Ekokes 5 Biaya Produksi

46
4 BAB 2 ISI 2.1 Konsep biaya produksi 2.1.1. Pengertian biaya Sebelum kita membahas tentang konsep biaya produksi, kita perlu mengetahui suatu realita bahwa kegiatan produksi dan biaya adalah hal yang tidak terpisahkan. Biaya memiliki pengaruh terhadap tingkat suatu produksi. Perusahaan harus dapat menentukan strategi produksi yang tepat untuk dapat memproduksi output pada biaya terendah. Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan merupakan pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Beberapa pengertian tentang biaya : a. Biaya menurut The Committee on Cost Concepts- American Accounting Association dalam Bambang (1992), merupakan suatu peristiwa/kejadian yang diukur berdasarkan nilai uang, yang timbul atau mungkin akan timbul untuk mencapai suatu tujuan tertentu. b. R.G. LIPSEY Cs dalam Bambang (1992), berpendapat bahwa biaya bagi perusahaan-perusahaan yang

description

makalah biaya produksi kelompok 5

Transcript of Ekokes 5 Biaya Produksi

Page 1: Ekokes 5 Biaya Produksi

4

BAB 2

ISI

2.1 Konsep biaya produksi

1.1.1.Pengertian biaya

Sebelum kita membahas tentang konsep biaya produksi, kita perlu

mengetahui suatu realita bahwa kegiatan produksi dan biaya adalah hal yang

tidak terpisahkan. Biaya memiliki pengaruh terhadap tingkat suatu produksi.

Perusahaan harus dapat menentukan strategi produksi yang tepat untuk dapat

memproduksi output pada biaya terendah. Produksi berlangsung dengan jalan

mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan merupakan

pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan

produksi.

Beberapa pengertian tentang biaya :

a. Biaya menurut The Committee on Cost Concepts-American Accounting

Association dalam Bambang (1992), merupakan suatu peristiwa/kejadian

yang diukur berdasarkan nilai uang, yang timbul atau mungkin akan timbul

untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

b. R.G. LIPSEY Cs dalam Bambang (1992), berpendapat bahwa biaya bagi

perusahaan-perusahaan yang memproduksi sesuatu merupakan harga

faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan outputnya.

c. Prof. Dr. R. Slot dalam Bambang (1992), juga mengemukakan batasan

yang hampir sama, biaya merupakan nilai uang alat-alat produksi yang

dikorbankan rumah tangga perusahaan pada proses produksinya.

Dari beberapa pengertian di atas pada dasarnya konsep biaya terbagi menjadi

dua yaitu :

1) Biaya konsumen (biaya ekonomi) yaitu biaya dalam pengertian ekonomi

ialah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan suatu barang

agar siap dipakai oleh konsumen.

2) Biaya Produsen yaitu semua beban yang harus ditanggung oleh produsen

Page 2: Ekokes 5 Biaya Produksi

5

untuk menghasilkan suatu produksi, sehingga biaya produksi adalah

beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk uang untuk

menghasilkan suatu barang.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa biaya yang dimaksud

oleh produsen adalah biaya produksi.

1.1.2.Beberapa pengertian tentang biaya produksi

Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat

menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan, untuk menghitung biaya

produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Dalam kegiatan

produksi untuk mengubah input menjadi output, perusahaan tidak hanya

menentukan input apa saja yang diperlukan, tetapi juga harus

mempertimbangkan harga dari input-input tersebut yang merupakan biaya

produksi dari output. Biaya produksi sebenarnya cerminan dari produksi. Bila

produksi merujuk kepada sejumlah input yang dipakai dan jumlah fisik output

yang dihasilkan, biaya produksi merujuk kepada biaya perolehan output

tersebut (nilai uangnya) (Sugiarto, 2007). Istilah “biaya produksi” seringkali

digunakan untuk analisis perhitungan biaya produksi. Oleh karena itu, sebelum

kita membahas lebih lanjut mengenai biaya produksi dan bagaimana cara

pengambilan keputusan dalam menerima atau menolak suatu pesanan khusus

maka perlu dibahas mengenai pengertian biaya produksi. Berikut adalah

definisi yang dikutip dari berbagai sumber :

a) Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang

dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan

bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-

barang yang diproduksi perusahaan tersebut (Sukirno, 2005).

b) Menurut Sutrisno (2001: 3) biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan

untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Biaya ini dikeluarkan

oleh departemen produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

c) Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam proses

Page 3: Ekokes 5 Biaya Produksi

6

produksi untuk menghasilkan barang atau jasa (Soeharno, 2009).

d) Menurut Mulyadi (2004: 14) biaya produksi merupakan biaya-biaya yang

terjadi untu mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk

dijual.

Dari beberapa definisi di atas kita dapat menyimpulkan bahwa biaya produksi

adalah suatu pengorbanan atau penyerahan sumber-sumber daya atau ekonomi

yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi

untuk tujuan tertentu di masa mandatang.

1.1.3.Konsep biaya produksi

Pada dasarnya pengertian biaya dalam ilmu ekonomi adalah biaya

kesempatan (Rahardja, dkk, 2008). Konsep ini tetap dipakai dalam analisis biaya

produksi. Berkaitan dengan konsep tersebut, kita mengenal mengenai biaya

eksplisit (explicit cost) dan biaya implisit (implisit cost), biaya eksplisit adalah

biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama pada laporan keuangan. Biaya

listrik, telepon, dan air, demikian juga upah buruh atau gaji karyawan merupakan

contoh dari biaya ekslisit. Sedangkan biaya implisit adalah biaya kesempatan

(opportunity).

2.2 Klasifikasi Biaya Produksi

Klasifikasi biaya produksi adalah proses pengelompokan secara

sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam

golongan –golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat

memberi informasi yang lebih penting

Biaya dapat digolongkan menurut:

a. Pembagian Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi

b. Pembagian Biaya Berdasarkan Lama Penggunaannya

c. Pembagian Biaya berdasarkan Fungsi atau Aktifitas Sumber Biaya

Uraian dari masing-masing penggolongan biaya di atas adalah sebagai berikut:

1) Pembagian biaya berdasarkan pengaruhnya pada skala produksi

a. Biaya tetap (fixed cost = FC)

Page 4: Ekokes 5 Biaya Produksi

7

Biaya yang nilainya secara relatif tidak dipengaruhi oleh be-

sarnya jumlah produksi (output). Biaya ini harus tetap dikeluarkan

walaupun tidak ada pelayanan. Contoh FC adalah nilai dari gedung

yang digunakan, nilai dari peralatan (besar) kedokteran, ataupun ni-

lai tanah. Nilai gedung dimasukan dalam FC sebab biaya gedung

yang digunakan tidak berubah baik ketika pelayanannya meningkat

maupun menurun, demikian pula dengan alat kedokteran. Biaya ste-

toskop relatif tetap, baik untuk memeriksa dua pasien maupun sepu-

luh pasien. Artinya biaya untuk memeriksa dengan suatu alat pada

dua pasien sama dengan biaya untuk memeriksa sepuluh pasien.

