Makalh hifema

18
Pendekatan Klinis Hifema et causa Trauma Tumpul Mawar Makmaker 102013144 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat e-mail: [email protected] BAB I PENDAHULUAN Hifema merupakan adanya akumulasi darah di bilik mata depan. 1,6 Hal ini sering disebabkan oleh trauma tumpul pada mata yang menyebabkan robeknya iris atau badan siliar. Hifema dapat juga disebabakn oleh trauma intraoperasi, pecahnya neovaskularisasi, adanya kanker, atau kelainan vaskular lain. 1,6 Menurut satu studi yang dilakukan di Amerika Serikat, kejadian hifema, terutama hifema traumatik, diperkirakan sebanyak 12 kasus per 100.000 orang populasi. 1 Anak-anak dan remaja usia 10-20 tahun memiliki persentase penderita terbanyak, yaitu sebesar 70%. 2 Hifema lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dengan perbandingan 3 : 1. 1 Kondisi hifema sendiri memicu berbagai komplikasi, seperti peningkatan tekanan intraokular yang berujung ke gloukoma, corneal blood staining, sinekia anterior dan posterior, dan atrofi optik. 1 Bila penanganan hifema tidak tidak tepat, dapat terjadi komplikasi tersebut dan akhirnya berujung pada kebutaan. 1

description

mata

Transcript of Makalh hifema

Page 1: Makalh hifema

Pendekatan Klinis Hifema et causa Trauma Tumpul

Mawar Makmaker

102013144

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

e-mail: [email protected]

BAB I

PENDAHULUAN

Hifema merupakan adanya akumulasi darah di bilik mata depan.1,6Hal ini sering

disebabkan oleh trauma tumpul pada mata yang menyebabkan robeknya iris atau badan siliar.

Hifema dapat juga disebabakn oleh trauma intraoperasi, pecahnya neovaskularisasi, adanya

kanker, atau kelainan vaskular lain.1,6Menurut satu studi yang dilakukan di Amerika Serikat,

kejadian hifema, terutama hifema traumatik, diperkirakan sebanyak 12 kasus per 100.000

orang populasi.1 Anak-anak dan remaja usia 10-20 tahun memiliki persentase penderita

terbanyak, yaitu sebesar 70%.2Hifema lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita

dengan perbandingan 3 : 1.1Kondisi hifema sendiri memicu berbagai komplikasi, seperti

peningkatan tekanan intraokular yang berujung ke gloukoma, corneal blood staining, sinekia

anterior dan posterior, dan atrofi optik.1 Bila penanganan hifema tidak tidak tepat, dapat

terjadi komplikasi tersebut dan akhirnya berujung pada kebutaan.

Hifema merupakan kasus yang penanganannya dapat dibantu oleh seorang dokter

umum untuk mencegah pemburukannya, sehingga makalah ini mengangkat topik tersebut,

lengkap hingga bagaimana cara mengatasi hifema ini.

BAB II

TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Anamnesis

Pasien hifema umumnya akan datang dengan keluhan perdarahan atau adanya darah

pada bagian tengah mata. Keluhan tersebut dapat disertai dengan nyeri pada mata, gangguan

penglihatan,dan sensitif terhadap cahaya. Bila terdapat riwayat trauma, perlu ditanyakan

1

Page 2: Makalh hifema

waktu kejadian, mekanisme kejadian, jenis objek yang mengenai mata, arah terjadinya

benturan, dan penggunaan pelindung mata saat kejadian. Jika kejadian kurang dari satu jam

maka perlu ditanyakan ketajaman penglihatan atau nyeri pada mata karena berhubungan

dengan peningkatan tekanan intra okuler akibat perdarahan sekunder. Apakah trauma tersebut

disertai dengan keluarnya darah, dan apakah pernah mendapatkan pertolongan sebelumnya.

