Makalah-penyuluhan-THALASEMIA
-
Upload
afrilita-putri-yuza -
Category
Documents
-
view
36 -
download
13
description
Transcript of Makalah-penyuluhan-THALASEMIA
![Page 1: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/1.jpg)
THALASEMIA
I. PENDAHULUAN
Saat ini, penyakit thalassemia merupakan penyakit genetika yang paling banyak
di Indonesia. Frekuensinya terus meningkat dengan penderita sekitar 2000 orang per
tahun. Walupun begitu, masyarkat tidak menaruh perhatian yang cukup besar terhadap
penyakit yang sudah menjadi salah satu penyakit genetika terbanyak ini. Hal ini
disebabkan karena gejala awal dari penyakit sangat umum seperti anemia dan muntah-
muntah. Padahal gejala akhir yang ditimbulkan akan sangat fatal jika tidak ditangani
secara akurat, cepat, dan tepat.
Thalasemia merupakan penyakit keturunan yang paling banyak di dunia, termasuk
Indonesia. Insiden pembawa sifat Thalasemia di Indonesia berkisar antara 3-8%, artinya
dari setiap 100 orang 3-8 orang adalah pembawa sifat Thalasemia. Insiden pembawa sifat
ini berbeda-beda dari satu provinsi ke provinsi lain. Yang tertinggi, Palembang; 10%,
menyusul kemudian Makassar; 7.8%, Ambon; 5.8%, Jawa; 3-4%, Sumatera Utara, 1-
1.5%. Untuk Jawa wilyah Jawa barat merupakan daerah tertinggi kedua penderita
Thalasemia setelah Jakarta.
Thalasemia merupakan penyakit yang belum bisa disembuhkan 100 persen.
Penyakit ini ditandai dengan anemia atau kekurangan darah berat akibat kerusakan sel
darah merah. Padahal sel darah merah berfungsi mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh.
Dengan kekurangan oksigen maka seluruh organ tubuh tidak bekerja baik. Yang paling
fatal tentu saja organ jantung. Kondisi macam ini bisa ditanggulangi dengan cara tranfusi
darah. Malangnya, kendati terus melakukan tranfusi ditambah obat-obat lain, harapan
hidup pasien talasemia hanya bisa mencapai 30-40 tahun. Bahkan tanpa tranfusi, pasien
cuma bertahan di bawah 10 tahun pertama dalam hidupnya. Metode tranfusi sendiri,
menurut Iswari, memberi efek negatif kalau terus-menerus dilakukan dalam jangka
panjang. Penanganan terhadap penderita dua jenis thalasemia tersebut tentu saja berbeda.
Namun, semua penderita thalasemia dilarang melakukan segala aktivitas yang menguras
tenaga. Pasien yang menjalani perawatan harus memenuhi beragam pengobatan dengan
biaya yang jelas tak murah. Seperti biaya transfusi darah, peralatan, perawatan, obat, dan
keperluan lain, seperti menyewa atau membeli alat pompa infus. Setiap tahun, seorang
pasien bisa menghabiskan biaya sampai Rp 300 juta. Thalasemia, penyakit yang
![Page 2: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/2.jpg)
memerlukan transfusi darah seumur hidup. Oleh karena itu kami tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut tentang thalasemia.
II. THALASEMIA
A. Pengertian Thalasemia
Thalasemia merupakan suatu kelainan darah. Darah merupakan bagian dari
tubuh kita. Ia dipompa berputar dalam tubuh oleh jantung , dan ia beredar dalam
pembuluh darah yang menyebar diseluruh tubuh . Pembuluh darah itu adalah (1)
pembuluh arteri, (2) pembuluh kapiler, dan (3) pembuluh vena .
Darah terbentuk dari suatu cairan kuning yang ringan - -yang disebut plasma--
dan tiga jenis "sel" (lihat Gambar 2). Sesungguhnya, seluruh tubuh kita ini dibentuk dari
blok- blok bangunan kecil yang disebut sel, yang terlalu kecil untuk dilihat. Di dalam
banyak jaringan, sel-sel itu tetap bersatu, namun di dalam darah, sel-sel ini mengambang
dan bergerak bebas di dalam
plasma. Ada 3 jenis sel darah:
(1) sel darah merah, (2) sel darah
putih dan (3) sel darah pembeku /
keping keping darah (platelets).
