Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

download Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

of 166

Transcript of Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    1/166

    METEOR, KUPU-KUPU DAN PEDANG I

    Semasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh oleh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan JamesBond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya.

    Ramuan dari para pengarang Barat itulah yang bisa kita rasakan dari karya-karyanya di luar kisah Pendekar Binal (Jue Dai Shuang Jiou/The Remarkable Twins/Legendary Sibling) yangmasih terbawa pakem “cersil lama” ala Jin Yong atau Liang Yusheng.

    Dari para pengarang Barat itu Gu Long meracik resep, melahirkan karya yang sangat digemari pembaca dan kemudian menjadi “genre” baru dunia cersil, sekaligus menjadi “trade mark”-nya

    Meteor, Butterfly, and Sword (Liu Xing Hu Die Jian, 1974) merupakan salah satu karya“masterpiece” Gu Long, yang juga telah membawa ketenaran dirinya di kalangan elit

    perfilman Hong Kong. Kisah ini diangkat ke layar lebar dengan judul Killer Clans (Shaw Brothers, 1976)

    Meteor, Butterfly, and Sword adalah cerita yang kelam, sarat dengan intrik, konspirasi, tipumuslihat, darah, sex, dan kekerasan. Di sini Gu Long sangat terpegaruh oleh gambaranseorang Godfather ala Mario Puzo. Konon, mantan Presiden Soeharto (alm) sangat menyukai kisah ini dan menonton filmnya berkali-kali.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    2/166

    P R TOKOH

    Kisah ini akan melibatkan banyak tokoh. Sulit membedakan mana kawan mana lawan. Untuk memudahkan pembaca, berikut ini diberikan daftar para tokoh yang akan di-update sesuai kemunculan pada setiap babnya.

    Meng Xin Hun

    Pembunuh bayaran berdarah dingin yang mulai jenuh dengan profesinya.Pedangnya sangat mematikan.

    Gao Lao Da

    Kakak tertua. Di usia tiga belas ia telah membuat empat keajaiban. Ia

    menyelamatkan empat nyawa: Ye Xiang, Shi Qun, Xiao He, dan Meng Xin Hun.Dalam melakukan segala sesuatu, Gao Lao Da memang hanya menuruti hati kecil.Ia tidak tahu batasan benar dan salah karena tidak seorang pun memberitahunya.Pokoknya, asalkan bisa bertahan hidup, perbuatan apa pun boleh dilakukan.

    Ye Xiang

    Pembunuh bayaran yang sudah tiga kali gagal dan kini hanya bisa bermabukkan. Iasangat mengkhawatirkan nasib Meng Xin Hun.

    Sun Yu Bo

    Ia senang membantu orang, dan orang-orang memanggilnya Paman Bo. Ia banggadan senang membantu seperti ia menyukai bunga-bunga yang bermekaran.

    Han Tang

    Ia galak tapi sopan, matanya selalu memancar dingin. Tidak ada yang mau

    berteman dengannya. Ia sendiri tidak mau dekat dengan orang lain. Ia sudahmelakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan orang, juga tidak akan ada oranglagi yang akan melakukannya

    Sun Jian

    Anak Sun Yu Bo. Seperti ayahnya, ia juga senang menolong. Sifat Sun Jian sangatkeras seperti bara, berangasan, setiap saat dapat meledak. Sifat seperti ini seringmembuatnya salah langkah. Karena itu juga ia sering kehilangan teman.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    3/166

    Lu Xiang Chuan

    Tangan kanan Sun Yu Bo, sekaligus sudah dianggap anak sendiri. Ia tidakmemerlukan senjata karena sanjatanya adalah senjata rahasia. Ia terlihat sangatterpelajar, terkadang musuh meremehkannya, menganggap ia tidak bisa apa-apa.

    Ini adalah kesalahan sepele yang bisa berakibat fatal.

    Wan Peng Wang

    Musuh terbesar dan terkuat Sun Yu Bo. Sebelum berumur tujuh belas, tidak adayang tahu asalnya. Sesudah berumur tujuh belas, ia sudah bekerja pada sebuahperusahaan. Setengah tahun kemudian, ia sudah naik jabatan. Pada umur sembilanbelas, ia membunuh bos perusahaannya dan menjadi bos perusahaan itu. Setahunkemudian ia menjual perusahaan dan menjadi seorang polisi. Dalam tiga tahun, ia

    menangkap dan membunuh sejumlah penjahat. Semenjak itu, ia punya dua puluhsatu pembantu yang sangat setia padanya. Waktu berumur dua puluh empat, iakeluar dari kepolisian dan mendirikan perkumpulan Da Peng. Mula-mula hanyamemimpin 100 orang, tapi sekarang anak buahnya sudah mencapai puluhan ribuorang. Kekayaanya sudah tidak terhitung lagi.

    Xiao Tie

    Gadis setan arak, sangat cantik. Biasanya gadis cantik yang tahu dirinya cantik

    selalu menebar pesona pada sekelilingnya. Tapi gadis ini tidak seperti gadis lain,seakan ia tidak perduli dirinya cantik atau tidak.

    Xiao He

    Paling kecil di antara empat bocah yang diselamatkan Gao Lao Da. Waktu Gao LaoDa mengangkat tiga bocah lain, ia iri dan marah, dan karenanya sering mengadudomba mereka.

    1. Meng Xin Hun

    1. Meng Xin Hun

    Meski cahaya meteor hanya singkat, tak satu pun isi semesta yang mampumenandingi pendar gemilangnya. Manakala meteor muncul ke permukaan,bahkan bintang abadi yang paling terang pun tak mampu menandingikemilaunya.

    Hidup seekor kupu-kupu begitu rapuh, bahkan lebih rapuh dari setangkai

    bunga yang luruh. Kupu-kupu hanya hidup di musim semi. Ia begitu indah,

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    4/166

    bebas melayang kemana pun terbang. Dalam usianya yang singkat,kupu-kupu tetap abadi dikenang.

    Hanya pedang yang sejatinya mendekati keabadian. Hidup mati seorangpendekar sangat tergantung pada pedangnya. Jika pedang memiliki perasaan,

    haruskah hidup mati seorang pendekar sesingkat meteor?Tatkala meteor jatuh, ia sedang berbaring di atas sebuah batu cadas.

    Ia senang berjudi dan minum arak. Pun ia senang main perempuan. Selamaini dalam hidupnya ia sudah mencicipi berbagai macam perempuan. Jugamembunuh orang.

    Namun manakala meteor muncul ke permukaan, ia tidak pernahmelewatkannya. Ia selalu berbaring di sana menanti meteor membelahangkasa.

    Selama ia bisa merasakan pendar cahayanya, menikmati kilatan pesonanya,ia akan berbaring di sana.Itulah saat terindah bagi dirinya.

    Ia tidak ingin melewatkan kesempatan itu sedikit pun karena itu merupakansatu-satunya kesenangan dalam hidupnya.

    Pernah ia bermimpi menangkap meteor. Mimpi itu sudah lama berselang.Sekarang mimpinya sudah tidak banyak lagi, malah hampir tidak ada. Karenakini bagi orang semacamnya, bermimpi semata perbuatan yang menggelikandan sia-sia.

    Dan di sinilah ia tengah berbaring, di atas sebuah cadas di puncak bukit,tempat terdekat bagi jatuhnya meteor.

    Di bawah sana terlihat sebuah rumah kayu, lampunya masih menyala. Saatbayu berhembus, sayup-sayup terdengar suara tawa dan orang bersulangterbawa angin.

    Itulah rumah kayunya, araknya, juga perempuannya. Namun ia lebih sukaberbaring di sini, memilih menyendiri di tempat ini.

    Cahaya meteor sudah lama menghilang. Air di pinggiran batu masihmengembang. Waktu sudah lewat untuk bersenang-senang. Sekarang ia

    harus kembali menjadi dingin dan tenang. Benar-benar dingin dan tenang.Sebab, sebelum membunuh, seseorang memang harus bersikap dingin dantenang.

    Dan ia harus membunuh orang.

    Tapi ia tidak suka membunuh orang. Setiap kali pedangnya menusuk jantungdan darah menetes di ujung pedangnya, ia tidak merasa senang.

    Ia justeru menderita.

    Walau ia sangat menderita, ia berusaha menahannya karena ia harus

    membunuh. Bila tidak membunuh, ia yang akan dibunuh.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    5/166

    Terkadang manusia hidup bukan untuk menikmati kesenangan, melainkanmenanggung penderitaan, karena hidup adalah sebuah perjuangan. Jugatanggung jawab.

    Siapa pun tidak ada yang bisa lari dari tangung jawab itu!

    Maka ia pun mulai mengenang saat pertama membunuh orang.Luo Yang. Sebuah kota besar.

    Di kota itu terdapat berbagai macam orang. Ada pahlawan, ada pesilat. Adaorang orang kaya, ada orang miskin. Ada berbagai macam perkumpulan dannama besar lainnya.

    Namun nama-nama mereka tidak ada yang seperti Jin Qiang Li, “Li si TombakEmas”.

    Orang yang bagaimana kaya pun belum tentu bisa menyamai setengah dari

    kekayaan Jin Qiang Li. Juga tidak ada yang bisa menahan jurus Qi-qi-si-shi-jiudari Jin Qiang Li. Musuhnya sangat banyak hingga Jin Qiang Li sendiri sulitmengingatnya.

    Tapi selama ini tidak ada yang berani mencoba membunuh Jin Qiang Li.Bahkan sekedar berpikir untuk membunuhnya pun tidak ada yang berani.

    Anak buah Jin Qiang Li sangat tangguh, kungfu mereka sangat terkenal, jugaterdapat dua “raksasa” berbadan sangat besar yang selalu membopong tanduJin Qiang Li “si Tombak Emas” ke mana pun pergi. Dan masih ada lagi:tubuhnya selalu dibalut pakaian yang kebal dari pedang dan parang.

    Maka mustahil untuk membunuhnya.Jadi, walau kungfumu lebih hebat dari Jin Qiang Li, tapi bila inginmembunuhnya, kau harus melewati tujuh lapis penjagaan dari para penjagayang memiliki kungfu teramat tinggi.

    Supaya berhasil, sekali menyerang kau harus mengarah tenggorokannya danharus sekaligus membunuhnya. Bila meleset, kau tidak punya kesempatanuntuk membunuh lagi, dan bahkan kaulah yang akan terbunuh.

    Maka tidak ada seorang pun yang coba membunuhnya. Tidak seorang punyang sanggup untuk membunuhnya. Kecuali, satu orang.

    Orang itu adalah Meng Xin Hun.

    Meng Xin Hun menghabiskan waktu setengah bulan pertama untuk sekedar menyelidiki kehidupan Jin Qiang Li. Semua gerak geriknya diamati, semuatindak tanduknya dicatat dengan teliti.

    Selanjutnya Meng Xing Hun menghabiskan waktu satu bulan untuk bisamendapatkan kesempatan memasuki rumah Jin Qiang Li, menyamar sebagaitukang pikul air di belakang dapur.

    Setelah itu pun Meng Xing Hun masih harus menghabiskan waktu setengah

    bulan lagi untuk menanti waktu yang paling tepat, saat yang benar-benar tepat!

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    6/166

    Setelah terlaksana, semua terdengar akan begitu mudah. Tapi, menunggu danmenentukan waktu yang tepat, benar-benar tidaklah mudah.

    Sungguh Jin Qiang Li ibarat perawan dingin, tidak memberi kesempatan untukdidekati. Saat mandi atau ke kamar kecil pun selalu ada yang menemani.

    Namun bila sabar menunggu, kesempatan itu pasti datang.Bukankah perawan, betapa pun dinginnya, bila waktunya tiba juga harusmenjadi isteri dan ibu?

    Setelah menunggu dan menanti, akhirnya kesempatan itu datang juga.

    Pada suatu hari, angin bertiup sangat kencang dan membuat topi Jin Qiang Literlepas. Empat orang pengawal berebut mengambil topinya.

    Pandangan Jin Qiang Li mengkuti kemana topi itu terbang terbawa angin.

    Di saat tidak ada yang memperhatikan, itulah satu-satunya kesempatan,

    karena kecerobohan para pengawalnya mereka meninggalkan sang majikanbegitu saja, merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

    Di saat itulah Meng Xing Hun sudah berada di belakang Jin Qiang Li danlangsung menusuknya.

    Hanya satu kali tusukan. Tidak lebih tidak kurang. Satu tusukan.

    Tusukannya langsung menikam dari belakang leher dan keluar daritenggorokan. Ketika pedang dicabut, darah muncrat seperti kabut.

    Kabut darah menutupi pandang setiap orang. Kilat pedang mencabut nyawasatu orang.

    Nyawa Jin Qiang Li.

    Begitu kabut darah menghilang, Meng Xin Hun sudah jauh dari para pengawalJin Qiang Li. Tidak ada yang bisa melukiskan kecepatan tangan danpedangnya.

    Menurut cerita, ketika Jin Qiang Li dimasukan ke dalam peti mati, matanyamasih terbuka dan menyorotkan rasa curiga tak percaya. Ia tidak percayadirinya bisa mati dan ia tidak percaya bahwa ada yang mampu membunuhnya.

