Meningitis Bakterialis

25
Case Report Session MENINGITIS Oleh : Latifah 0810313252 Pembimbing : Prof.dr. H. Basjiruddin Ahmad,Sp.S (K) Dr. Yuliarni Syafrita,Sp.S (K) 1

Transcript of Meningitis Bakterialis

Page 1: Meningitis Bakterialis

Case Report Session

MENINGITIS

Oleh :

Latifah

0810313252

Pembimbing :

Prof.dr. H. Basjiruddin Ahmad,Sp.S (K)Dr. Yuliarni Syafrita,Sp.S (K)

Bagian NeurologiRSUP Dr. M. Djamil Padang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1

Page 2: Meningitis Bakterialis

2013MENINGITIS

A. Pendahuluan

Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piamater, disebabkan

oleh bakteri, virus, Ricketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan

kronis. Mikroorganisme ini dapat masuk ke setiap bagian ruang subarachnoid dan

dengan cepat menyebar ke tempat lain. Meningitis dibagi menjadi dua golongan

berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis serosa dan

meningitis purulenta. (1,2)

Meningitis serosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang

disertai cairan otak yang jernih. Penyebab tersering adalah Mycobacterium

tuberculosa. Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondii, Ricketsia.

Meningitis serosa masih banyak ditemukan di Indonesia karena morbiditas

tuberkulosis masih tinggi. (1,2,3)

Meningitis purulenta adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater

yang disertai cairan otak yang keruh. Penyebab terutama adalah Haemophilus,

Pneumococcus, Meningococcus, Staphilococcus, Streptococcus, sedangkan pada

bayi penyebab tersering yaitu E.coli, Salmonella, Staphilococcus, Streptococcus. (1,2,3)

B. Etiologi dan Patogenesis

1. Meningitis Serosa

Meningitis serosa terjadi sebagai akibat komplikasi penyebaran

tuberkulosis primer, biasanya dari paru. Terjadinya meningitis bukanlah karena

terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan

biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum

tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga arachnoid.

Kadang-kadang dapat juga terjadi perkontinuitatum dari mastoiditis atau

spondilitis. (1,2,3)

Pada pemeriksaan histologis, meningitis serosa ternyata merupakan

meningoensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada dasar otak,

2

Page 3: Meningitis Bakterialis

terutama pada batang otak (brain stem) tempat terdapat eksudat dan tuberkel.

Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dpat menimbulkan obstruksi pada

sisterna basalis dan mengakibatkan hidrosefalus serta kelainan pada saraf otak.

Tampak juga kelainan pada pembuluh darah seperti arteritis dan flebitis yang

menimbulkan penyumbatan. Akibat penyumbatan ini dapat terjadi infark otak

yang kemudian akan mengakibatkan perlunakan otak. (2,3)

2. Meningitis Purulenta

Kuman-kuman dapat masuk ke dalam susunan saraf pusat secara

hematogen atau langsung menyebar dari kelainan di nasofaring, paru-paru, dan

jantung. Selain itu perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan di dekat

selaput otak seperti abses otak, otitis media, mastoiditis dan trombosis sinus

kavernosus. (1,2,3)

C. Gambaran Klinis

1. Meningitis Serosa

Penyakit ini dimulai akut, subakut, atau kronis dengan gejala demam,

mudah kesal, marah-marah, obstipasi, muntah-muntah, kejang umum dan disertai

penurunan kesadaran. Dapat ditemukan tanda-tanda peransangan meningen

seperti kaku kuduk, tanda Laseque, Kernig, Brudzinski I dan Brudzinski II. Suhu

badan naik turun, kadang-kadang suhu malah merendah. Nadi sangat labil, sering

dijumpai nadi yang lambat. Selain itu terdapat hiperestesi umum. Abdomen

tampak mencekung. Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat

pada sarf-saraf ini. Yang sering terkena adalah Nervus III dan VII. Terjadi afasia

motoris dan sensoris, kejang fokal, monoparesis, hemiparesi, gangguan

sensibilitas (1,2,3,4) . Tanda khas penyakit ini adalah apatis, reflek pupil yang lambat

dan reflek-reflek tendo yang lemah. Terjadinya atrofi otak dapat menimbulkan

gejala sisa berupa demensia dan perubahan watak. Secara khusus dibagi menjadi 3

stadium : (1,4)

1. Stadium 1 : Adanya tanda penyakit umum seperti demam, sefalgia,

gelisah, mudah kesal (iritable)

2. Stadium 2 : Tanda-tanda pada stadium 1 disertai dengan adanya tanda

ransangan meningen dan kelainan neurologi seperti gangguan saraf otak,

hemiplegi, kejang.

