Humaniora Dan Empati Makalah

30
Konsep Humaniora, Empati dan Hubungan Antar Manusia dan Kesehatan Jiwa Disusun Oleh : KELOMPOK 3 1. Novianty Dwi Saputri 2. Angga Syafari 3. Junia Ariani 4. Yoga Aprianto 5. Irfana Efendi 6. Dinda Auria 7. Siska Oktarina 8. Abisyifa Rahma Taim 9. Istiqomah Katin 10. Della Elvina 11. Selly Marlina 1

description

Humaniora Dan Empati Makalah

Transcript of Humaniora Dan Empati Makalah

Konsep Humaniora, Empati dan Hubungan Antar Manusia dan Kesehatan Jiwa

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3 1. Novianty Dwi Saputri2. Angga Syafari3. Junia Ariani4. Yoga Aprianto5. Irfana Efendi6. Dinda Auria7. Siska Oktarina8. Abisyifa Rahma Taim9. Istiqomah Katin10. Della Elvina11. Selly Marlina

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERUNIVERSITAS NEGERI BENGKULU2013-2014Kegiatan Kelompok

PengantarSikap/perilaku dalam bidang kedokteran didasari pada pengenalan beberapa prinsip humaniora yang sesuai untuk seorang dokter. Hubungan dokter-pasien menjangkau segi interpersonal yang lebih dalam daripada sekedar komunikasi sosial. Perilaku dan kepribadian merupakan hal yang penting sebagai landasan aspek etik, kepercayaan, dan hukum dalam hubungan tersebut. Ilmu kedokteran mempunyai 2 aspek pendekatan, yaitu manusia sebagai obyek dan manusia sebagai subyek (pendekatan yang bersifat manusiawi). Landasan pendekatan dan perlakuan yang bersifat manusiawi adalah empatiHasil yang diharapkan Pemantapan pemahaman mengenai humaniora/The humanities dalam kedokteran serta aspek perilaku dan kepribadian di bidang kedokteran, empati, hubungan antar manusia, serta kesehatan jiwa.Lingkup bahasan1. Aspek humaniora/The humanities dalam kedokteran: kemampuan berpikir kritis, memiliki perspektif yang fleksibel, nondogmatisme, peka terhadap nilai, empati dan sadar diri.2. Aspek perilaku dan kepribadian di bidang kedokteran: perilaku manusia, hubungan dokter-manusia, moral, etik, norma, dan sistem nilai.Tugas1. Pendalaman materi lingkup bahasan untuk mendapatkan pemahaman bersama dalam kelompok.2. Membahas beberapa isu yang relevan dengan lingkup bahasan untuk meningkatan kepekaan rasa, empati, serta menghargai nilai dan sistem nilai.3. Aspek empati dan kesehatan jiwa: empati dan kesehatan jiwa merupakan landasan penting dalam komunikasi efektif interpersonal.4. Hubungan antar manusia: saya dan kamu, kita dan kami, empati dalam berkomunikasi.Rujukan1. Sjamsuhidajat. The humanities in medicine. Lecture EBP2DCH Module semester 1, FMUI, 2007.2. Wibisono S. Behaviour and personality aspects in medicine. Lecture EBP2DCH Module semester 1, FMUI, 2007.3. Sedyawati E. Pedoman penanaman budi pekerti luhur, 1997.4. Appendix 3 Student Guide Book EBP2DCH Module 2007.5. Mangindaan L. Empathy, human relationships and mental health. Lecture EBP2DCH Module semester 1, FMUI, 2007.6. Buber M. I and thou: a new translation with a prologue, 1970

Bahan Diskusi Makalah HUMANIORA 1. Jelaskan apa itu Humaniora (The humanities), bidang-bidang apa saja yang tercakup dalam Humaniora. Apa bedanya dengan ilmu murni (mis. matematika, ilmu alam, ilmu kimia)?2. Apa persamaan dasar dan tujuan Humaniora, diskusikan 3. Mengapa Kedokteran dianggap merupakan cabang Humaniora yang paling ilmiah dan sekaligus paling manusiawi? Diskusikan.4. Jelaskan The Five Qualities of Mind dari Donner Clauser, jelaskan secara rinci. Berikan contoh-contoh pelaksanaannya dalam kehidupan, ilmu kedokteran dan hubungan antar manusia 5. Mengapa bidang bidang dari Humaniora seringkali perlu bahkan berguna bagi perkembangan Kesehatan Jiwa? Berikan beberapa contoh

