referat meningitis

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001). Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001). Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996). Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996). 2.2 ETIOLOGI 1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus 2

description

juewhdwuhfuewf ndweinff iuefwfiuhef neuwnfewfucwedfccf jndsiucjwejce ncdeceufc fuefuhhfiae

Transcript of referat meningitis

Page 1: referat meningitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi

otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ

jamur (Smeltzer, 2001).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal

dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat

(Suriadi & Rita, 2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan

oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,

Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai

piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak

dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996).

2.2 ETIOLOGI

1.   Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),

Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus

aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,

Peudomonas aeruginosa

2.   Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia

3.   Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan

wanita

4.   Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir

kehamilan.

5.   Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.

6.   Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri  yang berhubungan

dengan sistem persarafan.

2

Page 2: referat meningitis

Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :

1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria

monositogenes

2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza, meningococcus,

Pneumococcus.

3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus, Pneumococcus

(Japardi, Iskandar., 2002).

Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya

meningitis, yaitu mencakup : Infeksi jalan napas bagian atas, Otitis media,

mastoiditis, Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, Prosedur bedah saraf

baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis.

 Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah,

dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen,

semuanya ini penghubung yang menyongkong perkembangan bakteri.

Dari hasil laporan kasus, bakteri penyebab meningitis terbanyak

disebabkan oleh: Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae dan

Neisseria meningitidis. 

2.3 ANATOMI FISIOLOGI

Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi

struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis

cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu :

a. Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum

tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan

menyediakan darah untuk struktur-struktur ini.

b. Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura

meter.

c. Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari

jaringan ikat tebal dan kuat.

3

Page 3: referat meningitis

2.4 TIPE MENINGITIS

Meningitis Kriptikokus

Adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk

ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang kering. Kriptokokus

ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis

Kriptokokus ini paling sering terjadi pada orang dengan CD4 di bawah 100.

Diagnosis

Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites untuk kriptokokus dengan

dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen ( sebuah protein) yang dibuat

oleh kriptokokus. Tes ‘biakan’ mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari

contoh cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasil pada hari

yang sama. Tes biakan membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk

menunjukkan hasil positif. Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara

cepat bila diwarnai dengan tinta India (Yayasan Spiritia., 2006).

Viral meningitis

Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan umumnya

penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya meningkat di

musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar

virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral meningitis. Antara lain virus

herpes dan virus penyebab flu perut (Anonim., 2007).

Bacterial meningitis

Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius. Salah satu

bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya seperti timbul bercak

kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang menjadi

memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh dapat

berakibat fatal dan menyebabkan kematian (Anonim., 2007).

Meningitis Tuberkulosis Generalisata

Terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari paru.

Meningitis terjadi bukan karena terimfeksinya selaput otak langsung oleh

penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel

pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian

pecah ke rongga araknoid (Rich dan McCordeck). Anak-anak yang ibunya

4

Page 4: referat meningitis

menderita TBC kadang-kadang mendapatkan meningitis tuberkolusa pada bulan-

bulan pertama setelah lahir (Ngastiyah,2005).

Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan tanda-tanda

perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat

labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak mencekung, gangguan saraf otak.

Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.

Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan

otak, darah, radiologi, test tuberkulin (Harsono., 2003).

Meningitis Purulenta

Radang selaput otak ( araknoidea dan piameter) yang menimbulkan eksudasi

berupa pus, disebabkan oleh kuman nonspesifik dan nonvirus.

Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus-menerus, kaku kuduk,

kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan umum,

rasa nyeri pada punggung serta sendi.

Penyebab : Diplococcus pneumoniae(pneumokok), Neisseria meningitidis

(meningokok), Stretococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus

influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas aeruginosa.

Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen bakteri pada cairan otak,

darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan sumber infeksi, radiologik,

pemeriksaan EEG (Harsono., 2003).

Faktor resiko terjadinya meningitis :

1. Infeksi sistemik

Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara

hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis,

pneumonia, TBC, perikarditis, dll.

2. Trauma kepala

Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii

yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea

dan rhinorhea.