Dengan demikian biaya alat adalah tetap dan tidak berubah

meskipun jumlah pasien yang dilayani berubah.

b. Biaya variabel (variabel cost = VC)

Biaya yang nilainya dipengaruhi oleh banyaknya output. Con-

toh yang termasuk dalam VC adalah biaya obat, biaya makan, biaya

alat tulis kantor, biaya pemeliharaan. Biaya obat dan makanan di-

masukan dalam VC karena jumlah biaya tersebut secara langsung

dipengaruhi oleh banyaknya pelayanan yang diberikan. Biaya obat

dan makanan untuk melayani dua pasien akan berbeda dengan biaya

obat dan makanan untuk melayani sepuluh pasien, dengan demikian

besarnya biaya obat atau makanan akan selalu berpengaruh secara

langsung oleh banyaknya pasien yang dilayani.

Pada umumnya besar volume produksi sudah direncanakan

secara rutin oleh sebab itu, VC sering juga disebut dengan biaya

rutin. Dalam praktek sering kali dialami kesulitan untuk

membedakan secara tegas apakah suatu biaya termasuk FC atau

VC. Contoh dalam menentukan gaji pegawai misalnya gaji pegawai

dimasukan dalam FC atau VC. Gaji pegawai terkadang tidak

dipengaruhi oleh besarnya output terutama pada fasilitas

pemerintah.

Page 5: Ekokes 5 Biaya Produksi

8

Dalam praktek misalnya, penambahan (kenaikan gaji) atau

pengurangan gaji pegawai terutama pada fasilitas pemerintah, tidak

semudah seperti penurunan dan penambahan output pelayanan.

Berdasarkan teori, biaya pegawai sebenarnya dipengaruhi oleh

besarnya output. Sebuah poliklinik misalnya jika pasien rawat jalan

naik pada jumlah tertentu perlu ditambah tenaga sehingga besar

biaya pegawai akan berubah seiring dengan bertambahnya jumlah

pasien. Oleh sebab itu ada yang mengelompokan gaji pegawai

sebagai semi variable cost (SVC).

c. Total cost

Jumlah dari fixed cost ditambah variabel cost.

2) Pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya

a. Biaya investasi

Biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung untuk waktu

yang relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan

lebih dari satu tahun. Batas satu tahun ditetapkan atas dasar kebi-

asaan merencanakan dan merealisasi anggaran untuk jangka waktu

satu tahun. Biaya investasi ini biasanya berhubungan dengan pem-

bangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas pro-

duksi (alat produksi). Contoh yang termasuk dalam biaya investasi

antara lain biaya pembangunan gedung, biaya pembelian mobil, bi-

aya pembelian peralatan besar dan sebagainya.

Beberapa instansi, penetapan apakah suatu biaya termasuk bi-

aya investasi atau tidak dilakukan dengan melihat harga (nilai) su-

atu barang. Pada umumnya besar biaya investasi sudah ditetapkan

sebelumnya. Misalnya, jika batas yang ditentukan adalah Rp.

100.000,- maka barang yang nilainya kurang dari Rp. 100.000,-

tidak termasuk dalam biaya investasi, meskipum penggunaannya

dapat lebih dari satu (biaya tersebut dimasukan dalam biaya opera-

sional).

Page 6: Ekokes 5 Biaya Produksi

9

Biaya investasi dihitung dari nilai barang investasi yang dise-

tahunkan (AIC atau biaya depresiasi atau biaya penyusutan). Nilai

barang investasi dalam analisis biaya harus memperhitungkan (1)

harga satuan (nilai awal barang) masing-masing jenis barang inves-

tasi, (2) lama pemakaian barang tersebut, (3) laju inflasi (tingkat

bunga bank) dan (4) umur ekonomis barang tersebut.

Biaya penyusutan (depreciation cost), adalah biaya yang timbul

akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi (asset) sebagai

akibat penggunaannya dalam proses produksi. Setiap barang inves-

tasi yang dipakai dalam proses produksi akan mengalami penyusu-

tan nilai, baik karena makin usang atau karena mengalami

kerusakan fisik. Nilai penyusutan barang investasi, seperti gedung,

kendaraan, dan peralatan, disebut sebagai biaya penyusutan.

Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menghi-

tung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight line

method) dimana jumlah historis yang sama dikurangi setiap tahun.

Pada umumnya analisis biaya dilakukan untuk satu kurun waktu ter-

tentu, misalnya satu tahun anggaran, maka untuk itu perlu dicari ni-

lai biaya investasi setahun, sehingga biaya investasi itu dapat diga-

bung dengan biaya operasional.

Nilai biaya investasi satu tahun ini disebut nilai tahunan biaya

investasi (Annualized Investment Cost = AIC). Besarnya nilai tahu-

nan dari biaya investasi tersebut dipengaruhi oleh nilai uang (in-

flasi) serta waktu pakai dan masa hidup suatu barang investasi.

b. Biaya operasional (operasional cost)

Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan dalam su-

atu proses produksi dan memiliki sifat habis pakai dalam kurun

waktu yang relatif singkat (kurang dari satu tahun). Contoh yang

termasuk dalam biaya operasional antara lain biaya obat, biaya

makan, gaji pegawai, air dan listrik.

Page 7: Ekokes 5 Biaya Produksi

10

Konsep yang sering dipakai secara bersamaan dengan biaya op-

erasional yaitu biaya pemeliharaan (mantainance cost). Biaya

pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperta-

hankan nilai suatu barang investasi agar dapat terus berfungsi, mis-

alnya biaya pemeliharaan gedung dan pemeliharaan kendaraan. An-

tara biaya operasional dan biaya pemeliharaan dalam praktek sering

disatukan menjadi biaya operasional dan pemeliharaan (operational

and mantainance cost).