Riwayat penyakit mata perlu ditanyakan, terutama mengenai penyakit yang memengaruhi

tekanan intraokuler. Riwayat tindakan pembedahan atau laser pada mata juga harus

ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan hifema operatif. Riwayat penyakit lain seperti

diabetes, hemoglobinopati, atau sickle cell disease juga perlu untuk ditanyakan untuk

menentukan etiologi dan tatalaksana. Perlu juga ditanyakan riwayat kesehatan mata sebelum

terjadi trauma, apabila terjadi pengurangan penglihatan ditanyakan apakah pengurangan

penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan tersebut, ambliopia, penyakit kornea

atau glaukoma, riwayat pembukaan darah atau penggunaan antikoagulan sistemik seperti

aspirin atau warfarin. 1,2

2.2 Pemeriksaan Fisis dan Pemeriksaan Oftamologis

Pemeriksaan oftamologis dilakukan pertama kali adalah inspeksi mata. Selanjutnya

dilakukan pemeriksaan mulai dari konjungtiva, sklera, korana, COA (camera oculi anterior),

lensa dan retina. Untuk memeriksa ketajaman penglihatan dilakukan uji pin hole (uji lubang

kecil.3

Uji ini untuk mengetahui apakah tajam penglihatan yang kurang terjadi akibat

kelainan refraksi atau kelainan organik media penglihatan. Penderita duduk menghadap kartu

Snellen dengan jarak 6 meter. Penderita disuruh melihat huruf terkecil yang masih terlihat

dengan jelas. Kemudian pada mata tersebut ditaruh lempeng berlubang (pin holeatau lubang

sebesar 0.75 mm). Bila terdapat perbaikan tajam penglihatan dengan melihat melalui lubang

kecil berarti terdapat kelaianan refraksi. Bila terjadi kemunduran ketajaman penglihatan

berarti terdapat gangguan pada media penglihatan. Mungkin saja diakibatkan kekeruhan

kornea, katarak, kekeruhan badan kaca, dan kelainan makula lutea.3

Pemeriksaan tekanan bola mata dapat dilakukan dengan alat yang dinamakan

tanometer. Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tanometer pada bola mata

dinamakan tanometri. Pemeriksaan dengan gonioskopi tidak dianjurkan karena meningkatkan

risiko perdarahan ulang. Pemeriksaan pada mata bagian anterior diharapkan bisa memberikan

assesment mengenai grading hifema.1,2

2.3 Pemeriksaan Penunjang

2

Page 3: Makalh hifema

Pemeriksaan penunjang dilakukan lebih untuk menemukan etiologi atau

menyingkirkan diagnosis banding. Yang akan dinilai meliputi kondisi mata bagian posterior,

adneksamata, dan orbita. Pemeriksaan yang umum dilakukan berupa ultrasonografi (USG)

mata atau CT-scan untuk melihat adanya tumor intraokuler. Dapat juga dilakukan angiografi

pada iris untuk melihat adanya neovaskularisasi meskipun sangat jarang dilakukan.

Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan, kecuali pemeriksaan darah untuk melihat

adanyasickle cell disease.1,3

2.4 Diagnosis Banding

a.) Uveitis anterior OD

Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan siliar biasanya

unilateral dengan onset akut. Uveitis terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan

sakit, atauoun datang perlahan dengan mata marah dan sakit ringan dengan penglihatan turun

perlahan-lahan. Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut mata sakit, merah, fotofobia,

penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan mata merah. Keluhan sukar melihat dekat

pada pasien uveitis akibat ikut meradangnya otot-otot akomodasi. Pupil kecil akibat

rangsangan proses peradangan pada otot sfingter pupil dan terdapatnya edem iris. Terbentuk

sinikea posterior, miosis pupil, tekanan bola mata yang turun akibathipofungsi badan siliar,

tekanan bola mata dapat meningkat, melebarnya pembuluh siliar dan perilimbus. Perjalanan

penyakit ini sangat khas yaitu penyakit berlangsung hanya natar 2-4 minggu. Kadang-kadang

penyakit ini memperlihatkan gejala-gejala kekambuhan atau menjadi menahun.3,4

b.) Endoftalmitis

Endoftalmitis merupakan peradangan berat pada bola mata , akibat infeksi setelah

trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga

mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan memberikan

abses di dalam badan kaca. Penyebab endoftalmis supuratif adalah kuman dan jamur yang

masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen).