3. Kelaianan anatomis

Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga

tengah, operasi cranium.

5

Page 5: referat meningitis

2.5 PATOGENESIS

Kuman dapat mencapai selaput otak dan subaraknoidea melalui:

1. Luka terbuka dikepala.

2. Penyebaran langsung dari proses infeksi ditelinga tengah dan sinus paranasalis.

3. Pembuluh darah pada keadaan sepsis.

4. Penyebaran dari abses ekstradural, abses subdural dan abses otak.

5. Lamina kribosa osis etmoidalis pada keadaan rinorea.

6. Penyebaran dari radang paru.

7. Penyebarn dari infeksi kulit.

2.6 PATOFISIOLOGI

Meningitis terjadi akibat masuknya bakteri ke ruang subaraknoid, baik

melalui penyebaran secara hematogen, perluasan langsung dari fokus yang

berdekatan, atau sebagai akibat kerusakan sawar anatomik normal secara

konginetal, traumatik, atau pembedahan. Bahan-bahan toksik bakteri akan

menimbulkan reaksi radang berupa kemerahan berlebih (hiperemi) dari pembuluh

darah selaput otak disertai infiltrasi sel-sel radang dan pembentukan eksudat.

Perubahan ini terutama terjadi pada infeksi bakteri streptococcus pneumoniae dan

H. Influenzae dapat terjadi pembengkakan jaringan otak, hidrosefalus dan infark

dari jaringan otak.

Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis

yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan

peningkatan TIK. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada

meningen. Edema dan eksudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan

intrakranial (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2, 2005).

Penyebaran hematogen merupakan penyebab tersering, dan biasa terjadi

pada adanya fokus penyakit lain (misalnya, pneumonia, otitis media, selulitis)

atau akibat bakteremia spontan. Oleh karena patogen-lazim menyebar melalui

jalur pernapasan , peristiwa awalnya adalah kolonisasi traktus respiratorius bagian

atas.

Meningitis yang disebabkan oleh penyebaran nonhematogen mencakup

penyebaran infeksi dari daerah infeksi yang berdekatan ( otitis media, mastoiditis,

sinusitis, osteomielitis vertebralis atau tulang kranialis) serta kerusakan anatomi

6

Page 6: referat meningitis

(fraktur dasar tengkorak, pasca-prosedur bedah saraf, atau sinus dermal konginetal

di sepanjang aksis kraniospinalis). Gambaran lazim setiap penyebab infeksi

adalah masuknya bakteri patogen ke dalam ruang subaraknoid dan perbanyakan

bakteri (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 ).

Meningitis biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau terdapat

kenaikan suhu yang ringan saja, jarang terjadi akut dengan panas yang tinggi.

Sering dijumpai anak mudah terangsang atau menjadi apatis dan tidurnya sering

terganggu. Anak besar dapat mengeluh nyeri kepala. Anoreksia, obstipasi, dan

muntah juga sering dijumpai.

Stadium ini kemudian disusul dengan stadium transisi dengan kejang.

Gejala di atas menjadi lebih berat dan gejala rangsangan meningeal mulai nyata,

kuduk kaku, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus. Refleks tendon

menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya juga terdapat

kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala strabismus dan nistagmus.

Sering tuberkel terdapat di koroid. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan kesadaran

lebih menurun hingga timbul stupor.

Stadium terminal berupa kelumpuhan-kelumpuhan, koma menjadi lebih

dalam, pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali. Nadi dan pernapasan

menjadi tidak teratur, sering terjadi pernafasan `Cheyne-Stokes`.

Hiperpireksia timbul dan anak meninggal tanpa kesadarannya pulih

kembali. Tiga stadium tersebut biasanya tidak mempunyai batas yang jelas antara

satu dengan lainnya, namun jika tidak diobati umumnya berlangsung 3 minggu

sebelum anak meninggal (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2, 2005).

