Makalh hifema
-
Upload
mawar-makmaker -
Category
Documents
-
view
310 -
download
14
description
Transcript of Makalh hifema
Pendekatan Klinis Hifema et causa Trauma Tumpul
Mawar Makmaker
102013144
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
e-mail: [email protected]
BAB I
PENDAHULUAN
Hifema merupakan adanya akumulasi darah di bilik mata depan.1,6Hal ini sering
disebabkan oleh trauma tumpul pada mata yang menyebabkan robeknya iris atau badan siliar.
Hifema dapat juga disebabakn oleh trauma intraoperasi, pecahnya neovaskularisasi, adanya
kanker, atau kelainan vaskular lain.1,6Menurut satu studi yang dilakukan di Amerika Serikat,
kejadian hifema, terutama hifema traumatik, diperkirakan sebanyak 12 kasus per 100.000
orang populasi.1 Anak-anak dan remaja usia 10-20 tahun memiliki persentase penderita
terbanyak, yaitu sebesar 70%.2Hifema lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita
dengan perbandingan 3 : 1.1Kondisi hifema sendiri memicu berbagai komplikasi, seperti
peningkatan tekanan intraokular yang berujung ke gloukoma, corneal blood staining, sinekia
anterior dan posterior, dan atrofi optik.1 Bila penanganan hifema tidak tidak tepat, dapat
terjadi komplikasi tersebut dan akhirnya berujung pada kebutaan.
Hifema merupakan kasus yang penanganannya dapat dibantu oleh seorang dokter
umum untuk mencegah pemburukannya, sehingga makalah ini mengangkat topik tersebut,
lengkap hingga bagaimana cara mengatasi hifema ini.
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
2.1 Anamnesis
Pasien hifema umumnya akan datang dengan keluhan perdarahan atau adanya darah
pada bagian tengah mata. Keluhan tersebut dapat disertai dengan nyeri pada mata, gangguan
penglihatan,dan sensitif terhadap cahaya. Bila terdapat riwayat trauma, perlu ditanyakan
1
waktu kejadian, mekanisme kejadian, jenis objek yang mengenai mata, arah terjadinya
benturan, dan penggunaan pelindung mata saat kejadian. Jika kejadian kurang dari satu jam
maka perlu ditanyakan ketajaman penglihatan atau nyeri pada mata karena berhubungan
dengan peningkatan tekanan intra okuler akibat perdarahan sekunder. Apakah trauma tersebut
disertai dengan keluarnya darah, dan apakah pernah mendapatkan pertolongan sebelumnya.
Riwayat penyakit mata perlu ditanyakan, terutama mengenai penyakit yang memengaruhi
tekanan intraokuler. Riwayat tindakan pembedahan atau laser pada mata juga harus
ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan hifema operatif. Riwayat penyakit lain seperti
diabetes, hemoglobinopati, atau sickle cell disease juga perlu untuk ditanyakan untuk
menentukan etiologi dan tatalaksana. Perlu juga ditanyakan riwayat kesehatan mata sebelum
terjadi trauma, apabila terjadi pengurangan penglihatan ditanyakan apakah pengurangan
penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan tersebut, ambliopia, penyakit kornea
atau glaukoma, riwayat pembukaan darah atau penggunaan antikoagulan sistemik seperti
aspirin atau warfarin. 1,2
2.2 Pemeriksaan Fisis dan Pemeriksaan Oftamologis
Pemeriksaan oftamologis dilakukan pertama kali adalah inspeksi mata. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan mulai dari konjungtiva, sklera, korana, COA (camera oculi anterior),
