Meningitis
-
Upload
anisa-ainul-fajri -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of Meningitis
![Page 1: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/1.jpg)
MENINGITIS
1. Definisi Meningitis
Meningitis adalah infeksi susunan saraf pusat (SSP) yang paling sering ditemui.
Infeksi pada meningitis mengenai selaput meningen yang berisi cairan cerebrospinal
sepanjang cerebrum, cerebellum, dan medulla spinalis.1
2. Epidemiologi Meningitis
2.1 Epidemiologi Meningitis Bakterial
Meningitis bakterialis terjadi >2,5 kasus per 100.000 penduduk Amerika Serikat.
Streptococcus pneumonia merupakan penyebab utama meningitis bakterialis (50%),
diikuti oleh Neisseria meningitides (25%), dan Haemophilus influenza tipe B.
Meningitis meningokokus endemik di Afrika, India, dan negara berkembang lain,
serta sering terjadi pada orang-orang yang berpergian ke Arab Saudi untuk ibadah
haji. Penyakit meningokok yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis dijumpai di
seluruh dunia sebagai infeksi endemik. Galur yang termasuk dalam serogrup B dan C
merupakan penyebab utama penyakit ini pada negara-negara maju, sedangkan
serogrup A, dan sejumlah serogrup kecil serogrup C dijumpai di negara-negara
berkembang.Insiden penyakit meningokok pada 30 tahun insidens terakhir bervariasi
antara 1 sampai 3 per 100.000 penduduk di negara maju dan 10 sampai 25 per
100.000 di negara berkembang. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan
![Page 2: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/2.jpg)
sifat patogenik N.meningitidis serta perbedaan dalam segi sosioekonomi, lingkungan
dan kondisi iklim.2,3
2.2 Epidemiologi Meningitis Viral
Meningitis viral merupakan infeksi SSP yang paling sering pada populasi anak,
terjadi paling sering pada anak-anak di bawah 1 tahun.3
2.3 Epidemiologi Meningitis Tuberkulosis
Lebih dari 2 juta orang atau 1/3 dari populasi dunia terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis. Meningitis tuberkulosis merupakan bentuk tersering dari tuberkulosis
sistem saraf pusat dan merupakan bentuk tersering kelima dari tuberkulosis
ekstrapulmonal yaitu 5,2% dari semua kasus tuberkulosis ekstrapulmonal serta tetap
merupakan infeksi yang paling sering di negara berkembang. Meningitis tuberculosis
yang tidak ditangani menyebabkan 100% kematian. Sebanyak 67% penderita
meningitis tuberculosis mengidap HIV positif.3,4
3. Faktor Risiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan meningitis, antara lain berhubungan
dengan waktu dan geografi (misal riwayat berpergian ke tempat-tempat tertentu), usia
<5 atau >60 tahun, infeksi HIV, splenektomi dan penyakit sickle cell, peminum
alkohol dan sirosis hati, terpapar dengan penderita meningitis tanpa atau dengan
profilaksis, talassemia mayor, keganasaan, endokarditis bakteri, ketergantungan obat
intravena, konsumsi kortikosteroid, malnutrisi, migrasi, diabetes melitus, insufisiensi
ginjal atau adrenal, hipopara tiroidisme, atau fibrosis kistik.5
![Page 3: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/3.jpg)
4. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Bakteri tersering yang
dapat mengakibatkan meningitis antara lain Meningokokkus, Streptococcus
pneumonia, Haemophylus influenzae, dan Mycobacterium tuberculosa. Virus yang
paling sering mengakibatkan meningitis adalah Enterovirus dan Herper Simpleks
Virus. Jamur yang paling sering mengakibatkan meningitis adalah Cryptococcus
neoformans, dan Cryptococcus gatii.5
5. Patofisiologi
5.1 Patofisiologi Meningitis Bakterial
Meningitis bacterial dapat terjadi karena penyebaran bakteri ke selaput otak atau
meningen. Bakteri dapat mencapai meningen melalui beberapa cara, diantaranya
hematogen, perkontinuitatum, transplasental, dan implantasi bakteri langsung.