2.7 KOMPLIKASI

1.      Hidrosefalus obstruktif

2.      MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )

3.      Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)

4.      SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )

5.      Efusi subdural

6.      Kejang

7.      Edema dan herniasi serebral

7

Page 7: referat meningitis

8.      Cerebral palsy

9.      Gangguan mental

10.  Gangguan belajar

11.  Attention deficit disorder

2.8 MANIFESTASI KLINIS

Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku

kuduk. Namun pada anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi

meningen lain mungkin tidak ditemui. Peruban tingkat kesadaran lazim terjadi

dan ditemukan pada hingga 90% pasien. (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri

Rudolph,vol.1, 2006 ).

Menurut Brunner & Suddath. 2002. Gejala meningitis diakibatkan dari

infeksi dan peningkatan tekanan intra cranial berupa :

Sakit kepala dan demam, adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala

dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi

meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan

penyakit.

Perubahan tingkat kesadaran, dihubungkan dengan meningitis bakteri.

Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya

penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit,

demikian pula respon individu terhadap proses fisiologi. Manifestasi

perilaku juga umum terjadi. Sesuai pengembangan penyakit, dapat terjadi

letargik, tidak responsi, dan koma.

Iritasi meningen, mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali

yang umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.

Rigiditas nukal, (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk

fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.

Tanda kernig positif; ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam

keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.

Tanda Brudzinski: Bila leher pasien difleksikan, maka dihasilnya fleksi

lutut dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada

salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang

berlawanan.

8

Page 8: referat meningitis

Fotophobia (respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi syaraf-syaraf

kranialis.

Kejang dan peningkatan TIK, kejang terjadi sekunder akibat area fokal

kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat

purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda-

tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia), pernafasan tidak

teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.

Adanya ruam, seperti terdapat lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam ptekie

dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.

Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% pasien dengan meningitis

meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia; demam tinggi yang tiba-

tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas),

syok dan tanda-tanda kuagolupati intravaskular diseminata (KID).

Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.

Organisme penyebab infeksi selalu dapat diidentifikasi melalui biakan

kuman pada cairan serebrospinal dan darah.

Counterimmunoelectrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk

mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya cairan

serebrospinal dan urine.

2.9 GEJALA

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia penderita serta

virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang

tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita

merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta

penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang terkena meningitis,

biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan

nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran

seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan (Japardi, Iskandar., 2002).

2.10 DIAGNOSIS

9

Page 9: referat meningitis

1. Punksi Lumbal : tekanan cairan meningkat, jumlah sel darah putih meningkat,

glukosa menurun, protein meningkat.

Indikasi Punksi Lumbal:

a. Setiap pasien dengan kejang atau twitching baik yang diketahui dari

anamnesis atau yang dilihat sendiri.

b. Adanya paresis atau paralysis. Dalam hal ini termasuk strabismus karena

paresis N.VI.

c. Koma.

d. Ubun-ubun besar menonjol.

e. Kuduk kaku dengan kesadaran menurun.

f. Tuberkulosis miliaris dan spondilitis tuberculosis.

g. Leukemia.

2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )

3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )

4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi

bakteri )

5. Elektrolit darah : abnormal .

6. ESR/LED :  meningkat pada meningitis

7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat

infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak

ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor

9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

2.11 DIAGNOSA BANDING

a. Meningismus

Definisi

Tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi

selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan

nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

10

Page 10: referat meningitis

b. Abses Otak

Definisi

Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu kapsul

dalam jaringan otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur. Abses

otak biasanya akibat komplikasi dari suatu infeksi, trauma atau tindak

pembedahan. Keadaan-keadaan ini jarang terjadi, namun demikian insidens

terjadinya abses otak sangat tinggi pada penderita yang mengalami gangguan

kekebalan tubuh (seperti penderita HIV positif atau orang yang menerima

transplantasi organ).

Gejala

Gejala yang timbul bervariasi dari seorang dengan yang lain, tergantung

pada ukuran dan lokasi abses pada otak. Lebih dari 75% penderita mengeluh sakit

kepala dan merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan. Sakit kepala

yang dirasakan terpusat pada daerah abses dan rasa sakit semakin hebat dan parah.