Haemoglobin mengambil
oksigen dari udara di dalam paru-
paru, dan pada gilirannya
membawa oksigen ini ke jaringan
tubuh, dan melepaskannya. Untuk hidup, jaringan tubuh perlu bernafas, sehingga jaringan
![Page 3: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/3.jpg)
tubuh itu memerlukan oksigen. Sel darah merah yang baru selalu dibuat setiap saat di
dalam sumsum tulang. Mereka hanya hidup sekitar 120 hari. Kemudian sel darah merah
ini akan dihancurkan di dalam limpa.
Thalasemia sungguh berbeda dari “anemia kekurangan zat besi”. Thalasemia Itu
merupakan “anemia warisan/turunan” dan tidak bisa diobati dengan obat manapun.
Anemia dapat diukur dengan mengukur jumlah haemoglobin yang ada di dalam darah.
Jadi, Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan
kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal
(120 hari). Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami gejala anemia diantaranya
pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi
berulang. Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein
yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya.
Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah
merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi.Apabila produksi hemoglobin
berkurang atau tidak ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan
fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak
mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal. Thalasemia adalah sekelompok
penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu
dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin (Ganie, 2004).
B. Penyebab Thalasemia
Thalasemia merupakan penyakit anemia (kekurangan sel darah merah) dimana
terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur sel darah
merah menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Penyebab kerusakan tersebut karena
![Page 4: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/4.jpg)
hemoglobin yang tidak normal dan kelainan hemoglobin ini karena adanya gangguan
pembentukan yang disebabkan oleh :
a. Gangguan struktur pembentukan hemoglobin
b. Gangguan jumlah rantai globin seperti pada talasemia
(Ngastiyah , 2005)
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin yang diperlukan dalam
pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk
menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika
hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak
menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini (Ganie, dkk, 2004).
C. Jenis-jenis Thalasemia
Secara klinis, terdapat tiga jenis thalasemia, yakni :
1. Thalasemia mayor : seseorang memiliki 2 gen cacat
Thalasemia mayor merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar
hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa
menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak
dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi
darah untuk memperpanjang hidupnya.
Penderita thalasemia mayor
akan tampak normal saat lahir, namun
di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat
adanya gejala anemia. Selain itu, juga
bisa muncul gejala lain seperti jantung
berdetak lebih kencang dan facies
cooley. Faies cooley adalah ciri khas
thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol
akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan
hemoglobin.
![Page 5: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/5.jpg)
Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus.
Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani transfusi darah dan
pengobatan seumur hidup. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-
lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat penyakitnya,
kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah.
2. Thalasemia Intermediate
Pasien dengan Thalassemia intermedia menunjukkan kelainan antara
Thalassemia mayor dan minor. Pasien biasanya hidup normal tetapi dalam keadaan
tertentu seperti infeksi berat atau kehamilan memerlukan tindakan transfusi darah.
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada Thalasemia
mayor, anemia sedang (hemoglobin 7 – 10,0 g/dl) . Gejalanya antara lain deformitas
tulang, hepatomegali dan splenomegali, eritropoesis ekstra medular dan gambaran
kelebihan beban besi nampak pada masa dewasa.
3. Thalasemia minor/ pembawa sifat : seseorang memiliki 1 gen cacat
Thalasemia minor atau disebut juga thalasemia trait/ bawaan adalah orang-
orang yang sehat, namun berpotensi menjadi carrier atau pembawa thalasemia.
Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan
thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak mereka
menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit
thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia,
lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan.
Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup
penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya.
![Page 6: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/6.jpg)
D. Gejala Thalasemia
Penderita thalasemia akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka
pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang.
Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat,
misalnya bisa terjadi sakit kuning luka terbuka di kulit (borok), batu empedu dan
pembesaran limpa. Anak-anak yang menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan
mencapai masa remaja lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal.
Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi.
Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat,
misalnya beta-thalasemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit
(ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif
bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah.
Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah.
![Page 7: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/7.jpg)
Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka
kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya
bisa menyebabkan gagal jantung. Oleh karena itu, untuk memastikan seseorang
mengalami thalasemia atau tidak, dilakukan dengan pemeriksaan darah. Gejala
thalasemia dapat dilihat pada anak usia kurang dari 1 tahun. Satu-satunya perawatan
dengan tranfusi darah seumur hidup. Jika pasien telah sering mendapat transfusi darah
kulit menjad kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit.
E. Mekanisme Penurunan Thalasemia
1. Jika kedua orang tua tidak menderita thalasemia trait/ bawaan, maka tidak mungkin
mereka menurunkan thalasemia trait/ bawaan atau thalasemia mayor kepada anak-
anak mereka. Semua anak mereka akan mempunyai darah normal.
2. Apabila salah seorang dari orang tua menderita thalasemia trait/ bawaan, sedangkan
yang lain tidak maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak
mereka akan menderita thalasemia trait/bawaan, tetapi tidak seseorang diantara anak-
anak mereka thalasemia mayor.
3. Apabila kedua orang tua men-derita thalasemia trait/ bawaan, maka anak-anak mereka
50% mungkin akan menderita thalasemia trait/ bawaan atau 25 % mungkin juga
memiliki darah normal, atau mereka mungkin 25% menderita thalasemia mayor.
![Page 8: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/8.jpg)
4. Apabila salah seorang dari orang tua menderita thalasemia mayor, sedangkan yang
lain normal, maka kemungkinan bahwa setiap anak-anak mereka menderita
thalasemia trait/bawaan.
5. Apabila salah seorang dari orang tua menderita thalasemia mayor, sedangkan yang ain
menderita thalasemia trait/bawaan, kemungkinan 50% anak mereka menderita
thalasemia mayor sedangkan 25% akan menderita thalasemia trait/bawaan.
F. Pemeriksaan Thalasemia
Diagnosis thalasemia beta ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan
gambaran klinis. Pemeriksa hematologi mengungkapkan perubahan yang khas pada sel
darah merah (yaitu, mikrositosis, hipokromia, anisositosis, poikilositosis, sel-sel target
dan basophilic stipling [bercak-bercak berbentuk batang] pada berbagai stadium). Kadar
Hb dan hematocrit (Ht) yang rendah terlihat pada anemia berat, walaupun kedua angka
tersebut secara khas lebih rendah dibandingkan angka penurunan jumlah eritrosis karena
proliferasis eritrosis yang imatur. Hasil pemeriksa elektroforesis Hb akan memastikan
diagnosis, dan foto ronsen/radiograf tulang yang terkait akan mengungkapkan gambaran
yang khas.
Klasifikasi secara klinis dibagi menjadi lima kategori sebagai berikut:
(1) Silent carrier β thalasemia: pasien biasanya tidak memiliki gejala.
(2) β thalasemia trait: pasien mengalami anemia ringan, sel darah merah abnormal, Hb
abnormal, pada pemeriksaan darah perifer biasanya ditemukan hipochrom dan
microcytosis.
(3) Thalasemia intermedia: kondisi ini biasanya berhubungan dengan keadaan
heterozygote yang menghasilkan anemia tetapi tidak mengalami ketergantungan transfusi
darah.
(4) β thalasemia berhubungan dengan variasi struktur dari rantai β.
(5) Thalasssemia β mayor (Cooley anemia): pada kondisi ini memerlukan transfusi darah
yang terus menerus, splenomegali yang berat, deformitas dari tulang dan keterlambatan
pertumbuhan. Hasil pemeriksaan darah tepi pada pasien ditemukan hypocromic
macrocytes, polychromasia, leukostes yang immatur.
Diagnosis pranatal tersedia dengan menggunakaan DNA (vili korionik atau cairan
amnion) maupun darah janin. DNA fetal biasanya diamplifikasi dengan menggunakan
![Page 9: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/9.jpg)
reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction, PRC) dan mutasi DNA deteksi. Jika
janin terkena dengan parah, pasangan tersebut harus melakukan konsultasi, dan terminasi
kehamilan, jika perlu, bisa ditawarkan.
