Meningitis Purulenta
description
Transcript of Meningitis Purulenta
19 Apr 2023
REFERAT
MENINGITIS BAKTERIAL
Oleh:
Renny Dwi Sandhitia Sari
1102010235
Pembimbing:
dr. Nasir Okbah, SpS
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN BAGIAN ILMU SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI RSUD DR. SLAMET GARUT
19 Apr 2023
DEFINISI
Meningitis purulenta (dalam sinonimnya “meningitis piogenik” atau meningitis bakterial akut {non-TB})
adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus
19 Apr 2023
LIQUOR CEREBROSPINALIS (LCS)
LCS memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti jaket pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (otak tidak mempunyai pumbuluh limfe), dan memberikan beberapa perlindungan terhadap perubahan-perubahan tekanan (volume venosus volume cairan cerebrospinal).
19 Apr 2023
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, kasus tersangka meningitis purulenta sekitar 158/100.000 per tahun, dengan etiologi Hib 16/100.000 dan bakteri lain 67/100.000, angka yang tinggi apabila dibandingkan dengan negara maju
Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna.
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji), dan penyakit ISPA.
19 Apr 2023
ETIOLOGI
Risk and/or
Predisposing FactorBakterial Pathogen
Age 0-4 weeks Streptococcus agalactiae
(group B streptococci)
E coli K1
Listeria monocytogenes
Age 4-12 weeks S agalactiae
E coli
H influenzae
S pneumoniae
N meningitides
Age 3 months to 18
years
N meningitidis
S pneumoniae
H influenza
Age 18-50 years S pneumoniae
N meningitidis
H influenza
Age older than 50
years
S pneumoniae
N meningitidis
L monocytogenes
Aerobic gram-negative bacilli
Etiologi berdasarkan usia :
Immunocompromised
state
S pneumoniae
N meningitidis
L monocytogenes
Aerobic gram-negative bacilli
Intracranial
manipulation,
including
neurosurgery
Staphylococcus aureus
Coagulase-negative
staphylococci
Aerobic gram-negative bacilli,
including
P aeruginosa
Basilar skull fracture S pneumoniae
H influenzae
Group A streptococci
CSF shunts Coagulase-negative
staphylococci
S aureus
Aerobic gram-negative bacilli
Propionibacterium acnes
19 Apr 2023
• Faktor Host • Faktor Mikroorganisme • Faktor Lingkungan
Terjadinya meningitis bakterial dipengaruhi
oleh interaksi beberapa faktor, yaitu
19 Apr 2023
PATOGENESIS
Infeksi dapat mencapai selaput otak melalui :
• Hematogen: oleh karena infeksi di tempat lain seperti faringitis, tonsillitis, endokarditis, pneumonia, infeksi gigi.
• infeksi bakteri secara transplacental terutama Listeria. • Implantasi langsung : trauma kepala terbuka, tindakan
bedah otak, pungsi lumbal dan mielokel. • Meningitis pada neonates dapat terjadi oleh karena:
Aspirasi cairan amnion yang terjadi pada saat bayi melalui jalan lahir atau
• Perluasan langsung dari infeksi (perkontinuitatum) : yang disebabkan oleh infeksi dari sinus paranasalis, mastoid, abses otak, sinus cavernosus.
19 Apr 2023
MANIFESTASI KLINIS
Onset dari meningitis akut memiliki 2 pola awal yang dominan.
timbul mendadak dengan shock yang timbul cepat, purpura, DIC, kematian dan koma dalam 24 jam.
meningitis akan berlangsung selama beberapa hari, dengan gejala demam, disertai gejala infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) maupun traktus gastrointestianal (GIT) , disertai gejala SSP non spesifik seperti letargi dan iritabilitas.
Gejala dan tanda meningitis purulenta berhubungan dengan penemuan tidak khas tanda-tanda infeksi sistemik dan iritasi menigeal. Gejala dan tanda yang tidak khas antara lain demam, anoreksia, nafsu makan yang berkurang, sefalgia, gejala ISPA, mialgia, atralgia, takikardia, hipotensia, dapat pula timbul kelainan kulit seperti pada meningitis N. Meningiditis, Petechia dan Herpes Labialis (untuk infeksi Pneumococcus). Terdapat tanda rangsang meningeal seperti nuchal rigidity, nyeri punggung, kernig sign dan brudzinski sign.
