Makalah Penyuluhan Khu

30
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan panjang garis pantai lebih dari 95.000 km dan juga memiliki lebih dari 17.504 pulau. Keadaan tersebut menjadikan Indonesia termasuk kedalam Negara yang memiliki kekayaan sumberdaya perairan yang tinggi dengan sumberdaya hayati perairan yang sangat beranekaragam. Keanekaragaman sumberdaya perairan Indonesia meliputi sumberdaya ikan maupun sumberdaya terumbu karang. Terumbu karang yang dimiliki Indonesia luasnya sekitar 7000 km2 dan memiliki lebih dari 480 jenis karang yang telah berhasil dideskripsikan. Luasnya daerah karang yang ada menjadikan Indonesia sebagai Negara yang memiliki kenekaragaman ikan yang tinggi khususnya ikan-ikan karang yaitu lebih dari1.650 jenis spesie ikan Kekayaan sumberdayahayati perairan Indonesia yang tinggi akan sangat bermanfaat jika dilakukan pemanfaatan secara optimal dan bertanggung jawab. Pemanfaatan sumberdayahati perairan ini dapat dilakukan melalui proses penangkapan yang bertanggung jawab. Penangkapan ikan yang dilakukan adalah proses 1

Transcript of Makalah Penyuluhan Khu

Page 1: Makalah Penyuluhan Khu

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan panjang garis pantai

lebih dari 95.000 km dan juga memiliki lebih dari 17.504 pulau. Keadaan tersebut

menjadikan Indonesia termasuk kedalam Negara yang memiliki kekayaan

sumberdaya perairan yang tinggi dengan sumberdaya hayati perairan yang sangat

beranekaragam. Keanekaragaman sumberdaya perairan Indonesia meliputi

sumberdaya ikan maupun sumberdaya terumbu karang. Terumbu karang yang

dimiliki Indonesia luasnya sekitar 7000 km2 dan memiliki lebih dari 480 jenis

karang yang telah berhasil dideskripsikan. Luasnya daerah karang yang ada

menjadikan Indonesia sebagai Negara yang memiliki kenekaragaman ikan yang

tinggi khususnya ikan-ikan karang yaitu lebih dari1.650 jenis spesie ikan

Kekayaan sumberdayahayati perairan Indonesia yang tinggi akan sangat

bermanfaat jika dilakukan pemanfaatan secara optimal dan bertanggung jawab.

Pemanfaatan sumberdayahati perairan ini dapat dilakukan melalui proses

penangkapan yang bertanggung jawab. Penangkapan ikan yang dilakukan adalah

proses pemanfaatan sumberdaya perikanan yang bersifat ekonomis dari perairan

secara bertanggung jawab. Dalam melakukan proses penangkapan, nelayan harus

mengikuti peraturan yang berlaku. Salah satu peraturan yang

mengatur mengenai kegiatan penangkapan adalah Code of Conduct for

Responsible Fisheries (CCRF) yaitu prinsip-prinsip tatalaksana perikanan yang

bertanggungjawab. Tatalaksana ini menjadi asas dan standar internasional

mengenai pola perilaku bagi praktek penangkapan yang bertanggung jawab dalam

pengusahaan sumberdaya perikanan dengan maksud untuk menjamin

terlaksananya aspek konservasi, pengelolaan dan pengembangan efektif

sumberdaya hayati akuatik berkenaan dengan pelestarian.

1

Page 2: Makalah Penyuluhan Khu

Proses pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia khususnya untuk

ikan-ikan karang saat ini banyak yang tidak sesuai dengan Code of Conduct for

Responsible Fisheries (CCRF). Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya

kebutuhan dan permintaan pasar untuk ikan-ikan karang serta persaingan yang

semakin meningkat. Keadaan tersebut menyebabkan nelayan melakukan kegiatan

eksploitasi terhadap ikan-ikan karang secara besar-besaran dengan menggunakan

berbagai cara yang tidak sesuai dengan kode etik perikanan yang bertanggung

jawab. cara yang umumnya digunakan oleh nelayan adalah melakukan illegal

fishing yang meliputi pemboman, pembiusan, dan penggunaan

alat tangkap trawl. Semua cara yang dilakukan oleh nelayan ini semata-mata

hanya menguntungkan untuk nelayan dan memberikan dampak kerusakan bagi

ekosistem perairan khususnya terumbu karang.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penyusunan Makalah Penyuluhan dan komunikasi perikanan

“Kerusakan ekosistem perairan khususnya terumbu karang akibat illegal fishing”

adalah sebagai berikut :

1. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui Dampak dari Illegal Fishing terhadap

ekosistem perairan terutama terumbu karang .

2. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui apa saja Illegal Fishing itu dan jenis

kerusakan yang dihasilkannya.

3. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui bagaimana kekinian masalah tersebut dan

solusi yang pernah diajukan.

4. Agar mahasiswa/i dapat turut memberikan solusinya terhadap masalah yang

dibahas.

2

Page 3: Makalah Penyuluhan Khu

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari gagasan ini agar dapat tercipta sistem

penangkapan ikan yang baik tanpa merusak ekosistem perairan terutama terumbu

karang. Dan dapat mengubah pola pikir nelayan yang hanya ingin untung tapi

tidak peduli pada ekosistem perairan terutama terumbu karang yang justru sangat

berpengaruh pada perkembangan ikan di perairan.Sehingga pada akhirnya

perairan dapat terjaga dan hasil tangkapan nelayan dapat lebih melimpah.

3

Page 4: Makalah Penyuluhan Khu

II. PEMBAHASAN

2.1 Terumbu Karang dan Fungsinya

Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang

terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar

CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis

hewan karang keras. Kalsium Karbonat ini berupa endapan masif yang dihasilkan

oleh organisme karang (filum Scnedaria, klas Anthozoa, ordo Madreporaria

Scleractinia), alga berkapur, dan organisme lain yang mengeluarkan CaCO3.

Arah perkembangan terumbu organik dikontrol oleh keseimbangan

ketiga faktor yaitu hidrologis, batimetris, dan biologis. Jika ketiga faktor

seimbang, terumbu berkembang secara radial dan akan terbentuk terumbu paparan

dan apabila pertumbuhan ini berlanjut akan terbentuk terumbu pelataran bergoba.

Namun jika perkembangan radial dibatasi oleh kondisi batimetri akan terbentuk

terumbu paparan lonjong. Terumbu yang terakhir ini tidak membentuk lagun yang

benar dan depresi menyudut merupakan penyebaran pasir. Sedangkan terumbu

paparan dinding terbentuk pada kondisi batimetris dan hidrologis tidak simetris, di

mana perkembangan terumbu terbatas pada satu atau dua arah. Kondisi ini akan

menghasilkan perkembangan terumbu secara linier, dan membentuk terumbu

dinding berupa terumbu dinding tanduk dan terumbu dinding garpu. Terbentuknya

terumbu dinding garpu ini menunjukkan adanya arus pasang surut yang kuat.

Terumbu karang dapat berkembang dan membentuk suatu pulau kecil.

Dari lima jenis pulau yaitu Pulau Benua (Continental Islands), Pulau Vulkanik

(Volcanic Islands), Pulau Daratan Rendah (Low Islands) , Pulau Karang Timbul

(Raised Coral Islands), dan Pulau Atol (Atolls), dua yang terakhir terbentuk dari

terumbu karang. Di sisi lain, dari sepuluh jenis bentuklahan terumbu karang

adalah salah satunya. Bentuklahan (landforms) ini adalah bentuklahan organik

yaitu berupa binatang. Bentuk lain yang berhubungan dengan terumbu karang

adalah bentuklahan karst, yaitu terbentuk melalui proses karstifikasi pada batuan

4

Page 5: Makalah Penyuluhan Khu

kalsium karbonat. Namun bentuklahan karst ini terbentuk secara alami melalui

proses eksogenik dan endogenik dan berlangsung pada skala besar. Sedangkan

terumbu karang terbentuk secara organik dan relatif perlahan sehingga lebih

dimungkinkan adanya campur tangan manusia dalam pertumbuhannya. Hasil

identifikasi bentuklahan mencerminkan karakteristik fisik lahan dan untuk

mendapatkannya dengan melalui analisis geomorfologis. Geomorfologi adalah

studi yang mendeskripsi bentuklahan dan proses-proses yang menghasilkan

bentuklahan serta menyelidiki hubungan timbal-balik antara bentuklahan dan

proses-proses tersebut dalam susunan keruangan.

Trumbu karang mempunyai fungsi yang amat penting bagi kehidupan

laut.Fungsi-fungsi tersebut diantaranya:

1. Sebagai Spawning Ground dan Nursery Ground. Secara alami, terumbu

karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk melakukan

pemijahan, peneluran,pembesaran anak, makan dan mencari makan (feeding &

foraging), terutama bagi sejumlah spesies yang memiliki nilai ekonomis

penting.

2. Sebagai pelindung sempadan pantai, dan ekosistem pesisir lain

(padang lamun dan hutan mangrove) dari terjangan arus kuat dan gelombang

besar.