G. Yang terjadi jika thalasemia tidak dirawat dengan benar
a. Tumbuh Kembang
Anemia yang lama memberikan dampak pada proses tumbuh kembang, karenanya
diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.
b. Gangguan jantung, hepar dan endokrin
Anemia yang lama dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan fungsi
jantung (gagal jantung), hati (gagal hati), gangguan endokrin (diabetes melitus) dan
patah tulang.
![Page 10: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/10.jpg)
H. Upaya Pencegahan Thalasemia
a. Melakukan skrining test pembawa sifat thalasemia
Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa
kemungkinan membawa sifat thalassemia beta. Karena frekuensi pembawa sifat
thalassemia di Indonesia berkisar antara 6 – 10%, artinya setiap 100 orang ada 6
sampai 10 orang pembawa sifat thalassemia beta. Tetapi bila ada riwayat seperti di
bawah ini, pemeriksaan pembawa sifat thalassemia sangat dianjurkan:
1) Ada saudara sedarah menderita thalassemia.
2) Kadar hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl, walaupun sudah minum
obat penambah darah seperti zat besi.
3) Ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb
normal.
b. Konsultasi kesehatan pra nikah
Setiap pasangan yang hendak melangsungkan pernikahan diperiksa untuk
mengetahui apakah mereka mempunyai thalasemia bawaan atau pembawa sifat
atau tidak. Jika hanya salah satu di antara pasangan itu yang mengidapnya, tidak
berbahaya. Tapi jika keduanya pembawa sifat, dampaknya akan sangat berbahaya
bagi keturunan mereka kelak. Konsultasi pranikah itu penting untuk mendeteksi
ada atau tidaknya thalasemia bawaan atau pembawa sifat pada diri pasangan yang
hendak menikah.
![Page 11: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/11.jpg)
c. Menjalani penyaringan bagi mereka yang mempunyai sejarah keluarga menghidap
thalasemia.
d. Deteksi pra kelahiran
- Diagnosis prenatal / pra kelahiran melalui beberapa tahap. Tahap pertama
adalah pemeriksaan ibu janin yang meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap
dan analisis hemoglobin. Bila ibu dinyatakan pembawa sifat thalassemia beta
maka pemeriksaan dilanjutkan ke tahap kedua yaitu suami diperiksa darah tepi
lengkap dan analisis hemoglobin. Bila suami juga membawa sifat thalassemia,
maka suami-istri ini diperiksa DNAnya untuk menentukan jenis kelainannya
pada gen globin beta.
- Selanjutnya diambil jaringan janin (villi choriales atau jaringan ari-ari) pada
saat janin berumur 10-12 minggu untuk diperiksa DNAnya. Bila janin ternyata
hanya membawa satu belah gen thalassemia beta, maka kehamilan dapat
diteruskan dengan aman. Tetapi bila janin ternyata membawa kedua belah gen
thalassemia yang artinya janin akan menderita thalassemia beta, maka
penghentian kehamilan dapat menjadi pilihan.
I. Perawatan Sehari-hari Thalasemia
a. Perawatan Di Rumah
1) Pengaturan aktivitas dan istirahat
Anak thalasemia harus dapat mengatur aktivitas dan istirahatnya agar tetap
seimbang, karena apabila beraktivitas terlalu banyak dan kurang istirahat akan
memepengaruhi kadar Hb dalam daarah, yang pada akhirnya mempengaruhi
keadaan kesehatannya secara umum.
![Page 12: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/12.jpg)
Contohnya anak tidak boleh terlalu capek, anak tidak boleh berlari, tidur siang
yang cukup, tidak boleh menggunakan tenaga terlalu banyak.
