Meningitis

56
Dwy Hardiyanti Rabu, 25 April 2012 asuhan keperawatan meningitis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental. Penyakit meningitis dan pneumonia telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri

description

meningitis

Transcript of Meningitis

Page 1: Meningitis

Dwy Hardiyanti

Rabu, 25 April 2012

asuhan keperawatan meningitis

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan

kematian. Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita

kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental.

Penyakit meningitis dan pneumonia telah membunuh jutaan balita di

seluruh dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta

kematian  anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000

kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat.

Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides.

Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah

bakteri yang paling sering menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa

inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit)

kuman tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus

adalah salah satu penyebab meningitis terparah. Penelitian yang

diungkapkan konsultan penyakit menular dari Leicester Royal Infirmary,

Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien

meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam.

Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang

Page 2: Meningitis

terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan

hidup. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang

dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat

melawan bakteri tersebut.

Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh

biasanya menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada

kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental.

Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin

parah setelah beberapa bulan.

B.    TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk

mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya

pada mata kuliah keperawatan Neurobehavior II tentang asuhan

keperawatan klien dengan infeksi dan inflamasi system saraf pusat.

2. TUJUAN KHUSUS

Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa

mengetahui bagaimana asuhan keperawatan klien dengan infeksi dan

inflamasi system saraf pusat: Meningitis, mengetahui penyebab, tanda

dan gejala, komplikasi yang mungkin terjadi, serta penatalaksanaan dari

klien yang mengalami meningitis.

Page 3: Meningitis

C.   RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari meningitis.

2. Bagaimana penyebab terjadinya meningitis.

3. Bagaimana patofisiologi meningitis.

4. Apa saja tanda dan gejala dari meningitis.

5. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien meningitis.

6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami meningitis.

BAB II

ISI

KONSEP DASAR PENYAKIT

I.          DESKRIPSI

Page 4: Meningitis

Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medulla spinalis.

Selaput otak terdiri atas tiga lapisan dari luar kedalam yaitu duramater,

arakhnoid, dan piamater. Duramater terdiri dari lapisan yang berfungsi

kecuali di dalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada

tulang dan terdapat sinus venosus.

Falks serebri adalah lapisan vertikel dura meter yang memisahkan

kedua hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang

horizontal dari dura meter yang memisahkan lobus oksipitalis dari

serebellum. Arakhnoid merupakan membrane lembut yang bersatu di

tempatnya dengan pia meter, diantaranya terdapat ruang subarachnoid

dimana terdapat arteri dan vena serebri dan dipenuhi oleh cairan

serebrospinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang

subarachnoid di sebelah belakang otak belakang, memenuhi celah di

antara serebellum dan medulla oblongata.

Pia meter merupakan membrane halus yang kaya akan pembuluh

darah kecil yang menyuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Pia

meter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan

seluruh medulla spinalis.

Secara singkat pengertian dari meningitis adalah radang pada

meningen/membrane (selaput) yang mengelilingi otak dan medulla spinalis.

II.        ETIOLOGI

Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi:

1. Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama

meningokokus, pneumokokus, dan hasil influenza.

2. Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.

3. Organisme jamur.

Page 5: Meningitis

III.      KLASIFIKASI

Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan factor penyebabnya:

1. Asepsis

Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau

menyebabkan iritasi meningen yang di sebabkan oleh abses otak,

ensefalitis, limfoma, leukemia, ataui darh di ruang subarachnoid.

2. Sepsis

Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organism

bakteri seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza.

3. Tuberkulosa

Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.

Infeksi meningen umumnya dihubungkan dengan satu atau dua jalan,

yaitu melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-

infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau melalui penekanan langsung

seperti didapat setelah cedera traumatic tulanh wajah. Dalam jumlah kecil

pada beberapa kasus merupakan iatrogenic atau hasil sekunder prosedur

invasive (seperti lumbal pungsi) atau alat-alat invasive (seperti alat

pemantau TIK).

a. Meningitis virus

Tipe dari meningitis ini sering disebut meningitis aseptis. Tipe ini

biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan virus

seperti gondok, herpes simpleks, dan herpes zooter. Eksudat yang

biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus

Page 6: Meningitis

dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi

pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons

dari jaringan otak terhadap virus bervariasi bergantung padajenis sel yang

terlibat.

b. Meningitis bacterial

Meningitis bacterial adalah suatu keadaan ketika meningens atau

selaput dari otak mengalami peradangan akibat bakteri. Sampai saat ini,

bentuk paling signifiakan dari meningitis adalah tipe bacterial. Bakteri

paling sering dijumpai pada meningitis bakteri akut, yaitu Neiserria

meningitidis (meningitis meningokokus), streptococcus pneumonia (pada

dewasa), dan Haemophilus influenza (pada anak-anak dan dewasa muda).