lensa dan retina. Untuk memeriksa ketajaman penglihatan dilakukan uji pin hole (uji lubang
kecil.3
Uji ini untuk mengetahui apakah tajam penglihatan yang kurang terjadi akibat
kelainan refraksi atau kelainan organik media penglihatan. Penderita duduk menghadap kartu
Snellen dengan jarak 6 meter. Penderita disuruh melihat huruf terkecil yang masih terlihat
dengan jelas. Kemudian pada mata tersebut ditaruh lempeng berlubang (pin holeatau lubang
sebesar 0.75 mm). Bila terdapat perbaikan tajam penglihatan dengan melihat melalui lubang
kecil berarti terdapat kelaianan refraksi. Bila terjadi kemunduran ketajaman penglihatan
berarti terdapat gangguan pada media penglihatan. Mungkin saja diakibatkan kekeruhan
kornea, katarak, kekeruhan badan kaca, dan kelainan makula lutea.3
Pemeriksaan tekanan bola mata dapat dilakukan dengan alat yang dinamakan
tanometer. Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tanometer pada bola mata
dinamakan tanometri. Pemeriksaan dengan gonioskopi tidak dianjurkan karena meningkatkan
risiko perdarahan ulang. Pemeriksaan pada mata bagian anterior diharapkan bisa memberikan
assesment mengenai grading hifema.1,2
2.3 Pemeriksaan Penunjang
2
Pemeriksaan penunjang dilakukan lebih untuk menemukan etiologi atau
menyingkirkan diagnosis banding. Yang akan dinilai meliputi kondisi mata bagian posterior,
adneksamata, dan orbita. Pemeriksaan yang umum dilakukan berupa ultrasonografi (USG)
mata atau CT-scan untuk melihat adanya tumor intraokuler. Dapat juga dilakukan angiografi
pada iris untuk melihat adanya neovaskularisasi meskipun sangat jarang dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan, kecuali pemeriksaan darah untuk melihat
adanyasickle cell disease.1,3
2.4 Diagnosis Banding
a.) Uveitis anterior OD
Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan siliar biasanya
unilateral dengan onset akut. Uveitis terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan
sakit, atauoun datang perlahan dengan mata marah dan sakit ringan dengan penglihatan turun
perlahan-lahan. Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut mata sakit, merah, fotofobia,
penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan mata merah. Keluhan sukar melihat dekat
pada pasien uveitis akibat ikut meradangnya otot-otot akomodasi. Pupil kecil akibat
rangsangan proses peradangan pada otot sfingter pupil dan terdapatnya edem iris. Terbentuk
sinikea posterior, miosis pupil, tekanan bola mata yang turun akibathipofungsi badan siliar,
tekanan bola mata dapat meningkat, melebarnya pembuluh siliar dan perilimbus. Perjalanan
penyakit ini sangat khas yaitu penyakit berlangsung hanya natar 2-4 minggu. Kadang-kadang
penyakit ini memperlihatkan gejala-gejala kekambuhan atau menjadi menahun.3,4
b.) Endoftalmitis
Endoftalmitis merupakan peradangan berat pada bola mata , akibat infeksi setelah
trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga
mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan memberikan
abses di dalam badan kaca. Penyebab endoftalmis supuratif adalah kuman dan jamur yang
masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen).
