Makalah Gizii - Copy

43
MAKALAH PENATALAKSANAAN DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI Pembimbing dr. Rasita Sembiring disusun oleh: Ayu Mianda Harasyid 080100004 Endah Rahmadani 080100014 Yuli Marlina 080100034 Prawira B. Putra 080100064 Astrawinata G. 080100088 DEPARTEMEN ILMU GIZI MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of Makalah Gizii - Copy

Page 1: Makalah Gizii - Copy

MAKALAH

PENATALAKSANAAN DIET

PADA

PENDERITA HIPERTENSI

Pembimbing

dr. Rasita Sembiring

disusun oleh:

Ayu Mianda Harasyid 080100004

Endah Rahmadani 080100014

Yuli Marlina 080100034

Prawira B. Putra 080100064

Astrawinata G. 080100088

DEPARTEMEN ILMU GIZI MEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

Page 2: Makalah Gizii - Copy

ii

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL :

PENATALAKSANAAN DIET

PADA

PENDERITA HIPERTENSI

NAMA PENULIS :

Ayu Mianda Harasyid 080100004

Endah Rahmadani 080100014

Yuli Marlina 080100034

Prawira B. Putra 080100064

Astrawinata G. 080100088

Makalah ini Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas

Kepaniteraan Klinik Senior

Departemen Ilmu Gizi Medik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan, 01 November 2012

Disetujui,

Dosen Pembimbing

dr. Rasita Sembiring

NIP. 19470727 197902 2 001

Page 3: Makalah Gizii - Copy

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas

berkat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada

waktunya.

Pada makalah ini, kami menyajikan sebuah topik mengenai

penatalaksanaan diet pada penderita hipertensi. Adapun tujuan penulisan makalah

ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior pada Departemen

Ilmu Gizi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan pula terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada dr. Rasita Sembiring atas kesediaan beliau sebagai

pembimbing kami dalam penulisan makalah ini. Besar harapan kami, melalui

makalah ini, pengetahuan dan pemahaman kita mengenai penatalaksanaan diet

pada penderita hipertensi semakin bertambah.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,

baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai

pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga

laporan kasus ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya kesehatan.

Medan, 01 November 2012

Penulis

Page 4: Makalah Gizii - Copy

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... iLEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iiKATA PENGANTAR.................................................................................. iiiDAFTAR ISI................................................................................................. iv

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 11.1. Latar Belakang................................................................... 11.2. Tujuan................................................................................ 21.3. Manfaat.............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 42.1 Definisi dan Klasifikasi Diabetes Mellitus........................ 42.2. Epidemiologi Diabetes Mellitus......................................... 52.3. Faktor Resiko Diabetes Mellitus........................................ 62.4. Etiologi dan Patogenesis Diabetes Mellitus....................... 72.5. Diagnosa Diabetes Mellitus............................................... 112.6. Penatalaksanaan Farmakologi Diabetes Mellitus.............. 152.7. Penatalaksanaan Non-Farmakologi Diabetes Mellitus...... 202.8. Komplikasi Diabetes Mellitus............................................ 252.9. Prognosis Diabetes Mellitus............................................... 26

BAB III METODE PENULISAN.............................................................. 273.1. Sumber dan Jenis Data....................................................... 273.2. Pengumpulan Data............................................................. 273.3. Analisa Data....................................................................... 273.4. Penarikan Kesimpulan....................................................... 27

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 284.1. Kesimpulan........................................................................ 284.2. Saran................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Makalah Gizii - Copy

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama dekade ini, penyakit tidak menular telah merajalela menggerogoti

masyarakat dunia. Baik insidensi morbiditas maupun mortalitasnya terus

meningkat dari tahun ke tahun memimpin ancaman terhadap kesehatan global.

