Liken Simpleks Kronik

24
MAKALAH PRESENTASI KASUS PERSIAPAN LIKEN SIMPLEKS KRONIS Disusun Oleh: Faradila Keiko 0906508062 Jody Felizio 0906508213 Muncieto Andreas 0906508314 Narasumber: dr. Lies Suseno, SpKK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA 1

description

penyakit kulit

Transcript of Liken Simpleks Kronik

Page 1: Liken Simpleks Kronik

MAKALAH PRESENTASI KASUS PERSIAPAN

LIKEN SIMPLEKS KRONIS

Disusun Oleh:

Faradila Keiko 0906508062

Jody Felizio 0906508213

Muncieto Andreas 0906508314

Narasumber:

dr. Lies Suseno, SpKK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO

MEI 2013

1

Page 2: Liken Simpleks Kronik

LEMBAR PERNYATAAN PLAGIARISME

Kami dengan identitas sebagai berikut:

Faradila Keiko (0906508062);

Jody Felizio (0906508213);

Muncieto Andreas (0906508314);

menyatakan bahwa makalah kami yang berjudul Presentasi Kasus Persiapan Liken Simpleks

Kronis ini kami kerjakan sendiri dan bebas plagiarisme.

Apabila dikemudian hari diketahui kami melakukan plagiarisme, kami bersedia menerima

sanksi sesuai dengan SK REKTOR NO 208/SK/R/UI/2009 dan Peraturan Tentang Tata

Tertib Kehidupan Kampus di FKUI

2

Page 3: Liken Simpleks Kronik

A. ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/tanggal lahir : Padang, 13 April 1974

Status perkawinan : Kawin

Alamat : Cipinang

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal pemeriksaan : 2 Mei 2013

Anamnesis

Anamnesis dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Persahabatan pada tanggal

2 Mei 2013 pukul 10.30 WIB secara autonamnesis.

Keluhan Utama:

Pasien datang dengan keluhan gatal yang semakin memberat sejak satu bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan kemerahan di kaki kanan yang gatal sejak 1 tahun lalu. Kemerahan tidak

disertai dengan bintik merah atau lenting. Pada tiga bulan terakhir pasien merasakan kulit

yang kemerahan dan semakin menebal. Kemudian keluhan semakin luas dan semakin gatal

terutama satu bulan terakhir ini. Pasien sering menggaruk kakinya yang gatal. Pasien

memberikan alkohol di kakinya dan merasakan keluhan gatal berkurang tetapi gatal kenudian

timbul kembali. Gatal muncul hilang timbul tanpa pemicu tertentu.

Pasien tidak memiliki riwayat alergi, asma, maupun bersin di pagi hari. Pasien tidak

menderita penyakit kencing manis atau penyakit lainnya. Pasien mandi dua kali sehari dan

selalu memakai baju yang baru setelah mandi.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah mengalami keluhan gatal atau kemerahan sebelumnya.

3

Page 4: Liken Simpleks Kronik

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga pasien tidak ada menderita penyakit yang sama dengan keluarga. Tidak ada riwayat

alergi, asma, maupun bersin di pagi hari pada keluarga.

Status Generalis (2 Mei 2013)

Kesadaran : kompos mentis

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Jantung : kesan tampak normal

Paru : kesan tampak normal

Abdomen : kesan tampak normal

Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada deformitas, akral hangat

KGB : tidak teraba pembesaran KGB

Status Dermatologikus

Pada dorsum pedis kanan sampai maleolus lateralis kanan terdapat plak eritematosa soliter

berukuran plakat berbentuk ireguler berbatas tegas dengan likenifikasi dan skuama putih

kasar di atasnya.

Pemeriksaan Penunjang: -

4

Page 5: Liken Simpleks Kronik

Resume

Wanita, 39 tahun, datang dengan keluhan gatal yang semakin memberat sejak satu bulan

yang lalu. Kemerahan di kaki kanan yang gatal muncul sejak 1 tahun lalu dan pasien merasa

kulit semakin kemerahan dan menebal sejak 3 bulan lalu. Gatal muncul hilang timbul dan

tidak ada pemicu tertentu. Status dermatologikusnya adalah pada dorsum pedis kanan sampai

maleolus lateralis kanan terdapat plak eritematosa soliter berukuran plakat berbentuk ireguler

berbatas tegas dengan likenifikasi dan skuama putih kasar di atasnya.