Peradangan yang disebabkan oleh bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang
sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah,
kornea keruh, bilik mata depan keruh yang kadang-kadang disetai hipopion.3
2.5 Diagnosis kerja
Hifema
a) Definisi
3
Hifema merupakan suatu kondisi dimana terdapat akumulasi darah di bilik mata
depan. Hal ini paling sering disebabkan oleh trauma tumpul kepada mata. Trauma ini akan
menginduksi robeknya pembuluh darah pada iris atau badan silier.1 Hifema dapat juga
disebabkan oleh trauma intraoperasi, pecahnya neovaskularisasi, adanya kanker, atau
kelainan vaskuler lain.1,6
b) Epidemiologi
Menurut satu studi yang dilakukan di Amerika Serikat, kejadian hifema, terutama
hifema traumatik, diperkirakan sebanyak 12 kasus per 100.000 orang populasi.2 Anak-anak
dan remaja usia 10-20 tahun memiliki persentase penderita terbanyak, yaitu sebesar
70%.2Hifema lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dengan perbandingan 3 : 1.1
c) Etiologi
Hifema umumnya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata yang telah dijelaskan
sebelumnya.1,3,6 Trauma tumpul tersebut mengenai bagian bola mata yang terekspos ke dunia
luar tanpa perlindungan tulang orbita.1Oleh karena itu, benda-benda yang cukup kecil seperti
bola kecil, paintball, batu kerikil, atau peluru airgun merupakan penyebab trauma tersering
yang dapat menimbulkan hifema. Akan tetapi, hal ini tidak menutupi kemungkinan objek
yang lebih besar dibandingkan tulang orbita untuk mengakibatkan trauma pada mata selama
memiliki elastisitas yang cukup untuk mengenai bagian yang terekspos tadi.1
Sebagian kecil hifema terjadi oleh karena hal selain trauma tumpul tersebut diatas. Hifema
dapat terjadi sebagai komplikasi post-operasi intraokuli. Selain itu, dapat pula terjadi hifema
secara spontan, yang biasanya dapat disebabkan oleh pecahnya neovaskularisasi pada iris.
Hifema spontan karena neovaskularisasi ini dapat ditemukan pada pasien diabetes mellitus,
sikatriks, uveitis, dan neoplasma okular seperti retinoblastoma.1Dapat juga terjadi hifema
karena anomali vaskuler dalam mata lain, seperti yang terjadi pada juvenile
xanthogranuloma. Bahkan, hifema idiopatik pun dapat terjadi tanpa penyebab jelas,
meskipun hal ini sangat jarang.1
d) Klasifikasi
Klasifikasi hifema dibedakan berdasarkan kepada onset perdarahannya, darah yang terlihat,
serta pengisian darah pada bilik mata depan. Berdasarkan onset perdarahan, hifema
diklasifikasikan menjadi hifema primer terjadi langsung sampai 2 hari setelah trauma pada
mata dan hifema sekunder terjadi 2-5 hari setelah trauma pada mata. Sementara itu,
berdasarkan darah yang terlihat, hifema diklasifikasikan menjadi makrohifema, perdarahan
terlihat dengan mata telanjang dan mikrohifema, perdarahan terlihat apabila menggunakan
mikroskop. Apabila dibagi berdasarkan pemenuhan darah di bilik mata depan, hifema dibagi
4
menjadi grade 1 (darah mengisi kurang dari 1/3 bilik mata depan, insidensi kasusnya 58%),
grade 2 (darah mengisi 1/3 – ½ bilik mata depan, dengan insidensi kasus 20%), grade 3
(darah mengisi ½ – kurang dari seluruh bilik mata depan, insidensi kasusnya 14%), grade 4
(darah mengisi seluruh bilik mata depan, dikenal dengan total hyphema,blackball atau 8-ball
hyphema, insidensi kasusnya 8%)
Umumnya grading inilah yang dijadikan salah satu patokan dalam menentukan
tatalaksana hifema. Pada sekitar 50% kasus, hifema masih berbentuk cairan sehingga
membentuk air fluid level, sementara 40% kasus membentuk clot dan menempel pada iris.
Sisa 10% dari kasus hifema membentuk clot berwarna gelap dan kontak dengan
endotelium.1Prognosis dari bentuk hifema yang ketiga cenderung lebih buruk dibandingkan
yang lainnya.1
e) Patofisiologi
Hifema merupakan akumulasi darah pada bilik mata depan, sehingga perlu diketahui
terlebih dahulu mengenai anatomi mata, terutama yang berkaitan dengan bilik mata depan,
iris dan badan silier untuk memahami secara lebih jelas mengenai hifema.