2.2 Kegiatan dan Dampak dari Illegal Fishing

Illegal fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh

nelayan tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan

bertanggung jawab Illegal fishing termasuk kegiatan mall praktek dalam

pemanfaatan sumberdaya perikanan yang merupakan kegiatan pelanggaran

hukum. Kegiatan illegal fishing umumnya bersifat merugikan bagi sumberdaya

perairan yang ada. Kegiatan ini semata-mata hanya akan memberikan dampak

yang kurang baik, baik ekosistem perairan akan tetapi memberikan keuntungan

5

Page 6: Makalah Penyuluhan Khu

yang besar bagi nelayan. Dalam kegiatan panangkapan yang dilakukan nelayan

dengan cara dan alat tangkap yang bersifat merusak yang dilakukan oleh nelayan

khususnya nelayan traditional. Untuk menangkap sebanyak-banyaknya ikan-ikan

karang yang banyak digolongkan kedalam kegiatan illegal fishing karena kegiatan

penangkapan yang dilakukan semata-mata memberikan keuntungan hanya untuk

nelayan tersebut dampak berdampak kerusakan untuk ekosistem karang. Kegiatan

yang umumnya dilakukan nelayan dalam melakukan penangkapan dan termasuk

kedalam kegiatan illegal fishing adalah penggunaan alat tangkap yang dapat

merusak ekosistem seperti kegiatan penangkapan dengan pemboman,

penangkapan dengan menggunakan racun serta penggunaan alat tangkap trawl

pada daerah yang karang.

2.2.1  Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan peledak

Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak merupakan cara

yang sering digunakan oleh nelayan traditional didalam memanfaatkan

sumberdaya perikanan khususnya didalam melakukan penangkapan ikan-ikan

karang. Penangkapan ikan-ikan karang dengan menggunakan bahan peledak dapat

memberikan akibat yang kurang baik baik bagi ikan-ikan yang akan ditangkap

maupun untuk karang yang terdapat pada lokasi penangkapan. Penggunaan bahan

peledak dalam penangkapan ikan di sekitar daerah terumbu karang menimbulkan

efek samping yang sangat besar. Selain rusaknya terumbu karang yang ada di

sekitar lokasi peledakan, juga dapat menyebabkan kematian biota lain yang bukan

merupakan sasaran penangkapan. Oleh sebab itu, penggunaan bahan peledak

berpotensi menimbulkan kerusakan yang luas terhadap ekosistem terumbu karang.

Penggunaan bahan peledak di daerah terumbu karang akan

menghancurkan struktur terumbu karang dan dapat meninggalkan gunungan

serpihan karang hingga beberapa meter lebarnya. Selain memberi dampak yang

buruk untuk karang, kegiatan penangkapan dengan menggunkan bahan peledak

juga berakibat buruk untuk ikan-ikan yang ada. Ikan-ikan yang ditangkap dengan

menggunakan bahan meledak umumnya tidak memiliki kesegaran yang sama

6

Page 7: Makalah Penyuluhan Khu

dengan ikan-ikan yang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap ramah

lingkungan.

Walaupun demikian adanya, nelayan masih tetap menggunakan bahan peledak

didalam melakukan kegiatan penangkapan karena hasil yang mereka peroleh

cendrung lebih besar dan cara yang dilakukan untuk melakukan proses

penangkapan tergolong mudah.

2.2.2 Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan beracun

Selain penggunaan bahan peledak didalam penangkapan ikan diderah

karang, kegiatan yang marak dilakukan oleh nelayan adalah dengan menggunakan

obat bius atau bahan beracun lainnya. Bahan beracun yang umum dipergunakan

dalam penangkapan ikan dengan pembiusan seperti sodium atau potassium

sianida. Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap ikan hias

dan hidup memicu nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan yang merusak

dengan menggunakan racun sianida. Kegiatan ini umum dilakukan oleh nelayan

untuk memperoleh ikan hidup.

Hasil yang diperoleh dengan cara ini memang merupakan ikan yang

masih hidup kan tetapi penggunaannya pada daerah karang memberikan dampak

yang sangat besar bagi terumbu karang. Selain itu penangkapan dengan cara ini

dapat menyebabkan kepunahan jenis-jenis ikan karang tertentu. Racun tersebut

dapat menyebabkan ikan besar dan kecil menjadi mabuk dan mati. Disamping

mematikan ikan-ikan yang ada, sisa racun dapat menimbulkan dampak negatif

bagi kehidupan terumbu karang, yang ditandai dengan perubahan warna karang

yang berwarna warni menjadi putih yang lama kelamaan karang menjadi mati.

Indikatornya adalah karang mati.