Bahan Diskusi Makalah EMPATI, HUBUNGAN ANTAR MANUSIA , DAN KESEHATAN JIWA1. Bedakan antara simpati , empati, dan antipati. Diskusikan dan berikan beberapa contoh 2. Apabila seseorang berbeda dalam identitas (mis. berbeda agama, nilai-nilai, ras / suku bangsa atau berbeda orientasi seksual) apakah secara automatis orang itu lebih buruk atau lebih baik? Jelaskan dan berikan beberapa contoh dalam kehidupan3. Bagaimana seseorang dapat berempati dengan orang lain yang berbeda nilai-nilainya? Bagaimana hal itu dapat dilakukan? Berikan beberapa contoh dalam kehidupan4. Pada dasarnya kita perlu menghargai nilai-nilai orang lain walaupun berbeda dengan nilai diri kita, tapi di lain pihak, kapankah kita perlu prihatin terhadap nilai-nilai seseorang? Berikan contoh, diskusikan5. Jelaskan perbedaan antara: berempati dengan orang lain yang berbeda nilai /selera pribadi, dengan: mempunyai nilai / selera pribadi yang berbeda dengan nilai / selera pribadi orang lain6. Apa bedanya seorang moralis dengan seorang moralizer?7. Diskusikan konsep Martin Buber tentang hubungan Saya dan Kamu (I and Thou relationship)8. Diskusikan pentingnya pendekatan multikultural sebagai landasan hubungan antar manusia, jelaskan dampak dari ke-Kami-an yang ekslusif (hubungan monokultural yang ekslusif)9. Apakah hubungan multikultural antar agama berarti sinkretisme? Diskusikan.10. Mengapa empati harus berawal dari diri sendiri, jelaskan.11. Apakah dasar empati, jelaskan dan mengapa hal itu penting? 12. Mengapa empati penting bagi perkembangan Kesehatan Jiwa?13. Diskusikan definisi Kesehatan Jiwa dan diskusikan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari

JAWABAN PERTANYAAN

MATERI HUMANIORA1. Jelaskan apa itu Humaniora (The humanities), bidang-bidang apa saja yang tercakup dalam Humaniora. Apa bedanya dengan ilmu murni (mis. matematika, ilmu alam, ilmu kimia)?Jawab :Humaniora adalah kumpulan pembelajaran yang berhubungan dangan buah pikiran dan hubungan antar manusia (human thoughts and relations). Bidang lainyang juga termasukdalamhumanioraadalah: teologi,filsafat, ilmu sejarah, filologi, ilmu bahasa, kesusasteraan, kesenian, psikologi, ilmu sosial.Perbedaan ilmu murni dan humaniora adalah humaniora lebih humaniora bersifat plastis, jadi humaniora berbeda dengan ilmu murni (pure sciences ) misalnya matematika atau fisika murni, karena bersifat pasti / absolut.

2. Apa persamaan dasar dan tujuan Humaniora, diskusikan !Jawab :Semua cabang dari humaniora mempunyai persamaan dalam tujuan, yaitu untuk membantu manusia agar bersifat lebih manusiawi dan lebih beradab.

3. Mengapa Kedokteran dianggap merupakan cabang Humaniora yang paling ilmiah dan sekaligus paling manusiawi? Diskusikan.Jawab :Ilmu kedokteran bahkan dikatakan sebagai cabang humaniora yang paling ilmiah serta sekaligus paling manusiawi, karena di satu pihak ilmu kedokteran makin bertambah luas dan makin pesat dalam upaya mempelajari manusia secara ilmiah, dan di pihak lain bidang kedokteran juga secara langsung berhubungan dengan manusia, penderitaannya dan peningkatan kualitas hidup manusia.

4. Jelaskan The Five Qualities of Mind dari Donner Clauser, jelaskan secara rinci. Berikan contoh-contoh pelaksanaannya dalam kehidupan, ilmu kedokteran dan hubungan antar manusia!Jawab :Danner Clouser dalam tulisannya: Humanities in Medical Education: some Contributions ia mengusulkan perlu adanya five qualities of mind yang sepantasnya dimiliki oleh seorang dokter, sebagai anggota masyarakat modern dan beradab. Kelima qualities of mind itu adalah: a. Kemampuan Berpikir KritisKemampuan berperkir kritis maksudnya adalah bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan dalam diri seorang dokter. Dikenal juga dengan istilah Clinical reasoning yakni proses berpikir untuk memberi makna suatu temuan klinik. Hal ini perlu dilakukan karena banyaknya faktor yang harus menjadi pertimbangan seorang dokter sebelum membuat suatu keputusan klinik.Dokter dididik dan dituntut untuk berpikir kritis, karena setiap tindakan seorang dokter (menentukan diagnosis, pilihan terapi, atau membuat prognosis) merupakan hasil dari proses pemahaman terhadap fenomena yang ditemukan. Dan dalam proses pemahaman tersebut yang terpenting adalah cara berpikir logis dan berpikir kritis.