Ketiga organisme ini menyebankan sekitar 75% kasus meningitis bakteri.

Bentuk penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan

secret dari hidung dan tenggorokan yang membawa kuman (paling sering)

atau infeksi dari orang lain. Akibatnyaa, banyak yang tidak berkembang

menjadi infeksi tetapi menjadi menjadi pembawa (carrier). Insiden tertinggi

pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram negative yang terrjadi pada

lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau

seseorang yang mengalami gangguan respons imun.

IV.     PATOFISIOLOGI

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan

piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel

bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan

seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi

arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.

Page 7: Meningitis

Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,

memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.

Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh

fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan

langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar),

mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan

subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan

penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti

dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis

bagian atas.

Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,

mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah

saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang

melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid

menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini

penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi

radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat

menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan

serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,

vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar

otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran

ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan

fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada

darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan

peningkatan TIK.

Page 8: Meningitis

V.       MANIFESTASI KLINIS

a. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)

b. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,

dan koma.

c.  Iritasi meningen mengakibatkan:

- Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami

kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.

- Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan

fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.

- Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut

dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah

satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang

berlawanan.

d. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

e. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat

eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan

karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),

pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat

kesadaran.

f.   Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

g. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba

muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati

intravaskuler diseminata.

VI.     KOMPLIKASI

1.   Hidrosefalus obstruktif

Page 9: Meningitis

2.   MeningococcL Septicemia (mengingocemia)

3.   Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)

4.   SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)

5.   Efusi subdural

6.   Kejang

7.   Edema dan herniasi serebral

8.   Cerebral palsy

9.   Gangguan mental

10. Gangguan belajar

VII.    PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat

perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja

yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas

penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi:

Pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang

subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan

perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin

generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar

pemberian antimikroba lebih efektif digunakan. Obat anti-infeksi (meningitis

tuberkulosa):

     Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama

1 setengah tahun.

     Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.

     Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3

bulan.

Page 10: Meningitis

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

     Sefalosporin generasi ketiga

     Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari

     Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:

     Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6

mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7

mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.

     Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.

     Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk

mengobati edema serebri.

     Pemenuhan oksigenasi dengan O2.

     Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian

tambahan volume cairan intravena.

ASUHAN KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan meningitis meliputi: anamnesis riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic, dan pengkajian psikososial

(pada anak perlu dikaji dampak hospitalisasi).

Page 11: Meningitis

a.  Anamnesis, meliputi:

-    Identitas klien, antara lain: nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan,

agama, pendidikan, dsb.

-    Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa

anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah panas badan tinggi,

kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.

-    Riwayat Penyakit Saat Ini

Factor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahhui

jenis kuman penyebab. Disisi harus ditanya dengan jelas tentang gejala

yang timbul sepertyi kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah

buruk. Pada pengkajiian klien meningitis, biasanya didapatkan keluhan

yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK.

Keluhan gejala awaal tersebut biasanya sakit kepala dan demam.

Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan

sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi

selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian

untuk dilakukan pengkajian lebih mandalam, bagaiman sifat timbulnya

kejang, stilus apa yang sering menimbulkan kejang, dan tindakan apa yang

telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.

Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran

dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan

memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang

terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respons individu

etrhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan peilaku juga umum terjadi.

Page 12: Meningitis

Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak responsive, dan

koma. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama

menjalani perawatn di RS, pernahkah menjalani tindakan invasife yang

memungkinkan masuknya kuman ke meningen terutama melalui pembuluh

darah.

-    Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan

adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi

pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,

mastoiditis, anemia sel sabit dan henoglobinopatis lain, tinbadak bedah

saraf, riwayat trauma kepala, dan adanya pengaruh immunologis pada

masa sebelumnya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada klien

terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani

pengobatan obat antituberkulosis yang sangat berguna untuk

mengidentifikasi meningitis tuberkulosa. Pengkajian pemakaian obat-obat

yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obatkortikosteroid,

pemakaian jenis-jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensi

pemakaian antibiotik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian.

Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit

sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk

memberikan tindakan selanjutnya.

-    Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Pengkajian psikologis klien meningitis meliputi beberapa dimensi yang

memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai

status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Sebagian besar pangkajian ini

dapat diselesaikan melalui interasi menyeluruh dengan klien dalam

Page 13: Meningitis

pelaksanaan pengkajian lain dengan member pernyataan dan tetap

melakukan pengawasan sepanjang waktu untuk menentukan kelayakan

ekspresi emosi dan pikiran. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan

klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit

yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan

masyarakat serta respons atau pengauhnya dalam kehidupan sehari-hari

baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul

pada klien, yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas,

rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal, dan

pandangan terhadap dirinya yang salah (ganngguan citra tubuh).

Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar bias

digunakan klien selama masa stress meliputi kemampuan klien untuk

mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan

perubahan perilaku akibat stress.

Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini

memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan

pengobatan mmemerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga

memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak

gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Persfektif

keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan

yang diakibatkan oleh deficit neurologis dalam hubungannya dengan peran

social klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaftasi pada

gangguan neurologis didalam system dukungan individu.

Pada pengkajian klien anak, perlu diperhatikan dampak hospitalisasi

pada anak dan family center. Anak dengan meningitis sangat rentan

terhadap tindakan invasive yang sering dilakukan untuk mengurangi

keluhan stress anak dan menyebabkan anak stress dan kurang kooperatif

Page 14: Meningitis

terhadap tindakan keperawatan dan medis. Pengkajian psikososial yang

terbaik dilaksanakan saat mengoservasi anak-anak bermain atau selama

berinteraksi dengan orang tua. Anak-anak sering kali tidak mampu untuk

mengekspresikan perasaan mereka dan cenderung untuk memperlihatkan

masalah mereka melalui tingkah laku.

b.  Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamneesis yang mengarah pada keluhan-

keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data

dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara

per system B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-

keluha dari klien.

Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa TTV. Pada klien

meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih daru normal,

yaitu 38-410 C, dimulai dari fase sistemik. Kemerahan, panas, kulit kering,

berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi

dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh.

Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda

peningkatan TIK. Apabila disertai peningkatan frekuensi pernafasan sering

berrhubungan dengan peningkatan laju metabolism umum dan adanya

infeksi pada system pernafasan sebelum mengalami meningitis. Tekanan

darah biasanya normal atau meningkat karena tanda-tanda peningkatan

TIK.

B1 (BREATHING)

Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan

otot bantu nafas, dan peningkatan prekuensi pernapasan yang sering

Page 15: Meningitis

didapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya gangguan pada

system pernapasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan apabila terdapat

deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi fpeura massif (jarang

terjadi pada klien dengan meningitis). Auskultasi bunyi nafas tambahan

sepetti ronkhi pada kien dengan meningitis tuberkulosa dengan

penyebaran primer dari paru.

B2 (BLOOD)

Pengkajian pada system kardiovaskuler terutama dilakukan pada klien

meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami

renjatan (syok). Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% klien dengan

meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septicemia: demam tinggi

yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan

ekstremitas), syok, dan tanda-tanda koagulasi intravascular desiminata

(disseminated intravascular coagulation-DIC). Kematian mungkin terjadi

dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.

B3 (BRAIN)

Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap

dibandingkan pengkajian pada system lainnya.

a. Tingkat kesadaran

Kualitas kesadaran kliien merupakan parameter yang paling mendasar

dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian.

Tingkat kesadaran klien dan respons terhadap lingkungan adalah indicator

paling sensitive untuk disfungsi system persarafan. Beberapa system

digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewasspadaan dan

kesadaran.

Page 16: Meningitis

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya

berkisar pada tingkat latergi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien

sudah mengalimi koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai

tingkat kasadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau pembarian

asuhan keparawatan.

b. Fungsi serebri

Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai

gaya bicara klien dan observasi ekspesi wajah dan aktifitas motorik yang

pada klien meningitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami

perubahan.

c. Pemeriksaan saraf cranial

Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tiidak ada kelainan dan fungsi

penciuman tidak ada kelainan.

Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan

papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif

disertai abses serebri dan efusi ssubdural yang menyebabkan terjadinya

peningkatan TIK berlangsung lama.

Saraf III,IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien

meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya yanpa

kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu kesadaran,

tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reksi pupil akan didapatkan.

Dengan alas an yang tidak diketahui, klien meningitis mengeluh mengalami

fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.

Page 17: Meningitis

Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis

pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.

Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.

Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.

Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Adanya usuha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk

(rigiditas nukal).

Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada

fasikulasi. Indra pengecapan normal.

d. System motorik

Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada

meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.

e. Pemeriksaan refleks

Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum

atau periosteum derajat refleks pada respons normal. Refleks patologis

akan didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma.

Adanya refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN.

f.   Gerakan involunter

Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan distonia. Pada

keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada

anak dengan meningitis disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi.

Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang

terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.

Page 18: Meningitis

g. System sensorik

Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan sensasi

raba, nyeri, dan suhu normal, tidak ada perasaan abnormal dipermukaan

tubuh. Sensasi proprioseptif dan diskriminatif normal.