Peradangan yang disebabkan oleh bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang

sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah,

kornea keruh, bilik mata depan keruh yang kadang-kadang disetai hipopion.3

2.5 Diagnosis kerja

Hifema

a) Definisi

3

Page 4: Makalh hifema

Hifema merupakan suatu kondisi dimana terdapat akumulasi darah di bilik mata

depan. Hal ini paling sering disebabkan oleh trauma tumpul kepada mata. Trauma ini akan

menginduksi  robeknya pembuluh darah pada iris atau badan silier.1 Hifema dapat juga

disebabkan oleh trauma intraoperasi, pecahnya neovaskularisasi, adanya kanker, atau

kelainan vaskuler lain.1,6

b) Epidemiologi

Menurut satu studi yang dilakukan di Amerika Serikat, kejadian hifema, terutama

hifema traumatik, diperkirakan sebanyak 12 kasus per 100.000 orang populasi.2 Anak-anak

dan remaja usia 10-20 tahun memiliki persentase penderita terbanyak, yaitu sebesar

70%.2Hifema lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dengan perbandingan 3 : 1.1

c) Etiologi

Hifema umumnya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata yang telah dijelaskan

sebelumnya.1,3,6 Trauma tumpul tersebut mengenai bagian bola mata yang terekspos ke dunia

luar tanpa perlindungan tulang orbita.1Oleh karena itu, benda-benda yang cukup kecil seperti

bola kecil, paintball, batu kerikil, atau peluru airgun merupakan penyebab trauma tersering

yang dapat menimbulkan hifema. Akan tetapi, hal ini tidak menutupi kemungkinan objek

yang lebih besar dibandingkan tulang orbita untuk mengakibatkan trauma pada mata selama

memiliki elastisitas yang cukup untuk mengenai bagian yang terekspos tadi.1

Sebagian kecil hifema terjadi oleh karena hal selain trauma tumpul tersebut diatas. Hifema

dapat terjadi sebagai komplikasi post-operasi intraokuli. Selain itu, dapat pula terjadi hifema

secara spontan, yang biasanya dapat disebabkan oleh pecahnya neovaskularisasi pada iris.

Hifema spontan karena neovaskularisasi ini dapat ditemukan pada pasien diabetes mellitus,

sikatriks, uveitis, dan neoplasma okular seperti retinoblastoma.1Dapat juga terjadi hifema

karena anomali vaskuler dalam mata lain, seperti yang terjadi pada juvenile

xanthogranuloma. Bahkan, hifema idiopatik pun dapat terjadi tanpa penyebab jelas,

meskipun hal ini sangat jarang.1

d) Klasifikasi

Klasifikasi hifema dibedakan berdasarkan kepada onset perdarahannya, darah yang terlihat,

serta pengisian darah pada bilik mata depan. Berdasarkan onset perdarahan, hifema

diklasifikasikan menjadi hifema primer terjadi langsung sampai 2 hari setelah trauma pada

mata dan hifema sekunder terjadi 2-5 hari setelah trauma pada mata. Sementara itu,

berdasarkan darah yang terlihat, hifema diklasifikasikan menjadi makrohifema, perdarahan

terlihat dengan mata telanjang dan mikrohifema, perdarahan terlihat apabila menggunakan

mikroskop. Apabila dibagi berdasarkan pemenuhan darah di bilik mata depan, hifema dibagi

4

Page 5: Makalh hifema

menjadi grade 1 (darah mengisi kurang dari 1/3 bilik mata depan, insidensi kasusnya 58%),

grade 2 (darah mengisi 1/3 – ½ bilik mata depan, dengan insidensi kasus 20%), grade 3

(darah mengisi ½ – kurang dari seluruh bilik mata depan, insidensi kasusnya 14%), grade 4

(darah mengisi seluruh bilik mata depan, dikenal dengan total hyphema,blackball atau 8-ball

hyphema, insidensi kasusnya 8%)

Umumnya grading inilah yang dijadikan salah satu patokan dalam menentukan

tatalaksana hifema. Pada sekitar 50% kasus, hifema masih berbentuk cairan sehingga

membentuk air fluid level, sementara 40% kasus membentuk clot dan menempel pada iris.

