Mandiri PBL SK 3

50
Harvien Bhayangkara 1102013124 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Prostat 1.1. Makroskopik Def : bag sistem reproduksi pria yg mengelilingi urethra. Bentuk : ovoid, ujung caudal disebut apex, prostate, bersandar pada serabu serabut medial M.levatorani dan M.levator Prostata Mengeluarkan semen yg membawa sperma. Ukuran : sebesar buah kenari. Terletak carianl dari trigonum urogenitale, Antara vesica urinaria (caudal) dengan diaphragm urogenitalis Sintopi : Kanan dan kiri terdapat tepi bebas m. levatorani Dorsal terdapat rectum (pars ampullaris) da m.pubococcygeus Ventral terdapat spatium praevesicale (cavum retzii) yang memisahkannya dari symphysis urogenitalis Extraperitoneal (tidak dibungkus peritoneum) Melingkari urethra pars prostatica Ada basis prostate dan apex prostate terletak di antara sphincter uretha externa VU. Facies anterior, posterior, dan facies inferolaterales Pada prostat dewasa , masih dapat di bedakan lobus lateralis kanan dan kiri yang menonjol yang saling dihubungkan oleh jar. Muculo fibrous disebut Isthmus. 1

description

PBL

Transcript of Mandiri PBL SK 3

Harvien Bhayangkara1102013124

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Prostat

1.1. Makroskopik

Def : bag sistem reproduksi pria yg mengelilingi urethra.

Bentuk : ovoid, ujung caudal disebut apex, prostate, bersandar pada serabu serabut

medial M.levatorani dan M.levator Prostata

Mengeluarkan semen yg membawa sperma.

Ukuran : sebesar buah kenari.

Terletak carianl dari trigonum urogenitale, Antara vesica urinaria (caudal) dengan

diaphragm urogenitalis

Sintopi :

Kanan dan kiri terdapat tepi bebas m. levatorani

Dorsal terdapat rectum (pars ampullaris) da m.pubococcygeus

Ventral terdapat spatium praevesicale (cavum retzii) yang memisahkannya dari

symphysis urogenitalis

Extraperitoneal (tidak dibungkus peritoneum)

Melingkari urethra pars prostatica

Ada basis prostate dan apex prostate terletak di antara sphincter uretha externa VU.

Facies anterior, posterior, dan facies inferolaterales

Pada prostat dewasa , masih dapat di bedakan lobus lateralis kanan dan kiri yang

menonjol yang saling dihubungkan oleh jar. Muculo fibrous disebut Isthmus.

Permukaan cranialnya disebut Basis prostat, dinding prostatnya merupakan lanjutan

dari dinding Collum vesicae tanpa batas yang jelas.

Bagian ventral prostat, difiksasi oleh Lig.pubo prostatica mediale.

Permukaan dorsal disebut oleh Vasa deferentia dan vesiculae seminalis dan terpisah

dari membrana prostaticoperitoneale (DENONVILLLIER) dan fascia rectalis.

Biasanya pada prostat, di daerah uvula pada bibir posterior collum vesciae terjadi

pembesaran prostat oleh para klinis di anggap sebagai : Hipertrofi medan lobe

Vaskularisasi

aa.vesicales inferior r (cabang dari a. iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang

dari a.mesenterium inferior), dan a. pudenda interna (cabang dari a. iliaca interna).

Cabang-cabang dari arteri tersebut masuk lewat basis prostat di Vesico Prostatic

1

Harvien Bhayangkara1102013124

Junction. Penyebaran arteri di dalam prostat dibagi menjadi 2 kelompok , yaitu: 1.

Kelompok arteri urethra, menembus kapsul di postero lateral dari vesico prostatic

junction dan memberi perdarahan pada leher buli-buli dan kelompok kelenjar

periurethral. 2. Kelompok arteri kapsule, menembus sebelah lateral dan memberi

beberapa cabang yang memvaskularisasi kelenjar bagian perifer (kelompok kelenjar

paraurethral) (A.T.K. Cockett dan K. Koshiba, 1979; Snell, 1992)

Aliran Limfe

Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk plexus di peri prostat yang kemudian

bersatu untuk membentuk beberapa pembuluh utama, yang menuju ke kelenjar limfe

iliaca interna , iliaca eksterna, obturatoria dan sakral. (A.T.K. Cockett dan K.

Koshiba, 1979; Snell, 1992)

Persarafan

Sekresi dan motor yang mensarafi prostat berasal dari plexus simpatikus dari

Hipogastricus dan medula sakral III-IV dari plexus sakralis. (Snell, 1992)

Terdiri dari 5 lobus :

Lobus anterior :

- terletak didepan Urethra pars prostatica

- unsur kelenjar tidak berkembang

- embryologi : berasal dari dinding depan

urethra pars prostatica.

Lobus lateral :

- paling berkembang Benign prostat hyperplasia

- terletak sebelah lateral dari Urethra pars prostatica

Lobus medius :

- sinonim : Lobus medianus

- berkembang dari dinding posterior Urethra pars prostatica

- terletak diatas Ductus ejakulatorius

- sering menjadi BPH

Lobus posterior :

- berkembang dari dinding dorsal urethra

- lobus posterior ini yang teraba pada rectal toucher Ca.prostata.

2

Harvien Bhayangkara1102013124

- bagian prostat yg berhadapan dgn rectum

- terletak dibawah muara Ductus ejakulatorius

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC

Sofwan, A. 2015. Bahan Kuliah Anatomi SistemUrinarius. Jakarta: FK YARSI

1.2. Mikroskopik

Terbenam dalam stroma yang terutama terdiri dari otot polos yang dipisahkan oleh

jaringan ikat kolagen dan serat elastis.

Otot membentuk masa padat dan dibungkus oleh kapsula yang tipis dan kuat serta

melekat erat pada stroma.

Epitel: berlapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubus rendah

tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar.

Konkremen (corpora amylacea) : kondensasi sekret yg mungkin mengalami

perkapuran

Tdd 30-50 kel tubuloalveolar bercabang, 16 – 32 saluran keluar bermuara di ki-ka

kolikulus seminalis

Alveoli kel, mbtk lipatan 2 mukosa

3

Harvien Bhayangkara1102013124

Sekret prostat: cairan seperti susu, bersifat agak alkalis, kaya dengan enzim

proteolitik, terutama fibrinolisin yang membantu pencairan semen dan juga

mengandung sejumlah besar fosfatase asam.