Biaya operasional dan pemeliharaan, dengan sifatnya yang

habis pakai pada umumnya dikeluarkan secara berulang karena itu

biaya pemeliharaan sering disebut sebagai biaya berulang (recurrent

cost). Contoh biaya operasional seperti biaya pegawai (gaji), biaya

obat dan bahan medis, biaya listrik dan air, biaya bahan kantor

(ATK), biaya telepon, biaya pemeliharaan barang investasi. Untuk

biaya listrik dan air, biaya bahan kantor (ATK), biaya telepon, biaya

pemeliharaan barang investasi dikenal dengan sebutan overhead

atau biaya umum. Contoh biaya pemeliharaan seperti biaya yang

dikeluarkan untuk mempertahankan nilai suatu barang agar terus

berfungsi, misalnya biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeli-

haraan alat medis dan pemeliharaan kendaraan.

c. Biaya total (total cost = TC)

Jumlah dari biaya investasi ditambah biaya operasional.

3) Pembagian Biaya berdasarkan Fungsi atau Aktifitas Sumber Biaya.

a. Biaya langsung (direct cost)

Biaya yang dibedakan pada sumber biaya yang mempunyai fungsi

(aktifitas) langsung terhadap output. Contoh : gaji perawat, biaya

obat-obatan, biaya peralatan medis.

b. Biaya tidak langsung (indirect cost)

Biaya yang dibebankan pada sumber biaya yang mempunyai fungsi

penunjang (aktivitas tak langsung) terhadap output. Contohnya

Page 8: Ekokes 5 Biaya Produksi

11

adalah gaji bagian administrasi, gaji direktur, biaya ATK, TU, biaya

peralatan non medis.

c. Total cost

Penjumlahan dari direct cost ditambah indirect cost.

Disamping itu juga terdapat pengklasifikasian biaya produksi

yang lain yaitu :

1. Unit cost

Biaya yang dihitung untuk menghasilkan satu satuan produk

(misalnya satu jenis pelayanan). Secara sederhana unit cost dapat

diartikan sebagi biaya per unit produk atau biaya per pelayanan.

Unit cost didefinisikan sebagai hasil pembagian antara total

cost yang dibutuhkan dengan jumlah unit produk yang di-

hasilkan.

Dalam menghitung unit cost harus ditetapkan terlebih dahulu

besaran produk (cakupan pelayanan). Unit cost sering kali

disamakan dengan biaya rata-rata (average cost). Tinggi rendahnya

unit cost suatu produk tidak saja dipengaruhi oleh besarnya TC

tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya pelayanan. Makin tinggi utili-

tas dengan demikian makin besar jumlah outputakan semakin kecil

unit cost pelayanan.

2. Incremental cost

Biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau penguran-

gan output, biasanya merupakan hasil dari kegiatan produksi atau

operasi. Incremental cost juga merupakan biaya yang terjadi sebagai

akibat dari suatu keputusan. Incremental cost diukur dari berubah-

nya IC karena suatu keputusan, oleh sebab itu sifatnya bisa variabel,

bisa juga fixed. Contohnya adalah penambahan biaya total produksi

karena keputusan manajemen untuk penambahan tenaga kerja dan

bahan baku.

Page 9: Ekokes 5 Biaya Produksi

12

3. Marginal cost

Kenaikan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sebagai ak-

ibat kenaikan satu output, perbedaanya dengan incremental cost

adalah terletak pada aspek yang memberi perubahan pada total cost,

jika pada incremental cost perubahan total cost dipengaruhi oleh pe-

rubahan keputusan, pada marginal cost perubahan total cost dipen-

garuhi oleh penambahan satu unit produk atau selanjutnya. Con-

tohnya adalah perusahaan harus menambah anggaran biaya pro-

duksi dikarenakan adanya penambahan permintaan dari orderer

yang sebelumnya memesan.

4. Recurring cost (biaya terulang)

Biaya yang besarnya sama yang harus dibayarkan lagi dengan

adanya tambahan suatu aktivitas yang menghasilkan produk (out-

put) yang sama. Setiap penambahan 1 unit output, biaya yang di-

tanggung berulang atau bertambah sebesar biaya per unitnya. Con-

tohnya adalah mesin photocopy digunakan atau tidak, perusahaan

akan membayar uang sewa mesin photocopy sebesar Rp. 1 juta per

bulannya.

5. Unrecurring cost (biaya tak berulang)

Biaya yang hanya muncul satu kali, artinya tidak ada sesuatu

yang ditambahkan setelah biaya ini dikeluarkan. Contohnya adalah

biaya yang dikeluarkan untuk membeli tanah.

6. Sunk cost

Biaya yang telah dikeluarkan atau diterima sebelum

terjadinya suatu keputusan. Contoh dari sunk cost ialah biaya yang

dikeluarkan untuk rapat dan penelitian.

2.3 Perhitungan Biaya Produksi (Total Cost)

Sebagai produsen, perusahaan harus mengetahui cara menghitung biaya

produksi untuk mengetahui laba atau rugi suatu perusahaan (usaha yang

dilakukan), roda produksi perusahaan setiap harinya memproduksi barang dan

Page 10: Ekokes 5 Biaya Produksi

13

jasa yang dinikmati konsumen. Biaya peluang (opportunity cost) adalah

pengorbanan yang dilakukan sesorang karena mengambil sebuah pilihan.

Pada dasarnya, analisis mengenai biaya produksi perusahaan perlu

dibedakan menjadi 2 (dua) jangka waktu yaitu :

a. Jangka Pendek, yaitu jangka waktu perusahaan dapat menambah salah satu

faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi, dengan kata lain,

dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian dari berbagai faktor produksi

yang digunakan dianggap tetap jumlahnya.

b. Jangka Panjang, yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat

mengalami perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah apabila perubahan

itu memang diperlukan. Dalam jangka panjang perusahaan dapat menam-

bah semua faktor produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh

karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan

biaya berubah. Selain itu, dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap, se-

mua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya berubah yang berarti

bahwa perusahaan bukan saja menambah tenaga kerja tetapi juga menam-

bah jumlah mesin dan peralatan produksi lainnya.

Dalam menghitung besarnya total cost maka ada 3 (tiga) komponen yang

perlu diperhatikan dimana total cost dapat dihitung seberapa besar total biaya

yang merupakan biaya asli masing-masing pusat biaya dengan menggunakan

rumus :

a. Biaya Tetap (Fixed Cost/FC)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah dalam jangka

pendek ketika kuantitas output berubah, yang termasuk biaya ini adalah

pembelian mesin, mendirikan bangunan, pebrik, sewa ruangan took, dan

penyusutan mesin.