Insidensi penyakit tidak menular sekarang telah lebih mendominasi dibanding

penyakit infeksi. Berdasarkan data WHO (World Health Organization), tercatat

pada tahun 2008, sekitar 63,2% kematian penyakit global disebabkan oleh

penyakit non infeksi dengan jumlah kematian sekitar 35 juta orang. Sekitar

delapan puluh persen angka mortalitas ini ditemukan tersebar pada kelompok

dengan ekonomi menengah ke bawah. Penyakit tidak menular yang paling banyak

adalah penyakit kardiovaskular, kanker, PPOK, dan diabetes mellitus (DM).1

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang terus

meningkat insidensi dari waktu ke waktu.2 International Diabetes Federation

(IDF) menyatakan pada tahun 2005 terdapat 5,1% (200 juta orang) yang

menderita diabetes.3 Pada tahun 2010, terjadi peningkatan jumlah menjadi 285

juta orang atau 6,4% penduduk dunia menderita DM.2 Angka ini akan terus

melonjak sehingga diperkirakan pada tahun 2025, akan terdapat 334 juta orang

yang mengidap DM. Menurut WHO tahun 2000, Indonesia termasuk 10 negara

yang masyarakatnya paling banyak menderita diabetes yaitu sebanyak 8,4 juta

orang. Diperkirakan pada tahun 2030, Indonesia akan berada pada peringkat 4

pada urutan tersebut dengan sekitar 21,3 juta penduduk menderita DM.3 Prevalensi

beberapa daerah rural di Bali menunjukkan prevalensi 3,9-7,2% pada 2004

dibandingkan Singaparna tahun 1995 tercatat hanya 1,1%. Pada 2006, jumlah

penderita DM di Indonesia mencapai 14 juta orang. Dari jumlah itu, baru 50%

penderita yang sadar mengidap diabetes mellitus, dan hanya sekitar 30% di

antaranya melakukan pengobatan secara teratur.5 Statistik Riskesdas tahun 2007

pada 24.417 responden sampel perkotaan yang diperiksa didapatkan prevalensi

nasional DM adalah 1,1% berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala

Page 6: Makalah Gizii - Copy

2

sedangkan 5,7% berdasarkan hasil pengukuran gula darah. Hal ini juga

menunjukkan DM, khususnya diabetes mellitus tipe 2, juga merupakan penyakit

“silent killer” yang biasanya asimptomatik menjadikan mortalitasnya sangat

tinggi.6

Mortalitas yang disebabkan oleh DM pada tahun 2002 mencapai 987.000

penduduk atau 1,7% dari seluruh mortalitas global yang menjadikan DM sebagai

penyebab kematian kelima tertinggi di dunia.7 Pada tahun 2010, kematian akibat

diabetes telah meningkat 5,5% dari perhitungan tahun 2007.2 Saat ini di Indonesia,

DM merupakan penyakit penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dengan jumlah

proporsi kematian sebesar 5,8% setelah stroke, TB, hipertensi, cedera, dan

kematian perinatal.8 Riskesdas tahun 2007 menyebutkan DM menyumbang 4,2%

kematian dari seluruh kematian yang terjadi.6

Sekitar 80-90% kasus DM merupakan termasuk DM tipe 2. Penyakit DM

tipe 2, yang sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan, dapat

dicegah dengan berbagai perubahan dalam pola hidup dan diet sehat. Terapi gizi,

diet sehat, dan pola hidup yang baik telah diketahui dapat mengurangi resistensi

insulin dan menurunkan berat badan pada penderita obese.9 MNT (Medical

Nutrition Therapy) pada penderita diabetes sempat ditinggalkan karena kurangnya

dasar-dasar yang mendukung. Namun, beberapa tahun ini, MNT bahkan telah

menjadi salah satu terapi yang penting dalam mencegah diabetes, dan menangani

penyakit, dan mencegah perkembangan komplikasi diabetes.10 Oleh karena itu,

penting bagi para klinisi untuk mengetahui intervensi gizi diabetes mellitus ini.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih mengerti

dan memahami tentang Diabetes Mellitus tipe 2 dan penanggulangannya dan

untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik

Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran,

Universitas Sumatera Utara.

Page 7: Makalah Gizii - Copy

3

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui dan memahami definisi dan klasifikasi diabetes mellitus

2. Mengetahui dan memahami epidemiologi diabetes mellitus

3. Mengetahui dan memahami faktor resiko diabetes mellitus

4. Mengetahui dan memahami etiologi dan patogenesis diabetes mellitus

5. Mengetahui dan memahami penegakan diagnosis diabetes mellitus

6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan diabetes mellitus dari segi

farmakologi

7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan diabetes mellitus non-

farmakologi

8. Mengetahui dan memahami komplikasi diabetes mellitus

9. Mengetahui dan memahami prognosis diabetes mellitus

1.3. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan

pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara

umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai

diabetes mellitus tipe 2 dan penanggulangannya.