    Kematian Jin Qiang Li menggegerkan dunia persilatan. Tapi, nama Meng Xin

    Hun tidak ada yang mengetahui.Karena tidak ada yang mengetahui siapa yang membunuh Jin Qiang Li, makatidak ada yang berani bersumpah akan membalaskan dendam bagi Jin QiangLi.

    Sebaliknya, ada pula yang menganggap pembunuh Jin Xiang Li “bintangpenyelamat”. Begitu menemukan mereka berjanji akan berlutut menciumkakinya untuk berterima kasih karena telah menyingkirkan seorang penjahat.

    Juga ada sejumlah pesilat muda yang ingin terkenal mencari nama, cobamenemukan pembunuh Jin Qiang Li untuk bertarung membuktikan pedang

    siapa yang paling cepat.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    7/166

    Tapi semua tidak diperdulikan oleh Meng Xin Hun.

    Sesudah membunuh ia biasanya seorang diri berlari ke pondok kayunya yangkecil di kaki bukit dan bersembunyi di pojok sana sambil menangis danmengeluarkan segala isi perutnya.

    Muntah!Tapi sekarang ia sudah tidak menangis lagi. Air matanya sudah lamamengering. Namun setiap kali habis membunuh orang dan melihat darah yangtersisa di ujung pedangnya, ia masih terus lari sembunyi.

    Dan muntah.

    Sebelum membunuh, ia tampak dingin dan tenang. Namun setelahmembunuh, ia tidak lagi bisa bersikap dingin dan tenang.

    Maka ia harus berjudi, minum arak hingga mabuk, kemudian mencari

    perempuan guna melupakan kejadian saat ia mencabut nyawa. Namun tetapsulit baginya untuk melupakan dan terus terbayang setiap memejamkan mata.

    Karenanya ia harus terus berjudi, terus mabuk, dan terus main perempuan,hingga membunuh lagi.

    Dan setelah itu ia akan kembali melarikan diri ke gunung, berbaring di sebuahbatu cadas, tidak mau memikirkan apa-apa, tidak mau berpikir apa-apa.

    Ia hanya memaksakan diri untuk tenang dan siap membunuh lagi.

    Orang yang ia bunuh tidak ia kenal, juga tidak ada dendam, bahkan seringkalibelum pernah bertemu. Orang itu hidup atau mati tidak ada hubungandengannya. Namun, ia tetap harus membunuhnya.Ia harus membunuh karena begitulah perintah Gao Lao Da.

    2. Gou Lou Da

    Ia memanggilnya Kakak Tertua Gou, “Gou Lou Da”.

    Saat pertama ia bertemu Gou Lou Da, usianya baru enam tahun. Waktu itu iasudah tidak makan selama tiga hari tiga malam. Rasa lapar bagi anak berusiaenam tahun lebih mengerikan daripada kematian.

    Sebagai anak berusia enam, ia telah tahu bagaimana rasanya kematian. Iaterkapar lapar hingga pingsan di tengah jalan.

    Waktu itu ia merasa sudah benar-benar mati. Mungkin ia memang sebaiknyamati.

    Namun ia tidak mati karena ada sepasang tangan yang menolongnya,sepasang tangan yang berbentuk indah walau agak sedikit kebesaran. Tanganitu memberinya setengah kerat bakpau karena setengah kerat lagi tetapdimakan oleh sang pemilik tangan.

    Sepasang tangan milik Gou Lou Da.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    8/166

    Bakpau itu dingin lagi keras. Begitu ia menerima sepotong bakpau dari tanganGou Lau Da, air matanya bercucuran seperti mata air di musim semi,membasahi bakpau itu. Selamanya ia tidak akan pernah melupakan rasa air mata yang asin dan pahit bercampur dengan rasa bakpau yang keras dandingin.

    Ia pun selamanya tidak akan pernah melupakan tangan Gou Lou Da.

    Kelak kemudan hari, sepasang tangan itu tidak lagi semata memberi sekeratbakpau keras dan dingin, melainkan uang, emas, dan permata. Berapa punyang ia minta, apa pun yang ia minta, asalkan dirinya meminta, Gou Lou Dapasti akan memberikan.

    Dan terkadang sepasang tangan itu juga memberinya secarik kertas. Di ataskertas biasanya tertulis nama orang, tempat, dan jangka waktu

    Kertas itu adalah kertas tagihan nyawa.

    Kali ini kertas itu berbunyi: Sun Yu Bo, Shu Zhou, 4 Bulan. Artinya, dalam empat bulan Sun Yu Bo dari kota Shu Zhou harus mati ditangan Meng Xin Hun.

    Semenjak Meng Xin Hun membunuh Jin Qiang Li, ia tidak perlu menghabiskanwaktu hingga tiga bulan untuk mencabut nyawa orang.

    Sejak membunuh Jin Qiang Li, waktu terlama yang ia perlukan sebagaimalaikat pencabut nyawa cukup 41 hari. Tidak kurang, tidak lebih.

    Itu bukan berarti karena pedangnya cepat, tapi karena hatinya dingin.

    Dan tangannya terlebih dingin lagi.Sejak itu ia tahu, sebagai pembunuh berdarah dingin tidak perlumenghabiskan waktu tiga bulan dalam menyelesaikan pekerjaan. Dan GouLou Da pun mengetahui itu.

    Namun sekarang waktu yang diberikan Gou Lou Da padanya adalah empatbulan. Artinya, Sun Yu Bo adalah orang yang hebat. Membunuh orang ini pastisangat sulit.

    Nama Sun Yu Bo bagi Meng Xin Hun tidaklah terlalu asing lagi. Setiap orang didunia persilatan pasti tahu siapa Sun Yu Bo. Bagi yang tidak mengenal Sun YuBo, ibarat pengikut Budha yang tidak mengenal Dewa Ru Lai.

    Dalam pandangan para tokoh dunia persilatan, Sun Yu Bo adalah Dewa RuLai, dewa kematian, dalam wujud manusia. Bila ia sedang baik, ia bisamengemong dengan sabar seorang anak yang tidak ia kenal selama tiga haritiga malam. Akan tetapi di kala murka, dalam tiga hari ia bisa meratakan tigabuah gunung.

    Namun nama Sun Yu Bo yang terkenal itu bagi Meng Xin Hun tiada arti.Karena, baginya, nama itu hanya berarti satu kata: mati!

    Terbayang oleh Meng Xin Hun saat pedangnya menusuk jantung Sun Yu Bo.Ia pun dapat merasakan pedang Sun Yu Bo menusuk jantungnya. Bila bukan

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    9/166

    Sun Yu Bo yang mati, maka dirinyalah yang mati. Baginya tidak ada pilihan,membunuh atau dibunuh.

    Siapa yang akan mati, ia tidak terlalu perduli.

    Subuh tiba.

    Ia masih berbaring di atas cadas.

    Matahari mulai datang menyapu bintang dan rembulan. Di ufuk timur,cahayanya semakin gemilang. Kabut pagi terlihat menggumpal, perlahanmenipis buyar terhembus angin dan matahari yang menyinarinya.

    Tak seorang pun tahu asap kabut itu akan menghilang ke mana, seperti jugatak seorang pun tahu kabut itu datang dari mana.

    Apakah kehidupan Meng Xin Hun pun seperti kabut? Entah datang dari manadan menghilang entah kemana?

    Di antara kabut tipis yang tersisa perlahan ia berdiri di atas cadas, berjalanperlahan menuruni kaki bukit.

    Di bawah sana terlihat sebuah rumah kayu, lampunya masih tetap menyala.Saat bayu berhembus, sayup-sayup terdengar tawa dan suara orangbersulang terbawa angin.

    Itulah rumahnya, araknya, juga perempuannya.

    Orang di dalam rumah itu tidak mengetahui bahwa kegembiraan merekasudah akan berakhir mengikuti hilangnya malam yang telah berganti pagi,menghadirkan kesedihan nyata mengikuti datangnya hari ini.

    Meng Xin Hun mendorong pintu, berdiri di sana, dan melihat sekitarnya.Mereka yang berada di dalam tinggal empat atau lima orang. Sebagian hampir telanjang, sisanya sudah sepenuhnya telanjang. Ada yang tertidur, ada yangmeniduri, ada yang mabuk, ada juga yang termenung semata.

    Saat melihat kedatangannya, orang yang mabuk mulai setengah sadar, yangtidur tetap tertidur, yang meniduri berhenti meniduri, yang termenung tidak lagitermenung.

    Dua perempuan telanjang berlari menghampiri Men Xin Hun. Dua pasangpayudara yang hangat kenyal menempel ke tubuhnya. Mereka sangat cantiklagi muda, payudaranya putih lagi besar. Sedemikian putih dan kenyalnyahingga urat-urat darah yang kebiruan samar membayang indah mengikutisetiap geletarnya. Bagi mereka, menjual diri bukan hal memalukan, punmemamerkan keindahan tubuh justeru membanggakan. Karenanya, tanpasungkan mereka tertawa riang berlompatan menimbulkan geletar yangmenggairahkan.

    “Kemana saja? Kami di sini tak bisa minum tanpamu,” kata salah seorangperempuan itu dengen kenes.

    Meng Xin Hun memandangnya dingin.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    10/166

    Wanita-wanita ini sengaja datang ke rumahnya untuk bertemu dengannya.Demi wanita-wanita ini uang Meng Xin Hun mengalir sederas air.

    Setengah hari yang lalu mungkin ia masih bisa memeluk para gadis itu, bagaiseseorang pembaca buku cerita-cerita manis yang bahkan ia sendiri pun tidak

    mempercayainya.Tapi sekarang ia hanya ingin berkata satu patah saja. “Keluar!” bentaknya.

    Lelaki yang tadi meniduri dan masih berbaring di atas ranjang tiba-tiba berdiri.Tubuhnya yang telanjang seperti tembaga, berkilau layaknya ikan. Pakaiannyatelah terlempar entah ke mana.

    Namun di sisinya nampak sebilah golok.

    Seperti tubuh telanjangnya, golok itu berwarna tembaga, batang goloknyaberkilauan seperti sisik ikan, sementara kelelakiannya telah separuh tertidur masih berkilat kelelahan. Bagi lelaki itu, mengenakan atau tidak mengenakanpakaian sama saja. Malahan jika sebilah golok tidak berada di tangannya, ia

    juseru merasa telanjang.

    Meng Xin Hun dingin menatapnya, sesaat kemudian bertanya, “Kau siapa?”

    Lelaki itu tertawa kemudian menjawab, “Kau sudah mabuk. Aku ini siapa punkau lupa. Aku adalah tamu yang kau udang. Kita awalnya minum arak laluberkenalan. Kau sendiri yang mengajakku ke mari.” Tiba-tiba seperti teringatsesuatu ia murka dan berkata, “Aku ke sini karena ada perempuanmu.Mengapa pula kau usir mereka?”

    Dingin tatapan Meng Xin Hun. “Kau pun keluar!”

    Wajah lelaki itu berubah seketika. Tangannya yang besar dan kasar seketikamenarik goloknya keluar.

    “Apa kau bilang?” bentaknya sangat marah. Begitu cahaya golok diayun,orangnya sudah meloncat dan berteriak, “Bila kau mabuk dan melupai aku itutidak mengapa. Tapi, jangan lupakan golok sisik ikanku!”

    Golok sisik ikan bukan golok sembarangan, harganya mahal, pun golok itusangat berat. Hanya orang kaya yang bisa memilikinya, hanya pesilat tangguhyang bisa menggunakannya.

    Di seantero dunia persilatan hanya tiga orang yang menggunakan goloksemacam itu. Tapi Meng Xin Hun tidak perduli siapa orang ini. Meng Xin Hunhanya bertanya, “Apa pernah kau gunakan golokmu membunuh orang?”

    “Ya!”

    “Sudah berapa membunuh orang?”

    Dengan sombong orang itu menjawab, “Dua puluh, mungkin lebih! Tidak adagunanya mengingat hal itu.”

    Men Xin Hun mendelik padanya. Tubuhnya serasa terbakar mendengar

    jawaban itu. Meng Xin Hun merasa membunuh merupakan hal menyedihkan.Ia tidak mengerti mengapa ada manusia yang sudah membunuh pun masih

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    11/166

    merasa bangga dan begitu angkuh. Ia membenci orang seperti itu seperti iamembenci seekor ular beracun.

    Wajah seperti tembaga itu tertawa dingin. “Hari ini aku sedang tidak inginmembunuh, apalagi tadi aku sudah minum arak dan main dengan tiga

    perempuanmu.”Meng Xing Hun seketika meloncat ke depan lelaki itu. Begitu orang sadar bahwa Meng Xin Hun sudah di depannya, sebuah kepalan keras telahmenghajar wajahnya.

    Para gadis menjerit ketakutan. Lelaki itu seketika merasa langit runtuh, tanahterbelah. Ia tidak lagi merasakan pukulan kedua. Bahkan sakit dan takut punsementara ia tidak rasakan lagi.