Pemeriksaan fisik lainnya terutama yang berhubungan dengan

peningkatan TIK. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat

purulen dan edema serebri terdiri atas perubahan karakteristik tanda-tanda

vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernapasan tidak teratur,

sakit kepala, muntah, dan penurunan tingkat kesadaran

Adanya ruang merupakan salah satu cirri yang menyolok pada

meningitis meningokokal (neisseria meningitis). Sekitar setengah dari

semua kloien dengan tipe meningitis, mengalami lesi-lesi pada kulit

diantaranya ruam ptekia dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah

yang luas.

Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali

yang umumnya terlihat pada semua tipe meningitis. Tanda tersebut adalah

rigiditas nukal, tanda kering (positif) dan adanya tanda brudzinski. Kaku

kuduk adalah tanda awal adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami

kesukaran karena adanya spasme otot leher. Fleksi paksaan

menyebabkan nyeri berat. Tanda pernig (positif) ketika klien dibaringkan

dengan paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat

diekstgensikan sempurna.

Tanda brutzinski: tanda ini didapatkan bila leher klien difleksikan,

maka dihasilnya fleksi lutut dan pinggul; bila didapatkan fleksi pasif, maka

ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat

pada sisi ekstremitas yang berlawanan.

Page 19: Meningitis

B4 (BLADDER)

Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan volume

haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan

penurunan curah jantung ke ginjal.

B5 (BOWEL)

Mual sampai muntah karena peningkatan produksi asam lambung.

Pemenuhan nutrrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan

adanya kejang.

B6 (BONE)

Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan

pergelangan kaki). Ptekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam. Pada

penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah.

Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik

secara umum sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari (ADL).

PENGKAJIAN PADA ANAK

Pengkajian pada anak sedikit berbeda dengan klien dewasa, hal ini

disebabkan pengkajian anamnesis lebih banyak dengan orang tua dan

pemeriksaan fisik berbeda karena belum sempurnanya organ pertumbuhan

terutama pada neonatus.

Pengkajian yang didapatkan pada anak bergantung pada usia anak

dan luasnya penyebaran infeksi di meningen. Hal lainnya yang

bmempengaruhi klinis pada anak adalah tipe organism yang menginvasi

meningen dan seberapa besar keektifan pemberian terapi, dalam hal ini

Page 20: Meningitis

adalah jenis antibiotic yang di pakai sangat berpengruh terhadap gejala

klinis pada anak. Untuk memudahkan penilaian klinis, gejala meningitis

pada anak dibagi menjadi tiga meliputi anak, bayi, dan neonatus.

Pada anak, manifestasi klinisnya adalah timbul sakit secara tiba-tiba,

adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-kejang.

Anak menjadi cepat rewel dan agitasi serta dapat berkembang menjadi

fotobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk,

stupor, dan koma. Gejala atau gangguan pada pernapasan atau gangguan

gastrointestinal seperti sesak nafas,muntah, dan diare. Tanda yang khas

adalah adanya tahanan pada kepala jika difleksiakan, kaku leher, tanda

krenig dan brudzinski (+). Akibat perfusi yang tidak optimal biasanya

memberikan tanda klinis seperti kulit dingin dan sianosis. Gejala lainnya

yang lebih sfesipik seperti petekia/purpura pada kulit sering didapatkan

apabila anak mengalami infeksi meningokokus (meningokoksemia),

keluarnya cairan dari telinga merupakan gejala khas pada anak yang

mengalami meningitis pneumokokus dan sinus dermal kongenital terutama

disebabkan oleh infeksi E.colli.

Pada bayi, manifestasi klinis biasanya tampak pada anak umur 3

bulan sampai 2 tahun dan sering ditemukan adanya demam, nafsu makan

menurun, muntah, rewel, mudah lelah, kejang-kejang, dan menangis

meraung-raung. Tanda khas dikepala adalah fontanel menonjol. Kaku

kuduk merupakan tanda meningitis pada anak, sedangkan tanda-tanda

brutzinski dan krenig dapat terjadi namun lambat atau ada pada kasus

meningitis tahap lanjut.

Pada neonatus, biasanya masih sukar untuk diketahui karena

manifestasi klinisnya tidak jelas dan tidak spesifik, namun pada beberapa

keadaan gejalanya mempunyai kemiripan dengan anak yang lebih besar,

Page 21: Meningitis

neonatus biasanya menolak untuk makan, kemampuan untuk menetek

buruk, gangguan GI berupa muntah dan kadang-kadang ada diare. Tonus

otot lemah, pergerakan dan kekuatan menangis melemah. Pada kasus

lanjut terjadi hipotermia atau demam, ikterus, rewel, mengantuk, kejang-

kejang, frekuensi napas tidak teratur/apnea, sianosis, penurunan berat

badan, tanda fontanel menonjol mungkin ada atau tidak. Leher fleksibel,

yaitu tidak didapatkan adanya kaku kuduk. Pada fase yang lebih berat

terjadi kolaps kardiovaskuler, kejang, dan apnea biasanya terjadi bila tidak

diobati atau tidak dilakukan tindakan yang cepat.

c.  Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic rutin pada klien meningitis meliputi

laboratorium klinik rutin (Hb, leukosit,LED, trombosit, retikulosit, glukosa)

pemeriksaan faal hemostatis diperlukan untuk mengetahui sacera awal

adanya DIC. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk

mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama

hiponatremia.