Pada kanker prostat terdapat peningkatan kadar enzim fosfatase asam di dalam

darah. Pada gambaran histologi, sekret terlihat sebagai massa granular yang

asidofilik. Seringkali mengandung badan-badan bulat atau bulat telur disebut

konkremen prostat (corpora amilase) yang merupakan kondensasi sekret yang

mungkin mengalami perkapuran. (Junqueira, 2007)

Prostat mempunyai tiga zona yang berbeda, antara lain (Lesson and Paparo, 1995) :

a. Zona sentralis. Zona ini memiliki epitel bertingkat dan meliputi 25% dari

volume kelenjar.

b. Zona perifer. Kelenjar prostat memiliki 70% zona perifer yang terdiri dari

banyak epitel biasa dan merupakan tempat utama terjadinya kanker prostat.

c. Zona transisional. Mempunyai arti klinik yang penting karena merupakan

tempat sebagian besar BPH berasal.

4

Harvien Bhayangkara1102013124

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Prostat

Fungsi kelenjar prostat pada umumnya sebagai sumber nutrisi dan perlindungan spermatozoa

yaitu dengan cara:

1. Mengeluarkan cairan alkalis yang berfungsi untuk menetralkan sekresi vagina yang asam. Fungsi ini bertujuan untuk sperma agar dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang sedikit basa

2. Menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk enghasilkan fibrin yang bertujuan untuk membekukan semen sehingga sperma yang diejakulasikan dapa bertahan di dalam saluran reproduksi wanita . setelah itu bekuan seminal diuraikan oleh fibrinolisin ,yaitu suatu enzim pengurai fibrin dari prostat,sehingga sperma motil yang dikeluarkan dapat bergerak bebas di dalam saluran reproduksi wanita

Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.

3. Memahami dan Menjelaskan Benign Hiperplasia Prostat (BPH)

3.1. Definisi

Istilah BPH ataubenign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah

histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat.

Hiperplasia prostat benignabini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun.

Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.

http://www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf

3.2. Epidemiologi

Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun.

Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.

Angka kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai

gambaran hospital prevalence di dua rumah sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan

Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1997) terdapat 1040 kasus tetapi berdasarkan

kepustakaan luar negeri diperkirakan semenjak umur 50 tahun 20%-30% penderita akan

memerlukan pengobatan untuk prostat hiperplasia. Yang jelas prevalensi sangat

5

Harvien Bhayangkara1102013124

tergantung pada golongan umur. Sebenarnya perubahan-perubahan kearah terjadinya

pembesaran prostat sudah dimulai sejak dini, dimulai pada perubahan-perubahan

mikroskopoik yang kemudian bermanifestasi menjadi kelainan makroskopik (kelenjar

membesar) dan kemudian baru manifes dengan gejala klinik. (D. Rahardjo, 1993)

Prevalensi BPH pada orang kulit putih dan Afrika-Amerika (afro) hampir sama . Namun,

BPH cenderung lebih berat dan progresif pada pria Afrika-Amerika, mungkin karena

kadar testosteron yang lebih tinggi,aktivitas 5-alpha-reductase, ekspresi reseptor

androgen, dan aktivitas faktor pertumbuhan pada populasi ini. Aktivitas meningkat

menyebabkan tingkat peningkatan hiperplasia prostat dan pembesaran berikutnya dan

adanya gejala sisa.

3.3. Etiologi

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hyperplasia

prostat tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostat erat kaitannya

dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).

Beberapa hipotesis yang di duga sebagai penyebab timbulnya hyperplasia prostat adalah

1. Teori Dihidrotesteron

Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada

pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosterone di dalam sel prostat

oleh enzim 5 alfa-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah

terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA

pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi

pertumbuhan sel prostat.

Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda

dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5 alfa-

reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini

menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitive terhadap DHT sehingga

replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal.

6

Harvien Bhayangkara1102013124

2. Ketidakseimbangan antara estrogen – testosterone

Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun sedangkan kadar estrogen

relative tetap, sehingga perbandingan antara estrogen dan testosterone relative

meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam

terjadinya proloferasi sel sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas

sel sel prostat terhadap rangsangan hormone androgen, meningkatkan jumlah

reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel sel prostat (apoptosis).

Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-

sel baru akibat rangsangan testosterone menurun, tetapi sel sel prostat yang telah ada

mempunyai umur yang lebih pajang sehingga massa prostat jadi lebih besar.

3. Interkasi stroma-epitel

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat

secara tidak langsung dikontrol oleh sel sel stroma melalui suatu mediator (growth

factor) tertentu. Setelah sel sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan

estradiol, sel sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya

mempengaruhi sel sel stroma itu sendiri secara intakrin dan autokrin, serta

mempengaruhi sel sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya

proloferasi sel sel epitel maupun sel stroma.

4. Berkurangnya kematian sel porstat

Program kematian sel (apotosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik untuk

mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi

7

Harvien Bhayangkara1102013124

dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel sel yang mengalami apoptosis akan

difagositosis oleh sel sel disekitarnya kemudian di degradasi oleh enzim lisosom.

Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan

kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa,

penambahan jumlah sel sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang.

Berkurangnya jumlah sel sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat

sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat.

Diduga hormone androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel setelah

dilakukan kastrasi, terjai peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.

Estrogen diduga mampu memperpanjang usia sel sel prostat, sedangkan faktor

pertumbuhan TGFbeta berperan dalam proses apoptosis.

5. Teori sel stem

Untuk mengganti sel sel yang telah apoptosis, selalu dibentuk sel sel baru. Di dalam

kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan

berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada keberadaan

hormone androgen, sehingga jika hormone ini kadarnya menurun seperti yang

terjadi pada kastrasi, menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel

sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga

terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel

8

Harvien Bhayangkara1102013124

3.4. Klasifikasi

Menurut Rumahorbo (2000 : 71), terdapat empat derajat pembesaran kelenjar prostat

yaitu sebagai berikut:

1. Derajat Rektal

Derajat rektal dipergunakan sebagai ukuran dari pembesaran kelenjar prostat ke arah

rektum. Rectal toucher dikatakan normal jika batas atas teraba konsistensi elastis,

dapat digerakan, tidak ada nyeri bila ditekan dan permukaannya rata. Tetapi rectal

toucher pada hipertropi prostat di dapatkan batas atas teraba menonjol lebih dari 1

cm dan berat prostat diatas 35 gram.