b. Mempunyai Perspektif Yang FleksibelSeorang dokter diharapkan dapat timbul perspektif berfikir dan bernalar, dan mencegah terpaku dalam satu situasi saja. Misalnya ada pasien yang mengeluh sakit demam, jadi sebagai dokter kita tidak hanya melihat satu penyebab saja, kita harus melihat dari aspek bio, psikis, rohani, dan aspek sosialnya.

c. Non Dogmatisme Terpaku pada satu perspektif, dan tidak melihat alternatif lain, merupakan kesalahan yang berbahaya dalam pendidikan kedokteran. Seorang menjadi terlalu yakin dengan persepsinya sendiri dalam keterbatasan visinya. Sedangkan sebagai dokter kita harus manyadari keterbatasan sebagai manusia sehingga pendapat maupun kejadian harus menjadi pelajaran bagi kita. Misalnya kita tidak paham dengan penyakit yang di derita pasien, kita tidak boleh menutupi kelemahan kita dengan memberikan resep melainkan kita harus menyarankan pasien untuk konsultasi dengan dokter lain yang lebih ahli dibidangnya.

d. Peka Terhadap Nilai NilaiPeka terhadap nilai artinya Ilmu kedokteran memang sarat dengan nilai, karena selain nilai etik dan moral masih terdapat nilai seperti estetik, pribadi, sosial, hukum, ekonomi, dan politik yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan. Sehingga humaniora berperan untuk membuat para anggota profesi peka terhadap bermacam nilai tersebut. Misalnya dalam bidang ekonomi, kita harus memperhatikan kondisi pasien apakah mampu untuk mendapatkan terapi yang kita sarankan atau ada pilihan lain yang dapat meringankan pasien.

e. Empati Dan Sadar DiriEmpati adalah kemampuan seseorang untuk mengerti persaan, pikiran, dan keinginan orang lain tanpa mempengaruhi obyektivitas dalam menilai orang tersebut yang ditujukan pada interaksi dengan menusia lain dan Bukan sekedar observasi, pengetahuan, dan idea. Misalnya ada pasien yang konsultasi, sebagai seorang dokter kita harus peduli dan tidak mengabaikan apa pun yang disampaikan oleh pasien sehingga pasien merasa diperhatikan layaknya sebagai manusia seutuhnya dan tidak dipandang sebagai sekedar objek.

5. Mengapa bidang bidang dari Humaniora seringkali perlu bahkan berguna bagi perkembangan Kesehatan Jiwa? Berikan beberapa contoh!Jawab :Bidang-bidang dari humaniora memang perlu dalam perkembangan kesehatan jiwa karena, bidang-bidang humaniora tersebut dapat meningkatkan kebahagiaan atau kesejahteraan orang lain yang merupakan peningkatan kesehatan jiwa seseorang dan sangat berpengaruh dalam perkembangan kesehatan jiwanya itu. Contoh :Dalam berkomunikasi dengan pasien kita harus berusaha memahami keadaan si pasien agar ia merasa nyaman dan tidak tertekan.

MATERI EMPATI, HUBUNGAN ANTAR MANUSIA , DAN KESEHATAN JIWA

1. Bedakan antara simpati , empati, dan antipati. Diskusikan dan berikan beberapa contoh !Jawab :Pada empati , seseorang dalam relasi dan komunikasinya dengan orang lain berusaha menghayati dan mengerti diri orang lain itu serta berusaha mengerti bagaimana orang lain itu dari sudut pandang pribadinya mempersepsi dirinya sendiri maupun dunia sekitarnya (baik dari segi identitas, perasaan, pikiran atau perilaku orang lain itu); akan tetapi, bersamaan dengan itu, orang yang berempati tidak mencampurbaurkan dirinya, perasaannya dan nilai- nilai pribadinya dengan perasaan dan nilai-nilai pribadi orang yang di empati itu.Perlu diingat bahwa berempati bukanlah berarti secara automatis menyalahkan, membenarkan, menyetujui atau tidak menyetujui perbuatan seseorang. Pada simpati dan antipati , seseorang mengadakan relasi dengan orang lain berdasarkan perasaan. Bersimpati dan berantipati adalah wajar dan sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tapi orang yang bersimpati atau berantipati dapat sadar dan membatasi diri serta dapat membedakan kapan ia bersimpati , berantipati dan kapan ia berempati. Pada simpati perasaannya adalah perasaan positif, misalnya menaruh kasihan, rasa iba, turut merasakan perasaan yang dirasakan orang lain, misalnya ikut bersedih atau ikut bergembira sewaktu orang lain itu bersedih atau bergembira.Bila simpati terjadi berlebihan, maka dapat terjadi kecenderungan untuk bersikap membenarkan apapun perbuatan orang yang disimpatinya itu. Contoh: Karena terlalu bersimpati kepada orang orang yang hidupnya terpuruk maka bila orang itu melakukan sesuatu yang melanggar hukum , maka orang yang bersimpati itu dapat membutakan diri , atau membenarkan perbuatan negatif dari orang yang disimpatinya, sehingga sikapnya tidak objektif lagi.Pada antipati, perasaannya terhadap orang yang di antipati adalah negatif, yakni tidak misalnya berantipati terhadap seseorang karena tidak menyukai perbuatan atau identitasnya.Contoh: seorang ibu mengatakan kepada anaknya Saya tidak menyukai perbuatanmu yang memukul adikmu dengan semena-mena. Pada antipati yang wajar sang ibu dapat membedakan antara sikap antipatinya terhadap perbuatan anaknya, tapi ia masih tetap menyayangi anaknya sebagai manusia. Antipati dapat terjadi juga bila pada dasarnya sudah terjadi sikap apriori tidak menyukai identitas seseorang.Bila perasaan antipati terjadi terus menerus dan sudah tidak proporsional lagi, makadapat terjadi kecenderungan untuk tidak menyukai semua perbuatan orang itu bahkan perbuatannya yang baik sekalipun, karena yang terjadi adalah berantipati terhadap orang itu dan semua perbuatannya secara menyeluruh. Bila antipati disamaratakan terhadap orang-orang lain yang sama identitas atau perilakunya, terjadi sikapbigot atau prasangka.