19 Apr 2023
Peningkatan tekanan intra cranial (TIK) diketahui dengan adanya sakit kepala, vomitus, Moaning cry /Tangisan merintih (pada neonatus), penonjolan (bulging) dari fontanela atau pelebaran sutura, Crack pot sign. pernafasan Cheyne Stokes,paralisis okulomotor (ptosis, anisokor) dan paralisis N. abducens, hipertensi dengan bradikardia, apnoe atau hiperventilasi, postur dekortikasi atau deserebrasi, stupor, coma, dam tanda herniasi otak.
19 Apr 2023
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Pungsi LumbalLumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel
dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.
19 Apr 2023
Pemeriksaan Radiologis
Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada.
CT scan dengan kontras juga dapat mendeteksi komplikasi seperti thrombosis vena, infark, dan ventrikulitis
MRI dengan kontras merupakan modalitas paling sensitif untuk diagnosis meningitis purulenta
19 Apr 2023
Serebritis dan pembentukan abses pada pasien dengan meningitis purulenta. CT scan dengan kkontras, potongan aksial dilakukan 1 bulan setelah bedah dan menunjukkan adanya massa kecil, ring-enhanced, hipoattenuasi (abses rekuren) di ganglia basalis (panah) dan kumpulan cairan subdural berbentuk lentiformis dengan enhanced meningens (anak panah)
Sinusitis frontalis, empiema, dan pembentukan abses pada pasien dengan meningitis purulenta. T2-weighted axial MRI menunjukkan sinusitis frontalis, defek tulang (panah), dengan edema kortikal (anak panah), dan kumpulan cairan subdural oksipitoparietal kanan (empiema).
19 Apr 2023
KOMPLIKASI
Komplikasi dini dari meningitis purulenta dapat terjadi syok septik, termasuk DIC, koma, kejang (30-40% pada anak) , edema serebri, septic arthritis, efusi pericardial , atau anemia hemolitik. Sedangkan komplikasi lanjut dapat terjadi gangguan pendengaran sampai tuli, disfungsi saraf kranial, kejang multipel, paralisis fokal, efusi subdural, hidrocephalus, defisit intelektual, ataksia, Buta, Waterhouse-Friderichsen syndrome, dan gangren periferal.
19 Apr 2023
PENATALAKSANAAN
FAKTOR PASIEN TERAPI EMPIRIS
Dewasa <50 tahun
Ceftriaxone 2 g IV setiap 12 jam
atau
Cefotaxime 2 g IV setiap 4-6 jam
ditambah dengan vancomycin 15
mg/kgBB IV setiap 8-12 jam
Dewasa > 50 tahun
Ampisilin 2 g IV setiap 4 jam
ditambah dengan ceftriaxone 2 g
IV setiap 12 jam atau
Cefotaxime 2 g IV setiap 4-6 jam
ditambah dengan vancomycin 15
mg/kgBB IV setiap 8-12 jam
Gangguan imunitas seluler
Ampisilin 2 g IV setiap 4 jam
ditambah dengan ceftazidime 1 g
IV setiap 8 jam ditambah dengan
vancomycin 15 mg/kgBB IV setiap
8-12 jam
Bedah saraf, cedera kepala, atau
CSF shunt
Vancomycin 15 mg/kgBB IV setiap
8-12 jam ditambah dengan
ceftazidime 1 g IV setiap 8 jam
Terapi Empiris Meningitis Purulenta
19 Apr 2023
ORGANISME REGIMEN TERAPI
Streptococcus pneumonia
Sensitif Penisilin
Penisilin G 4 juta U IV setiap 4 jam atau ampisilin 2
g IV setiap 4-6 jam
Ceftriaxon 2 g IV setiap 12 jam atau cefotaxime 2 g
IV setiap 4-6 jam
Ceftriaxone 2 g IV setiap 12 jam atau cefotaxime 2
g IVsetiap 4-6 jam ditambah dengan vancomycin 15
mg/kgBB IV setiap 8-12 jam
Durasi terapi: 10-14 hari
Sensitif Ceftriaxone
Ceftriaxone 2 g IV setiap 12 jam atau cefotaxime 2
g IV setiap 4-6 jam ditambah dengan vancomycin
15 mg/kgBB IV setiap 8-12 jam atau rifampin 600
mg PO/IV/hari
Durasi terapi 10-14 hari
Haemophillus influenza
Negatif beta laktamase:
Ampisilin 2 g IV setiap 4-6 jam
Durasi terapi: 7 hari
Positif beta laktamase:
Ceftriaxone 2 g IV setiap 12 jam atau cefotaxime 2
g IV setiap 4-6 jam
Durasi terapi: 7 hari
Regimen Terapi Antibiotik Spesifik Organisme
19 Apr 2023
Neisseria meningitides
Penisilin G 4 juta U IV setiap 4 jam