    Setelah lama ia baru merasakan angin dingin menerpa wajahnya. Angin ituterasa seperti jarum menusuk tulang dan menyengat otaknya. Tidak sengaja ia

    meraba mulutnya, terasa lembut seperti sepotong daging yang remuk; tapitidak teraba bentuk bibir, juga tidak gigi, tidak pula hidung.

    Sekarang ia baru merasa takut. Rasa takut yang keluar dari hatinya yangpaling dalam. Kemudian ia berteriak sekerasnya.

    Teriakannya sedemikian menyayat seperti lolong anjing hutan yang digorokpisau pemburu.

    *

    Di rumah kecil itu kini tinggal ia seorang serta sebotol arak di atas meja.

    Meng Xin Hun meraihnya, membawanya berbaring di ranjang, kemudianmenaruh botol itu di dada dengan posisi miring ke tepi bibirnya.

    Arak secara perlahan mengalir ke mulutnya, setengah lagi mengalir sepertisungai tumpah ke dadanya.

    Arak yang pahit mencecap lidah, naik ke tenggorokan, dan terus hinggamenendang ke kepala. Seketika seperti dirinya tenggelam di lautan arak.

    Pun tiba-tiba ia merasa pening.

    Sebelum membunuh, Meng Xing Hun selalu berada dalam keadaan sadar dantidak pernah mabuk.

    Namun kali ini berbeda.

    Ia merasa tidak sanggup membunuh Sun Yu Bo.

    Ia merasa Sun Yu Bo akan membawa kesialan baginya.

    *

    Tujuh poci arak sudah ia minum. Mata perempuan itu semakin besar danberbinar.

    Orang yang meminum arak bisa dibedakan atas dua macam. Pertama, bila

    sudah meminum arak matanya jadi merah dan suram. Kebanyakan orangadalah tipe seperti ini.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    12/166

    Namun perempuan itu tidak seperti kebanyakan orang, tidak masuk kategoripertama. Begitu ia meminum poci kesembilan, matanya semakin sepertibintang. Jelas ia masuk kategori kedua.

    Di rumahnya ada enam hingga tujuh orang sedang melempar dadu. Suara

    dadu di kocok seperti genta bertalu.Lampu terbuat dari perak. Cahaya lampu menyinari baran-barang antik danmewah di seluruh ruangan, juga menyinari meja besar yang seluruhnyaterbuat dari giok itu. Wajah-wajah mereka berkeringat di bawah cahaya lampu.

    Dan perempuan itu merasa sangat puas.

    Iniah rumahnya. Semua barang mewah di rumah ini miliknya. Dan semua inihanya sebagian dari kekayaannya.

    Mereka yang berada di rumahnya adalah orang-orang kaya, ternama, danberpengaruh. Dulu mereka sama sekali tidak memandang sebelah matapadanya. Tapi sekarang mereka semua adalah temannya.Perempuan itu tahu, begitu ia membuka mulut, mereka akan rela memenuhisegala permintaannya. Karena, mereka pun sering meminta bantuankepadanya. Kapan pun, ia siap meladeni permintaan mereka, yang palinganeh sekali pun.

    Orang yang duduk di dekat pintu adalah lelaki setengah baya. Kota inibernama Lu Dong. Dan lelaki itu adalah orang paling kaya dan berpengaruh diLu Dong.

    Pernah suatu kali di kala mabuk lelaki itu berkata, “Semua makanan pernahkucicipi, hanya belum pernah kumakan daging unta yang utuh dipanggang.”

    Hari kedua ketika membuka mata, ia melihat empat orang masuk menggotongsarapannya, yaitu seekor unta utuh yang sudah matang dipanggang.

    Di rumah perempuan itu siapa pun boleh meminta yang aneh-aneh, danbarang sekali pun ia tidak pernah mengecewakan.

    Sepuluh tahun yang lalu perempuan itu tidak memiliki apa-apa. Pakaian utuhpun ia tidak punya. Ia terpaksa membiarkan mata lelaki melihat bagian-bagiantubuhnya yang tidak tertutup sempurna.

    Waktu itu siapa pun yang memberinya selembar pakaian pasti akan mendapatsemua miliknya, yang paling berharga sekali pun.

    Namun sekarang ia sudah memiliki segalanya.

    *

    Bila mata perempuan itu sudah semakin terang berarti ia sudah banyakmeminum arak.

    Bila dadu terus berdenting berarti barang taruhan pun semakin banyak.

    Melihat wajah orang-orang itu ia merasa lucu. Lelaki yang biasanya terlihat

    sangat sopan manakala sudah berjudi dan main perempuan seketika berubahmenjadi segerombolan anjing dan babi.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    13/166

    Ingin muntah ia melihatnya.

    Tiba-tiba ada yang berteriak, “Aku yang jadi bandar, apakah Nyonya Besar ingin bertaruh?”

    Perempuan itu menghampiri dan menaruh selembar cek di atas meja.

    Yang menjadi bandar adalah seorang kaya. Biasanya ia selalu memamerkantubuhnya yang tinggi besar di hadapan para perempuan. Juga seringmemamerkan cincin gioknya yang mahal. Ia melakukan semua itu untukmembuktikan bahwa dirinya adalah seorang kaya raya bertubuh kekar.

    Perempuan itu tahu lelaki ini sedang menggodanya.

    Ia sudah sering digoda, tapi itu dulu. Sekarang ialah yang memilih lelaki,bukan lelaki yang memilihnya. Ia yang menggoda lelaki, bukan lelaki yangmenggodanya.

    Lelaki bandar itu melempar dadu, yang keluar angka sebelas. Ia tertawaseperti anjing lapar hingga terlihat giginya berwarna kuning dan hitam.

    Perempuan itu mengambil dadu, mengocoknya, dan yang keluar angka 4merah.

    Dalam keterpaksaannya, sang Bandar masih coba tertawa. Ia kalah total!Ketika ia meraih cek di atas meja, angka yang tertulis adalah 50.000 tail.Wajah lelaki itu berubah lebih hitam dan lebih kuning daripada giginya.

    Perempuan itu tertawa renyah. Katanya, “Janganlah terlalu dibuat serius, inihanya permainan. Bila Tuan tidak cukup membawa uang, cukuplah diganti

    dengan dua kali gongngongan anjing. Semua kami di sini pasti senang.”Siapa pun rela mengganti 50.000 tail dengan dua kali salakan anjing asalkandianggap lunas.

    Namun dengan cepat perempuan itu membuka pintu dan segera berlalu.

    Ia takut jika tetap di ruangan itu akan muntah di hadapan tamu-tamunya.

    *

    Subuh tiba.

    Matahari mulai datang menyapu bintang dan rembulan. Di ufuk timur,cahayanya semakin gemilang. Kabut pagi yang terlihat menggumpal perlahanmenipis buyar terhembus angin dan matahari yang menyinarinya.

    Tak seorang pun tahu asap kabut itu akan menghilang ke mana. Seperti jugatak seorang pun tahu kabut itu datang dari mana.

    Perempuan itu menelusuri jalan kecil membelah kabut, melewati pegunungan,hingga akhirnya tiba di sebuah rumah kayu di kaki bukit.

    Begitu masuk, ia menjumpai sosok Meng Xin Hun yang berbaring entahtertidur entah mabuk. Perlahan perempuan itu menghampiri dan mengulurkantangannya.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    14/166

    Sebenarnya Meng Xin Hun tidak tertidur, juga tidak mabuk. Ia hanya tidak mautahu akan keadaan sekitarnya.

    Mendengar langkah orang ia membuka sedikit mata dan melihat tanganperempuan itu, sepasang tangan berbentuk indah walau agak sedikit

    kebesaran. Pemilik tangan seperti itu pasti mempunyai sikap yang keras, hatiyang keras.

    Siapa pun tidak akan percaya bahwa tangan itu pernah menggali tanah untukmendapat ubi jalar, juga pernah bekerja di tambang batu bara.

    Perempuan itu menatap Meng Xing Hun dan mengamil botol arak daridadanya. “Kau tidak boeh minum terlalu banyak,” katanya.

    Suara perempuan itu lembut namun nadanya memerintah. Memang hanyaperempuan ini yang bisa memerintah Meng Xin Hun. Perempuan itulah yangpernah menolong jiwanya ketika berusia enam, ketika sekerat bakpau dingin

    lagi keras lebih mewah daripada emas permata.Itulah jaman perang saat banyak orang mati kelaparan. Di masa itu lumrah jikaada orang mati kelaparan. Sebaliknya, jika ada yang tidak mati kelaparan,itulah kejadian luar biasa.

    Tanpa rumah, tidak ada ayah, tidak ada ibu, namun anak berusia enam tahunbisa bertahan hidup benar-benar suatu mukjizat yang luar biasa.

    Mukjizat itu diciptakan oleh Gao Lao Da.

    Gao Lao Da bukan berarti “kakak lelaki paling besar”, melainkan “kakakperempuan paling besar”.

    Ia menciptakan empat mukjizat.

    Empat anak telah ia selamatkan dan mengikutinya. Yang paling kecil berusialima tahun, sementara usia Gao Lao Da saat itu baru 13 tahun.

    Demi menghidupi empat anak dan dirinya, semua pekerjaan sudah pernah iakerjakan. Ia pernah mencuri, mencopet, menipu.

    Ia juga pernah menjual diri.

    Saat usianya 14 tahun, ia tukar keperawanannya dengan dua kilo daging. Iatidak pernah melupakan wajah si tukang daging.

    Lima belas tahun kemudian ia datang kembali ke tukang daging itu danmemasukkan sebilah pedang panjang.

    Tepat ke dalam rongga mulutnya.

    3. Dewi Musim Semi

    Matahari terus merangkak semakin tinggi di permukaan.

    Seiring halimun yang menguap terbakar matahari, silau cahayanyamenerawangi kertas jendela.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    15/166

    Dan Gao Lao Da menarik tirai jendela. Ia tidak menyukai cahaya matahari,karena cahaya matahari selain membuat kulit cepat tua juga memperjelasgaris-garis yang mulai muncul di wajahnya.

    Tiba-tiba Meng Xing Hun bertanya, “Kau datang untuk memerintahkanku

    melakukan hal itu?”Gou Lou Da tertawa. “Kau tidak perlu diperintah, karena kutahu kau tidak akanmengecewakanku…”

    “Namun kali ini…”

    “Mengapa kali ini?”

    “Kalau aku tidak pergi, bagaimana?”

    Gao Lao Da sejenak memelototi Meng Xin Hun, tanyanya, “Kenapa? Apa kautakut pada Sun Yu Bo?”

    Meng Xing Hun tidak menjawab, sebab ia tidak tahu harus menjawab apa. Iasemata terdiam, mencoba mencari jawab pada diri sendiri.

    “Kau takut?” ulang Gao Lao Da lagi.

    Sekarang ia sudah tahu jawabannya: ia tidak takut! Ia tidak takut mati karenaia sudah pernah mati saat berusia enam. Kalau seseorang sudah tidak takutmati, apa lagi yang harus ditakuti?

    Jawaban yang benar adalah: kejenuhan! Kejenuhan yang sudah merasuktulang dan bercampur dengan darah. Ya, bukan kematian yangmenakutkannya, tapi kejenuhan yang merasuki dirinya. Kejenuhan yang telahmenghilangkan segala semangat dan gairah pada kehidupan.”Aku tidak mau pergi!” ucap Meng Xin Hun lirih.

    Gao Lao Da membeku, sesaat kemudian baru berkata. “Tidak bisa, kau haruspergi! Kau tahu, Shi Qun sedang di Utara, Xiao He ada di Ibu Kota. Dua‘saudara’-mu itu tidak bisa pulang. Maka, hanya kau saja yang bisamelakukannya. Hanya kau yang bisa menghadapi Sun Yu Bo.”

    Gao Lao Da saat berusia 13 tahun sudah membuat empat keajaiban, empatanak telah ia selamatkan dan mengikutinya hingga sekarang.

    “Bagaimana dengan Ye Xiang?” tanya Meng Xin Hun.“Ye Xiang sekarang hanya bisa membopong anak.”

    “Ye Xiang dulu bisa melakukan ini!”

    “Tapi Ye Xiang dulu tidak sama dengan Ye Xiang sekarang,” ujar Gao Lao Dakeras. Tapi perlahan ia mulai melembut, katanya, “Aku sudah memberinyakesempatan tiga kali, tapi tiga kali pula dia mengecewakanku.”

    Wajah Meng Xin Hun tetap tanpa ekspresi, tapi mata kanannya mulaiberkedut. Manakala ia merasa sakit di hati atau marah, sudut mata kanannyaselalu berkedut.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    16/166

    Hubungannya dengan Shi Qui, Xiao He, dan Ye Xiang ibarat saudarasekandung. Sebenarnya Ye Xiang adalah pemimpin di antara mereka empatlelaki. Usianya paling tua, paling pintar, paling kuat. Tapi, sekarang…

    “Aku lelah…” kata Meng Xin Hun lirih memejam mata.