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisis

cairan otak. Lumbal pungsi tidak bisa dikerjakan pada klien dengan

peningkatan TIK. Analisis cairan otak diperiksa untuk mengetahui jumlah

sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Kadar glukosa darah dibandingkan

dengan kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan

pada klien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai

normal.

Page 22: Meningitis

Untuk lebih spesifik mengetahui jennies mikroba, maka organism

penyebab infeksi dapat diidentifikasi melalui kultur kuman pada cairan

serebrospinal dan darah. Counter immune elektrophoresis (CIE) digunakan

secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya

cairan serebrospinal dan urine.

Pemeriksaan lainnya diperlukan sesuai klinis klien meliputi foto

Rontgen paru, CT scan kepala. CT scan dilakukan untuk menentukan

adanya edema serebri atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya

normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.

B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.     Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangan

dan edema pada otak dan selaput otak.

2.     Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume

intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebri.

3.     Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi

secret, penurunan kemampuan batuk, dan perubahan tingkat kesadaran.

4.     Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan perubahan

tingkat kesadaran, defresi pusat nafas diotak.

5.     Gangguan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan infeksi

meningokokus.

6.     Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak.

7.     Hipertemia yang berhubungan dengan inflamasi pada meningen dan

peningkatan metabolism umum.

8.     Risiko tinggi deficit cairan tubuh yang berhubungan dengan muntah dan

demam.

9.     Risiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan

kektidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.

Page 23: Meningitis

10. Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan adanya kejang berulang,

fiksasi kurang optimal.

11. Gangguan aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan kelemahan fisik

umum.

12. Risiko tinggi koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan

dengan prognosis penyakit, perubahan psiko-sosial, perubahan perspsi

kognitif, perubahan actual dalam strukltur dan fungsi, ketidakberdayaan,

dan merasa tidak ada harapan.

13. Cemas yang berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit dan perubahan

kesehatan.

C.   INTERVENSI

Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan

peradangan dan edema pada otak dan selaput otak.

Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi

perfusi jaringa otak meningkat.

Criteria hasil: Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar,

disorientasi negative, konsentrasi baik, perfusi jaringan dan

oksigenassi baik, TTV dalam batas normal, dan syok dapat

dihindari.

Intervensi Rasional

Anjurkan klien berbaring

minimal 4-6 jam setelah

lumbal pungsi.

Monitor tanda-tanda

Mencegah nyeri kepala yang

menyertai perubahan tekanan

intracranial.

Mendeteksi tanda-tanda syok.

Page 24: Meningitis

peningkatan tekanan

intracranial selama

perjalanan penyakit (nadi

lambat, TD meningkat,

kesadaran menurun, nafas

ireguler, refleks pupil

menurun, kelemahan).

Monitor TTV dan neurologis

tiap 5-30 menit. Catat dan

laporkan segera perubahan-

perubahan tekanan intra-

cranial ke dokter.

Hindari posisi tungkai ditekuk

atau gerakan-gerakan klien,

anjurkan untuk tirah baring.

Tinggikan sedikit kepala klien

dengan hati-hati, cegah

gerakan yang tiba-tiba dan

tidak perlu dari kepala dan

leher, hindari fleksi leher.

Bantu seluruh aktivitas dan

gerakan-gerakan klien.

Anjurkan klien untuk

Perubahan-perubahan ini

manandakan ada perubahan

tekanan intracranial dan penting

untuk intervensi awal.

Mencegah peningkatan tekanan

intracranial.

Mengurangi tekanan

intracranial.

Mencegah keregangan otot

yang dapat menimbulkan

peningkatan tekanan

intracranial.

Page 25: Meningitis

menghembuskan nafas

dalam bila miring dan

bergerak ditempat tidur.

Cegah posisi fleksi pada lutut.

Sesuaikan dan atur waktu

prosedur perawatan dengan

periode reelaxsasi; hidari

rangsangan lingkungan yang

tidak perlu.

Beri penjelasan kepada klien

tentang keadaa n lingkungan.

Evaluasi selama masa

penyembuhan terhadap

gangguan motorik, sensorik

dan intelektual.

Kolaborasi pemberian steroid

osmotic.

Mencegah eksitasi yang

merangsang otak yang sudah

iritasi dan dapat menimbulkan

kejang.

Mengurangi disorientasi dan

untuk klarifikasi persefsi

sensorik yang terganggu.

Untuk merujuk ke rehabilitasi.

