode Sudibyo (1991C)
4. Menguji daya tahan masing-masing isolat terhadap antibiotik menggunakan paper
disc yang telah diberi larutan mengandung antibiotik.
5. Diameter hambatan paling kecil menunjukkan daya tahan isolat paling besar.
Adapun cara penyiapan medium kultur adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan medium antibiotika No 1. (Sudibyo, 1991C dalam Wahyudi, 1996).
Medium antibiotika No. 1 sebanyak 27 g/l (sesuai kebutuhan) ditimbang,
dilarutkan dan pH ditetapkan 8,0 dengan penambahan HCl atau NaOH. Medium
disterilkan pada suhu 121oC selama 20 menit, didiamkan hingga suhu sekitar 45
oC, kemudian ditambahkan suspensi isolat bakteri fibrolitik dalam medium
pertumbuhan cair sebanyak 5 ml (sesuai jumlah medium antibiotika no. 1 yang
dibuat) sampai membentuk serapan 0,5 pada panjang gelombang 600nm. Medium
digojok pelan-pelan kemudian dibagi dalam cawan petri steril masing-masing
sebanyak 10 (sesuai ukuran petri) dengan pipet steril dan didiamkan hingga
memadat. Medium ini digunakan untuk penetapan resistansi bakteri pada
antibiotik dengan paper disc.
2. Pembuatan larutan antibiotik (Sudibyo, 1991C dalam Wahyudi, 1996).
Larutan A mengandung antibiotika tertentu yang umum digunakan di lingkungan
peternakan. Masing-masing mengandung antibiotik 5mg/5ml methanol sebagai
pelarut. Siapkan larutan dapar fospat 100mM dengan pH 7,0 steril dengan
menimbang 0,40g KH2PO4, 1,36g K2HPO4, dan 100ml aquades. Larutan B dibuat
dengan mengencerkan 1 ml larutan A dengan 9 ml larutan dapar fospat pH 7,0.
Larutan seri antibiotik dibuat dengan mengencerkan larutan B dengan dapar
fospat sebagai berikut :
Larutan 1 : 0,025ml larutan B dibuat menjadi 10ml
Larutan 2 : 0,050ml larutan B dibuat menjadi 10ml
Larutan 3 : 0,100ml larutan B dibuat menjadi 10ml
Larutan 4 : 0,250ml larutan B dibuat menjadi 10ml
Larutan 5 : 0,500ml larutan B dibuat menjadi 10ml
Larutan 6 : 1,000ml larutan B dibuat menjadi 10ml
Seri pengenceran larutan mengandung antibiotik digunakan sebagai induser
inokulum bakteri fibrolitik tahan antibiotik.
I. Pembiayaan
a. Jenis anggaran : Bantuan Penelitian Paten
b. Biaya Pendaftaran : Rp. 575.000,-
c. Biaya Pemeriksaan Substantif : Rp. 2.000.000,-
d. Biaya Persiapan Dokumen : Rp. 4.925.000,-(Rincian Terlampir)
e. Biaya Penelitian : Rp.12.502.500,-(Rincian Terlampir)
Total : Rp.20.002.500,-
LAMPIRAN 1
Rincian Pembiayaan
I. Biaya Pembuatan Dokumen Paten
Pengetikan Rp. 325.000,- Pemotretan Rp. 500.000,- Pembuatan naskah dokumen Rp. 750.000,- Pembuatan poster dan leaflet Rp.1.750.000,- Presentasi dan koreksi dokomen Rp.1.600.000,-
Sub total Rp.4.925.000,-
II. Biaya Penelitian
1. Gaji dan Upah a. Honor tenaga peneliti
Peneliti utama 1 x 6 bln x Rp. 300.000 Rp. 1.800.000,- Anggota peneliti 1 x 6 bln x Rp. 250.000 Rp. 1.500.000,-
b. Tenaga analis 1 x 3 bln x Rp. 200.000 Rp. 600.000,- Jumlah Rp. 3.900.000,-
2. Bahan habis pakai a. Media Cair = 3 isolat x 8 seri x 3 ulangan = 72 tabung = 72 tabung x 3 jenis antibiotik = 216 x 15ml = 3240ml ≈ 3,25 liter = 3,25 liter x 3 x Rp 250.000,- = Rp. 2.437.500,- b. Pemeliharaan isolat = 3 isolat x 3 ulangan = 9 tabung x 15 ml = 135 ml ≈ 150 ml = 150 ml x 3 = 450 ml = 0,5 lt x 12 x Rp 250.000,- = Rp. 1.500.000,- c. Larutan pengencer = 3 liter x Rp. 155.000 = Rp 465.000,- d. Medium Antibiotika No1 = 100g = Rp. 2.500.000,- e. Antibiotik = 3 jenis x Rp. 150.000 = Rp. 450.000,-