Sisa 10% dari kasus hifema membentuk clot berwarna gelap dan kontak dengan

endotelium.1Prognosis dari bentuk hifema yang ketiga cenderung lebih buruk dibandingkan

yang lainnya.1

 e) Patofisiologi

Hifema merupakan akumulasi darah pada bilik mata depan, sehingga perlu diketahui

terlebih dahulu mengenai anatomi mata, terutama yang berkaitan dengan bilik mata depan,

iris dan badan silier untuk memahami secara lebih jelas mengenai hifema.

Bilik mata depan merupakan suatu ruangan yang berisikan humor aquos, berada di

anterior kornea dan posterior iris.5 Humor aquos yang mengisi bilik mata depan berasal dari

epitel badan silier yang memproduksinya. Humor aquos ini akan mengalir melalui bilik mata

belakang, melewati pupil, kemudian ke bilik mata depan. Dari sini, humor aquos kemudian

akan masuk ke sudut bilik mata depan, yaitu sudut yang dibentuk oleh jaringan korneosklera

dengan pangkal iris, dan memasuki trabecular meshwork menuju ke kanal schlemm. Dari sini

humor aquos dilanjutkan ke vena sklera dan episklera.5

Iris sendiri diperdarahi oleh kompleks antara 2 arteri siliar posterior dan 7 arteri siliar

anterior. Arteri ini akan bergabung membentuk greater arterial circle of iris dan kemudian

memperdarahi iris dan badan silier.5

  Terdapat 2 mekanisme yang diduga menyebabkan terjadinya hifema. Mekanisme

pertama adalah mekanisme dimana kekuatan trauma menyebabkan gaya- gaya kontusi yang

sering menyobek pembuluh-pembuluh darah iris dan merusak sudut bilik mata. Darah di

dalam aqueus dapat membentuk suatu lapisan yang dapat terlihat disebut dengan hifema.

Mekanisme kedua adalah trauma tersebut menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler

sesaat sehingga menyebabkan ruptur pembuluh darah pada iris dan badan silier.4

5

Page 6: Makalh hifema

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pembedahan juga dapat menyebabkan

hifema baik pada saat intraoperatif maupun postoperatif. Mekanisme terjadinya hifema

karena pembedahan dijelaskan sebagai berikut1:

Perdarahan intraoperatif disebabkan oleh trauma pada badan siliar atau iris. Dapat

ditemukan pada iridektomi perifer, ekstraksi katarak, siklodialisis dan prosedur filtrasi

(iridektomi perifer laser khususnya YAG laser).

Hifema pada postoperatif awal karena dilatasi mendadak dari pembuluh darah uvea

yang mengalami trauma dari spasme sebelumnya, atau karena adanya perdarahan konjungtiva

yang masuk ke bilik mata depan karena adanya saluran baru postoperasi.

Perdarahan pada masa postoperatif lanjutan berasal dari neovaskularisasi karena

proses penyembuhan setelah insisi pada korneasklera. Neovaskularisasi ini mudah rapuh

karena trauma minor. Erosi kronis pada iris juga dapat menjadi penyebab hifema.

Sementara itu, terjadinya hifema pada kasus tumor intraokular atau

neovaskularisasiberkaitan dengan kerapuhan pembuluh darah baru yang terbentuk karena

iskemia yang memicu peningkatan pembentukannya. Hifema pada kasus ini akan muncul

secara spontan tanpa perlu menunggu adanya trauma, karena pembuluh darah baru tersebut

dapat pecah sewaktu-waktu dengan iritasi minimal.5

f) Gejala Klinis

Seperti yang kita ketahui, bilik mata depan merupakan salah satu media refraksi pada

mata. Oleh karena itu, apabila terdapat darah pada bilik mata depan, refraksi cahaya dari

dunia luar akan terganggu dan secara langusng ketajaman penglihatan seseorang pun akan

menurun. Tingkat penurunan ini tergantung pada banyaknya darah di dalam bola mata.