BIAYA TOTAL (TC) = BIAYA TETAP (FC) + BIAYA VARIABEL (VC)

Page 11: Ekokes 5 Biaya Produksi

14

b. Biaya Variabel (Variable Cost/VC)

Biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang yang diproduksi

berubah, yang tergolong biaya variabel adalah biaya pembelian bahan

mentah atau bahan dasar yang digunakan untuk produksi. Semakin tinggi

produksi, semakin banyak bahan mentah yang dibutuhkan.

c. Biaya Total (Total Cost/TC)

Biaya yang dibayar perusahaan untuk membeli berbagai input (barang atau

jasa) untuk keperluan produksi. Biaya produksi total atau biaya total

didapat dari menjulahkan biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel

(variable cost).

Cara penentuan biaya pembuatan produk :

1. Biaya historis adalah penentuan biaya produk dengan mengumpulkan se-

mua biaya yang telah terjadi dan diperhitungkan setelah operasi pembuatan

produk selesai.

2. Biaya sebelum pembuatan adalah suatu cara penentuan biaya pembuatan

produk sebelum produk tersebut dibuat. Biaya ini terbagi menjadi dua,

yaitu :

a. Biaya anggaran yaitu suatu biaya yang berdasarkan kegiatan masa lalu

dan perkiraan kegiatan pada masa yang direncanakan.

b. Biaya standar yaitu suatu biaya yang berdasarkan standar-standar pelak-

sanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.4 Biaya Satuan (Unit Cost), Unit cost actual dan Unit cost normatif

Unit cost adalah hasil dari total biaya dibagi jumlah unit pelayanan.

Sebagai contoh adalah sulit membandingkan biaya AC dari dua rumah sakit

yang berbeda kalau luas lantainya sangat berbeda. Cara terbaik adalah membagi

total biaya AC dengan luas lantai sehingga didapat biaya AC per kaki persegi

(cost of air conditioning per square foot). Konsep ini berlaku untuk semua

pengukuran efisiensi. Masalah lain yang harus lebih dahulu diatasi adalah jenis

satuan pengukuran. Adalah sulit membandingkan biaya x-ray per pasien (cost

Page 12: Ekokes 5 Biaya Produksi

15

of X-ray service per patient) dengan biaya x-ray per-tindakan (cost of x-ray

service per iteration) (Pena &Ndiaye, 2002).

Biaya satuan adalah biaya yang diperlukan atau dikeluarkan untuk

menghasilkan satu satuan produk (barang atau jasa). Dalam analisis biaya

rumah sakit untuk perhitungan biaya satuan perlu diketahui secara rinci jenis-

jenis produk/jenis pelayanan yang dihasilkan oleh unit-unit produksi. Dalam hal

ini ada unit-unit produksi yang produknya bersifat homogeny misalnya; unit

rawat jalan, unit rawat inap. Ada pula yang unit produksinya bersifat heterogen

misalnya; unit kamar operasi, unit laboratorium, unit radiologi, dan lain-lain.

Dengan diketahuinya biaya satuan menggambarkan besarnya biaya pelayanan

yang dikeluarkan secara nyata untuk menghasilkan suatu produk pelayanan

yang diberikan kepada pasien serta dapat digunakan dalam menetapkan tarif.

Biaya satuan diperoleh dengan cara membagi biaya total (Total Cost=TC)

dengan jumlah output atau total produksi (Quantity=Q) atau TC/Q. Dari

pengertian ini biaya satuan dipengaruhi oleh besarnya biaya total yang

mencerminkan tinggi rendahnya fungsi produksi di unit pelayanan tersebut

serta tingkat utilisasi-nya. Makin tinggi tingkat utilisasi maka makin besar juga

jumlah Q dan makin kecil jumlah biaya satuan suatu pelayanan. Sebaliknya

makin rendah tingkat utilisasi-nya maka makin kecil jumlah Q dan akan

semakin besar jumlah biaya satuan suatu pelayanannya.

Perhitungan biaya satuan pada unit produksi yang bersifat heterogen,

maka masing-masing jenis pelayanan pada unit tersebut perlu diberikan nilai

bobot tertentu yang disebut sebagai relative value unit (RVU). Perhitungan nilai

RVU yaitu total biaya pada unit bersangkutan dialokasikan kemasing-masing

jenis pelayanan proporsional terhadap RVU dan jumlah pelayanan

bersangkuatan. Setelah diperoleh hasilnya maka biaya satuan untuk jenis

pelayanan tersebut dapat dihitung. (Gani, 1997)

a. Biaya Satuan Actual

Biaya satuan diperoleh dari suatu hasil perhitungan berdasarkan atas pengeluaran

Page 13: Ekokes 5 Biaya Produksi

16

nyata untuk menghasilkan produk pada suatu kurun tertentu, disebut biaya satuan

actual dengan rumus : TC/Q

b. Biaya Satuan Normative

Biaya satuan yang secara normative dihitung untuk menghasilkan suatu jenis

pelayanan kesehatan menurut standar baku disebut biaya satuan normative.

Besarnya biaya satuan normative ini terlepas dari apakah pelayanan tersebut

dipergunakan pasien atau tidak. Dalam menghitung menghitung biaya satuan

normative, smeua biaya di unit produksi tertentu diklasifikasikan kembali

menjadi biaya tetap dan biaya variable. Biaya normative dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

UC : Unit Cost

TFC : Total Fix Cost (biaya tetap total)

TVC : Total Variabel Cost (biaya variabel total)

Unit produksi yang biaya satuannya dihitung dengan menggnakan biaya satuan

normative juga disebut dengan unit produk homogen, misalnya unit rawat jalan

dan unit rawat inap.

2.5 Pengertian Tarif

Pengertian tarif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:1011)

mendefinisikan tarif sebagai (daftar) harga (sewa, ongkos, dsb). Jadi tarif dapat

berarti harga yang sudah ditentukan oleh perusahaan dengan berbagai

pembebanan biaya didalamnya, yang disajikan dalam daftar yang ditujukan

untuk pelanggan atau konsumen.

Peranan tarif dalam pelayanan kesehatan memang amat penting. Untuk

dapat menjamin kesinambungan  pelayanan, setiap sarana kesehatan harus

dapat menetapkan besarnya tarif yang dapat menjamin total pendapatan yang

UC = (TFC/kapasitas + TVC/output)

Page 14: Ekokes 5 Biaya Produksi

17

lebih besar daripada total  pengeluaran. Penyelenggaraan upaya kesehatan

termasuk pembiayaan menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.

