Makalah+PKP+Liken+Simpleks+Kronis.docx

13
Resume Wanita, 39 tahun, datang dengan keluhan gatal yang semakin memberat sejak satu bulan yang lalu. Kemerahan di kaki kanan yang gatal muncul sejak 1 tahun lalu dan pasien merasa kulit semakin kemerahan dan menebal sejak 3 bulan lalu. Gatal muncul hilang timbul dan tidak ada pemicu tertentu. Status dermatologikusnya adalah pada dorsum pedis kanan sampai maleolus lateralis kanan terdapat plak eritematosa soliter berukuran plakat berbentuk ireguler berbatas tegas dengan likenifikasi dan skuama putih kasar di atasnya. Diagnosis Kerja : Liken simpleks kronis Diagnosis Banding : Dermatitis numularis kronik Tata Laksana : 1. Non-medikamentosa (umum) a. Hindari menggaruk sebisa mungkin b. Mencari faktor pencetus dan menghindarinya 2. Medikamentosa a. Sistemik b. Topikal 1

description

hf

Transcript of Makalah+PKP+Liken+Simpleks+Kronis.docx

Page 1: Makalah+PKP+Liken+Simpleks+Kronis.docx

Resume

Wanita, 39 tahun, datang dengan keluhan gatal yang semakin memberat sejak satu bulan

yang lalu. Kemerahan di kaki kanan yang gatal muncul sejak 1 tahun lalu dan pasien merasa

kulit semakin kemerahan dan menebal sejak 3 bulan lalu. Gatal muncul hilang timbul dan

tidak ada pemicu tertentu. Status dermatologikusnya adalah pada dorsum pedis kanan sampai

maleolus lateralis kanan terdapat plak eritematosa soliter berukuran plakat berbentuk ireguler

berbatas tegas dengan likenifikasi dan skuama putih kasar di atasnya.

Diagnosis Kerja :

Liken simpleks kronis

Diagnosis Banding :

Dermatitis numularis kronik

Tata Laksana :

1. Non-medikamentosa (umum)

a. Hindari menggaruk sebisa mungkin

b. Mencari faktor pencetus dan menghindarinya

2. Medikamentosa

a. Sistemik

b. Topikal

a. Krim doxepin 5%

b. Salap betametason diproprionat 0,05%

Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad sanationam : dubia ad malam

Ad fungsionam : bonam

1

Page 2: Makalah+PKP+Liken+Simpleks+Kronis.docx

B. TINJAUAN PUSTAKA

Liken Simpleks Kronis

Pendahuluan1,2,3

Liken simplek kronik dikenal juga dengan neurodermatitis sirkumskripta, atau Liken Vidal.

Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal, sirkumskrip, yang

khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi. Likenifikasi pada kasus ini terjadi

akubat garukan atau gosokan yang berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik.

Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun.

Liken simplek kronik merupakan penyakit yang sering ditemui pada masyarakat umum

terutama pada usia dewasa, dan puncak insidennya antara 30-50 tahun. Keluhan utama yang

dirasakan pasien dapat berupa gatal yang bersifat paroksismal, dan dirasakan pasien terutama

jika tidak beraktivitas. Lesi yang timbul dapat muncul hanya pada satu tempat, tetapi dapat

juga dijumpai pada beberapa tempat.

Epidemiologi4,5

Dikatakan bahwa 12% dari populasi orang dewasa dengan keluhan kulit gatal menderita liken

simplek kronik. Tidak ada kematian akibat liken simplek kronik. Liken simplek kronik tidak

memandang ras dalam penyebarannya. Diketahui bahwa insiden terjadi lebih sering pada

wanita daripada pria. Penyakit ini sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga

50 tahun. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur yang

lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa atopi (rata-rata 48 tahun).

