Makalah Tugas Ekokes Fika

download Makalah Tugas Ekokes Fika

of 11

Transcript of Makalah Tugas Ekokes Fika

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER EKONOMI KESEHATAN Berita Pembiayaan Kesehatan atau Ekonomi Kesehatantentang Kartu Indonesia Sehat dan BPJS Tumpang Tindih

OLEH :ROFIQOTIN AZIZAH (12031009)PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES INSAN UNGGULSIDOARJO

2014KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha ESA karena dengan segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini Berita Pembiayaan Kesehatan atau Ekonomi Kesehatan tentang Kartu Indonesia Sehat dan BPJS Tumpang Tindih ini dalam rangka tugas mata kuliah Ekonomi Kesehatan. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam memahami sebuah permasalah yang timbul dimasyarakat akan pembiayaan kesehatan.Dengan tersusunnya makalah ini saya menyampaikan terima kasih kepada :

Allah SWT

Dosen Pengajar Orang tuaKarena atas dukungan dan partisipasi dari mereka semua sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari yang di harapkan, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari semua pihak demi perbaikan dan pengembangannya.

Dengan demikian saya mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangannya.

Sidoarjo, 13 November 2014 PenulisDAFTAR ISIHalaman Judul

iKata Pengantar

iiDaftar Isi

iiiBAB I (Pendahuluan)

11.1 Latar Belakang

1BAB II (Permasalahan)

5II.1 Berita masalah Kartu Sehat vs BPJS

5BAB III (Pembahasan)

6II.1 Analisis Masalah

6BAB III (Penutup)

10III.1 Kritik dan Saran

10

Daftar Pustaka

11BAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangJaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia diberlakukan mulai Januari 2014. Program JKN ini menggantikan program-program yang telah terlebih dahulu berjalan yaitu Jaminan Persalinan dan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Belum satu tahun berjalan, program JKN digoyang isu adanya program Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang diluncurkan 3 November 2014. Hal ini tentu saja membuat masyarakat Indonesia bertanya-tanya tentang program KIS, apakah program KIS ini merupakan pengganti kartu BPJS Kesehatan, apakah program KIS ini merupakan program pendamping program JKN, dan lain sebagainya. Untuk itu, kami sajikan beberapa referensi untuk memahami maksud dan fungsi Kartu Indonesia Sehat.

Surat Edaran dari Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan bernomor 03.03 tertanggal 5 November 2014 menyatakan bahwa:

1. Pemegang Kartu KIS merupakan peserta yang masuk dalam daftar PBI JKN ditambah peserta penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan bayi baru lahir dari orang tua peserta PBI. KIS secara bertahap akan menggantikan seluruh identitas peserta PBI JKN.

2. Pelayanan kesehatan sama dengan PBI JKN

3. Kartu PBI (JKN) sekarang tetap bisa digunakan sampai seluruh peserta PBI JKN telah mempunyai KIS.

4. Pembiayaan program KIS dilakukan oleh BPJS Kesehatan

5. Adanya perluasan manfaat pelayanan KIS yaitu sinergitas dan terintegrasinya pelayanan kesehatan perseorangan dengan promotif, preventif, skrining yang akan diatur lebih lanjut secara teknis.