Ukuran dari pembesaran kelenjar prostat dapat menentukan derajat rectal yaitu

sebagai berikut :

1). Derajat O : Ukuran pembesaran prostat 0-1 cm

2). Derajat I : Ukuran pembesaran prostat 1-2 cm

3). Derajat II : Ukuran pembesaran prostat 2-3 cm

4). Derajat III : Ukuran pembesaran prostat 3-4 cm

5). Derajat IV : Ukuran pembesaran prostat lebih dari 4 cm

Gejala BPH tidak selalu sesuai dengan derajat rectal, kadang-kadang dengan rectal

toucher tidak teraba menonjol tetapi telah ada gejala, hal ini dapat terjadi bila bagian

yang membesar adalah lobus medialis dan lobus lateralis. Pada derajat ini klien

mengeluh jika BAK tidak sampai tuntas dan puas, pancaran urine lemah, harus

mengedan saat BAK, nocturia tetapi belum ada sisa urine.

2. Derajat Klinik

Derajat klinik berdasarkan kepada residual urine yang terjadi. Klien disuruh BAK

sampai selesai dan puas, kemudian dilakukan katerisasi. Urine yang keluar dari

kateter disebut sisa urine atau residual urine. Residual urine dibagi beberapa derajat

yaitu sebagai berikut:

1. Normal sisa urine adalah nol

2. Derajat I sisa urine 0-50 ml

9

Harvien Bhayangkara1102013124

3. Derajat II sisa urine 50-100 ml

4. Derajat III sisa urine 100-150 ml

5. Derajat IV telah terjadi retensi total atau klien tidak dapat BAK sama sekali.

Bila kandung kemih telah penuh dan klien merasa kesakitan, maka urine akan keluar

secara menetes dan periodik, hal ini disebut Over Flow Incontinencia. Pada derajat

ini telah terdapat sisa urine sehingga dapat terjadi infeksi atau cystitis, nocturia

semakin bertambah dan kadang-kadang terjadi hematuria.

3. Derajat Intra Vesikal

Derajat ini dapat ditentukan dengan mempergunakan foto rontgen atau cystogram,

panendoscopy. Bila lobus medialis melewati muara uretra, berarti telah sampai

pada stadium tiga derajat intra vesikal. Gejala yang timbul pada stadium ini adalah

sisa urine sudah mencapai 50-150 ml, kemungkinan terjadi infeksi semakin hebat

ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, menggigil dan nyeri di daerah pinggang

serta kemungkinan telah terjadi pyelitis dan trabekulasi bertambah.

4. Derajat Intra Uretral

Derajat ini dapat ditentukan dengan menggunakan panendoscopy untuk melihat

sampai seberapa jauh lobus lateralis menonjol keluar lumen uretra. Pada stadium ini

telah terjadi retensio urine total.

3.5. Patofisiologi

Perubahan patofisiologi yang disebabkan pembesaran prostat sebenarnya disebabkan

oleh kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan

kekuatankontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor dipersarafi oleh sistem

parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem simpatis. Pada tahap

awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada

leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan mencoba mengatasi keadaan

ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat

detrusor kedalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang

10

Harvien Bhayangkara1102013124

disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat

aetrisor. Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut

divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase kompensasi otot dinding kandung

kemih. Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami

dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.

Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala

obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga

kontraksi terputus-putus (mengganggu permulaan miksi), miksi terputus, menetes pada

akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum puas setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena

pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung

kemih, sehingga sering berkontraksiwalaupun belum penuh atau dikatakan sebagai

hipersenitivitas otot detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit

ditahan/urgency, disuria).

Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu lagi

menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter dan

obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence). Retensi kronik

menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter dan ginjal, maka ginjal akan rusak

dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi

kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan

peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis

urin dalam vesiko urinaria akan membentuk  batu endapan yang menambal. Keluhan

iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinariamenjadikan media

pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi

refluksmenyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).

11

Harvien Bhayangkara1102013124

3.6. Manifestasi

Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi

dan iritasi.

1. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan

kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis

miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan

(straining), kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang

yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow.

2. Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran

prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun

belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitasotot detrusor dengan tanda dan

gejala antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari

12

Harvien Bhayangkara1102013124

(nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat

miksi (disuria) (Mansjoer,2000)

Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium:

1. Stadium I: Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine

sampai habis.

2. Stadium II: Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine

walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak

BAK atau disuria dan menjadi nocturia.

3. Stadium III: Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.

4. Stadium IV: Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine

menetes secara periodik (over flowin kontinen).

Menurut Smeltzer (2002) menyebutkan bahwa :

Manifestasi dari BPH adalah peningkatan frekuensi penuh, nokturia, dorongan ingin

berkemih, anyang-anyangan, abdomen tegang, volume urine yang turun dan harus

mengejan saat berkemih, aliran urine tak lancar, dribbing (urine terus menerus setelah

berkemih), retensi urine akut. Adapun pemeriksaan kelenjar prostat melalui

pemeriksaan di bawah ini :

1. Rectal Gradding

Dilakukan pada waktu vesika urinaria kosong :

- Grade 0 : Penonjolan prostat 0-1 cm ke dalam rectum

- Grade 1 : Penonjolan prostat 1-2 cm ke dalam rectum.

- Grade 2 : Penonjolan prostat 2-3 cm ke dalam rectum.

- Grade 3 : Penonjolan prostat 3-4 cm ke dalam rectum.

- Grade 4 : Penonjolan prostat 4-5 cm ke dalam rectum.

2. Clinical Gradding

Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur, disuruh kencing

dahulu kemudian dipasang kateter.