Etiopatogenesis1,2,5,6

Etiologi pasti liken simplek kronik belum diketahui, namun pruritus memainkan peran sentral

dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Pruritus sendiri

dapat muncul sebagai gejala dari penyakit lainnya yang mendasari seperti gagal ginjal kronis,

obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidisme, hipotiroidisme, AIDS, hepaitis

B dan C, dermatitis atopik, dermatitis kontak, serta gigitan serangga. Faktor psikologi

diasosiasikan dengan liken simpleks kronis, namun belum jelas apakah faktor emosional

timbul sekunder terhadap penyakit ini atau primer dan kausatif. Faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi gatal antara lain panas, keringat, dan iritasi. Gatal sendiri timbul akibat

adanya pelepasan mediator inflamasi dan aktivitas enzim proteolitik. Keadaan ini

menimbulkan adanya proses inflamasi pada kulit, yang menyebabkan penderita sering

2

Page 3: Makalah+PKP+Liken+Simpleks+Kronis.docx

menggaruk lesi yang terbentuk. Proses inflamasi yang berkepanjangan akan menyebabkan

penebalan kulit, dimana penebalan kulit ini sendiri menimbulkan rasa gatal, sehingga

merangsang penggarukkan yang akan semakin mempertebal kulit. Beberapa jenis kulit lebih

rentan mengalami likenifikasi. Contohnya adalah kulit yang cenderung ekzematosa, seperti

dermatitis atopi dan diathesis atopi.

Gejala Klinis1,3,5,6

Penderita penyakit ini akan mengeluh rasa gatal yang sangat mengganggu aktivitas, dan

dirasakan terutama ketika penderita tidak sedang beraktivitas. Rasa gatal akan berkurang bila

digaruk, dan penderita akan berhenti menggaruk bila sudah timbul luka, akibat

tergantikannya rasa gatal dengan rasa nyeri.

Lesi yang muncul biasanya tunggal, bermula sebagai plak eritematosa, sedikit edematosa.

Lambat laun edema dan eritema akan menghilang, lalu muncul skuama pada bagian tengah

dan menebal. Likenifikasi, ekskoriasi, dengan sekeliling yang hiperpigmentasi, muncul

seiring dengan menebalnya kulit, dan batas menjadi tidak tegas. Gambaran klinis juga

dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi. Lesi dapat timbul dimana saja, namun tempat yang

sering adalah di tengkuk, leher, dengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, peri-anal,

paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan

punggung kaki. Skuama pada penyakit ini dapat menyerupai skuama pada psoriasis. Variasi

klinis dari liken simplek kronik dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan

tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk

kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat laun akan

menjadi keras dan berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat predileksi di

ekstrimitas, dengan ukuran lesi beberapa millimeter hingga 2 cm.

Histopatologi1,5,6

Gambaran histopatologik liken simplek kronik berupa ortokeratosis, hipergranulosis,

akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit

di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast bertambah, kolagen menebal. Pada

prurigo nodularis, akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari

permukaan, sel Schwann berproliferasi, dab terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta

yang menutup sebagian epidermis.

3

Page 4: Makalah+PKP+Liken+Simpleks+Kronis.docx

Diagnosis1,2

Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis. Diagnosis banding

yang dapat timbul adalah penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya liken

planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik.

Tatalaksana1,5

Perlu dijelaskan kepada pasien untuk sebisa mungkin menghindari menggaruk lesi larena

garukan akan memperburuk penyakitnya. Lingkaran setan dari gatal-garuk likenifikasi harus

dihentikan. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan:

a. Antihistamin dengan efek sedatif, contohnya hidroksizin, difenhidramin, prometazin.

Antihistamin topikal yang dapat diberikan yaitu krim doxepin 5% jangka pendek

(maksimal 8 hari)

b. Kortikosteroid potensi kuat, bila perlu dengan oklusi. Kortikosteroid memiliki efek

anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti mitotik, serta vasokonstriktor. Contoh

kortikosteroid topikal super poten (golongan I) yaitu betamethasone dipropionate

0.05% serta clobetasol propionate 0.05%. Contoh kortikosteroid potensi tinggi

(golongan II) yaitu mometasone furoate 0.01%, desoximetasone 0.05%.