Jumlah = Rp. 7.352.500,-
3. Sewa peralatan dan biaya administrasi Laboratorium = Rp. 750.000,-
4. Pembuatan laporan dan publikasi = Rp. 500.000,- Sub total = Rp.12.502.500,-
LAMPIRAN 2
Biodata Ketua Peneliti /Pengusul Paten
1. Nama Lengkap dan Gelar Tempat/Tanggal Lahir Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes Magetan, 9 November 1965
2. Pendidikan (dari Sarjana Muda /yang Sederajat) dan Pelatihan
No. Universitas /Lokasi Gelar Tahun Selesai Bidang Studi
1. Univ. Gadjah mada Yogyakarta
Insinyur/Sarjana Peternakan 1989 Peternakan
/Biokimia 2. PAU Bioteknologi UGM
Yogyakarta Non degree
Proyek Bank Dunia XVII
1992 Penanganan Limbah Industri /Teknologi
Fermentasi 3. PAU Bioteknologi UGM
Yogyakarta Non degree
Proyek Bank Dunia XVII
1992 Magang bidang
Teknologi Fermentasi
4. PAU Bioteknologi UGM Yogyakarta
Non degree Proyek Bank Dunia XVII
1993 Uji Mikrobiologi Pangan Mutakhir
5. PAU Bioteknologi UGM Yogyakarta Magister 1996 I. Kedokteran Dasar
/Biokimia 6. Hohenheim University dan
UNIBRAW Malang Non degree 1996 Meat Science & Technology
7. Murdoch University, Australia Non degree 2000 University
Management 8. Curtin University, Australia
Non degree 2000 Technology
Institute Management
9. University of West Australia Non degree 2000 University Management
10. PAU Bioteknologi ITB dan PERMI Bandung Non degree 2003 Identifikasi Mikroba
11. Universitas Airlangga, Surabaya Non degree 2004 Menuju Jurnal
Ilmiah Terakreditasi 12. Universitas Negeri Malang Non degree 2004 Mengelola Jurnal
Ilmiah
3. Pengalaman Kerja dalam Bidang Profesi serta Kedudukan Saat ini No. Institusi Jabatan Periode Kerja 1. Kopertis Wilayah VII dpk. UM
Malang Staf Pengajar 1990 – sekarang
2. Pusat Bioteknologi UMM Staf Peneliti 1990 – sekarang 3. Pusat Bioteknologi UMM Sekretaris I 1991 – 1992 4. PAU Bioteknologi UGM Proyek
Bank Dunia XVII Peneliti Bidang Teknologi Fermentasi
1992 – 1993
No. Institusi Jabatan Periode Kerja 5. Kelompok Peneliti Eritromisin (KPE)
PAU Bioteknologi UGM dalam RUT 1
Teknisi Bidang Fermentasi
1993 – 1996
6. Pusat Bioteknologi UMM Sekretaris 1996 – 1998 7. Proyek Hibah Bersaing Perguruan
Tinggi Tahun Anggaran 1997/1998 Anggota Peneliti 1997 – 1998
8. Fakultas Peternakan – Perikanan Dekan 1998 – 2001 9. Proyek Kaji Terap Teknologi,
Kerjasama UMM – Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur ( Domba Ekor Gemuk )
Ketua 2001 - 2003
10. Komisi Perbaikan Mutu Genetik Aneka Ternak Jawa Timur
Anggota 2002 - 2005
11. Proyek Kaji Terap Teknologi, Kerjasama UMM – Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur (Sapi Limousin Cross)
Ketua 2003 - 2008
12. Proyek Kaji Terap Teknologi, Kerjasama UMM – Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur (Pemanfaatan Limbah untuk Pakan)
Wakil Ketua 2003 – 2008
13. Redaksi Jurnal Ilmiah Fak. Peternakan-Perikanan “PROTEIN”
Ketua 2003 – 2005
4. Pengalaman Penelitian
No Judul Tahun, Sponsor 1. Evaluasi kandungan bakteri susu dan koliform air sumur
pada beberapa peternak sapi perah pemakai instalasi digester di DIY
1992, Proyek Bank Dunia XVII, PAU Bioteknologi
UGM 2. Isolasi mikroba selulolitik beberapa ternak ruminansia
(kerbau, sapi, kambing dan domba) 1992, Proyek Bank Dunia XVII, PAU Bioteknologi
UGM 3. Optimasi medium dengan tapioka pada biakan
Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338 untuk Meningkatkan produksi eritromisin