Bilik mata depan merupakan suatu ruangan yang berisikan humor aquos, berada di
anterior kornea dan posterior iris.5 Humor aquos yang mengisi bilik mata depan berasal dari
epitel badan silier yang memproduksinya. Humor aquos ini akan mengalir melalui bilik mata
belakang, melewati pupil, kemudian ke bilik mata depan. Dari sini, humor aquos kemudian
akan masuk ke sudut bilik mata depan, yaitu sudut yang dibentuk oleh jaringan korneosklera
dengan pangkal iris, dan memasuki trabecular meshwork menuju ke kanal schlemm. Dari sini
humor aquos dilanjutkan ke vena sklera dan episklera.5
Iris sendiri diperdarahi oleh kompleks antara 2 arteri siliar posterior dan 7 arteri siliar
anterior. Arteri ini akan bergabung membentuk greater arterial circle of iris dan kemudian
memperdarahi iris dan badan silier.5
Terdapat 2 mekanisme yang diduga menyebabkan terjadinya hifema. Mekanisme
pertama adalah mekanisme dimana kekuatan trauma menyebabkan gaya- gaya kontusi yang
sering menyobek pembuluh-pembuluh darah iris dan merusak sudut bilik mata. Darah di
dalam aqueus dapat membentuk suatu lapisan yang dapat terlihat disebut dengan hifema.
Mekanisme kedua adalah trauma tersebut menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler
sesaat sehingga menyebabkan ruptur pembuluh darah pada iris dan badan silier.4
5
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pembedahan juga dapat menyebabkan
hifema baik pada saat intraoperatif maupun postoperatif. Mekanisme terjadinya hifema
karena pembedahan dijelaskan sebagai berikut1:
Perdarahan intraoperatif disebabkan oleh trauma pada badan siliar atau iris. Dapat
ditemukan pada iridektomi perifer, ekstraksi katarak, siklodialisis dan prosedur filtrasi
(iridektomi perifer laser khususnya YAG laser).
Hifema pada postoperatif awal karena dilatasi mendadak dari pembuluh darah uvea
yang mengalami trauma dari spasme sebelumnya, atau karena adanya perdarahan konjungtiva
yang masuk ke bilik mata depan karena adanya saluran baru postoperasi.
Perdarahan pada masa postoperatif lanjutan berasal dari neovaskularisasi karena
proses penyembuhan setelah insisi pada korneasklera. Neovaskularisasi ini mudah rapuh
karena trauma minor. Erosi kronis pada iris juga dapat menjadi penyebab hifema.
Sementara itu, terjadinya hifema pada kasus tumor intraokular atau
neovaskularisasiberkaitan dengan kerapuhan pembuluh darah baru yang terbentuk karena
iskemia yang memicu peningkatan pembentukannya. Hifema pada kasus ini akan muncul
secara spontan tanpa perlu menunggu adanya trauma, karena pembuluh darah baru tersebut
dapat pecah sewaktu-waktu dengan iritasi minimal.5
f) Gejala Klinis
Seperti yang kita ketahui, bilik mata depan merupakan salah satu media refraksi pada
mata. Oleh karena itu, apabila terdapat darah pada bilik mata depan, refraksi cahaya dari
dunia luar akan terganggu dan secara langusng ketajaman penglihatan seseorang pun akan
menurun. Tingkat penurunan ini tergantung pada banyaknya darah di dalam bola mata.
Penurunan dapat bersifat ringan hingga tingkat hand movementa ataupun light perception.1,5
Adanya darah yang mengisi bilik mata depan dapat meningkatkan tekanan intraokular
secara langsung karena adanya peningkatan volume cairan di dalam bilik mata depan,
sehingga menyebabkan kondisi glaukoma sekunder. Mekanisme lain terjadiny aglaukoma
sekunder adalah karena adanya gumpalan darah, eritrosit, atau fibrin yang menempel
pada trabecular meshwork sehingga menghambat aliran masuk humor aquos ke dalam
saluran tersebut.1,5 Dapat juga terjadi trauma pada trabecular meshwork ini berkaitan dengan
trauma penyebab hifema sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokular akut.5 Gejala yang
berkaitan dengan peningkatan tekanan intraokular, seperti nyeri pada mata, nyeri kepala, atau
fotofobia juga dapat muncul. Pasien mengeluh sakit disertai dengan epifora dan
blefarospasme Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.3
6
Menurut suatu studi, peningkatan tekanan intraokular (TIO) lebih dari 21 mmHg
terjadi pada 32% pasien dengan hifema.1Tekanan yang tinggi ini juga memiliki keterkaitan
grade hifema yang tinggi (3 atau 4). Pasien yang sebelumnya sudah memiliki faktor
predisposisi glaukoma akan semakin mudah mengalami glaukoma.1
Pengamatan TIO sangat penting untuk menentukan langkah tatalaksana lanjutan.