Kortikosteroid topikal dipakai 2-3 kali sehari, tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi

kuat. Apabila tidak berhasil, diberikan secara suntikan intralesi 1 mg, contohnya

triamsinolon asetonid.

c. UVB (Ultraviolet B) atau PUVA (Psoralen Ultraviolet A)

Prognosis1,5

Penyakit ini bersifat kronik dengan persistensi dan rekurensi lesi. Eksaserbasi dapat terjadi

sebagai respon stres emosional. Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang

mendasari) dan status psikologik penderita.

2. Dermatitis Numularis1,7

Dermatitis numularis adalah dermatitis yang berupa lesi berbentuk mata uang atau agak

lonjong yang berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel dan biasanya mudah

pecah sehingga basah (oozing). Nama lainnya adalah ekzem numular, ekzem diskoid, dan

neurodermatitis numular.

Epidemiologi

4

Page 5: Makalah+PKP+Liken+Simpleks+Kronis.docx

Dermatitis numularis merupakan gangguan pada orang dewasa yang lebih sering pada pria

dibandingkan wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin adalah 55-65 tahun

sedangkan usia puncak untuk wanita terjadi juga pada 15-25 tahun.

Etiopatogenesis

Penyebab dermatitis numularis masih tidak diketahui dan banyak faktor yang berperan.

Diduga terdapat peranan stafilokokus dan mikrokokus mengingat jumlah koloni yang

meningkat meskipun tanda infeksi tidak tampak dan mungkin juga melalui mekanisme

hipersensitivitas.

Selain itu, dermatitis kontak juga mungkin memegang peranan. Trauma fisis dan kimiawi

juga dapat berperan atau dapat juga pada cedera lama atau jaringan parut. Selain itu, stres

emosional dan minuman beralkohol dapat mempengaruhi munculnya dermatitis numularis.

Lingkungan dengan kelembaban rendah serta kulit penderita dermatitis numularis yang

cenderung kering diduga mempengaruhi timbulnya dermatitis numularis. Pada orang dewasa,

dermatitis numularis tidak berhubungan dengan gangguan atopi.

Gambaran klinis

Keluhan pada penderita adalah rasa gatal yang hebat. Lesi akutnya berupa vesikel dan

papulovesikel yang membesar dan meluas dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping

membentuk satu lesi karaktersitik seperti uang logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan

berbatas tegas. Vesikel pecah dapat terjadi eksudasi dan mengering sampai muncul krusta

kekuningan. Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai lesi

dermatomikosis. Pada lesi yang lama berupa likenifikasi dan skuama.

Jumlah lesi bervariasi dari satu sampai banyak tersebar, bilateral, dan simetris. Ukuran juga

bervariasi mulai miliar dan numular bahkan sampai plakat. Tempat predileksi di tungkai

bawah, badan, lengan, dan punggung.

Diagnosis

Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis.

Tata Laksana

5

Page 6: Makalah+PKP+Liken+Simpleks+Kronis.docx

Tata laksana dimulai dengan mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi. Bila kulit

kering dapat diberikan pelembab. Lesi eksudatif dapat dilakukan kompres terbuka dengan

larutan permanganas kalikus 1:10.000. Secara topikal lesi dapat diberikan obat antiinflamasi,

seperti preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus. Kortikosteroid sistemik

hanya diberikan pada kasus yang berat dan berulang dan diberikan dalam jangka waktu

pendek. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1.

6

Page 7: Makalah+PKP+Liken+Simpleks+Kronis.docx

C. DISKUSI KASUS

Berdasarkan anamnesis, keluhan utama pasien adalah gatal pada kaki kanan yang semakin

memberat sejak 1 bulan lalu. Pada awalnya keluhan berupa bercak kemerahan yang gatal

sejak 1 tahun lalu. Pasien menggaruk sehingga terjadi penebalan kulit dan keluhan kulit yang

semakin menebal sangat dirasakan mulai 3 bulan lalu. Pada status dermatologikus dinyatakan

bahwa pada dorsum pedis kanan sampai maleolus lateralis kanan terdapat plak eritematosa

soliter berukuran plakat berbentuk ireguler berbatas tegas dengan likenifikasi dan skuama

putih kasar. Berdasarkan data tersebut kita dapat memperkirakan diagnosis kerja liken

simpleks kronis dengan diagnosis banding dermatitis numularis kronik, dermatitis atopi

kronik, dermatitis kontak iritan.