Penyebaran bakteri ke meningen paling sering terjadi secara hematogen. Saluran
pernapasan merupakan port d’entry utama masuknya bakteri kemudian menyebar ke
aliran darah dan menembus sawar darah otak dan kemudian menginfeksi meningen.
Gejala yang timbul biasanya diawali dengan infeksi saluran napas atas yang ditandai
dengan panas badan dan keluhan-keluhan pernapasan diikuti dengan munculnya
gejala-gejala SSP seperti nyeri kepala dan kaku kuduk yang nyata. 5
5.2 Patofisiologi Meningitis Viral
Meningitis viral sering terjadi pada anal-anak usia 0-4 tahun Viral meningitis
biasanya ringan dan sering hilang dengan sendirinya dalam dua minggu. Enterovirus
diketahui menyebabkan 30 persen viral meningitis. Tanda dan gejala umum infeksi
![Page 4: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/4.jpg)
enterovirus adalah ruam, radang tenggorokan, diare, nyeri sendi dan sakit kepala.
Virus lain seperti herpes simpleks, La Crosse, West Nile dan lainnya juga dapat
menyebabkan viral meningitis. 5
5.3 Patofisiologi Meningitis Tuberkulosis
Meningitis tuberculosis merupakan penyebaran tuberculosis ekstrapulmonal. Awal
mulanya Mycobacterium tuberculosa ditularkan dari droplet infection, kemudian
memasuki paru-paru. Kemudian bakteri bermultiplikasi dan membentuk fokus primer
di rongga alveolus. Fokus primer yang berisi bakteri dan sel-sel radang yang
mengalami nekrosis pecah, kemudian bakteri masuk ke sirkulasi darah melalui duktus
torakikus dan kelenjar limfe regional dan dapat menimbulkan infeksi berat berupa
tuberculosis milier atau hanya menimbulkan beberapa focus metastase yang tenang.
Terjadinya meningitis tuberkulosis diawali oleh pembentukan tuberkel di otak,
selaput otak atau medulla spinalis, akibat penyebaran tuberkulosis walaupun jarang.
Bila penyebaran hematogen terjadi dalam jumlah besar, maka akan langsung
menyebabkan penyakit tuberkulosis primer atau juga dapat merupakan reaktivasi dari
focus tuberkulosis. Kuman kemudian langsung masuk ke ruang subarachnoid akan
merangsang reaksi hipersensitivitas yang hebat dan selanjutnya akan menyebabkan
reaksi radang yang paling banyak terjadi di basal otak. 5
6. Klasifikasi Meningitis
6.1 Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial termasuk meningitis yang terjadi dalam kurun waktu
kurang dari 3 hari (akut) dan umumnya disebabkan oleh bakteri yaitu neisseria
![Page 5: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/5.jpg)
meningitidis, streptococcus pneumoniae, hemophylus influenzae, mycobacterium
tuberculosa, dll.
6.2 Meningitis Tuberkulosis
Meningitis viral termasuk meningitis yang terjadi dalam kurun waktu kurang
dari 3 hari (akut). Virus yang biasanya dapat menyebabkan meningitis yaitu
enterovirus, herpes simplex dll.
6.3 Meningitis Viral
7. Anamnesis
Keluhan utama nyeri kepala
Sejak kapan? / Sudah berapa lama?
Apakah ada keluhan nyeri belakang leher/ kaku kuduk?
Apakah ada keluhan demam?
Apakah disertai mual dan muntah?
Apakah ada penurunan kesadaran?
Apakah ada kejang?
Apakah ada rasa takut pada cahaya atau fotofobia?
Apakah ada lemah pada tungkai dan lengan sebelah badan?
Apakah ada fokus infeksi seperti otitis media, ISPA, sinusitis, dan gigi bolong?
Apakah ada riwayat batuk lama, berkeringat pada malam hari?
Apakah ada riwayat kontak dengan penderita TB?
Apakah ada riwayat pengobatan selama 6 bulan?
![Page 6: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/6.jpg)
Apakah ada riwayat alergi?
8. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Neurologi
8.1 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1. Kesadaran
Kesadaran dapat menurun jika sudah terjadi komplikasi yang sudah lanjut.