Selama fase akut hifema, seringkali ditemukan peningkatan TIO yang disebabkan oleh
mekanisme diatas. Peningkatan TIO akut ini dapat diikuti oleh periode TIO normal ataupun
di bawah normal setelah 24 jam pertama kejadian hingga hari ke-6. Fenomena ini terjadi
karena produksi humor aquos yang berkurang dan adanya uveitis. Hal ini juga dapat
meningkatkan kejadian perdarahan sekunder. Seiring dengan pulihnya badan siliar, TIO akan
kembali meningkat.1
Terdapat beberapa kondisi tertentu pada hifema yang tidak akan menyebabkan
peningkatan TIO kedua, seperti pada hifema lebih dari 75% bilik mata depan. Pada kondisi
ini, onset peningkatan TIO terjadi bersamaan dengan kemunculan hifema dan akan bertahan
sampai hifema mengalami resolusi. Apabila terdapat segmen di bagian bilik mata depan yang
tidak dapat diperbaiki atau terbentuknya sinekia anterior perifer, atau peningkatan TIO yang
terus berlanjut hingga melebihi hari ke-6, pasien akan mengalami glaukoma.1,5
Dapat pula ditemukan ghost cell pada glaukoma karena komplikasi hifema dengan
perdarahan vitreus, dengan peningkatan TIO yang bertahan sekitar 2 minggu sampai 3 bulan
setelah trauma. Ghost cell smerupakan bentuk residu eritrosit yang kehilangan hemoglobin di
vitreus setelah terjadinya perdarahan. Hal ini disebabkan ghost cell yang
menghambat trabecular meshwork.1
Gejala penyerta lain yang dapat muncul pada hifema adalah kemunculan perdarahan
sekunder. Perdarahan sekunder mungkin disebabkan oleh lisis dan retraksi bekuan dan fibrin,
yang berfungsi sebagai penyumbat pembuluh darah yang mengalami ruptur di awal trauma.
Perdarahan sekunder ini dapat memicu oleh peningkatan TIO dan pewarnaan kornea.
Perdarahan sekunder terjadi pada 25% dari seluruh pasien hifema, dengan insiden terjadinya
perdarahan sekunder yang lebih tinggi pada hifema grade 3 dan 4.1
Perdarahan sekunder di bilik mata depan bisa dideteksi dengan melihat adanya
peningkatan jumlah darah secara nyata di bilik mata depan.Perdarahan sekunder umumnya
terjadi pada rentang waktu hari ke-2 hingga hari ke-7 setelah trauma, dengan kemungkinan
tersering terjadi pada hari ke-3 atau ke-4. Pada hifema grade 3 dan 4, dimana darah dari
hifema berwarna gelap, akan muncul darah berwarna cerah di bagian perifer, tersering pada
7
hari ke-4 hingga ke-6. Akan tetapi, hal ini belum tentu merupakan perdarahan sekunder dapat
juga merupakan hasil dari disolusi clotting awal.1
g) Penatalaksanaan
Hifema biasanya akan mengalami penyerapan secara spontan.4Umumnya hal ini
terjadi setelah 5-7 hari dari awal trauma.3 Oleh karena itu, tatalaksana hifema pada awal lebih
menitikberatkan kepada elevasi kepala,bed rest dengan rawat inap dan monitoring
peningkatan TIO serta adanya perdarahan sekunder.4
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30
derajat pada kepala.4,6 Pemberian steroid tetes harus segera dimulai. Aspirin dan anti
inflamasi non steroid harus dihindari. Dilatasi pupil dapat meningkatkan resiko perdarahan
kembali sehingga mungkin ditunda sampai hifema reda dengan penyerapan spontan. Oleh
karena itu, pemeriksaan dini untuk mencari kerusakan segmen posterior mungkin
memerlukan ultrasonografi. Mata sebaiknya diperiksa berkala untuk mencari adanya
perdarahan sekunder, glaukoma, atau bercak darah di kornea akibat pigmen besi. Beberapa
penelitian mengisyaratkan bahwa penggunaan asam amino kaproat oral (100 mg/kg BB taiap