Page 8: Makalah Gizii - Copy

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Hipertensi

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu

keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka bawah

(diastolik) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan

darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat

digital lainnya.

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan,

berat badan, tingkat aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah

120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah

dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan

tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas atau

berolahraga.

Apabila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak

mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini

dapat membawa si penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan bisa

menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus

menyebabkan jantung seseorang bekerja sangat keras, akhirnya kondisi ini

berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan

mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke

dan serangan jantung (heart attack).

Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease.

Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum

memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga sebagai

Page 9: Makalah Gizii - Copy

5

heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari

berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi.

Penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal dengan 2 tipe klasifikasi,

yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder :

a) Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan

darah tinggi sebagai akibat dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.

Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan

berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena

penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam

lingkungan atau kondisi stress tinggi sangat mungkin terkena penyakit

tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa

mengalami tekanan darah tinggi.

b) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya

peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang menderita

penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem

hormon tubuh. Sedangkan pada ibu hamil, tekanan darah secara umum

meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang

berat badannya di atas normal atau gemuk.

Pregnancy Induced Hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam

istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi.

Kondisi Hipertensi pada ibu hamil dapat tergolong sedang ataupun berbahaya.

Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia

dimasa kehamilan.

Page 10: Makalah Gizii - Copy

6

Preeklamsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami

hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala,

gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu

makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak

hipertensi maka disebut eklamsia.

2. Penyebab Hipertensi

Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (kortison)

dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-

inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan

darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang

berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu

faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Penyebab tekanan darah yang paling sering adalah aterosklerosis atau

penebalan dinding arteri yang membuat hilangnya elastisitas pembuluh

darah. Sebab lainnya adalah faktor keturunan, bertambahnya jumlah darah

yang dipompa jantung, penyakit pada ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem

syaraf sipatis. Pada mereka yang hamil, kelebihan berat badan, stres, dan

tekanan mental, hipertensipun kerap menghinggapinya. Akibat dari

hipertensi bisa beragam, seperti komplikasi pembesaran jantung, penyakit

jantung koroner, dan pecahnya pembuluh darah otak.

3. Pencegahan Hipertensi

Sebagaimana dijelaskan bahwa faktor penyebab utama terjadinya

hipertensi adalah aterosklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak

berlebih. Oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah

mengurangi konsumsi lemak yang berlebih dan pemberian obat-obatan

apabila diperlukan. Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak

dini sebelum hipertensi muncul, terutama pada orang-orang yang

Page 11: Makalah Gizii - Copy

7

mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia

lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih berhati-hati

dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati menopause.

Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah “gizi

seimbang”, dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari

kuantitas dan kualitas. Selain itu, tindakan memeriksakan tekanan darah

secara teratur sangat dianjurkan. Selain dapat mencegah, tindakan tersebut

juga dapat menghindari kenaikan tekanan darah yang terlalu drastis.

4. Penanganan dan Pengobatan Hipertensi

Pengobatan hipertensi dilakukan oleh penderita selama hidupnya

sehingga dituntut kerelaan dan kepatuhan penderita untuk menjalankan

pengobatan dengan benar dan tekun serta mematuhi nasehat dokter. Ada

beberapa langkah untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Di antaranya,

menurunkan nilai angka sistolik maupun diastolik, dan pengobatan yang

diarahkan untuk mengontrol tekanan darah sehingga tercapai tekanan yang

normal. Pada pertemuan Perkumpulan Hipertensi Eropa pada Juni 2004

diumumkan hasil penelitian Novartis tentang VALUE (Valsartan

Antihypertensive Long-term Use Evaluation) atau evaluasi pemakaian

Valsartan antihipertensi dalam jangka panjang. Evaluasi ini dimuat dalam

jurnal kedokteran internasional The Lancet. Studi itu berkaitan dengan

pemberian Valsartan dengan unsur angiotensin reseptor blocker (ARB) bagi

penderita hipertensi yang berisiko tinggi mengidap penyakit kardiovaskular.