Diagnosis Kerja :

Liken simpleks kronis

Diagnosis Banding :

Dermatitis numularis kronik

Tata Laksana :

1. Non-medikamentosa (umum)

a. Hindari menggaruk sebisa mungkin

b. Mencari faktor pencetus dan menghindarinya

2. Medikamentosa

a. Sistemik

b. Topikal

a. Salap betametason diproprionat 0,05%

Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad sanationam : dubia ad malam

Ad fungsionam : bonam

5

Page 6: Liken Simpleks Kronik

B. TINJAUAN PUSTAKA

Liken Simpleks Kronis

Pendahuluan1,2,3,4

Liken simplek kronik dikenal juga dengan neurodermatitis sirkumskripta, atau Liken Vidal.

Liken simpleks kronik bukan merupakan proses primer. Liken simplek kronik adalah

peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal, sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit

yang tebal dan likenifikasi. Likenifikasi pada liken simpleks kronik terjadi akibat garukan

atau gosokan yang berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan

gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun.

Liken simplek kronik merupakan penyakit yang sering ditemui pada masyarakat umum

terutama pada usia dewasa, dan puncak insidennya antara 30-50 tahun. Keluhan utama yang

dirasakan pasien dapat berupa gatal yang bersifat paroksismal, dan dirasakan pasien terutama

jika tidak beraktivitas. Lesi yang timbul dapat muncul hanya pada satu tempat, tetapi dapat

juga dijumpai pada beberapa tempat.

Epidemiologi2,3

Dikatakan bahwa 12% dari populasi orang dewasa dengan keluhan kulit gatal menderita liken

simplek kronik. Tidak ada kematian akibat liken simplek kronik. Liken simplek kronik tidak

memandang ras dalam penyebarannya. Diketahui bahwa insiden terjadi lebih sering pada

wanita daripada pria. Penyakit ini sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga

50 tahun. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur yang

lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa atopi (rata-rata 48 tahun).

Etiopatogenesis1,2,3

Etiologi pasti liken simplek kronik belum diketahui, namun pruritus memainkan peran sentral

dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Pruritus sendiri

dapat muncul sebagai gejala dari penyakit lainnya yang mendasari seperti gagal ginjal kronis,

obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidisme, hipotiroidisme, AIDS, hepaitis

B dan C, dermatitis atopik, dermatitis kontak, serta gigitan serangga. Faktor psikologi

diasosiasikan dengan liken simpleks kronis, namun belum jelas apakah faktor emosional

timbul sekunder terhadap penyakit ini atau primer dan kausatif. Faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi gatal antara lain panas, keringat, dan iritasi.

6

Page 7: Liken Simpleks Kronik

Liken simpleks kronik ditemukan pada regio kulit yang mudah dicapai untuk digaruk. Gatal

menyebabkan penggarukan yang menyebabkan terjadinya lesi meskipun patofisiologinya

belum jelas. Gatal timbul akibat adanya pelepasan mediator inflamasi dan aktivitas enzim

proteolitik. Keadaan ini menimbulkan adanya proses inflamasi pada kulit, yang menyebabkan

penderita sering menggaruk lesi yang terbentuk. Proses inflamasi yang berkepanjangan akan

menyebabkan penebalan kulit, dimana penebalan kulit ini sendiri menimbulkan rasa gatal,

sehingga merangsang penggarukkan yang akan semakin mempertebal kulit. Selain proses

inflamasi, terdapat juga pengaruh dari sistem saraf, baik sistem saraf pusat maupun perifer,

yang mempengaruhi persepsi gatal. Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami likenifikasi.

Contohnya adalah kulit yang cenderung ekzematosa, seperti dermatitis atopi dan diathesis

atopi.

Gejala Klinis1,2,3,4

Penderita penyakit ini akan mengeluh rasa gatal yang sangat mengganggu aktivitas, dan

dirasakan terutama ketika penderita tidak sedang beraktivitas. Rasa gatal akan berkurang bila

digaruk, dan penderita akan berhenti menggaruk bila sudah timbul luka, akibat

tergantikannya rasa gatal dengan rasa nyeri.