4 jam sampai maksimum 30 g/hari elama 5 hari) untuk menstabilkan pembentukan
pembekuan darah sehingga menurunkan resiko perdarahan ulang. 4
Tatalaksana glaukoma meliputi terapi topikal denga penyekat β (mis, timolol 0,25%
dua kali sehari), analog prostaglandin (mis, latanoprost 0,005% malam hari), dorzolamide 2%
dua tau tiga kali sehari, atau apraclonidine 0,5% tiga kali sehari. Terapi oral dengan
acetazolamide 250 mg per oral empat kali sehari, dan obat hiperosmotik (manitol, gliserol,
sorbitol) dapat pula digunakan bila terapi topikal tidak efektif. Pada anak yang gelisah dapat
diberikan obat penenang. Bedah drainase glaukoma mungkin diperlukan pada kasus-kasus
yang sangat berat.4
Hifema harus dievakuasi secara bedah bila tekanan intraokular tetap tinggi, >35 mm
Hg selama 7 hari atau 50 mm Hg selama 5 hari, untuk menghindari kerusakan nervus optikus
dan pewarnaan kornea, tetapi terdapat resiko terjadinya perdarahan kembali. Indikasi bedah
juga dilakukan bila terdapat kelainan penggumpalan darah yang dapat menjadi resiko
perdarahan sekunder, seperti hemoglobinopati atau sickle cell disease.4
Parasintesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien
dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, galukoma sekuder, hifema penuh
dan berwarna hitam atau setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.
8
Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi perdarahan
atau hifema baruyang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena
perdarahan lebih sukar hilang.3
h) Komplikasi
Komplikasi dari hifema traumatik berkaitan erat dengan retensi darah di bilik mata
depan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain sinekia posterior, sinekia anterior perifer,
pewarnaan kornea (corneal bloodstaining), dan atrofi optik.Komplikasi lainnya melibatkan
kerusakan segmen posterior seperti ruptur koroid, ablasio retino, perdarahan vitreus, dan
dialisis zonular.1
1. Sinekia Posterior
Sinekia posterior atau adhesi iris terhadap lensadapat terjadi pada pasien dengan
hifema traumatik karena efek dari terjadinya iritis atau iridosiklitis. Akan tetapi, komplikasi
ini jarang terjadi pada pasien yang mendapat tatalaksana dengan baik. Sinekia posterior lebih
banyak terjadi pada pasien hifema yang menjalani evakuasi lewat pembedahan.1,3
2. Sinekia Anterior Perifer
Sinekia anterior perifer, dimana iris menempel ke kornea, sering terjadi pada pasien
dengan hifema yang menetap pada periode yang panjang, biasanya mencapai 9 hari atau
lebih. Hal ini disebabkanoleh adanya iritis kronik akibat trauma awal atau adanya iritis
kimiawikarena adanya darah di bilik mata depan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah
adanya bekuan di sudut bilik yang mengakibatkan fibrosis trabecular meshwork sehingga
menutup sudut tersebut.1
3. Pewarnaan Kornea (Corneal Bloodstaining)
Pewarnaan kornea/corneal bloodstaining/hemosiderosis kornea terutama terjadi pada
pasien dengan hifema total dan terkait pula dengan peningkatan TIO. Kemungkinan
kemunculan komplikasi ini berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi integritas
endotel seperti kondisi endotel kornea awal, trauma bedah pada endotel, banyaknya bekuan
yang mengalami kontak dengan endotel, peningkatan TIO berkepanjangan.1,3,4
Pewarnaan kornea lebih sering terjadi pada pasien dengan hifema total yang bertahan
selama minimal 6 hari berturut-turut, diikuti dengan peningkatan TIO lebih dari 25mmHg.