7

Page 8: Makalah Penyuluhan Khu

2.2.3 Kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap trawl

Kegiatan lain yang termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah

penggunaan alat tangkap trawl pada daerah karang. Kegiatan ini merupakan

kegiatan penangkapan yang bersifat merusak dan tidak ramah lingkungan.

Penggunaan alat tangkap trawl pada daerah karang dapat dilihat pada kasus yang

terjadi di perairan Bagan Siapi-Api Provinsi Sumatera Utara dan di Selat Tiworo

Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagaimana telah kita ketahui bersama,

penggunaan alat tangkap ini sudah dilarang penggunaannya di Indonesia karena

alat tangkap tersebut termasuk kedalam alat tangkap yang sangat tidak ramah

lingkungan karena memiliki selektifitas alat tangkap yang sangat buruk. Nelayan

di sulawesi Utara cendrung tidak memperdulikan hukum yang ada. Mereka tetap

melakukan proses penangkapan dengan menggunakan alat tangkap trawl. Alat

yang umumnya digunakan oleh nelayan berupa jaring dengan ukuran yang sangat

besar, memilki lubang jaring yang sangat rapat sehingga berbagai jenis ikan mulai

dari ikan berukuran kecil sampai dengan ikan yang berukuran besar dapat

tertangkap dengan menggunakan jaring tersebut.

Cara kerjanya alat tangkap ditarik oleh kapal yang mana menyapu ke

dasar perairan. Akibat penggunaan pukat harimau secara terus menerus

menyebabkan kepunahan terhadap berbagai jenis sumber daya perikanan. Hal ini

dikarenakan ikan-ikan kecil yang belum memijah tertangkap oleh alat ini sehingga

tidak memiliki kesempatan untuk memijah dan memperbanyak spesiesnya. Selain

hal tersebut, dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan alat tangkap ini pada

daerah karang adalah rusaknya terumbu karang akibat tersangkut ataupun terbawa

jarring. Jarring yang tersangkut akann menjadi patah dan akhirnya menghambat

pertumbuhan dari karang itu sendiri. Apabila hal ini terus berlanjut maka

ekosistem karang akan mengalami kerusakan secara besar-besaran dan berakibat

pada punahnya ikan-ikann yang berhabitat pada daerah karang tersebut.

8

Page 9: Makalah Penyuluhan Khu

2.3 Beberapa Contoh Kerusakan Terumbu Karang di Indonesia

Kerusakan

karang akibat penggunaan bahan beracun khususnya dengan menggunakan

sianida dapat dilihat dari kasus pulau Panambungan di Sulawesi Selatan.

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 di ketahui bahwa

di pulau Panambungan secara umum terumbu karangnya berada dalam kondisi

rusak. Kerusakan ini diakibatkan oleh penggunaan bahan beracun pada saat

melakukan kegiatan penangkapan. Keadaan ini diperkuat lagi karena sebagian

wilayah pulau ini tidak berpenghuni sehingga tidak adanya pengawasan dan

memberikan ruang gerak kepada nelayan untuk melakukan penangkapan illegal

fishing secara leluasa.

Kendari, 19 Januari 2011 – Tingkat kerusakan terumbu karang dan padang

lamun di wilayah pesisir Sulawesi Tenggara memperihatinkan karena telah

mencapai tingkat kerusakan 40 persen. Kepala Bidang Pengawasan Dinas

Kelautan dan Perikanan Sultra Ridwan Bolu di Kendari, mengatakan tingginya

kerusakan terumbu karang dan padang lamun terjadi karena penangkapan ikan

yang tidak ramah lingkungan.

Informasi dari instansi terkait di beberapa daerah pesisir utara jawa

menyebutkan. Kabupaten Batang, kawasan terumbu karang Kretek.

Berdasarkan hasil survei, persentase tutupan karang keras yang masih hidup

hanya sebesar 6%. Karang yang dijumpai pada transek hanya satu jenis, yaitu

Porites lobata, dengan bentuk pertumbuhan massive (batu bulat besar) dan

submassive Suara Merdeka, 2008).

Dari Rembang Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ‘Tirto Mulyo’

memrediksi sekitar 180 hektar terumbu karang di perairan Rembang sudah

rusak. “Sisanya hanya sekitar 30 hektar terumbu karang yang masih baik,”.

Tiga terumbu karang di wilayah perairan Kendal kondisinya rusak parah.

Yakni di Karang Kelop, Karang Rome-rome, dan Karang Tandes. Ketiga

9

Page 10: Makalah Penyuluhan Khu

terumbu karang itu berada di lepas pantai sejauh 3 mil dari arah Desa

Jungsemi, Kec Kangkung. Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kab.

Rembang drh. Khumaidi, ketiga terumbu karang itu luasnya sekitar 7 hektar.