Menurunkan tekanan

intracranial.

Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan

volume intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema

serebri.

Tujuan: tidak terjadi peningkatan TIK pada klien dalam waktu

Page 26: Meningitis

3x24 jam.

Kriterria hasil: Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri

kepala, mual-mual dan muntah, GCS: 4,5,6, tidak terdapat papil

edema, TTV dalam batas normal.

Intervensi Rasional

Kaji factor penyebab dari

situasi/keadaan

individu/penyebab

koma/penurunan perfusi

jaringan dan kemungkinan

penyebab peningkatan TIK.

Pertahankan kepala/leher

pada posisi yang netral,

usahakan dengan sedikit

bantal. Hindari penggunaan

bantal yang tinggi pada

kepala.

Berikan periode istirahat

antara perawatan dan batasi

lamanya prosedur.

Berikan cairan intravena

sesuai indikasi.

Panas merupakan reflex dari

hipotalamus. Peningkatan

kebutuhan metabolism dan

oksigen akan menunjang

peningkatan TIK.

Perubahan kepala pada satu

sisi dapat menimbulkan

penekanan pada vena jugularis,

dan menghambat aliran darah

ke otak sehingga TIK

meningkat.

Memberikan suasana yang

tenang dapat mengurangi

respon psikologis dan

memberikan istirahat untuk

mempertahankan TIK yang

rendah.

Mengurangi edema serebral,

Page 27: Meningitis

Berikan obat osmosis diuretic:

manitol, furoscide.

Berikan steroid:

dexamethason, methyl

prednisone

Berikan analgesic narkotik:

kodein.

peningkatan minimum pada

minimum pada pembuluh darah,

tekanan darah, dan TIK.

Duretik digunakan pada fase

akutuntuk mengalirkan air dari

sel otak dan mengurangi edema

serebral dan TIK.

Untuk menurunkan inflamasi

dan mengurangi edema

jaringan.

Mengurangi nyeri

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

akumulasi secret, penurunan kemampuan batuk, dan

perubahan tingkat kesadaran.

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan, jalan

nafas kembali efektif.

Criteria hasil: secara subjektif sesak nafas (-), frekuensi nafas

16-20x/menit, tidak menggunakan otot bantu nafas, retraksi ICS

(-), mengi (-/-), dapat mendemonstrasikan cara batuk efektif.

Intervensi Rasional

Kaji fungsi paru, adanya bunyi

nafas tambahan, perubahan

irama dan kedalaman,

Memantau dan mengatasi

komplikasi potensial.

Pengkajian fungsi pernafasan

Page 28: Meningitis

penggunaan otot-otot

pernafasan, warna, dan

kekentalan sputum.

Atur pasisi fowler dan

semifowler.

Ajarkan cara batuk efektif.

Lakukan fisioterapi dada;

vibrilasi dada.

Penuhi hidrasi cairan via oral

seperti minum air putih dan

pertahankan asupan cairan

2500 ml/hari.

dengan interval yang teratur

adalah penting karena

pernafasan yang tidak efektif

dan adanya kegagalan, akibat

adanya kelemahan atau

paralisis pada otot-otot

interkostal dan difragma

berkembang dengan cepat.

Peninggian kepala tempat tidur

memudahkan pernafasan,

meningkatkan ekspansi dada,

dan meningkatkan batuk lebih

efektif.

Klien berada pada risiko tinggi

bila tidak dapat batuk dengan

efektif untuk membersihkan

jalan nafas dan mengalami

kesulitan dalam menelan,

sehingga menyebabkan

aspirasi saliva dan

mencetuskan gagal nafas akut.

Terapi fisik dada membantu

meningkatkan batuk lebih

efektif.

Page 29: Meningitis

Lakukan pengisapan lender

dijalan nafas.

Pemenuhan cairan dapat

mengencerkan mucus yang

kental dan dapat membantu

pemenuhan cairan yang

banyak keluar dari tubuh.

Pengisapan mungkin

diperlukan untuk

mempertahankan kepatenan

jalan nafas m,enjadi bersih.

Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan

jaringan otak.

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam keluhan nyeri berkurang/rasa

sakit terkendali.

Criteria hasil: klien dapat tidur dengan tenang, wajah rileks,

dank lien memverbalisasikan penurunan rasa sakit.

Intervensi Rasional

Usahakan membuat lingkungan

yang aman dan tenang.

Compress dingin (es) pada

kepala.

Menurunkan reaksi terhadap

ransangan eksternal atau

kesensitifan terhadap cahaya

dan menganjurkan klien untuk

beristirahat.

Dapat menyebabkan

Page 30: Meningitis

Lakukan penatalaksanaan

nyeri dengan metode distraksi

dan relaksasi nafas dalam.

Lakukan latihan gerak aktif

atau pasif sesuai kondisi

dengan lembut dan hati-hati.

