Laporan Kasus HIFEMA

21
Laporan Kasus HIFEMA OCULUS SINISTRA GRADE I E.C TRAUMA TUMPUL Oleh: Nia Julia Maskinanti Lahida 14014101052 Masa KKM 24 Maret – 19 April 2015 Residen Pembimbing: dr. Michael Je Supervisor Pembimbing: dr. Eugeni Sumanti, SpM.

description

mata

Transcript of Laporan Kasus HIFEMA

Page 1: Laporan Kasus HIFEMA

Laporan Kasus

HIFEMA OCULUS SINISTRA GRADE I E.C TRAUMA TUMPUL

Oleh:

Nia Julia Maskinanti Lahida

14014101052

Masa KKM 24 Maret – 19 April 2015

Residen Pembimbing:

dr. Michael Je

Supervisor Pembimbing:

dr. Eugeni Sumanti, SpM.

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2015

Page 2: Laporan Kasus HIFEMA

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul “HIFEMA OCULUS SINISTRA GRADE I E.C TRAUMA

TUMPUL” telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada tanggal, April 2015 di Bagian Ilmu

Penyakit Mata RSUP. Prof. R.D. Kandou Manado

Residen Pembimbing.

dr. Michael Je

Supervisor Pembimbing,

dr. Eugeni Sumanti, SpM

Page 3: Laporan Kasus HIFEMA

BAB I

PENDAHULUAN

Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola mata

terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh tulang yang kuat. Kelopak mata bisa

segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa mengatasi

benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan.Meskipun demikian, mata dan struktur di

sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan

atau mata harus diangkat. Trauma pada mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan

menilai fungsi penglihatan.1

Salah satu di antara sekian banyak penyebab kebutaan, yang sering dijumpai adalah

trauma tumpul pada mata. Walaupun trauma yang mengenai mata tidak selalu merupakan

penyebab utama dari kebutaan, namun merupakan faktor yang cukup sering mengakibatkan

hilangnya penglihatan unilateral. Suatu benturan tumpul bisa mendorong mata ke belakang

sehingga kemungkinan merusak struktur pada permukaan (kelopak mata, konjungtiva, sclera,

kornea dan lensa) dan struktur mata bagian belakang (retina dan persarafan). Perdarahan di

dalam Camera Oculi Anterior (COA) yang disebut dengan hifema merupakan masalah yang

serius dan harus segera ditangani.2

Penelitian menemukan 33% dari seluruh trauma mata yang serius menimbulkan hifema,

80% hifema terjadi pada pria, perkiraan rata-rata kejadian di Amerika utara adalah 17-

20/100.000 populasi pertahun. Sering pada pasien yang berumur kurang dari 20 tahun dan

pertengahan 30 tahun. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 3:1. Penelitian yang dilakukan

di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, menunjukan pada tahun 2002-2006 terdapat 50 kasus

hifema. Kasus terbanyak pada usia 1-12 tahun. Penyebab terbanyak akibat trauma benda

tumpul.3

Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan limbus, dan

perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut

dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi

karena adanya robekan pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari

badan siliar, arteri koroidalis, dan vena-vena badan siliar.4

Page 4: Laporan Kasus HIFEMA

Pada gejala klinik pasien akan mengeluh nyeri pada mata, disertai dengan epifora dan

blefarospasme. Pengelihatan pasien kabur dan akan sangat menurun. Terdapat penumpukan

darah yang terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk

hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi

seluruh ruang bilik mata depan. 4,5

Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas dua yaitu hifema primer: terjadi

langsung setelah trauma, dapat sedikit dapat pula banyak. Hifema sekunder: biasanya timbul

pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat dari pada yang primer.

Penderita sebaiknya di rawat di rumah sakit, karena ditakutkan terjadi perdarahan sekunder yang

lebih hebat dari pada perdarahan primer. Perdarahan ulang dapat terjadi pada 16-20% kasus

dalam 2-3 hari.6

Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hifema adalah perdarahan

sekunder, glaukoma dan hemosiderosis disamping komplikasi traumanya sendiri berupa

dislokasi dari lensa, ablatio retina, katarak, dan iridodialysis. Besarnya komplikasi tergantung

pada tingginya hifema.7,8

Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera okuli anterior.

Biasanya hifema dengan darah yang sedikit dan tanpa disertai glaukoma, prognosisnya baik

karena darah akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam beberapa hari. Sedangkan hifema

yang telah mengalami glaukoma, prognosisnya bergantung pada seberapa besar glaukoma

tersebut menimbulkan defek pada ketajaman penglihatan. Bila tajam penglihatan telah mencapai

1/60 atau lebih rendah maka prognosisnya penderita adalah buruk kerena dapat menyebabkan

kebutaan.7,8

Page 5: Laporan Kasus HIFEMA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu

daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek

pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang

jernih. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang.

Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan.

Hifema atau darah didalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek

pembuluh darah iris atau badan siliar.2,3

Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme. Pengihatan pasien akan

sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata

depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat

iridoplegia dan iridodialisis.2,3

II. Klasifikasi

a). Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi2,3:

1. Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan pecahnya

pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior bola mata.

2. Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata)

3. hifema akibat inflamasi yang arah pada iris dan badan silier, sehingga pembuluh darah

pecah

4. Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah

5. hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma)

b). Berdasarkan onset perdarahannya, hifema dibagi menjadi:

1. hifema primer terjadi langsung sampai 2 hari setelah trauma pada mata

2. hifema sekunder terjadi 2-5hari setelah trauma pada mata

c). Berdasarkan darah yang terlihat, hifema diklasifikasikan menjadi:

1. makrohifema, perdarahan terlihat dengan mata telanjang

2. mikrohifema, perdarahan terlihat apabila menggunakan mikroskop

Page 6: Laporan Kasus HIFEMA

d). Berdasarkan pemenuhan darah dibilik mata depan, hifema dapat dibagi menjadi:

Grade 1, darah mengisi kurang dari 1/3 bilik mata depan

Grade 2, darah mengisi 1/3-1/2 bilik mata depan

Grade 3, darah mengisis 1/2 – kurang dari seluruh bilik mata depan

Grade 4, darah mengisi seluruh bilik mata depan, dikenal dengan total hyphema,

blackball atau 8-ball hyphema

III. Penegakan Diagnosis

Adanya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan adanya hifema.

Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA (dapat diperiksa dengan

flashlight), kadang-kadang ditemukan gangguan visus. Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari

conjunctiva dan pericorneal, fotofobia (tidak tahan terhadap sinar), penglihatan ganda,

blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan disertai

gangguan umum yaitu letargic, disorientasi atau somnolen.5,6,7,8

Page 7: Laporan Kasus HIFEMA

Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair. Penglihatan

pasien akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang

bila jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di bagian

bawah COA, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang COA. Otot sfingter pupil mengalami

kelumpuhan, pupil tetap dilatasi (midriasis), dapat terjadi pewarnaan darah (blood staining) pada

kornea, anisokor pupil.5,6,7,8

Akibat langsung terjadinya hifema adalah penurunan visus karena darah mengganggu

media refraksi. Darah  yang mengisi kamera okuli  ini secara  langsung dapat  mengakibatkan

tekanan intra okuler meningkat akibat bertambahnya isi kamera anterior oleh darah. Kenaikan

tekanan intra okuler ini disebut glaucoma sekunder. Glaukoma sekunder juga dapat terjadi

akibat massa darah yang menyumbat jaringan trabekulum yang berfungsi membuang humor

aqueous yang berada di kamera anterior. Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera

anterior akan mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan

kornea.5,6,7,8

IV. Penatalaksanaan

Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila perjalanan penyakit tidak berjalan demikian maka

sebaiknya penderita dirujuk. Walaupun perawatan penderita hifema traumatik ini masih banyak

diperdebatkan, namun pada dasarnya adalah 5,6:

1) Menghentikan perdarahan.

2) Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.

3) Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi.

4) Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain.

5) Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.

Perawatan Konservatif

1. Tirah baring (bed rest total)

Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat (diberi alas

bantal) dengan elevasi kepala 30º - 45o (posisi semi fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan

darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya.

Ada banyak pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan

Page 8: Laporan Kasus HIFEMA

pertama yang harus dikerjakan bila menemui kasus traumatik hifema. Bahkan beberapa

penelitian menunjukkan bahwa dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari hifema

dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder.5,6

2. Bebat mata

Mengenai pemakaian bebat mata, masih belum ada persesuaian pendapat di antara para

ahli. Penggunaan bebat mata pada mata yang terkena trauma yaitu untuk mengurangi pergerakan

bola mata yang sakit. 5,6

3. Pemakaian obat-obatan

Koagulansia

Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteral,

berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan. Pada hifema yang baru dan terisi darah

segar diberi obat anti fibrinolitik sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan

pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. Dengan

demikian diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat dihindarkan. 5,6

Midriatika Miotika

Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan midriatika atau

miotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri.

Miotika memang akan mempercepat absorbsi, tapi meningkatkan kongesti dan midriatika

akan mengistirahatkan perdarahan. Pemberian midriatika dianjurkan bila didapatkan

komplikasi iridiocyclitis. Akhirnya beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian

midriatika dan miotika bersama-sama dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari akan

mengurangi perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja.5,6

Ocular Hypotensive Drug

Semua para ahli menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara oral

sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler.