2) Pengaturan diet ( makanan/minuman)
Pengaturan diet, makanan/minuman pada pasien thalasemia terutama
bertujuan untuk mengurangi penambahan zat besi yang sudah banyak dalam
tubuh pasien thalasemia. Contohnya: hindari makanan yang mengandung zat
besi tinggi seperti hati ayam, daging sapi, paha ayam, hindari makanan yang
mengandung bahan pengawet, pemanis buatan dan minuman yang berwarna.
Dan makanan yang dianjurkan diantara lain: susu, telur, minum teh sebelum
atau sesudah makan.
3) Pencegahan infeksi
Anak thalasemia diharapkan agar tidak sampai terkena penyakit, terutama
penyakit infeksi. Hal ini disebabkan karea penyakit tambahan akan sangat
mempengaruhi kondisi tubuh pasien thalasemia.
Memberikan vitamin c
Memberi makanan yang bergizi
Segera membawa anak ke pelayanan kesehatan jika anak sakit
b. Perawatan Di rumah Sakit
1) Transfusi Darah
Untuk lebih tepatnya, perawatan ini bukanlah tranfusi darah, tetapi tranfusi
sel-sel darah merah. Penderita thalasemia hanya kekurangan sel darah merah, mereka
![Page 13: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/13.jpg)
dapat membuat komponen darah yang lain dengan cukup normal. Tranfusi darah
harus dirancang untuk memelihara tingkat-Hb si anak dalam cakupan yang normal. Si
anak menjadi sakit karena tingkat-Hbnya yang rendah. Jadi jelas agar si anak menjadi
baik tingkat-Hbnya haruslah normal. Tingkat-Hb normal untuk wanita dan anak anak
adalah 77- 100% (11-14 g/dl) . Jadi penderita thalasemia seharusnya di tranfusi ketika
tingkat Haemoglobinnya sekitar 70% (10 g/dl), dan seharusnya dinaikkan ke sekitar
100% (14 g/dl). Untuk melakukan ini pada awalnya diperlukan pemberian tranfusi
sekitar 4 minggu sekali. Hingga saat ini, beberapa dokter menyarankan tranfusi pada
tingkat-Hb 42% (6 g/dl) dan hanya menaikkan Hb- nya ke sekitar 70% (10 g/dl).
Keadaan ini disebut “skema tranfusi-rendah” karena tingkat- Hb pasien tidak pernah
masuk dalam cakupan normal. Bagaimanapun juga, skema ini tidak memelihara si
anak menjadi kuat. Mereka tidak tumbuh sebaik anak yang lain, mereka biasanya
mendapat limpa dan hati yang besar, dan mereka dapat memperoleh masalah lain
seperti kelainan bentuk tulang, atau tulang rapuh yang mudah patah. Sedikit anak
pada skema tranfusi-rendah hidup cukup lama untuk tumbuh. Skema tranfusi-tinggi
yang disarankan disini menghindari kebanyakan dari masalah masalah tersebut dan
telah digunakan selama bertahun-tahun di negara negara barat. Terdapat tiga alasan
untuk memilih tranfusi-tinggi:
a. Mengoreksi keadaan anemia, dan memastikan bahwa jaringan tubuh
memperoleh jumlah oksigen yang cukup.
b. Mengistirahatkan sumsum tulang sehingga tulang tulang berkembang secara
normal dan menjadi kuat, dan wajah berpenampakan normal.
c. Memperlambat, atau mencegah, pembesaran ukuran limpa sehingga mencegah
hipersplenisme.
2) Perawatan desferal
Setiap 400 ml darah yang ditranfusikan mengan-dung sekitar 200 mg zat besi.