Kolaborasi pemberian

analgesic.

vasokonstriksi pembuluh

darah otak.

Membantu menurunkan

(memutuskan ) stimulassi rasa

nyeri.

Dapat membantu ralaksasi

otot-otot yang tegang dan

dapat menurunkan nyeri atau

rasa tidak nyaman.

Pemberian analgesic dapat

menurunkan rasa nyeri.

Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan adanya kejang

berulang, fiksasi kurang optimal.

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam , klien bebas dari cedera yang

disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran.

Criteria hassil: klien tidak mengalami cedera apabila ada kejang

ebrulang.

Intervensi Rasional

Monitor kejang pada tangan,

kaki, mulut, dan otot-otot muka

lainnya.

Gambaran iritabilitas system

saraf pusat memerlukan

evaluasi yang sesuai dengan

intervensi yang dapat untuk

Page 31: Meningitis

Persiapkan lingkungan yang

aman seperti batasan ranjang,

papan pengaman, dan alat

suction selalu berada dekat

klien.

Pertahankan bedrest total

selama fase akut.

Kolaborasi pemberian terapi;

diazepam, fenobarbital.

mencegah terjadinya

komplikasi.

Melindungi klien bila kejang

terjadi.

Mengurangi risiko jatuh/cidera

jika terjadi vertigo dan ataksia.

Untuk mencegah atau

mengurangi kejang.

Risiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan

hipermetabolik.

Tujuan: kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5x24 jam.

Criteria hasil: turgor baik, asupan dapat masuk sesuai

kebutuhan, terdapat kemampuan menelan, sonde dilepas, berat

badan meningkat 1 kg, Hb dan albumin dalam batas normal.

Intervensi Rasional

Observasi tekstur dan turgor

kulit.

Mengetahui status nutrisi klien.

Kebersihan mulut deapat

merangsang nafsu makan.

Page 32: Meningitis

Lakukan oral higiene.

Observasi asupan dan

keluaran.

Observasi posisi dan

keberhasilan sonde.

Tentukan kemampuan klien

dalam mengunyah, menelan

dan refleks batuk.

Kaji kemampuan klien dalam

menelan, batuk, dan adanya

secret.

Auskultasi bising usus, amati

penurunan atau hiperaktivitas

bising usus.

Timbang berat badan sesuai

indikasi.

Mengetahui keseimbangan

nutrisi klien.

Menghindari resiko

infeksi/iritasi.

Untuk menetapkan jenis

makanan yang akan diberikan

pada klien.

Dengan mengkaji factor-faktor

tersebut dapat menentukan

kemampuan menelan klien

dan mencegah risiko aspirasi.

Fungsi GI bergantung pada

kerusakan otak. Bising usus

menentukan respons

pemberian makan atau

terjadinya komplikasi, misalnya

pada ileus.

Untuk mengevaluasi efektivitas

dari asupan makanan.

Menurunkan risiko regurgitasi

Page 33: Meningitis

Berikan makanan dengan cara

meninggikan kepala.

Letakkan posisi kepala lebih

tinggi pada waktu, selama dan

sesudah makan.

Stimulasi bibir untuk menutup

dan membuka mulut secara

manual dengan menekan

ringan di atas bibir/ di bawah

dagu jika dibutuhkan.

Letakkan makanan pada

daerah mulut yang tidak

terganggu.

Berikan makan dengan

perlahan pada lingkungan yang

tenang.

Berikan makanan per oral

setengah cair dan makanan

lunak ketika klien dapat

menelan air.

atau aspirasi.

Klien lebih mudah untuk

menelan karena gaya

gravitasi.

Membantu dalam melatih

kembali sensorik dan

meningkatkan control

muscular.

Memberikan stimulasi sensorik

(termasuk rasa kecap) yang

dapat mencetuskan ussaha

untuk menelan dan

meningkatkan masukan.

Klien dapat berkonsentrasi

pada mekanisme makan tanpa

adanya distraksi dari luar.

Makanan lunak atau cair

mudah untuk dikendalikan

didalam mulut dan

Page 34: Meningitis

Anjurkan klien menggunakan

sedotan untuk minum.

Anjurkan klien untuk

berpartisifasi dalam program

latihan /kegiatan.

Kolaborasi dalam memberikan

cairan melalui IV atau

makanan melalui selang.

menurunkan terjadinya

aspirasi.

Menguatkan otot fasial dan

otot menelan dan menurunkan

resiko terjadinya tersedak.

Dapat meningkatkan

pelepasan endorphin dalam

otak yang meningkatkan nafsu

makan.

Untuk membersihkan cairan

pengganti dan juga makanan

jika klien tidak mampu untuk

memasukkan segala sesuatu

melalui mulut.