13

Harvien Bhayangkara1102013124

- Normal : Tidak ada sisa

- Grade I : sisa 0-50 cc

- Grade II : sisa 50-150 cc

- Grade III : sisa > 150 cc

- Grade IV : pasien sama sekali tidak bisa kencing

Gejala BPH mungkin melibatkan masalah mengosongkan kandung kemih atau masalah

dengan penyimpanan kandung kemih.Gejala yang berhubungan dengan kandung kemih

mengosongkan meliputi:

Kesulitan mulai aliran urin (keraguan dan melelahkan).

Penurunan kekuatan aliran urin (lemah aliran).

Dribbling setelah buang air kecil.

Perasaan kandung kemih tidak benar-benar kosong.

Dorongan untuk buang air kecil lagi segera setelah buang air kecil.

Rasa sakit saat buang air kecil (disuria).

Gejala yang berhubungan dengan penyimpanan kandung kemih meliputi:

Bangun pada malam hari untuk buang air kecil (Nokturia).

Sering kencing.

Dorongan yang tiba-tiba, tak terkendali untuk buang air kecil.

3.7. Diagnosis dan DD

Anamnesis

Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis atau

wawancara yang cermat guna mendapatkan data tentang riwayat penyakit yang

dideritanya. Anamnesis meliputi:

- Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah mengganggu

- Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah

mengalami cedera, infeksi, atau pem-bedahan)

- Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual

- Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi

14

Harvien Bhayangkara1102013124

- Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan

pembedahan.

Salah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan adanya

gejala obstruksi akibat pembesaran prostat adalah International Prostate Symptom

Score (IPSS). WHO dan AUA telah mengembangkan dan mensahkan prostate

symptom score yang telah distandarisasi. Skor ini berguna untuk menilai dan

memantau keadaan pasien BPH.

Analisis gejala ini terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing memiliki nilai 0

hingga 5 dengan total maksimum 35. Kuesioner IPSS dibagikan kepada pasien dan

diharapkan pasien mengisi sendiri tiap-tiap pertanyaan. Keadaan pasien BPH dapat

digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh adalah sebagai berikut:

a. Skor 0-7: bergejala ringan

b. Skor 8-19: bergejala sedang

c. Skor 20-35: bergejala berat.

Selain 7 pertanyaan di atas, di dalam daftar pertanyaan IPSS terdapat satu

pertanyaan tunggal mengenai kualitas hidup (quality of life atau QoL) yang juga

terdiri atas 7 kemungkinan jawaban.

Nama : No. Catatan medik :

Umur : Tanggal pemeriksaan :

International Prostate Symptom Score (IPSS)

Dalam 1 bulan terakhirTidakperna

h

Kurangdari

sekalidalamlima kali

Kurangdari

setengah

Kadang-kadang(sekitar50%)

Lebihdari

setengah

Hampirselalu

Skor

1. Seberapa sering Anda merasa masih ada sisa selesai kencing?

0 1 2 3 4 5

2. Seberapa sering Anda harus kembali kencing dalam waktu kurang dari 2 jam setelah selesai kencing?

0 1 2 3 4 5

3. Seberapa sering Anda mendapatkan bahwa

0 1 2 3 4 5

15

Harvien Bhayangkara1102013124

Anda kencing terputus-putus?

4. Seberapa sering pancaran kencing Anda lemah?

0 1 2 3 4 5

5. Seberapa sering pancaran kencing Anda lemah?

0 1 2 3 4 5

6. Seberapa sering Anda harus mengejan untuk mulai kencing?

0 1 2 3 4 5

7. Seberapa sering Anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?

0 1 2 3 4 5

Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) =

Senang

sekaliSenang

Pada umumny

a puas

Campuran antara puas dan

tidak

Pada umumnya tidak puas

Tidak bahagi

a

Buruk

sekali

Seandainya Anda harus menghabiskan sisa hidup dengan fungsi kencingseperti saat ini, bagaimana perasaan Anda?

Skor kualitas hidup (QoL) =

Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan fisik pada regio suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya

distensi buli-buli

2. Colok dubur atau digital rectal examination (DRE) merupakan pemeriksaan yang

penting pada pasien BPH .

Pemeriksaan yang penting pada pasien BPH, disamping pemeriksaan fisik pada

regio suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli. Mengukur

volume prostat dengan DRE cenderung underestimate daripada pengukuran dengan

metode lain, sehingga jika prostat teraba besar, hampir pasti bahwa ukuran

sebenarnya memang besar. Kecurigaan suatu keganasan pada pemeriksaan colok

dubur, ternyata hanya 26-34% yang positif kanker prostat pada pemeriksaan biopsi.

16

Harvien Bhayangkara1102013124

Sensitifitas pemeriksaan ini dalam menentukan adanya karsinoma prostat sebesar

33%.

Pada pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah,

simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul. Colok dubur pada BPH

menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba ujung hidung, lobus

kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada

karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin

antara lobus prostat tidak simetri.

Gambar 1. Pemeriksaan Colok Dubur

Perlu dinilai keadaan neurologis, status mental pasien secara umum dan fungsi

neuromusluler ekstremitas bawah. Disamping itu pada DRE diperhatikan pula tonus

sfingter ani dan refleks bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya kelainan

pada busur refleks di daerah sakral.

Pemeriksaan Penunjang

1. Urin

Urinalisis dan Mikroskopis

Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan

hematuria.

BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi saluran kemih, batu

buli-buli atau penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi, di antara-

nya: karsinoma buli-buli in situ atau striktura uretra, pada pemeriksaan

urinalisis menunjukkan adanya kelainan.

17

Harvien Bhayangkara1102013124

Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urine dan telah memakai

kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali

telah ada leukosituria maupun eritostiruria akibat pemasangan kateter.

Kultur urine

Untuk kecurigaan adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan

pemeriksaan kultur urine

Sitologi Urine

kalau terdapat kecurigaan adanya karsinoma buli-buli perlu dilakukan

pemeriksaan ini.

Catatan harian Miksi (Voiding diaries)

Voiding diaries saat ini dipakai secara luas untuk menilai fungsi traktus

urinarius bagian bawah dengan reliabilitas dan validitas yang cukup baik.

Pencatatan miksi ini sangat berguna pada pasien yang mengeluh nokturia

sebagai keluhan yang menonjol.