    Gao Lao Da menarik nafas, kemudian duduk merapatkan diri di sisinya. “Akutahu kau sudah lelah, sudah jemu. Tapi kehidupan memang begini. Bila kitaingin bertahan hidup, kita tidak boleh berhenti.”

    Hidup? Siapa yang perduli dengan hidup? Tapi ia tahu, dalam hidup tetap adahal yang harus diperdulikan. Maka ia berkata dengan terpejam, “Baiklah, jikakau menyuruhku pergi, aku akan pergi.”

    Gao Lao Da memegang lengan Meng Xin Hun. “Kutahu kau tidak akanmengecewakanku.”

    Tangan Gao Lao Da terasa lembut dan hangat. Sejak Meng Xin Hun berusiaenam, tangan itu sudah memegang lengannya. Gao Lao Da adalah temannya,kakak perempuannya, juga merangkap ibunya.

    Namun sekarang ia merasa sepasang tangan itu menggenggam tidak sepertibiasa.

    Tak tahan ia membuka mata, melihat sepasang tangan yang indah walau agakkebesaran, masih tangan Kakak Gao yang dulu. Kemudian pandangannyaperlahan beralih naik ke pangkal lengan, dan terus ke atas pada dadanya,hingga akhirnya bertemu mata Kakak Gao.

    Sepasang mata itu begitu jernih dan terang.

    Tapi wajah Meng Xin Hun justeru muram seperti pelita kehabisan minyak.

    *

    Matahari sudah lama bersinar terang. Lampu–lampu entah kapan sudah matikehabisan minyak.

    Meng Xin Hun tiba-tiba merasa Kakak Gao-nya seperti orang yang lain.Seorang perempuan yang cantik dan lain.

    Saat itu Kakak Gao juga sedang menatapnya. Setelah lama baru berkataperlahan, “Kau sudah bukan anak kecil lagi.”

    Meng Xin Hun memang bukan anak kecil lagi. Sejak usia tiga belas, ia sudahbukan anak-anak lagi.

    “Kutahu, kau sering mencari perempuan…”

    “Benar, banyak sekali,” jawabnya.

    “Apa kau pernah menyukai mereka?”

    “Tidak pernah,”

    “Jika kau tidak menyukai mereka, artinya mereka tidak bisa memuaskanmu.

    Bila lelaki selalu tidak puas, lama-lama ia pasti akan jenuh…” Kakak Gaotertawa, begitu lembut dan feminin. Perlahan ia melanjutkan, “Sebagai lelaki

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    17/166

    mungin kau tidak memahami perempuan, seperti juga kau tidak tahu betapaperempuan bisa mendukung dan memotivasi lelaki…”

    Meng Xin Hun tidak bicara, ia hanya menatap Kakak Gao

    Kakak Gao berdiri perlahan, gerakannya anggun, begitu lembut menawan.Lengannya bergerak ke dada, mulai membuka kancingnya satu persatu. GaoLao Da membiarkan pakaiannya tanggal, jatuh ke bawah.

    Ia memang tidak muda lagi, tapi juga tidak seperti wanita yang telahkehilangan masa remaja, ia tahu bagaimana cara merawat tubuh.

    Berdiri di bawah matahari pagi yang mengintip dari balik jendela, ia sepertiDewi Musim Semi. Dadanya yang terbuka membusung indah denganputik-putik pada pucuknya telah mengeras kaku. Nafasnya selembut anginmusim semi membawa harum memabukkan.

    Apakah Gao Lao Da sudah mabuk dengan araknya?

    Mabuk atau tidak mabuk, tidakkah ia tetap wanita?

    Dan Meng Xin Hun adalah lelaki!

    * Angin menderu. Dedaunan berterbangan.

    Apakah musim gugur sudah tiba? Ataukah itu sekedar pertanda hujan yangakan tiba? Akankah cerahnya matahari hari ini berlalu begitu saja?

    Meng Xin Hun berlari sekencangnya membelah deru angin pagi seperti hewanyang terluka mengejar matahari.

    Ia terus berlari dan berlari seakan enggan berhenti, sementara air matanyaterus mengalir seperti ribuan mutiara menetes terbang ke belakang terbawaangin.

    Ia ingin. Ia mau.

    Tapi, ia tidak bisa!

    Pernah saat mereka masih berkelana dulu, di umurnya yang baru tiga belasitu, mereka harus beristirahat di sebuah gudang entah milik siapa.

    Musim semi baru tiba. Cuaca terasa begitu panas dan gerah. Sedemikiangerah dan panasnya hingga ia terbangun di tengah malam dan tanpa sengajamelihat Kakak Gao sedang mandi di pojok gudang sana.

    Sinar bulan mengintip dari jendela, menyinari tubuh putih halus yang basahtersiram air segayung demi segayung.

    Tubuh itu berkilauan.

    Air itu mengalir pada setiap lekuknya, pada celah bukit dadanya, menetesmelalui perut dan pusarnya, pada lembah subur di bawah sana, sebelumakhirnya membasahi jenjang paha dan betisnya.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    18/166

    Seketika Meng Xin Hun merasa bara api di perutnya, atau lebih tepat lagi: dibawah perutnya! Membuat ia memejam mata, namun keringat sudahmembasahi pakaiannya.

    Usianya tiga belas.

    Tapi sejak itu ia menjadi lelaki!Mulai saat itu ia sering memikirkan Kakak Gao, memikirkan kilau tubuhnya,lekuk tubuhnya, keindahan yang terpampang di hadapannya.

    Dewi Musim Semi!

    Sejak itu pula setiap tidur malam ia selalu membalik tubuh ke arah tembok,tidak berani sembarang memejam mata. Karena setiap kali matanya terpejam,yang terbayang adalah Dewi Musim Semi.

    Manakala bayangan itu datang padanya ia merasa berdosa, melarang dirinya

    membayangkan hal itu lagi. Hingga akhirnya ia menyimpan sebuah jarum.Setiap kali bayangan itu datang padanya, ia mengambil jarum guna menusukkakinya.

    Usianya semakin bertambah. Bekas tusukan jarum di kakinya pun semakinbertambah. Hingga ahirnya ia memiliki wanitanya sendiri. Tapi, tetap sajamanakala matanya terpejam di atas tubuh wanita itu, yang terbayang adalahKakak Gao.

    Dan akhirnya di hari ini ia benar-benar bisa mendapatkan Kakak Gao.

    Sungguh ia tidak pernah menduganya, tidak percaya. Walau tidak percaya, ia

    harus percaya.Ia ingin.

    Ia mau.

    Tapi, ia tidak bisa!

    Sewaktu Meng Xin Hun berlari dari rumah kayu itu ekspresi wajah Kakak Gaoseperti ditampar kencang sekali. Bagi seorang wanita, ditinggal lelaki sepertiitu adalah penghinaan terbesar.

    Dan Meng Xin Hun tahu perasaan Kakak Gao.

    Tapi ia tetap harus menolaknya.Baginya, Kakak Gao adalah kakak perempuannya, ibunya, temannya. Ia tidakmau merusak hubungannya dengan Kakak Gao. Juga tidak mau menggeser kedudukan Kakak Gao di hatinya.

    Tempat di hati itu tidak akan pernah tergeser oleh siapa pun.

    Siapa pun!

    4. Ye Xiang

    Meng Xin Hun masih berlari sekencangnya membelah angin seperti hewanyang terluka mengejar matahari hingga ia kelelahan dan akhirnya berhenti.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    19/166

    Sebatang pohon besar berkulit kasar berdiri kekar di sana.

    Ia menangis menggerung memeluk pohon itu erat-erat, menggosokkanwajahnya ke kulit pohon kuat-kuat. Ia merasa wajahnya basah, entah oleh air mata atau darah?

    Matahari semakin tinggi. Mendung hilang entah kemana. Di luar hutan tampaksebuah rumah di sisi kali. Pemandangan begitu menawan. Seindah lukisan.Seakan di dunia ini tak ada yang lebih indah selain pemandangan di tempatitu.

    Ke tempat itu bermacam orang dari berbagai lokasi datang bertandang, ibaratlalat melihat segumpal darah di atas sekerat daging telanjang, berbondongmenghampiri.

    Di situ mereka rela menghabiskan uang sebanyak-bayaknya karena itulahsebuah rumah pelesiran.

    Di tempat itu kau bisa membeli arak, memilih perempuan yang paling cantik, juga membeli mimpi yang tidak bisa kau raih. Bahkan bila kau beranimengeluarkan banyak uang, kau bisa membeli nyawa seseorang.

    Di sana tidak ada barang yang tidak bisa dibeli. Pun tidak ada barang yangbisa dibeli tanpa uang. Pokoknya, setiap orang yang datang harus membawauang, tanpa pengecualian, termasuk Meng Xin Hun.

    Itulah rumah milik Gao Ji Ping, biasa dipangil Gao Lao Da.

    Hidup berkelana selama 20 tahun mengajarkan Gao Lo Da satu hal: lebih baikmempunyai uang daripada mempunyai anak. Tidak ada yang bisamenyalahkan Gao Lao Da atas prinsipnya.

    Pengalaman telah mengajarkan padanya, kehidupan yang miskin lebihmenyakitkan daripada memotong sekerat daging sendiri.

    *

    Beberapa lelaki terlihat ke luar dari rumah plesiran itu.

    Mereka memeluk pinggang perempuan masing-masing sambil membicarakanhasil perjudian tadi.

    Berjudi semalam suntuk terkadang lebih melelahkan daripada pertarunganhidup dan mati.

    Meng Xin Hun mengenali lelaki yang pertama keluar, bermarga Qing, tengahmemeluk wanita yang lebih cocok menjadi cucunya.

    Orang bermarga Qing itu bertubuh kuat, masih terawat, semangatnya masihmenggebu. Setiap musim gugur ia datang ke tempat itu dan menginap selamabeberapa hari.

    Meng Xin Hun bertanya dalam hati, ‘Tidak banyak yang mampu membelinyawa Sun Yu Bo, diakah salah satunya?’

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    20/166

    Nyawa Sun Yu Bo berharga sangat tinggi. Dulu setiap Meng Xin Hunmembunuh orang, ia tidak perduli siapa yang membeli. Tapi kali ini lain, iaingin tahu.

    Sepertinya malam tadi Qing menang besar, tawanya keras tergelak-gelak, tapi

    tiba-tiba terhenti. Ia melihat seseorang melintas mendatangi.Orang itu bertubuh tinggi besar, gagah, mengenakan jubah panjang berwarnahijau, rambutnya mulai memutih, dan tangannya memegang dua lempenganbesi.

    Dari posisi Meng Xin Hun di tepi hutan di belakang sana, ia tidak bisa melihatwajah lelaki itu dan hanya bisa melihat wajah si Qing.

    Di dunia persilatan marga Qing lumayan terkenal, namun begitu melihat wajahlelaki yang mendatangi dari depannya, seketika si Qing berubah hormat,menyingkir ke tepi, memberi jalan sambil membungkuk.

    Lelaki itu hanya menganguk, mengucapkan dua kata, dan terus berlalu.Siapakah dia? Meng Xin Hun ingin tahu, tapi tidak bisa!

    Di tempat itu Meng Xin Hun ibarat setan tanpa bayangan. Ia tidak bolehmempunyai nama maupun marga, tidak boleh mengenal orang, juga tidakboleh dikenal orang.

    Gao Lao Da telah memerintahkannya agar tidak seorang pun bolehmengenalnya.

    Maka, ia tidak boleh memiliki perasaan, teman, dan juga kehidupan pribadi.

    Bahkan, nyawa sendiri pun bukan miliknya. Ia hanya mempunyai tugas.Tugasnya hanya satu: mencabut nyawa.

    *

    Meng Xin Hun coba berdiri tegak dengan tetap memeluk pohon itu.

    Tiba-tiba dari atas pohon terjulur sebuah tangan, gemetar menawarkan seguciarak, diikuti datangnya sebuah suara serak. “Sepagi ini sudah bangun, bukanhal yang baik, mari minum bersama!”

    Meng Xin Hun menyambut guci arak tanpa menengadah. Walau ia tidak

    mengenal suara seraknya, tapi ia bisa mengenali sepasang tangannya.Tangan itu sangat besar dan tipis, artinya bisa memegang benda apa pundengan kuat dan cepat. Maka, bila tangan itu memegang pedang, pastilahtiada seorang pun yang luput dari pedangnya.

    Itulah tangan Ye Xiang.

    Namun tangan itu sudah lama tidak memegang pedang. Pedangnya sudahlama ia gantungkan.

    Dulu, sekali pedang Ye Xiang berkelebat, selamanya mengenai sasarandengan tepat.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    21/166

    Gao Lao Da mempercayai Ye Xiang. Ye Xiang pun penuh percaya diri. Tapisekarang untuk memegang seguci arak pun tangannya terlihat gemetar.

    Di tangan itu tampak bekas luka yang panjang dan dalam, luka yang ia dapatsaat terakhir bertugas membunuh orang.

    Orang itu bernama Yang Yu Ling, seorang kroco yang tidak terkenal.Sebelumnya, semua yang dibunuh Ye Xiang jauh lebih lihai daripada Yang YuLing.