Hasilnya, Valsartan dapat menurunkan risiko timbulnya penyakit diabetes

mellitus sebesar 23 persen.

Pengobatan terhadap penderita hipertensi dapat dilakukan sebagai

berikut:

Page 12: Makalah Gizii - Copy

8

Pengobatan tanpa obat, antara lain dengan diet rendah garam, kolesterol,

dan lemak jenuh; peredaan stres emosional; berhenti merokok dan alkohol;

serta latihan fisik secara teratur.

Pengobatan dengan menggunakan obat antihipertensi. Terdapat banyak

jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat

antihipertensi yang tepat, sebaiknya langsung menghubungi dokter.

Pengobatan pada golongan khusus.

a) Hipertensi pada Wanita Hamil

Pemakaian obat pada masa kehamilan harus hati-hati. Hal ini

disebabkan bila salah obat dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah

yang diikuti berkurangnya aliran darah plasenta sehingga kehidupan janin

terganggu.

Obat antihipertensi diberikan pada ibu hamil bila tekanan

diastolenya ≥ 90 mm Hg pada trimester pertama dan ≥ 100 mm Hg pada

trimeseter ketiga. Obat yang bisa diberikan pada ibu hamil sesuai dengan

keadaan ibu hamil dan kehamilannya serta derajat hipertensinya.

b) Hipertensi pada Hiperlipidemia

Hipertensi pada hiperlipidemia secara umum disebabkan karena

kurang sempurnanya komposisi kolesterol di dalam pembuluh darah arteri.

Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi keadaan tersebut adalah

gemfibrozil. Obat ini dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol

LDL, trigliserida, dan meningkatkan kadar kolesterol HDL secara nyata.

Pencegahan dan pengobatan melalui makanan pada hipertensi jenis

ini adalah dengan cara diet tinggi lemak tidak jenuh. Dalam pemilihan

makanan sehari-hari harus selalu membatasi makanan yang kandungan

lemak jenuhnya tinggi, yakni makanan yang berasal dari hewan. Hal ini

Page 13: Makalah Gizii - Copy

9

disebabkan lemak jenuh cenderung menaikkan kadar kolesterol dan

trigliserida darah. Sebaliknya, lemak tidak jenuh dapat menurunkan kadar

kolesterol darah.

c) Hipertensi pada Pembuluh Darah Otak

Tekanan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya

pembuluh darah. Apabila yang pecah adalah pembuluh darah otak,

keadaan ini dikenal dengan stroke.

d) Hipertensi pada Penyakit Jantung

Pada pengobatan hipertensi dengan kelainan jantung, harus

diperhatikan sebrapa jauh kelainan jantung yang dideritanya. Tekanan

diastole maupun systolenya perlu dikontrol. Tekanan systole berpengaruh

pada beban jantung, penampilan jantung, serta konsumsi oksigen otot

jantung.

Pemberian obat pada hipertensi dengan kelainan jantung harus

disesuaikan dengan jenis gangguan pada jantung dan derajat

hipertensinya. Pemeriksaan fungsi jantung perlu dilakukan untuk

menentukan pengobatannya.

e) Hipertensi pada Gagal Ginjal

Pengobatan hipertensi pada gagal ginjal dibedakan menjadi dua

bagian besar, yakni pengobatan pada nefrosklerosis benigna dan

nefrosklerosis maligna. Pengobatan pada nefrosklerosis benigna dilakukan

dengan cara menurunkan tekanan darah secara perlahan-lahan. Pegobatan

ini bertujuan untuk memperbaiki fungsi ginjal karena terjadi perbaikan

hyperplasia arterioli. Pada nefrosklerosis maligna, penurunan tekanan

darah harus dilakukan secepatnya hingga mendekati normal. Penurunan

tekanan darah yang cepat akan mengurangi kerusakan akibat nekrosis

Page 14: Makalah Gizii - Copy

10

arteroli sehingga dalam jangka panjang diharapkan terjadi perbaikan

fungsi ginjal.

Pengobatan dengan obat anti hipertensi lebih efektif untuk

mencegah penyulit penyakit akibat pengerasan pembuluh darah.

Pengobatan antihipertensif dapat memperbaiki gangguan ginjal pada

nefrosklerosis benigna dan maligna.

Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat :

Diuretic {Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}.

Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan

tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam

cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.

Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}.

Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah

melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar

(vasodilatasi) pembuluh darah.

Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting

enzyme (ACE)}.

Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah

tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga

memperlebar pembuluh darah.

Valsartan vs Amlopidin

Hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes sangat erat kaitannya

satu dengan lainnya. Di Indonesia terdapat kecenderungan peningkatan

jumlah penderita hipertensi maupun diabetes mellitus. Dengan menekan

risiko timbulnya diabetes mellitus pada hipertensi, maka jumlah penyakit

Page 15: Makalah Gizii - Copy

11

kardiovaskular dapat ditekan. Valsartan punya nilai proteksi atau

mengontrol hipertensi agar tidak menimbulkan komplikasi.

Valsartan bersifat protektif jangka panjang dan mencegah

timbulnya kasus diabetes baru. Penelitian VALUE (Valsartan

Antihypertensive Long-term Use Evaluation) membandingkan antara

pemberian Valsartan dan Amlodipin, obat yang biasa digunakan untuk

penderita hipertensi. Ternyata, Valsartan mampu menurunkan angka

kejadian diabetes mellitus sebesar 23 persen, atau lebih tinggi dari

Amlopidin yang hanya 13,1 persen.

5. PENATALAKSANAAN DIET BAGI PENDERITA HIPERTENSI

a) Kandungan garam (Sodium atau Natrium)

Seseorang yang mengidap penyakit hipertensi sebaiknya mengontrol diri

dalam mengkonsumsi garam. Yang dimaksud dengan garam disini adalah

garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang

berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu sumber utama garam

natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam

dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan

garam lain diluar natrium.

Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi

garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi. Adapun syarat-syarat diet garam rendah adalah :

Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.

Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.

Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air

dan/atau hipertensi.

Page 16: Makalah Gizii - Copy

12

Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan

penyakit dapat diberikan berbagai tingkat Diet Garam Rendah.

Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)

Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan/atau

hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan

garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar

natriumnya.

Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)

Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan/atau

hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama

dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh

menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g). Dihindari bahan makanan

yang tinggi kadar natriumnya.

Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)

Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau hipertensi

ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam

Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt

garam dapur (4 g).

b) Kandungan Potasium atau Kalium

Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan

tekanan darah. Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-

buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan

baik untuk dikonsumsi penderita hipertensi antara lain semangka, alpukat,

melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah

buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang

Page 17: Makalah Gizii - Copy

13

mengandung unsur omega 3 sagat dikenal efektif dalam membantu

penurunan tekanan darah (hipertensi).

Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram

mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik

dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk

membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah

menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan

faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak

kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit

degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan

diabetes mellitus.

4. Mengatur Menu Makanan

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita

hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat

meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah,

sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.

Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak

kelapa, gajih).

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit,

crakers, keripik dan makanan kering yang asin).

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta

buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin,

pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

Page 18: Makalah Gizii - Copy

14

5. Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonnaise, serta sumber protein

hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning

telur, kulit ayam).

6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco

serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam

natrium.

7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan

memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang

(merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung

sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa.

Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk

menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu

menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1

sendok teh per hari.

Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175

mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan.

Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan

kalium akibat dan rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran

sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat

(366 mg kalium), pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg

kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium). Kecukupan kalsium penting

untuk mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu skim atau 40

mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium

250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg.

Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan

natrium yang dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena

kehamilan. Namun pada ibu hamil yang hipertensi apalagi yang disertai

Page 19: Makalah Gizii - Copy

15

dengan bengkak dan protein urin (pre eklampsia), selain obat-obatan

dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam dapur serta meningkatkan

makanan sumber Mg (sayur dan buah-buahan).

5. Suplemen Antioksidan

Walaupun suplementasi anti oksidan masih memerlukan penelitian

lebih lanjut, namun saat ini banyak sekali suplemen yang dijual dan

dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai tenaga medis harus berhati-hati

memberikan anjuran minuman suplemen agar tidak terjadi overdosis.