Menurut Undang-Undang  No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, adanya tarif

biaya pelayanan dibenarkan, asalkan setiap institusi pelayanan kesehatan tetap

menjalankan fungsi sosial bagi masyarakat yang tidak mampu. Di Indonesia,

untuk meningkatkan kesehatan rakyatnya yang sebagian besar tidak mampu,

Pemerintah menenentukan tarif yang rendah dan bahkan gratis untuk  beberapa

pelayanan kesehatan. Rumah Sakit sebagai salah satu lembaga  pelayanan

kesehatan agar tetap eksis dalam memberikan pelayanan baik  bagi golongan

yang mampu dan kurang mampu, agar dapat mengambil langkah yang bijak

seperti dengan adanya subsidi silang dari satu  pelayanan kesehatan ke

pelayanan yang lain sehingga misi sosial Rumah Sakit dapat tetap berjalan.

Dalam keanekaragaman pemilihan institusi pelayanan kesehatan yang

ada di negara berkembang termasuk Indonesia, tarif yang ada seringkali

besarnya jauh di bawah unit cost yang sesungguhnya atau tidak sesuai dengan

kemampuan membayar masyarakat sehingga di satu sisi masyarakat tidak

mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

Untuk dapat menetapkan tarif pelayanan yang dapat menjamin total

pendapatan yang lebih rendah dari total pengeluaran, banyak faktor yang  perlu

diperhitungkan, secara umum dapat dibedakan atas 6 (enam) macam, yaitu :

1. Biaya investasi (investment cost)

Biaya investasi yang terpenting adalah biaya pembangunan gedung,

pembelian peralatan medis dan non medis, serta biaya pendidikan dan

pelatihan tenaga pelaksana. Tergantung dari besarnya biaya investasi, break

even point, jangka waktu pengembalian modal (return of investment) serta

perhitungan masa kadaluarsa (depreciation period) maka tarif pelayanan

masing-masing sarana kesehatan dapat berbeda.

2. Biaya kegiatan rutin (operational cost)

Page 15: Ekokes 5 Biaya Produksi

18

Untuk sebuah laboratorium, biaya kegiatan rutin yang dimaksud mencakup

semua biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan  berbagai kegiatan. Jika

ditinjau dari kepentingan pemakai jasa pelayanan, maka biaya kegiatan rutin

ini dapat dibedakan atas dua, yaitu:

a. Biaya untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan

pelayanan kesehatan (direct cost). Mencakup tindakan yang dilakukan

dan peralatan yang digunakan. Semakin sulit tindakan dan semakin

canggih peralatan, maka tarif pelayanan kesehatan tersebut umumnya

lebih tinggi.  

b. Biaya untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan kebu-

tuhan pelayanan kesehatan (indirect cost). Ke dalam biaya ini terma-

suk gaji karyawan, pemeliharaan bangunan dan  peralatan, pemasan-

gan rekening listrik, air dan sebagainya.

3. Biaya rencana pengembangan

Biaya ini mencakup rencana perluasan bangunan, penambahan  peralatan,

penambahan jumlah dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan atau

rencana penambahan jenis pelayanan.

4. Besarnya target keuntungan

Hal ini tergantung dari filosofi yang dianut pemilik laboratorium,  besarnya

target keuntungan yang diharapkan tersebut sangat  bervariasi.

5. Tingkat kemampuan masyarakat

Diukur dengan cara melihat ATP (Ability to Pay) serta WTP (Willingness to

Pay) masyarakat. Bila masyarakat mempunyai kemampuan membayar rendah

dan tingkat utilisasi selama ini rendah, maka sulit bagi sarana kesehatan untuk

menaikkan tarif, apalagi lokasi tidak mendukung (misalnya di daerah terpen-

cil). Setiap penyesuaian tarif, juga harus memperhitungkan seberapa besar

kelompok masyarakat yang kemungkinan tidak akan mampu membeli

pelayanan kesehatan yang menjadi haknya. Tapi bagaimanapun juga, upaya

mobilisasi dana tidak boleh mengganggu aksesibilitas pelayanan kesehatan.

Sebaliknya bila masyarakat masih memiliki consumer surplus maka diharap-

Page 16: Ekokes 5 Biaya Produksi

19

kan kenaikan tarif dengan mempertimbangkan berapa kemampuan dan ke-

mauan membayar masyarakat.

6. Pesaing

Meskipun telah menghitung biaya satuan dan tingkat kemampuan masyarakat,

sarana kesehtaan perlu juga membandingkan tarif pelayanan pesaing yang se-

tara.

2.6 Pengertian Break Event Point

1.1.1. Pengertian Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan

dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan

tidak menderita kerugian. Break Event Point (BEP) menurut para ahli :

a. Definisi analisa break even menurut Schmidgall, Hayes, dan Ninemeier

(2002) adalah “Break even analysis is a management tool that can help

restaurant managers examine the relationship between various costs,

revenues and sales volume. It allows to determine revenue required at any

desired profit level that called Cost-Volume-Profit (CVP) analysis” (p.

169)”. Dengan kata lain memiliki arti : analisa titik impas adalah suatu alat

manajemen yang dapat membantu manajer restoran untuk melihat

hubungan antara bermacam-macam biaya, pendapatan dan volume

penjualan. Melalui analisa titik impas, manajer juga dapat menentukan

jumlah pendapatan yang diperlukan pada suatu tingkat pencapaian laba

yang diinginkan yang juga biasa disebut Analisis Biaya-Volume-Laba

b. Menurut Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar (2000; 114) disebutkan

bahwa: “Break Event Point (titik impas) adala titik yang menunjukkan

tingkat dimana penjualan sama dengan biaya, sehingga pendapatan

sebelum bunga dan pajak sama dengan nol.”

c. Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Juliaty (2002; 140) disebutkan

bahwa: “Titik impas (Break Event Point) adalah titik dmn total biaya sama

Page 17: Ekokes 5 Biaya Produksi

20

dengan total penghasilan.”

Dari berbagai pengertian Break Event Point diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa Break Event Point atau titik impas adalah suatu titik yang menunjukkan

total penghasilan sama dengan total biaya, sehingga pendapatan sebelum bunga

dan pajak dalam satu periode adalah nol.

1.1.2.Analisis Break Event Point (BEP)

a. Menurut Mulyadi (1993, 230) Analisa break even adalah suatu cara untuk

mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita

rugi, tetapi juga belum memperoleh laba yang dengan kata lain labanya

sama dengan nol.

b. Menurut Matz, Usry, dan Hammer (1991, p. 202), Analisa break even

merupakan suatu analisa yang digunakan untuk menentukan tingkat

penjualan dan bauran produk yang diperlukan agar semua biaya yang

terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi, yang mana analisa tersebut

dapat menunjukkan suatu titik dimana perusahaan tidak memperoleh laba

ataupun menderita rugi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Analisis Break Event Point (BEP)

Analisis yang dilakukan ialah analisis break even point, yaitu suatu analisis atau

cara atau teknik yang digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui pada

tingkat atau jumlah produksi dan penjualan berapakah perusahaan tidak akan

mengalami kerugian ataupun memperoleh keuntungan.