    Gao Lao Da menyuruh Yeng Xiang membunuh Yang Yu Ling semata untukmemulihkan kepercayaan dirinya karena ia sudah dua kali gagal.

    Tapi kali ini pun ia tetap gagal. Yang Yu Ling nyaris memotong putus tanganYe Xiang.

    Semenjak itu Ye Xiang tidak pernah membunuh lagi, kerjanya seharian hanya

    bermabukan semata.*

    Arak itu terasa pahit dan pedas.

    Hanya sekali tenggak, alis Meng Xin Hun langsung berkerut.

    Ye Xiang tertawa, “Ini memang bukan arak bagus, tapi tidak ada arak bagustetap lebih baik daripada tanpa arak.” Ia kembali tergelak sebelummelanjutkan, “Gao Lao Da masih mengijinkanku meminum arak pun sudahsuatu kebaikan. Orang sepertiku pantasnya menenggak kencing kuda!”

    Meng Xin Hun tidak tahu harus berkata apa, sementara Ye Xiang sudahmelorot turun dari pohon dan tersenyum memandangnya.

    Namun Meng Xing Hun tidak mau melihatnya. Ia tidak tega. Orang yangpernah mengenal Ye Xiang pasti tidak tega melihat ia berubah drastis sepertiini.

    Sebenarnya Ye Xiang adalah lelaki yang ganteng dan kuat, tenaganya besar,suaranya berat berwibawa. Tapi sekarang pedangnya sudah berkarat,wajahnya kuyu, suaranya berubah serak.

    Ye Xiang menenggak araknya lagi sambil menghela nafas. “Sekarang semakin

    jarang kita berjumpa. Biar pun kau menghina diriku, itu pantas bagiku. Bilatidak ada dirimu, aku sudah mati di tangan Yang Yu Ling.”

    Terakhir kali Gao Lao Da menyuruh Ye Xiang membunuh orang, ia menyuruhMeng Xin Hun menguntit dari belakang.

    Ye Xiang tertawa. “Sebenarnya hari itu kutahu kau ada di belakangku, karenaitu…”

    Meng Xing Hun seketika menyela, “Seharusnya aku memang tidak pergi!”

    “Kenapa?” tanya Ye Xiang.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    22/166

    “Gao Lao Da menyuruhku mengikutimu karena ia menghawatirkanmu. Kautahu itu! Karena itu, kau tidak percaya diri. Bila saat itu aku tidak mengikutimu,kau pasti bisa membunuh Yang Yu Ling.”

    Ye Xiang tertawa sedih. “Kau salah! Waktu aku gagal membunuh Lei Lao San,

    aku tahu selamanya tidak bisa membunuh lagi.” Lei Lao San adalah kegagalanpertamanya.

    Meng Xin Hun menatap Ye Xiang dalam-dalam. “Lei Lao San seorangtengkulak, biasanya kau paling benci orang macam ini. Aku heran, kenapa kautidak bisa membunuhnya?”

    Ia tertawa kecut. “Aku pun tidak tahu mengapa, yang kutahu aku merasasangat lelah. Sedemikian lelahnya hingga enggan melakukan apa pun.”Setelah terdiam sesaat, Ye Xiang menghela nafas, “Kau tidak akan pernahmengerti perasaan seperti ini…”

    Lelah! Kata itu tajam menusuk ulu hati Meng Xin Hun, sudut matanya mulaiberkedut. Lama ia baru berkata, “Aku mengerti!”

    “Kau mengerti apa?”

    “Aku sudah membunuh sebelas orang!”

    “Kau tahu berapa orang yang kubunuh?”

    Meng Xin Hun tidak tahu. Kecuali Gao Lao Da tidak ada yang tahu. Setiap kalimenjalankan tugas, itulah misi rahasia, tidak ada orang lain yang boleh tahu.

    “Aku sudah membunuh tiga puluh orang. Tidak lebih tidak kurang, tiga puluh!”

    Tangannya gemetar, ia cepat-cepat menenggak araknya. “Kau pun akanmembunuh dalam jumlah banyak, mungkin lebih banyak dariku. Karena jikatidak, kau akan menyerupai nasibku…”

    Lagi, seolah tendangan keras menghantam ulu hati Meng Xin Hun. Ia sudahbenar-benar merasa mual, ingin muntah: Ye Xiang adalah cermin dirinya.

    Sementara Ye Xiang melanjutkan berkata, “Setiap orang memiliki nasib dantakdirnya sendiri, jarang ada yang bisa menghindari dan mengubahnya.Sebetulnya aku pernah memiliki kesempatan untuk mengubah takdirku…”

    “Kau pernah miliki kesempatan itu?”

    Ye Xiang membuang pandang jauh-jauh. “Pernah suatu kali aku bertemudengan seorang wanita, ia membantuku sepenuh hati. Kalau waktu itu akubertekad pergi dengannya, mungkin hidupku tidak begini. Seandainya punmati, matiku jauh lebih baik daripada begini…”

    “Kenapa kau tidak pergi dengannya?”

    Mata Ye Xiang menyorot sedih, perlahan ia berkata lirih, “Karena aku seorangbodoh. Sangat goblok. Goblok sekali! Aku tidak berani…”

    “Bukannya tidak berani,” Meng Xin Hun menatap penuh simpati, “mungkin

    karena kau tidak tega.”

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    23/166

    “Tidak tega pun suatu kebodohan!” hentaknya. “Kuharap kau tidak sebodohdiriku.” Ia memegang tangan Meng Xin Hun, menatapnya dalam-dalam.“Kesempatan hanya datang sekali. Jika sudah lewat, ia tidak akan kembali.Dalam hidup setiap orang pasti akan datang satu kesempatan! Karena itukumohon padamu, bila kesempatan itu datang padamu, janganlah kausia-siakan.”Sehabis berkata ia membalik tubuh, ia tidak mau Meng Xin Hun melihat air matanya.

    Ia mengucapkan semua itu bukan hanya demi Meng Xin Hun, tapi juga untukdirinya. Ia tahu seumur hidupnya sudah tidak punya kesempatan lagi,karenanya ia berharap Meng Xin Hun dapat melanjutkan hidup dengan lebihbaik daripada dirinya.

    Sementara Meng Xin Hun hanya terdiam. Ia tidak bicara karena tidak bisamengutarakan isi hatinya. Perasaannya pada Gao Lao Da hanya dirinya yangtahu. Demi Kakak Gao, ia rela mati.

    Ye Xiang kembali bertanya, “Apa kau akan membunuh lagi?”

    Meng Xin Hun mengangguk.

    “Kali ini siapa yang akan kau bunuh?”

    “Sun Yu Bo.”

    Itulah rahasianya. Tapi, dihadapan Ye Xiang, ia tidak bisa menyimpan rahasiaitu.

    “Sun Yu Bo? Apakah Sun Yu Bo yang tinggal di Jiang Nan?”“Kau mengenalnya?” Meng Xin Hun balik bertanya.

    “Aku pernah bertemu dengannya!”

    “Dia seperti apa?”

    “Tidak ada yang tahu dia seperti apa. Aku hanya mengetahui satu hal saja.”

    “Apa?”

    “Jika aku adalah kau, aku tidak akan pergi membunuhnya.”

    Meng Xin Hun menghela nafas, berkata perlahan, “Aku juga hanyamengetahui satu hal saja.”

    “Apa?”

    “Aku harus membunuhnya!”

    5. Lao Bo

    Ketika Fang You Ping pulang, ia sudah mabuk seperti melayang. Ia tidak ingatdi mana minum arak, juga tidak tahu bagaimana ia bisa pulang. Yang pasti,

    jika ia tidak mabuk, ia tidak akan pulang.

    Sebenarnya ia punya keluarga yang hangat dan bahagia. Tapi tujuh bulanyang lalu rumah tangganya tidak hanya hangat, melainkan sudah sangat

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    24/166

    panas. Sedemikian panasnya hingga ibarat neraka membuatnya engganpulang.

    Ketika malam ini ia pulang, seisi rumah sudah tertidur lelap. Di tangannyamasih ada setengah botol arak yang masih ia coba tenggak. Belum lagi

    terminum, ia malah muntah. Setelah muntah ia jadi agak sadar.Sebenarnya ia tidak mau sadar. Setelah sadar, keadaannya malah lebihrunyam daripada mabuk. Karenanya, ia memilih mabuk daripada sadar. Iasegera menenggak setengah botol arak yang tersisa di tangannya.

    Sesungguhnya ia lelaki yang punya uang dan nama. Lelaki yang punya uangdan nama pasti memiliki istri yang mempesona.

    Istrinya memang cantik, sangat cantik malah. Boleh dikata, kecantikan istrinyabegitu menggoda.

    Tapi ia paling tidak tahan jika kaum lelaki memandang istrinya dengan mesum,serasa ingin ia cungkil setiap pandangan lelaki seperti itu.Sayangnya, ia pasti tidak akan sanggup melakukannya. Karena kalau iasanggup, entah berapa banyak mata lelaki yang harus ia cungkil.

    Namun istrinya sangat suka dengan pandangan binal seperti itu, suka bilalelaki menatapnya dengan mesum. Semakin mesum, semakin baik malah.

    Walau di luaran wajah istrinya sedingin es, tapi ia tahu di dalam hati istrinyasedang membayangkan naik ranjang bersama lelaki yang memandang mesumitu.

    Pada malam pertama pernikahannya, ia hampir mencekik mati sang istri. Tapibegitu melihat sepasang mata yang besar dan lincah, memandangi mulut yangranum merekah, tangannya yang terjulur mencekik seketika berubah jadipelukan.

    Ia hanya bisa menangis di dada istrinya.

    Entah berapa banyak lelaki yang sudah naik ke ranjang sebelum dirinya, iatidak mau tahu. Tapi belakangan yang ia tahu hanya satu: jika istrinya tidakada di tempat tidur, berarti tengah berada di tempat tidur lelaki lain.

    Begitu sadar ia pasti mengingat hal itu. Maka Fang You Ping segera lari ke

    ruang tamu, setengah arak tersisa tidak cukup membuatnya mabuk. Iamencari sebotol arak lagi, itu pun kalau masih ada.

    Tiba-tiba terdengar suara di luar jendela, kibar pakaian diterpa angin.

    Sebelum menikah dengannya, istrinya adalah seorang maling perempuanyang lumayan ternama, bernama Zhu Qing. Ilmu meringankan tubuh isterinyabahkan lebih lihai daripadanya.

    Setelah menikah ternyata ilmu meringankan tubuh Zhu Qing tetap berguna, iabisa keluar dari jendela kapan pun mau dan pulang menjelang pagi.

    Sejak menikah, Zhu Qing tidak lagi mencuri barang karena suaminya sudahcukup menyediakan barang. Ia hanya perlu mencuri lelaki.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    25/166

    Lilin hampir padam. Fang You Ping sudah separuh mabuk separuh sadar.

    Tiba-tiba Zhu Qing muncul dengan pandangan menghina.Wajahnya terlihatpucat, bola matanya hitam, penampilannya dingin tapi anggun.

    “Kau dari mana?” tanya Fang You Ping. Sebetulnya ia sudah tahu jawabannya, tapi tetap bertanya.Zhu Qing menjawab dengan nada menghina, “Mencari seseorang.”

    “Mencari siapa?”

    “Mencari Mao Wei.”

    Di kota itu semua kenal Mao Wei. Harta Mao Wei sangat banyak. Dalamhitungan sepuluh orang, paling sedikit enam di antaranya membeli pakaian ditoko Mao Wei. Beras pun dibeli dari toko Mao Wei. Kalau berjalan entah kemana, tanah yang kau pijak mungkin masih dimiliki Mao Wei. Bila kau melihat

    seorang perempuan cantik, kemungkinan perempuan itu milik Mao Wei atausudah pernah dipermainkan Mao Wei.

    Pokoknya, di tempat itu, apa pun yang kau lakukan, apa pun yang kau lihat,seputar mata memandang, pasti ada hubungan dengan Mao Wei.

    Wajah Fang Yao Ping terlihat merah, marah ia bertanya, “Untuk apa kau cariMao Wei?”

    “Kau mau tahu jawabnya?” Mata Shu Qin menyorot sinar menggoda.Wajahnya yang pucat mulai memerah, kemudian melanjutkan berkata, “Ia jugaminum arak sepertimu. Tapi, tidak sepertimu, walau mabuk ia masih bisa

    melakukannya.”Tiba-tiba Fang You Ping meloncat dan mencekik leher Zhu Qing. “Kubunuhkau!” teriaknya.

    Meledak tawa Zhu Qing. Ia cekikikan, “Silahkan bila ingin membunuhku, tidakada yang kubuat kagum padamu. Bila kau memarahi Mao Wei, barulahkukagum padamu.”

    Fang Yaou Ping tidak berani memarahi Mou Wei, juga tidak berani mencekikmati istrinya karena Mao Wei pasti akan mencarinya. Dalam keadaan mabukpun ia tidak berani melakukannya!

    Tangan Fang You Ping gemetaran kemudian ia mulai melonggarkancekikannya. Namun begitu melihat wajah Zhu Qing yang menghina, tangannyakembali mencengkram erat.

