Makalah komunikasi dan empati

6
KELOMPOK E6 Nia Vebriani (102013058) Tria Usma Putra (102013093) Citra Shania (102013146) Magdalena Sri Febiolita (102013260) Giovanni Abraham Mustopo (102013252) Stevany Roselim (102013318) Lydia Gloria Lethe (102013343) Kevin Desmon Pratama (102013393) Yohana Elviani Jemumu (102013458) FAKULTAS KEDOKTERA UKRIDA –JAKARTA TAHUN 2013

description

Komunikasi dan empati dokter terhadap pasien

Transcript of Makalah komunikasi dan empati

KELOMPOK E6Nia Vebriani (102013058)Tria Usma Putra (102013093)Citra Shania (102013146)Magdalena Sri Febiolita (102013260)Giovanni Abraham Mustopo (102013252)Stevany Roselim (102013318)Lydia Gloria Lethe (102013343)Kevin Desmon Pratama (102013393)Yohana Elviani Jemumu (102013458)

FAKULTAS KEDOKTERA UKRIDA JAKARTA TAHUN 2013Pendahuluan

Latar BelakangKehidupan masayarakat selama ini sangatlah mengutamakan kesehatan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, baik kesehatan fisik maupun jiwa. Setiap kali mereka mengalami permasalahan yang mengganggu kesehatan fisik maupun jiwa, mereka akan mencari pertolongan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.Dokter merupakan tujuan utama mereka dalam menghadapi kondisi permasalahan yang ada.Menjadi dokter tidak hanya cakap dalam menangani masalah medis saja, tetapi juga terampil dalam berkomunikasi, sehingga pasien merasa nyaman dan leluasa dalam mengungkapkan semua yang dia rasa dan dia keluhkan, dan dokter juga akan merasa puas, karena terbantu dalam menegakkan diagnosis melalui informasi yang diberikan oleh pasien.Dokter tidak hanya akan berhubungan dengan pasien saja, tetapi juga terhadap keluarga pasien. Pada skenario yang dibahas ini, saya menemukan komunikasi dokter terhadap keluarga pasien yang tidak efektif dan tidak berempati, dimana dokter tidak menanggapi pertanyaan keluarga pasien secara wajar. Dokter menggunakan bahasa medis yang tidak dimengerti si Ibu pasien, sehingga mengakibatkan ketidakjelasan informasi yang didapatkan, bahkan membuat hati si Ibu lebih tidak nyaman.Pada makalah ini, dokter dituntut untuk lebih banyak berkomunikasi efektif terhadap pasien juga keluarga pasiennya. Dengan bersedia mendengarkan segala keluhan, menanggapi semua permasalahan, dan menyelesaikan segala permasahalan, sehingga pasien maupun keluarga pasien akan merasakan kepuasan tersendiri dalam dirinya. Selain mampu berkomunikasi secara efektif, dokter juga dituntut untuk memiliki rasa empati.Empati berarti kita mampu membaca pikiran dari sudut pandang orang lain juga mampu menyelaraskan diri dengan orang lain. Pembahasan

Pengertian komunikasiMcCubbin dan Dahl (1985) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan, dan pendapat. Johnson (1981) mendefinisikan komunikasi didasarkan atas pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima.Sedangkan dalam arti luas komunikasi dideskripsikan sebagai setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi orang lain. Komunikasi tidak hanya sekedar wawancara, namun setiap bentuk tingkah laku mengandung ungkapan tertentu yang mengisyaratkan makna tertentu dari proses komunikasi.[1]Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku secara keseluruhan baik secara langsung dengan lisan maupun tidak langsung melalui media.[1]Dalam dunia kedokteran, seorang dokter bukan hanya harus pandai berkomunikasi, tetapi dokter juga harus memiliki keterampilan untuk berkomunikasi secara efektif. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan memberikan umpan balik yang sesuai dengan pesan. Umpan balik yang sesuai dengan pesan tidak selalu berupa persetujuan. Komunikan dapat saja memberikan umpan balik berupa ketidaksetujuan terhadap pesan, yang terpenting adalah dimengertinya pesan dengan benar oleh komunikan dan komunikator memeroleh umpan balik yang menandakan bahwa pesannya telah dimengerti oleh komunikan.[2]

Jenis dan cara komunikasiAda berbagai macam bentuk komunikasi, dalam makalah ini saya akan membahsa tentang komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal ( verbal communication)adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Ada berbagai macam komunikasi non verbal, yaitu: gerakan atau isyarat tubuh, posisi, sikap, dan paralinguistik. Gerakan tubuh seperti gerakan mata yaitu cara menatap dan eksperesi wajah. Posisi seperti jarak jauh atau dekat, berhadapan, dan menyamping. Sikap tubuh seperti santai dan wibawa. Paralinguistik seperti hembusan nafas, perubahan tinggi nada, perubahan keras suara, kelancaran suara, dan senyuman.[3]