Penurunan dapat bersifat ringan hingga tingkat hand movementa ataupun light perception.1,5

Adanya darah yang mengisi bilik mata depan dapat meningkatkan tekanan intraokular

secara langsung karena adanya peningkatan volume cairan di dalam bilik mata depan,

sehingga menyebabkan kondisi glaukoma sekunder. Mekanisme lain terjadiny aglaukoma

sekunder adalah karena adanya gumpalan darah, eritrosit, atau fibrin yang menempel

pada trabecular meshwork sehingga menghambat aliran masuk humor aquos ke dalam

saluran tersebut.1,5 Dapat juga terjadi trauma pada trabecular meshwork ini berkaitan dengan

trauma penyebab hifema sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokular akut.5 Gejala yang

berkaitan dengan peningkatan tekanan intraokular, seperti nyeri pada mata, nyeri kepala, atau

fotofobia juga dapat muncul. Pasien mengeluh sakit disertai dengan epifora dan

blefarospasme Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.3

6

Page 7: Makalh hifema

Menurut suatu studi, peningkatan tekanan intraokular (TIO) lebih dari 21 mmHg

terjadi pada 32%  pasien dengan hifema.1Tekanan yang tinggi ini juga memiliki keterkaitan

grade hifema yang tinggi (3 atau 4). Pasien yang sebelumnya sudah memiliki faktor

predisposisi glaukoma akan semakin mudah mengalami glaukoma.1

Pengamatan TIO sangat penting untuk menentukan langkah tatalaksana lanjutan.

Selama fase akut hifema, seringkali ditemukan peningkatan TIO yang disebabkan oleh

mekanisme diatas. Peningkatan TIO akut ini dapat diikuti oleh periode TIO normal ataupun

di bawah normal setelah 24 jam pertama kejadian  hingga hari ke-6. Fenomena ini terjadi

karena produksi humor aquos yang berkurang dan adanya uveitis. Hal ini juga dapat

meningkatkan kejadian perdarahan sekunder. Seiring dengan pulihnya badan siliar, TIO akan

kembali meningkat.1

Terdapat beberapa kondisi tertentu pada hifema yang tidak akan menyebabkan

peningkatan TIO kedua, seperti pada hifema lebih dari 75% bilik mata depan. Pada kondisi

ini, onset peningkatan TIO terjadi bersamaan dengan kemunculan hifema dan akan bertahan

sampai hifema mengalami resolusi. Apabila terdapat segmen di bagian bilik mata depan yang

tidak dapat diperbaiki atau terbentuknya sinekia anterior perifer, atau peningkatan TIO yang

terus berlanjut hingga melebihi hari ke-6, pasien akan mengalami glaukoma.1,5

Dapat pula ditemukan ghost cell pada glaukoma karena komplikasi hifema dengan

perdarahan vitreus, dengan peningkatan TIO yang bertahan sekitar 2 minggu sampai 3 bulan

setelah trauma. Ghost cell smerupakan bentuk residu eritrosit yang kehilangan hemoglobin di

vitreus setelah terjadinya perdarahan. Hal ini disebabkan ghost cell yang

menghambat trabecular meshwork.1

Gejala penyerta lain yang dapat muncul pada hifema adalah kemunculan perdarahan

sekunder. Perdarahan sekunder mungkin disebabkan oleh lisis dan retraksi bekuan dan fibrin,

yang berfungsi sebagai penyumbat pembuluh darah yang mengalami ruptur di awal trauma.

Perdarahan sekunder ini dapat memicu oleh peningkatan TIO dan pewarnaan kornea.

Perdarahan sekunder terjadi pada 25% dari seluruh pasien hifema, dengan insiden terjadinya

perdarahan sekunder yang lebih tinggi pada hifema grade 3 dan 4.1

Perdarahan sekunder di bilik mata depan bisa dideteksi dengan melihat adanya

peningkatan jumlah darah secara nyata di bilik mata depan.Perdarahan sekunder umumnya

terjadi pada rentang waktu hari ke-2 hingga hari ke-7 setelah trauma, dengan kemungkinan

tersering terjadi pada hari ke-3 atau ke-4. Pada hifema grade 3 dan 4, dimana darah dari

hifema berwarna gelap, akan muncul darah berwarna cerah di bagian perifer, tersering pada