Kesadaran somnolen akan diperoleh pada meningitis grade II dan keadaan sopor
sampai coma akan diperoleh pada meningitis grade III.
2. Tekanan darah
Tekanan darah di ukur pada tangan kanan dan kiri.
3. Nadi
4. Respirasi
5. Suhu
6. Turgor
7. Gizi
8. Kepala
9. Conjungtiva
10. Skelra
11. Leher
12. Thorax
13. Jantung
![Page 7: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/7.jpg)
14. Paru-paru
15. Abdomen
16. Genital
17. Ekstremitas
8.2 Pemeriksaan Neurologi
8.2.1 Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
8.2.1.1. Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat
disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada
hiperekstensi dan rotasi kepala.
8.2.1.2. Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa
nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135°
(kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti
rasa nyeri.
8.2.1.3. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)
![Page 8: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/8.jpg)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan
cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
8.2.1.4. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
9. Pemeriksaan Penunjang
9.1 Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis
bakteri.
9.2 Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
![Page 9: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/9.jpg)
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu,
pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
9.3. Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada.
10. Penegakkan diagnosis Meningitis
10.1 Meningitis Bakterial
Anamnesis didapatkan hasil yang akut (<3 hari), terdapat fokus infeksi seperti
OMA, didahului ISPA, ada sinusitis, gigi berlubang, dll. Trias meningitis harus selalu
ada. Biasanya keluhan disertai dengan mual muntah, penurunan kesadaran, kejang,
fotofobia, dan terdapat rash pada kulit. Dapat ditanyakan juga riwayat berpergian ke
daerah yang endemis menderita penyakit meningitis.
Hasil Pemeriksaan fisik kesadaran dapat menurun bila penyakit sudah masuk ke
tahap selanjutnya. Suhu meningkat, takikardia karena demam, kelenjar getah bening
teraba, ditemukan fokus infeksi. Pemeriksaan neurologis menunjukkan rangsang
meningen positif (+), saraf otak bisa ada defisit, dan pemeriksaan motorik bisa ada
parese.
![Page 10: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/10.jpg)
Pemeriksaan LCS menunjukkan hasil warna kekuningan (purulen) menetes
lambat, jumlah leukosit >1000 PMN lebih banyak, Glukosa 40 mg/dl atau < 30
mg/dl, Protein > 200 mg/dl, pada pewarnaan gram 80% positif (+), Pada kultur
bakteri >90% positif (+).
10.2 Meningitis Tuberkulosis
Anamnesis diarahkan pada riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis,
keadaan sosio ekonomi, imunisasi. Sementara itu gejala-gejala yang khas untuk
meningitis tuberkulosis ditandai oleh tekanan intrakranial yang meningkat ; muntah
proyektil, nyeri kepala yang hebat dan progresif, penurunan kesadaran, dan pada bayi
tampak fontanel yang menonjol.
Pungsi lumbal memperlihatkan cairan serebrospinal yang jernih, kadang-
kadang sedikit keruh atau ground glass appearance. Bila cairan serebrospinal
didiamkan maka akan terjadi pengendapan fibrin yang halus seperti sarang laba-laba.
Jumlah sel antara 10 – 500 /ml dan kebanyakan limfosit. Kadang-kadang oleh reaksi
tuberkulin yag hebat terdapat peningkatan jumlah sel, lebih dari 1000/ml. Kadar
glukosa rendah, antara 20-40 mg%, kadar klorida di bawah 600 mg %. Cairan
serebrospinal dan endapan sarang laba-laba dapat diperiksa untuk pembiakan atau
kultur menurut pengecatan Ziehl-Nielsen atau Tan Thiam Hok.
Tes tuberkulin terutama dilakukan pada bayi dan anak kecil. Hasilnya sering
kali negative karena anergi, terutama pada stadium terminal. Pemeriksaan lainnya
meliputi foto thoraks dan kolumna vertebralis, rekaman EEG, dan CT scan.