3

Page 4: Meningitis Bakterialis

3. Stadium 3 : Tanda-tanda pada stadium 2 disertai dengan penurunan

kesadaran.

2. Meningitis Purulenta

Pada neonatus gambaran klinik berbeda dengan anak yang lebih besar dan

dewasa. Umumnya meningitis purulenta terjadi secara akut dengan panas tinggi,

mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang, konstipasi,

diare. Biasanya disertai septikemia dan pneumonits. Tanda-tanda iritasi meningeal

seperti kaku kuduk, tanda Kernig, Laseque, Brudzinski dan Fontanella menonjol

untuk sementara waktu belum timbul. (1,2,3,)

Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, permulaan penyakit juga

terjadi secara akut dengan panas, nyeri kepal yang hebat sekali, malaise umum,

kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung. Biasanya dimulai dengan gangguan

saluran nafas atas. Selanjutnya terjadi kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi

renjatan, hipotensi dan takikardi karena septikemia. Gangguan kesadaran berupa

letargi sampai koma yang dalam. (1,2,3,4)

D. Diagnosa

Diagnosa meningitis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan

klinis, dan pemeriksaan penunjang. (1,2,3,4)

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah

Dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit,

laju endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit. Pada

meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit dan LED. (1,2,3)

2. Lumbal pungsi / pemeriksaan cairan otak

Hasil pemeriksaan lumbal pungsi digunakan membedakan antara meningitis

serosa dengan meningitis purulenta. (1,2)

LP PURULENTA SEROSA

WarnaSel

ProteinGlukosaKlorida

Mikroorganisme

KeruhPMN 1000-10000

100-500 mg%0-40 mg%650-680Kultur

JernihMMN 300-500100-500 mg%

Rendah510

Khusus/Ziehl-Nielsen

4

Page 5: Meningitis Bakterialis

3. Kultur darah

Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan jenis bakteri yang menginfeksi

meningen sehingga dapat diberikan terapi dengan obat yang sesuai oleh

penyebabnya. (1,2,4,5)

4. Pemeriksaan Radiologis

Dilakukan pemeriksaan roentgen dada dan kepala. Bila perlu dilakukan CT

scan kepala. (1,2,5)

F. Penatalaksanaan

Terapi untuk meningitis ini terbagi menjadi terapi umum dan terapi

khusus, yaitu : (1,2,4)

1. Terapi Umum

- Istirahat mutlak, bila perlu diberikan perawatan intensif

- Pemberian gizi tinggi kalori tinggi protein

- Posisi penderita dijaga agar tidak terjadi dekubitus

- Keseimbangan cairan tubuh

- Perawatan kandung kemih dan defekasi

- Mengatasi gejala demam, kejang

2. Terapi Khusus

a. Penatalaksanaan meningitis serosa meliputi : (1,2)

1) Rejimen terapi : 2RHZE – 7RH

2 bulan pertama

- INH : 1 x 400 mg/hari, oral

- Rifampisisn : 1 x 600 mg/hari, oral

- Pirazinamid : 15-30 mg/kgBB/hari, oral

- Etambutol : 15-20 mg/kgBB/hari, oral

7-12 bulan berikutnya

- INH : 1 x 400 mg/hari, oral

- Rifampisin : 1 x 600 mg/hari, oral

2) Steroid

Diberikan untuk :

5

Page 6: Meningitis Bakterialis

- Menghambat reaksi inflamasi

- Mencegah komplikasi infeksi

- Menurunkan edem cerebri

- Mencegah perlengketan arachnoid dan otak

- Mencegah arteritis / infark otak

Indikasi :

- Kesadaran menurun

- Defisit neurologi fokal

Dosis : Dexametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg

intravena selama 2-3 minggu, selanjutnya turunkan perlahan selama 1

bulan.

b. Penatalaksanaan meningitis purulenta meliputi : (1,2)

Pemberian antibiotika harus tepat dan cepat, sesuai dengan bakteri

penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil

biakan sebaiknya diberikan antibiotika dengan spektrum luas. Antibiotika

diberikan selama 10-14 hari atau sekurang-kurangnya 7 hari setelah bebas

demam.