1. Vitamin dan Penurunan Homosistein

Asam folat, vitamin B6, vitamin B 12 dan riboflavin merupakan

ko-faktor enzim yang essential untuk metabolisme homosistein. Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar homosistein dalam darah

akan meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar asam folat yang

rendah berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit koroner dan kadar

vitamin yang rendah juga berkaitan dengan peningkatan risiko aterosklerosis,

walaupun risiko aterosklerosis yang berhubungan dengan rendahnya kadar

vitamin B6 tidak berhubungan dengan konsentrasi homositein yang tinggi.

Sedangkan vitamin B12 tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler.

2. Kacang Kedelai dan Isoflavon

Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang

memiliki aktivitas estrogen lemah. Penelitian meta analisis pada tahun 1995

menyimpulkan bahwa isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna

menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa

mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Sehingga dianjurkan mengkonsumsi

protein kedelai (20 – 50 gram/hari) dengan modifikasi diet pada penderita

dengan kadar kolesterol (total dan LDL) yang tinggi. Tempe adalah hasil

pengolahan kedelai yang melalui proses fermentasi, dengan kandungan gizi

Page 20: Makalah Gizii - Copy

16

lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe dianjurkan untuk di konsumsi oleh

penderita hipertensi sebagai sumber protein nabati.

3. Tempe

Tempe adalah salah satu makanan tradisional Indonesia, hasil

fermentasi kapang Rhizopus ohgosporis atau rhizopusoryzal pada biji kedelai

yang telah direbus. Ada berbagai macam tempe, yang dibicarakan disini

adalah tempe yang terbuat dari kedelai, yang merupakan produk kompak,

terbungkus rata oleh miselium kapang sehingga nampak berwarna putih, dan

bila diiris kelihatan keping biji kedelai berwarna kuning pucat, diantara

miselium. Fermentasi kapang menghasilkan perubahan pada tekstur kedelai,

menjadi empuk dan nilai zat gizi tempe lebih baik dari kacang kedelai.

Nilai Gizi Tempe :

Protein

Enzim-enzim yang dihasilkan kapang, menghasilkan asam amino

bebas, sehingga kadarnya meningkat sampai 85 kali kadar protein kedelai.

Karbohidrat

Kedelai mengandung karbohidrat berupa sakrosa dan stakhiosa dan

rifinosa (dua terakhir menyebabkan pembentukan gas dalam perut).

Fermentasi kedelai menjadi tempe menghasilkan karbohidrat.

Lemak

Enzim dalam kapang dapat menurunkan kadar lemak total dari

22,2% menjadi 14,4% dan meningkatkan kadar asam lemak bebas dari 0,5%

menjadi 21%.

Mineral

Page 21: Makalah Gizii - Copy

17

Didalam kedelai terdapat asam fitat yang merupakan senyawa

forfose, yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Dengan fermentasi,

kapang menghasilkan enzim fitase yang menguraikan asam fitat, sehingga

forfosenya dapat dimanfaatkan tubuh.

Vitamin

Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2

(Riboferum), Vitamin B6 (Piridoksin), asam folat, asam panthotenat, dan

asam nikotinat. Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena untuk

pertumbuhan kapang dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang tidak

ada dalam produk nabati lainnya.

3. Manfaat Tempe :

Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi

penderita hiper kolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat

menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya

penyempitan pembuluh darah, karena tempe mengandung asam lemak tidak

jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi

tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.

Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan beberapa jenis bakteri gram positif serta penyebab diare

(Salmonella sp dan Shigella sp). Oleh karena itu, tempe juga dianjurkan

untuk dikonsumsi balita yang menderita diare.

4. Asam Lemak Omega 3

Mengkonsumsi satu porsi ikan yang tinggi lemak (atau minyak

ikan ) tiap hari dapat menjadi asupan asam lemak omega 3 (EPA dan DHA)

sekitar 900 mg/dl, dan dilaporkan dapat menurunkan kadar kolesterol dan

mencegah penyakit jantung koroner.

Page 22: Makalah Gizii - Copy

18

5. Serat

Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya hubungan antara

beberapa jenis serat dengan penurunan kolesterol LDL dan atau kolesterol

total, namun belum ada bukti langsung yang menunjukkan hubungan antara

suplemen serat dengan penurunan penyakit kardiovaskular.

6. Terapi Penunjang

Selain pengobatan dan pengaturan menu makanan pada penderita

hipertensi, diperlukan juga terapi khusus lain seperti konseling masalah

kejiwaan dan fisioterapi, terutama pada penderita pasca stroke atau infark

penting. Pengertian juga diberikan kepada keluarga atau pengasuh untuk

membantu menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada

penderita, makanan yang harus dihindari atau dibatasi.