Aspirin atau obat lainnya tidak akan menolong menyembuhkan sakit kepala

tersebut. Kuranglebih separuh dari penderita mengalami demam tetapi tidak

tinggi. Gejala-gejala lainnya adalah mual dan mintah, kaku kuduk, kejang,

gangguan kepribadian dan kelemahan otot pada salah satu sisi bagian tubuh.

Diagnosa

Gejala awal abses otak tidak jelas karena tidak spesifik. Pada beberapa

kasus, penderita yang berobat dalam keadaan distress, terus menerus sakit kepala

dan semakin parah, kejang atau defisit neurologik (misalnya otot pada salah satu

sisi bagian tubuh melemah). Dokter harus mengumpulkan riwayat medis dan

perjalanan penyakit penderita serta keluhan-keluhan yang diderita oleh pasien.

Harus diketahui kapan keluhan pertama kali timbul, perjalanan penyakit dan

apakah baru-baru ini pernah mengalami infeksi. Untuk mendiagnosis abses otak

dilakukan pemeriksaan CT scan (computed tomography) atau MRI sken

(magnetic resonance imaging) yang secara mendetil memperlihatkan gambaran

potongan tiap inci jaringan otak. Abses terlihat sebagai bercak/noktah pada

jaringan otak. Kultur darah dan cairan tubuh lainnya akan menemukan sumber

infeksi tersebut. Jika diagnosis masih belum dapat ditegakkan, maka sampel dari

11

Page 11: referat meningitis

bercak/noktah tersebut diambil dengan jarum halus yang dilakukan oleh ahli

bedah saraf.

Pencegahan

Kebanyakkan abses otak berhubungan dengan higiene mulut yang buruk,

infeksi sinus yang kompleks atau gangguan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena

itu, pencegahan yang terbaik adalah menjaga dan membersihkan rongga mulut

dan gigi dengan baik serta secara teratur mengunjungi dokter gigi. Infeksi sinus

diobati dengan dekongestan dan antibiotika yang tepat. Infeksi HIV dicegah

dengan tidak melakukan hubungan seks yang tidak aman. 

Ada 2 pendekatan yang dilakukan dalam terapi abses otak, yaitu :

1. Antibiotika untuk mengobati infeksi. Jika diketahui infeksi yang terjadi

disebabkan oleh bakteri yang spesifik, maka diberikan antibiotika yang

sensitif terhadap bakteri tersebut, paling tidak antibiotika berspektrum luas

untuk membunuh lebih banyak kuman penyakit. Paling sedikit antibiotika

yang diberikan selama 6 hingga 8 minggu untuk menyakinkan bahwa

infeksi telah terkontrol.

2. Aspirasi atau pembedahan untuk mengangkat jaringan abses. Jaringan

abses diangkat atau cairan nanah dialirkan keluar tergantung pada ukuran

dan lokasi abses tersebut. Jika lokasi abses mudah dicapai dan kerusakkan

saraf yang ditimbulkan tidak terlalu membahayakan maka abses diangkat

dengan tindakan pembedahan. Pada kasus lainnya, abses dialirkan keluar

baik dengan insisi (irisan) langsung atau dengan pembedahan yaitu

memasukkan jarum ke lokasi abses dan cairan nanah diaspirasi (disedot)

keluar. Jarum ditempatkan pada daerah abses oleh ahli bedah saraf dengan

bantuan neurografi stereotaktik, yaitu suatu tehnik pencitraan radiologi

untuk melihat jarum yang disuntikkan ke dalam jaringan abses melalui

suatu monitor. Keberhasilan pengobatan dilakukan dengan menggunakan

MRI sken atau CT sken untuk menilai keadaan otak dan abses tersebut.

Antikonvulsan diberikan untuk mengatasi kejang dan penggunaanya dapat

diteruskan hingga abses telah berhasil diobati. 

12

Page 12: referat meningitis

c. Tumor Otak

Definisi

Tumor otak adalah proliferasi dan pertumbuhan tak terkendali sel-sel di

dalam dan di sekitar jaringan otak. Tumor otak mencakup sekitar 7-9% dari

semua jenis kanker dan dapat terjadi pada semua usia. Pria lebih banyak terkena

penyakit ini daripada wanita. Tumor otak dapat jinak atau ganas, primer atau

sekunder.