Kondisi terumbu karang di P. Panjang Kabupaten Jepara, termasuk dalam

kondisi rusak. Hasil ini menunjukkan penurunan dari penelitian yang dilakukan

oleh Haryono (2001) dan Lutfi (2003). Penelitian yang dilakukan oleh Haryono

pada tahun 2001 menunjukkan kondisi terumbu karang di P. Panjang dalam

keadaan baik dengan persentase penutupan karang sebesar 49,46%, sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Lutfi (2003) menunjukkan penurunan dengan

penutupan karang hidup yang hanya sebesar 19,08 %. Hal ini mengindikasikan

bahwa kondisi terumbu karang di Pulau Panjang mengalami penurunan dari

tahun ke tahun.

Pulau air di reklamasi oleh PT Siti Tanjung lenkap dengan boulevard dan

dermaganya. Diperkirakan, luas Pulau Air setelah direklamasi, meningkat dua

kali lipat dari luas semula. Inilah yang menyebabkan terumbu karang di sekitar

pulau tersebut menjadi rusak. Untuk pembuatan gerbang raksasa, PT Siti

Tanjung, setidaknya telah mengeruk lahan 12 ribu meter persegi dengan

kedalaman keruk dua meter. Akibat dari pembangunan tersebut setidaknya,

Indonesia akan kehilangan 10 hektar lahan terumbu karang yang merupakan

nursery dan feeding ground bagi banyak populasi organisme laut dan terancam

kepunahan bagi spesies yang di kategorikan langka.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Biota Laut Ambon dari

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Augy Syahailatua, mengatakan

saat ini tinggal 10 persen terumbu karang di wilayah perairan Maluku yang

masih bagus. Sedangkan sisanya rusak.

Sekitar 50 persen terumbu karang di Provinsi Bangka Belitung (Babel) rusak

akibat sedimentasi lumpur yang berasal dari aktivitas penambangan timah di

perairan provinsi kepulauan berpenduduk 1,2 juta jiwa tersebut. Ketua Tim

10

Page 11: Makalah Penyuluhan Khu

Eksplorasi Terumbu Karang, Universitas Bangka Belitung (UBB), Indra

Ambalika di Pangkalpinang, menjelaskan kerusakan terjadi akibat terumbu

karang tertutup lumpur terkait kegiatan kapal isap dan tambang inkonvensional

(TI) apung yang terus menyedot timah di wilayah perairan.

 

2.4 Solusi Yang Telah Diajukan Dalam Jangka Panjang Yaitu COREMAP

COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program), atau

Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, adalah program jangka

panjang yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk

melindungi, merehabilitasi, dan mengelola pemanfaatan secara lestari terumbu

karang serta ekosistem terkait di Indonesia, yang pada gilirannya akan menunjang

kesejahteraan masyarakat pesisir.

Pentahapan

COREMAP pada awalnya direncanakan untuk 15 tahun, yang terdiri dari tiga

tahap, yang berturut-turut mempunyai tujuan sebagai berikut:

Tahap I, Tahap Inisiasi (1998 – 2001): untuk menetapkan landasan kerangka

kerja sistem nasional terumbu karang;

Tahap II, Tahap Akselerasi (2001 – 2007): untuk menetapkan sistem

pengelolaan terumbu karang yang andal di daerah-daerah prioritas;

Tahap III, Tahap Pelembagaan (2007 – 2013): untuk menetapkan sistem

pengelolaan terumbu karang yang andal dan operasional, dengan pelaksanaan

terdesentralisasi, dan telah melembaga.

Setelah COREMAP dimulai kemudian terjadi perubahan besar dalam tata

pemerintahan di Indonesia, dimana pemenrintahan yang sebelumnya mempunyai

kewenangan yang sangat sentralistik menjadi terdesentralisasi. Sebagai akibatnya,

11

Page 12: Makalah Penyuluhan Khu

implementasi program juga harus disesuaikan, dengan perubahan pentahapan

sebagai berikut:

Tahap  I, Tahap Inisiasi (1998 – 2004);

Tahap II , Tahap Desentralisasi dan Akselerasi (2004 – 2009)

Tahap III, Tahap Pelembagaan (2010 – 2015).

Tujuan dan Kegunaan

Agar pengelolaan sumberdaya dapat terlaksana dengan baik, maka

dibutuhkan sebuah rencana pengelolaan yang merupakan perwujudan dari rencana

Pemerintah Desa dan masyarakat yang sejalan dengan strategi Pembangunan

Daerah. Pembuatan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang sebagai salah satu

kegiatan pada program COREMAP II bertujuan untuk :

1. Memberikan arahan yang jelas dalam pengelolaan sumberdaya desa, agar

sasaran pengelolaan dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan.