Risiko tinggi koping individu dan keluarga tidak efektif yang

berhubungan dengan prognosis penyakit, perubahan

psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan actual

dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak

ada harapan.

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam setelah intervensi harga diri klien

meningkat.

Criteria hasil: mampu menyatakan/ mengomunikasikan dengan

orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang

Page 35: Meningitis

terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi,

mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri

dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negative.

Intervensi Rasional

Kaji perubahan darii gangguan

persepsi dan hubungan

dengan derajat

ketidakmampuan.

Ajarkan klien untuk

mengekspresikan perasaan,

termasuk permusuhan dan

kemarahan.

Bantu dan anjurkan perawatan

yang baik dan memperbaiki

kebiasaan.

Anjurkan orang-orang terdekat

untuk mengijinkan klien

melakukan sebanyak-

banyaknya hal-hal untuk

dirinya.

Dukung perilaku/usaha seperti

Menentukan bantuan untuk

indiividu dalam menyusun

rencana perawatan atau

pemilihan intervensi.

Membantu klien untuk

mengenal dan mulai

menyesuaikan dengan

perasaan tersebut.

Membantu meningkatkan

perasaan harga diri dan

mengendalikan lebih dari satu

area kehidupan.

Menghidupkan kembali

perasaan kemandirian dan

membantu perkembangan

harag diri serta memengaruhi

proses rehabilitasi.

Klien dapat beradaptasi

Page 36: Meningitis

ppeningkatan minat/partisipasi

dalam aktivitas rehabilitasi.

Dukung penggunaan alat-alat

yang dapat membantu adaptasi

klien, seperti tongkat, alat

bantu jalan, tas panjang untuk

kateter.

Monitor gangguan tidur

peningkatan kesulitan

konsentrasi, letargi, dan

menarik diri.

Kolaborasi: rujuk pada ahli

neuropsikologi dan konseling

bila ada indikasi.

terhadap perubahan dan

pengertian tentang peran

individu masa mendatang.

Meningkatkan kemandirian

untuk membantu pemenuhhan

kebutuhan fisik dan

menunjukkan posisi untuk

lebih aktif dalam kegiatan

social.

Dapat mengindikasikan

terjadinya depresi umumnya

terjadi sebagai pengaruh dari

stroke, ketika inetrvensi dan

evaluasi lebih lanjut diperlukan

Dapat memfasilitasi perubahan

peran yang penting untuk

perkembangan perasaan.

Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis

penyakit yang buruk

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan intervensi

kecemasan hilang atau berkurang

Criteria hasil : mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi

penyebab atau factor yang mempengaruhinya, dan menyatakan

Page 37: Meningitis

cemas berkurang

Intervensi Rasonal

Bantu klien mengekspresikan

perasaan marah, kehilangan,

dan takut

Cemas berkelanjutan dapat

memberikan dampak

serangan jantung selanjutnya

Kaji tanda verbal dan non

verbal kecemasan, dampingi

klien, dan lakukan tundakan bila

menunjukkan perilaku merusak

Reaksi verbal atau nonverbal

dapat menunjukkan rasa

agitasi, marah dan gelisah

Hindari konfrantasi Konfrontasi dapat

meningkatkan rasa marah,

menurunkan kerja sama, dan

mungkin memperlambat

penyembuhan

Mulai melakukan tindakkan

untuk mengurangi kecemasan.

Beri lingkungan yang tenang

dan suasana penuh istirahat

Mengurangi rangsangan

eksternal yang tidak perlu

Orientasikan klien terhadap

prosedur rutin dan aktivitas

yang diharapkan

Orientasi dapat menurunkan

kecemasan

Page 38: Meningitis

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Meningitis adalah radang pada meningen/membrane (selaput) yang

mengelilingi otak dan medulla spinalis.

Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi: Bakteri, Virus, Organisme

jamur.

Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan factor penyebabnya: Asepsis,

Sepsis, Tuberkulosa

Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Pengkajian meliputi: anamnesa: identitas klien, keluhan utama, riwayat

penyakit, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan diagnostic.

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa

anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah panas badan tinggi,

kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.

Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan gejala yang muncul saat

pengkajian dilakukan.

B.    SARAN

Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga

bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi tim penyusun dan semua

Page 39: Meningitis

mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada umumnya. Saran kami, lebih

banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan.

Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan

yang menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari

segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk

perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat lebih

baik.

Diposkan oleh Dwy Hardiyanti di 01.10 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Poskan Komentar Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

▼   2012 (4) o ▼   April (4)

asuhan keperawatan meningitis ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEDERA KEPALA TENTAMEN SUCIEDE KONSEP DASAR MASYARAKAT

Mengenai Saya

Dwy Hardiyanti Lihat profil lengkapku

Template Picture Window. Gambar template oleh sbayram. Diberdayakan oleh Blogger.