    Tiba-tiba Zhu Qing berteriak, “Jangan memukuli wajahku!” Walau ia berteriak,tapi tidak terlihat ketakutan dalam nadanya, malah terdengar tawa dalamsuaranya.

    Fang You Ping memukul perut Zhu Qing hingga terjatuh.

    Zhu Qing mengait leher Fang You Ping, menariknya supaya ikut terbaring di

    lantai dan membiarkan Fang You Ping menghirup aroma tubuhnya.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    26/166

    Fang You Ping terus memukuli dada Zhu Qing yang kenyal. Tapi, ia memukulterlalu ringan.

    Zhu Qing malah tertawa cekikikan, ia mengangkat gaun panjangnyatinggi-tinggi, mengeluarkan sepasang kakinya yang jenjang dan putih, juga

    menunjukkan bahwa ia tidak mengenakan apa-apa lagi di balik gaunnya.Fang You Ping seperti sapi yang terengah. Ia membenamkan wajahnyadalam-dalam di sana. Menghirup seluruh aroma kewanitaan istrinya.Kemudian ia mengangkat tubuhnya, meletakkan persis di bawahnya. DanFang You Ping mulai coba memasuki diri istrinya. Ia merasa betapakewanitaan istrinya sudah begitu basah.

    Namun betapa pun mencoba, ia tetap tidak mampu.

    Akhirnya ia berguling dari atas tubuh Zhu Qing, jatuh ke samping persis padabekas muntahnya sendiri.

    Ia kembali ingin muntah, tapi tidak bisa. Yang bisa ia lakukan hanya menangis.Zhu Qing perlahan berdiri, merapikan rambutnya yang kusut. Hanya dalamwaktu sekejap ia berubah dari perempuan genit menjadi perempuan anggun.

    Dengan dingin ia menatap Fang You Ping. “Aku tahu, sekali mabuk kau takdapat melakukannya dan selalu mengecewakanku. Sekarang aku mau tidur,

    jangan coba ganggu, karena aku harus tidur nyenyak supaya besok punyatenaga buat menemui Mao Wei.”

    Ia membalik tubuh, masuk ke kamar tidur. Sebelum masuk ia masih sempatberkata, “Kecuali kau membunuh Mao Wei, setiap malam aku akan tetapmencari dia.”

    Fang You Ping mendengar pintu dikunci.

    Dan ia terus menangis.

    Hingga akhirnya nama itu melintas dalam benaknya. Seseorang dapatmembantunya. Ya, hanya seorang saja yang bisa membantunya.

    Lao Bo!

    Begitu teringat nama Lao Bo, hatinya seketika tentram karena ia tahu Lao Boakan membereskan masalahnya.

    Hanya Lao Bo.

    Tidak ada yang lain!

    *

    Zhang Lao Tou, si “Pak Tua Zhang”, berdiri di dekat tempat tidur memandangianak perempuannya yang cantik dengan air mata bercucuran.

    Ia adalah seorang tua yang memiliki penghidupan susah, seumur hidupmembantu orang bekerja di sawah, saat panen pun hasilnya masih milik oranglain.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    27/166

    Hanya anak perempuan satu-satunyalah yang bisa membahagiakannya, yangia banggakan dan perlakukan sebagai putri raja. Namun sekarang putrinyatelah dirusak oleh segerombolan bejat.

    Semenjak pulang kemarin malam putrinyanya pingsan dan belum sadarkan diri

    hingga sekarang.Sewaktu di gendong ke dalam, semua pakaiannya sobek, memperlihatan kulitputih mulus yang penuh lebam.

    Mengapa ia bisa mengalami kejadian seperti ini?

    Zhang Lao Tou tidak habis pikir. Ia pun tidak tega memikirkannya.

    Sewaktu megambil air kemarin anak itu masih tampak polos dan gembira,masih punya mimpi-mimpi indah. Tapi saat ia pulang kehidupannya sudahberubah menjadi mimpi buruk.

    Sebelum pingsan ia masih sempat menyebut nama dua orang: Jiang Feng danJiang Ping.

    Zhang Lao Tou ingin mencekik leher mereka, namun ia tidak sanggup.

    Jiang Feng dan Jiang Ping adalah tamu dari Xu Qing Song yang kaya raya. XuQing Song adalah teman baik ayah kedua pemuda itu.

    Selain itu, kedua kakak beradik ini lumayan punya nama di dunia persilatan.Mereka pernah membunuh harimau tanpa senjata.

    Rasanya mustahil bagi Zhang Lao Tou yang miskin dan renta untukmembalaskan dendamnya.

    Namun Xu Qing Song dikenal sebagai orang yang sangat adil. Karenanya,Zhang Lao Tou datang kepadanya. Ia percaya Xu Qing Song pasti akanmembela dirinya.

    Xu Qing Song tengah berdiri di depan Jiang bersaudara. Mukanya merah. Iamenggulung lengan baju seakan ingin mencekik mati kedua pemuda itu.

    Walaupun Jiang bersaudara menunduk sangat dalam, tapi dari sorot matamereka sama sekali tidak menunjukkan rasa takut sama sekali.

    Jiang yang lebih muda menunduk melihat sepatunya sendiri yang ternoda

    darah perawan putri Zhang Lao Tou. Ia merasa sayang karena sepatu itu barudibeli di Ibu Kota

    Binatang jahat! Maki Zhang Lao Tou dalam hati, ia gemetar menahan geram,namun tetap mencoba menahan diri karena percaya Xu Qing Song akanmemberi keadilan padanya.

    Suara Xu Qing Song sangat tegas ketika berkata, “Apa kalian yang melakukanini? Jawab dengan jujur!”

    Jiang bersaudara mengangguk.

    Xu Qing Song sangat marah dan membentak, “Tidak kusangka kalian bisamelakukan hal ini. Apa kalian melupakan begitu saja ajaran orangtua? Aku

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    28/166

    adalah sahabat orangtua kalian, paling sedikit harus menggantikan diamenghajar kalian! Apa kalian bisa menerima?”

    Jiang bersaudara mengiyakan.

    Wajah Xu Qing Song tidak marah lagi dan berkata, “Kelakuan kalian walausangat memalukan tapi masih mau mengakui kesalahan. Di depanku punkalian berkata jujur. Anak muda seperti kalian karena sudah mengakubersalah, tentu masih bisa ditolong dan dimaafkan. Untunglah Nona Zhanglukanya tidak seberapa…”

    Zhang Lao Tou seketika pening. Kata-kata Xu Qing Song sulit didengarnyalagi.

    Xu Qing Song masih melanjutkan berkata, “Sekarang kutanya pada kalian,kelak apa masih berani melakukan perbuatan seperti ini?”

    Jiang bersaudara mengeluarkan senyum licik, mereka tahu masalah sudahberes. Dengan cepat si kakak berkata, “Tidak berani… Tidak berani lagi.”Xu Qing Song melanjutkan, “Karena kalian baru pertama melakukannya danberani mengakui kesalahan, maka hukumannya agak ringan. Kalian dihukumselama tujuh hari di rumahku, dan semua upah kalian diberikan kepada NonaZhang.” Xu Qing Song sejenak merapikan lengan bajunya. “Kalau lain kalikalian masih berani melakukan hal ini, aku tidak akan mengampuni lagi!”

    Zhang Lao Tou merasa darahnya terhisap habis, untuk marah pun ia tidakbisa. Ia hanya terkulai lemas.

    Bila sehari mendapat tiga tail perak, dalam tujuh hari ada dua puluh satu tail.Dua puluh satu tail bagi Jiang bersaudara seperti setitik debu, dan itulah nilaiyang ditukar untuk membeli kebahagiaan anak perempuannya seumur hidup.

    Jiang bersaudara berjalan sambil menunduk dan terus keluar. Saat melaluiZhang Lao Tou mereka meliriknya, penuh kemenangan.

    Zhang Lao Tou orang yang sabar, selama hidup menanggung kesulitan. Iatetap sabar ketika menerima banyak siksaan dan penghinaan, namun sekali iniia tidak kuat menanggungnya.

    Zhang Lau Tou menggeram. Ia berlari menghampiri dan menjambak baju di

    dada Jiang Feng. “Aku juga punya dua pulus satu tail perak, bawa adikperempuanmu ke sini. Aku juga mau melakukanya!”

    Jiang Feng dingin menatapnya, tidak bergerak sedikit pun. Pukulan Zhang LauTou di dadanya seperti lalat menggoyang penglari.

    Dua orang pelayan datang menarik tangan Zhang Lao Tou dan langsungmenyeretnya pergi, membuat ia merasa diperlakukan seperti seekor monyet.Seumur hidup ia biasa dihina, tapi tidak pernah terhina seperti ini.

    Xu Qing Song justeru marah dan berkata, “Kalau bukan anak peremuanmuyang menggoda duluan, mana mungkin Jiang bersaudara akan melakukan hal

    itu? Mengapa mereka tidak melakukannya pada perempuan lain? Perempuandi desa ini bukan hanya anakmu saja, tahu!” Xu Qing Song mengebas

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    29/166

    tangannya. “Cepat pulang, ajari anak perempuanmu. Jangan marah-marahseperti orang gila di sini!”

    Zhong Lau Tou merasa air pahit keluar dari tenggorokannya, ia ingin muntahtapi tidak bisa.

    Maka ia mengikat tali di atas penglari rumah.Ia marah karena dirinya tidak berguna, marah pada dirinya karena tidak bisamencari keadilan bagi anaknya yang diperkosa.

    Ia rela mengorbankan segalanya demi sang anak, tapi sekarang ia tidak bisaberbuat apa-apa. Bila hidup seperti ini, tidakkah lebih baik mati?

    Ia mengikat tali dan memasukkan kepala pada lubang simpulnya. Saat itulah iamelihat di pojok ruangan beberapa labu dan setumpuk anggur.

    Setiap panen musim gugur ia akan memilih labu yang paling besar dan anggur

    yang paling manis, kemudian mengantarkannya kepada orang itu.Ia melakukan karena rasa hormat dan cinta pada orang itu. Dan sekarang iamemikirkan nama itu.

    Lao Bo!

    Begitu teringat Lao Bo, hatinya seketika tentram karena ia percaya Lao Boakan mengembalikan keadilan untuknya.

    Hanya Lao Bo.

    Tidak ada yang lain!

    *Tujuh Pemberani, itulah gelar mereka.

    Mereka tujuh pemuda, berani, dan penuh tenaga kehidupan. Tapi merekasendiri tidak begitu mengerti makna kata ‘berani’ pada gelar mereka.

    Yang mereka tahu, mereka berani mengatakan dan melakukan apa pun.Mereka tidak tahun bahwa ‘berani berkata dan berbuat’ pun suatu kebodohan.

    Yang tertua di antara ketujuh pemuda pembrani itu adalah Tie Cheng Gang. Iaberbeda dengan keenam pemuda lainya, ia bukan anak piatu. Persamaan

    dirinya dengan keenam pemuda lainnya adalah mereka senang berpetualang.Salah satu petualangan yang mereka suka adalah berburu. Dan musim gugur merupakan saat tepat untuk berburu.

    Hari itu Tie Cheng Gang membawa keenam temannya buat berburu. Merekabaru mendapat dua ekor rusa, seekor kucing gunug, dan beberapa kelinci.

    Tiba-tiba mereka melihat sebuah rumah terbakar di kaki bukit. Rumah Duan SiYe.

    Duan Si Ye adalah paman Tie Cheng Gang.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    30/166

    Ketika mereka tiba, api sudah besar melalap rumah. Tidak tampak seorangpun yang berusaha memadamkannya. Ke mana tujuh puluh hingga delapanpuluhan penghuninya?

    Mereka berlari masuk ke dalam rumah dan menemukan jawabannya. Di rumah

    itu semua lelaki, perempuan, tua, muda, semua sudah jadi mayat.Total, tujuh puluh sembilan mayat, dan salah satunya adalah mayat Duan SiYe.

    Tombak perak yang biasa digunakan Duan Si Ye telah putus menjadi dua.Ujung tombak menancap di dadanya, namun gagang tombak tidak ada ditangannya.

    Sepasang tangan Duan Si Ye justeru mengepal dengan keras, hinggaurat-urat nadi di tangannya merongkol seperti ular mati berwarna hijaukebiruan.

    Barang apa yang digenggam Duan Si Ye begitu erat hingga mati pun ia tidakrela melepaskannya?

    Tidak ada yang tahu, bahkan sepertinya Duan Si Ye pun tidak memilikikesempatan untuk mengetahuinya hingga mati pun ia tidak sempat menutupmata.

    Melihat keadaan mayat sang paman, hati Tie Cheng Gang sakit sekali,lambung pun terasa menciut.

    Ia berjongkok dan menutup kelopak mata Duan Si Ye, kemudian berusahamembuka genggaman tangan sang paman.

    Gengaman itu sangat sulit dibuka. Tangan Duan Si Ye menggengam terlaluerat, dan kini otot dan tulangnya sudah mengeras kaku.