Penyebab

Penyebab pasti pembentukan tumor otak tidak diketahui. Diduga radiasi

ionisasi dapat menyebabkan pertumbuhan tumor. Radiasi ionisasi adalah energi

radiasi tinggi yang menyebabkan kerusakan pada molekul DNA, sehingga

menyebabkan mutasi yang menyebabkan kanker.

Kebiasaan hidup berisiko, seperti merokok dan konsumsi alkohol, turut

berperan. Faktor risiko lain adalah genetik dan hormonal, zat karsinogenik, virus

onkogenik (virus tumor), dan zat kimia tertentu (pestisida, herbisida).

Gejala

Tumor otak menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat karena menyerang

dan menghancurkan jaringan otak lainnya. Massa fisik tumor juga dapat

menyebabkan efek sekunder, seperti :

Kompresi otak, saraf tengkorak dan pembuluh darah.

Cerebral edema atau pembengkakan akibat akumulasi cairan.

Peningkatan tekanan intrakranial (ICP)

Gejala tepatnya tergantung pada jenis, ukuran dan lokasi tumor, serta

luasnya invasi. Tumor otak seringkali tetap tersembunyi untuk waktu yang lama

karena hanya menyebabkan ketidaknyamanan kecil di awal. Tumor biasanya

didiagnosis terlambat, karena gejalanya tidak spesifik dan ambigu, seperti gejala

pertama dan paling umum yaitu sakit kepala.

Gejala khas yang mungkin mengindikasikan tumor otak adalah :

Sakit kepala, terutama pada malam dan pagi hari. Sakit kepala yang

disebabkan tumor otak semakin parah dalam beberapa hari ke minggu dan

obat analgesik biasa tidak mengurangi sakitnya.

Vertigo dan penglihatan kabur.

13

Page 13: referat meningitis

Mual dan muntah, biasanya di pagi hari. Ini sering menandakan tekanan

intrakranial yang meningkat.

Kejang, kedutan pada anggota badan atau satu sisi tubuh

Masalah neurologis, kelumpuhan

Gangguan koordinasi, limbung dan pelupa

Perubahan kepribadian

Diagnosis

Eksaminasi neurologis

Rontgen tengkorak dan angiografi serebral. Pembuluh darah diperiksa oleh

rontgen setelah injeksi larutan yang membuat mereka terlihat.

Computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging

(MRI).

Electroencephalogram (EEG). Tes ini mengukur aktivitas listrik otak.

Tumor mungkin terlihat sebagai kelainan lokal.

Pemeriksaan cairan cerebrospinal. Pada tes ini, contoh cairan serebrospinal

diambil dari tulang belakang. Tumor otak mengakibatkan tekanan yang

meningkat, tingkat protein lebih tinggi, mengurangi kadar gula atau

glukosa. Mungkin juga ada sel-sel tumor di cairan cerebrospinal.

Biopsi jaringan. Bila ada dugaan tumor ganas, sampel tumor diambil

melalui operasi khusus. Ahli bedah dapat menargetkan lokasi tertentu,

dipandu oleh CT scan atau MRI.

Terapi

Pengobatan tumor otak tergantung pada jenis, lokasi dan kepekaan

terhadap radiasi dan agen kimia. Tujuan perawatan adalah menghilangkan tumor

jika mungkin, atau jika tidak maka untuk menguranginya, meringankan gejala dan

mencegah kerusakan otak lebih lanjut. Pilihan terapi tumor otak seperti halnya

pada kanker jenis lain, yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi.

Obat-obatan lain untuk mengontrol gejala termasuk obat untuk mengontrol

edema otak atau akumulasi cairan, diuretik untuk mengurangi pembengkakan

otak, analgesik untuk mengurangi rasa sakit, antasida untuk mengurangi stres

ulkus dan antikonvulsan untuk mengurangi kejang.