2. Mendukung program Pemerintah Desa dan Daerah dalam meletakkan dasar

pembangunan

3. Menumbuh kembangkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam membuat

rencana, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan

sumberdaya terumbukarang serta sumberdaya lainnya secara mandiri dan

berkelanjutan.

Kegunaan dari kegiatan pembentukan Rencana Pengelolaan Terumbu

Karang ini adalah;

1. Menjadi acuan pelaksanaan pembangunan desa khususnya dalam pengelolaan

sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan

2. Sebagai dasar dalam upaya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pada

masyarakat desa disamping peningkatan kelembagaan ditingkat desa, baik

yang telah lama terbentuk maupun lembaga yang baru dibentuk

12

Page 13: Makalah Penyuluhan Khu

3. Sebagai pendukung dalam upaya percepatan peningkatan kesejahteraan

masyarakat desa khususnya

Visi Program

Apa yang diharapkan setelah program ini berakhir:

Kekayaan terumbu karang dan ekosistem terkait dapat dilestarikan;

Masyarakatpesisir mencapai keseimbangan antara lingkungan hidup dan

kesejahteraan mereka;

Masyarakat pesisir telah berdaya untuk melindungi sendiri lingkungan mereka;

Masyarakat pesisir tidak lagi terasing dari pembangunan;

Kesadaran dan perilaku masyarakat semakin baik terhadap terumbu karang;

Orang luar dapat menghargai apa yang telah dilakukan masyarakat untuk

melindungi terumbu karang;

Terciptanya pendekatan kerjasama dan partisipasi antara masyarakat, LSM,

dan Pemerintah, untuk mencapai tujuan bersama;

Perilaku destruktif (seperti pemboman) telah merupakan masa lalu;

Nelayan telah dapat memanen ikan tak jauh dari pantai, tak perlu lagi berlayar

jauh untuk itu;

Anak-anak dapat bermain di pantai yang indah.

2.5  Langkah Strategis yang Seharusnya Dilakukan

COREMAP memang memiliki tujuan dan visi program yang sangat baik

dalam menjaga ekosistem terumbu karang. Tapi akar masalah yang sebenarnya

yang terletak pada nelayan sendiri seakan belum bisa ditangani dengan maksimal.

Yaitu masalah dasar pola pikir nelayan, ketidaktahuan, dan yang paling utama

adalah kesejahteraan. Nelayan sering tetap tidak peduli walau dilakukan

13

Page 14: Makalah Penyuluhan Khu

penyuluhan akibat mengutamakan kesejahteraan mereka. Dan mereka terlihat

semakin leluasa akibat walau ada peraturan dan hukum mereka tetap bisa leluasa

melakukan aksinya dan pemasokan bahan baku alat tangkap ilegal itu tetap

dengan mudah nelayan dapat peroleh. Pragram ini selayaknya akan sukses bila

pemerintah atau penyelengara program ini dapat lebih dekat dan mengenal kondisi

nelayan masa kini. Dan juga perlu memperoleh dukungan dari penegak hukum

dan dukungan dari perhatian pemerintah.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kegiatan illegal fishing baik

secara internal maupun secara eksternal. Faktor-faktor yang menyebabkan

kegiatan ini dapat terjadi meliputi adanya pelaku kegiatan yang didasari karena

kurangnya kesadaran akan pentingnya sumberdaya perikanan, adanya pasokan

bahan baku khususnya untuk kegiatan pemboman dan kegiatan pembiusan,

Lemahnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki nelayan tentang kerugian

yang ditimbulkan akibat illegal fishing, kemiskinan masyarakat nelayan,

lemahnya hukum tentang perikanan, dan kurangnya armada perikanan yang

dimiliki.

Dari kesemua faktor penyebab terjadinya kegiatan illegal fishing,

kesadaran masyarakat dan kurangnya pemahaman serta pengetahuan masyarakat

tentang illegal fishing merupakan faktor penyebab yang paling utama. Sebelum

memecahkan faktor-faktor yang lain kedua faktor ini terlebih dahulu perlu

ditangani karena merupakan dasar dari terjadinya kegiatan illegal fisnhing. apabila

kedua penyebab diatas dapat teratasi maka akan dengan sendirinya nelayan

menghentikan kegiatan illegal fishing dan berpindah ke kegiatan penangkapan

yang ramah lingkungan. Tapi tetap tidak akan bertahan lama jika masalah

kesejahteraan nelayan tidak segera ditangani. Oleh sebab itu sangat membutuhkan

campur tangan pemerinta karena memang sudah seharusnya begitu.