7

Page 8: Makalh hifema

hari ke-4 hingga ke-6. Akan tetapi, hal ini belum tentu merupakan perdarahan sekunder dapat

juga merupakan hasil dari disolusi clotting awal.1

g) Penatalaksanaan

Hifema biasanya akan mengalami penyerapan secara spontan.4Umumnya hal ini

terjadi setelah 5-7 hari dari awal trauma.3 Oleh karena itu, tatalaksana hifema pada awal lebih

menitikberatkan kepada elevasi kepala,bed rest dengan rawat inap dan monitoring

peningkatan TIO serta adanya perdarahan sekunder.4

Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30

derajat pada kepala.4,6 Pemberian steroid tetes harus segera dimulai. Aspirin dan anti

inflamasi non steroid harus dihindari. Dilatasi pupil dapat meningkatkan resiko perdarahan

kembali sehingga mungkin ditunda sampai hifema reda dengan penyerapan spontan. Oleh

karena itu, pemeriksaan dini untuk mencari kerusakan segmen posterior mungkin

memerlukan ultrasonografi. Mata sebaiknya diperiksa berkala untuk mencari adanya

perdarahan sekunder, glaukoma, atau bercak darah di kornea akibat pigmen besi. Beberapa

penelitian mengisyaratkan bahwa penggunaan asam amino kaproat oral (100 mg/kg BB taiap

4 jam sampai maksimum 30 g/hari elama 5 hari) untuk menstabilkan pembentukan

pembekuan darah sehingga menurunkan resiko perdarahan ulang. 4

Tatalaksana glaukoma meliputi terapi topikal denga penyekat β (mis, timolol 0,25%

dua kali sehari), analog prostaglandin (mis, latanoprost 0,005% malam hari), dorzolamide 2%

dua tau tiga kali sehari, atau apraclonidine 0,5% tiga kali sehari. Terapi oral dengan

acetazolamide 250 mg per oral empat kali sehari, dan obat hiperosmotik (manitol, gliserol,

sorbitol) dapat pula digunakan bila terapi topikal tidak efektif. Pada anak yang gelisah dapat

diberikan obat penenang. Bedah drainase glaukoma mungkin diperlukan pada kasus-kasus

yang sangat berat.4

Hifema harus dievakuasi secara bedah bila tekanan intraokular tetap tinggi, >35 mm

Hg selama 7 hari atau 50 mm Hg selama 5 hari, untuk menghindari kerusakan nervus optikus

dan pewarnaan kornea, tetapi terdapat resiko terjadinya perdarahan kembali. Indikasi bedah

juga dilakukan bila terdapat kelainan penggumpalan darah yang dapat menjadi resiko

perdarahan sekunder, seperti hemoglobinopati atau sickle cell disease.4

Parasintesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien

dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, galukoma sekuder, hifema penuh

dan berwarna hitam atau setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.

8

Page 9: Makalh hifema

Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi perdarahan

atau hifema baruyang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena

perdarahan lebih sukar hilang.3

h) Komplikasi

Komplikasi dari hifema traumatik berkaitan erat dengan retensi darah di bilik mata

depan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain sinekia posterior, sinekia anterior perifer,

pewarnaan kornea (corneal bloodstaining), dan atrofi optik.Komplikasi lainnya melibatkan

kerusakan segmen posterior seperti ruptur koroid, ablasio retino, perdarahan vitreus, dan

dialisis zonular.1

1. Sinekia Posterior

Sinekia posterior atau adhesi iris terhadap lensadapat terjadi pada pasien dengan

hifema traumatik karena efek dari terjadinya iritis atau iridosiklitis. Akan tetapi, komplikasi

ini jarang terjadi pada pasien yang mendapat tatalaksana dengan baik. Sinekia posterior lebih

banyak terjadi pada pasien hifema yang menjalani evakuasi lewat pembedahan.1,3

2. Sinekia Anterior Perifer

Sinekia anterior perifer, dimana iris menempel ke kornea, sering terjadi pada pasien

dengan hifema yang menetap pada periode yang panjang, biasanya mencapai 9 hari atau

lebih. Hal ini disebabkanoleh adanya iritis kronik akibat trauma awal atau adanya iritis

kimiawikarena adanya darah di bilik mata depan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah

adanya bekuan di sudut bilik yang mengakibatkan fibrosis trabecular meshwork sehingga

menutup sudut tersebut.1

3. Pewarnaan Kornea (Corneal Bloodstaining)

Pewarnaan kornea/corneal bloodstaining/hemosiderosis kornea terutama terjadi pada

