makalah LP
-
Upload
adinda-amrina-rosyada -
Category
Documents
-
view
96 -
download
1
Transcript of makalah LP
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang masalah
Keberhasilan belajar dapat diciptakan pada suatu program pendidikan yaitu
belajar dan mengajar di sekolah. Disini tidak hanya guru dengan murid yang
berperan tetapi bisa juga peraturan dan kebijakan sekolah serta sistem test atau
ujian dan pemberian nilai.
Keberhasilan belajar tentunya sangatlah diharapkan oleh semua peserta didik
maupun pendidiknya, karena keberhasilan belajar merupakan hasil atau buah manis
dari sebuah upaya pembelajaran.
Untuk meningkatkan keberhasilan dalam belajar, maka kita harus
meningkatkan mutu pendidkan dan pembelajaran. Dalam keberhasilan belajar tidak
hanya pendidikan dan pengajaran yang berperan tetapi motivasi juga sangat
dibutuhkan.
Karena motivasi adalah sesuatu yang mempengaruhi seseorang agar dapat
menggerakan sesuatu. Dan motivasi juga merupakan dorongan yang dapat membuat
seseorang bersemangat melakukan sesuatu. Maka dalam belajar motivasi sangatlah
dibutuhkan, karena dengan adanya motivasi kita dapat menghasilkan minat belajar
yang baik. Motivasi juga berpengaruh terhadap keberlangsungannya proses belajar.
Maka dari itu kita harus menciptakan motivasi yang mendukung, membimbing, dan
mengembangkan hasrat belajar, agar terciptanya suatu proses belajar yang baik dan
keberhasilan belajar yang baik juga.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami membahas tentang kriteria
keberhasilan belajar dan upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa.
2. Rumusan masalah
1. Apa yang menjaadi kriteria keberhasilan belajar?
2. Apa saja tipe hasil belajar?
3. Bagaimana upaya untuk memotivasi siswa dalam belajar?
1
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui kriteria keberhasilan belajar.
2. Untuk mengetahui tipe-tipe hasil belajar.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang harus dilakukan untuk memotivasi siswa
dalam belajar.
4. Metode penelitian
Dalam pembuatan makalah ini Kami menggunakan metode tinjauan pustaka dan
penyebaran angket kepada siswa Pendidikan Fisika Kelas A. Jumlah semua siswa
adalah 53 orang, setelah dikurangi anggota kelompok Kami sebanyak 8 orang. Maka
penyebaran angket diberikan pada 45 orang siswa Pendidikan Fisika Kelas A.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Keberhasilan belajar
1.1 Pengertian keberhasilan
Keberhasilan secara etimologi yaitu berasal kata dari hasil yang
artinya sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha.
Keberhasilan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah perihal (keadaan)
berhasil. Keberhasilan juga berarti memperoleh penghargaan,
kepemimpinan. Sedangkan menurut kelompok kami keberhasilan adalah
sesuatu yang kita capai setelah kita berusaha dan berjuang secara benar dan
baik .
1.2 Pengertian belajar
Belajar secara etimologi adalah berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu. Belajar berasal dari kata ajar yang artinya petunjuk yang di berikan
kepada orang supaya diketahui atau diturut.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar
dengan dua macam rumusan. Rumusan pertamu berbunyi : Belajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat
latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya adalah belajar ialah proses
memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
Menurut Made Pidarta, 1997: Belajar adalah perubahaan perilaku
yang relatif permanen sebagai hasil pengalamaan (bukan hasil
perkembangaan,pengaruh obat, atau kecelakaan) dan melaksanakannya pada
pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikaannya kepada orang lain.
Menurut M. Sobry Sutikno, 2008: Belajar adalah proses orang
memperoleh berbagai kecakapaan, keterampilan, dan sikap. Biasa juga di
artikan bahwa belajar itu adalah suatu proses usaha yang di lakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
3
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas yang dikemukakan para ahli maka
kami menyimpulkan belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara
langsung oleh seseorang untuk mendapatkan kepandaian, kecakapan,
keterampilan dan sikap. Dalam belajar harus ada perubahan tingkah laku ke
arah yang lebih baik karena itu menunjukan berhasil atau tidaknya belajar itu.
1.3 Pengertian keberhasilan belajar
Dari pengertian keberhasilan dan belajar kita dapat mengetahui
bahwa keberhasilan belajar adalah tercapainya keadaan proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keberhasilan belajar bisa diketahui dengan evaluasi karena evaluasi
artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam sebuah program. Dalam UU NO 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan
terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan.