![Page 11: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/11.jpg)
Semuanya disesuaikan dengan temuan klinik yang ada, atau didasarkan atas tujuan
tertentu yang jelas arahnya
10.3 Meningitis Viral
Pada meningitis Viral tidak seberat meningitis bakterialis, kadang – kadang
gejalanya ringan sehingga hanya terdiagnosis sebagai influenza. Pada anamnesa
gejala biasanya menunjukkan seperti influenza ada nyeri kepala. Demam, menggigil,
nyeri otot/sendi. Jika berat dapat di temukan gejala pada meningitis bakterialis dan
sulit untuk dibedakan tanpa pemeriksaan LCS. Tidak ada gejala spesifik meningitis
ini sering kali sembuh sempurna tanpa pemberian obat – obatan.
Pemeriksaan fisik umum hampir sama dengan yang lain tetapi efek
inflamasinya kurang dari meningitis yang lain.
Pemeriksaan LCS didapatkan warna jernih, jumlah leuosit 50-500 MN lebih
banyak, glukosa >40 mg/dl atau bisa normal, protein <100mg/dl. Kultru virus dan
PCR dapat menemukan virus kurang lebih 40-70% kasus.
11. Diagnosis Banding
- Tifus abdominalis
- Encephalitis : sulit dibedakan dengan meningitis aseptic, gejala serebral /
kejang lebih dominan, inflamasi pada parenkim otak.
Trias gejala Encephalitis :
Demam
Penurunan kesadaran
![Page 12: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/12.jpg)
Kejang.
- Infeksi SSP yang terlokalisir : abses otak
Terutama disebabkan infeksi pyogenik disekitar kepala, yang tersering
adalah mastoiditis / otitis media . Gambaran klinis lebih suatu proses
desak ruang, dan pada pemeriksaan sering didapat edema papil. Pada
persangkaan abses otak, diagnosa pembantu utama pada periksaan CT –
Scan kepala dengan kontras. Tindakan pengobatan adalah dengan
operatif, biasanya cukup dengan punksi abses disertai pemberian
antibiotika
- Infeksi parasit : toksoplasmosis, malaria cerebral, sistiserkosis
Toksoplasmosis
Dahulu hanya berbahaya bila ibu hamil terserang, karena dapat
menularkan pada janin, dan menimbulkan cacat mental dan epilepsi.
Pada orang dewasa dengan sistem imun yang baik, hanya memberikan
gejala seperti flu. Pada penderita imun defisiensi, dapat menyebabkan
tumor infeksi pada otak, umumnya pada penderita AIDS
Malaria serebral
Penderita malaria dengan GCS £ 7. 60-70% dari malaria karena Pl.
falciparum Di kota-kota besar di P Jawa : diagnosis sering terlupakan
pada typhoid fever, demam berdarah, atau meningitis TB. Pencegahan :
antimalaria mulai 2 minggu sebelum berkunjung ke daerah endemis,
![Page 13: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/13.jpg)
penderita febris dengan penurunan kesadaran perlu ditanyakan riwayat
perjalanan ke daerah endemis malaria
Sistiserkosis
Sering bersama malaria, penyebab Taenia solium (bentuk kista)
penderita sering adalah pemelihara babi karena penularan melalui
daging babi/sayuran yang terkontaminasi/ tak matang, terapi :
Albendazole dan Prazyquantel dan terapi simtomatis : Anti-epilepsi
- Sinus thrombophlebitis
Gejala tergantung lokasi sinus yang terkena, terutama disebabkan
infeksi kepala sinus kavernosis trombo-flebitis sering disebabkan
penjalaran dari fokus infeksi wajah bagian atas (hidung / mata)
pengobatan dengan antibiotika seperti pada meningitis purulenta
12. Penatalaksanaan
Meningitis Tuberkulosa
Terapi Umum :
Pasien dilakukan rawat inap
menjaga fungsi vital (tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi)
keseimbangan cairan & elektrolit dengan memberikan cairan Ringer
Laktat 0,9%
mencegah dekubitus dengan cara melakukan fisioterapi
![Page 14: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/14.jpg)
terapi simtomatik (antikonvulsan, antipiretik)
diet TKTP (tinggi kalori dan tinggi protein) untuk meningkatkan
imunitas pasien.