Page 23: Makalah Gizii - Copy

19

BAB 3

METODE PENULISAN

3.1. Sumber dan Jenis Data

Data-data yang dipergunakan dalam makalah ini bersumber dari berbagai

referensi atau literatur yang relevan dengan topik permasalahan yang dibahas.

Jenis data yang diperoleh berupa data sekunder yang bersifat kualitatif maupun

kuantitatif.

3.2. Pengumpulan Data

Penulisan makalah ini menggunakan metode studi pustaka yang dilakukan

dengan mengumpulkan data-data dari berbagai sumber seperti buku ilmiah, tesis,

jurnal ilmiah, majalah dan artikel ilmiah, serta data dari internet. Data-data

tersebut dikaji dan dipilih berdasarkan teknik critical apraisal yakni validitas,

hasil, dan relevansinya dengan kajian tulisan serta mendukung uraian atau analisis

pembahasan.

3.3. Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah secara sistematis,

mulai dari latar belakang hingga analisis dan sintesis. Teknik analisa data yang

dipilih adalah analisis deskriptif argumentatif dengan tulisan yang bersifat

deskriptif.

3.4. Penarikan Simpulan

Setelah proses analisis data, dilakukan proses sintesis dengan menghimpun

dan menghubungkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori yang

relevan serta pembahasannya. Selanjutnya ditarik kesimpulan yang bersifat umum

kemudian direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan.

Page 24: Makalah Gizii - Copy

20

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Diabetes mellitus (DM) adalah hiperglikemia kronik yang ditandai dengan

gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, resistensi insulin

maupun disfungsi sel β.

2. Indonesia termasuk 10 negara yang masyarakatnya paling banyak

menderita diabetes yaitu sebanyak 8,4 juta orang. DM merupakan

penyakit penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dengan jumlah proporsi

kematian sebesar 5,8 % setelah stroke, TB, hipertensi, cedera, dan

kematian perinatal.

3. Faktor risiko DM tipe 2 meliputi faktor yang tidak dapat diubah (1-2%)

dan faktor yang dapat diubah (98-99%). Faktor yang tidak dapat diubah

dalam penyakit ini seperti genetik, ras, etnik, riwayat keluarga diabetes,

usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih

dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat berat

badan lahir rendah < 2,5 kg. Faktor risiko yang dapat diubah meliputi

keterpaduan dengan sindroma metabolik yaitu obesitas dengan BMI ≥25

kg/m2, hipertensi, dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan/atau trigliserida >

250 mg/dl) dan diet serta pola hidup yang kurang baik seperti kurang

aktivitas fisik dan diet tinggi gula yang rendah serat.

4. Resistensi insulin perifer, abnormalitas sekresi insulin, dan peningkatan

produksi glukosa hepar menjadi penyebab utama terjadinya hiperglikemia

pada DM tipe II. Adanya predisposisi genetik, obesitas, dan gaya hidup

tertentu mencetuskan resistensi insulin. Munculnya gejala disebabkan

deposisi amyloid yang menyebabkan apoptosis sel beta.

Page 25: Makalah Gizii - Copy

21

5. Gejala-gejala utama pasien DM tipe 2 adalah polifagia, polidipsia, dan

poliuria. Gejala lain yang dapat ditemukan seperti penurunan berat badan,

mudah lelah, kebas atau mati rasa. Diagnosis diabetes tipe 2 dapat

ditegakkan bila ditemukan 1 atau lebih: HbA1c yang meningkat,

pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl, tes OGTT 2 jam setelah

makan ≥ 200 mg/dl.

6. Terapi farmakologi dapat diberikan bersama dengan pengaturan makan

dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis digunakan

obat oral dan bentuk suntikan atau keduanya.