Dengan mencatat kapan dan berapa jumlah asupan cairan yang

dikonsumsi serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan dapat

diketahui seorang pasien menderita nokturia idiopatik, instabilitas detrusor

akibat obstruksi infra-vesika, atau karena poliuria akibat asupan air yang

berlebih.

Sebaiknya pencatatan dikerjakan 7 hari berturut-turut untuk mendapatkan

hasil yang baik

18

Harvien Bhayangkara1102013124

Uroflowmetri

Uroflometri adalah pencatatan tentang pancaran urine selama proses miksi

secara elektronik.

Ditujukan untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran kemih bagian bawah

(infravesika) yang tidak invasif,mudah dan untuk evaluasi sebelum &

sesudah terapi.

Informasi yang diperoleh: volume miksi, pancaran maksimum (Qmax),

pancaran rata-rata (Qave), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

pancaran maksimum, dan lama pancaran

Hasil uroflometri tidak spesifik menunjukkan penyebab terjadinya

kelainan pancaran urine, sebab pancaran urine yang lemah dapat

disebabkan karena BOO (bladder outlet obstruction) atau kelemahan otot

detrusor

Pada IC-BPH 2000, terdapat korelasi antara nilai Qmax dengan derajat

BOO sebagai berikut:

Qmax < 10 ml/detik 90% BOO

Qmax 10-14 ml/detik 67% BOO

Qmax >15 ml/detik 30% BOO

19

Harvien Bhayangkara1102013124

Qmax = dipakai untuk meramalkan hasil pembedahan serta dipengaruhi

oleh: usia, jumlah urine yang dikemihkan, serta terdapat variasi induvidual

yang cukup besar

Penilaian ada tidaknya BOO sebaiknya tidak hanya dari hasil Qmax saja,

tetapi juga digabungkan dengan pemeriksaan lain yaitu kombinasi

pemeriksaan skor IPSS, volume prostat, dan Qmax cukup akurat dalam

menentukan adanya BOO.

Pemeriksaan Residual Urin

Residual urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine

yang tertinggal di dalam buli-buli setelah miksi. Tujuh puluh delapan

persen pria normal mempunyai residual urine kurang dari 5 mL dan semua

pria normalmempunyai residu urine tidak lebih dari 12 mL

Dapat dilakukan secara invasif (lebih efektif), yaitu dengan melakukan

pengukuran langsung sisa urine melalui kateterisasi uretra setelah pasien

berkemih, maupun non invasif, yaitu dengan mengukur sisaurine melalui

USG atau bladder scan

Variasi perbedaan volume residual urine ini tampak nyata pada residual

urine yang cukup banyak (>150 ml), sedangkan volume residual urine

yang tidak terlalu banyak (<120 ml) hasil pengukuran dari waktu ke waktu

hampir sama

Pemeriksaan Urodinamika/Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow

Studies)

Dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya

kontraksi otot detrusor yang melemah yang tidak dapat dilakukan

uroflowmetri.

Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan

pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan

cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat

diukur.

20

Harvien Bhayangkara1102013124

Indikasi pemeriksaan urodinamika pada BPH adalah: berusia kurang dari

50 tahun atau lebih dari 80 tahun dengan volume residual urine>300 mL,

Qmax>10 ml/detik, setelah menjalani pembedahan radikal pada daerah

pelvis, setelah gagal dengan terapi invasif, atau kecurigaan adanya buli-

buli neurogenic

2. Darah

Pemeriksaan Prostate Specific Antigent (PSA)

PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi

bukan cancer specific.

Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari

BPH; dalam hal ini jika kadar PSA tinggi berarti: (a) pertumbuhan volume

prostat lebih cepat, (b) keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek,

dan (c) lebih mudah terjadinya retensi urine akut

Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan

kadar PSA

Tes Faal Ginjal (Elektrolit ,BUN dan Kreatinin)

Evaluasi ini adalah alat skrining berguna untuk insufisiensi ginjal kronis

pada pasien yang memiliki Residual Postvoid yang tinggi (PVR) .Sebuah

pengukuran kreatinin serum rutin meningkat mengindikasikan untuk

evaluasi terhadap sistem urinaria bagian atas . Tapi kreatinin tidak

diindikasikan dalam evaluasi awal pria dengan gejala-gejala saluran kemih

(LUT) sekunder untuk BPH.

3. Pencitraan

Foto Polos Abdomen (BNO)

Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan misalnya

batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih juga

dapat untuk menghetahui adanya metastasis ke tulang dari carsinoma

prostat.

Pielografi Intravena (IVP)

21

Harvien Bhayangkara1102013124

Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras (filling

defect/indentasi prostat) pada dasar kandung kemih atau ujung distal

ureter membelok keatas berbentuk seperti mata kail (hooked fish).

Mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter

ataupun hidronefrosis serta penyulit yang terjadi pada buli – buli yaitu

adanya trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli – buli.

Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin

Sistogram retrograde

Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka

sistogram retrograddapat pula memberi gambaran indentasi.

USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS)

Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya

kemungkinan pembesaran prostatmaligna, sebagai petunjuk untuk

melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan volume vesicaurinaria dan

jumlah residual urine, serta mencari kelainan lain yang mungkin ada di

dalam vesica urinaria seperti batu, tumor dan divertikel.

Pemeriksaan Sistografi

Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada

pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuria. Sistografi dapat

memberikan gambaran kemungkinan tumor di dalam vesica aurinaria atau

sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu

radiolusen di dalam vesica. Selain itu juga memberi keterangan mengenai

basar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat

penonjolan prostat ke dalam uretra.

Pemeriksaan Patologi Anatomi

22

Harvien Bhayangkara1102013124

Makroskopik: Jaringan warna kecoklatan sebanyak 30cc.

Mikroskopik: Sediaan jaringan prostat

terdiri dari stroma dan asini kelenjar prostat.

Asini dilapisi epitel kubis proliferatif,

sebagian asini dengan lumen melebar kistik,

dalam lumen terdapat corpora amylaceae.

Stroma jaringan ikat fibromuskuler

bersebukan sel limfosit.