Terapi Khusus :
Jenis obat dan dosisnya mengikuti pola pengobatan TB ekstra paru
obat yang dapat menembus sawar darah otak. Isoniazid dapat menembus BBB
lebih baik dibanding Rifampisin, dan memiliki kemampuan bakterisidal yang
lebih potent. Rifampisin dalam plasma yang dapat menembus BBB hanya
30%. (Lindsay K. 2004, Rowland L. 2004,WHO. 2010)
Tabel 1. Regimen Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
JENIS OBAT DOSIS MENURUT BB dalam mg
< 50 KG dalam mg > 50 KG dalam mg
ISONIAZID (I) 300 400
RIFAMPISIN (R) 450 600
PIRAZINAMID (Z) 1500 2000
ETAMBUTOL (E) 1000 1500
STREPTOMISIN (S) 750 1000
Tabel 2. Pemberian dosis OAT
Nama Obat DOSIS CATATAN
Isoniazid (H) 2 bulan pertama : 5 mg/kg p.o Berikan piridoksin 50
![Page 15: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/15.jpg)
(max 450 mg). plus 7 bulan 450 mg
p.o
mg/hari untuk cegah
neuropati perifer
Rifampisin (R) 2 bulan pertama : 10 mg/kg p.o
(max 600 mg). plus 7 bulan 600 mg
p.o
Paling sering menyebabkan
hepatitis
Pirazinamid (Z) 2 bulan pertama : 25 mg/kg p.o
(max 2 g/hari)
Etambutol (E) 2 bulan pertama : 20 mg/kg p.o
(max 1,2 g/hari)
Streptomisin
(S)
20 mg/kg i.m (max 1 g/hari) Hanya diberikan pada
pasien yang mempunyai
riwayat terapi TB
sebelumnya
Tabel 3. Panduan Pemberian OAT
Kategori Klasifikasi dan tipe penderita Paduan obat
Fase intensif Fase
![Page 16: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/16.jpg)
lanjutan
I Kasus baru BTA (+)
Kasus baru BTA (-)
Ro (+) dengan kelainan parenkim paru yang luas /
sakit berat
Kasus baru pada TB ekstrapulmonal yang berat
2HRZE
2HRZE
2HRZE
4H3R3
4HR
6HE
II Pasien:
Kambuh (relaps)
Gagal (failure)
Putus berobat (after default)
2HRZES/ 1HRZE
2HRZES/ 1HRZE
5H3R3E3
5HRE
III Kasus baru BTA (-), Ro (+), sakit ringan
Kasus TB ekstrapulmonal ringan
2HRZ
2HRZ
2HRZ
4H3R3
6HE
4HR
IV Kasus kronik Rujuk untuk penggunaan obat
sekunder
Terapi Khusus Tambahan:
- Golongan fluorokuinolon
- Kortikosteroid : diberikan tanpa memperhatikan stadium penyakit, dosis sbb :
![Page 17: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/17.jpg)
Grade Minggu ke- (dosis mg/kgbb/hari)
1 2 3 4 5 6 7 8
I 0,3 iv 0,2 iv 0,1 iv Total 3 mg/
hari p.o
Total 2mg/
hari p.o
Total 1 mg/
hari p.o
- -
II
atau
III
0,4 iv 0,3 iv 0,2 iv 0,1 iv Total 4mg/
hari p.o
Total 3 mg/
hari p.o
Total 2 mg/
hari p.o
Total 1mg
/hari p.o
Thwaites (2004) mendapatkan ;
Pemberian kortikosteroid menurunkan angka mortalitas secara bermakna pada
semua stadium meningitis TB, namun tidak dapat menghilangkan defisit
neurologi yang sudah terbentuk pada perjalanan klinis sebelumnya.
Dianjurkan untuk diberikan pada semua stadium MTB, kortikosteroid yang
dianjurkan adalah dexametason.