Lesi yang muncul biasanya tunggal, bermula sebagai plak eritematosa. Plak tersebut biasanya

berbentuk plakatdan dapat memiliki 3 zona, yaitu:

a. Zona perifer. Zona ini selebar 2-3 cm yang tidak menebal dan dapat berisi

papul.

b. Zona media. Zona ini dapat memiliki papul lentikular yang mengalami

ekskoriasi.

c. Zona sentral. Zona ini merupakan zona yang memiliki penebalan paling parah

dan alterasi pigmentasi.

Selain bentuk plak, lesi pada liken simpleks kronik dapat muncul dengan sedikit edema.

Lambat laun edema dan eritema akan menghilang, lalu muncul skuama pada bagian tengah

dan menebal. Likenifikasi, ekskoriasi, dengan sekeliling yang hiperpigmentasi, muncul

seiring dengan menebalnya kulit, dan batas menjadi tidak tegas. Gambaran klinis juga

dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi. Lesi dapat timbul dimana saja, namun tempat yang

sering adalah di tengkuk (lichen nuchae, lebih sering pada wanita), leher, dengan bagian

7

Page 8: Liken Simpleks Kronik

ekstensor, pubis, vulva, skrotum, peri-anal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral,

pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Skuama pada penyakit ini dapat

menyerupai skuama pada psoriasis. Variasi klinis dari liken simplek kronik dapat berupa

prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada

suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup

krusta dan skuama, yang lambat laun akan menjadi keras dan berwarna lebih gelak. Lesi

biasanya multiple, dan tempat predileksi di ekstrimitas, dengan ukuran lesi beberapa

millimeter hingga 2 cm.

Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam pemeriksaan fisik kita dapat

menemukan:

- Plak eritematosa soliter atau multipel berbatas tegas dengan likenifikasi dan skuama

- Perubahan pigmentasi, terutama hiperpigmentasi

- Penggarukan yang menyebabkan tanda garukan

- Pertumbuhan tanduk keratin

Histopatologi1,2,3

Gambaran histopatologik liken simplek kronik berupa ortokeratosis, hipergranulosis,

akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit

di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast bertambah, kolagen menebal. Pada

prurigo nodularis, akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari

permukaan, sel Schwann berproliferasi, dab terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta

yang menutup sebagian epidermis.

Diagnosis1,2.4

Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis. Diagnosis banding

yang dapat timbul adalah penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya liken

planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik.

Tatalaksana1,2.4

Perlu dijelaskan kepada pasien untuk sebisa mungkin menghindari menggaruk lesi larena

garukan akan memperburuk penyakitnya. Lingkaran setan dari gatal-garuk likenifikasi harus

dihentikan. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan:

a. Antihistamin dengan efek sedatif, contohnya hidroksizin, difenhidramin, prometazin.

8

Page 9: Liken Simpleks Kronik

b. Antihistamin topikal. Contoh dari bentuk ini yang dapat diberikan yaitu krim doxepin

5% jangka pendek (maksimal 8 hari)

c. Kortikosteroid potensi kuat, bila perlu dengan oklusi. Kortikosteroid memiliki efek

anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti mitotik, serta vasokonstriktor. Contoh

kortikosteroid topikal super poten (golongan I) yaitu betamethasone dipropionate

0.05% serta clobetasol propionate 0.05%. Contoh kortikosteroid potensi tinggi

(golongan II) yaitu mometasone furoate 0.01%, desoximetasone 0.05%.

Kortikosteroid topikal dipakai 2-3 kali sehari, tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi

kuat. Apabila tidak berhasil, diberikan secara suntikan intralesi 1 mg, contohnya

triamsinolon asetonid.

d. UVB (Ultraviolet B) atau PUVA (Psoralen Ultraviolet A)5,6

PUVA merupakan kombinasi tatalaksana mengkonsumsi Psoralen kemudian

mengekspos kulit terhadap sinar ultraviolet gelombang panjang (UVA). Psoralen

membuat kulit menjadi sensitif sementara terhadap UVA.