Padanan kata evaluasi adalah assessment (taksiran, penilaian) yang
menurut Tardif dkk., (1989), berarti proses penilaian untuk menggambarkan
prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Selain kata evaluasi dan assessment ada pula kata lain yang searti
dan relatif lebih dikenal dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan
ulangan.
1.4 Kriteria keberhasilan belajar
Dalam suatu pengajaran harus ada kriteria yang ditetapkan sebagai
ukuran ataupun patokan dalam menentukan tingkat keberhasilan suatu
4
pengajaran. Dengan adanya kriteria maka pengajaran dapat di ukur dengan
kriteria tadi, maka menurut Nana Sudjana (1995) kita dapat menentukan dua
kriteria yang bersifat umum, yaitu :
a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya
b. Kriteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapainya
Kriteria dari sudut proses menekankan kepada pengajaran sebagai
suatu proses harus merupakan interaksi dinamis sehingga siswa, sebagai
subjek yang belajar mampu mengembangkan potensinya melalui belajar
sendiri, dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif. Sedangkan
kriteria dari segi hasil menekankan kepada tingkat penguasaan tujuan oleh
siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
1.4.1 Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya
Untuk mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut prosesnya
dapat dikaji melalui beberapa persoalan di bawah ini :
a. Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu
oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik ataukah hanya
suatu proses yang telah menjadi pekerjaan rutin bagi guru?
b. Apakah kegiatan belajar siswa diberikan motivasi oleh guru sehingga
siswa melakukan kegiatan dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan?
c. Apakah siswa menempuh berbagai metode dalam belajar atau
hanya terpaku pada satu metode belajar?
d. Apakah siswa memiliki kesempatan untuk menilai hasil belajar yang
dicapainya atau ia tidak tahu apakah yang dilakukannya itu benar
atau salah?
e. Apakah proses belajar diikuti oleh semua siswa dalam kelas ataukah
hanya oleh beberapa siswa yang aktif?
f. Apakah suasana proses belajar mengajar cukup menyenangkan
ataukah suasana yang mencekam dan menakutkan?
g. Apakah sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk menunjang
kegiatan siswa agar lebih optimal?
5
Dengan mengkaji persoalan diatas maka menunjukan bahwa
keberhasilan proses pengajaran banyak dipengaruhi oleh variabel yang
datang dari pribadi siswa, usaha guru serta variabel lingkungan
terutama sarana yang ada di sekolah.
1.4.2 Kriteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapainya
Berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat
dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau
dari segi hasil, antara lain:
a. Apakah hasil belajar yang dicapai siswa nampak dalam bentuk
perubahan tingkah laku secara menyeluruh ataukah hasil belajar
yang bersifat tunggal dan terlepas satu sama lain?
b. Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dapat diterapkan dalam
pemecahan masalah yang dihadapi ataukah yang bersifat samar-
samar sehingga tak bisa diterapkan?
c. Apakah hasil belajar yang dicapai siswa tahan lama diingat dan
berpengaruh pada perilaku dirinya ataukah bersifat insidental
masuk dari telinga kiri keluar dari telinga kanan?
d. Apakah yakin perubahan yang di alami siswa merupakan akibat dari
pengajaran ataukah di luar proses pengajaran?
Kedua kriteria umum ini dapat digunakan sebagai koreksi diri dan
introspeksi bagi guru dalam melaksanakan proses pengajaran.
Selain dua kriteria umum di atas ada beberapa indikator
keberhasilan siswa dalam belajar. Indikator yang dijadikan sebagai tolak
ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat
dikatakan berhasil, adalah:
1. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok, (kognitif).
6
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ TIK telah dicapai
siswa baik individu maupun klasikal (afektif).
Namun yang banyak dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan
dari keduanya adalah daya serap siswa terhadap pelajaran.
1.5 Penilaian keberhasilan
Tes prestasi belajar dapat digunakan untuk mengukur dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan dan dapat digolongkan kedalam jenis
penilaian sebagai berikut :
a. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
daya serap anak didik terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini
dimanfaatkan untuk memperbaiki proses balajar mengajar bahan
tertentu dalam waktu tertentu Contohnya: ulangan harian.
b. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu, bertujuan untuk memperoleh gambaran
daya serap anak didik untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak
didik. Hasil tes ini digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor (UTS).
c. Tes Sumatif
Tes ini dilakukan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap
bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester
atau dua tahun pelajaran. Tes ini bertujuan untuk menetapkan tingkat
atau taraf keberhasilan belajar anak didik dalam suatu periode belajar
7
tertentu. Hasil tes ini daigunakan untuk kenaikan kelas, menyusun
rangking atau sebagai ukuran mutu sekolah (UAS).