Di Amerika serikat, Sel-sel darah merah yang telah dipisahkan dari darah (Pack red
cells, disingkat PRC) mengandung 200 mg untuk setiap 200-250 ml PRC. Zat-zat besi
ini tak bisa dikeluarkan dari darah karena merupakan bagian dari haemoglobin, yang
diperlukan tubuh. Dengan kemampuannya sendiri, tubuh hanya dapat mengeluarkan
sedikit jumlah zat besi, sehingga jika kita mendapat tranfusi secara teratur, zat besi
berangsur angsur menumpuk dalam tubuh kita. Zat besi ini tersimpan dalam organ
tertentu, khususnya pada hati, jantung, dan kelenjar endokrin. Tubuh kita dapat
menyimpan banyak zat besi dengan aman, namun pada akhirnya zat besi itu dapat
![Page 14: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/14.jpg)
merusak organ organ tempat penyimpannannya. Terdapat obat yang dapat mengambil
zat besi tersebut, dan membawanya keluar dari tubuh dalam tinja dan air seni. Pada
saat ini, Satu satunya yang digunakan secara teratur adalah desferrioxamine, yang
disebut “Desferal”. Jika kita menggunakan desferal secara teratur, kita dapat
menurunkan jumlah zat besi dalam tubuh sampai ke tingkat yang aman. Satu
miligram adalah seperseribu gram. Satu gram adalah seperseribu kilogram, jadi satu
miligram adalah sepersejuta kilogram. Itu tidak banyak, namun dapat bertambah terus
dengan waktu.
3) Bedah Splenektomi
Ketika limpa menjadi terlalu aktif dan mulai menghancurkan sel-sel darah
merah, transfusi menjadi semakin dan terus semakin kurang efektif. Kemudian
menjadi perlu suatu pembedahan untuk mengangkat limpa tersebut. Operasi ini
disebut splenektomi.
J. Tindakan yang harus dilakukan
a. Bila anak pucat, segera bawa ke rumah sakit atau layanan kesehatan terdekat
b. Beri anak makanan yang bergizi sesuai dengan PUGS (Pedoman Umum Gizi
Seimbang)
c. Pantau aktivitas anak, jangan sampai beraktivitas berlebihan
d. Pastikan seimbang antara istirahat dan aktivitas anak
e. Beri anak multivitamin untuk menjaga daya tahan tubuh
f. Ingatlah bahwa thalasemia itu seumur hidup. Oleh karena itu, kita perlu
memandang ke depan dan merencanakan perawatan si anak dengan penuh hati hati,
supaya mendapatkan hasil yang terbaik dalam jangka panjang. Dengan perawatan
modern terdapat harapan nyata bagi penderita thalasemia untuk mendapat
kepastian hidup yang lama dan hidup yang berguna. Dan akan ada waktu untuk
memperoleh banyak kemajuan dalam cara perawatan.
J. DAFTAR PUSTAKA
Abdul, dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Ashariati A. Thalasemia. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM,
![Page 15: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/15.jpg)
Setiati S (Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; 2006, Jilid II Ed IV.p 720-
22.
Dewi, A. 2005. Hematologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Ganie, dkk. 2004. Kajian DNA Thalasemia di Medan. Medan: USU Press
Hoffband, A, dkk, 2005.Kapita selekta Hematologi. Jakarta : EGC
Mansjoer, arif, dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran E d i s i k e - 3 J i l i d 2 .
Media Aesculapius Fkul.
Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson.2005.Patofisiologi.Jakarta:EGC.
Sachrim, Rosa M. 2004 . Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal
Publishing.
Supardiman, I, 2002. Hematologi Klinik. Penerbit alumni bandung.
![Page 16: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/16.jpg)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Thalasemia
Hari/Tanggal : Rabu, 8 April 2015
Waktu Pertemuan : 45 menit
Tempat : Pukesmas Belimbing
Sasaran : Pasien, keluarga pasien dan pengunjung
Metode : Ceramah dan Tanya jawab
Presentator : Afrilita Putri Yuza
A. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang
penyakit Thalasemia.