1993, Proyek RUT I PAU Bioteknologi UGM
4. Increasing the tolerance of S. erythrea CCRC 11513 to palm oil as prae-precursor erythromycin by induction.
1996, Tesis S2, PPS UGM
5. Isolasi mikroba selulolitik asal rumen (dengan selulosa alami) untuk mendapatkan starter pada proses pengolahan limbah organik
1998, Lemlit UMM
6. Uji aktivitas enzimatik biakan mikroba selulolitik rumen untuk menentukan potensi starter fermentasi pakan
1998, Lemlit UMM
7. Optimasi media kultur fermentasi mikroba selulolitik asal rumen terhadap nilai protein kasar
1999, Lemlit UMM
No Judul Tahun, Sponsor
8. Evaluasi konsumsi bahan kering dan kecernaan energi pada domba ekor gemuk yang diberi probiotik selulolitik
2003, Lemlit UMM
9. Pengaruh Pemberian Probiotik bakteri Selulolitik dan Metode Pemberian Pakan Terhadap Penampilan Domba Ekor Gemuk (DEG)
2004, DIKTI
10. Pengaruh Pemberian probiotik selulolitik terhadap konsumsi, kecernaan bahan kering, kecernaan energi (TDN) berbagai hijauan pada sapi limousine cross.
2004, Disnak Propinsi Jatim-FPP UMM
11. Evaluasi daya hidup bakteri pada probiotik selulolitik (yogurt sapi) dengan bekatul sebagai bahan pembawa
2004, Lemlit UMM
12. Peningkatan Kemampuan Bakteri Selulolitik Cairan Rumen Untuk Probiotik Ternak Ruminansia
2004, DIKTI, Uber HKI
13. Pengaruh Penambahan Isolat Bakteri Selulolitik Rumen Pada Fermentasi Feses Sapi Perah Terhadap Kadar N, P, dan K
2005, Lemlit UMM
14. Evaluasi Pemberian UMMPB Mengandung Bakteri Selulolitik terhadap Peningkatan Kualitas Susu
2006, Lemlit UMM
15. Starter Pengolah Limbah Organik dan Produksi Biogas 2005, DIKTI, Uber HKI
16. Pengkajian Kualitas Probiotik terhadap Produktivitas Daging dan Susu di Jawa Timur
2006, UMM-DISNAK JATIM
17. Pengembangan Starter Fermentasi Produksi Gas Bio dengan Reformulasi Isolat Mikroba Rumen dan kolon Domba
2007, DIKTI-PHB
5. Daftar Publikasi yang Relevan dengan Proposal Penelitian No. Judul Tahun
1. Evaluasi kandungan bakteri susu dan koliform air sumur pada beberapa peternak sapi perah pemakai instalasi digester di DIY
1992, Buletin Fak. Peternakan UGM edisi Khusus
2. Optimasi medium dengan tapioka pada biakan Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338 untuk Meningkatkan Produksi Eritromisin
1995, Prosiding Seminar Nasional IBBMI Denpasar Bali
3. Pengaruh perbedaan konsentrasi starter Lactobacillus bulgaricus terhadap pH, kadar asam laktat dan kadar laktosa pada yoghurt
1995, Jurnal Ilmu Peternakan Ex-Farm UMM
4. Fermentasi produksi eritromisin oleh Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338 dengan pra-prekursor tapioka dalam medium gojok dan fermentor
1996, Prosiding Konggres Ilmiah ISFI Semarang
5. Peningkatan toleransi Saccharopolyspora erythrea CCRC 11513 terhadap minyak sawit sebagai pra-prekursor eritromisin dengan cara induksi
1996, Berkala Ilmiah Pasca Sarjana UGM
6. Resistensi mikroba terhadap antibiotik dalam sistem pemeliharaan ayam potong
1997, Poultry Indonesia Edisi September
7. Increasing the tolerance of Saccharopolyspora erythrea CCRC 11513 to palm oil as pra-precursor erythromycin by induction
1997, Proceeding The International Biotechnology
Conference, Jakarta
8. Kultur in vitro mikroba selulolitik asal rumen untuk mendapatkan starter pada proses dekomposisi bahan organik berserat
1998, Jurnal Ilmu Peternakan Ex-Farm UMM ed. Desember
9. Evaluasi konsumsi bahan kering dan kecernaan energi pada domba 2004, Jural Ilmu Peternakan,
ekor gemuk yang diberi probiotik selulolitik PROTEIN, ed. Januari
10. Isolasi mikroba selulolitik cairan rumen beberapa ternak ruminansia (kerbau, sapi, kambing, dan domba) untuk starter probiotik pakan sapi