2. Apabila seseorang berbeda dalam identitas (mis. berbeda agama, nilai-nilai, ras / suku bangsa atau berbeda orientasi seksual) apakah secara automatis orang itu lebih buruk atau lebih baik? Jelaskan dan berikan beberapa contoh dalam kehidupan!Jawab :

Kita tidak dapat mengatakan itu lebih baik atau lebih buruk, karena baik buruknya seseorang itu tidak ditentukan dengan identitasnya yakni agama, nilai, ras, suku, bangsa, ataupun orientasi sosialnya melainkan baik buruknya seseorang itu tergantung dari kepribadiannya dimana pembentukan kepribadian ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranyan keluarga dan lingkungan.Contoh :Seorang dokter yang beranggapan seorang pasien yang berbeda budaya memiliki sifat yang buruk, padahal belum tentu pasien tersebut memiliki sifat buruk karena sifat seseorang itu ditentukan oleh kepribadiannya.

3. Bagaimana seseorang dapat berempati dengan orang lain yang berbeda nilai-nilainya? Bagaimana hal itu dapat dilakukan? Berikan beberapa contoh dalam kehidupan!Jawab :Cara berempati kepada seseorang yang berbeda nilai-nilainya: Menghargai nilai-nilai orang tersebut Memperlakukan orang lain sebagai sesama manusia yang setara, terlepas dari identitasnya, tanpa prasangka atau sikap menghakimi Menghargai perbedaan pendapat dalam komunikasi Tidak memaksakan kehendak Tidak bersikap apriori/ beprasangka, dengan perkataan lain bersikap netral dalam melakukan relasi. Berusaha mengerti cara berpikir, perasaan (termasuk kekuatiran, ambivalensi / perasaan mendua, kecurigaan, rasa malu, takut dihina, dicela, dsb) dari orang lain. Dapat menyatakan pendapat dan menjadi pendengar yang baik dalam komunikasi Kalau dalam komunikasi itu diperlukan suatu penyelesaian masalah, maka ke dua pihak akan saling menghargai dan berada sebagai orang yang setara , sedangkan hasilnya tidak dipaksakan, melainkan merupakan kesepakatan yang sesuai ke- dua pihak dan dapat diterima dan cocok bagi ke dua pihak itu. Untuk menciptakan sikap tersebut pertama sekali kita dituntut untuk berempati diri kita sendiri kemudian berusaha menghayati perbedaan yang ada pada diri orang lain terhadap diri kita, sehingga akhirnya kita dapat memahami apa perbedaan yang ada pada diri kita dengan orang lain tersebut. Kemudian untuk mempelajari dan memahami perbedaan nilai pada orang tersebut, kembangkanlah sikap untuk tidak malu bertanya tentang nilai dan budayanya agar tidak terjadinya salah presepsi dalam menghayati perbedaan nilai tersebut.Misalnya Dokter berupaya memberikan obat yang sesuai kemampuan pasien. Disini dokter memberikan obat bagi orang kaya sesuai kemampuanya, bagi orang yang tidak kaya juga diberikan obat yang sesuai kemampuannya.