1.1.3.Asumsi dan Keterbatasan dalam Break Event Point

Menurut Mulyadi (2002; 260-261) asumsi yang mendasari analisis impas

adalah:

a. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.

Biaya tetap akan selalu konstan dalam kisar volume yang dipakai dalam

perhitungan impas, sedangkan biuaya variable berubah sebanding dengan

perubahan volume penjualan.

b. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat

kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penu-

Page 18: Ekokes 5 Biaya Produksi

21

runan harga jual atau memberikan potongan harga, maka hal ini akan

mempengaruhi hubungan biaya, volume, dan laba.

c. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan. Penambahan

fasilitas produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan

mempengaruhi hubungan biaya, volume, dan laba.

d. Harga factor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan

baku dan tariff upah menyimpang terlalu jauh disbanding dengan data yang

dipakai sebagai dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi

biaya, volume, dan laba.

e. Efisiensi produksi dianggap tidk berubah. Apabila terjadi penghematan bi-

aya karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih ren-

dah atau perubahan metode produksi, maka hal ini akan mempengaruhi bi-

aya, volume, dan laba.

f. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.

g. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.

Sedangkan menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Juliaty (2002; 141)

asumsi-asumsi yang mendasari dan keterbatasa yang dimiliki analisis break

even point adalah:

a. Biaya-biaya yang berkaitan dengan tingkat penjualan saat ini, cukup akurat

dapat dipisahkan dalam elemen biaya variable dan biaya tetap.

b. Analisis ini berasumsi bahwa biaya tetap akan senatiasa tetap selama peri-

ode yang dipengaruhi oleh keputusan yang telah diambil.

c. Biaya variable berubah secara langsung (proporsional) dengan penjualan

selama periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang telah diambil.

d. Analisis tersebut dibatasi pada situasi dimana kondisi ekonomi dan kondisi

lainnya diasumsikan relative stabil.

e. Merupakan pedoman pengambilan keputusan.

1.1.4.Perhitungan BEP (Break Event Point)

Perhitungan BEP dapat dilakuan dengan rumus :

Page 19: Ekokes 5 Biaya Produksi

22

QBEP(u) = TFC / (P-AVC)

Keterangan :

QBEP(u) : Tingkat output dimana keadaan titik impas terjadi

TFC : Biaya tetap total

P : Tarif per unit

AVC : Biaya variabel per unit

QBEP(sales) = TFC / [1-(AVC/P)]

Keterangan :

QBEP(sales) : Tingkat penjualan dimana keadaan titik impas terjadi

TFC : Biaya tetap total

P : Tarif per unit

AVC : Biaya variabel per unit

1.1.5.Jenis Break Even Point (BEP)

a) Break Even Chart

Suatu peta yang menggambarkan grafik yang terdiri atas kurva jumlah

seluruh biaya (tetap dan variabel) dan kurva pendapatan pada tiap tingkatan

produksi, perpotongan kedua  kurva adalah “titik kembali pokok” (titik

yang berpotongan dari 2 garis lurus yang sama besar wilayahnya).

b) Break Even Equation

Suatu persamaan yang dinyatakan dengan rumus :

Penjualan pada titik kembali pokok   =    FC

1- Pct VC

Keterangan   :

FC          =  biaya tetap

Pct VC    =  Persentase biaya variabel terhadap penjualan

c) Break Even Function

Fungsi kembali pokok yang dirumuskan  sebagai berikut :

FC . S       = ( 1 – VC )

Keterangan   :

Page 20: Ekokes 5 Biaya Produksi

23

S       =  Jumlah penjualan

FC    =  Biaya tetap

VC    =  Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang diharapkan.

2.7 Cost Recovery Rate

Cost Recovery Rate adalah nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya

kemampuan pelayanan kesehatan menutup biayanya (cost) dibandingkan

dengan penghasilan yang didapatkan (revenue). Proses ini menghasilkan

seberapa besar subsidi yang dikeluarkan kepada pasien. Berikut ini cara

perhitungan untuk mengetahui CRR:

Cost Recovery Rate =

CRR per unit =

CRR per pasien =

Tujuan dari perhitungan CRR dapat digunakan sebagai indikator kinerja

keuangan sebuah perlayanan kesehatan dalam mengidentifikasi keadaan untung

atau ruginya pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaannya, CRR berfokus pada

kemampuan pelayanan kesehatan menutup biaya operasionalnya, jika dalam

perhitungan CRR didapat hasil melebihi seratus persen, maka hasil tersebut

memiliki arti bahwa pelayanan kesehatan tersebut telah mampu menutup biaya

operasionalnya dengan penghasilan yang didapat dari pasien atau konsumen,

selain itu nilai surplus tersebut menyatakan keuntungan yang didapat oleh

pelayanan kesehatan tersebut, jika terjadi defisit atau tidak sampai seratus

persen, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan kesehatan tersebut

merugi.

2.8 Perhitungan biaya penyusutan (Depreciation)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai biaya investasi dan

Page 21: Ekokes 5 Biaya Produksi

24

biaya penyusutan, dimana biaya penyusutan (depreciation cost), adalah biaya

yang timbul akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi (asset) sebagai

akibat penggunaannya dalam proses produksi. Setiap barang investasi yang

dipakai dalam proses produksi akan mengalami penyusutan nilai, baik karena

makin usang atau karena mengalami kerusakan fisik. Untuk menghitung biaya

tersebut di atas harus diketahui terlebih dahulu umur ekonomis dari peralatan

tersebut.

Turunnya nilai modal dilakukan dengan pengurangan nilai penyusutan

yang sama besar sepanjang umur ekonomis dari peralatan. Contohnya adalah

sebagai berikut.