Psoralen dapat dikonsumsi secara oral atau topikal. Psoralen oral berbentuk tablet,

diberikan pada pasien dengan lesi yang luas. Tablet psoralen ini disebut 8-MOP atau

5-MOP, dikonsumsi dua jam sebelum diberikan UVA. Efek sampingnya adalah

nausea. Psoralen topikal berbentuk gel, diberikan pada pasien dengan lesi yang tidak

luas. Preparatnya disebut 8-MOP gel.

Psoralen diberikan secara topikal pada pasien-pasien dengan kondisi sebagai berikut:

Pasien dengan gangguan fungsi hepar.

Pasien dengan gangguan fungsi gastrointestinal dan apabila absorpsi tidak

dapat diprediksi, contohnya setelah ileostomi.

Pasien dengan katarak.

Untuk mempersingkat waktu radiasi, misalnya pada pasien klaustrofobia.

Apabila interaksi obat ditakutkan, misalnya dengan warfarin.

9

Page 10: Liken Simpleks Kronik

Efek samping PUVA adalah reaksi seperti sunburn, gatal pada kulit, hiperpigmentasi,

serta kulit kering. Untuk gatal dapat diberikan pelembab dan antihistamin, dan untuk

kulit yang kering juga dapat diberikan pelembap.

Prognosis1,2

Penyakit ini bersifat kronik dengan persistensi dan rekurensi lesi. Eksaserbasi dapat terjadi

sebagai respon stres emosional. Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang

mendasari) dan status psikologik penderita.

PsoriasisPsoriasis merupakan penyakit inflamasi yang kompleks, kronik, dan multifaktorial yang

melibatkan hiperproliferasi keratinosit epidermis dengan peningkatan turnover rate sel

epidermal. Predileksinya adalah pada siku, lutut, lumbosakral, intergluteal, serta glans penis.

Penyebabnya dapat berupa faktor lingkungan (trauma, infeksi, alkohol, obat-obatan), faktor

genetik, serta faktor imunologik.7

Tanda dan gejala pada psoriasis yaitu:7

Eritroskuamosa kronik

Infeksi streptococcus, virus, imunisasi, penggunaan obat antimalaria, trauma

Nyeri, terutama pada psoriasis eritrodermik atau artritis psoriatik

Pruritus

Afebril

Distrofi kuku

Nyeri sendi

Konjungtivitis atau blefaritis

Diagnosis psoriasis dibuat secara klinis. Temuan secara klinis membedakan psoriasis menjadi

beberapa tipe, yaitu: 7,8

Psoriasis vulgaris, merupakan tipe paling umum dari psoriasis, mengenai kulit kepala,

permukaan ekstensor, genital, umbilikus, lumbosakral, serta retroaurikular.

Psoriasis en plaque, paking sering mengenai permukaan ekstensor pada lutut, siku,

kulit kepala, dan badan.

Psoriasis guttata, terutama terdapat pada badan. Onset penyakit tiba-tiba, 2-3 minggu

setelah infeksi saluran napas atas oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.

10

Page 11: Liken Simpleks Kronik

Psoriasis inversa, terdapat pada permukaan fleksor seperti ketiak, selangkangan, di

bawah payudara, dan di lipatan kulit lainnya.

Psoriasis pustular, terdapat pada telapak tangan dan kaki atau difus pada tubuh.

Psoriasis eritroderma, mengenai hampir seluruh permukaan tubuh

Psoriasis skalp

Psoriasis kuku, terdapat pitting nail atau adanya indentasi pada kuku, diskolorasi di

bawah kuku, juga penebalan kuku.

Artritis psoriatik, biasanya mengenai tangan dan kaki.

Psoriasis oral, dapat bermanifestasi sebagai cheilosis parah.

Psoriasis eruptif, melibatkan badan bagian atas dan ekstremitas atas, sering ditemui

pada pasien berusia muda.