Sedangkan Menkes Baru dalam Kabinet Kerja Nila F. Moelek dalam jumpa pers menyatakan bahwa KIS merupakan program lanjutan dari program JKN yang telah dilaksanakan. Dasar hukum pelaksanaan KIS juga mengacu pada UU SJSN dan UU BPJS. Dimana pelaksana program KIS ini adalah BPJS Kesehatan. Masyarakat diharapkan tidak bimbang dengan adanya program baru ini, karena program ini merupakan program lanjutan dengan pelayanan yang sama, namun memang ada beberapa manfaat yang ditambahkan. Manfaat tersebut akan disinergikan dan diintegrasikan lebih lanjut melalui peraturan yang akan disusun. Penerima KIS adalah 4,4 juta jiwa warga dengan rincian adalah 1,7 orang penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan 2,2 juta bayi yang lahir dari para pemegang kartu BPJS kategori penerima bantuan iuran (PBI) yang selama ini belum ter-cover jaminan kesehatannya.Kartu Indonesia Sehat merupakan program baru dari Pemerintah Baru Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk melanjutkan Program JKN dari Pemerintah sebelumnya. Ada yang menarik dari program ini yaitu untuk PMKS, iuran premi BPJS Kesehatan sebesar Rp 19.225 per orang per bulan itu nantinya ditanggung oleh Kemensos, sedangkan iuran premi bagi 2,2 juta bayi menjadi tanggungan Kemenkes dimana iuran ini akan masuk dalam skema PBI dan menambahkan jumlah peserta PBI yang menjadi tanggungan pemerintah selama ini atau sebanyak 86,4 juta orang. Pada akhirnya kita akan melihat implementasi di lapangan sembari menunggu peraturan operasional lebih lanjut yang akan dikeluarkan pemerintah Era Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla. Kemudian untuk validasi data yang akan dilakukan melanjutkan validasi data tahun 2011.KIS berfungsi sebagai kartu jaminan kesehatan, yang dapat digunakan untuk mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan, sesuai dengan indikasi medis. Kartu Indonesia Sehat yang merupakan perluasan dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diluncurkan sebelumnya dan dikelola oleh BPJS Kesehatan pada 1 Januri 2014. KIS memperluas cakupan baik secara kuantitas maupun kualitas pada sistem jaminan kesehatan yang sudah ada. BPJS Kesehatan selaku penyelenggara jaminan kesehatan siap menjalankan dan menerima peserta KIS. KIS diperuntukan bagi penduduk Indonesia, khususnya fakir miskin dan tidak mampu serta iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Penerima KIS diprioritaskan untuk masyarakat pra-sejahtera yang belum terkaver dalam Penerima Bantuan Iuran (PBI) dalam program JKN. Diperkirakan ada 4,5 juta penduduk pra-sejahtera RI, yang merupakan kepala dan anggota keluarga dari 1 juta keluarga kurang mampu yang akan mendapat KIS. Adapun pemegang kartu JKN-BPJS Kesehatan yang lama tidak perlu khawatir karena kartu tersebut masih berlaku.

Dalam KIS ini ada dua pendekatan, yaitu kuantitas dan kualitas. Dari segi kuantitas, ada tambahan peserta PBI yang saat ini tercatat dalam program JKN yang jumlahnya sekitar 86,4 juta. Jika sebelumnya penyandang masalah kesejahteraan keluarga (PMKS) belum terdaftar dalam peserta PBI, dengan KIS ini akan dikaver. Sementara dari segi kualitas, KIS mengintegrasikan layanan preventif, promotif, diagnosis dini di dalam skim yanag ada di Kementerian Kesehatan.

Prosedur pelayanan kesehatan peserta KIS disesuaikan dengan prosedur yang selama ini diterapkan

dalam program JKN yang dikelola BPJS Kesehatan, yaitu berdasarkan sistem rujukan berjenjang,

sesuai dengan indikasi medis, serta tidak ada batasan umur. Terdapat 19.682 fasilitas kesehatan

tingkat pertama (puskesmas, klinik, dokter prakter perorangan, optik dsb) dan 1.574 rumah sakit se-Indonesia, termasuk 620 rumah sakit swasta, yang siap melayani peserta KIS.

Kendati KIS sudah resmi diluncurkan, BPJS Kesehatan menjamin Kartu Askes, Kartu Jamkesmas, Kartu JKN-BPJS Kesehatan, KJS, e-ID BPJS Kesehatan tetap berlaku dan dapat dipergunakan untuk mendapatkan jaminan kesehatan.

Kartu Indonesia Sehat resmi diluncurkan oleh Presiden RI Joko Widodo di Gedung Pos Ibukota, Lapangan Banteng - Jakarta Pusat, Senin (3/11). Acara peluncuran KIS juga dihadiri oleh sejumlah menteri, yaitu Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, Menteri Kesehatan Nina Moeloek, dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.Sebanyak 2.775 Kartu Indonesia Sehat dibagikan pada tanggal 3 November 2014 kepada 600 KK di lima kantor pos se-Jakarta, yaitu Kantor Pos Pasar Baru, Kantor Pos Kebon Bawang, Kantor Pos Jalan Pemuda, Kantor Pos Mampang dan Kantor Pos Fatmawati. Sebelum diluncurkan secara resmi, Presiden Joko Widodo telah membagikan KIS kepada para pengungsi bencana letusan Gunung Sinabung. Rencananya, hingga akhir tahun ini sekitar 430 ribu KIS akan dibagikan ke 19 kabupaten/kota. Pertanyaannya apakah sampai akhir 2014 program KIS ini dapat terealisasi? Mari kita cermati yang akan terjadi selanjutnya.BAB II