“Sebuah CT Scan dengan harga pokok Rp. 50.000.000,- menyusut

(depresiasi), umur ekonomis dari peralatan 5 tahun.” Hitunglah biaya

penyusutan

Perhitungan :

Biaya penyusutan = Harga barang / umur ekonomis barang

= Rp. 50.000.000,- / 5 tahun

= Rp. 10.000.000,-

Jadi, biaya penyusutan untuk sebuah CT scan setiap tahunnya adalah

10.000.000,-

Page 22: Ekokes 5 Biaya Produksi

25

BAB 3

STUDI KASUS

3.1 Contoh Perhitungan Biaya Produksi

3.1.1 Klasifikasi Biaya

No Unsur Biaya Biaya

Klasifikasi biayaKlasifikasi Biaya

 Skala Produksi Lama Penggunaan   

Fixed CostVariabel

Cost Direct CostIndirect

CostInvestment

CostOperational

Cost

1 Gedung 380.000.000/20 19.000.000 19.000.000 19.000.000

2 Alat medis 15.000.000/5 3.000.000 3.000.000 3.000.000

3Alat non medis 75.000.000/5 15.000.000 15.000.000 15.000.000

4Gaji direksi dan staf 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000

5Gaji petugas rawat inap 180.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000

6Biaya makan pegawai 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000

7 Laundry 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000

8Bahan medis habis pakai 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000

9 Listrik 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000

10. Air 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000

11.Biaya bahan linen 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000

12. ATK 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000

13.

Insentif jasa medis dan perawatan 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000

14.

Insentif direksi dan staf 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000

15.Pemeliharaan gedung 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000

16.Pemeliharaan Alat Medis 2.100.000 2.100.000 2.100.000 2.100.000

17.

Pemeliharaan Alat Non Medis 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

  TOTAL 317.000.000 286.100.000 455.000.000 148.100.000 37.000.000 566.100.000

 TOTAL COST

603.100.000 603.100.000 603.100.000

Page 23: Ekokes 5 Biaya Produksi

26

3.1.2 Perhitungan Biaya Penyusutan

a. Perhitungan Biaya Penyusutan Gedung

Biaya penyusutan tahunan gedung yang dikeluarkan oleh RS X dapat

menggunakan metode garis lurus yaitu (cost – nilai residu)/umur. Masa pakai

gedung yaitu selama 20 tahun. Nilai residu untuk gedung RS X dianggap 0 maka,

biaya penyusutan tahunan gedung X yaitu (Rp380.000.0000 – 0) : 20 tahun =

Rp19.000.000,00

b. Perhitungan Biaya Penyusutan Peralatan Medis

Biaya penyusutan tahunan peralatan medis yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit X

untuk pelayanan rawat inap dapat menggunakan metode garis lurus yaitu (cost –

nilai residu)/umur. Masa pakai peralatan medis yaitu selama 5 tahun. Nilai residu

untuk peralatan medis RS X dianggap 0 maka, biaya penyusutan tahunan peralatan

medis RS X yaitu (Rp15.000.0000 – 0) : 5 tahun = Rp3.000.000,00.

c. Perhitungan Biaya Penyusutan Peralatan Non Medis

Biaya penyusutan tahunan peralatan non medis yang dikeluarkan oleh Rumah

Sakit X untuk pelayanan rawat inap dapat menggunakan metode garis lurus yaitu

(cost – nilai residu)/umur. Masa pakai peralatan non medis yaitu selama 5 tahun.

Nilai residu untuk peralatan medis RS X dianggap 0 maka, biaya penyusutan

tahunan peralatan medis RS X yaitu (Rp75.000.0000 – 0) : 5 tahun =

Rp15.000.000,00

3.1.3 Perhitungan Biaya Satuan Rata-rata (Average Cost)

Berikut ini contoh perhitungan biaya satuan di pelayanan rawat inap RS.X.

Sebelum melakukan perhitungan pada masing-masing kegiatan diperlukan data hasil

aktivitas di RS.X dan pelayanan rawat inap dengan hasil identifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.2 Aktivitas Ruang Rawat Inap RS.X Tahun 2013

Page 24: Ekokes 5 Biaya Produksi

27

No. Jenis aktivitas Jumlah1. Jumlah pasien rawat inap 1.9892. Jumlah kamar rawat inap 303. Jumlah hari rawat inap 4.765

No. Unsur Biaya Biaya (Rp) Hari rawat UC (Rp)

1. Depresiasi Gedung 19.000.000 4.765 3.987,408

2. Depresiasi Alat medis 3.000.000 4.765 629,59

3. Depresiasi Alat non medis 15.000.000 4.765 3.147,95

4. Gaji direksi dan staf 100.000.000 4.765 20.986,36

5. Gaji petugas rawat inap 180.000.000 4.765 37.775,45

6. Biaya makan pegawai 6.000.000 4.765 1.259,18

7. Laundry 12.000.000 4.765 2.518,36

8 Bahan medis habis pakai 10.000.000 4.765 2.098,63

9. Listrik 60.000.000 4.765 12.591,82

10. Air 20.000.000 4.765 4.197,27

11. Biaya bahan linen 5.000.000 4.765 1.049,318

12. ATK 1.000.000 4.765 209,86

13. Insentif jasa medis dan perawatan

125.000.000 4.765 26.232,95

14. Insentif direksi dan staf 38.000.000 4.765 7.974,81

15. Pemeliharaan gedung 5.000.000 4.765 1.049,32

16. Pemeliharaan Alat Medis 2.100.000 4.765 440,71

17. Pemeliharaan Alat Non Medis

2.000.000 4.765 419,73

Total Cost 603.100.000 4.765 126.568,7

Tabel 3.3 Perhitungan Biaya Satuan Rata-Rata di Ruang Rawat Inap RS.X Tahun

2014

3.1.4 Perhitungan Biaya Satuan (Unit Cost)

a. Unit Cost Aktual

Page 25: Ekokes 5 Biaya Produksi

28

UCa = TC/Q

= Rp. 603.100.000 / 4.765

= Rp.126.568,7

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa biaya satuan aktual yang harus

dikeluarkan oleh pelayanan rawat inap di RS.X per hari rawat inap sebesar Rp.

126.568,7

b. Unit Cost Normatif

Berdasarkan Tabel 3.1 yang menjelaskan rincian biaya total berdasarkan

klasifikasi di Pelayanan Rawat Inap RS.X Tahun 2013, diketahui biaya tetap sebesar

Rp. 317.000.000 dan biaya variabel sebesar Rp. 286.100.000. Diasumsikan kapasitas

hari rawat inap sebesar 6.300 hari rawat, maka biaya satuan normatif dapat dihitung

sebagai berikut:

UCn = TFC/Q cap + TVC/Q ac

= Rp. 317.000.000 /6.300 + Rp. 286.100.000/4.765

= Rp. 50.317,46 + Rp. 60.041,97

= Rp. 110.359,43

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa biaya satuan normatif yang

diperlukan oleh pelayanan rawat inap di RS.X per hari rawat inap menurut kapasitas

dan utilisasinya sebesar Rp. 110.359,43

3.1.5 Contoh Perhitungan BEP dan CRR

a. Perhitungan BEP

Titik impas (break even point) adalah sebuah titik dimana biaya atau

pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat

kerugian atau keuntungan. BEP yang dapat dihitung dari ketersediaan data

yang ada dalam penelitian yaitu jumlah pasien yang dapat dilayani agar biaya

pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang.