Pemeriksaan pada psoriasis diantaranya adalah pemeriksaan dermatologik, okular, dan

muskuloskeletal. Pada pemeriksaan dermatologik ditemukan makula, papula, serta plak

eritematosa dengan skuama. Pada pemeriksaan okular dapat ditemukan ektropion dan

trikhiasis, blefaritis, konjungtivitis serta hiperemi konjungtiva juga kekeringan kornea dengan

keratitis. Pada pemeriksaan muskuloskeletal dapat ditemukan kekakuan, nyeri,

pembengkakan pada sendi. Sendi yang terkena terutama sendi distal seperti jari tangan dan

kaki, pergelangan tangan dan kaki, serta lutut.7

Terapi untuk psoriasis dapat menggunakan kortikosteroid topikal seperti krim triamsinolon

asetonid 0.025-0.1%, serta krim betametasone 0.025-0.1%. Kortikosteroid lemah dapat

diberikan pada wajah atau daerah lipatan. Emolien dapat diberikan untuk mengurangi

scaling. Dapat juga digunakan coal tar 0.5-33%, agen keratolitik seperti asam salisilat dan

anthralin, antimetabolit seperti metotrexat, imunomodulator seperti siklosporin, TNF

inhibitor seperti infliximab, etanercept, dan adalimumab, atau agen antipsoriatik sistemik

seperti ustekinumab. American Academy of Dermatology merekomendasikan terapi dengan

metotreksat, siklosporin, dan acitretin. Terapi non medikamentosa yang dapat diberikan

antara lain terapi dengan radiasi ultraviolet serta klimatoterapi. Pasien dapat diedukasi untuk

mengurangi stress.7,8

Dermatitis Numularis1,3

11

Page 12: Liken Simpleks Kronik

Dermatitis numularis adalah dermatitis yang berupa lesi berbentuk mata uang atau agak

lonjong yang berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel dan biasanya mudah

pecah sehingga basah (oozing). Nama lainnya adalah ekzem numular, ekzem diskoid, dan

neurodermatitis numular.

Epidemiologi

Dermatitis numularis merupakan gangguan pada orang dewasa yang lebih sering pada pria

dibandingkan wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin adalah 55-65 tahun

sedangkan usia puncak untuk wanita terjadi juga pada 15-25 tahun.

Etiopatogenesis

Penyebab dermatitis numularis masih tidak diketahui dan banyak faktor yang berperan.

Diduga terdapat peranan stafilokokus dan mikrokokus mengingat jumlah koloni yang

meningkat meskipun tanda infeksi tidak tampak dan mungkin juga melalui mekanisme

hipersensitivitas.

Selain itu, dermatitis kontak juga mungkin memegang peranan. Trauma fisis dan kimiawi

juga dapat berperan atau dapat juga pada cedera lama atau jaringan parut. Selain itu, stres

emosional dan minuman beralkohol dapat mempengaruhi munculnya dermatitis numularis.

Lingkungan dengan kelembaban rendah serta kulit penderita dermatitis numularis yang

cenderung kering diduga mempengaruhi timbulnya dermatitis numularis. Pada orang dewasa,

dermatitis numularis tidak berhubungan dengan gangguan atopi.

Gambaran klinis

Keluhan pada penderita adalah rasa gatal yang hebat. Lesi akutnya berupa vesikel dan

papulovesikel yang membesar dan meluas dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping

membentuk satu lesi karaktersitik seperti uang logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan

berbatas tegas. Vesikel pecah dapat terjadi eksudasi dan mengering sampai muncul krusta

kekuningan. Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai lesi

dermatomikosis. Pada lesi yang lama berupa likenifikasi dan skuama.

Jumlah lesi bervariasi dari satu sampai banyak tersebar, bilateral, dan simetris. Ukuran juga

bervariasi mulai miliar dan numular bahkan sampai plakat. Tempat predileksi di tungkai

bawah, badan, lengan, dan punggung.

12

Page 13: Liken Simpleks Kronik

Diagnosis

Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis.

Tata Laksana

Tata laksana dimulai dengan mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi. Bila kulit

kering dapat diberikan pelembab. Lesi eksudatif dapat dilakukan kompres terbuka dengan

larutan permanganas kalikus 1:10.000. Secara topikal lesi dapat diberikan obat antiinflamasi,

seperti preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus. Kortikosteroid sistemik

hanya diberikan pada kasus yang berat dan berulang dan diberikan dalam jangka waktu

pendek. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1.