Pada pasien dengan penurunan kesadaran dan peningkatan tekanan tinggi
intrakranial kortikosteroid dapat menguntungkan dengan menurunkan edema
otak yaitu dengan cara menurunkan resistensi outflow CSS, menurunkan
produksi sitokin inflamasi, menurunkan jumlah leukosit inflamasi sehingga
masa inflamasi subarakhnoid berkurang dan meminimalisir kerusakan di
sawar darah otak.
![Page 18: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/18.jpg)
Direkomendasikan pada kasus meningitis TB dengan salah satu komplikasi di
bawah ini :
o Penurunan kesadaran
o Papil edema
o Defisit neurologis fokal; dan atau
o Tekanan pembukaan CSS lebih besar dari 300 mm H2O
Meningitis Bakterialis
Antibiotik yang dapat menembus sawar darah otak:
o Cephalosporin generasi III :
Ceftriaxone, cefotaxime2gr/hr
Chloramphenicol 4 gr/hr
Penilillin G,ampicillin
Vancomicin.
Mengatasi TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial)
o Dexamethazone 3x 10 mg i.v
o Manitol 29% 500cc/hr
![Page 19: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/19.jpg)
Obati fokus primer :OMP, sinusitis dll
Terapi Suportif :
o menjaga fungsi vital (tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi)
o keseimbangan cairan & elektrolit dengan memberikan cairan Ringer
Laktat 0,9%
o mencegah dekubitus dengan cara melakukan fisioterapi
o terapi simtomatik (antikonvulsan, antipiretik)
o diet TKTP (tinggi kalori dan tinggi protein) untuk meningkatkan
imunitas pasien.
Terapi empirik antibiotik
Pasien Bakteri penyebab yang sering Antibiotik
Neonatus Streptococcus grup B, Listeria
monocytogenes, Escherichia coli
Ampisilin plus
Cefotaxime
2 bln- 18 thn Neisseria meningitides, Streptococcus
pneumonia, Haemophillus influenza
Ceftriaxone atau
Cefotaxime, dapat
ditambahkan
Vankomisin
18-50 thn Neisseria meningitides, Streptococcus
pneumonia
Ceftriaxone, dapat
ditambahkan
Vankomisin
>50 thn S. pneumonia, L. monocytogenes, Vankomisin
![Page 20: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/20.jpg)
bakteri gram negative ditambahkan ampisilin,
ditambah Ceftriaxone
Dexametason diberikan sebelum atau bersamaan dengan dosis pertama
antibiotik. Dosis : 0,15mg/kgBB (10 mg per pemberian pada dewasa) setiap 6
jam selama 2-4 hari.
MeningitisViral
- Simptomatik, sering sembuh sendiri
- Kenaikan TIK dapat diterapi dengan tindakan LP
Perbaiki keadaan umum/tanda vital.
Jika penyebabnya herpes simplex:
Acyclovir 10 mg/kg bb tiap 8 jam i.v.
13. Rehabilitasi Medik dan Aspek Psikososial
Dampak kecacatan fisik dan mental sangat menonjol pada pasien meningitis.
Untuk dapat bertahan hidup, memerlukan program rehabilitasi komprehensif
yang dilakukan oleh tim rehabilitasi medik, fisioterapis, okupasi terapis,
psikolog dan petugas sosio medik. Melalui pemeriksaan rehabilitasi medik,
prognosis kemampuan fungsi pasien dapat dideteksi.
![Page 21: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/21.jpg)
Tujuan program rehabilitasi medik adalah untuk menoptimalkan kemampuan
fungsional pasien berdasarkansisa kemampuan yang dimiliki. Diharapkan
pasien dapat mandiri dan kualitas hidupnya akan meningkat.
Terapi okupasi, fisik, wicara, & terapi psikologi dilakukan tergantung gejala.
Rehabilitasi medik dibagi menjadi 3 tahapan
1. Tahap 1; Stadium akut
Kondisi pasien pada stadium ini belum stabil. Kesadaran bervariasi
dari kompos mentissampai dengan koma. Rehabilitasi yang
dilaksanakan berupa tindakan preventif agar tidak terjadi komplikasi
akibat penyakit utama atau akibat imobilisasi.
2. Tahap 2; Stadium pemulihan neurologis
Pasien telah stabil, pemulihan neurologis ditandai dengan kekuatan
otot, refleks dan tonus otot dipertahankan agar terkendali tidak
berlebihan.