14

Page 15: Makalah Penyuluhan Khu

Sebenarnya akar permasalahan kerusakan terumbu karang meliputi empat

hal yaitu :

1. Kemiskinan masyarakat dan ketiadaan matapencaharian alternatif

2. ketidaktahuan dan ketidaksadaran masyarakat dan pengguna

3. lemahnya penegakan hukum (law enforcement) dan

4. kebijakan pemerintah yang belum menunjukkan perhatian yang optimal dalam

mengelola sistem alami dan kualitas lingkungan kawasan pesisir dan lautan

khususnya terumbu karang.

Umumnya Semua faktor yang ada harus segera dicarikan pemecahan

yang baik sehingga kegiatan illegal fishing yang terjadi dapat cepat teratasi

dan tidak lagi merusak keadaan ekosistem perairan terutama kehidupan ekosistem

karang. Apabila faktor tersebut tidak diatasi dengan baik maka diperkirakan dalam

beberapa tahun kedepan akan terjadi kerusakan ekosistem perairan secara besar-

besaran khususnya daerah karang yang berdampak pada turunnya produktifitas

dari perikanan tangkap khususnya pada daerah karang.

Antisipasi yang dapat dilakukan terhadap illegal fishing :

Dalam menanggulangi permasalahan illegal fishing yang ada sehingga

tidak berkelanjutan dan menyebabkan kerusakan yang berdampak besar maka

diperlukan solusi yang tepat untuk menekan terjadinya kegiatan tersebut seperti:

1. peningkatan kesadaran masyarakat nelayan akan bahaya yang ditimbulkan dari

illegal fishing.

2. peningkatan pemahaman dan pengetahuan nelayan tentang illegal fishing.

3. melakukan rehabilitasi terumbu karang.

4. membuat alternatife habitat karang sebagai habitat ikan sehingga daerah karang

alami tidak rusak akibat penangkapan ikan.

5. mencari akar penyebab dari masing-masing masalah yang timbul dan

mencarikan

solusi yang tepat untuk mengatasinya.

15

Page 16: Makalah Penyuluhan Khu

6. melakukan penegakan hukum mengenai perikanan khususnya dalam hal

pemanfaatan

yang bertanggung jawab.

7. meningkatkan pengawasan dengan membuat badabn khusus yang menangani

dan

bertanggung jawab terhadap kegiatan illegal fishing.

Dari ketujuh solusi yang dapat dilakukan, hal yang paling mendasar

untuk diatasi adalah peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat nelayan

mengenai illegal. Peningkatan kesadaran ini dapat dilakukan dengan dilakukannya

penyuluhan ke wilayah nelayan, dan pendidikan dari kecil di sekolah daerah

pesisir. Agar betul-betul bisa langsung menyerang akar permasalahan dan

menanamkan kesadaran sejak awal untuk menjaga terumbu karang. Tapi

penyuluhan itu tidak akan dapat bertahan lama jika akar dari semua masalah itu

tidak segera di selesaikan yaitu faktor kemiskinan.

Penanganan nyata lain untuk memperbaiki ekosistem terumbu karang

yang marak dilakukan oleh lembaga pemerintah, swasta maupun lembaga

swadaya masyarakat adalah dengan membudidayakan terumbu karang, yakni

dengan pemasangan terumbu karang buatan (artificial reef) yang diprakarsai oleh

Departemen Kelautan Perikanan. Konservasi terumbu karang adalah hal yang

mutlak, dan tidak dapat ditawar ataupun ditunda karena waktu tumbuh karang

yang lama dan manfaatnya yang begitu besar untuk biota laut terutama ikan,

karenanya bila hasil tangkapan nelayan tidak ingin menurun maka secara

bersama-sama masyarakat harus melindungi kawasan terumbu karang. Untuk itu

diharapkan nelayan atau siapapun juga tak lagi melakukan penangkapan ikan

dengan cara yang merusak. Lebih baik lagi jika sikap tak merusak itu lahir dari

kesadaran sendiri. Meskipun proses penyadaran ini memerlukan waktu, namun

harus dilakukan secara terus menerus oleh semua pihak.

16

Page 17: Makalah Penyuluhan Khu

Tapi semua solusi di atas masih kurang maksimal karena pemerintah

yang belum menunjukkan perhatian yang optimal dalam mengelola sistem alami

dan kualitas lingkungan kawasan pesisir dan lautan khususnya terumbu karang

dan lemahnya penegakan hukum (law enforcement). Tapi kita tidak bisa terus

menunggu hal ini berubah kita semua harus turun tangan terutama yang peduli.