Permasalahan

II.1 Berita Kartu Indonesia Sehat Ada vs BPJS, Kartu Lain Masih BerlakuLiputan6.com, Jakarta Kehadiran kartu sakti seperti Kartu Indonesia Sehat yang baru-baru diluncurkan Presiden Joko Widodo cukup menuai tanda tanya. Seperti misalnya, apakah dengan kemunculan KIS ini, kartu Askes atau kartu BPJS masih berlaku?Menanggapi hal tersebut, Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, Prof Akmal Taher menegaskan bahwa semua kartu saat ini masih berlaku."Tentang kartu, semua masih berlaku. Nggak boleh ada kekhawatiran. Yang masih ada Askes juga masih berlaku. Karena program KIS ini akan berlangsung bertahap. Apalagi mengingat anggaran baru tahun depan sehingga kita akan punya ruang lebih untuk menentukan kebutuhan cakupan dan manfaat KIS ini," kata Akmal saat temu media di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (5/11/2014).Direktur Hukum, Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga BPJS, Purnawarman Basundoro menambahkan, saat ini kartu Jamkesmas, Askes, BPJS masih berlaku walaupun ada KIS. Begitu juga dengan pelayanan kesehatannya. "Pelayanan sama, tidak ada yang dibedakan." By Fitri Syarifah Nov 05, 2014 at 18:14 WIBBAB IIIPEMBAHASANIII.1 Analisis MasalahPresiden terpilih dalam Pemilu 2014, Joko Widodo, dalam beberapa kesempatan menyatakan akan mengimplementasikan program Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk seluruh penduduk Indonesia. Dalam perkembangannya, statement dan rencana ini menuai perdebatan publik dan ahli. Ada yang mendukung dan ada pula yang menentang. Kubu yang menentang berargumentasi bahwa jika KIS diterapkan maka akan bertabrakan dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Kubu ini berpandangan bahwa JKN merupakan program yang sejalan dan diamanatkan oleh UU SJSN atau BPJS. Contoh saja pandangan Agus Widjanarko, Penanggung Jawab Perhimpunan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Kota Pasuruan, dalam artikelnya Mencermati Kartu Indonesia Sehat di Harian Kompas 12 Agustus 2014, cukup menarik dicermati. Selain kepesertaan, Agus Widjanarko juga menyinggung soal keterbatasan anggaran negara untuk mencapai kepesertaan semesta (universal coverage) dan sumber pembiayaannya. Pentatalaksanaan KIS disarankan agar disatukan dalam BPJS Kesehatan agar tidak rancu, tidak menggeser keberadaan BPJS Kesehatan dan akan menguatkan sistem BPJS Kesehatan. Sedangkan dari anggota DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Okky Asokawati, mengatakan penerapan Kartu Indonesia Sehat (KIS) berpotensi bermasalah di tengah masyarakat. Soanya, jika KIS dilakukan tanpa terbatas tempat maka akan bersinggungan dengan sistem quota yang berlaku di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Bagaimana pula dengan pembayaran kepada para dokter, yang saat ini msih belum berjalan maksimal. Ini tentu berpotensi akan merepotkan pelaksanaan di lapangan. Padahal pelaksanaan BPJS Kesehatan hingga saat ini belum berjalan sempurna. Menurutnya, pemerintah berpandangan KIS sama halnya dengan BPJS, sebagai penerima bantuan iuran (PBI). Sementara, BPJS saat ini baru bisa menampung anggaran dari APBN sebesar 86, 4 juta jiwa. Ia berpandangan, jika KIS disamakan dengan BPJS, BPI dan pemerintah hendak menambahkan anggarannya dan akan menjadi persoalan baru.Sedangkan kubu yang mendukung secara garis besar beralasan bahwa kesehatan merupakan