4. Pada dasarnya kita perlu menghargai nilai-nilai orang lain walaupun berbeda dengan nilai diri kita, tapi di lain pihak, kapankah kita perlu prihatin terhadap nilai-nilai seseorang? Berikan contoh, diskusikan!Jawab :Dalam hubungan antar manusia masing-masing pihak perlu menghargai nilai-nilai pihak lain, namun tidak semua nilai-nilai yang dianut pihak lain itu dapat diterima, karena kita perlu prihatin akan nilai nilai yang : membahayakan: jiwa / kehidupan, kesehatan, kesehatan jiwa diri sendiri atau orang lain. melanggar hak azasi manusia hanya mempromosikan hubungan ke-Kami-an yang sekaligus meniadakan hubungan ke-Kita-an

Apabila hal-hal itu terjadi, perlu dilakukan pendekatan dengan cara : dialog non kekerasan dan bersifat manusiawi , membantu timbulnya kesadaran ( awareness ) akan dampak negatif hal hal itu , membantu menyadari bahwa ada nilai , perilaku dan cara alternatif yang tidak membahayakan jiwa , kesehatan , kesehatan jiwa , atau tidak melanggar hak hak azasi manusia

5. Jelaskan perbedaan antara: berempati dengan orang lain yang berbeda nilai /selera pribadi, dengan: mempunyai nilai / selera pribadi yang berbeda dengan nilai / selera pribadi orang lain!Jawab : Berempati dengan orang lain yang berbeda nilai/selera pribadi, denganKita mentoleransi nilai-nilai atau selera pribadi yang dimiliki orang lain yang nilainya berbeda dengan kita dan tidak mendiskriminasi orang tersebut dan tetap menghargainya. Mempunyai nilai/selera pribadi yang berbeda dengan nilai/selera pribadi orang lainSeseorang yang berbeda nilai atau selera pribadi dengan orang lain. Disini kita dituntut lebih untuk bisa berempati agar tetap terjaga hubungan yang harmonis antar individu. Selera pribadi adalah hak azasi tiap orang. Akan tetapi janganlah kita mencampurbaurkan antara selera pribadi kita dengan hubungan kita dengan orang orang lain yang kebetulan selera pribadinya atau identitasnya tidak sesuai dengan selera pribadi kita.

6. Apa bedanya seorang moralis dengan seorang moralizer?Jawab : Moralis adalah orang yang menjalankan ajaran agama yang dianutnya sebaik mungkin. (Catatan: istilah moralis juga dipakai untuk seseorang yang mengajarkan agama dan nilai-nilai suatu agama). Sedangkan moralizer adalah orang yang menjalankan nilai-nilai agamanya sebaik mungkin dengan menggunakan nilai-nilai agamanya yang dianggapnya luhur untuk menilai / menghakimi orang lain (baik orang yang beragama sama dengan dirinya maupun orang yang berbeda agama).

7. Diskusikan konsep Martin Buber tentang hubungan Saya dan Kamu (I and Thou relationship)!Jawab:Hubungan antar manusia dalam konteks hubungan Saya dan Kamu (I and Thou Martin Buber)Keunikan hubungan Saya dan Kamu ini adalah bahwa hubungan ini hanya dapat terjadi antar manusia, karena hanya dalam bentuk hubungan ini terjadi suatu relasi timbal balik antara seseorang sebagai orang pertama (Saya) dengan orang lain sebagai orang ke dua (Kamu) . Begitu seseorang mengatakan Saya kepada orang lain dalam bentuk orang ke dua sebagai Kamu, maka terjadilah suatu hubungan unik, baik berupa dialog, ataupun bentuk komunikasi timbal balik, di mana orang ke dua (Kamu) diperlakukan sebagai subjek, yaitu sebagai sesama manusia yang setara, yang dirinya diterima sebagaimana adanya, dan ia diperlakukan tanpa sikap apriori, dihakimi, serta nilai dan sistem nilainya dihargai. Hubungan Saya dan Kamu yang begini adalah hubungan Saya dan Kamu yang adekuat.Hubungan timbal balik Saya dan Kamu yang adekuat dan setara ini jelas sekali berbeda dengan suatu hubungan Saya dan Kamu yang terjadi antara seseorang dengan hewan atau benda mati, karena dalam bentuk hubungan ini tidak dapat terjadi dialog atau hubungan timbal balik khas yang hanya dapat antara sesama manusia. Berbeda dengan hubungan Saya dan Kamu yang adekuat, maka apa yang dinamakan sebagai: hubungan Saya dan Kamu yang tidak adekuat, adalah hubungan dimana orang kedua (Kamu) tidak diperlakukan sebagai manusia / subjek yang setara, melainkan sebagai orang yang tidak dihargai kemanusiaannya dan diperlakukan seperti objek untuk kepentingan Saya itu; contoh: pada situasi dimana seseorang memaksakan kehendaknya pada orang lain, atau dimana orang itu tidak dihargai pendapat, perasaan, nilai, atau martabatnya sebagai manusia yang berbeda. Hubungan Saya dan Kamu juga berbeda dengan hubungan Saya dan Dia, atau Saya dan Itu (I and It), karena pada hubungan macam ini tidak dapat terjadi suatu dialog timbal balik yang adekuat.Akibat hubungan Saya dan Kamu yang adekuat, terjadi suatu relasi timbal balik dimana orang kedua ( Kamu ) itu juga sebaliknya akan memperlakukan orang pertama ( Saya ) dalam suatu hubungan yang setara dan adekuat. Jadi, agar terjadi hubungan Saya dan Kamu yang adekuat harus dimulai dari pihak Saya terlebih dahulu dan bukan berupa suatu sikap menunggu di pihak Saya agar orang kedua -Kamu- yang memulai hubungan itu. Dampak dari hubungan / komunikasi Saya dan Kamu yang adekuat dan yang dimulai dari pihak Saya adalah terjadinya relasi / komunikasi yang nyaman, karena pihak orang ke dua- Kamu- sebaliknya juga akan memperlakukan pihak Saya secara adekuat. Dalam hubungan yang adekuat ini, ke dua pihak selama maupun pada akhir hubungan tidak akan merasa tidak tertekan, karena dapat mengutarakan pendapatnya secara bebas tanpa rasa takut dicela, serta dapat menjadi jati dirinya yang sejati. Demikian pula apabila terjadi suatu penyelesaian masalah, tidak terjadi pemaksaan kehendak, melainkan berupa suatu penyelesaian yang berdasarkan konsep win-win solution , dimana kedua pihak merasa baik / nyaman ( feel good ) .Jadi dasar dari hubungan Saya dan Kamu yang adekuat, tidak lain adalah hubungan yang berdasarkan empati.