1.6 Tingkat keberhasilan
Untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan belajar siswa
terhadap proses belajar yang telah dilakukannya dan sekaligus juga untuk
mengetahui keberhasilan mengajar guru, kita dapat menggunakan tingkat
acuan sebagai berikut:
Istimewa / maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu
dapat dikuasai siswa.
Baik sekali/ optimal: apabila sebagian besar (85% s/d 94%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa.
Baik / minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75% s/d
84% dikuasai siswa.
Kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dikuasai
siswa.
1.7 Tipe hasil belajar
Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan
cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang
ditetapkan dalam kurikulum sekolah.
Gagne mengemukakan lima kategori tipe hasil belajar, yakni (a)
verbal information, (b) intelektual skill, (c) cognitive strategy, (d) attitude, dan
(e) motor skill. Sementara itu Benyamin Bloom berpendapat bahwa tujuan
pendidikan yang hendak kita capai digolongkan atau dibedakan menjadi 3
bidang, yakni (a) bidang kognitif, (b) bidang afektif, (c) bidang psikomotor.
Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga
aspek hasil belajar tersebut :
1.7.1 Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif
a. Tipe hasil belajar pengetahuan hapalan
8
Tipe hasil belajar ini termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika
dibandingkan dengan tipe hasil belajar lainnya. Namun demikian,
tipe hasil belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai
dan mempelajari tipe hasil belajar lain yang lebih tinggi.
b. Tipe hasil belajar pemahaman ( comprehention )
Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama
pemahaman terjemahan, kedua pemehaman penafsiran, dan
ketiga pemahaman ekstrapolasi.
c. Tipe hasil belajar penerapan ( aplikasi )
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan mengabstraksi
suatu konsep, ide, rumus, hukum dan situasi yang baru. Dengan
kata lain, aplikasi bukan keterampilan motorik tapi lebih banyak
keterampilan mental.
d. Tipe hasil belajar analisis
Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang
memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Analisis sangat
diperlukan bagi para siswa sekolah menengah apalagi di
Perguruan Tinggi.
e. Tipe hasil belajar sintesis
Sintesis adalah lawan analisis. Sudah tentu sintesis memerlukan
kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Pada
berfikir sintesis adalah berfikir devergent, sedangkan berfikir
analisis adalah berfikir konfergent. Apabila kedua tipe tersebut
disatukan, maka untuk menemukan sesuatu yang baru (inovatif)
akan lebih mudah dikembangkan.
f. Tipe hasil belajar evaluasi
Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan terkandung
semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam
tipe ini diperlukan kemampuan yang mendahuluinya, yakni
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis.
9
1.7.2 Tipe hasil belajar bidang afektif
Tipe hasil belajar afektif tampak pada siwa dalam berbagai
tingkah laku seperti atensi/perhatian terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan
belajar, dll. Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan
tipe hasil belajar, antara lain :
a. Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan dari luar. Dalam tipe ini termasuk kesadaran,
keinginan untuk menerima stimulus.
b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang
terhadap stimulasi yang datang.
c. Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.
d. Organisasi, yaitu pengembangan nilai ke dalam satu sistem
organisasi.
e. Karakteristik nilai, yaitu keterpaduan dari semua sistem nilai yang
telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya.
1.7.3 Tipe hasil belajar bidang psikomotorik
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk
keterampilan, kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan
keterampilan, yakni :
a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan-gerakan tidak sadar).
b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motorik dan lain-lain.
d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan
dan ketapatan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
pada keterampilan yang kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi
seperti ggerakan ekspresif, interpretatif.
10
2. Motivasi belajar
2.1 Pengertian motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata ‘motif’ yang dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang ada di dalam diri sesorang untuk melakukan aktivitas
tertentu demi tercapainya tujuan. Motivasi secara bahasa adalah energi atau
kekuatan.
Robbin, S.P (1993) menyebutkan motivasi adalah suatu proses yang
menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha
untuk mencapai suatu tujuan.
Graham & Golan, (1991) menyatakan bahwa : Motivasi penting dalam
menentukan seberapa banyak siswa akan belajar dari suatu kegiatan
pembelajaran atau seberapa banyak menyerap informasi yang disajikan
kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,
sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan
lebih baik.
Dari berbagai pengertian motivasi di atas penulis menyimpulkan
motivasi adalah dorongan atau tekad yang timbul dari dalam diri siswa
ataupun pengaruh dari luar yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, dengan motivasi siswa bisa belajar lebih kuat karena memiliki
tekad dalam dirinya untuk melakukan itu.