hak semua warga dan telah diamanatkan oleh konstitusi sehingga sudah seharusnya pemerintah memberikan layanan kesehatan bagi semua warga. Surya Chandra Surapaty, Ketua Panitia Khusus RUU SJSN 2004 dan Wakil Ketua Panitia Khusus RUU BPJS 2011, dalam artikelnya Memaknai Kartu Indonesia Sehat di Harian Kompas 20 Agustus 2014, berpandangan bahwa tidaklah tepat jika KIS dipertentangkan dengan SJSN dan BPJS, justru KIS merupakan penyempurnaan dari pelaksanaan SJSN Jaminan Kesehatan dengan fokus percepatan kepesertaan universal coverage. Percepatan ini dapat memotong target universal coverage pada tahun 2019. Surapty juga menyatakan bahwa impelementasi SJSN dan BPJS bukanlah program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), namun Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.

Jika menilik ide dasar KIS, pernyataan Joko Widodo yang dikutip oleh beberapa media massa bahwa (Antara BPJS Kesehatan dengan KIS) beda dong, BPJS itu badannya, Kartu Indonesia Sehat itu programnya menarik untuk dicermati. Joko Widodo menegaskan bahwa KIS dengan BPJS Kesehatan tidak bisa dipertentangkan, karena ini satu kesatuan sistemik.

Surapaty (2014) menambahkan bahwa KIS merupakan kartu peserta Jaminan Kesehatan yang

berlaku secara nasional dalam kerangka SJSN. Sehingga semua penduduk wajib menjadi peserta dengan membayar iuran. Bagi warga fakir, miskin dan tidak mampu, iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Kemudian, setiap peserta memperoleh Kartu Indonesia Sehat.

Secara regulatif, KIS berkait kelindan dan sejalan dengan amanat:

a) Pasal 15 Ayat (1) UU Nomor 40/2004 tentang SJSN bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan nomor identitas tunggal kepada setiap peserta dan anggota keluarganya;

b) Pasal 13 Huruf (a) UU Nomor 24/2011 tentang BPJS bahwa dalam melaksanakan tugasnya, BPJS berkewajiban untuk memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta;

c) Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 101/2011 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan bahwa BPJS kesehatan wajib memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta Jaminan Kesehatan yang telah didaftarkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Kesehatan.

Menilik beberapa hal tersebut di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa KIS merupakan: a) program untuk percepatan kepesertaan semesta Jaminan Kesehatan yang sejalan dengan SJSN. Dengan KIS, Jaminan Kesehatan universal coverage dapat diwujudkan dalam tempo cepat dan tidak harus menunggu sampai 2019;

b) KIS merupakan pelaksanaan dari amanat beberapa regulasi terkait dengan kewajiban penyelenggara Jaminan Kesehatan dalam memberikan identitas tunggal kepada peserta dan anggota keluarganya;

c) pemenuhan hak-hak penduduk untuk mendapatkan Jaminan Kesehatan yang merupakan hak dasar;

d) KIS merupakan program penyempurnaan pelaksanaan SJSN bidang Jaminan Kesehatan agar sejalan dengan SJSN sehingga tidak akan ada lagi tumpangtindih kewenangan bidang regulasi, pengawasan dan penyelenggaraan. Harapannya, antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, DJSN, Pemerintah Daerah dan BPJS Kesehatan berjalan sesuai rolenya. Secara programatik, dengan KIS, seluruh program Jaminan Kesehatan dapat diintegrasikan ke dalam SJSN BPJS Kesehatan.

Singkat uraian, KIS merupakan kartu yang memuat identitas peserta Jaminan Kesehatan, unik dan bernomor tunggal yang diperuntukkan kepada semua penduduk Indonesia sebagai alat untuk mendapatkan program Jaminan Kesehatan dan pelayanannya. KIS dikeluarkan oleh pemerintah melalui BPJS Kesehatan sebagai lembaga nirlaba yang menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan semesta bagi semua warga.