Kita dapat turut mengawasi penegakan hukum, mengawasi jika terjadi

pengerusakan terumbu karang, dan terus menyuarakan dan bertukar pikiran

dengan nelayan akan betapa pentingnya terumbu karang terhadap hasil tangkapan

ikan mereka nanti.

17

Page 18: Makalah Penyuluhan Khu

III.

KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan

Dengan meningkatkan kesadaran nelayan maka pemikiran nelayan akan

terbuka dan nelayan akan mengerti betapa merugikannya melakukan kegiatan

illegal fishing dalam proses penangkapan ikan khususnya pada daerah karang

sehingga kegiatan penangkapan tersebut dapat beralih menjadi penangkapan yang

ramah lingkungan dan menjadikan ekosistem perairan khususnya ekosistem

terumbu karang tempat dimana dilakukannya proses penangkapan dapat lestari.

Peningkatan kesadaran ini dapat dilakukan dengan dilakukannya penyuluhan ke

wilayah nelayan, dan pendidikan dari kecil di sekolah daerah pesisir. Agar betul-

betul bisa langsung menyerang akar permasalahan dan menanamkan kesadaran

sejak awal untuk menjaga terumbu karang.

Walau kesadaran sudah tercipta tapi tetap tidak akan bertahan lama jika

masalah kesejahteraan nelayan tidak segera ditangani. Oleh sebab itu sangat

membutuhkan campur tangan pemerintah karena memang sudah seharusnya

begitu.Dengan adanya bantuan pemerintah yang tepat sasaran maka peningkatan

kesejahteraan nelayan sudah tidak jadi sekedar impian lagi tapi dapat diwujudkan.

Sekarang tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mengatasi

permasalahan illegal fishing pada ikan-ikan karang khususnya untuk memperbaiki

daerah karang yang rusak adalah dengan melakukan transpalasi karang ataupun

pembuatan terumbu karang buatan. Terumbu karang buatan adalah suatu struktur

yang dibangun untuk menyediakan lingkungan, habitat, sumber makanan, tempat

pemijahan dan asuhan, serta perlindungan pantai sebagaimana halnya terumbu

karang alam.

Karena pemerintah yang belum menunjukkan perhatian yang optimal

dalam mengelola sistem alami dan kualitas lingkungan kawasan pesisir dan lautan

khususnya terumbu karang dan lemahnya penegakan hukum (law enforcement).

18

Page 19: Makalah Penyuluhan Khu

Tapi kita tidak bisa terus menunggu hal ini berubah kita semua harus turun tangan

terutama yang peduli. Kita dapat turut mengawasi penegakan hukum, mengawasi

jika terjadi pengerusakan terumbu karang, dan terus menyuarakan dan bertukar

pikiran dengan nelayan akan betapa pentingnya terumbu karang terhadap hasil

tangkapan ikan mereka nanti. Dengan Terlaksananya semua hal di atas pasti akan

memberikan dampak nyata pada nelayan dan kelestarian terumbu karang walau

mungkin tidak dalam waktu singkat untuk menyelesaikan masalah ini

sepenuhnya.

III.2 Saran

Sebaiknya untuk menghindari pengrusakan terumbu karang yang

berkelanjutan, maka pemerintah ataupun orang-orang yang melindungi ekosisten

laut khususnya terumbu karang harus sering bahkan rutin untuk melakukan

penyuluhan pada masyarakat-masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil agar

mereka mengetahui pentingnya menjaga ekosistem laut khususnya terumbu

karang dan tidak melakukan penangkapan yang mengakibatkan kerusakan karang

sehingga ikan-ikan yang hidup di terumbu karang bisa memijah dan bertelur, serta

menjaga keindahan terumbu karang agar dapat di jadikan sebagai tempat atau

lokasi pariwisata khususnya menyelam dan sangat berdampak positif serta

menjadi nilai ekonomi yang menguntungkan bagi masyarakat di sekitarnya.

19

Page 20: Makalah Penyuluhan Khu

DAFTAR PUSTAKA

http://wwwhendraadesyaputrayahoocoid-tugas.blogspot.com/2008/03/

dampak-kerusakan-terumbu-karang.html

http://rudikiswantoro.blogspot.com/2010/05/kerusakan-terumbu-karang-

di-pesisir.html

http://ekoper.wordpress.com/2010/09/16/terumbu-karang-indonesia/

http://www.perikanan budidaya.kkp.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=212:selamatkan-terumbu-

karang&catid=149:iptek&Itemid=146

http://hileud.com/terumbu-karang-sehat-di-maluku-tersisa-10-persen.html

http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/05/11/kerusakan-ekosistem-

perairan-terumbu-karang-akibat-cara-penangkapan-yang-ilegal/

20