Kriteria Pembesaran Prostat

Untuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat dilakukan dengan beberapa

cara, diantaranya adalah :

1) Rektal grading

Berdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum :

derajat 1 : penonjolan 0-1 cm ke dalam rektum

derajat 2 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektum

derajat 3 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektum

derajat 4 : penonjolan > 3 cm ke dalam rektum

2) Berdasarkan jumlah residual urine

derajat 1 : < 50 ml

derajat 2 : 50-100 ml

derajat 3 : >100 ml

derajat 4 : retensi urin total

3) Intra vesikal grading

derajat 1 : prostat menonjol pada bladder inlet

derajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureter

derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter

derajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter

4) Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi :

23

Harvien Bhayangkara1102013124

derajat 1 : kissing 1 cm

derajat 2 : kissing 2 cm

derajat 3 : kissing 3 cm

derajat 4 : kissing >3 cm8

DIAGNOSIS BANDING

KARSINOMA PROSTAT

Karsinoma prostat dapat dibedakan dengan BPH berdasarkan gambaran

patologisnya dan screening untuk karsinoma prostat. Screening karsinoma prostat

dilakukan dengan pemeriksaan Prostat Spesific Antigen (PSA) dan Rectal Touche

(RT).Pada pemeriksaan IVU ditemukan gambaran filling defect dengan tepi yang

ireguler dan terbentuknya kurvatura pada buli-buli akibat penekanan dari massa

Pada pemeriksaan USG diketahui adanya area hipo-ekoik (60%) yang merupakan

salah satu tanda adanya kanker prostat dan sekaligus mengetahui kemungkinan

adanya ekstensi tumor ke ekstrakapsuler Selain itu dengan bimbingan USG dapat

diambil contoh jaringan pada area yang dicurigai keanasan melalui biopsi aspirasi

dengan jarum halus (BAJAH).

KARSINOMA BULI-BULI

Karsinoma buli-buli dapat dibedakan dengan BPH berdasarkan gejala klinis dan

gambaran patologisnya. Gejala klinis yang khas pada karsinoma buli-buli adalah

gross hematuria tanpa rasa nyeri (>80%). Gejala ini bisa atau tanpa disertai gejala

iritatif seperti frekuensi, urgensi, dan disuria.

Cara pemeriksaan radiologik untuk diagnosis adalah: tiap pasien dengan hematuria

di sarankan pemeriksaan sistoskopi. Sebelum sistoskopi , urin yang baru

dikeluarkan diperiksa secara sitologik untuk melihat sel tumor. Kemudian

dilakukan pemeriksaan IVU. Pemeriksaan IVU dapat mendeteksi adanya tumor

buli-buli berupa filling defect dengan permukaan yang ireguler dan mendeteksi

adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum. Didapatkannya

hidroureter atau hidtronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor

24

Harvien Bhayangkara1102013124

ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk menetukan ekstensi

tumor ke organ sekitarnya.

KELEMAHAN DETRUSOR KANTUNG KEMIHo kelainan medula spinalis

o neuropatia diabetes mellitus

o pasca bedah radikal di pelvis

o farmakologik

KANDUNG KEMIH NEUROPATI, disebabkan oleh:

o kelainan neurologik

o neuropati perifer

o diabetes mellitus

o alkoholisme

o farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)

OBSTRUKSI FUNGSIONALo dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor

dengan relaksasi sfingter o ketidakstabilan detrusor

KEKAKUAN LEHER KANDUNG KEMIHo Fibrosis

RESISTENSI URETRA YANG MENINGKAT DIKARENAKANo hiperplasia prostat jinak atau ganas

o kelainan yang menyumbatkan uretra

o uretralitiasis

o uretritis akut atau kronik

PROSTATITIS AKUT ATAU KRONIK

3.8. Tatalaksana

25

Harvien Bhayangkara1102013124

1) Watchful waiting

Watchful waiting merupakan penatalaksanaan pilihan untuk pasien BPH

dengan symptom score ringan (0-7). Besarnya risiko BPH menjadi lebih berat dan

munculnya komplikasi tidak dapat ditentukan pada terapi ini, sehingga pasien dengan

gejala BPH ringan menjadi lebih berat tidak dapat dihindarkan, akan tetapi beberapa

pasien ada yang mengalami perbaikan gejala secara spontan.

2) Medikamentosa

A. Penghambat alfa (alpha blocker )

Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-α1, dan prostat

memperlihatkan respon mengecil terhadap agonis.Komponen yang berperan

dalam mengecilnya prostat dan leher buli-buli secara primer diperantarai oleh

reseptor α1a.Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkan hasil berupa

perbaikan subjektif dan objektif terhadap gejala dan tanda (sign and symptom)

BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa dapat diklasifikasikan berdasarkan

selektifitas reseptor dan waktu paruhnya

26

Harvien Bhayangkara1102013124

B. Penghambat 5α-Reduktase (5α-Reductase inhibitors)

Finasteride adalah penghambat 5α-Reduktase yang menghambat perubahan

testosteron menjadi dihydratestosteron.Obat ini mempengaruhi komponen epitel

prostat, yang menghasilkan pengurangan ukuran kelenjar dan memperbaiki

gejala.Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek

maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20%) dan perbaikan gejala-gejala.

C. Terapi Kombinasi

Terapi kombinasi antara penghambat alfa dan penghambat 5α-Reduktase

memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin

hanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian

terapi kombinasi tambahan sedang berlangsung.

D. Fitoterapi

Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan

untuk tujuan medis.Penggunaan fitoterapi pada BPH telah popular di Eropa

selama beberapa tahun.Mekanisme kerja fitoterapi tidak diketahui, efektifitas dan

keamanan fitoterapi belum banyak diuji.

3) Operasi konvensional

A. Transurethral Resection of the Prostate (TURP)

Sembilan puluh lima persen simpel prostatektomi dapat dilakukan melalui

endoskopi. Umumnya dilakukan dengan anastesi spinal dan dirawat di rumah

sakit selama 1-2 hari. Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP

lebih tinggi dan bersifat invasif minimal. Risiko TURP adalah antara lain

ejakulasi retrograde (75%), impoten (5-10%) dan inkotinensia urin (<1%) > (2).