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah pemberian penyuluhan ini diharapkan peserta akan mampu :
a. Menjelaskan pengertian penyakit Thalasemia
b. Menjelaskan penyebab penyakit Thalasemia
c. Menjelaskan gejala penyakit Thalasemia
d. Menjelaskan yang terjadi jika penyakit Thalasemia tidak dirawat dengan benar
e. Menjelaskan perawatan sehari-hari penyakit Thalasemia
f. Menjelaskan upaya pencegahan penyakit Thalasemia
g. Menjelaskan tindakan yang dilakukan berhubungan dengan penyakit Thalasemia
B. SUB POKOK BAHASAN
1. Pengertian penyakit Thalasemia
2. Penyebab penyakit Thalasemia
3. Gejala penyakit Thalasemia
4. Yang terjadi jika penyakit Thalasemia tidak dirawat dengan benar
5. Perawatan sehari-hari penyakit Thalasemia
6. Upaya Pencegahan penyakit Thalasemia
7. Tindakan yang harus dilakukan berhubungan dengan penyakit Thalasemia
![Page 17: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/17.jpg)
C. KEGIATAN
NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
1. 5 menit PEMBUKAAN
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan topik, waktu dan
tujuan penyuluhan
Menjawab
Mendengar
Mendengarkan dan
memperhatikan
2. 25 menit KEGIATAN INTI
Menggali pegetahuan peserta
mengenai penyakit Thalasemia
Menonton video mengenai
penyakit Thalasemia
Menjelaskan pengertian penyakit
Thalasemia
Menjelaskan penyebab penyakit
Thalasemia
Menjelaskan gejala penyakit
Thalasemia
Memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya
Memberikan kesempatan peserta
lain untuk menjawab
Memberikan reinforcement
Menjelaskan yang terjadi jika
penyakit Thalasemia tidak dirawat
dengan benar
Menjelaskan perawatan sehari-hari
penyakit Thalasemia
Menjelaskan upaya pencegahan
penyakit Thalasemia
Menjelaskan tindakan yang
dilakukan berhubungan dengan
penyakit Thalasemia
Memperhatikan
Memperhatikan
Mengajukan pertanyaan
Mengemukakan
pendapat
Mendengarkan
Memperhatikan
![Page 18: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/18.jpg)
Memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya
Memberikan kesempatan peserta
lain untuk menjawab
Memberikan reinforcement
Mengajukan pertanyaan
Mengemukakan
pendapat
Mendengarkan
3. 15 menit PENUTUP
Bersama peserta menyimpulkan
atau merangkum kembali apa yang
telah disampaikan
Mengevaluasi pengetahuan peserta
tentang materi yang telah
disampaikan
Penyerahan/ pembagian leaflet
Melakukan terminasi
Memberi salam untuk menutup
pertemuan
Bersama-sama
menyimpulkan
Menjawab pertanyaan
Menerima leaflet
Memperhatikan dan
mendengarkan
menjawab salam
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. MEDIA/ALAT BANTU
1. Leaflet
2. Slide Show
F. STRUKTUR ORGANISASI
1. Ketua : Achmad Damyati
2. Moderator : Desi Ratna Sari
3. Presentator : Afrilita Putri Yuza
4. Notulen : Dian Agusti Tanjung
5. Observer : Ayu Andira
![Page 19: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/19.jpg)
6. Fasilitator : Angelia Yolanda
Dayu Desriani
Enggli Aswadeya
7. Dokumentasi : Fatimah Purnama Sari
Dzariyat Irwan
G. SETTING TEMPAT
Keterangan :
Meja :
Moderator :
Observer :
Notulen :
Infokus :
Presentator :
Fasilitator :
Kursi :
![Page 20: Makalah-penyuluhan-THALASEMIA](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062322/563dbb58550346aa9aac5210/html5/thumbnails/20.jpg)
H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur :
a. Peserta hadir di tempat pelaksanaan pada waktu yang telah ditentukan
b. Persiapan dilaksanakan satu hari sebelum acara
2. Evaluasi Proses :
a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
b. Media yang digunakan adalah leaflet dan slide show
c. Waktu penyuluhan adalah 45 menit
d. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan penyuluhan
e. Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
f. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan penyuluhan
berlangsung
g. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil :
a. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan 70% peserta
mengerti dan memahami tentang pengertian penyakit thalasemia, penyebab
penyakit thalasemia, gejala penyakit thalasemia, yang terjadi jika penyakit
thalasemia tidak dirawat dengan benar, perawatan sehari-hari thalasemia,
upaya pencegahan penyakit thalasemia, tindakan yang harus dilakukan
berhubungan dengan penyakit thalasemia.
b. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ada perubahan perilaku
kesehatan, yaitu skrining test untuk thalasemia.