Kortikosteroid dan Antibiotika

Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi iritis dan

perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotika.5,6

BAB III

Page 9: Laporan Kasus HIFEMA

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : W.W

Umur : 57 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Status Perkawinan : Menikah

Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia

Alamat : Buha Ling. III

Agama : Kristen Protestan

Tanggal MRS : 25 Maret 2015

2. ANAMNESIS

Keluhan utama

Mata kiri nyeri

Riwayat penyaki tsekarang

Mata kiri terasa nyeri dirasakan pasien sejak ± 5 hari sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan disertai kabur dan mata merah. 5 hari yang lalu, pasien mengalami kecelakaan.

Menurut pasien, mata pasien terbentur benda yang tumpul namun pasien tidak tahu

terbentur benda apa. Lalu pasien merasa mata nya nyeri dan mata terasa kabur secara

tiba-tiba dan pasien tidak dapat melihat benda-benda yang jauh.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit

dibetes mellitus, hipertensi disangkal pasien.

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada keluarga yang mengeluh seperti ini

Riwayat kebiasaan

Riwayat merokok (-), riwayat alkohol (-)

3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Page 10: Laporan Kasus HIFEMA

Keadaanumum : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Gizi : Cukup

Tekanandarah : 110/80 mmHg

Respirasi : 24x/menit

Nadi : 80x/menit

Temperature : 36.7OC

Okulus Dextra Okulus Sinistra

Visus 6/6 6/20

Tekanan Intraokuler 17,3 mmHg 17,3 mmHg

Segmen Anterior

Palpebra Hiperemis (-),Edema (-) Hematom(+)

KonjungtivaInjeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

Injeksi konjungtiva (+)

Injeksi siliar (+)

Kornea Jernih Edema (+)

COA Dalam Darah (+) 1/3 COA

Iris/Pupil

Pupil: RAPD (-), bulat,

refleks cahaya (+)

Iris: sinekia (-)

Pupil: RAPD (-), bulat,

refleks cahaya (+)

Iris: sinekia (-)

Segmen Posterior

Refleks fundus Normal Sulit dievaluasi

Retina Normal Sulit dievaluasi

Papil N. II Normal Sulit dievaluasi

Makula Normal Sulit dievaluasi

4. Resume

Page 11: Laporan Kasus HIFEMA

Pasien datang dengan keluhan mata kiri nyeri akibat trauma tumpul ± 5 hari sebelum

masuk rumah sakit. Keluhan tersebut diikuti dengan mata merah dan pandangan kabur.

Pada keadaan umum didapatkan pasien tampak sakit sedang. Dari status

oftalmologi , pada mata kiri didapatkan visus 6/20. Pada konjungtiva palpebra tampak

hiperemis, konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva dan injeksi siliar. Tampak

adanya darah pada 1/3 COA, kornea tampak edema, iris tidak terdapat sinekia, pupil tidak

terdapat RAPD, Refleks cahaya (+).

5. Diagnosis

Hifema oculus sinistra grade I ec trauma tumpul

6. Terapi

- Bed rest dengan elevasi kepala 300-450 (posisi semifowler)

- As. Tranexamat tab 500 mg 3 dd 1

- Paracetamol 500 mg 3 dd 1

- Prednison tab 3 dd 1

- Timolol maleate 0,25% 2 dd gtt 1

- Tropin 3 dd gtt 1

Page 12: Laporan Kasus HIFEMA

BAB IV

PEMBAHASAN

Hifema merupakan suatu keadaan dimana di dalam bilik mata depan ditemukan darah

yang biasanya berasal dari pembuluh darah iris dan badan siliar yang pecah, dapat terjadi akibat

trauma tumpul, dapat juga pendarahan ini terjadi spontan. Darah dalam bilik mata depan ini

dapat mengisi seluruh bilik mata depan atau hanya mengisi bagian bawah bilik mata depan.8

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis

didapatkan Mata kanan terasa nyeri dan kabur dirasakan pasien sejak ± 2 hari sebelum masuk

rumah sakit. Awalnya pasien ingin membuka botol minuman, namun karena tidak hati-hati saat

sedang membuka tutup minuman tersebut maka tutup botol tersebut mengenai mata kanan

pasien. Lalu pasien merasa matanya nyeri dan mata terasa kabur secara tiba-tiba dan pasien tidak

dapat melihat benda-benda yang jauh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus mata kanan 6/20,

adanya edema palpebral, konjungtiva hiperemis, terdapat injeksi konjungtiva serta terdapat

hifema di ¼ bilik matadepan.8

Beratnya hifema dinilai dari banyak nya darah dalam bilik mata depan. Berdasarkan tampilan

klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (Sheppard) :

1.      Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA

2.      Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA

3.      Grade III : darah mengisi hampir total COA

4.      Grade IV : darah memenuhi seluruh COA

Hifema mempunyai 2 jenis, yaitu :

- Hifema primer, yaitu hifema yang langsung terjadi setelah trauma

- Hifema sekunder, yaitu hifema yang biasanya muncul pada hari kelima setelah terjadinya

trauma. Pendarahan yang terja dibiasanya lebih hebat dari pada hifema primer.