B. Transurethral Incision of the Prostate

Pasien dengan gejala sedang dan berat, prostat yang kecil sering terjadi

hiperplasia komisura posterior (menaikan leher buli-buli).Pasien dengan keadaan

ini lebih mendapat keuntungan dengan insisi prostat.Prosedur ini lebih cepat dan

kurang menyakitkan dibandingkan TURP. Retrograde ejakulasi terjadi pada 25%

pasien.

C. Open Simple Prostatectomy

27

Harvien Bhayangkara1102013124

Jika prostat terlalu besar untuk dikeluarkan dengan endoskopi, maka enukleasi

terbuka diperlukan.Kelenjar lebih dari 100 gram biasanya dipertimbangkan untuk

dilakukan enukleasi.Open prostatectomy juga dilakukan pada BPH dengan

divertikulum buli-buli, batu buli-buli dan pada posisi litotomi tidak

memungkinkan. Open prostatectomy dapat dilakukan dengan pendekatan

suprapubik ataupun retropubik.

4) Terapi minimal invasif

A. Laser

Dua sumber energi utama yang digunakan pada operasi dengan sinar laser adalah

YAG dan holomium.

Keuntungan operasi dengan sinar laser adalah:

o Kehilangan darah minimal.

o Sindroma TUR jarang terjadi.

o Dapat mengobati pasien yang sedang menggunakan antikoagulan.

o Dapat dilakukan out patient procedure.

Kerugian operasi dengan laser

o Sedikit jaringan untuk pemeriksaan patologi.

o Pemasangan keteter postoperasi lebih lama.

o Lebih iritatif.

o Biaya besar

B. Transurethral Electrovaporization of the Prostate

Transurethral Electrovaporization of the Prostate menggunakan resektoskop.

Arus tegangan tinggi menyebabkan penguapan jaringan karena panas,

menghasilkan cekungan pada uretra pars prostatika. Prosedurnya lebih lama dari

TUR.

C. Hyperthermia

Hipertermia dihantarkan melaluli kateter transuretra.Bagian alat lainnya

mendinginkan mukosa uretra.Namun jika suhu lebih rendah dari 45°C, alat

pendingin tidak diperlukan.

28

Harvien Bhayangkara1102013124

D. Transurethal Needle Ablation of the Prostate

Transurethal Needle Ablation of the Prostate menggunakan kateter khusus yang

akan melalui uretra.

E. High Intensity Focused Ultrasound

High Intensity Focused Ultrasound berarti melakukan ablasi jaringan dengan

panas. Untrasound probe ditempatkan pada rektum.

F. Intraurethral Stents

Intraurethral stents adalah alat yang ditempatkan pada fossa prostatika dengan

endoskopi dan dirancang untuk mempertahankan uretra pars prostatika tetap

paten.

G. Transurethral Balloon Dilation of the Prostate

Balon dilator prostat ditempatkan dengan kateter khusus yang dapat melebarkan

fossa prostatika dan leher buli- buli.Lebih efektif pada prostat yang ukurannya

kecil (<40>3).Teknik ini jarang digunakan sekarang ini.

3.9. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin

beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati

prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat

mengakibatkan gagal ginjal.

29

Harvien Bhayangkara1102013124

Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan

penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intra

abdomen yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria

akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu,

stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang

dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonephritis

3.10.Prognosis

Lebih dari 90% pasien mengalami perbaikan sebagian atau perbaikan dari gejala yang

dialami. Sekitar 10-20% akan mengalami kekambuhan penyumbatan dalam lima tahun.

Apabila tidak segera ditindak, BPH memiliki prognosis buruk karena dapat berkembang

menjadi kanker prostat.

3.11.Pencegahan

Untuk menghindari gangguan prostat, pria yang berusia 40 tahun ke atasn perlu

memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

Menjalankan pola hidup yang sehat. Cara yang paling sederhana adalah

mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung antioksidan yang penting bagi

prostat, seperti tomat, alpukat, dan kacang-kacangan.

Cukupi kebutuhan lemak essensial. Asam lemak omega-3 dan mineral seng (Zn)

dapat mengurangi gejala gangguan prostat. Makanan yang kaya akan katekin,

terutama epigalokatekin galat (epigallocatechinsgallate), selenium, sulforafan, dan

vitamin C mendorong kemampuan sistem kekebalan tubuh dan menghilangkan

racun pencetus kanker (karsinogenik). Tidak hanya itu, zat-zat tersebut juga

meningkatkan pembentukan enzim penumpas sel tumor dan kanker, termasuk

kanker prostat.

Sering mengkonsumsi kubis-kubisan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan pria

yang sering mengkonsumsi kubis-kubisan kurang berisiko mendapatkan gangguan

prostat.

30

Harvien Bhayangkara1102013124

Periksalah kesehata prostat secara rutin ke dokter. Ini untuk mengantisipasi

munculnya gangguan pada prostat. Jika ditemukan adanya masalah, maka masalah

tersebut dapat ditangani dan diterapi dengan cepat.

Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS <7, yaitu keluhan

ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapatkan terapi

apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai halhal yang mungkin dapat memperburuk

keluhannya, misalnya:

jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam,

kurangi konsumsi makanan atau minuman yang dapat mengiritasi vesica urinaria

(kopi atau cokelat),

batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin,

kurangi makanan pedas dan asin, dan

jangan menahan kencing terlalu lama.

4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam terhadap Colok Dubur

Sebagaimana hukum asalnya, bila ada dokter lelaki yang ahli, maka dialah yang wajib

menjalankan pemeriksaan atas seorang pasien lelaki. Bila tidak ada dokter wanita non

muslim yang dipilih. Jika masih belum ditemukan, maka dokter wanita muslim yang

melakukannya. Bila keberadaan dokter muslim tidak tersedia, bisa saja dokter non-muslim

yang menangani. Akan tetapi harus diperhatikan, dokter wanita yang melakukan pemeriksaan

hanya boleh melihat tubuh pasien wanita itu sesuai dengan kebutuhannya saja, yaitu saat

menganalisa penyakit dan mengobatinya, serta harus menjaga pandangan. Dan juga, saat

dokterm wanita menangani pasien lelaki, maka pasien lelaki itu harus disertai mahram, atau

istrinya, atau lelaki yang dapat dipercaya supaya tidak terjadi khalwat.