Diagnosis liken simpleks kronis ditegakkan atas dasar pada anamnesis terdapat peradangan

kulit kronis sejak satu tahun yang gatal berulang dan saat ini lesi mengalami likenifikasi. Lesi

pada pasien ditemukan pada punggung kaki dan pergelangan kaki yang merupakan predileksi

liken simpleks kronis. Lesi pada liken simpleks kronis biasanya tunggal berupa plak

eritematosa yang semakin lama mengalami likenifikasi. Hal ini sesuai dengan perjalanan

penyakit dan gambaran lesi saat ini. Pasien ini merupakan wanita berusia 39 tahun dimana

epidemiologi liken simpleks kronis lebih sering menyerang wanita berusia 30-50 tahun.

Diagnosis dermatitis atopi kronik dapat disingkirkan karena berdasarkan 5 kriteria mayor

yang disusun oleh Hanifin dan Rajka hanya memenuhi 2 kriteria, yaitu pruritus dan dermatitis

kronis atau residif, sedangkan tidak ada riwayat sebelumnya saat bayi atau anak, tidak di

bagian fleksura, dan tidak ada riwayat atopi pada pasien atau keluarganya.

Diagnosis dermatitis kontak iritan disingkirkan karena sebelumnya pasien tidak memiliki

riwayat terpapar bahan kimia atau benda lainnya. Pemberian alkohol setelah muncul keluhan

pasien perlu dievaluasi kembali apakah alkohol ternyata dapat menyebabkan lesi yang

semakin berat meskipun berdasarkan anamnesis pasien merasa gatalnya berkurang setelah

pemberian alkohol.

Dermatitis numularis kronik dapat dimasukkan menjadi diagnosis banding karena bentuk lesi

yang sedikit lonjong dan daerah di punggung kaki dan meliputi sedikit bagian tungkai bawah

7

Page 8: Makalah+PKP+Liken+Simpleks+Kronis.docx

yang menjadi predileksi dermatitis numularis. Gambaran dermatitis numularis yang kronik

akan menampilkan likenifikasi dan skuama, tetapi gambaran awal lesi pasien tidak sesuai

dengan dermatitis numularis, yaitu bercak kemerahan tanpa ada bintik merah atau lenting.

Tata laksana yang diberikan pada pasien ini dibagi 2, yaitu non medikamentosa dan

medikamentosa. Tata laksana non medikamentosa adalah edukasi untuk menghindari

menggaruk pada bagian yang gatal untuk menghindari adanya trauma pada kulit yang

menjadi predisposisi terjadinya infeksi sekunder.

Tata laksana medikamentosa yang diberikan bertujuan untuk mengatasi keluhan gatal

sehingga lesi plak eritematosa dengan likenifikasi tidak semakin memberat. Pasien diberikan

terapi medikamentosa topikal, yaitu krim doxepin 5% dan salep betametason diproprionat

0,05%.

8

Page 9: Makalah+PKP+Liken+Simpleks+Kronis.docx

Daftar Pustaka

1. Sularsito, Sri Adi. Suria Djuanda. Dermatitis in Djuanda A, et al. Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013.

2. Harahap, M. Liken Simplek Kronik in Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. 2000. Jakarta.

(16-17)

3. Siregar RS. Neurodermatitis Sirkumskripta in Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.

EGC. 2005. Jakarta. (129-131)

4. Hogan DJ. Lichen Simplex Chronicus. diunduh dari

emedicine.medscape.com/article/1123423-overview#a0199

5. Wolff, Klaus. Lichen Simplek Chronic / Prurigo Nodularis in Fitspatricks’s

Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7. Mc Graw Hill Medical. New York.

6. Mansjoer, Arief. dkk. Neurodermatitis Sirkumskripta in Kapita Selekta Kedokteran.

Media Aesculapius. 2000. Jakarta. (3) (89)

7. Wolff, Klaus. Nummular Eczema in Fitspatricks’s Dermatology In General Medicine.

Edisi ke-7. Mc Graw Hill Medical. New York.

9