pasien dengan hifema total dan terkait pula dengan peningkatan TIO. Kemungkinan

kemunculan komplikasi ini berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi integritas

endotel seperti kondisi endotel kornea awal, trauma bedah pada endotel, banyaknya bekuan

yang mengalami kontak dengan endotel, peningkatan TIO berkepanjangan.1,3,4

Pewarnaan kornea lebih sering terjadi pada pasien dengan hifema total yang bertahan

selama minimal 6 hari berturut-turut, diikuti dengan peningkatan TIO lebih dari 25mmHg.

Komplikasi ini lebih jarang terjadi pada hifema sebagian ataupun hifema dengan TIO normal,

meskipun masih dapat terjadi pada kondisi hifema pada pasien dengan kerusakan endotel.1

Proses penyembuhan pewarnaan kornea membutuhkan waktu beberapa bulan. Secara

umum, pewarnaan kornea dimulai dari sentral dan kemudian menyebar ke bagian perifer

9

Page 10: Makalh hifema

endotel kornea. Proses resolusi dari komplikasi ini merupakan kebalikan dari proses inisiasi.

Resolusi akan dimulai dari bagian perifer kemudian menuju ke tengah.1

corneal blood staining

 4.Atrofi optik

Atrofi optik disebabkan oleh peningkatan TIO, baik akut maupun kronik. Atrofi optik

nonglaukomatosa yang terjadi pada pasien hifema dapat disebabkan oleh trauma inisial

ataupun periode transien dari peningkatan TIO.1

i)Prognosis

Prognosis visus akhir pasien dengan hifema bergantung kepada tiga faktor utama,

yaitu kerusakan organ mata lain, apakah terjadi perdarahan sekunder, serta apakah terjadi

komplikasi layaknya glaukoma.1 Lebihdari 75% pasien dengan hifema memiliki visus

akhir>20/40.1 Besar hifema tidak memengaruhi prognosis hifema. Perdarahan berulang sering

dihubungkan dengan terjadinya peningkatan tekanan intraokuler, blood staining,

indikasioperasi, dan visus akhir yang buruk. Namun, sebenarnya penurunan visus pada pasien

hifema lebih dipengaruhi oleh kerusakan segmen posterior (terutama retina) dibanding

gangguan pada segmen anterior.1,7

j) Preventif

Trauma kecelakaan pada mata dapat dicegah dengan menggunakan peralatan

pelindung mata seperti googles. Walaupun trauma akibat pembedahan jarang terjadi,

pencegahan dengan menggunakan acetazolamid intravena dan manitol perlu dilakukan

apabila terdapat peningkatan TIO atau pasien dengan anestesia umum. Hal ini diharapkan

bisa mencegah hifema intra dan post-operatif. Untuk menghindari kemungkinan perdarahan

ulang, perlu diberikan pengobatan antifibrinolitik dan steroid sistemik pada kasus-kasus

tertentu.1,5

BAB III

PENUTUP

Hifema merupakan suatu keadaan yang dapat sembuh dengan spontan, tapi tidak menutup

kemungkinan untuk terjadinya kembali perdarahan. Penatalaksann yang paling sederhana

yang dapat dilakukan adalah dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30 derajat pada

kepala. Selain itu juga dapat diberikan terapi medika mentosa. Progonisnya tergantung pada 3

10

Page 11: Makalh hifema

faktor, yaitu kerusakan organ mata lain, apakah terjadi perdarahan sekunder, serta apakah

terjadi komplikasi layaknya glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sheppard JD. Hyphema. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1190165-

overview pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 17.00.

2. Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan dasar mata. Jakarta : Badan Penerbit FKUI;

2011.h. 99-107.

3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed.5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2015.hal.284-6.

4. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P.Oftalmologi umum. Ed 17. Jakarta: EGC;

2015.h.377-8.

5. I Sidarta et al. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Ed.2.

Jakarta : Sagung Seto; 2012. h. 266-70

6. Suprapto N, Irawati Y. Trauma bola mata dalam kapita selekta kedokteran. Ed 4. Jakarta:

Aesculapius; 2014.h.403-5.

11