Komplikasi ini lebih jarang terjadi pada hifema sebagian ataupun hifema dengan TIO normal,
meskipun masih dapat terjadi pada kondisi hifema pada pasien dengan kerusakan endotel.1
Proses penyembuhan pewarnaan kornea membutuhkan waktu beberapa bulan. Secara
umum, pewarnaan kornea dimulai dari sentral dan kemudian menyebar ke bagian perifer
9
endotel kornea. Proses resolusi dari komplikasi ini merupakan kebalikan dari proses inisiasi.
Resolusi akan dimulai dari bagian perifer kemudian menuju ke tengah.1
corneal blood staining
4.Atrofi optik
Atrofi optik disebabkan oleh peningkatan TIO, baik akut maupun kronik. Atrofi optik
nonglaukomatosa yang terjadi pada pasien hifema dapat disebabkan oleh trauma inisial
ataupun periode transien dari peningkatan TIO.1
i)Prognosis
Prognosis visus akhir pasien dengan hifema bergantung kepada tiga faktor utama,
yaitu kerusakan organ mata lain, apakah terjadi perdarahan sekunder, serta apakah terjadi
komplikasi layaknya glaukoma.1 Lebihdari 75% pasien dengan hifema memiliki visus
akhir>20/40.1 Besar hifema tidak memengaruhi prognosis hifema. Perdarahan berulang sering
dihubungkan dengan terjadinya peningkatan tekanan intraokuler, blood staining,
indikasioperasi, dan visus akhir yang buruk. Namun, sebenarnya penurunan visus pada pasien
hifema lebih dipengaruhi oleh kerusakan segmen posterior (terutama retina) dibanding
gangguan pada segmen anterior.1,7
j) Preventif
Trauma kecelakaan pada mata dapat dicegah dengan menggunakan peralatan
pelindung mata seperti googles. Walaupun trauma akibat pembedahan jarang terjadi,
pencegahan dengan menggunakan acetazolamid intravena dan manitol perlu dilakukan
apabila terdapat peningkatan TIO atau pasien dengan anestesia umum. Hal ini diharapkan
bisa mencegah hifema intra dan post-operatif. Untuk menghindari kemungkinan perdarahan
ulang, perlu diberikan pengobatan antifibrinolitik dan steroid sistemik pada kasus-kasus
tertentu.1,5
BAB III
PENUTUP
Hifema merupakan suatu keadaan yang dapat sembuh dengan spontan, tapi tidak menutup
kemungkinan untuk terjadinya kembali perdarahan. Penatalaksann yang paling sederhana
yang dapat dilakukan adalah dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30 derajat pada
kepala. Selain itu juga dapat diberikan terapi medika mentosa. Progonisnya tergantung pada 3
10
faktor, yaitu kerusakan organ mata lain, apakah terjadi perdarahan sekunder, serta apakah
terjadi komplikasi layaknya glaukoma.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sheppard JD. Hyphema. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1190165-
overview pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 17.00.
2. Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan dasar mata. Jakarta : Badan Penerbit FKUI;
2011.h. 99-107.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed.5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2015.hal.284-6.
4. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P.Oftalmologi umum. Ed 17. Jakarta: EGC;
2015.h.377-8.
5. I Sidarta et al. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Ed.2.
Jakarta : Sagung Seto; 2012. h. 266-70
6. Suprapto N, Irawati Y. Trauma bola mata dalam kapita selekta kedokteran. Ed 4. Jakarta:
Aesculapius; 2014.h.403-5.
11