2.2 Motivasi internal dan eksternal
Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan
keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar
kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaranyang dimiliki oleh
siswa yang bersangkutan ”(Djamarah S.B, dkk, 1995:70).
Motivasi ada dua macam yaitu motivasi yang datang dari dalam diri
anak, disebut motivasi intrinsik, dan motivasi yang diakibatkan dari luar,
disebut motivasi ekstrinsik (Djamarah S.B, 1997:223).
a. Motivasi intrinsik (internal)
11
Jenis motivasi ini timbul dari dalam individu sendiri tanpa ada paksaan
atau dorongon dari orang lain. Motivasi ini sering di sebut motivasi murni
(yang sebenarnya), misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan
tertentu, ataupun mengembangkan sikap untuk berhasil.
b. Motivasi ekstrinsik (eksternal)
Timbul sebagai akibat pengaruh luar individu, bisa karena ajakan,
suruhan atau paksaan dari orang lain. Sehingga siswa mau melakukan
sesuatu. Motivasi ini sangat diperlukan di sekolah, sebab tidak semua
pembelajaran di sekolah menarik minat siswa atau sesuai dengan
kebutuhan siswa.
2.3 Fungsi motivasi
Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa
dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin,
motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif
untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat
berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa. Adapun fungsi
dari motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
1. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak
akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku
seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau
lambatnya suatu pekerjaan.
2.4 Upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar
Gage & Berliner, (1979) menyarankan sejumlah cara meningkatkan
motivasi siswa, tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar-
besaran, yaitu :
12
1. Pergunakan pujian verbal
2. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana
3. Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk mengadakan
eksplorasi
4. Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada siswa,
contohnya: hadiah
5. Agar siswa lebih mudah memahami bahan pengajaran, terapkan konsep-
konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa
6. Minta pada siswa untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari
sebelumnya
7. Pergunakan simulasi dan permainan
8. Perkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan.
9. Perkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan dari
keterlibatan siswa
10. Pengajar perlu memahami dan mengawasi suasana sosial di lingkungan
sekolah
11. Pengajar perlu memahami hubungan kekuasaan antara guru dan siswa
Ada beberapa strategi yang dapat dikembangakan dalam upaya untuk
menumbuhkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran, di antaranya:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke siswa.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya guru terlebih dahulu
menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pembelajaran
yang akan dicapai oleh siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula
motivasi dalam belajar.
2. Tumbuhkan motivasi pada saat awal pengajaran dimulai.
Caranya dapat dilakukan dengan menanyakan pekerjaan rumah atau
mengecek apakah pengajaran saat itu sudah diketahui oleh peserta didik
atau belum, agar pendidik dapat membaca situasi kelas apakah peserta
didik siap mengikuti pembelajaran atau belum.
13
3. Pada saat membuka pelajaran, upayakan untuk mengulangi pelajaran
minggu lalu atau pertemuan sebelumnya dengan memberi beberapa
pertanyaan kepada peserta didik.
4. Pada saat menyampaikan materi pelajaran, upayakan untuk menyelipi
humor.
5. Berikanlah hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat siswa untuk belajar lebih giat.
6. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi
yang telah dicapai sebelumnya.
7. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan
atau pujian.
8. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Pemberian hukuman ini dimaksudkan agar siswa mau
merubah diri da berusaha memacu motivasi belajarnya.
9. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke siswa.
10. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
11. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
12. Menggunakan metode yang bervariasi
13. Menggunakan media yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
14
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Dalam suatu pengajaran harus ada kriteria yang ditetapkan sebagai
ukuran ataupun patokan dalam menentukan tingkat keberhasilan suatu
pengajaran. Dengan adanya kriteria maka pengajaran dapat di ukur dengan
kriteria tadi, maka menurut Nana Sudjana (1995) kita dapat menentukan dua
kriteria yang bersifat umum, yaitu :
a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya
b. Kriteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapainya
Selain itu ada beberapa tipe hasil belajar menurut beberapa ahli, penulis
menyimpulkan ada 3 tipe hasil belajar yang sudah kita kenal, yaitu :
a. Tipe hasil belajar kognitif
b. Tipe hasil belajar afektif
c. Tipe hasil belajar psikomotorik
Serta ada beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa. Ada 2 motivasi yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal.
15
Daftar Pustaka
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sobry Sutikno, M. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Sobry Sutikno, M. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect.
Sudjana, Nana.1995. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Sinar baru Algensindo.
http://id.wordpress.com/tag/keberhasilan-belajar-dan-berbagai-upaya-untuk-memotivasi-siswa-dalam-belajar/
16