Penisilin G dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam untuk infeksi

Pneumococcus, Streptococcus, Meningococcus.

Kloramfenikol dosis 4 x 1 gr/hari atau ampisilin 4 x 3 gr/hari untuk

infeksi Haemophilus.

Gentamisin untuk infeksi E.coli, Klebsiella, Proteus dan kuman-

kuman gram negatif.

6

Page 7: Meningitis Bakterialis

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Infeksi. Dalam : Buku Ajar

Neurologi Klinis, edisi pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

1996 : 161-68, 181-87

2. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Infeksi Susunan Saraf. Dalam :

Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta 2003 : 303-20

3. Price S.A & Willson L.M. Alih bahasa Anugerah P. Infeksi Pada Sistem Saraf.

Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 4. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1995 :1004-7

4. Duus P. Alih bahasa Ronardy D.H. Meningen, Ventrikel dan Cairan

Serebrospinalis. Dalam : Diahnostik Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi,

Tanda, Gejala. Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1996 : 246-

62

5. Groot J & Chusid J. G. Alih bahasa Munandar A. Diskusi Kasus. Dalam :

Neuroanatomi Korelatif , edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

1997 : 266

7

Page 8: Meningitis Bakterialis

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.N

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 30 tahun

Suku bangsa : Minangkabau

Alamat : Pasaman

Alloanamnesis (diberikan oleh ibu kandung)

Seorang pasien laki-laki umur 30 tahun dirawat di bangsal Syaraf RS Dr.

M. Djamil Padang tanggal 9 Februari 2013 dengan :

Keluhan Utama :

Penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

Penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,

kesadaran turun secara berangsur-angsur. Sebelumnya pasien

mengeluhkan nyeri kepala bagian belakang kemudian diikuti muntah

sebanyak 2 kali, beberapa jam kemudian pasien terlihat lebih banyak

tidur, namun masih dapat membuka mata saat dibangunkan .

Demam sejak 3 bulan yang lalu, demam tidak tinggi, naik turun, dan

tidak menggigil, dan sejak 2 hari yang lalu, demam dirasakan semakin

tinggi.

Tidak tampak kelemahan anggota gerak

Kejang (-)

Saat pasien tidak sadar, pasien dibawa ke RSUD Pasaman Barat dan

dirujuk ke RSUP Dr.M. Djamil

.Riwayat Penyakit dahulu

Tidak pernah sakit paru-paru, infeksi telinga, gigi dan hidung.

8

Page 9: Meningitis Bakterialis

Riwayat batuk-batuk disangkal pasien.

Sejak lahir pasien telah mengalami bisu dan tuli.

Riwayat penurunan berat badan sejak 3 bulan yang lalu, besarnya

penurunan berat badan pasien tidak diketahui pasien.

Sejak 6 bulan yang lalu, pasien mengalami pembengkakan pada

panggul kiri dan terasa sakit bila berjalan dan sejak 2 bulan ini

pembengkakan mulai bertambah besar

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita batuk-batuk yang lama.

Riwayat Pribadi dan Sosial

Pasien seorang buruh perkebunan sawit, aktifitas fisik cukup

Riwayat narkoba (-) alkohol (-)

PEMERIKSAAN FISIK ( 12 Februari 2013)

Vital sign :

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : GCS-( E3M6Vbisu)

Tekanan Darah : 150/100 mmHg

Frekuensi nadi : 96 x/menit

Frekuensi nafas : 18 x /menit

Suhu : 37,1º C

Status Internus :

Rambut : hitam, tidak mudah dicabut.