Dalam semua kondisi di atas, tidak boleh ada orang lain yang menyertai dokter wanita

kecuali yang memang diperlukan perannya. Selanjutnya, para dokter wanita itu harus

menjaga kerahasiaan si pasien lelaki. Bertolak dari keterangan di atas, bagaimanapun

keadaannya, sangat diperlukan kejujuran kaum wanita dan keluarganya tentang masalah ini.

Hendaklah terlebih dulu beriktikad untuk mencari dokter laik-laki. Tidak membuat

bermacam alasan dikarenakan malas untuk berusaha. Semua harus dilandasi dengan takwa

31

Harvien Bhayangkara1102013124

dan rasa takut kepada Allah, kemudian berusaha untuk mewujudkan tujuan-tujuan mulia di

atas. Allah Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An’am ayat 119:

ا م�ا أ م�م� ك ال� ص�اال� ف�ا أ د� ق�ا و�ا أه� ي� ال� ع�ا � الال� أمم� اس� ا ذم�ك�ر� م�م�اا م�واا م�ل أك� أ �ا ت ال� �ا أ أ م�م� ك ال� ا م�ا و�ا

أ م�م� أت أحطم�ر�ر� اض� حا م�ا �ال� إ أ م�حم� أك ي� ال� ع�ا ام�ا حر� ح�ا

ل� �ا ب مم� أال� ع� ا� أ �ا هم�وا �ا �اك ب ا ر� �ا �ن إ إ * أم ع�ل� أر� ي� �غ�ا ب أ �ه�م� ائ �ا أوا ه� ا

� �أ ب �ا 1ووان م�ض�ل ي ال� اا �ير4 ث �ا ك �ا �ن إ و�ا أه� ي� �ال� إ

�ا د�ينن �ا أت أمم�ع�

“(padahal) sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya atasmu.

Kecuali apa yang terpaksa.”

Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-

rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah

keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslimah terpaksa harus

bertemu dan berobat kepada dokter yg berlainan jenis, ia harus didampingi mahram atau

suami/istrinya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau

ruang periksa. Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada

bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan dan kaki. Jika obyek pemeriksaan

menyangkut aurat, meskipun sudah ada perawat laki-laki – umpamanya– maka keberadaan

suami atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk

menjauhkan dari kecurigaan.

Jika dokter laki-laki (dikarenakan tidak terdapat dokter perempuan) dengan dalih mengobati

dan atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan di atas (memandang dan

menyentuh) seperti; mendeteksi denyut nadi, mengambil darah dan memijit, dimana dokter

tidak memiliki cara lain kecuali terpaksa memandang badan yang bukan mahramnya atau

menyentuh badannya (dan tidak memungkinkan dia menggunakan kaos tangan atau

semacamnya, dengan maksud menyentuh secara tidak langsung), dalam hal ini menyentuh

dan memandang tidak ada masalah.

Akan tetapi jika dalam masalah ini dokter mampu mengobati hanya dengan memandang saja

dan atau hanya dengan menyentuh pasien yang bukan mahramnya tersebut maka dokter

harus mencukupkan dengan memandang saja atau menyentuh saja (itupun sebatas darurat)

dan lebih daripada itu tidak boleh. Dokter perempuan dalam hal memandang dan menyentuh

32

Harvien Bhayangkara1102013124

pasien laki-laki yang bukan mahramnya juga berlaku hukum demikian. Begitu para ulama

mengatakan.

Karena orang yang sakit sengaja menemui dan menaruh kepercayaan terhadap dokter, para

terapis atau ahli medis harus memberikan pelayanan dan perlindungan yang terbaik bagi

pesiennya. Namun harus tetap menjaga syariat. Misalnya tidak boleh memberikan obat yang

haram. Juga harus menjaga hubungan lawan jenis. Jika pasiennya bukan muhrimnya,

hendaklah ada pihak ketiga yang menemani. Jangan hanya berdua didalam kamar

pengobatan.

Telah di nukil dari Imam Musa ibnu Ja’far  yang mengatakan: Seorang lelaki buta dengan

lebih dahulu meminta izin telah memasuki rumah Fatimah  (sepertinya dia perlu dengan

Rasulullah SAW) Fatimah  mengambil kerudungnya dan beliau bersembunyi di dalam

kerudung tersebut (mengambil hijab), Nabi SAW berkata: Putriku mengapa engkau menutup

dirimu sedangkan dia tidak melihatmu? Beliau berkata: Apabila dia tidak melihat saya, tapi

saya melihat dia dan dia (jika tidak melihat dan buta) tetapi dia mencium bau wanita.

Rasulullah SAW sedemikian gembiranya sambil berkata: Saya bersaksi bahwa engkau

adalah belahan jiwaku. (Hayaatu Al-Imam Husain,Khutbah Hadrat Zaenab)

Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah SAW. 

Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat 119:

�ه� �ي �ل إ م� ت اض�طر�ر� م�ا �ال إ م� �ك �ي ع�ل م� ح�ر� م�ا م� �ك ل ف�ص�ل� و�ق�د�

"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya

atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya".

Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk

menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat,

seperti untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya.

Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-

rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah

keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslim/muslimah terpaksa

harus bertemu dan berobat kepada dokter yang berbeda jenis, ia harus didampingi

33

Harvien Bhayangkara1102013124

mahramnya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau

ruang periksa.

Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh

yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat

wanita, meskipun sudah ada perawat wanita misalnya, maka keberadaan suami atau wanita

lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.

Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak tersesat di

dunia. Adab-adab tersebut antara lain:

1.    Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis

Allah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka

menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah kepada

wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara

kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30-31)

2.    Tidak berdua-duaan

Rasulullah saw bersabda: “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat) dengan

wanita kecuali bersama mahromnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3.    Tidak menyentuh lawan jenis

Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, “Demi Allah, tangan Rasulullah tidak

pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia

kepada pemimpin).” (HR. Bukhari)

Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara

yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda, “Seandainya kepala seseorang

ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak

halal baginya.” (HR. Thabrani dengan sanad hasan)

http://mariaagustinasw.blogspot.com/2011/10/adab-menghadapi-pasien-lawan-jenis.html

34