14

Page 14: referat meningitis

2.12 PENATALAKSANAAN

Farmakologis

A. Obat anti inflamasi :

1) Meningitis tuberkulosa :

a) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½

tahun.

b) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.

c) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari,

selama 3 bulan.

2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :

a) Sefalosporin generasi ke 3

b) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.

c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :

a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.

b) Sefalosforin generasi ke 3.

B. Pengobatan simtomatis :

1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6 /mg/kg/dosis

kemudian klien dilanjutkan dengan.

2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

3) Turunkan panas :

a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

b) Kompres air PAM atau es.

C. Pengobatan suportif :

1) Cairan intravena.

2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.

2.13 PROGNOSIS

Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik

atau mental atau meninggal tergantung :

a. umur penderita.

b. Jenis kuman penyebab

c. Berat ringan infeksi

15

Page 15: referat meningitis

d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan

e. Kepekaan kuman terhadap antibiotik yang diberikan

f. Adanya dan penanganan penyakit.

2.14 CARA PENCEGAHAN

Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit virus atau

bakteri penyebab meningitis. Ajarilah anak-anak dan orang-orang sekitar untuk

selalu cuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah dari kamar mandi.

Usahakan pula untuk tidak berbagi makanan, minuman atau alat makan, untuk

membantu mencegah penyebaran virus. Selain itu lengkapi juga imunisasi si kecil,

termasuk vaksin-vaksin seperti HiB, MMR, dan IPD ( Japardi, Iskandar., 2002 ).

16

Page 16: referat meningitis

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi

struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis

cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:

a. Pia meter, merupakan lapisan yang menyelipkan dirinya ke dalam celah

pada otak dan sumsum tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak

yang sangat erat akan menyediakan darah untuk struktur-struktur ini.

b. Arachnoid, merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura

meter.

c. Dura meter, merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal

dari jaringan ikat tebal dan kuat.

Komponen intrakaranial terdiri dari : parenkim otak, sistem pembuluh

darah, dan CSF. Apabila salah satu komponen terganggu, akan mengakibatkan

peningkatan tekanan intrakranial, yang akhirnya akan menurunkan fungsi

neurologis.

Meningitis merupakan salah satu jenis infeksi yang menyeranga susunan

saraf pusat, dimana angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia. Pada banyak

penyakit yang mempunyai mobiditas dan mortalitas yang tinggi, prognosis

penyakit sangat ditentukan pada permulaan pengobatan. Beberapa bakteri

penyebab meningitis ini tidak mudah menular seperti penyakit flu, pasien

meningitis tidak menularkan penyakit melalui saluran pernapasan. Resiko

terjadinya penularan sangat tinggi pada anggota keluarga serumah, penitipan anak,

kontak langsung cairan ludah seperti berciuman. Perlu diketahui juga bahwa bayi

dengan ibu yang menderita TBC sangat rentan terhadap penyakit ini.

Meningitis adalah infeksi pada cairan otak dan selaput otak (meningen)

yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningitis bacterial merupakan

penyakit yang sangat serius dan fatal.

17

Page 17: referat meningitis

3.2 SARAN

Mengerti dan memahami gejala meningitis sangat penting untuk

menegakkan diagnosis sedini mungkin. Diagnosis dan pengobatan dini mencegah

terjadinya komplikasi yang bersifat fatal. Mengetahui penyebab meningitis sangat

penting untuk menentukan jenis pengobatan yang diberikan. Vaksin untuk

mencegah terjadinya meningitis bakterial telah tersedia, dan sangat dianjurkan

untuk diberikan jika berada atau akan berkunjung ke daerah epidemik.

18

Page 18: referat meningitis

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made

Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester,

Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University

Press.

Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi. 2 URL :

http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm diakses pada tanggal 15

September 2012.

Japardi, Iskandar. 2002. Meniingitis meningococcus. USU digital library URL :

http://www.library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf

diakses pada tanggal 15 September 2012.

Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.

Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 1996.

Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih

Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994.

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo, dkk. Editor edisi bahasa

Indonesia, Monica Ester. Ed. 8. Jakarta : EGC.

Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And

Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.

19