Mata : Konjungtiva : tidak anemis,

Sklera : tidak ikterik

Telinga : pasien tuli sejak lahir

Hidung : tidak ada kelainan

Mulut dan gigi: Caries dentis +

Leher :

JVP : 5 – 2 cmH2O

Kelenjar getah bening : tidak teraba

Thorak :

Paru :

9

Page 10: Meningitis Bakterialis

Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan statis dan

dinamis

Palpasi : fremitus sulit dinilai

Perkusi : sonor kiri = kanan

Auskultasi :

Paru dextra : vesikuler normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Paru sinistra : bronkovesikuler, ronkhi (+), wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : ictus tidak terlihat

Palpasi : ictus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung dalam batas normal.

Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada.

Abdomen

Inspeksi : perut tidak membuncit, distensi tidak ada

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba.tidak ada nyeri tekan,

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Punggung : Corpus vertebralis tak ada deviasi

Status neurologikus:

Tanda perangsangan selaput otak

Kaku kuduk : + Kernig : +

Brudzinsky I : - Brudzinsky II : -

Brudzinsky III : - Brudzinsky IV: -

Tanda peningkatan TIK

Muntah proyektil : -

Sakit kepala progresif : +

Pemeriksaan nervus kranialis

N I : sukar dinilai

N II : visus 6/6, lapangan pandang tidak ada gangguan

N III, IV, VI : pupil: bulat diameter 3 mm/3mm refleks cahaya +/+ ,

bola mata dapat bergerak ke segala arah

10

Page 11: Meningitis Bakterialis

N V : bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan

kanan, menggigit dan mengunyah, reflek kornea (+) pada

kedua mata

N VII : motorik : ekspresi wajah simetris, plika nasolabialis

simetris, mengangkat alis dan mengerutkan dahi tidak

terganggu.

sensorik: pengecapan lidah untuk rasa manis, asin, dan

asam lidah baik

N VIII : pendengaran sulit dinilai

N IX, X : arcus faring simetris, uvula di tengah, reflek muntah (+)

N XI : bisa menoleh ke kiri dan ke kanan, bisa mengangkat bahu

N XII : deviasi lidah tidak ada, disatria sukar dinilai

Motorik:

Ekstremitas Superior Kanan Kiri

Pergerakan Aktif AktifKekuatan 555 555Tonus Eutonus EutonusTropik Eutro f i Eutro f i

Ekstremitas Inferior Kanan Kiri

Pergerakan Aktif PasifKekuatan 555 Sukar dinilaiTonus Eutonus EutonusTropik Eutro f i Eutro f i

Sensorik:sensibilitas eksteroseptif dan proprioseptif baik

Otonom : BAK terpasang kateter

Reflek fisiologis : Kanan Kiri

Biseps ++ ++

Triseps ++ ++

KPR ++ sukar dilakukan

APR ++ sukar dilakukan

Reflek patologis :

Babinski group - -

11

Page 12: Meningitis Bakterialis

PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( 9 Februari 2013)

Darah : Hb : 15,7 gr % Na+ : 129 mMol/L

Leukosit : 30.400 /mm3 K+ : 3,8 mMol/L

Ht : 49% Cl : 94 mMol/L

Trombosit : 562.000/mm3 Ur/Cr : 45/1,3

GDS : 152

Lumbal Pungsi (10 Februari 2013) :Warna jernih kemerahan, norme (+), panddy (++)Jumlah sel : 18PMN: 60MN : 40Glukosa: 76

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Brain CT Scan (10 Februari 2013)

Tidak tampak lesi hipodens atau hiperdens di intrakranial

Sulci dan gyri tidak melebar

Midline shift tidak tampak

Sist. Sisterna dan ventrikel tidak melebar

Cerebellum, Pons dan CPA baik

Kesan : Brain CT-scan tidak tampak kelainan

Rontgen Thorak

Cor : Tidak membesar

Pulmo : Tampak infiltrat perihiler

Kesan : Pneumonia

PelvisTampak lesi litik di tulang pelvis, terutama di pelvis kiriReaksi periosteal (+)Jaringan lunak tampak bengkak Kesan : susp. khondrosarcoma dd/ parosteal osteosarkoma