2004, Jurnal Ilmu Peternakan, ed. Juli PROTEIN, ed. Juli
11. Peningkatan Kemampuan Bakteri Selulolitik Cairan Rumen Untuk Probiotik Ternak Ruminansia
2005, Jurnal Ilmu Peternakan PROTEIN, Ed. Januari
12. Ketersediaan N, P, K pada Manure Sapi Perah dengan Introduksi Bakteri Selulolitik.
2005, Proseding Seminar Nasional ”Prospek
Pengembangan Peternakan tanpa Limbah” Program Studi
Peternakan UNS
13. Aktivitas Enzim Selulase Ekstraseluler Bakteri Rumen Kerbau, Sapi, Kambing dan Domba pada Beberapa Kultur Fermentasi : Upaya mendapatkan Starter Probiotik bagi ternak ruminansia
2005, Proseding Seminar Nasional ”Pengembangan
Usaha Peternakan berdaya Saing di Lahan Kering” Fak.Peternakan UGM-Puslitbang Petrnakan
DEPTAN.
14. Kecernaan Fraksi Serat Kasar Pakan Dengan Penambahan Probiotik Bakteri Selulolitik Pada Metode Pemberian Pakan Berbeda.
2005, Proseding Seminar Nasional ”Pengembangan
Usaha Peternakan berdaya Saing di Lahan Kering” Fak.Peternakan UGM-Puslitbang Petrnakan
DEPTAN.
15. Evaluasi Penggunaan Urea Molases Mineral Probiotik Blok (UMMPB) pada Sapi Perah Laktasi Terhadap Produksi dan Kualitas Susu
2007, Proseding Seminar Nasional Rekonstruksi Bidang
Peternakan dalam Swasembada Pangan, Fak.
Peternakan UMM
16. Evaluasi Daya Hidup Bakteri Selulolitik dalam Urea Molases Mineral Probiotik Blok (UMMPB)
2007, Proseding Seminar Nasional Kearifan Lokal dalam Penyediaan serta
Pengembangan Pakan dan Ternak di Era Globalisasi, AINI-Fak Peternakan UGM
Malang, 30 April 2008
Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes
LAMPIRAN 3
Biodata Anggota Peneliti/Pengusul Paten 1. Nama Lengkap dan Gelar Tempat/Tanggal Lahir
Ir. Listiari Hendraningsih, MP Bandung, 11 Oktober 1964 2. Pendidikan (dari Sarjana Muda /yang Sederajat) dan Pelatihan
No. Universitas /Lokasi Gelar Tahun Selesai Bidang Studi
1. Universitas Padjajaran Bandung Insinyur 1989 Ilmu Ternak 2. Universitas Padjajaran Bandung Magister 1999 Nutrisi Ternak
3. Pengalaman Kerja dalam Bidang Profesi serta Kedudukan Saat ini No. Institusi Jabatan Periode Kerja 1. Kopertis Wilayah VII dpk. UM Malang Staf Pengajar 1990 – sekarang 2. Fakultas Peternakan – Perikanan UMM Ketua Jurusan 1998 – 2001 3. Fakultas Peternakan – Perikanan UMM Pembantu Dekan I 2001 – sekarang 4. Laboratorium Nutrisi Peneliti 1998 – sekarang
4. Daftar Publikasi yang Relevan dengan Proposal Penelitian
No. Judul Tahun 1. Pengaruh Penambahan Lemak Dalam Pakan Terhadap
Sapi Laktasi Ex-Farm Jurnal No. 7 Tahun VI Januari – Juni 1999 Pusbit Fak.