Pengertian empatiEmpati adalah kemampuan untuk memahami apa yang dialami oleh orang lain dalam kerangka acuan orang tersebut; hal ini sering digambarkan sebagai suatu kemampuan untuk menempatkan diri sendiri dalam keadaan yang dialami orang lain. Inti dari interaksi empati merupakan pemahaman terhadap perasaan orang lain secara akurat.Kita mampu menyelaraskan diri dengan orang lain. Walaupun seyogyanya keinginan kita berbeda dengannya. Empati merupakan akselerasi dari sikap proaktif kita terhadap orang yang kita tuju. Empati adalah semacam kartu trup kita dalam mendekatkan diri kepada orang lain. Berempati berarti kita berusaha melakukan adaptasi dengan orang lain. Kita berusaha mempelajari orang yang ingin kita tuju agar terwujud keselarasan, keserasian, dan keharmonisan hubungan.[4,5]

Cara efektif melakukan empati adalah dengan mengembangkan sikap ramah dan bersahabat. Bersikap ramah berarti kita siap menerima kehadiran orang lain yang ingin berkomunkasi dengan kita. Dengan keramahan kita mampu menciptakan atau membangun semangat kekeluargaan, juga mampu menyentuh emosi orang lain, sehingga terwujud proses komunikasi yang akrab dan jujur. Selain itu, sikap bersahabat berarti kita mampu menetralisasi emosi diri, sehingga orang senang dengan kita.[4]

Pembahasan skenarioSeorang ibu sedang kebingungan di depan kamar operasi karena anaknya sedang menjalani operasi karena kecelakaan lalu lintas. Saat si dokter bedah keluar, si ibu bergegas menghampirinya dan bertanya tentang keadaan anaknya. Si dokter bedah menerangkan tentang operasi yang dijalani dengan bahasa kedokteran yang tidak dimengerti si ibu.Dari skenario diatas, dapat kita ketahui bahwa si dokter bedah telah melakukan komunikasi secara tidak efektif. Dimana komunikasi efektif bertujuan agar si ibu pasien memahami apa yang diinformasikan si dokter bedah. Namun, Si dokter bedah menggunakan bahasa kedokteran yang tidak dimengerti oleh si ibu pasien.Bukan kejelasan informasi yang didapatkan si ibu pasien, namun si ibu pasien menjadi lebih gusar, dan khawatir.Seharusnya si dokter bedah menjelaskan kepada ibu psien dengan bahasa orang awam. Jika memang si dokter bedah tidak sengaja menggunakan bahasa kedokteran dalam memebri informasi, seharusnya si dokter bedah menambahkan pengertian istilah-istilah kedokteran dalam penyampaian informasinya agar si ibu pasien menjadi paham.Disini dokter bedah semestinya memahami komunikasi nonverbal yang dilakukan si ibu pasien, dimana si ibu pasien bertindak gusar dan mengalami kebingungan. Si dokter bedah juga semestinya menerapkan empatinya terhadap ibu pasien, menjawab dengan penuh pengertian dan perhatian, mungkin akan lebih sedikit membuat hatisi ibu pasien menjadi lebih nyaman dan mengurasngi rasa khawatir terhadap keadaan anaknya.

KesimpulanDari pembahasan mengenai skenario tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi komunikasi yang tidak efektif antara dokter terhadap ibu pasien. Karena dokter menggunakan bahasa medis yang tidak dimengerti oleh si ibu pasien dan mengakibatkan si ibu pasien menjadi lebih khawatir.Saya berharap menjadi dokter tidak cukup hanya pintar menangani suatu penyakit saja, tetapi sebagai dokter juga harus cakap dalam berkomunikasi yang efektif juga berempati. Sesuai dengan kondisi yang ada, jangan menggunakan bahasa yang tidak dipahami pasien / keluarga pasien, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penyampaian pesan. Sehingga, kita sebagai dokter dapat memaksimalkan pelayanan kita terhadap pasien maupun keluarga pasien.

Daftar Pustaka

1. Arwani. 2002. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC. hal 3-6, 182. http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/artikel-coba-2/edukasi/505-komunikasi-efektif-empatik-dan-persuasif diunduh pada tanggal 8 oktober 2013 pukul 20.133. http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-komunikasi-verbal-dan-nonverbal-beserta-contoh-dan-slogan-produk/ diunduh pada tanggal 7 oktober 2013 pukul 19.37.4. Sumartono. 2004. Komunikasi Kasih Sayang. Jakarta : Elex Media Komputindo. hal 118-215. Wong, Dona L; dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed 6, Vol 1 Wong. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.hal 144