    Api semakin mendekat, mulai memanggang wajah Tie Cheng Gang. Darirambutnya pun mulai tercium bau hangus.

    Teman-temannya berteriak, “Cepat lari! Kita keluar dulu baru bicara lagi!”

    Dengan menggigit bibir Tie Cheng Gang mencabut golok dan memengalsepasang tangan pamannya untuk kemudian ia simpan dalam pakaiannyaserta berlari ke luar sana.

    Sesampai di luar, teman-temanya merasa heran. “Jika kau ingin melihat apayang digengamnya kenapa tidak kau bopong saja tubuhnya keluar?”

    Tie Cheng Gang mengeleng kepala. “Mending paman sekalian dikremasisaja.”

    Ia tidak pernah berbohong pada teman-temannya, tapi kali ini ia tidakmengatakan yang sejujurnya.

    Sebetulnya ia merasa firasat tidak enak, membuatnya memutuskanmembiarkan mayat pamannya tetap di dalam.

    Teman-temannya menatap dengan heran, “Apa kita biarkan keadaan sepertiini?”

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    31/166

    “Habis bagaimana lagi?” Tien Cheng Gang balik bertanya.

    “Paling sedikit kita harus tahu siapa yang membakar rumah ini.”

    Tie Cheng Gang belum menjawab, ia melihat kedatangan tiga biksumengenakan baju berwarna biru. Di pedang mereka terlihat pita berwarnakuning berkibar tertiup angin seiring dengan jengot mereka yang belang dan

    juga terkibarkan angin.

    Mereka sepeti tiga dewa yang baru turun dari langit. Ketiganya pasti bukanpembunuh.

    Entah mengapa melihat mereka hati Tie Cheng Gang terasa berat.Sebaliknya, teman-temannya malah merasa senang.

    Huang Shan San You sudah datang. Asalkan ada tiga biksu sepuh itu semuamasalah pasti beres.

    Huang Shan San You adalah sebutan untuk Yi Shi, Yi Yun, dan Yi Qiang.Walau mereka adalah biksu, namun ilmu pedangnya sangat tinggi. Mereka

    juga sangat adil. Tidak heran jika banyak anak muda yang belajar pedangmengidolakan mereka.

    Tidak terduga wajah Huang Shan San You terlihat marah. Begitu berhadapan,Yi Qiang si “Satu Mata Air” berseru, “Kalian sangat berani!”

    Yi Yun si “Satu Awan” menyahuti, “Kutahu kalian biasa melakukan hal-halyang berani, tidak disangka kalian juga berani melakukan ini!”

    Yi Shi si “Satu Batu” selalu jarang bicara. Ia diam seperti sebongkah batu.Lebih keras dan lebih dingin daripada batu.Enam orang dari Tujuh Pemberani itu wajahnya sudah berubah. Mereka bukantakut, tapi kaget setengah mati.

    “Memangnya kami sudah melakukan apa?” tanya salah satunya, sementarayang lain berkata, “Perbuatan ini bukan kami yang melakukan!”

    Yi Qiang murka, “Kalian masih berani menyangkal?”

    Yi Yun pun marah, “Bila bukan kalian, lantas siapa? Darah di pisau kalian punbelum dibersihkan!”

    Keenam pemuda dari kaget menjadi heran dan gelisah. Mata Huang Shan SanYou begitu jeli, masakah tidak bisa membedakan darah manusia atau hewan?

    Tapi Tie Cheng Gang terlihat tenang, ia sudah melihat permasalahanya dantahu bahwa tiada seorang pun yang bisa membela mereka dari tuduhan itu.

    Ia tidak mau mati sebagai kambing hitam. Lebih-lebih ia tidak mau keenamkawan setianya menemaninya mati. Karena itu, ia harus tenang.

    Yi Qiang bertanya, “Apa lagi yang ingin kalian bicarakan?”

    Tie Cheng Gang tiba-tiba menukas, “Aku semua yang lakukan ini! Mereka

    tidak tahu apa-apa.”

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    32/166

    ”Apa kau suruh aku melepas mereka?” tanya Yi Qiang.

    Tie Cheng Gang menjawab, “Asal kalian melepas mereka, kujamin satu patahpun tak kan kubantah!”

    Mata Yi Shi menyipit. “Satu pun tidak bisa dilepaskan. Bunuh semua!”

    Pedangnya lebih cepat daripada suaranya. Saat kilatan pedang berayun, satunyawa sudah melayang.

    Tujuh Pemberani tidak seperti orang lain. Mereka bersatu bukan karena temansekedar minum arak dan daging. Di antara mereka benar-benar terjalinperasaan yang erat. Bila ada yang mati, yang lain matanya akan memerahkarena marah.

    Sekarang mata mereka sudah merah karena marah. Walau mereka tahubukan tandingan Huang Shan San You, mereka tidak takut mati.

    Mereka adalah anak muda yang darahnya mudah bergolak, tidak mengerti artikehidupan dan makna selembar nyawa yang mahal. Mereka juga tidakmengerti ketakutan dan kematian. Karenanya, mereka pantang lari darimasalah.

    Tie Cheng Gang adalah yang tertua di antara mereka. Tiba-tiba ia justerumembalikkan tubuh dan lari masuk ke dalam kobaran api.

    Ia lari bukan karena takut mati, ia hanya tidak mau mati tanpa tahu penyebabkematiannya.

    Ia juga tahu, jika ia mati, Tujuh Pemberani akan dicap sebagai pembunuh

    yang membakar rumah Duan Si Ye. Nama buruk Tujuh Pemberani tidak akanbisa dibersihkan dan pembunuh sebenarnya akan tetap bebas berkeliaran.

    Ia pun tahu, Huang Shan San You tidak akan membiarkannya lolos, karenanyaia berlari masuk ke dalam kobaran api.

    Yi Shi sangat marah, beteriak, “Jangan biarkan dia lolos! Bunuh dia! Limaorang ini cukup kuhadapi sendiri saja.”

    Ia mengayunkan pedangnya dari kiri ke kanan, kemudian dari atas ke bawah.Jalur yang dilalui pedangnya seketika menyembur darah.

    Sementara Yi Qiang dan Yi Yun menerjang kobaran api mengejar Tie ChengGang. Walau api sudah lama berkobar, nyalanya masih besar.

    Jenggot mereka yang belang sudah habis terbakar, tubuh pun di beberapatempat juga hangus terbakar.

    Kehidupan Huang Shan San You biasanya sangat tenang dan damai.Pembawaannya pun selalu anggun seperti dewa. Tapi sekarang keadaanmereka tampak kacau begini.

    Mengapa mereka mengangap nyawa Tie Cheng Gang begitu penting danberharga?

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    33/166

    Yi Qiang berteriak, “Tie Cheng Gang, apa kau tidak mendengar jeritteman-temanmu? Apa kau tidak perduli dengan mereka? Teman macam apakau?”

    Tidak ada sahutan. Yang terdengar hanya gemeretak kayu terbakar api.

    Yin Yun sudah tidak tahan lagi kemudian berkata, “Kita mundur dulu, TieCheng Gang tidak mungkin lolos.”

    Walau pun Tie Cheng Gang bisa lolos dari api, tapi ia tidak akan bisa lolos daripedang Huang Shan Sou You. Bila tetap bertahan di kobaran api, ia akan matiterpanggang.

    Api sudah padam.

    Huang Shan San You mulai membersihkan sisa-sisa kebakaran. Mayat-mayatpun sudah seluruhnya hangus terbakar.

    “Ada berapa mayat?” tanya Yi Shi.“Delapan puluh lima,” jawab Yi Qiang.

    Wajah Yi Shi langsung berubah. Setelah lama ia baru berkata, “Tie ChengGang belum mati!”

    Yi Qiang menganguk. “Benar dia belum mati.”

    “Dia harus mati!” kata Yi Shi.

    Yi Qiang menganguk dan mereka mulai mencari lagi.

    Akhirnya mereka menemukan sebuah jalan bawah tanah di reruntukan puingbekas kebakaran itu.Wajah Yi Qiang terlihat semakin marah. “Tie Cheng Gang sudah lari lewat

    jalan ini.”

    “Dia masih keluarga Duan, tentu sudah pernah ke sini. Ia pasti tahu jalan ini.”

    “Mari kita kejar.”

    Yi Qiang berkata dingin, “Harus dikejar ke mana pun pergi, tidak bolehdibiarkan lolos!”

    Tiga malam berlalu. Jangkrik berderik.

    Tie Cheng Gang menelungkup di semak-semak berduri, tidak berani bergeraksama sekali.

    Tubuhnya terluka tusukan duri-duri semak. Darah masih mengalir. Ia jugasudah tiga hari tiga malam tidak makan dan minum.

    Ia lapar hingga matanya lamur. Pun bibirnya sudah pecah kekeringan. Namunia tetap tidak berani bergerak.

    Ia tahu ada orang yang mengejarnya. Pendekar Zhao Xiong sudahmemerintahkan seluruh anak buah untuk menangkapnya.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    34/166

    Sesungguhnya Zhao Xiong adalah teman baik ayahnya. Tie Cheng Gangdatang ke tempat itu untuk meminta pertolongan, perlindungan, serta keadilan.

    Nyatanya, Zhao Xiong lebih mendengar kata-kata Huang Shan Sao You. Jika

    Tie Cheng Gang tidak keburu tahu bahwa Zhao Xiong sudah bersekongkoldengan ketiga pendeta itu, mungkin sekarang ia sudah mati.

    Zhao Xiong tidak percaya padanya. Lantas kepada siapa lagi ia dapatpercaya?

    Orang-orang dunia persilatan tidak ada yang mau melindunginya pun tidakingin bermusuhan dengan Huang San Sao You.

    Wajah Tie Cheng Gang menempel ke tanah yang basah oleh air matanya.

    Ia tidak mudah menangis. Mati pun ia tidak mau menangis. Namun sekarangia justeru menangis karena sedih dan putus asa.

    Sepasang tangan yang kering dan keriput itu masih ada di dalam pakaiannya.

    Tangan yang menggengam suatu barang itu adalah bukti yang kuat buat iamembela diri.

    Tapi ia tidak bisa mengeluarkan bukti itu kepada orang lain karena tidak adayang mempercayainya.

    Orang lain pasti akan membawa sepasang tangan itu kepada Huang ShanSao You dan mereka pasti akan memusnahkan bukti itu. Kalau situasi sudahbegini, Tie Cheng Gang mati pun sudah tidak ada tempat lagi.

    Saat ini ia seperti anjing liar. Sedih, tiada yang mau membantunya. Dingin.Lapar.

    Bahkan kehidupan anjing liar mungkin lebih baik daripada dirinya.

    Ia membalik tubuh, menelentang, menatap langit.

    Bintang-bintang bertebaran di angkasa.

    Begitu terang. Begitu indah.

    Sinar bintang selalu memberi harapan.

    Tiba-tiba ia terpikir nama seseorang.Lao Bo!

    Satu-satunya orang yang bisa ia percaya di dunia ini dan memecahkanmasalahnya hanya Lao Bo.

    Tidak ada yang lain!

    *

    Tempat itu sangat indah, rumput sangat hijau, pemandangan begitumempesona.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    35/166

    Berbaring di tepat itu siapa pun bisa melihat gunung yang hijau, awan yangbergerak perlahan, juga bisa melihat pemandangan kota yang indah di kakigunung.

    Itulah sebuah kota tua.

    Kota itu sudah hancur sepuluh tahun yang lalu, tapi Wan Peng Wangmemperbakinya dan menjadikannya hidup kembali.

    Berkat jasanya, kota itu sudah menjadi pusat perkumpulan Shi Er Fei PangBang dengan ketuanya Wan Peng Wang.

    Ia tinggal di kota itu.

    Orang-orang di dunia persilatan tidak ada yang berani sembarangan di sana,bahkan merusak sehelai rumput pun mereka tidak berani.

    Sekarang bunga-bunga berguguran dan rerumputan mulai menguning.

    Namun dua sejoli itu tidak perduli. Asalkan bisa berkumpul bersama hal lain mereka tidak perdulikan lagi.

    Walau bunga mekar atau layu, entah musim semi atau gugur, asalkan bisab e r s a m amereka bahagia.

    Mereka masih muda dan saling mencinta.

    Yang lelaki berusia delapan belas, sang gadis berusia hampir sama, berbaringdi pelukannya. Bagi mereka, angin begitu halus dan hujan begitu lembut.

    Wajah si gadis selalu tersenyum puas. Ia berterima kasih atas kehidupan yangbegitu indah.

    Tapi bila ia melihat rumah kokoh di bawah gunung sana, keceriaannyaseketika menghilang. Matanya dikabuti kesedihan.

    Si Gadis menghela nafas, “Xiau Wu sebenarnya kau tidak boleh mencintaikudan tidak boleh memperlakukanku begini baik.”

    Tangan Xiau Wu lembut merapikan rambutnya, “Kenapa?”

    “Karena aku tidak pantas menerimanya.”

    Mata gadis itu mulai memerah dan air mata mengalir. “Kau tahu, aku hanyaseorang pelayan, tubuhku milik orang lain. Jika orang menyuruhku mati punaku tidak bisa hidup lagi.”