Kortikosteroid Topikal9

Kortikosteroid topikal merupakan salah satu perawatan yang paling lama dan berguna pada

suatu keadaan dermatologis. Diagnosis yang akurat sangat menentukan pemilihan vehikulum,

potensi, frekuensi, dan durasi kortikosteroid topikal yang nantinya akan menentukan

keberhasilan terapi.

Keadaan kulit akan menentukan kortikosteroid yang akan dipilih. Steroid topikal poten dan

super poten digunakan pada keadaan psoriasis, vitiligo, liken sklerosus, liken simpleks

kronik, dermatitis numularis, pemfigoid bulosa, dan pemfigus folikus. Steroid topikal sedang

sampai poten digunakan pada dermatitis atopi dan juga dermatitis numular. Steroid topikal

rendah dapat juga digunakan pada melasma dan urtikaria idiopatik kronik.

Vehikulum steroid sangat bervariasi, yaitu salap, krim, losio, gel, dan sampo. Urutan tersebut

merupakan tingkatan penetrasi mulai dari yang penetrasi paling kuat sampai yang paling

lemah. Selain itu, salap memiliki sifat oklusif sehingga akan memperkuat penetrasi dari

steroid.

Potensi steroid topikal juga sangat bervariasi. Penggolongan steroid topikal adalah golongan I

(superpoten), II (tinggi), III (tinggi), IV (medium), V (medium), VI (medium), Vl (medium),

VII (lemah).

13

Page 14: Liken Simpleks Kronik

Efek samping kortikosteroid topikal juga cukup banyak sehingga kita sangat perlu

memperhatikan penggunaan kortikosteroid topikal. Efek samping topikalnya adalah atrofi

kulit (paling sering), telangiektasis, striae, rosasea, hipopigmentasi dan infeksi. Pada steroid

super poten dan kuat, efek samping sistemik dapat muncul, seperti depresi aksis hipotalamus-

hipofisis-adrenal.

14

Page 15: Liken Simpleks Kronik

C. DISKUSI KASUS

Berdasarkan anamnesis, keluhan utama pasien adalah gatal pada kaki kanan yang semakin

memberat sejak 1 bulan lalu. Pada awalnya keluhan berupa bercak kemerahan yang gatal

sejak 1 tahun lalu. Pasien menggaruk sehingga terjadi penebalan kulit dan keluhan kulit yang

semakin menebal sangat dirasakan mulai 3 bulan lalu. Pada status dermatologikus dinyatakan

bahwa pada dorsum pedis kanan sampai maleolus lateralis kanan terdapat plak eritematosa

soliter berukuran plakat berbentuk ireguler berbatas tegas dengan likenifikasi dan skuama

putih kasar. Berdasarkan data tersebut kita dapat memperkirakan diagnosis kerja liken

simpleks kronis dengan diagnosis banding dermatitis numularis kronik, dermatitis atopi

kronik, dermatitis kontak iritan.

Diagnosis liken simpleks kronis ditegakkan atas dasar pada anamnesis terdapat peradangan

kulit kronis sejak satu tahun yang gatal berulang dan saat ini lesi mengalami likenifikasi. Lesi

pada pasien ditemukan pada punggung kaki dan pergelangan kaki yang merupakan predileksi

liken simpleks kronis. Lesi pada liken simpleks kronis biasanya tunggal berupa plak

eritematosa yang semakin lama mengalami likenifikasi. Hal ini sesuai dengan perjalanan

penyakit dan gambaran lesi saat ini. Pasien ini merupakan wanita berusia 39 tahun dimana

epidemiologi liken simpleks kronis lebih sering menyerang wanita berusia 30-50 tahun.

Diagnosis psoriasis disingkirkan dengan melihat gambaran lesi yang tidak khas predileksinya

dan tidak adanya di tempat lain selain punggung kaki. Selain itu, gambaran khas skuama

kasar kering putih berlapis tidak terlihat pada lesinya. Selain itu, psoriasis meskipun dapat

menimbulkan gatal ringan, psoriasis tidak memunculkan keluhan gatal yang hebat. Meskipun

fenomena Auspitz dan tetesan lilin tidak dilakukan, paparan sebelumnya dapat

menyingkirkan diagnosis psoriasis.