7. Terapi non-farmakologi diabetes mellitus meliputi diet, aktivitas fisik

(olahraga), dan edukasi. Terapi ini dapat dilakukan sebagai komplementer

terapi farmakologi maupun terapi tunggal awal penatalaksanaan DM. Bila

dalam waktu 3-6 bulan, terapi non farmakologis belum menunjukkan

perbaikan, terapi farmakologis harus segera dilakukan. Pada penderita

diabetes dengan obesitas, dilakukan penurunan berat badan terlebih

dahulu. Pada penderita diabetes mellitus yang tidak obesitas, komposisi

makronutrien dapat dilakukan dengan pilihan 68% karbohidrat, 20%

lemak, 12% protein atau 40-50% karbohidrat,30-35% lemak, 20-25%

protein

8. Komplikasi yang dapat terjadi berupa makrovaskular, mikrovaskular atau

pun neuropati diabetik.

9. Prognosis diabetes mellitus tergantung pada beberapa hal dan tidak

selamanya buruk. Semakin cepat dilakukan tatalaksana akan mengurangi

tingkat morbiditas dan mortalitas.

4.2. Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terutama mengenai penanggulangan

DM tipe 2 secara nutrisi. Dengan mengetahui pemberian asupan makanan yang

sesuai, diharapkan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas. Hendaknya para

peneliti dan kalangan akademis lebih menaruh perhatian pada DM tipe 2 agar

morbiditas penyakit ini dapat teratasi.

Page 26: Makalah Gizii - Copy

22

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. 2008. 2008-2013 Action Plan for the Global

Strategy for the Prevention and Control of Noncommunicable Diseases.

Available from:

http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597418_eng.pdf.

[Accessed 2012 July 10].

2. World Health Organization. 2003. The World Health Report 2003.. Available

from: http://www.who.int/whr/2003/en/whr03_en.pdf. [Accessed 2012 July

11]

3. Riskesdas. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007.

Available from: http://kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf.

[Accessed 2012 July 11].

4. Porth, CM. 2010. Essentials of Pathophysiology: Concepts of Altered Health

States 3rd edition. Porth: Lippincott Williams & Wilkins; 805.

5. Silbernagl S & Lang F. 2000. Color Atlas of Pathophysiology. Germany:

Georg Thieme Verlag; 287.

6. Alpers, C.E., Anthony, D.C., Aster, J.C., Crawford, J.M., Crum, C.P.,

Girolami, U.D., et al., 2005. Robbins and Cortran Pathologic Basic of

Diseases 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 776-780.

7. Harrison, Tinsley R. 2005. Endocrinology and Metabolism: Diabetes

Mellitus. Dennis L. Kasper, Longo, Braunwald. Harrison’s Principles of

Internal Medicine 16th Edition. New York: McGraw-Hill; 2158-2282.

8. Bantle JP, Rosett JW, Albright AL, Apovian CM, Clark NG, Franz MJ, et al.,

2008. Nutrition Recommendations and Interventions for Diabetes: A Position

Statement of the American Diabetes Association. Diabetes Care, 33 (1): 61-

78.

9. Mahan KL, Stump SE. 2003. Krause’s Food, Nutrition, and Diet Therapy. Ed

11. Saunders: United States.

10. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Utama; 132-150.

Page 27: Makalah Gizii - Copy

23

11. Whitworth JA, Chalmers J. 2004. World Health Organization-International

Society of Hypertension (WHO/ISH) Hypertension Guidelines. Clin Exp

Hypertension 26: 747-52.

12. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klinis, Maria

C. Linder, Ph.D, Department of Chemistry, Fullertor, diterjemahkan oleh

Aminudin Parakkasi; Penerbit UI Press, 1992.

13. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia, Depkes RI, 1998.

14. Dr. Achmad Djaeni S. M.Sc, Ilmu Gizi, Jakarta, 1985.

15. Makanan Formula Untuk Mengatasi Masalah Kurang Energi Protein (KEP),

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta, 1994.

16. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, Depkes RI; Jakarta, 1995.

17. Pedoman Makan Untuk Kesehatan Jantung Indonesia, PERKI Pusat dan

Yayasan Jantung Indonesia; Jakarta, 2002.

18. Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi Edisi II, Mary Courtney Moore,

diterjemahkan oleh Dr. Liniyanti D. Oswari M. N. S. MSc; Hipokrates Tahun

I, 1992.

19. Penuntun Diet, Bagian Gizi RSCM dan PERSAGI; Jakarta, 1996.

20. Riaz, K. Hypertension. 2012. http://emedicine.medscape.com/article/241381-

overview.

21. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, LIPI Jakarta 1998.