8. Diskusikan pentingnya pendekatan multikultural sebagai landasan hubungan antar manusia, jelaskan dampak dari ke-Kami-an yang ekslusif (hubungan monokultural yang ekslusif)!Jawab :Pentingnya pendekatan multikukturalPentingnya pendekatan multikultural itu penting sebagai landasan hubungan antar manusia yaitu karena perilaku seseorang bersifat relative, Suatu perilaku bila dilihat dari budaya tertentu dapat dianggap baik, sedangkan perilaku yang sama kalau dilihat dari budaya yang berbeda dapat dianggap netral atau tidak baik. Jadi terhadap perilaku seseorangpun jangan cepat-cepat kita bersikap apriori, melainkan perlu ditelaah terlebih dulu apakah perilaku seseorang itu merupakan manifestasi atau refleksi dari nilai-nilai yang perlu kita prihatinkan ataukah tidak. Bila tidak, janganlah hal itu dipersoalkan. Inilah yang merupakan konsep pendekatan multikultural.

Hubungan yang bersifat ke-Kita-an berbeda dengan hubungan yang bersifat ke-Kami-an . Landasan dari hubungan ke-Kami-an adalah: memperlakukan diri sendiri: pertama tama: berdasarkan identitasnya kedua: Sebagai manusia dan memperlakukan orang lain : pertama tama: Berdasarkan identitasnya kedua: Sebagai manusia

Bentuk hubungan ke-Kami-an secara wajar sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena sifat manusia untuk mencari dan berkelompok dengan orang lain yang sama dalam identitasnya, misalnya dalam hubungan keluarga, suku bangsa, agama, profesi, kelompok sosial, olah raga, seni, hobi, ideologi, partai, dan sebagainya.

Dampak negatif dari hubungan ke-Kami-an yang eksklusifYang perlu diperhatikan adalah agar hubungan ke-Kami-an tidak meniadakan hubungan ke-Kita-an dengan orang atau kelompok lain yang berbeda identitas, sebab bila hal itu terjadi, maka semua orang yang berbeda identitas dengan kelompok kami dikelompokkan dalam kelompok mereka, atau kaum itu sehingga dalam keadaan ekstrem dapat terjadi suatu hubungan yng bersifat : Kami vs. Mereka /Kaum itu Bentuk ekstrem dari hubungan Kami vs Mereka / Kaum itu adalah sikap: stigmatisasi, diskriminasi, sikap bigot , pengelompokan dalam arti negatif, perkoncoan , pemaksaan kehendak, berada di atas hukum, prasangka, kebencian, tindak kekerasan, peperangan, pembunuhan terhadap orang yang termasuk dalam kelompok Mereka / Kaum ituDalam bentuk hubungan yang bersifat ke-Kami-an yang ekstrem , orang ketiga (dia) / berbeda identitasnya tidak diperlakukan sebagai sesama manusia , melainkan sebagai objek atau orang yang dikucilkan. Apabila orang itu mau masuk dalam kelompok Kami, maka ia harus merubah identitasnya agar menjadi sama seperti orang-orang dalam kelompok Kami. Jelaslah dalam hubungan ke-Kami-an yang ekstrem , masing masing individu tidak dapat berkembang dan mengaktualisaikan diri sesuai dengan jati dirinya, karena ia harus tunduk kepada persamaan identitas yang sesuai ke-Kami-an itu 4