3. Tahap 3; Stadium Pemulihan fungsional
Dititikberatkan pada pelatihan gerakan fungsional yang bertujuan.
Diawali gerakan volunter yang sudah ada, diikuti secara bertahap
dengan latihan dan intervensi orang lain untuk merawat diri sampai
aktif dalam kegiatan sehari-hari.
![Page 22: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/22.jpg)
14. KOMPLIKASI
Neurologis :
Hidrosefalus
Vaskulitis : stroke, diffuse brain injury, edema
Arakhnoiditis
Kejang
Non-neurologis :
SIADH
Pneumonia
Thrombophlebitis
Infeksi traktus urinarius
Dekubitus
Kontraktur
Dehidrasi
Komplikasi jangka panjang : gangguan tumbuh kembang anak, epilepsi
- Arteritis
![Page 23: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/23.jpg)
o reaksi inflamasi dan penjiratan terutama di basis otak dan
menyebabkan trombosis yang berakibat infark serebri.
- Hidrosefalus
o Biasanya terjadi pada minggu ke 4-6. Terjadi sebagai manifestasi dari
gangguan aliran LCS
bila terjadi pada ruang subependimal à hidrosefalus komunikan.
bila sumbatan terjadi di system ventrikel à hidrosefalus non
komunikan
15. PROGNOSIS
Prognosis pasien berbanding lurus dengan tahapan klinis saat pasien
didiagnosis dan terapi. Semakin lanjut tahapan klinisnya, maka semakin buruk
prognosisnya. Apabila tidak diobati sama sekali, pasien meningitis
tuberkulosis dapat meninggal dunia. Prognosis juga tergantung pada umur
pasien, pasien yang berusia kurang dari 3 tahun mempunyai prognosis lebih
buruk daripada pasien yang lebih tua.
Sebelum OAT ditemukan prognosis Meningitis TB sangatlah buruk, angka
kematian sangat tinggi terutama dalam minggu I-IV secara umum sebanyak
30% dari seluruh pasien menigitis TB.
![Page 24: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/24.jpg)
Penelitian di Bandung 50% pada minggu pertama dan 67% pada bulan
pertama perawatan. Pasien yang datang pada stadium lanjut mempunyai
resiko kematian lebih besar.
Defisit neurologis berhubungan dengan stadium penyakit saat pasien masuk
dalam perawatan dapat terjadi hemiparese, paraparese, gangguan kognitif dan
defisit neurologis lainnya.
Hidrosefalus dan herniasi serebri sering menjadi penyebab kematian.
(Greenberg, Mark S. 2001)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiem AR. Kapan mencurigai suatu meningitis. Dalam: Basuki A, Dian S,
editors. Neurology in daily practice. Edisi 2. Bandung: Bagian/UPF Ilmu
Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran UNPAD/RS Hasan Sadikin; 2012.
hal.8,12,17,24,28.
2. Lesmana M. Epidemiologi, pathogenesis, dan gambaran klinis infeksi
Meningokok. J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3
96.
![Page 25: Meningitis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062407/55cf96c0550346d0338d8a38/html5/thumbnails/25.jpg)
3. Lucas MJ, Brouwwer MC, van der Ende A, van de Beek D. Outcome in
patients with bacterial meningitis presenting with a minimal Glasgow Coma
Scale score. Neurology Neuroimmunology Neuroinflammation, American
Academy of Neurology. May 15, 2014, No.1: 1-7.
4. Heemskerk D, Day J, Chau TTH, Dung NH, Yen NTB, Bang ND, et al.
Intensified treatment with high dose Rifampicin and Levofloxacin compared
to standard treatment for adult patients with Tuberculous Meningitis (TBM-
IT): protocol for a randomized controlled trial. Trials Journal, 2011, 12:25.
5. Tebruegge M, Curtis N. Epidemiology, Etiology, Pathogenesis, and Diagnosis
of Recurrent Bacterial Meningitis. Clinical Microbiology Reviews, July 2008,
21(3): 519–537.
6.