Pada kasus diatas, harga per hari inap Rp. 150.000,00, maka nilai BEP

dalam unit:

QBEP(u) = TFC / (P-AVC)

Page 26: Ekokes 5 Biaya Produksi

29

= Rp. 317.000.000 / (Rp.150.000 – Rp. 60.041,97)

= Rp. 317.000.000 / Rp. 89.958,03

= 3.523,8 ~ 3.524 hari inap

Sedangkan untuk BEP dalam penjualan (sales):

QBEP(sales) = TFC / [1-(AVC/P)]

= Rp. 317.000.000 / [1 – (Rp. 60.041,97/Rp.150.000)]

= Rp. 317.000.000 / [1 – 0,40]

= Rp. 317.000.000 / 0,60

= Rp. 528.333.333,33

Jadi, dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pada ruang rawat inap di

RS.X mencapai titik impas jika ruang VIP nya telah terpakai sebanyak 3.524

hari rawat inap atau tingkat penjualannya telah menerima uang sebanyak Rp.

528.333.333,33

b. Perhitungan CRR

Contoh perhitungan CRR di ruang rawat inap RS.X sebagai berikut :

TR : Total Revenue = P x Q

= Rp 150.000 x 4.765

= Rp 714.750.000

Cost Recovery Rate = (TR/ TC) x 100 %

= (Rp 714.750.000/ Rp 603.100.000) x 100%

= 118,5%

Dari perhitungan tersebut diatas dapat diketahuai bahwa ruang rawat

inap di RS.X memiliki kemampuan keuangan yang baik karena CRR yang

diterima jauh melebihi 100%. Namun perhitungan CRR ini tidak bisa

diberlakukan untuk RS X secara keseluruhan karena perhitungan hanya

dilakukan pada unit ruang rawat inap RS.X.

3.2 Analisis Perhitungan

Berdasarkan klasifikasi biaya produksi, didapat total cost berdasar tiap

Page 27: Ekokes 5 Biaya Produksi

30

skala produksi, lama penggunaan, dan aktifitas produksi adalah sama sehingga

dapat dihitung unit cost actual. Unit cost actual merupakan hasil pembagian

Total cost dengan jumlah tindakan tahun 2010, dari perhitungan tersebut

didapat unit cost di kamar operasi sebesar Rp Rp 5.344.551,00. Jadi harga

aktual yang harus dibayarkan per pasien per hari rawat di rawat inap bagian

perawatan anak adalah Rp 5.344.551,00 dan tarif yang ditetapkan rumah sakit

untuk kelas perawatan VIP adalah Rp 8.028.000,00.

Dengan diketahui tarif tindakan appendiktomi akut yang sudah ditentukan

oleh RS. X, dapat dihitung BEP unit, dari perhitungan total fix cost dibagi

dengan price dikurangi AVC, didapat hasil bahwa rumah sakit harus melayani 2

pasien agar modalnya kembali (mencapai titik impas). CRR adalah nilai dalam

persen yang menunjukkan besarnya kemampuan rumah sakit untuk menutupi

biayanya dengan penerimaan dari pembayaran pasien yang dihitung dari

pembagian antara TR unit bersangkutan dengan TC unit bersangkutan dikali

100%.

Hasil perhitungan didapat CRR sebesar 150,2% yang berarti mengalami

surplus. Hasil CRR dapat memberi informasi bahwa rumah sakit mampu

menutupi biaya yang dikeluarkan 100% dan laba yang didapat rumah sakit

sebesar 50,2% per unit.

Page 28: Ekokes 5 Biaya Produksi

31

BAB 4

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Biaya bisa dilihat dari sudut pandang konsumen dan produsen. Biaya

Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan

pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Dalam menganalisis biaya produksi

perlu dibedakan dalam dua jangka waktu, yaitu jangka waktu pendek dan jangka

waktu panjang. Biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya

penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan

penggolongan tersebut.

Tarif dapat berarti harga yang sudah ditentukan oleh perusahaan dengan berbagai

pembebanan biaya didalamnya. Dasar penetapan tarif meliputi Biaya investasi (in-

vestment cost), Biaya kegiatan rutin (operational cost), Biaya rencana pengembangan,

besarnya target keuntungan , tingkat kemampuan masyarakat dan pesaing.

Break Event Point atau titik impas adalah suatu titik yang menunjukkan total

penghasilan sama dengan total biaya atau kondisi di mana perusahaan tidak men-

galami untung dan tidak mengalami kerugian. Jadi dapat dikatakan bahwa perusahaan

yang mencapai titik break event point ialah prusahaan yang telah memiliki kesetaraan

antara modal yang dikeluarkan untuk proses produksi dengan pendapatan produk

yang dihasilkan. BEP ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana

banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima

untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal.

Page 29: Ekokes 5 Biaya Produksi

32

DAFTAR PUSTAKA

Anaonim,__,http://www.academia.edu/3931110/Klp_2_Makalah_analisis_biaya_fixAnonim, 2009, accessed online

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/jasa_pelaksana_pelayanan_di_rs_umum_daerah.pdf

Anonim, ______, http://eprints.uny.ac.id/7902/3/BAB%202-05412144074.pdf

dr. Louisia M, 2014, Penentuan jasa pelayanan laboratorium dalam persiapan

pemberlakuan BPJS di tahun 2014,

http://www.academia.edu/5981657/07._Penentuan_Jasa_Pelayanan_Laborat

orium_dalam_Persiapan_Pemberlakuan_BPJS_Kesehatan_di_Tahun_2014_-

_dr._Louisa_M

Nuraeni, Yuniar. 2012. Pengertian Break Even Point Menurut Para Ahli. Diakses pada

tanggal 21 Oktober 2014. https://ml.scribd.com/doc/76323840/Definisi-

Break - Even - Point >

Sadono Sukirno. 2000. Pengantar Mikroekonomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sulistyorini, Nily, Bendrong Moendiarso. 2012. Analisis Biaya Unit Pelayanan Otopsi

dengan Metode Distribusi Ganda. Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia,

Vol. 14 No. 3. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK

Unair : Surabaya