DIAGNOSA

Diagnosis klinik : Meningitis sub akut

Diagnosis topik : Leptomeningen

Diagnosis etiologi : Infeksi Bakteri

Diagnosis skunder: Hiponatremia

Tumor Tulang Regio Pelvis

12

Page 13: Meningitis Bakterialis

Sepsis ec Meningitis

Pneumonia

DIFERENSIAL DIAGNOSA

Penurunan kesadaran ec. Perdarahan sub arachnoid

PENATALAKSANAAN

Umum

Oksigen 3-4 l/menit

IVFD Nacl 0,9% 8 jam/colf

ML RG II

Pasang kateter monitoring volume urin

Khusus

Ceftriakson 2x2 gr (IV)

Alinamin F 1x 25 mg (IV)

Paracetamol 4x500 mg (P.O)

Citicholin 2 x 500 mg (IV)

Ciprofloksasin 2x100 mg (infus)

RENCANA PEMERIKSAAN SELANJUTNYA

Na+, K+ ulang

Kutur dan sensitivitas kuman

Hasil Konsul Interne (12 Februari 2013)

KU : Sedang Kes : CMC TD : 140/80 mm/Hg

Nadi : 96 x/menit Nafas : 22x/menit Suhu : 37,2 ºC

Toraks:

C/ suara jantung murni, teratur M1>M2, P2< A2, bising

Pulmo/ Vesikuler, Rh minimal di paru kiri, Wheezing -/-

Abdomen/ dalam batas normal

Status Lokalis/ pinggul kiri bengkak

Lab/

Hb : 15,7 gr/dl Leukosit: 30.400 /mm3 Ht : 49 %

13

Page 14: Meningitis Bakterialis

Trombosit: 562.000/mm3 Ur/Cr : 45/1,3 GDR : 116

As.Urat : 20,4 Na/K/Cl: 159/3,9/122

Kesan :

AKI RIFLE F ec Prerenal ec Renal

Hiperurisemia

Hipernatremia

Trombosis reaktif

Sepsis ec BP

Susp. Khondrosarcoma

Meningitis sub-akut

Terapi :

AB lanjutkan

Dehidrasi IVFD Nacl 0,45% 6 jam/colf

Allopurinol 1x 100 mg

Diet Rendah Purin, Rendah Garam

Balance Cairan

Anjuran :

Kultus sputum dan darah

Cek ulang Ureum,Creatinin, post rehidrasi 6 jam

Cek ulang Na, cek Calcium

Cek ulang Hb,Ht,Leukosit,Trombosit post 3 hari Antibiotik

Hasil Konsul Paru (11 Februari 2013)

RPS :

Penurunan kesadaran sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, terjadi secara

berangsur-angsur.

Batuk-batuk (-), Riwayat batuk lama disangkal

Batuk berdarah (-)

Sesak nafas (-)

Demam (-), Riwayat demam sebelumnya (+)

Riwayat demam hilang-timbul (-), keringat malam (-)

14

Page 15: Meningitis Bakterialis

Penurunan nafsu makan (+), Penurunan BB (+), Riwayat OAT (-), Riwayat

kontak penderita TB (-)

Pemeriksaan Fisik

KU : sedang Kes : Somnolen TD : 130/80 mmHg

Nd: 92 x/menit Nafas : 22 x/menit

Paru :

I : Simetris

Pa : fremitus sukar dinilai

Pe : Sonor

Au :

kanan : Vesikuler, Rh (-), Wh (-)

kiri : Brokovesikuler, Rh (+), Wh (-)

Laboratorium

Hb : 15,7 gr/dl Leukosit: 30.400/mm3 Na/K/Cl : 129/3,8/9,4

Ur/Cr : 45/1,3 GDS : 150 mg/dl

Kesan : Penurunan kesadaran ec CAP dd/ TB paru + Hiponatremia

Tatalaksana :

Oksigen bila sesak 4-6 liter/menit

Inj.Ceftriakson 2x2gr (IV)

Inf.Ciprofloksasin 2x200 mg

Cek Hb, Leukosit 3-5 hari pasca Antibiotik

Anjuran :

Kultur sputum

BTA sputum

Kultur darah

FOLLOW UP

12 Februari 2013

A/ demam mulai turun, batuk tidak ada

VS/ KU : Sedang Kesadaran : GCS ( E4M6V-)

TD : 150/100 mmHg Nadi : 96 x/menit

Suhu : 370 C Nafas : 18 x/menit

15

Page 16: Meningitis Bakterialis

SI/ Paru : vesikuler -/+, wheezing (-)