    Xiao Wu memeluknya erat. “Dai Dai, janganlah kau berkata begitu. Hatimuadalah milikku, hatiku pun milikmu. Jangan takut.” Ia memeluk begitu eratmembuat si gadis luluh.

    Tapi air mata Dai Dai terus mengalir. Dengan sedih ia berkata, “Aku tidak takutdengan yang lain, hanya kuatir hubungan kita diketahui orang lain.”

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    36/166

    Ia sangat takut karena pernah melihat majikannya marah. Majikannya adalahWan Peng Wang. Bila Wan Peng Wang marah, tidak seorang pun yang bisamenahannya.

    Gadis itu membalas pelukan Xiao Wu. “Majikanku tidak akan mengijinkan kita

    bersama. Dia selalu bertindak kejam pada pelayan-pelayannya. Kalau diatahu…”

    Xiao Wu tiba-tiba menutup mulut Dai Dai dengan mulutnya, tidakmengijinkannya melanjutkan kata-kata.

    Tapi bibir Xiao Wu sendiri terasa dingin dan gemetar. Sesaat ia melepaskangadisnya dan berkata, “Aku tidak akan mengijinkan siapa pun memisahkankita. Tidak pernah…”

    Ia menghentikan kata-katanya karena merasa tubuh Dai Dai tiba-tibamengejang kaku. Ia segera membalik tubuh dan melihat Wan Peng Wang

    sudah berdiri di sana.Di mata setiap orang, Wan Peng Wang bagaikan dewa. Bila benar ada dewa,dewa itulah Wan Peng Wang.

    Orang ini tubuhnya seolah lebih besar dan tinggi daripada dewa. Wajahnyalebih berwibawa daripada dewa. Walau ia tidak bisa membuat petir, sekalitangannya mengayun bisa secepat angin dan sekeras petir.

    Xiao Wu adalah seorang pelajar, namun kungfunya lumayan lihai. Tapi begitutangan Wan Peng Wang mengayun, ia tidak mampu menahan danmengelakkannya.

    Ia hanya bisa mendengar suara tulang retak. Dalam keadaan separuh sadar iamendengar tangis Dai Dai serta langkah suara Wan Peng Wang yangmendekati.

    “Aku tahu kau adalah anak Wu Lao Dao, ia pernah bekerja padaku,” kata WanPeng Wang pada Xiou Wu, “Hari ini aku tidak membunuhmu, tapi lain kalikalau berani datang kemari akan kubuh kau dengan cara ditarik lima ekor kuda.”

    Bila Wan Peng Wang sudah berkata begitu, setiap orang pastimempercayainya. Bila ia mengatakan akan membunuh dengan cara ditariklima ekor kuda, ia tidak akan menggunakan cara lain untuk membunuh.“Gotong dia pulang! Beritahu kepada Wu Lao Dao jika ingin anaknya selamat,

    jangan biarkan keluar rumah!”

    Semenjak itu Wu Lao Dao tidak pernah mengijinkan anaknya keluar rumahkarena ia sangat menyayangi anaknya.

    Tapi ia juga tidak sanggup melihat anaknya semakin hari semakin kurus danmerana. Maka ia mendatangi Wan Peng Wang agar Dai Dai bisa menikahdengan anaknya.

    Jawaban yang ia dapat hanyalah sebuah gaplokan.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    37/166

    Bila Wan Peng Wang menolak, ia hanya akan menolak satu kali saja karenatidak ada yang berani meminta untuk kedua kali.

    Saat panen musim gugur, nyawa Xiao Wu hampir berahir.

    Xiao Wu tidak mau makan dan minum, tidak mau tidur dan tetap terjaga.Dalam jaganya, setiap hari ia seperti linglung terus menerus menyebut namaDai Dai.

    Hati Wu Lao Dao serasa hancur mendengar tangis anaknya. Ia relamengorbankan segalanya demi sang anak, tapi sekarang ia tidak bisa berbuatapa-apa.

    Ia hanya bisa pasrah melihat anaknya mati perlahan. Ia sendiri sudah tidakmau hidup lagi.

    Di saat itulah ia menerima sebuah undangan perayaan ulang tahun, datangdari temannya sejak kecil.

    Walau umurnya tidak jauh berbeda, tapi ia memanggilnya, “Lao Bo”. Hanyadua kata itu saja.

    Lao Bo, berarti “Paman Bo”, itu sudah menunjukkan betapa Wu Lao Daosangat menghormati Lao Bo. Ia sangat benci pada dirinya karena tidak sedarikemarin teringat nama itu.

    Satu-satunya orang yang bisa menjadi dewa penolong anaknya hanyalah LaoBo.

    Tidak ada yang lain!

    Lao Bo adalah Sun Yu Bo.*

    Dunia ini memang tidak adil dan banyak orang yang mengalami ketidakadilanitu.

    Untunglah selain Thian, masih ada orang bernama Sun Yu Bo.

    Walau kau sangat miskin tetapi manakala kau mengalami suatu ketidakadilandan datang padanya, maka ia akan mengangap masalahmu sebagaimasalahnya dan akan memikirkan cara untuk memecahkannya.

    Sun Yu Bo tidak akan mengecewakan orang yang datang padanya.Kau tidak perlu membayar apa pun, semua pasti akan ditolongnya, entah iateman atau bukan, miskin atau kaya, ia tetap akan membantumu. Karena, iasenang menegakkan keadilan dan membenci segala ketidakadilan sepertipetani membenci hama.

    Walau ia tidak menerima bayaran, secara tidak sengaja orang-orang sudahmemberi sesuatu kepadanya. Bayaran itu berupa penghormatan danpersahabatan. Karena itu pula mereka memanggilnya Lao Bo, “Paman Bo”.

    Dan ia bangga dengan panggilan itu.

    *

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    38/166

    Ia memang senang membantu orang seperti ia menyukai bunga yangbermekaran.

    Karenanya tidaklah mengherankan jika tempat tinggal Lao Bo bagai sebuahkota bunga.

    Di setiap musim berbeda pasti ada jenis bunga yang berbeda keindahan danberbeda waktu mekarnya. Dan Lao Bo selalu berada di tempat di mana bungamekar sedang indah-indahnya.

    Bunga yang paling banyak mekar saat ini adalah chrysan, maka Lao Bo punberada di sana sambil menjamu para tamunya.

    Tamu-tamu Lao Bo datang dari berbagai daerah dan wilayah, membawaberbagai macam bingkisan, mulai dari yang mahal hingga buah dan sayuran,atau hanya sekedar membawa diri dan perasaan hati yang tulus.

    Lao Bo menganggap mereka sama, ia tetap akan melayani setiap tamunyadengan cara yang sama. Terutama pada hari ini, ia lebih ramah daripadabiasanya karena hari ini istimewa.

    Inilah hari ulang tahunnya.

    Sebenarnya tubuh Lao Bo tidak tinggi, tapi orang-orang bilang tubuh Sun YuBo terlihat paling tinggi.Wajahnya selalu tersenyum, tapi keramahannya tidakmengurangi wibawanya. Semua orang tetap menghormatinya.

    Di samping Lao Bo berdiri Sun Jian yang lebih muda. Jelas terlihat merekalebih menghormati Sun Yu Bo daripada Sun Jian.

    Sun Jian bertubuh tidak begitu tinggi, tapi dari keseluruhan posturnya sepertimengandung tenaga besar yang tidak ada habisnya

    Sun Jian adalah putra Lao Bo. Seperti ayahnya, ia juga senang menolongorang. Ia sering melepas bajunya buat membantu siapa pun. Tapi orang selalumenganggap ia tidak seperti ayahnya.

    Sifat Sun Jian sangat keras seperti bara, setiap saat dapat meledak. Sifatseperti itu sering membuatnya salah langkah. Karena itu juga ia seringkehilangan teman.

    Orang lain bukan tidak mau mendekatinya, melainkan takut pada sifatnya itu.

    Tapi kaum perempua adalah pengecualian.Walau perempuan takut padanya, tapi sulit menolak daya tariknya. Banyakperempuan rela mengikutinya.

    Sekarang Sun Jian berdiri di luar taman chrysan menemani ayahnyamenyambut tamu.

    Ia kesal karena sudah lama berdiri di sana. Untungnya sekarang sudahwaktunya makan dan sudah cukup banyak tetamu yang hadir.

    Di antara para tetamu ada yang ia kenal, tapi banyak juga yang tidak ia kenal.

    Salah seorang di antaranya adalah pemuda yang mengenakan pakain

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    39/166

    sederhana dan berwajah dingin. Pemuda itu datang membawa bingkisan yangtidak terlalu mahal juga tidak terlalu murah.

    Namun ayah dan anak Sun tidak mengenalnya. Tentu hal ini tidak masalahkarena mereka senang berteman. Pintu rumah Lao Bo selalu terbuka untuk

    semua orang. Asal kau datang, Lao Bo pasti senang. Apalagi pemuda asing itu terlihat menyenangkan. Ayah dan anak Sun sangatsenang menyambutnya.

    Sun Jian juga suka berteman. Karenanya ia sengaja melihat kartu nama yangtertera pada bingkisan yang dibawa pemuda itu.

    Namanya Chen Zhi Ming. Nama yang sangat biasa.

    Mata Sun Yu Bo sangat awas dalam mengenali bakat dan perbawaseseorang, segera ia bisiki anaknya, “Apa kau pernah mendengar nama ini?”

    “Tidak,” balas berbisik Sun Jian.Sun Yu Bo mengerut dahi. “Dua tahun belakangan ini kau senang berkelana,masakah tidak mengetahui nama ini?”

    “Kemungkinan nasibnya kurang mujur, jadi namanya tidak dikenal.”

    Sun Yu Bo berfikir sebentar kemudian katanya, “Nanti kau harus tanya LuXiang Chuan, mungkin ia tahu siapa pemuda ini.”

    “Baiklah,” jawab Sun Jian.

    Walau Sun Jian berjanji untuk bertanya, namun ia tidak sempat

    menanyakannya ke Lu Xiang Chuan karena tamu yang berdatangan semakinbanyak dan ia segera melupakan kejadian tadi.

    Seandainya Sun Jian tidak lupa pun belum tentu ia akan bertanya ke Lu XiangChuan. Ia menganggap Lu Xiang Chuan kebanci-bancian dan ia tidak sukalelaki seperti itu.

    Seandainya ia mengikuti nasihat ayahnya guna mencari tahu siapa pemudaitu, mungkin banyak hal yang akan membuat darah bergolak dan air matamengalir bisa dicegah.

    Sebetulnya pemuda itu bukan bernama Chen Zhi Ming, ia datang ke tempat itu

    hanya untuk membunuh orang, dan orang yang ingin ia bunuh adalah Sun YuBo.

    Nama asli Chen Zhi Ming adalah Meng Xin Hun.

    6. Han Tang

    Bila Sun Jian sempat bertanya kepada Lu Xiang Chuan, ia pasti akanmenyelidiki pemuda itu. Jika tidak berhasil, ia tidak akan puas begitu saja danakan terus mencari hingga menemukan jawaban.

    Lu Xiang Chuan sebenarnya tidak seperti perempuan, tapi ia seorang yangteliti, sedemikian teliti dan hati-hatinya sehingga melebihi perempuan.

  • 8/17/2019 Khu Lung - Meteor Kupu-kupu dan Pedang.pdf

    40/166

    Lu Xiang Chuan dan Sun Jian memiliki sifat yang bertolak belakang, wajahmereka pun berbeda.

    Sun Jian berwajah gagah, beralis tebal, bermata besar, berkulit coklat terbakar matahari. Saat ia memelototi dirimu maka kau tidak akan bisa mengalihkan

    pandanganmu kepada orang lain dan tidak akan punya kekuatan untukmemandang yang lain.

    Lu Xiang Chuan berwajah pucat, terlihat sangat terpelajar, terkadang musuhmeremehkannya, menganggap ia tidak bisa apa-apa. Dan ini merupakankesalahan sederhana yang bisa berakibat fatal.

    Lu Xiang Chuan adalah tangan kanan Sun Yu Bo. Ia pesilat tangguh yangtidak memerlukan pedang, golok, pisau, atau parang, karena ia menggunakansenjata rahasia. Seseorang yang di balik tubuhnya penuh dengan senjatarahasia tentu tidak memerlukan senjata lain.

    Senjata rahasianya sangat menakutkan, mungkin di dunia ini tidak ada yangbisa menandinginya. Ia bisa mengeluarkan senjata rahasinya kapan pun iamau.

    *

    Sun Yu Bo melihat labu dan anggur di dalam keranjang. Ia tahu Zhang LaoTou sudah datang.

    Dalam setahun Zhang Lao Tou rajin bekerja, jarang memiliki waktu luang, jarang menikmati hidup. Hanya saat berkunjung ke tempat Lao Bo ia bisabersenang-senang, menikmati makanan dan hiburan yang tidak pernah ia

    nikmati di tempat lain.Karena itu setiap kali Zhang Lao Tou datang pasti t