Pada pasien ini dikategorikan sebagai hifema grade 1 karena pendarahan hanya mengenai

¼ bilik mata depan.

Penanganan pada pasien ini adalah dengan membatasi aktivitas pasien, melakukan

penutupan mata pasien dengan eye patch atau eye over, melakukan elevasi kepala 30-40° yang

bertujuan membuat darah mengumpul di bagian inferior dari COA dan tidak mengalami tajam

penglihatan juga mempermudah dalam evaluasi harian COA.9,10

Page 13: Laporan Kasus HIFEMA

Asam tranexamat diberikan sebagai anti perdarahan terutama untuk kasus hifema dimana

terjadi perdarahan pada pembuluh darah iris dan badan siliar. Glaucon diberikan untuk mencegah

terjadinya peningkatan intraokular pada mata. Aspar K diberikan untuk membantu meningkatkan

kadar ion kalium dalam darah yang kurang / hipokalemia. Seperti yang diketahui, kalium

merupakan mineral yang memiliki peran penting dalam tubuh. Ion ini bekerja pada beberapa

fungsi tubuh seperti transmisi saraf, keseimbangan cairan, pergerakan otot – otot, dan berbagai

reaksi kimia dalam tubuh lainnya. Paracetamol diberikan sebagai antibiotik dan sebagai anti

nyeri pada pasien dengan hifema. Pada pasien hifema terjadi perdarahan pada pembuluh darah

iris dan badan siliar sehingga diperlukan tropin untuk dilatasi pupil sehingga iris dapat berhenti

berkontraksi dan beristirahat sehingga tidak memperparah perdarahan. Pada pasien juga diberika

timolol maleate untuk menurunkan tekanan intraokular pada mata.9,10

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah peningkatan tekanan intraocular yakni suatu

trauma traumatic, atrofi optic, pendarahan sekunder, sinekia anterior dan posterior. Prognosis

hifema ditentukan berdasarkan pulihnya tajam penglihatan pasien. Fungsi penglihatan harus

menjadi goal dalam penalatalaksanaan pasien dengan hifema. Dalam menentukan kasus hifema

perlu dipertimbangkan yaitu kerusakan struktur mata lain, perdarahan sekunder, dan komplikasi

lain : glaucoma, corneal blood staining, serta atrofi optic.9,10

Page 14: Laporan Kasus HIFEMA

BAB V

PENUTUP

Pada kasus ini didiagnosa Hifema grade I e.c. trauma tumpul ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status oftamlikus.

Demikianlah telah dilaporkan suatu kasus dengan judul “Hifema grade I oculi sinistra e.c.

trauma tumpul” pada penderita laki-laki, usia 57 tahun yang datang ke Poliklinik Mata RSUP.

Prof. R. D. Kandou, Malalayang, Manado.

Page 15: Laporan Kasus HIFEMA

DAFTAR PUSTAKA

1. Rizky G. Hifema.Medicinesia.2013. available at URL: www. Medicinesia.com

2. Ilyas, S. Hifema, dalam: Ilmu Penyakit Mata.Edisi 3. FKUI, Jakarta, 2005

3. Ilyas, S.Hifema. Dalam : Kedaruratan dalam Ilmu penyakit Mata. Edisi 3. FKUI:

Jakarta. 2005

4. Balatay A, Ibrahim H. Traumatic Hyphema. Dohuk Medical Journal 2008. Available at

URL: www.uod.ac

5. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. General ophthalmology.16 th ed.USA:McGraw-

Hill

6. Kuhn F, Pieramici D. Mechanical Globe Injuri: Anterior Chamber. Dalam: Ocular

trauma principles and practice. New York:Thieme.2002.

7. Kuhn F. Anterior Chamber. Dalam: Ocular TraumatologyUSA:Springer.2008.

8. Behbehani A, Abdelmoaty S, Aljazaf A. Traumatic Hyphema. Dalam Studi Journal og

Ophtalmology, Volume 3, No. 3 July-September.2006

9. Sheppard JD. Hyphema. Available at URLL: //medicine.medscape.com

10. Sumarsono, Contusio Oculi. Available at:

http://www.portalkalbe/kalbe_ContusioOculi.html.