Diagnosis dermatitis atopi kronik dapat disingkirkan karena berdasarkan 5 kriteria mayor

yang disusun oleh Hanifin dan Rajka hanya memenuhi 2 kriteria, yaitu pruritus dan dermatitis

kronis atau residif, sedangkan tidak ada riwayat sebelumnya saat bayi atau anak, tidak di

bagian fleksura, dan tidak ada riwayat atopi pada pasien atau keluarganya.

15

Page 16: Liken Simpleks Kronik

Diagnosis dermatitis kontak iritan disingkirkan karena sebelumnya pasien tidak memiliki

riwayat terpapar bahan kimia atau benda lainnya. Pemberian alkohol setelah muncul keluhan

pasien perlu dievaluasi kembali apakah alkohol ternyata dapat menyebabkan lesi yang

semakin berat meskipun berdasarkan anamnesis pasien merasa gatalnya berkurang setelah

pemberian alkohol.

Dermatitis numularis kronik dapat dimasukkan menjadi diagnosis banding karena bentuk lesi

yang sedikit lonjong dan daerah di punggung kaki dan meliputi sedikit bagian tungkai bawah

yang menjadi predileksi dermatitis numularis. Gambaran dermatitis numularis yang kronik

akan menampilkan likenifikasi dan skuama, tetapi gambaran awal lesi pasien tidak sesuai

dengan dermatitis numularis, yaitu bercak kemerahan tanpa ada bintik merah atau lenting.

Tata laksana yang diberikan pada pasien ini dibagi 2, yaitu non medikamentosa dan

medikamentosa. Tata laksana non medikamentosa adalah edukasi untuk menghindari

menggaruk pada bagian yang gatal untuk menghindari adanya trauma pada kulit yang

menjadi predisposisi terjadinya infeksi sekunder.

Tata laksana medikamentosa yang diberikan bertujuan untuk mengatasi keluhan gatal

sehingga lesi plak eritematosa dengan likenifikasi tidak semakin memberat. Pasien diberikan

terapi medikamentosa topikal, yaitu salap betametason diproprionat 0,05%. Kortikosteroid

topikal dipilih karena kortikosteroid memiliki efek anti inflamasi, anti pruritus, dan anti

mitotik. Pemilihan kortikosteroid topikal superpoten dipertimbangkan karena lesi sudah

mengalami likenifikasi sehingga perlu kortikosteroid dengan kekuatan superpoten yang

disertai dengan salap sebagai vehikulum yang memiliki kemampuan penetrasi paling tinggi.

16

Page 17: Liken Simpleks Kronik

Daftar Pustaka

1. Sularsito SA, Suria D. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2010. p. 129-53.

2. Hogan DJ, Elston DM. Lichen simplex chronicus. Medscape; 2012 [cited 11 May

2013 11:00 WIB]. Available from:http://emedicine.medscape.com/article/1123423-

overview .

3. Burgin S. Nummular eczema and lichen simplex chronicus/prurigo nodularis. In:

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor.

Fitspatricks’s Dermatology In General Medicine. 7th ed. New York: The McGraw-

Hill Companies, Inc.; 2008. p. 158-62.

4. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. 3th ed. Jakarta: Media Aesculapius; 2000.

p.89.

5. NHS. PUVA treatment. Oxford University Hospitals; 2011 [cited 11 May 2013 12:00

WIB]. Available from:http://www.ouh.nhs.uk/patient - guide/leaflets/files

%5C120719puva.pdf .

6. Halpern SM, et al. Guidelines for topical PUVA: a report of a workshop of the British

Photodermatology Group. British Journal of Dermatology 2000; 142: 22-31.

7. Meffert J, O’Connor RE. Psoriasis. Medscape; 2013 [cited 15 May 2013 22:00 WIB].

Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1943419-overview#showall

8. BAD. Psoriasis-an overview. London: British Association of Dermatologists; 2012

[cited 15 May 2013 22:20 WIB]. Available from:

http://www.bad.org.uk/site/864/default.aspx

9. Ference JD, Last AR. Choosing topical corticosteroid. Am Fam Physician 2009;79(2):

135-140.

17