Rekomendasi dan Opsi Kebijakan untuk mewujudkan KIS yang menjadi tulang punggung bagi pelaksanaan SJSN BPJS Jaminan Kesehatan, maka pemerintahan Joko WidodoJusuf Kalla dapat mempertimbangkan rekomendasi dan opsiopsi kebijakan sebagai berikut:

1) Rekomendasi Umum

Perlu melakukan penataan kebijakan fiskal secara fundamental terutama pada area: peningkatan penerimaan negara, efisiensi belanja pemerintah pusat dan daerah, dan peningkatan belanja sosial (terutama kesehatan) dengan opsiopsi kebijakan:

a) Melakukan realokasi sebagian anggaran subsidi bahan bakar minyak dan energi untuk membiayai KIS;

b) Melakukan penghematan belanja pegawai (honorarium, perjalanan dinas, dan lainlain) dan melakukan penataan atau regrouping Kementerian/Lembaga sehingga kabinet menjadi lebih ramping dan lincah dalam melakukan eksekusi program;

c) Agar pajak mencerminkan keadilan sosial dan ada sumber penerimaan baru untuk belanja sosial, maka perlu melakukan penerapan penambahan lapisan struktur tarif (tax bracket) Pajak Penghasilan/PPh menjadi 3545% bagi mereka yang berpendapatan di atas Rp 5 Miliar/tahun;

d) Melakukan kebijakan earmarking untuk jenis pajak tertentu (cukai rokok, alkohol dan extractive industries), baik di pusat maupun di daerah, yang diperuntukkan untuk sektor pelayanan dasar khususnya Jaminan Kesehatan / Kartu Indonesia Sehat.

Rekomendasi Khusus dengan melakukan review beberapa regulasi yang terindikasi tidak sejalan dengan SJSN dan BPJS antara lain:

Peraturan Presiden No 111 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan;

Melakukan review terhadap program JKN dengan mereview seluruh produk regulasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan terkait dengan pelaksanaanBAB III

PENUTUPIII.1 Kritik dan SaranSaya sarankan pemerintah agar lebih berhati-hati, terlebih terkait penggunaan APBN agar KIS disosialisasikan terleih dahulu ke pusat pelayanan kesehatan. Selain itu, kepada tenaga kesehatan dan masyarakat. Ia khawatir jika tidak disosialisasikan akan muncul dualisme dalam sistem pelayanan kesehatan. Pemerintah terburu-buru dalam membagikan program Kartu Indonesia Sehat, karena akan berdampak adanya tumpang tindih dengan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) kesehatan.Program ini sebenarnya bagus untuk membantu masyarakat miskin namun keberadaan KIS ini justru bisa menimbulkan pro kontra dan memunculkandouble ID cardsehingga akan memboroskan anggaran di APBN maupun di APBD. Seharusnya yang diselesaikan terlebih dahulu adalah masalah BPJS yang hingga saat ini masih menimbulkan banyak persoalan dan tidak merata untuk masyarakat. "Jangan buat yang baru kalau yang lama masih bermasalah,". Seharusnya pemerintah mendorong BPJS kesehatan menuntaskan segala permasalahan yang timbul, misalnya soal kepesertaan masyarakat miskin yang belum tercover keseluruhan karena kendala administrasi dan tingkat akurasi data kemiskinan yang masih kurang. "Jatim saja masih kurang 700-an masyarakat miskin yang belum tercover oleh APBN, maka kalau ditotal seluruh Indonesia bisa dibayangkan berapa juta masyarakat dibawah rata-rata yang belum mendapat sentuhan BPJS. Kini ditambah lagi persoalan KIS,". Maka itu berharap kepada pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) untuk bisa menjabarkan anggaran penerima bantuan kesehatan bagi masyarakat lewat program KIS dengan lebih detil. Begitu juga dengan pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat. Jangan sampai di lapangan ada tumpang tindih yang justru merugikan masyarakat. Pemerintah harus menjelaskan kepada masyarakat apakah kartu KIS bermanfaat untuk masyarakat atau hanya pemborosan anggaran saja.

DAFTAR PUSTAKA1. http://kesehatanbpjs.blogspot.com/2014/11/bpjs-vs-kis-kartu-indonesia-sehat.html (Diakses 12 November 2014)2. http://health.liputan6.com/read/2129715/kis-ada-kartu-lain-masih-berlaku (Diakses 12 November 2014)3. http://nasional.kompas.com/read/2014/08/12/14000051/Mencermati.Kartu.Indonesia.Sehat (Diakses 12 November 2014)