Peternakan UMM 2. Pengaruh Penambahan Bakteri Asam Laktat sebagai
Probiotik Terhadap Kecernaan Serat dan Produksi Asam Lemak Terbang Secara In-Vitro
Ex-Farm Jurnal no. 8 Tahun VI Juli – Desember 1999
3. Pengaruh Suplementasi Mineral Terhadap Penyerapan Calcium dan Phosphor Pada Domba Ekor Gemuk dengan Pemberian Limbah Pertanian
PROTEIN Journal Ilmiah Ilmu Peternakan dan Perikanan Juli –
Desember 2003, Nomor 20 4. The effect fermentation with cellulolytic bacteria isolate on
feed quality of rice straw basal feed AGRITEK, Januari 2002, Vol. 10
5. The effect of rice straw fermented on feeds quality of straw Proceeding Indonesian Biotechnology Conference 2001
6. Evaluasi Kecernaan Serat Kasar, Hemiselulosa, dan Selulosa Pada Domba Ekor Gemuk dengan Pemberian Probiotik Bakteri Selulolitik
Jurnal Ilmu Peternakan,Protein edisi Juni 2004
5. Pengalaman Penelitian
No Judul Tahun, Sponsor 1. Pengaruh Penambahan Bakteri Asam Laktat Sebagai Probiotik
Terhadap Kondisi Ekologis Rumen. 1998, DIKTI
2. Pengaruh Pemberian Bakteri Selulolitik Terhadap Kecernaan Serat Kasar, Hemiselulosa dan Selulosa pada Domba Ekor Gemuk dengan Metode Pemberian Pakan Yang Berbeda.
2003, Lemlit UMM
3. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Pada Metode Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Penampilan Produksi Domba Ekor Gemuk (DEG) Periode Pertumbuhan
2004, Dirjen Dikti.
4. Pengaruh Pemberian Bakteri Selulolitik Terhadap Kecernaan Serat Kasar, Hemiselulosa dan Selulosa pada Sapi Limousine pada Berbagai Hijauan
2004, Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur- FPP
UMM
5. Evaluasi Daya Hidup Probiotik Selulolitik (Yoghurt Sapi) Dengan Pollard Sebagai Bahan Pembawa
2004, LEMLIT umm
6. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Selulolitik Pada Metode Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Penampilan Domba Ekor Gemuk (DEG) Periode Pertumbuhan.
2004, DIKTI
6. Evaluasi Daya Hidup Probiotik Bakteri Selulolitik Dengan Pollard Sebagai Bahan Pembawa.
2004, Lemlit UMM
7. Kemampuan Bakteri Selulolitik Cairan Rumen untuk Probiotik Ternak Ruminansia
2004, Dirjen Dikti
8. Kecernaan Serat Kasar dan Energi pada Media Fermentasi Berbasis Manure Sapi Perah Dengan Introduksi Bakteri Selulolitik.
2004, Lemlit UMM
9. Peningkatan Kecernaan Serat Kasar dan Produksi Gas (In Vitro) Pada Media Fermentasi Berbasis Jerami Pad dengan Introduksi Bakteri Selulolitik.
2005, Lemlit UMM
10. Introduksi Mikroba Cairan Kolon Pseudoruminansia dalam Kultur Fermentasi Bakteri Selulolitik Super Ruminansia Untuk Peningkatan Produksi Gas Bio
2005, Dirjen Dikti
11. Introduksi Bakteri Lignolitik Kolon Pseudoruminansia dalam Kultur Fermentasi Bakteri Selulolitik Super Ruminansia Untuk Peningkatan Produksi Gas Methan
2005, Dirjen Dikti
12. Evaluasi Daya Hidup Bakteri Selulolitik Dalam Kemasan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok (UMMPB).
2005, Lemlit UMM
13. Evaluasi Pemberian Probiotik Bakteri Selulolitik terhadap Peningkatan Kualitas Susu Sapi
2006, Lemlit UMM
14. Evaluasi Penggunaan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok (UMMPB) Selulolitik Pada Sapi Perah Laktasi Terhadap Produksi dan Kualitas Susu
2006, Lemlit UMM
15. Pengkajian Kualitas Probiotik Terhadap Kualitas Daging dan Susu di Jawa Timur
2006, Disnak propinsi Jawa Timur
16. Eksplorasi Potensi Bakteri Asam Laktat Sebagai Probiotik Ruminansia Muda
2007, Lemlit UMM
17. Probiotik Bakteri Selulolitik Dalam Upaya Peningkatan Penampilan Produksi Sapi Perah
2007, Dirjen ikti
Malang, 30 April 2008
Ir. Listiari Hendraningsih, MP