9. Apakah hubungan multikultural antar agama berarti sinkretisme? Diskusikan!Jawab:Sikretisme Sinkretisme adalah paham yang gerakannya berupa upaya mempersatukan agama-agama di dunia. Ensiklopedia Britannica menyebutkan bahwa Religios syncretism is the fusion of diverse religios beliefs and practices (paham sinkretisme adalah penyatuan beberapa ajaran agama yang berbeda). Upaya yang dilakukan penganut sinkretisme adalah selalu mencari titik temu dari perbedaan-perbedaan ajaran yang ada pada setiap agama. Baik perbedaan yang menyengkut prinsip dasar berakidah maupun yang bersifat furu (khilafiah amaliah) atau perbedaan cara pengamalan suatu ajaran dalam bermahzab.Gerakan ini memberikan pemahaman bahwa pada dasarnya semua agama adalah sama. Semua agama mengajak kepada kebaikan dan melarang kejahatan, berupaya mengajak umat seluruh dunia bersatu dalam setiap langkah, mengusahakan pendekatan satu sama lain, dan lebih menjunjung tinggi ikatan kemanusiaan daripada kebersamaan umat se-agama. Mereka bergerak di hampir semua faktor kehidupan, baik politik, eknomi, kebudayaan maupun agama. Tujuan mereka adalah menjadikan dunia sebagai suatu wadah besar dengan keyakinan yang sama yaitu kemanusiaan.Cara pendekatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, disadari atau tidak disadari, adalah dengan MENANAMKAN KERAGU-RAGUAN kepada setiap penganut agama terhadap ajaran agama yang mereka anut. Mereka mengajak penganut agama tersebut untuk mengosongkan pikiran sebelum menerima paham baru yang dihasilkan dari penyatuan ajaran agama-agama sesuai dengan pemahaman mereka yaitu menukil beberapa ajaran dari tiap-tiap agama yang berbeda yang dianggap baik dan bisa mempersatukan umat beragama seluruh dunia dalam satu wadah.Gerakan berlandaskan sinkretisme ini sudah sejak lama berkembang. Ruang lingkupnya terkadang hanya terbatas pada pemersatuan agama-agama samawiyah, tetapi ada juga yang secara menyeluruh, termasuk upaya mempersatukan sekte-sekte yang berkembang dalam setiap agama.Jadi, sinkretisme itu pada dasarnya baik dengan menyatukan ajaran yang universal yang ada pada setiap agama, misalnya dalam hal tenggang rasa. Namun kebanyakan justru penyatuan konteksnya tidak hanya sekedar ajaran- ajaran yang universal untuk perdamaian dunia, tetapi malah menggabungkan ajaran- ajaran khusus dalam agama tersebut. Hal ini akan membuat terciptanya paham baru yang menimbulkan pro dan kontra, sehingga memicu terajdinya konflik, dan secara signifikan dapat menyebabkan perpecahan. Tujuan awal sinkretisme untuk mencapai perdamaian, malah akan menimbulkan dampak yang sebaliknya apabila sinkretisme itu menjadi negatif.Multikulturalisme agamaMultikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Multikulturalisme agama adalah pandangan kita mengenai dari berbagai macam agama yang ada dan kita pahami mengenai perbedaan- perbedaan tiap agama tersebut. Adanya sikap toleransi dan tenggang rasa antar umat beragama.Jadi, multikulturalisme bisa diartikan dengan sinkretisme apabila sinkretisme yang positif. Maksudnya sikretisme yang hanya menggabungkan nilai universal dalam tiap- tiap agama, misalnya nilai tenggang rasa. Setiap agama diajarkan untuk saling tenggang rasa antar sesama manusia, dan hal ini dapat kita gabungkan persepsinya melihat untuk terciptanya perdamaian dunia, dan hal ini juga adalah bentuk pengaplikasian kita yang memahami multikulturalisme tiap agama. Namun, multikulturalisme agama juga tidak bisa diartikan sama dengan sinkretisme yang bersifat negatif. Sinkretisme yang negatif misalnya menggabungkan ajaran-ajaran sakral tiap agama, yang menghasilkan paham baru. Sinkretisme yang seperti ini tidak sama dengan multikulturalisme agama.