atau ampisilin 2 g IV setiap 4-6 jam
Ceftriaxone 2 g IV setiap 12 jam
atau cefotaxime 2 g IV setiap 4-6
jam
Durasi terapi: 7 hari
Listeria monocytogenes
Penisilin G 4 juta U IV setiap 4 jam atau
ampisilin 2 g IV setiap 4-6 jam ditambah
dengan 3-5 mg/kgBB IV perhari dibagi
setiap 8 jam
Durasi terapi: ≥ 21 hari
Streptococcus agalactie
Penisilin G 4 juta U IV setiap 4 jam
ditambah dengan gentamisin 3-5
mg/kgBB IV per hari, dibagi setiap 8 jam,
jika diperlukan
Durasi terapi: 14-21 hari
Enterobacteriaceae
Ceftriaxone 2 g IV setiap 12 jam atau
cefotaxime 2 g IV setiap 4-6 jam
ditambah dengan gentamicin 3-5
mg/kgBB IV per hari dibagi setiap 8 jam
Durasi terapi: 21 hari
Pseudomonas
aeruginosa
Ceftazidime 1 g IV setiap 8 jam atau
cefepime 2 g IV setiap 8 jam ditambah
dengan 3-5 mg/kgBB IV per hari dibagi
setiap 8 jam
Durasi terapi: 21 hari
19 Apr 2023
Terapi Deksametason
pada penelitian bayi dan anak dengan meningitis H.infulenzae tipe B yang mendapat terapi deksametason menunjukkan penurunan signifikan insidens gejala sisa neurologis dan audiologis, dan juga terbukti memperbaiki gangguan pendengaran.
Namun pemberian deksametason dapat menurunkan penetrasi antibiotik ke SSP. Oleh karena itu pemberiannya harus dengan pemikiran yang matang berdasarkan kasus, resiko dan manfaatnya.
BedahUmumnya tidak diperlukan tindakan bedah, kecuali jika ada komplikasi seperti empiema subdural, abses otak, atau hidrosefalus
19 Apr 2023
PROGNOSIS Prognosis pasien meningitis purulenta tergantung dari
banyak faktor, antara lain: Umur pasien
Jenis mikroorganisme
Berat ringannya infeksi
Lamanya sakit sebelum mendapat pengobatan
Kepekaan bakteri terhadap antibiotic yang diberikan
Makin muda umur pasien makin jelek prognosisnya; pada bayi baru lahir yang menderita meningitis angka kematian masih tinggi. Infeksi berat disertai DIC mempunyai prognosis yang kurang baik. Apabila pengobatan terlambat ataupun kurang adekuat dapat menyebabkan kematian atau cacat yang permanen. Infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten terhadap antibiotik bersifat fatal.
19 Apr 2023
DAFTAR PUSTAKA
1. Dhamija RM, Bansal J. 2006. Bacterial Meningitis (Meningoencephalitis): A Review.
JIACM 2006; 7(3): 225-35
2. Saharso D, dkk. Infeksi Susunan Saraf Pusat. Dalam : Soetomenggolo TS, Ismael S,
penyunting. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. h. 40-6, 339-71
3. Sitorus MS. Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Available from : http://repository
.usu.ac.id/bitstream/123456789/3546/1/anatomi-mega2.pdf. Accessed Sept 2013.
4. Meningitis. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter%2520II.pdf&sa=U&ei=
r8bMT6qnCoLprAf2kpH4Cg&ved=0CBAQFjAA&sig2=xk2MbinlqGJJuh9jdf8osQ&usg
=AFQjCNGu4u51n0yTu3rQqlU6DYswlUWppg.
5. Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RP. 2002. Clinical Neurology. 5th Edition. McGraw-
Hill/Appleton & Lange: United States.
6. Cass D. 2001. Early Recognition and Management of Meningitis. The Canadian Journal
of CME. 105-114.
7. Incesu L. 2011. Imaging in Bacterial Meningitis. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/341971-overview#a24.
8. Kim KS, pathogenesis of bacterial meningitis: from bacteraemiato neuronal injury. 376 .
May 2003. Volume 4. Available at : www.nature. com/reviews/neuro.
9. Kliegman, Stanton, St Geme, Schor, Behrman. Nelson Textbook of PEDIATRIC 18 th
edition. Part XXVII The Nervous System, Central Nervous System Infection.
Philadelphia : 2011. H 2089-2090.
10. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: Bagian
Kesehatan Anak FKUI; 1985. h.558-65, 628-9.
11. Bashir HE, Laundy M, Booy R. Diagnosis andtreatment of bacterial meningitis, Archs
Dis Child 2003; 88:615-20.