Panggul kiri bengkak

SN/ TRM (+), Kerning sign (+), Kaku kuduk (+)

Tanda peningkatan TIK (-)

Nn.Cranialis : Pupil isokor, bulat diameter 3mm/3mm, RC +/+, RK +/+

Sensorik : Baik

Motorik : 555/555 555/sukar dinilai

Otonom : BAK melalui kateter, BAB (+)

Rf: +/+ Rp: -/-

DK/ Meningitis sub akut onset hari ke 5, rawatan hari ke 4

Thy/

Umum

IVFD Nacl 0,9 % 8 jam/colf

Kateter monitor volume urin

Khusus

Ceftriakson 2x2 gr (IV)

Alinamin F 1x 25 mg (IV)

Paracetamol 4x500 mg (P.O)

Citicholin 2 x 500 mg (IV)

Ciprofloksasin 2x100 mg (infus)

Amlodipin 1 x 5 mg

13 Februari 2013

A/ demam mulai turun, batuk tidak ada

VS/ KU : Sedang Kesadaran : GCS ( E4M6V-)

TD : 150/100 mmHg Nadi : 96 x/menit

Suhu : 370 C Nafas : 18 x/menit

SI/ Paru : vesikuler -/+, wheezing (-)

Panggul kiri bengkak

SN/ TRM (+), Kerning sign (+), Kaku kuduk (+)

Tanda peningkatan TIK (-)

Nn.Cranialis : Pupil isokor, bulat diameter 3mm/3mm, RC +/+, RK +/+

16

Page 17: Meningitis Bakterialis

Sensorik : Baik

Motorik : 555/555 555/ sukar dinilai

Otonom : BAK melalui kateter, BAB (+)

Rf: +/+Rp: -/-

DK/ Meningitis sub akut onset hari ke 5, rawatan hari ke 4

Thy/

Umum

IVFD Nacl 0,45 % 6 jam/colf

Diet ML TKTP RG II

Kateter monitor volume urin

Khusus

Ceftriakson 2x2 gr (IV)

Alinamin F 1x 25 mg (IV)

Paracetamol 4x500 mg (P.O)

Citicholin 2 x 500 mg (IV)

Ciprofloksasin 2x100 mg (infus)

Allopurinol 3x 100 mg

Amlodipin 1 x 5 mg

17

Page 18: Meningitis Bakterialis

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang laki-laki, umur 30 tahun dengan diagnosis klinik

meningitis subakut. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa berupa adanya

Penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, kesadaran turun

secara berangsur-angsur. Sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri kepala bagian

belakang kemudian diikuti muntah sebanyak 2 kali, beberapa jam kemudian

pasien terlihat lebih banyak tidur, namun masih dapat membuka mata saat

dibangunkan. Demam sejak 3 bulan yang lalu, demam tidak tinggi, naik turun,

tidak menggigil, dan sejak 2 hari yang lalu, demam dirasakan semakin tinggi.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 380 C. Dari pemeriksaan neurologi

ditemukan tanda kaku kuduk, tanda peningkatan TIK tidak ditemukan.Dari

pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis dan trombositosis

reaktif, sedangkan dari pemeriksaan penunjang sebelumnya pada foto torax

ditemukan adanya infiltrat perihiler kesan bronkopneumonia.

Berdasarkan gejala klinis, labor dan penunjang, pasien ini cenderung

didiagnosis sebagai meningitis sub akut mengingat gejala yang ada pada

anamnesa dan pemeriksaan fisik berupa nyeri kepala, demam, gelisah, dan tanda

rangsangan meningealyang positif . Untuk menkonfirmasi hal tersebut maka harus

dilakukan pemeriksaa Cairan Serebro Spinal untuk dilakukan analisa LCS dan

kultur penyebabnya namun karena hasil lumbal pungsi yang masih meragukan

sebaiknya dilakukan LP ulang pada pasien ini.

Penatalaksanaan pasien adalah dengan memberikan antibiotik spektrum

luas sambil menunggu hasil pemeriksaan Lumbal Punksi. Antibiotika yang

digunakan adalah ciprofloksasin dan ceftriakson.

18