10. Mengapa empati harus berawal dari diri sendiri, jelaskan!Jawab :Kalau kita berprinsip bahwa berempati harus mulai dari diri orang lain terlebih dulu, maka akan terjadi sikap saling menunggu siapa yang terlebih dulu berempati dengan segala macam akibatnya. Lagipula, kalau diri kita bersikap demikian, maka kita memperlakukan diri kita sebagai orang yang pasif serta respons atau reaksi diri kita hanya bergantung dari sikap orang lain; dengan perkataan lain: sikap kita diatur atau dikendalikan oleh sikap orang lain. Ingat: Landasan empati adalah kasih sayang persaudaraan terhadap sesama manusia (ukhuwah insaniyyah) yang bersifat aktif dan tanpa pamrih

11. Apakah dasar empati, jelaskan dan mengapa hal itu penting? Jawab : Dasar empati adalah kasih sayang. Dengan kasih sayang seseorang dapat menunjukkan sikap empati terhadap orang lain. Kasih sayang tersebut bersifat tanpa pamrih terhadap sesama manusia. Selain itu dasar empati yang lainnya adalah minat, kepekaan, serta hubungan baikn kepada orang lain.

12. Mengapa empati penting bagi perkembangan Kesehatan Jiwa?Jawab :Empati penting bagi perkembangan kesehatan jiwa , karena sesuai dengan definisi kesehatan jiwa :Orang yang sehat jiwa / mentalnya: Merasa sehat dan bahagia, Mampu menghadapi tantangan hidup Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lainDari pengertian tersebut tidak akan terciptanya kesehatan jiwa yang baik apabila tidak dilandasi dengan empati, karena untuk menerima dan bersikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, kita harus bersikap empati.

13. Diskusikan definisi Kesehatan Jiwa dan diskusikan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari!Jawab :Definisi Kesehatan Jiwa menurut WHO :Orang yang sehat jiwa /mentalnya adalah orang yang: merasa sehat dan bahagia, serta mampu menghadapi tantangan kehidupan, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain Buku Pedoman Kesehatan Jiwa,

Definisi Kesehatan Jiwa ini jelas berbeda dengan anggapan di beberapa kalangan bahwa Kesehatan Jiwa adalah identik dengan tidak adanya penyakit atau psikopatologi. Fokusnya adalah: pembinaan perasaan sehat dan bahagia secara subjektif serta sikap, kemampuan adaptasi dalam kehidupan, dan kemampuan untuk menerima dan bersikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya. Dengan perkataan lain: definisi Kesehatan Jiwa WHO ini memberi fokus kepada kualitas kehidupan dan aspek positif seseorang, dan bukan kepada jumlah atau derajat patologi atau psikopatologinya. Kadang kadang ada kondisi dimana patologi fisik maupun psikopatologi tidak dapat dihilangkan sama sekali, akan tetapi hal itu dapat diisoler, dikendalikan atau dikontrol. Dalam hal ini taraf kesehatan jiwa orang itu dapat ditingkatkan.Jadi jelaslah bahwa definisi itu menyatakan bahwa kesehatan jiwa/mental - peningkatan kualitas kehidupan merupakan suatu ACUAN / kiblat dari segala hal yang dilakukan dalam hubungan antar manusia, termasuk hubungan dokter pasien.Seorang dokter bukan hanya bertugas menyembuhkan penyakit saja, tetapi upaya penyembuhan penyakit merupakan salah satu langkah dasar dan awal dalam upayanya membantu pasien mempertinggi taraf kesehatan jiwa / kualitas kehidupannya. Siapapun orang itu, ia berhak mencapai kesehatan jiwa.Kesehatan jiwa bersifat transenden, dalam artikata tidak dibatasi oleh kondisi/keadaan fisik, mental maupun taraf perkembangannya. Kesehatan jiwa tidak selalu sinkron atau harus disertai kesehatan jasmani, contoh: orang yang menderita gangguan hipokondriasis, ia merasa dirinya menderita penyakit / tidak sehat walaupun secara fisik dirinya terbukti ia tidak menderita penyakit jasmani. Kesehatan jiwa dapat dicapai oleh manusia dalam berbagai kondisi fisik, mental bahkan dalam menghadapi maut sekalipun. Pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari: Pada diri sendiri : percaya diri dan membuat pikiran jernih dengan refreshing dan rekreasi. Menghargai diri sendiri, percaya bahwa diri anda bisa melakukannya. Pada orang lain : bersikap yang ramah dan bersahabat kepada teman. Memberikan respon positif dan tidak bersikap antipati. Berikan empati kita kepada teman, pasien, ataupun semua masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Empati, Hubungan Antar Manusia Dan Kesehatan Jiwa / Mental (Revisi 2010) oleh dr. Lukas Mangindaan, Sp.KJ Quality Improvement: Practical Applications for Medical Group Practice By David Balestracci, Jr., Jeanine L. Barlow

1